Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/312282805

Deformasi pada Formasi Karangsambung, di daerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa


Tengah

Article · January 1996

CITATIONS READS

3 5,010

2 authors:

Agus Handoyo Harsolumakso Dardji Noeradi


Bandung Institute of Technology Bandung Institute of Technology
25 PUBLICATIONS   126 CITATIONS    23 PUBLICATIONS   175 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Uranium-Mamuju View project

Geology of Timor View project

All content following this page was uploaded by Agus Handoyo Harsolumakso on 13 January 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Deformasi pada Formasi Karangsambung,
di daerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa Tengah

. AGUS H. HARSOLUMAKSO dan DARDJI NOERADI


Jurusan Teknik Geologi FTM, institut Teknologi Bandung

Jalan Ganesa 10 Bandung 40132,. Tel. (022) 250 2197, Fax. (022) 250 2201

(Naskah diterima tanggaJ 29 Maret 1996)

Sari - Formasi Karangsambung, di daerah Luk uto, Jawa Tengah, merupakan sedimen berumur Eosen yang
menutupi batuan Kompleks Melange Luk uto yang berumur Kapur Akhir-Paleosen. Karakter litologi dan struk­
tur dari formasi ini, yang berupa batulempuog bersisik, dengan kandungan blok batugamping dan konglomerat,
serta perlapisannya yang tak teratur, mendorong beberapa ahli untuk menafsirkannya sebagai olistostrom.

Pengamatan lapangan pada fonnasi ini menunjukkan bahwa, di samping sifat yang bersisik, batuan ini telah terli­
pat dan tersesarkan dengan jalur tergerus serta perlapisan yang terganggu dan terfragmentasi. Gejala struktur ini
menunjukkan suatu alobat dari deformasi semi-Ientur pada proses perlipatan dan anjakan yang sangat intensif dan
OOkan dari proses sedimentasi dan pelengseran. Hasil pengukuran perlapisan, bidang gerus, bidang belahan, dan
sumbu lipatan minor rilenunjukkao arab umum ENE-WSW. Rekonstruksi struktur yang diasumsikan pada saat
deformasi menghasilkan suatu sistem anjakan dengan arab tektonik SSE.

FQrmui KarangsamOOog merupakan basil sedimentasi yang dipengaruhi gejala pelengseran dengan melibatkan
material dari tepi cekungan, yang kemudian mengalami deformasi alabat tektonik anjakan yang diduga berlang­
sung antara kala Oligo-Miosen - Miosen Awal .

Abstract - Karangsambung Formation ofthe Luk uto area, Central Java, is the Eocene sediinent overlaying the
Luk uto Melange Complex ofLate Cretaceous to Paleocene. The lithologic and structural character ofthis forma­
tion which consist ofscaly clay with limestone and conglomerate blocks whose bedding are disturbed, led some
authors to interpret as an olistostrome.

Field study in this fonnation shows that, beside its scaly feature, the rocks ofthis formation have been folded and
thrusted resulting a sheared zone. Futhermore, the bedding planes have been deformed and fragmented. These
structural features indicate a semi~ctile deformation during folding and thrusting rather than sedimentary or
sliding processes. T he bedding planes, shear zones, cleavage and minor fold axis show a ENE-WSW structural
trending. Structural reconstruction indicates a SSE vergence thrust system.

The KarangsamOOng Formation is a sedimentary deposit involving materials from the basin which were ~
deformed by thrust tectonic probably during Oligo-Miocene to Early Miocene.

PENDABULUAN an asing yang tercampur di dalamnya, yang


dianggap sebagai Olistostrom (Asikin, 1974;
Daerah Karangsambung, Luk Ulo, Jawa Asikin et 0/., 1992). Hasil penelitian terakhir
Tengah (Gambar 1) dikenal sebagai salah satu menyimpulkan bahwa kedua fonnasi ini
tempat tersingkap satuan batuan campuran, mempunyai kisaran umur Eosen Tengah­
yaitu Kompleks Melange Luk-Ulo yang Akhir hinggaOligo-Miosen (Harsolumakso et
berumur Kapur Akhir sampai Paleosen 0/., 1995, Kapid dan Harsolumakso, 1996),
(Asikin. 1974; Wakita et 0/., 1994). Satuan yang penyebarannya berubah secara lateral
batuan ini dianggap sebagai produk dari dari utara ke selatan (Gambar 3).
proses subduksi antara lempeng Indo-Aus­
tralia yang menunjam di bawah lempeng Hadimya endapan Paleogen ini, yang dikenal
henua Asia Tenggara(Asikin. 1974). Satuan sebelumnya sebagai "Eosen" (Harloff, 1933;
batuan ini ditutupi oleh sedimen-sedimen Tjia, 1966), terutama di daerah Karangsam­
Paleogen, yaitu Formasi Karangsambung dan bung, telah mengundang berbagai diskusi 00gi
Formasi Totogan (Gambar 2). Kedua satuan beberapa peneliti. Secara umum satuan batuan
batuan ini terdiri dari batulempung dengan ini mentmjukkan keadaan perlapisan yang ti­
ftagmen-ftagmenatau bongkah-bongkah batu- dak teratur, hadimya bongkah asing (olistolit)

