DeformasiKarangsambung 1 PDF
DeformasiKarangsambung 1 PDF
net/publication/312282805
CITATIONS READS
3 5,010
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Agus Handoyo Harsolumakso on 13 January 2017.
Jalan Ganesa 10 Bandung 40132,. Tel. (022) 250 2197, Fax. (022) 250 2201
Sari - Formasi Karangsambung, di daerah Luk uto, Jawa Tengah, merupakan sedimen berumur Eosen yang
menutupi batuan Kompleks Melange Luk uto yang berumur Kapur Akhir-Paleosen. Karakter litologi dan struk
tur dari formasi ini, yang berupa batulempuog bersisik, dengan kandungan blok batugamping dan konglomerat,
serta perlapisannya yang tak teratur, mendorong beberapa ahli untuk menafsirkannya sebagai olistostrom.
Pengamatan lapangan pada fonnasi ini menunjukkan bahwa, di samping sifat yang bersisik, batuan ini telah terli
pat dan tersesarkan dengan jalur tergerus serta perlapisan yang terganggu dan terfragmentasi. Gejala struktur ini
menunjukkan suatu alobat dari deformasi semi-Ientur pada proses perlipatan dan anjakan yang sangat intensif dan
OOkan dari proses sedimentasi dan pelengseran. Hasil pengukuran perlapisan, bidang gerus, bidang belahan, dan
sumbu lipatan minor rilenunjukkao arab umum ENE-WSW. Rekonstruksi struktur yang diasumsikan pada saat
deformasi menghasilkan suatu sistem anjakan dengan arab tektonik SSE.
FQrmui KarangsamOOog merupakan basil sedimentasi yang dipengaruhi gejala pelengseran dengan melibatkan
material dari tepi cekungan, yang kemudian mengalami deformasi alabat tektonik anjakan yang diduga berlang
sung antara kala Oligo-Miosen - Miosen Awal .
Abstract - Karangsambung Formation ofthe Luk uto area, Central Java, is the Eocene sediinent overlaying the
Luk uto Melange Complex ofLate Cretaceous to Paleocene. The lithologic and structural character ofthis forma
tion which consist ofscaly clay with limestone and conglomerate blocks whose bedding are disturbed, led some
authors to interpret as an olistostrome.
Field study in this fonnation shows that, beside its scaly feature, the rocks ofthis formation have been folded and
thrusted resulting a sheared zone. Futhermore, the bedding planes have been deformed and fragmented. These
structural features indicate a semi~ctile deformation during folding and thrusting rather than sedimentary or
sliding processes. T he bedding planes, shear zones, cleavage and minor fold axis show a ENE-WSW structural
trending. Structural reconstruction indicates a SSE vergence thrust system.
The KarangsamOOng Formation is a sedimentary deposit involving materials from the basin which were ~
deformed by thrust tectonic probably during Oligo-Miocene to Early Miocene.
KP
,
G.RUJUL
~ l.okasi pengukuran
• G. WA'IVRANI>A
o 1 2Km
.'_ ' _
c:::::::::;::iII ===:::JI
y• .~ dan mempunyai sifat yang Keadaan ini disimpulkan oleh Tjia (1966),
beBiSik (scaly) atau _tergerus (sheared). bahwa diatrofisme pada Tersier yang
KP
,@
G.IIIIUJUL
l.okasi pengukuran
o 1 2Km
--== =-_=::::jl
.·.·.·1..... ·.·.·.·.·
{J .... ·1···· ·l-··· 'J'.
.:: . : . ..
. . ..
(~ i : : -..:
. ... .
. .. .
~ ~
FormasiTot
Aluvial (1IaIapmphIs~)
f:T~:~ Formasi HsIang
~ Formasi Karangsambung
~ Diabas
.'.
... ..
..
