Anda di halaman 1dari 4

Oleh : Dwi Utari Yuniasih

19052821010031

1. Kronologis Krisis Ekonomi Moneter di Indonesia pada tahun 1997 – 1998 :


➢ 2 Juli 1997
Bath Thailand berfluktuasi dan melemah hingga 20%. Pelemahan baht tersebut menular
ke Indonesia dua puluh hari kemudian, 21 Juli.
➢ 24 Juli 1997
Mata uang Asia rontok, yaitu rupiah, baht, ringgit dan peso. Rupiah melemah Rp.
2.450,00 per dollar AS pada Juli 1997
➢ 14 Agustus 1997
Bank Indonesia melepas intervensi terhadap Rupiah, kurs Rupiah langsung anjlok.
Rupiah terus melemah di kisaran Rp. 13.000,00 sampai akhir Januari 1998. Pada
Agustus 1997, mata uang rupiah mulai bergerak di luar pakem normal. Rupiah tidak saja
bergeliat negatif, tapi lebih dari itu. Rupiah bergerak sempoyongan. Kemudian
September 1997, Bursa Efek Jakarta (saat ini Bursa Efek Indonesia) bersujud di titik
terendahnya. Perusahaan yang meminjam dalam dolar harus menghadapi biaya yang
lebih tinggi untuk membayar utang.
➢ 28 Oktober 1997
Pasar modal anjlok, yang dikenal sebagai ”Selasa Hitam”.
➢ 31 Oktober 1997
Pada 31 Oktober, pemerintah menandatangani perjanjian dengan IMF berikut fasilitas
pinjaman siaga 38 miliar dollar AS. Ini adalah bantuan pertama IMF untuk Indonesia.
IMF adalah organisasi internasional bidang moneter yang dibentuk sejak 1944,
bermarkas di Washington DC.
➢ 1 November 1997
Pengumuman paket reformasi perbankan, penutupan 16 bank swasta, pembatasan
jaminan deposito bagi para deposan bank
➢ 5 November 1997
Kesepakatan bantuan IMF selama 3 tahun dengan nilai total US $ 43 Miliar
➢ Pertengahan Desember 1997
Dana Perbankan raib dari bank nasional, nilainya terhitung hamper separuh dari system
asset bank. Tapi di bulan ini pemerintah ambil tindakan yaitu menteri keuangan
melakukan road show keluar negri untuk menyakinkan para krediktur .
➢ 6 Januari 1998
Pemerintah mengumumkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN) yang dinilai tidak realistis. RAPBN 1998 itu mengasumsikan nilai tukar
rupiah Rp 4.000 per dollar AS, pertumbuhan ekonomi 4 persen, dan inflasi 9 persen.
Faktanya, pada 10 Januari, rupiah langsung menembus angka psikologis Rp 10.000 per
dollar AS.
➢ 15 Januari 1998
Program bantuan kedua IMF diterbitkan untuk Indonesia. Tapi di lain pihak, rupiah
meluncur dengan cepat ke level sekitar Rp 17.000/dolar AS pada 22 Januari 1998, atau
terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak mata uang tersebut diambangkan 14 Agustus
1997.
➢ 27 Januari 1998
Pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan penerbitan Blanket
Guarantee. BPPN bertugas menyehatkan perbankan , menyelesaikan asset bermasalah
dan mengembalikan uang negara yang tersalur pada sector perbankan
➢ Akhir Februari 1998
Periode kampanye presiden, keraguan tentang masa depan industry keuangan di tengah
ketidakpastian kondisi politik, rupiah makin anjlok. Muncul perdebatan soal skema
Currency Board System (CBS)
➢ 23 Februari 1998
Gubernur Bank Indonesia Sudrajad Djiwandono diberhentikan. Drajad menduga dirinya
diberhentikan lantaran tak setuju kebijakan CBS dan menutup 16 bank yang 3
diantaranya punya kaitan dengan keluarga Cendana
➢ 29 Februari 1998
Kepala BPPN Glenn Yusuf diberhentikan
➢ 6 Maret 1998
Regulasi baru diperkenalkan yaitu Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
➢ 11 Maret 1998
Soeharto terpilih kembali sebagai Presiden. Di sisi lain tercatat, dari total utang luar
negeri per Maret 1998 yang mencapai 138 miliar dolar AS, sekitar 72,5 miliar dolar AS
adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek, di mana sekitar 20 miliar dolar
AS akan jatuh tempo pada 1998. Sementara pada saat itu cadangan devisa tinggal sekitar
14,44 miliar dolar AS.
➢ Pertengahan Mei 1998
Kondisi politik memburuk, kerusuhan meluas, rupiah anjlok, dana perbankan berlanjut
kabur dan BI menyediakan likuiditas
➢ 21 Mei 1998
Presiden Soeharto lengser dan diganti BJ. Habibie
➢ 29 Mei 1998
Bank swasta terbesar BCA diambil alih oleh BPPN
➢ 5 Juni 1998
Kreditur internasional dan perusahaan nasional sepakat restrukturisasi utang.
Restrukturisasi hutang adalah pembayaran hutang dengan syarat yang lebih ringan
dibandingkan dengan syarat pembayaran hutang sebelum dilakukannya restrukturisasi.
➢ 29 Juni 1998
Lelang utang pertama Bank Indonesia
➢ 29 September 1998
Bank Mandiri dibentuk melalui merger 4 bank milik negara. BI mengumumkanrencana
rekapitalisasi bank swasta
➢ 6 Oktober 1998
Revisi UU perbankan disahkan untuk memberi kekuatan hukum bagi BPPN
➢ Pertengahan Oktober 1998
Rupiah kembali menguat dari Rp. 11.000,00 menjadi Rp. 7.000,00 per dollar AS
➢ Tahun 1999
Terjadi bongkar pasang perusahaan, di sector perbankan baik penutupan, pengambil
alihan , maupun penggabungan usaha (merger) sebagai upaya pembenahan usai krisis
finansial
Pemilihan Umum Presiden berlangsung, Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarno
Putri terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Kondisi politik yang tak lagi
bergejolak meredakan ‘demam” ekonomi Indonesia