BULETIN GEOLOGI, Vol.26, No.J,J996 45


G. WADA5I'INAlVR

KP

,
G.RUJUL

~ l.okasi pengukuran
• G. WA'IVRANI>A

o 1 2Km
.'_ ' _
c:::::::::;::iII ===:::JI

Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian

y• .~ dan mempunyai sifat yang Keadaan ini disimpulkan oleh Tjia (1966),
beBiSik (scaly) atau _tergerus (sheared). bahwa diatrofisme pada Tersier yang

BULE11NGEOLOGI, VoI.16, No.J,J996


melibatkan sedimen Eosen sebagai pehnnas. Mempertimbangkan karakter dari formasi ini,
Asikin (1974) menafsirkannya sebagai olis­ penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari
tostrom, yang merupakan percampuran dari lebih jauh tentang aspek struktur dan sifat
proses sedimentasi pelongsoran akibat gaya deformasinya
bera!, pada suatu cekungan yang aktif secara
tektonik. -F

KP

,@
G.IIIIUJUL

l.okasi pengukuran
o 1 2Km
--== =-_=::::jl
.·.·.·1..... ·.·.·.·.·
{J .... ·1···· ·l-··· 'J'.
.:: . : . ..
. . ..
(~ i : : -..:
. ... .
. .. .

PETA GEOLOGI DAERAH LUK ULO

~ ~
FormasiTot
Aluvial (1IaIapmphIs~)
f:T~:~ Formasi HsIang
~ Formasi Karangsambung
~ Diabas

t::~:~ "Brebi Kemangguan" KOMPLEKS LUK ULO

.'.
... ..
..
E·:~~·:l ~
Batupasir Batulempung II: Fragmen batuan
cvr~ vl Formasi Penosogan
III Selds
~:+::j Basalt 6; Batugamping-Rijang
Gambar 1 Peta lokasi daerab. penelitian t6~~·4 Formasi Watuianda
••• Serpentinit f~~~~~] Gabro 6; Basalt

Asikin d aI., 1992)


yg _beragam, dan mempunyai sifat yang Keadaan ini disimpulkan oleh Tjia (1966),
bcriSik '(scaly)atau tergerus (sheared). bahwa diatrofisme pada Tersier yang Gambar 2 Peta geologi daerah Luk uto, Jawa Tengah

46 BULE11NGEOLOGI, VoI.26, No./,/996


BULEl1NGEOLOGl, Vol.26, No.l,1996 47
MIOSEN BAWAH

OLIGO-MIOSEN

OUGQSEN ·

EOSEN

KOMPLEKS MELANGE
LUKULO PALEOSEN

(HtIrsoIumtIJaro d. a1, 1995)


KAPURATAS

Gambar 3 Bagan tektono-stratigrafi daerah Luk Dlo

LITOLOGI DAN HUBUNGAN ANTAR SATUAN Setempat ditemukan sisipan batulanau dan
BATIJAN batupasir gampingan yang berlapis buruk,
memperlihatkan gejala seperti struktur pe­
Dua formasi yang mempunyai kisaran umur lengseran (slump structure) atau struktur ali­
dari Eosen Akhir hingga Oligo-Miosen, yaitu . ran (flowage structure) dan perlapisan yang
Formasi Karangsambung dan Forrnasi T0­ tak menerus (disrupted bedding). Beberapa di
tog an mempunyai sifat yang mirip. yaitu ter­ antaranya menunjukkan struktur perlapisan
diri dari batulempung yang sebagian bersisik. bersusun dan laminasi sejajar. Sifat perlapisan
Perbedaan yang mencolok dari Formasi To­ juga ditunjukkan dengan adanya laminasi ser­
togan adalah sifat litologinya yang dominan, pih di antara sifat lempung yang bersisik.
terdiri dari breksi dengan fragmen-fragmen Fragmen berukuran beberapa meter hingga
batulempung, batupasir, batugamping, batuan ratusan meter, berupa batugamping foramini­
beku basaltis berukuran centimeter sampai fera dan konglomerat dianggap sebagai olis­
.meter. Di dalam tulisan ini pembahasan hanya tolit pada formasi ini .
pada sifat litologi dari satuan batuan yang di­
anggap sebagai Formasi Karangsambung. Batugamping foram yang dijumpai di be­
Singkapan yang terbaik terutama dijumpai berapa lokasi, seperti di Desa Karangsam­
disekitar Desa Karangsambung, Kali Jebug bung, Karanglo dan · lembah Kali Welaran,
dan Kalisana. yang berupa singkapan bongkah lepas tak
teratur memberikan kesan seolah-olah batuan
Batulempung bemsik dengan olistolit ini merupakan fragmen yang berukuran bera­
gam di dalam batulempung. Pada beberapa
Secara umum litologinya terdiri dari batulem­ lapisan yang tak teratur atau pada bidang ser­
pung gampingan hingga napal, berwama abu- . pihan dijumpai batugamping foram yang
abu gelap kehijauan. Konkresi batulempung mempunyai struktur imbrikasi. Hasil penga­
dengan oksida besi sering dijumpai dan sifat matan terinci di lokasi K. Welaran, di Desa
lempungnya pada umumnya bersisik (scaiy). Kalisana, rnenunjukkan bahwa batugamping