E·:~~·:l ~
Batupasir Batulempung II: Fragmen batuan
cvr~ vl Formasi Penosogan
III Selds
~:+::j Basalt 6; Batugamping-Rijang
Gambar 1 Peta lokasi daerab. penelitian t6~~·4 Formasi Watuianda
••• Serpentinit f~~~~~] Gabro 6; Basalt
OLIGO-MIOSEN
OUGQSEN ·
EOSEN
KOMPLEKS MELANGE
LUKULO PALEOSEN
LITOLOGI DAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN Setempat ditemukan sisipan batulanau dan
BATIJAN batupasir gampingan yang berlapis buruk,
memperlihatkan gejala seperti struktur pe
Dua formasi yang mempunyai kisaran umur lengseran (slump structure) atau struktur ali
dari Eosen Akhir hingga Oligo-Miosen, yaitu . ran (flowage structure) dan perlapisan yang
Formasi Karangsambung dan Forrnasi T0 tak menerus (disrupted bedding). Beberapa di
tog an mempunyai sifat yang mirip. yaitu ter antaranya menunjukkan struktur perlapisan
diri dari batulempung yang sebagian bersisik. bersusun dan laminasi sejajar. Sifat perlapisan
Perbedaan yang mencolok dari Formasi To juga ditunjukkan dengan adanya laminasi ser
togan adalah sifat litologinya yang dominan, pih di antara sifat lempung yang bersisik.
terdiri dari breksi dengan fragmen-fragmen Fragmen berukuran beberapa meter hingga
batulempung, batupasir, batugamping, batuan ratusan meter, berupa batugamping foramini
beku basaltis berukuran centimeter sampai fera dan konglomerat dianggap sebagai olis
.meter. Di dalam tulisan ini pembahasan hanya tolit pada formasi ini .
pada sifat litologi dari satuan batuan yang di
anggap sebagai Formasi Karangsambung. Batugamping foram yang dijumpai di be
Singkapan yang terbaik terutama dijumpai berapa lokasi, seperti di Desa Karangsam
disekitar Desa Karangsambung, Kali Jebug bung, Karanglo dan · lembah Kali Welaran,
dan Kalisana. yang berupa singkapan bongkah lepas tak
teratur memberikan kesan seolah-olah batuan
Batulempung bemsik dengan olistolit ini merupakan fragmen yang berukuran bera
gam di dalam batulempung. Pada beberapa
Secara umum litologinya terdiri dari batulem lapisan yang tak teratur atau pada bidang ser
pung gampingan hingga napal, berwama abu- . pihan dijumpai batugamping foram yang
abu gelap kehijauan. Konkresi batulempung mempunyai struktur imbrikasi. Hasil penga
dengan oksida besi sering dijumpai dan sifat matan terinci di lokasi K. Welaran, di Desa
lempungnya pada umumnya bersisik (scaiy). Kalisana, rnenunjukkan bahwa batugamping
48 BlJLE77N GEOLOG1, Vol. 26, No. 1. 1996 BULETIN GEOLOGI, Vol. 26, No. 1. 1996 49
tur sedimen yang berkembang, jelas dapat di StTUktur lipatan, belahan (cleavage) dan
katakan bahwa formasi ini terbentuk oleh jalur tergerus (sheared zone)
proses sedimentasi. Hadimya sebagian blok
dengan ukuran yang eukup besar dapat di Struktur lipatan yang berkembang dan
jelaskan dengan mekanisme longsoran (olis . berhubungan dengan sesar-sesar minor,
tostrome), 'slump' atau sedimentasi turbidit umumnya dapat diamati pada sisipan batu
(Hsu, 1974, Raymond, 1984). Walaupun pasir ataU batulanau. Geja(a yang umum di
demikian, sifat yang bersisik (scaly) ataU jum~i adalah kedudukan yang tidak teratur,
tergerus (sheared), terutama pada massadasar lapisan yang hilang dan teJah berubah menjadi
lempung atau pada kontak antara fragmen dan fragmen. Struktur lipatan yang baik dapat
massadasarnya, menandakan bahwa satuan ini diamati di lokasi sekitar Desa Kemendung,
pernah mengalami deformasi yang kuat, teru Karangsambung, dan pada eabang-eabang K.
tama tipe ductile atau semi-ductile (Harso Jebug, dekat kontak dengan tubuh batuan
lumakso et 01., 1995). Lapisan batulempung diabas (Foto 2). Struktur sesar minor dicer
bersisik yang menonjol di lapangan karena minkan oleh jalur gerusan (sheared zone), baik
wamanya yang gelap, kadangkala kemerahan, yang memotong atau sejajar dengan Japisan.