Sumber : www.cnnindonesia.com

2. Langkah – langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Inflasi :

1). Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter adalah segala bentuk kebijakan yang diambil Bank Sentral yang tujuannya
untuk menjaga kestabilan moneter agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan moneter meliputi.
a. Kebijakan Penetapan Persediaan Kas
Bank sentral dapat mengambil kebijakan untuk mengurangi uang yang beredar dengan jalan
menetapkan persediaan uang yang beredar dan menetapkan persediaan uang kas pada bank-
bank. Dengan mengurangi jumlah uang beredar, inflasi dapat ditekan.
b. Kebijakan Diskonto
Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto dengan cara
meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar masyarakat terdorong untuk
menabung. Dengan demikian, diharapkan jumlah uang yang beredar dapat berkurang
sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.
c. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka
Melalui kebijakan ini, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
menjual surat-surat berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN). Semakin banyak jumlah
surat-surat berharga yang terjual, jumlah uang beredar akan berkurang sehingga dapat
mengurangi tingkat inflasi.

2). Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal adalah langkah untuk memengaruhi penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Kebijakan itu dapat memengaruhi tingkat inflasi. Kebijakan fiskal antara lain sebagai berikut.
a. Menghemat Pengeluaran Pemerintah
Pemerintah dapat menekan inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran, sehingga
permintaan akan barang dan jasa berkurang yang pada akhirnya dapat menurunkan harga.
b. Menaikkan Tarif Pajak
Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat menaikkan tarif pajak. Naiknya tarif pajak untuk
rumah tangga dan perusahaan akan mengurangi tingkat konsumsi. Pengurangan tingkat
konsumsi dapat mengurangi permintaan barang dan jasa, sehingga harga dapat turun.

3). Kebijakan Lainnya


Untuk memperbaiki dampak yang diakibatkan inflasi, pemerintah menerapkan kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal. Tetapi selain kebijakan moneter dan fiskal, pemerintah masih
mempunyai cara lain. Cara lain dalam mengendalikan inflasi adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan Produksi & Menambah Jumlah Barang di Pasar
Untuk menambah jumlah barang, pemerintah dapat mengeluarkan perintah untuk
meningkatkan produksi. Hal itu dapat ditempuh dengan memberi premi atau subsidi pada
perusahaan yang dapat memenuhi target tertentu. Selain itu, untuk menambah jumlah barang
yang beredar, pemerintah juga dapat melonggarkan keran impor. Misalnya, dengan
menurunkan bea masuk barang impor.
b. Menetapkan Harga Maksimum untuk Beberapa Jenis Barang
Penetapan harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga inflasi dapat
dikendalikan. Tetapi penetapan itu harus realistis. Kalau penetapan itu tidak realistis, dapat
berakibat terjadi pasar gelap (black market).

Anda mungkin juga menyukai