48 BULETIN GEOLOGI. Vo/.26. No.l,1996


ini berupa lensa di dalam batulempung. Ke­ Totogan). Kedudukan tubuh batuan beku ini
beradaannya berupa perselingan dengan dan hu-bungannya satu sarna lain masih
MIOSEN BAWAH
batulempung pasiran dan napal, perlapisan­ menjadi masalah. Batuan basaltik dengan
nya buruk, setempat dijumpai · sisipan kong­ tekstur diabasik dan lava bantal ditemukan
OLIGO-MIOSEN
lomerat polimik di bagian alasnya yang ·pada lokasi yang berdekatan, walaupun belum
berupa Ientile seperti hasil suatu alur pemah keduanya dijumpai dalarn satu tubuh
(channel). Di lokasi dekat Kampus, pada satu batuan yang sarna. Singkapalldi daerah antara
singkapan yang terbatas, dapat diarnati Trenggulun dan Kedunglo menunjukkan
hubungan langsung antara batugamping di atas adanya fragmen batuan fanerik, sebagian
OUGOSEN konglomerat. bertekstur diabasik, yang hadir sebagai inklusi
di dalam batuan basal. Sebagian dari batuan
Singkapan konglomerat yang paling baik basal memperlihatkan struktur vesikuler. Di
.adalah di Bukit Pesanggrahan, di tepi S. Luk bagian selatan, dari G. Parang kearah timur,
010. Litologi umumnya terdiri dari kong­ kontak dengan batulempung dapat diamati
EOSEN
lorperat polimik dengan massadasar batupasir, dengan baik terutama di sekitar Desa Watu­
dan perselingan batupasir dan serpih. Bagian tumpang. Kontak ini berupa bidang sesar
bawah dari singkapan ini diawali dengan pada diabas dengan cermin sesar yang baik,
KOMPLEKS MELANGE lapisan konglomerat berukuran butir kerikil dan batuIempung yang telah mengalami de­
LUKULO PALEOSEN
terdiri dari rijang, kuarsa, dan mineral silika formasi. Jalur ini dapat diikuti pada cabang­
KAPURATAS
yang lain, basal, sekis, mempunyai ketebalan cabangK. Jebug, yang mempunyai arah barat­
(~ d . /Il, 1995)
sampai 3 m berubah berangsur menjadi batu­ timur. Gejala yang mirip juga dijumpai di
pasir sangat kasar, dan diikuti dengan per­ lokasi bekas galian tambang rakyat disekitar
Gambar 3 Bagan tektono-stratigrafi daerah Luk Ulo selinganbatupasir, batulanau dan serpih pada Desa Totogan.
bagian ini setempat terdapat lempung
LITOLOGI DAN HlJ BUNGAN ANTAR SATUAN Setempat ditemukan sisipan batulanau dan kerikilan. Ke arah atas berubah menjadi
BAnJAN batupasir garnpingan yang berlapis buruk, konglomerat, dan berulang kembali sebagai UMUR
memperlihatkan gejala seperti · struktur pe­ sekuen perselingan batupasir dan serpih.
Dua fonnasi yang mempunyai kisaran umur lengseran (slump structure) atau struktur ali­ Setempat dijumpai fragmen kayu terkersikan Formasi Karangsambung secara umum mem­
dari Eosen Akhir hingga Oligo-Miosen, yaitu . ran (flowage structure) -dan perlapisan yang dan karbon. Pada beberapa lapisan dijumpai punyai kisaran urnur dari Eosen Tengah­
F onnasi Karangsambung dan Formasi To­ tak rnenerus (disrupted bedding). Beberapa di struktur perlapisan bersusun dan laminasi Akhir (NP 16-17) sampai Eosen Akhir
togan mempunyai sifat yang mirip, yaitu ter­ antaranya menunjukkan struktur perlapisan sejajar, perlapisan bersilang planar dan gelem­ (NP20-21) (Harsolumakso et aI., 1995). Pada
diri dari batulempung yang sebagian bersisik. bersusun dan laminasi sejajar. Sifat perJapisan bur gelombang. Pada serpih dijumpai larninasi lensa batugamping ditemukan kandungan
Perbedaan yang mencolok dari Formasi To­ juga ditunjukkan dengan adanya laminasi ser­ karbon dan bioturbasi. Kedudukannya ter­ foraminifera Nummulites if. pengaronensis,
togan adalah sifat litologinya yang dominan, pih di antara sifat lempung yang bersisik. badap batuan lain tidak pemah teramati Nummulites jogjakartae, Discocyc/ina cf om­
terdiri dari breksi dengan fragmen-fragmen Fragmen berukuran beberapa meter hingga dengan jelas. Pada beberapa singkapan phala, Discocyc/ina sp. menunjukkan umur
batulempung, batupasir, batugamping, batuan ratusan meter, berupa batugamping foramini­ bongkab, seringkali dijumpai bersama dengan Eosen Akhir (Tb). Hasil penelitian pada
beku basaltis berukuran centimeter sampai fera dan konglomerat dianggap sebagai olis­ batugarnping foram. lokasi di sekitar kontak dengan tubuh batuan
.meter. Di dalarn tulisan ini pembahasan hanya tolit pada formasi ini . beku diabas menunjukkan umur NP20 (Kapid
pada sifat iitologi dari satuan batuan yang di­ Batuan volkanik (Diabas dan Basal) dan Harsolurnakso, 1996). Sedangkanpenta­
anggap sebagai Formasi Karangsambung. Batugamping foram yang dijumpai di be­ rikhan radiometri dengan metoda K-Ar pada
Singkapan yang terbaik terutama dijumpai berapa lokasi, seperti di Desa Karangsam­ Batuan beku basaltik hadir sebagai singkapan­ diabas di daerah Totogan (Gunung Parang)
disekitar Desa Karangsambung, Kali Jebug bung, Karanglo dan · lembah Kali Welaran, singkapan yang terpisah disekitar lembab menghasilkan umur 39 sampai 26 juta tahun
dan Kalisana. yang berupa singkapan bongkah lepas tak Karangsambung dan di bagian utaranya. atau Eosen Akhir-Oligosen (Soeria-Atmadja
teratur memberikan kesan seolah-olah batuan Singkapan utama, di sekitar Desa Dakah dan eta!., 1994).
Batulempung bersisik dengan olistolit ini merupakan fragmen yang berukuran bera­ G. Parang berupa batuan diabas. Di bagian
gam di dalarn batulempung. Pada beberapa utara, batas singkapan batuan ini ke arab
Secara umum litologinya terdiri dari batLllem­ lapisan yang tak teratur atau pada bidang ser­ timur sulit diarnati dengan bai~, seolah ber­ KARAKTER STRUKTUR DAN DEFORMASI
pung gampingan hingga napal, beIWama abu- . pihan dijumpai batugamping foram yang . campur dengan batuan beku basaltik lain,
abu gelap kehijauan. Konkresi batulempung mempunyai struktur imbrikasi. Hasil penga­ basalt, lava dengan struktur bantal dan seba­ Melihat sifat litologi dari formasi ini yang
dengan oksida besi sering dijumpai dan sifat matan terinci di lokasi K. Welaran, di Desa gainya, yang umum dijumpai sebagai fragmen mengandung fragmen atau blok dengan ukuran
lernpungnya pada umumnya bersisik (scaiy). Kalisana, menunjukkan bahwa batugamping breksi p3.da satuan breksi lempung (Forrnasi yang sangat beragarn, sifat tekstur dan struk­