pada singkapan-singkapan yang diamati,
dapat berupa lapisan yang menerus atau Sifat bersisik atau scaly , yang merupakan
sering terpotong-potong sesar. Lapisan gejala yang paling umum dari satuan batulem
serupa juga teramati pada singkapan di kaki pung formasi ini, sebenamya merupakan bi
selatan G Parang, yang bahkan memper dang belahan berlembar (slaty-cleavage),
lihatkan gejala boudinage. Walaupun demi dieirikan oleh lembaran . planar berukuran
o
kian perlapisan yang baik dan normal masih kurang dari 1 mm. Struktur ini terbentuk se
sering dijumpai di antara bagianyang bersisik. bagai akibat proses deformasi pada batulem
pung dengan tingkat rekristalisasi umumnya
Pengamatan seksama dilakukan pada lokasi sangat lemah (Henry, 1983, Gidon, 1987).
singkapan di sekitar K Jebug, Desa Karang Selain itu gejala yang umum pada bidang be
sambung, Kemendung dan Kalisana. Litologi lahan ini adalah sifat permukaannya yang
yang umum dijumpai terdiri dari batulempung mengkilat dan menunjukkan gores-garis
bersisik, berwama abu-abu kehijauan, se (striation), yang merupakan eiri dari perge
tempat berwama ungu dan hitam (Foto I). seran pada bidang tersebut. Seringkali jalur
Sisipan batupasir dan batulanau dengan kete jalur gerusan ini hampir sejajar dengan bidang
balan bervariasi dari 5 em hingga 30 em, belahan.
umumnya memmjukkan perlapisan yang bu
ruk karena sebagian besar telah terdeformasi. Gejala perlipatan ketat juga tampak pada bi
Sisipan tipis serpih juga seringkali dijumpai, dang-bidang belahannya yang telah terputar
dengan jejak perlapisannya yang masih dapat mengikuti perlipatan pada bidang perlapisan
diamati. Gejala umum yang tampak adalah (Foto 3 dan 4). Hal ini mengakibatkan
singkapan-singkapan 1D1 memperlihatkan kedudukan bidang belahan akan terorientasi
struktur perlipatan, sesar-sesar dan jalur ter membentuk lengkungan berbentuk s (erenu
geruskan, pada lapisan-Iapisan yang pada lation), yang tampak seperti struktur aliran
bagian lempungnya selalu menunjukkan sifat atau pelengseran. Keadaan ini sebenamya
yang bersisik. Hal ini jelas menunjukkan basil adalah akibat dari tahap lanjut dari suatu per
proses deformasi pada suatu masa batuan lipatan yang diikuti dengan penyesaran. Sulit
yang sebelumnya telah mengalami litifikasi, untuk dapat meinisahkan fasa-fasa perlipatan
dan bukan struktur hasil suatu pelengseran yang terjadi dari struktur-struktur karena be
pada proses sedimentasi. lum dilakukan pengukuran sistematik dan
keteIbatasan data yang lebih terpilih.
struktur perlipatan, sesar-sesar dan jalur ter membentuk lengkungan berbentuk s (erenu
sisipan batulanau.
geruskan, pada lapisan-Iapisan yang pada lation), yang tampak seperti struktur aliran
bagian lempungnya selalu menunjukkan sifat atau pelengseran Keadaan ini sebenarnya
Fot04
yang bersisik. Hal ini jelas menunjukkan hasil adalah akibat dari tahap lanjut dari suatu per
Struktur perlipatan yang
proses deformasi pada suatu masa batuan lipatan yang diikuti dengan penyesaran. Sulit
yang sebelwnnya telah mengalami litifi~ untuk dapat memisahkan faSa-fasa perlipatan tersayat oleh bidang
dan bukan struktur hasil suatu pelengseran yang terjadi dari struktur-struktur karena be bidang gems.
A BIDANG PERLAPlSAN
B. BIDANG cl JALUR GERUS
N
Pengukuran pendahuluan di lokasi yang ter dapat diartikan sebagai sifat defonnasi semi
batas, yaitu di sekitar K. Jebug dan beberapa lentur. Sifat dari massadasar dan komponen
cabangnya, dilakukan pada bidang perlapisan, nya yang tergerus yang ditafsirkan bahwa '
termasuk orientasi yang masih dapat diarnati lIlaterial tersebut berasal dari suatu daratan
sebagai perlapisan, jalur tergerus yang utama yang aktif secara tektonik (Asikin, 1974),
dan sumbu perlipatan minor. Hasil yang dida sulit menjelaskan hubungan aritara massadasar
patkan ditunjukkan pada Gambar 4. Dari dan komponennya yang juga tergerus. Hal
pengukuran ini diperoleh arah umum stroktur yang perlu didiskusikan di ' sini, apakah
E-W hinggaENE-WSW, dengan arah tektonik defonnasi ini berlangsung bersamaan dengan
(tectonic vergence) SSW. Dengan demikian proses sedimentasi.
