Berbicara mengenai kemamuan, tidak akan lepas dari pembahasan tentang motivasi. Motivasi dapat
membuat seseorang melalukan sesuatu dengan hasil yang baik ataupun sebaliknya. Tidak hanya
motivasi dalam belajar, hubungan motivasi dan kemauan dapat diterapkan dalam bekerja ataupun
aktivitas lainnya.
Seseorang yang tidak memiliki motivasi bekerja akan malas seharian tanpa ingin berbuat sesuatu di
kantornya. Sebaliknya, orang yang sangat bersemangat dan berusaha menyelesaikan semua
pekerjaan disebabkan karena adanya motivasi dalam bekerja. Inilah yang membuat semakin
pentingnya membahas mengenai motivasi dalam dunia kerja.
Mengutip pengertian motivasi menurut Suhaenah Suparno , motivasi merupakan keadaan internal
seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu. Sedangkan Djaali mengartikan
motivasi sebagai kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan akivitas tertentu guna mencapai satu tujuan. Oleh sebab itu,
motivasi berkaitan dengan emosi sehingga dapat merupakan kekuatan-kekuatan pendorong (driving
forces) untuk mencapai tujuan tertentu.
Orang yang termotivasi dapat dilihat dari indikator Keke T. Aritonang ketika membahas dimensi
mengenai motivasi belajar. Sekali lagi, pembahasan ini dapat pula diterapkan dalam motivasi bekerja
ataupun yang lainnya. Dalam menilai motivasi diperlukan aspek-aspek yang terukur, diantaranya
sebegai berikut:
A. Ketekunan
Indikator ketekunan meliputi:
1) Kehadiran
Motivasi mendorong seseorang senantiasa hadir dalam aktivitas yang dikerjakannya.
Bahkan tidak hanya sekedar hadir, kuantitas dan kualitas kehadirannya juga akan
diperhatikan. Sebagai contoh pegawai dengan motivasi bekerja yang baik akan hadir dan
pulang tepat waktu. Selain itu selama di kantor ia akan mengisi waktunya dengan hal-hal
yang berhubungan ketuntasan pekerjaannya.
2) Terlibat aktif
Keberadaan orang yang memiliki motivasi akan digunakan untuk turut terlibat dalam setiap
aktivitas. Tidak sekedar menunggu perintah dan pasif menjalankan pekerjaan.
* Penulis adalah Kepala Urusuan (Kaur) Kesiswaan MTs Husnul Khotimah 2 Kuningan. Tulisan ditujukan sebagai penugasan
dalam agenda “Reorientasi Kanit-Kaur sewilayah kerja Yayasan Husnul Khotimah Kuningan Tahun 2018”
3) Melakukan tindakan lanjutan
Dalam sebuah aktivitas seringkali memaksa untuk melakukan tindakan lanjutan.
Seselesainya kegiatan tentu akan banyak evaluasi dan rekomendasi. Orang termotivasi
akan banyak memeberikan evaluasi dan berusaha untuk menindaklanjuti rekomendasi agar
kegiatan berikutntya berjalan lebih baik.
D. Berusaha berprestasi
Indikator berprestasi meliputi:
1) Memiliki keinginan untuk berprestasi
Tidak hanya sekedar menunaikan kewajiban, orang termotivasi akan menginginkan hasil
terbaik dalam setiap aktivitasnya. Jika ada penghargaan atas aktivitasnya, maka ia akan
mengejarnya agar menjadi prestasi kebanggaan bagi dirinya.
2) Dapat mengkualifikasikan hasil
Aktivitas yang sudah dikerjakan bagi orang termotivasi bukan berarti selesai segalanya. Akan
ada kualifikasi hasil yang dapat ia ukur. Jika ada penilaian dari pihak luar, maka ia kejar
sebagai prestasi. Namun jika tidak ada, ia akan tetap perhitungkan hasil pekerjaannya. Dia
dapat mengkategorikan sendiri apakah yang ia kerjakan sudah baik atau masih kurang.
Demikian pembahasan mengenai pentingnya motivasi yang dapat dijadikan gagasan untuk
membangun keinginan dalam sebuah aktivitas pekerjaan. Dengan memiliki motivasi kerja yang baik,
maka diharapkan akan mampu memberikan kinerja yang baik. Performa dalam bekerja dan hasil
yang dicapaipun akan meningkat.
Referensi:
Aritonang, Keke T. (2008). “Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”. Jurnal
Pendidikan Penabur (Nomor 10 tahun 7). Hlm. 11-21
Jaali, Haji. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Riduwan.(2008). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: ALFABETA
Suparno, A. Suhaenah. (2000). Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Dikti Depdiknas