48 BlJLE77N GEOLOG1, Vol. 26, No. 1. 1996 BULETIN GEOLOGI, Vol. 26, No. 1. 1996 49
tur sedimen yang berkembang, jelas dapat di­ StTUktur lipatan, belahan (cleavage) dan
katakan bahwa formasi ini terbentuk oleh jalur tergerus (sheared zone)
proses sedimentasi. Hadimya sebagian blok
dengan ukuran yang eukup besar dapat di­ Struktur lipatan yang berkembang dan
jelaskan dengan mekanisme longsoran (olis­ . berhubungan dengan sesar-sesar minor,
tostrome), 'slump' atau sedimentasi turbidit umumnya dapat diamati pada sisipan batu­
(Hsu, 1974, Raymond, 1984). Walaupun pasir ataU batulanau. Geja(a yang umum di­
demikian, sifat yang bersisik (scaly) ataU jum~i adalah kedudukan yang tidak teratur,
tergerus (sheared), terutama pada massadasar lapisan yang hilang dan teJah berubah menjadi
lempung atau pada kontak antara fragmen dan fragmen. Struktur lipatan yang baik dapat
massadasarnya, menandakan bahwa satuan ini diamati di lokasi sekitar Desa Kemendung,
pernah mengalami deformasi yang kuat, teru­ Karangsambung, dan pada eabang-eabang K.
tama tipe ductile atau semi-ductile (Harso­ Jebug, dekat kontak dengan tubuh batuan
lumakso et 01., 1995). Lapisan batulempung diabas (Foto 2). Struktur sesar minor dicer­
bersisik yang menonjol di lapangan karena minkan oleh jalur gerusan (sheared zone), baik
wamanya yang gelap, kadangkala kemerahan, yang memotong atau sejajar dengan Japisan.
pada singkapan-singkapan yang diamati,
dapat berupa lapisan yang menerus atau Sifat bersisik atau scaly , yang merupakan
sering terpotong-potong sesar. Lapisan gejala yang paling umum dari satuan batulem­
serupa juga teramati pada singkapan di kaki pung formasi ini, sebenamya merupakan bi­
selatan G Parang, yang bahkan memper­ dang belahan berlembar (slaty-cleavage),
lihatkan gejala boudinage. Walaupun demi­ dieirikan oleh lembaran . planar berukuran
o