dapat disimpulkan bahwa kedua formasi ini
telah mengalami deformasi abbat tektonik, Melihat struktur dari kedua formasi ini, ter
A. BIDANG PERLAPISAN
kemungkinan berupa anjakan yang mengarah utama sifat tergerus, perlipatan dan jalur-jalur
B. BIDANG.I: JALUR GERUS
ke selatan. tergerus, diinterpretasikan bahwa deformasi
N
ini berlangslUlg pada suatu tubuh batuan yang
KonJllk anttua Fonnasi Karangsambung padat, artinya batuan tersebut telah meng
don Melange Lllk Ulo alami litifikasi. Dengan kata lain proses
deformasi tetjadi setelah sedimentasi, dan
Kontak antara kedua formasi ini dengan tidak berhubungan dengan gejala pelengseran
Kompleks Melange Luk Ulo pada umumnya atau penggerusan yang sejalan dengan
tektonik. Di bagian barat kontak sesar sedimentasi. Fragmen atau bl9k mungkin telah
diperkirakan berbatasan dengan blok basal, mengala.'lli defonnasi akibat tektonik sebe
sekis dan rijang di sekitar K. Gebang. Di lumnya, akan tetapi ini tidak dapat
utara, di K. Muncar, dijumpai kontak antara menjelaskan sifat massadasar yang tergerus.
breksi lempung dengan batugamping rijang
dan lava banta!. Kontak satuan ini pada Gejala deformasi yang teramati pada sing
umumnya memperlihatkan jalur tergerus yang kapan yang sifatnya masih terbatas ini
sangat kuat, yang dalam kompleks melange terletak tidak jauh dengan kontak dengan
C. SUMBU LlPATAN D.I'HI.I: BETA DIAGRAM DAR! PERUPATAN dapat bertindak sebagai massadasar dengan batuan volkanik (basal dan diabas) di sekitar
blok-blok batuan asing (Harsolurnakso et a.1., K. Jebug, yang jelas merupakan blok yang
1996). Dalam hal ini perlu dipertimbangkan tersesarkan ke arah selatan. Pada lokasi yang
apakah massadasar ini tennasuk dalam satuan lain seperti di sekitar KemendlUlg dan Ka
melange atau Formasi KarangsamblUlg dan rangsambung juga tidak jauh dengan kelom
Totogan. pok batuan basaltik ini. Kedudukan kelom
pok batuan ini memang masih menjadi
Usaha. lUltuk membedakan sifat massadasar masalah (Harsolumakso et ai., 1996). Hal ini
telah dicoba. Pada F ormasi KarangsamblUlg juga telah dikemukakan oleh Asikin (1974),
dan Totogan pada wnumnya hanya memper yang keberadaannya diduga merupakan
lihatkan cleavage dan belurn memperlihatkan lempengan yang disesarkan ke atas melalui
rekristalisasi, atau masih samar, sedangkan sesar sisik. Kemungkinan besar bahwa
pad8 kompleks melangetelah memperlihatkan kelompok batuan volkanik: ini merupakan
gejala metamorfosa (Harsolumakso et ai., bagian dari muka anjakan (thrust sheet) yang
1996). melibatkan deformasi pada Fonnasi
Karangsambung dan Totogan.
INTERPRETASI DAN DISKUSI Melihat sifat defonnasi pada fonnasi ini yang
khas berbeda dengan batuan yang lebih mud&,
E. HASIL REKONSTRUKSI ARAH TEKTONIK
PADA SAAT DEFORMASI PM. KARANGSAMBUNG
Interpretasi Tjia (1966), bahwa diatrofisme misalnya bagian atas dari Fonnasi Totogan
atau deformasi pada T ersier yang melibatkan atau bagian bawah F ormasi .Waturanda yang
Gambar 4 Hasil pengukuran struktl!r dan interpretasi arab deformasi. sedimen Eosen sebagai pelumas, kemungkinan relatif berlapis baik, kemungkinan defonnasi