kian perlapisan yang baik dan normal masih kurang dari 1 mm. Struktur ini terbentuk se­
sering dijumpai di antara bagianyang bersisik. bagai akibat proses deformasi pada batulem­
pung dengan tingkat rekristalisasi umumnya
Pengamatan seksama dilakukan pada lokasi sangat lemah (Henry, 1983, Gidon, 1987).
singkapan di sekitar K Jebug, Desa Karang­ Selain itu gejala yang umum pada bidang be­
sambung, Kemendung dan Kalisana. Litologi lahan ini adalah sifat permukaannya yang
yang umum dijumpai terdiri dari batulempung mengkilat dan menunjukkan gores-garis
bersisik, berwama abu-abu kehijauan, se­ (striation), yang merupakan eiri dari perge­
tempat berwama ungu dan hitam (Foto I). seran pada bidang tersebut. Seringkali jalur­
Sisipan batupasir dan batulanau dengan kete­ jalur gerusan ini hampir sejajar dengan bidang
balan bervariasi dari 5 em hingga 30 em, belahan.
umumnya memmjukkan perlapisan yang bu­
ruk karena sebagian besar telah terdeformasi. Gejala perlipatan ketat juga tampak pada bi­
Sisipan tipis serpih juga seringkali dijumpai, dang-bidang belahannya yang telah terputar
dengan jejak perlapisannya yang masih dapat mengikuti perlipatan pada bidang perlapisan
diamati. Gejala umum yang tampak adalah (Foto 3 dan 4). Hal ini mengakibatkan
singkapan-singkapan 1D1 memperlihatkan kedudukan bidang belahan akan terorientasi
struktur perlipatan, sesar-sesar dan jalur ter­ membentuk lengkungan berbentuk s (erenu­
geruskan, pada lapisan-Iapisan yang pada lation), yang tampak seperti struktur aliran
bagian lempungnya selalu menunjukkan sifat atau pelengseran. Keadaan ini sebenamya
yang bersisik. Hal ini jelas menunjukkan basil adalah akibat dari tahap lanjut dari suatu per­
proses deformasi pada suatu masa batuan lipatan yang diikuti dengan penyesaran. Sulit
yang sebelumnya telah mengalami litifikasi, untuk dapat meinisahkan fasa-fasa perlipatan
dan bukan struktur hasil suatu pelengseran yang terjadi dari struktur-struktur karena be­
pada proses sedimentasi. lum dilakukan pengukuran sistematik dan
keteIbatasan data yang lebih terpilih.

50 BULETIN GEOLOGI, Vo/.26, No./,/996


tur sedimen yang berkembang, jelas dapat di­ Struktur lipatan, belahan (cleavage) dan
katakan bahwa formasi ini terbentuk oleh jaJur tergerus (sheared zone)
proses sedimentasi. Hadirnya sebagian blok .
dengan ukuran yang cukup besar dapat di­ Struktur lipatan yang berkembang dan
jelaskan dengan mekanisme longsoran (olis­ berhubungan dengan sesar-sesar minor,
tostrome), 'slump' atau sedimentasi turbid it umumnya dapat diamati pada sisipan batu­
(Hsu, 1974, Raymond, 1984). Walaupun pasir atau batulanau. Gejala yang umum di­
demikian, sifat yang bersisik (scaly) atau jump~i adalah kedudukan yang tidak teratur,
tergerus (sheared), terutama pada massadasar lapisan yang bilang dan telah berubah menjadi
lempung atau pada kontak antara fragmen dan fragmen. Struktur lipatan yang baik dapat
massadasarnya, menandakan bahwa satuan ini diamati di lokasisekitar Desa Kemendung,
pernah mengalami deformasi yang kuat, teru­ Karangsambung, dan pada cabang-cabang K.
tama tipe ductile atau semi-ductile (Harso­ Jebug, dekat kontak dengan tubuh .batuan
lumakso et al., 1995). Lapisan batulempung diabas (Foto 2). Struktur sesar minor dicer­
bersisik yang menonjol di lapangan karena minkan oleh jalur gerusan (sheared zone), baik
warnanya yang gelap, kadangkala kemerahan, yang memotong atau sejajar dengan lapisan.
pada singkapan-singkapan yang diamati,
dapat berupa lapisan yang menems atau Sifat bersisik atau scaly , yang merupakan
sering terpotong-potong sesar. Lapisan gejala yang paling urnum dari satuan batulem­
serupa juga teramati pada singkapan di kaki pung formasi ini, sebenarnya merupakan bi­
selatan G Parang, yang bahkan memper­ dang belahan berlembar (slaty-cleavage),
lihatkan gejala boudinage. Walaupun demi­ dicirikan. oleh lembaran planar berukuran
Fotol
kian perlapisan yang baik dan normal masih kurang dari 1 mm. Struktur ini terbentuk se­
sering dijumpai di antara bagianyang bersisik. bagai akibat proses deformasi pada batulem­ Singkapan batulempung
pung dengan tingkat rekristalisasi umumnya bersisik yang tersayat oleh
Pengamatan seksama dilakukan pada lokasi . sangat lemah (Henry, 1983, Gidon, 1987). bidang-bidang gems.
singkapan di sekitar K Jebug, Desa Karang­ Selain itu gejala yang umum pada bidang be­
sambung, Kemendung dan Kal isana. Litologi lahan ini adalah sifat permukaannya yang Fot02
yang umum dijumpai terdiri dari batulempung mengkilat dan menunjukkan gores-garis Kontak antara batulempung
bersisik, berwama abu-abu kehijauan, se­ (striation), yang merupakan ciri dari perge­ bersisik dengan diabas.
tempat berwarna ungu dan hitam (F oto 1). seran pada bidang tersebut. Seringkali jalur­ (kanan atas)
Sisipan batupasir dan batulanau dengan kete­ jalur gerusan ini hampir sejajar dengan bidang
balan bervariasi dari 5 em hingga 30 em, belahan.
umumnya menunjukkan perlapisan yang bu­
ruk karena sebagian besar telah terdefonnasi. Gejala perlipatan ketat juga tampak pada bi­
Sisipan tipis serpih juga seringkali dijumpai, dang-bidang belahannya yang telah terputar
denganjejak perlapisannya yang masih dapat mengikuti perlipatan pada bidang perlapisan
diamati. Gejala umum yang tampak adalah (Foto 3 dan 4). Hal ini mengakibatkan Fot03

singkapan-singkapan fil memperlihatkan kedudukan bidang belahan akan terorientasi


Struktur perIipatan pada

struktur perlipatan, sesar-sesar dan jalur ter­ membentuk lengkungan berbentuk s (erenu­
sisipan batulanau.

geruskan, pada lapisan-Iapisan yang pada lation), yang tampak seperti struktur aliran
bagian lempungnya selalu menunjukkan sifat atau pelengseran Keadaan ini sebenarnya
Fot04

yang bersisik. Hal ini jelas menunjukkan hasil adalah akibat dari tahap lanjut dari suatu per­
Struktur perlipatan yang

proses deformasi pada suatu masa batuan lipatan yang diikuti dengan penyesaran. Sulit
yang sebelwnnya telah mengalami litifi~ untuk dapat memisahkan faSa-fasa perlipatan tersayat oleh bidang­

dan bukan struktur hasil suatu pelengseran yang terjadi dari struktur-struktur karena be­ bidang gems.

pada proses sedimentasi. lum dilakukan pengukuran sistematik dan


keterbatasan data yang lebih terpilih.

50 BULE17N GEOLOGI, Vol. 26, No.1, 1996 BULE17NGEOLOGI, Vol.26, No.J,1996 51


N N

A BIDANG PERLAPlSAN
B. BIDANG cl JALUR GERUS
N

C. SUMBU L1PATAN D. PHI cl BETA DIAGRAM DAR! PERUPATAN

E. HASIL REKONSTRUKSI AR>\H TEKTONIK


PADA SAAT DEFORMASI FM. KARANGSAMBUNG
Gambar 4 Hasil pengukuran struirn!r dan interpretasi arab deformasi.

52 BULETINGEOLOGI, Vo1.26, No./,/996


N N

Pengukuran pendahuluan di lokasi yang ter­ dapat diartikan sebagai sifat defonnasi semi
batas, yaitu di sekitar K. Jebug dan beberapa lentur. Sifat dari massadasar dan komponen­
cabangnya, dilakukan pada bidang perlapisan, nya yang tergerus yang ditafsirkan bahwa '
termasuk orientasi yang masih dapat diarnati lIlaterial tersebut berasal dari suatu daratan
sebagai perlapisan, jalur tergerus yang utama yang aktif secara tektonik (Asikin, 1974),
dan sumbu perlipatan minor. Hasil yang dida­ sulit menjelaskan hubungan aritara massadasar
patkan ditunjukkan pada Gambar 4. Dari dan komponennya yang juga tergerus. Hal
pengukuran ini diperoleh arah umum stroktur yang perlu didiskusikan di ' sini, apakah
E-W hinggaENE-WSW, dengan arah tektonik defonnasi ini berlangsung bersamaan dengan
(tectonic vergence) SSW. Dengan demikian proses sedimentasi.
dapat disimpulkan bahwa kedua formasi ini
telah mengalami deformasi abbat tektonik, Melihat struktur dari kedua formasi ini, ter­
A. BIDANG PERLAPISAN
kemungkinan berupa anjakan yang mengarah utama sifat tergerus, perlipatan dan jalur-jalur
B. BIDANG.I: JALUR GERUS
ke selatan. tergerus, diinterpretasikan bahwa deformasi
N
ini berlangslUlg pada suatu tubuh batuan yang
KonJllk anttua Fonnasi Karangsambung padat, artinya batuan tersebut telah meng­
don Melange Lllk Ulo alami litifikasi. Dengan kata lain proses
deformasi tetjadi setelah sedimentasi, dan
Kontak antara kedua formasi ini dengan tidak berhubungan dengan gejala pelengseran
Kompleks Melange Luk Ulo pada umumnya atau penggerusan yang sejalan dengan
tektonik. Di bagian barat kontak sesar sedimentasi. Fragmen atau bl9k mungkin telah
diperkirakan berbatasan dengan blok basal, mengala.'lli defonnasi akibat tektonik sebe­
sekis dan rijang di sekitar K. Gebang. Di lumnya, akan tetapi ini tidak dapat
utara, di K. Muncar, dijumpai kontak antara menjelaskan sifat massadasar yang tergerus.
breksi lempung dengan batugamping rijang
dan lava banta!. Kontak satuan ini pada Gejala deformasi yang teramati pada sing­
umumnya memperlihatkan jalur tergerus yang kapan yang sifatnya masih terbatas ini
sangat kuat, yang dalam kompleks melange terletak tidak jauh dengan kontak dengan
C. SUMBU LlPATAN D.I'HI.I: BETA DIAGRAM DAR! PERUPATAN dapat bertindak sebagai massadasar dengan batuan volkanik (basal dan diabas) di sekitar
blok-blok batuan asing (Harsolurnakso et a.1., K. Jebug, yang jelas merupakan blok yang
1996). Dalam hal ini perlu dipertimbangkan tersesarkan ke arah selatan. Pada lokasi yang
apakah massadasar ini tennasuk dalam satuan lain seperti di sekitar KemendlUlg dan Ka­
melange atau Formasi KarangsamblUlg dan rangsambung juga tidak jauh dengan kelom­
Totogan. pok batuan basaltik ini. Kedudukan kelom­
pok batuan ini memang masih menjadi
Usaha. lUltuk membedakan sifat massadasar masalah (Harsolumakso et ai., 1996). Hal ini
telah dicoba. Pada F ormasi KarangsamblUlg juga telah dikemukakan oleh Asikin (1974),
dan Totogan pada wnumnya hanya memper­ yang keberadaannya diduga merupakan
lihatkan cleavage dan belurn memperlihatkan lempengan yang disesarkan ke atas melalui
rekristalisasi, atau masih samar, sedangkan sesar sisik. Kemungkinan besar bahwa
pad8 kompleks melangetelah memperlihatkan kelompok batuan volkanik: ini merupakan
gejala metamorfosa (Harsolumakso et ai., bagian dari muka anjakan (thrust sheet) yang
1996). melibatkan deformasi pada Fonnasi
Karangsambung dan Totogan.

INTERPRETASI DAN DISKUSI Melihat sifat defonnasi pada fonnasi ini yang
khas berbeda dengan batuan yang lebih mud&,
E. HASIL REKONSTRUKSI ARAH TEKTONIK
PADA SAAT DEFORMASI PM. KARANGSAMBUNG
Interpretasi Tjia (1966), bahwa diatrofisme misalnya bagian atas dari Fonnasi Totogan
atau deformasi pada T ersier yang melibatkan atau bagian bawah F ormasi .Waturanda yang
Gambar 4 Hasil pengukuran struktl!r dan interpretasi arab deformasi. sedimen Eosen sebagai pelumas, kemungkinan relatif berlapis baik, kemungkinan defonnasi

BULEl1NGEOLOGI, Vol.26. No.l,1996 53


52 BULEl1NGEOLOGI. Vol.26. No. 1.1996
ini berlangsung sebelum pengendapan For­ van Java, 1 : 100 000, Diens van den
masi Waturanda (Oligo-Miosen - Miosen Mijnbouw, Nederland Indische.
A wal). Hasil rekonstruksi struktur mengh3siI­ Harsolumakso A H., Suparka M. E., Zaim
kan suatu sistem anjakan ke arah SSW. Y, Magetsari N. A, Kapid R, Dardji
. Noeradi, dan Chalid I. Abdullah (1995),
Membandingkan deformasi pada Kompleks Karakteristik Satuan Melange dan Olis­
Melange Luk Ulo, terdapat kesamaan arab tostrom di daerah Karangsambung, ' Jawa
umum yaitu ENE-WSW (Harsolumakso et Tengah: suatu tinjauan ulang. Dalam Pro­
ai., 1996), walaupun kejadiannya tidak dapat siding Hasil Penelitian Puslitbang Geo­
dihu-bungkan secara langsung. teknologi LIPI (ed. Y Kumoro., A M. Ri­
yanto, danE. Z. Gaffar), 190-215.
Harsolumakso A H., Suparka M. E., Oardji
KESIMPULAN Noeradi, Kapid R, Zaim Y, Magetsari N.
A, dan Chalid I. Abdullah (1996), Karak­
F ormasi KarangsambWlg merupakan basil teristik Struktur Melange di daerah Luk
percampuran dari bongkah di dalam suatu Ulo, Jawa Tengah. Dalam Prosiding Hasil
massadasar sebagai proses sedimentasi, yang Penelitian Puslitbang Geotelcnologi LIPI
kemudian mengalami deformasi tektonik yang (ed lSopaheluwakan dan E. Z. Gaffar),
diduga berlangSWlg antara kala Oligo-Miosen 422-441.
- Miosen A wal. Henry M. l (1983), Methodes Modernes de
Geologie de Terrain, Manuel D 'analyse
Structurale Methodes D 'Qbservation de
Uctlpan terlma kllsih Mesure et de Notation, Editions Technip,
183 hal.
Makllah ini ada/ah bagian dari hasil kerjasama Hsu KJ. (1974) Melange and their distinc­
penelitian antara Jurusan Teknik Geologi ITB tahun
tion from Olistostrome, Soc. of Economic
1994-1995 dan Puslitbang Geotelcnologi LIP!. Uca­
pan terimakasih disampaikan kepoda pimpinan dan Paleontologist and · Mineralogist, Spec.
staf atas kepercayrxmnya Iu!pada tim untuk melalrukan Publication 10-19, 321 - 33l. .
penelitian ini. Kelatrcaran pekerjaan teknis dan Kapid R dan Harsolumakso A H. (1996)
administrasi herJrat bantuan staf dan koryawan UPT
Laboratorium A/am Geologi Karangsambung.
Studi fosil nanoplankton pada F ormasi
Karangsambungdan Totogan. Ruletin Geo­
logi 26, 13-43.
PUSTAKA Raymond L. A (1984) Classification of me­
Ian.ge. Dalam Melanges: Their Nature,
Asikin S. (1974) Evolusi geologiJawa Tengah Origin and Significance (ed. L. A Ray­
dan sekitamya ditinjau dari segi teori mond) , Geol. Soc. Am. spec. paper 198, 1­
tektonik dunia yang bam Desertasi 5.
Doklor, Institut Teknologi Bandung, tidak Soeria-Atmadja R., M~ury RC., Bellon H.,
dipublikasikan, 103 hal. Pringgoprawiro H., Polve M. and Priadi B.
Asikin S., Handoyo A, Busono H., dan (1994) Tertiary magmatic belts in Java.
Gafoer S. (1992), 'Geologic Map of Ke­ Journal o/Southeast Asian Earth Sciences,
bumen Quadrangle, Java. scale 1 :100 9, 13-27
000. Geological Research and Develop­ Tjia H.D. (1996) Structural analysis of the
ment Center, Bandung. Pre-Tertiary of the Luk-Ulo area, Central
Gidon M. (1987) Les Structures Tecloniques, Java; Disertasi Doktor, Institut Teknologi
Bureau de Recherches Geologiques et Bandung, tidak dipublikasikan.
Minieres, 206 hal. Wakita K, Munasri & Widoyoko B. (1994)
Harloff Ch.E.A (1933) Toelich!ing bi} blad Cretaceous radiolarian from the Luk Ulo
67 (Bandjamegara) - Geologische kaarl melange Complex in the Karangsambung
area, Central Java, Indonesia. Journal of
l Southeast Asian Earth Sciences 9,29-43.
r

54 BULEl1N GEOLOGI, Vol. 26, No.1,1996

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai