Anda di halaman 1dari 34

Kata Pengantar

Modul ini merupakan pedoman praktis untuk


menghitung sistem saluran dan penambah pada lomba
Casting Competition (C2). Perhitungan yang disajikan
dalam modul ini merupakan perhitungan yang sederhana
sehingga mudah dipahami dalam penggunaannya.

Modul ini juga dilengkapi dengan daftar tabel,


gambar, dan juga contoh perhitungan serta cara
penggunaan rumus dan penjelasannya.

Modul ini merupakan modul pertama yang


digunakan dalam lomba Casting Copetition (C2) yang
kedepannya modul ini akan terus diperbaiki menjadi
lebih baik untuk terus digunakan sebagai pedoman
Casting Competition maupun kebutuhan pada bidang
ahli pengecoran logam.

Modul ini diambil dari R. Widodo yang merupakan


salah satu dosen di Politeknik Manufaktur Bandung
sekaligus menjabat sebagai Ketua Harian HAPLI
(Himpunan Ahli Teknik Pengecoran Logam Indonesia)

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................. i

Daftar Isi ......................................................................... ii

1. Sistem Saluran ......................................................... 1

2. Hubungan antara Saluran Turun, Saluran Terak, dan


Saluran Masuk (Sprue, Runner, Ingate) .................. 4

3. Menentukan Luas Penampang Total Saluran Masuk


7

4. Tekanan Metalostatik .............................................. 8

5. Contoh Perhitungan Sistem Saluran ........................ 9

6. Menghitung Penambah .......................................... 14

7. Membuat Cetakan Dengan Pasir Greensand ......... 21

ii
1. Sistem Saluran
Sistem saluran pada prinsipnya merupakan
rangkaian dari kanal-kanal yang menghubungkan
antara luar cetakan dengan rongga di dalam cetakan.
Sistem saluran terdiri dari :

1.1 Saluran Turun (Sprue)


Saluran ini berfungsi untuk menyalurkan cairan
logam yang dituang menunju saluran terak. Cairan
logam mengalir pada mulanya dari bagian atas
saluran ini yaitu Cawan tuang (Pouring Basin).
Berikut bentuk dari saluran turun :

a. Geometri Silinder
Geometri silinder adalah salah
satu yang paling digunakan
untuk saluran turun.

1.2 Saluran Terak (Runner)


Saluran ini berfungsi untuk mendistribusikan
cairan logam mendekati bagian-bagian rongga
cetakan yang dipilih sebagai tempat masuk. Saluran

1
ini dapat sekaligus difungsikan sebagai saluran
penjebak terak/kotoran. Berikut bentuk-bentuk dari
saluran terak :
a. Geometri Trapesium
Geometri segitiga adalah salah
satu yang paling digunakan untuk
saluran turun.

b. Geometri Segitiga
Geometri segitiga, mungkin
digunakan namun tidak populer.

1.3 Saluran Masuk (Ingate)


Saluran ini merupakan saluran yang ditempatkan
sedemikian rupa sebagai jalan masuknya cairan
logam menuju rongga cetak dari saluran terak.
Saluran ini difungsikan agar aliran cairan logam
terdistribusi dengan tenang, homogen, merata baik

2
suhu maupun volumenya ke dalam rongga cetak.
Berikut bentuk-bentuk dari saluran masuk :

a. Geometri Setengah Lingkaran


Geometri ini merupakan yang
terbaik pada teknik aliran fluida,
namun sukar untuk dibuat.

b. Geometri Lidah
Geometri ini cukup baik dalam
mengalirkan cairan, banyak
digunakan karena mudah dalam
proses pembuatan.

c. Geometri Persegi Panjang


Geometri ini sangat banyak
digunakan dan mudah dalam
pembuatan.

3
d. Geometri Segitiga
Geometri ini sangat banyak
digunakan dan mudah dalam
pembuatan.

e. Geometri Trapesium
Geometri ini kurang baik dalam
mengalirkan cairan serta jarang
digunakan.

2. Hubungan antara Saluran Turun, Saluran Terak,


dan Saluran Masuk (Sprue, Runner, Ingate)
Topik yang selalu menarik untuk didiskusikan
adalah bagaimana menemukan hubungan yang terbaik
antar ketiga bagian terpenting dari sistem saluran
tersebut. Berbagai penelitian telah dipatenkan yang
masing-masing mengajukan baik rasio maupun
dimensi yang berbeda. Namun tetap tidak ada satupun
yang dianggap yang terbaik.

4
Walaupun demikian, semua buku maupunn
referensi menjelaskan tujuan dari sistem saluran
selalu sama, yaitu :
1. Untuk menjamin pengisian rongga cetakan dengan
optimal pada waktu yang terbatas.
2. Untuk mencegah semua terak dan kotoran yang
terdapat didalam cairan agar tidak ikut masuk
kedalam rongga cetakan.
3. Geometri dan rancangan sistem saluran sedapat
mungkin mungkin mendapat turbulensi aliran
logam cair.
4. Sistem cairan harus dapat tetap terisi penuh selama
proses penuangan sehingga tidak terdapat rongga
udara yang tercampur dan dapat mengoksidasi
cairan logam.
`Dua alternatif untuk menetapkan perbandingan
penampang masing-masing bagian sistem saluran
adalah sebagai berikut :
Saluran turun (Sprue) : SP
Saluran Terak (Runner) : R
Saluran Masuk (Ingate) : I

5
1. SP : R : I = 4 : 3 : 1

Dengan perbandingan ini sistem saluran akan


selalu berada pada tekanan tinggi (penampang
semakin mengecil), sehingga diharapkan akan
selalu terisi penuh.

2. SP : R : I = 1.5 : 2.5 : 1

Pada sistem ini tekanan yang terjadi tidak terlalu


tinggi, sebab antara saluran turun dan saluran
masuk terdapat saluran terak yang lebih besar dan
dimaksudkan sebagai tempat menjebak dan
menampung terak serta diharapkan akan
membuat keadaan cairan menjadi lebih tenang.

Dalam banyak hal, alternatif ke-2 dapat


memberikan hasil yang lebih baik. Namun demikian
perlu diingat, masih terdapat banyak kemungkinan
perbandingan penampang masing-masing saluran
dengan hasil yang satu relatif dengan hasil yang
lainnya. Rasio yang paling sesuai akan sulit ditemukan
tanpa adanya pengalaman yang memadai.

6
Langkah terbaik adalah dengan memulai dari
salah satu rasio yang telah dikenal, serta sedikit demi
sedikit melakukan penyesuaian dan pengembangan
sehingga pada akhirnya ditemukan rasio sistem saluran
yang paling sesuai untuk diterapkan.

3. Menentukan Luas Penampang Total Saluran


Masuk
Perhitungan luas penampang total saluran masuk
telah dikembangkan formulasi berdasarkan hukum-
hukum fisika fluida. Formulasi tersebut adalah :

22.6 · 𝑊
𝐼𝐴 =
𝑆𝑃𝑤 · 𝑡 ·𝑓 · √ℎ𝑚

Dimana :
 𝐼𝐴 = Luas Penampang Total Saluran Masuk (𝑐𝑚2 )
Menyatakan luas total penampang saluran masuk
atau saluran yang langsung berhubungan dengan
rongga cetakan.

7
 W = Berat Penuangan (kg)
Menyatakan berat total cairan yang dibutuhkan
untuk memenuhi rongga cetakan berikut saluran dan
penambah. Bila pada saat perhitungan, berat sistem
saluran maupun penambah belum diketahui maka
dapat ditetapkan sebagai asumsi kemudian
setelahnya harus dihitung kembali berat yang
sesungguihnya.
 ℎ𝑚 = Ketinggian Tekanan Metalostatik (cm)
 f = Faktor Hambatan
Menyatakan seluruh faktor yang menghambat baik
kecepatan alir maupun debit cairan yang disalurkan,
akibat dari gesekan dengan permukaan pasir dan
belokan-belokan sebelum cairan memasuki rongga
cetakan.

4. Tekanan Metalostatik
4.1 Saluran masuk berada di tengah

1
b=2c
𝑐
ℎ𝑚 = a - 8

8
4.2 Saluran masuk berada di atas

b=0
ℎ𝑚 = a

4.3 Saluran masuk berada di bawah

b= c
𝑐
ℎ𝑚 = a - 2

5. Contoh Perhitungan Sistem Saluran


Berikut ini disajikan suatu contoh perhitungan
sistem saluran sebagai berikut :
Hitung sistem saluran dari produk cor dengan
gambar berikut ini. Ukuran rangka cetak (flask) adalah
500x300x150. Bahan besi cor.

9
Untuk menghitung berat produk, maka untuk
geometri seperti gambar diatas dapat dibagi menjadi 2
bagian.
1. Hitung volume total.
𝜋
a. V = 4 (𝐷2 - 𝑑2 ) h
𝜋
V = 4 (1202 - 962 ) 245

V = 0.997 𝑑𝑚3 ≈ 1 𝑑𝑚3

b. V = a ∙ h ∙ 𝑑𝑠 ∙ 𝜋
V = 30 ∙ 50 ∙ 150 ∙ 𝜋
V = 0.71 𝑑𝑚3

Terdapat 2 bagian, jadi :


V = 0.71 ∙ 2 = 1.42 𝑑𝑚3
Volume Total = 1 + 1.42 = 2.42 𝑑𝑚3

1
0
Berat Produk = V ∙ 𝑆𝑃𝑤
= 2.42 ∙ 7.2
= 17.42 kg
c. Berat penuangan total
Berat produk = 17.42 kg
Asumsi penambah 20% = 5 kg
Asumsi sistem saluran 10% = 2 kg
Total = 24.42 kg ≈ 25 kg

d. Waktu tuang = 17 detik (Lihat tabel 1)


Tebal rata-rata = 15 cm
Berat tuang = 25 kg
Suhu penuangan = 1350 ℃ (ditetapkan)

e. Faktor hambatan = 0.61 (Lihat tabel 2)


Penuangan ditengah coran biasa

f. Tekanan metalostatik
Tinggi flask = 150 mm
Sistem saluran ditengah
Menghitung tekanan

1
1
1
b=2c
𝑐
ℎ𝑚 = a - 8
180
ℎ𝑚 = 150 - 8

ℎ𝑚 = 127.5 mm
ℎ𝑚 = 12.75 cm ≈ 13 cm
√ℎ𝑚 = √13 = 3.6 cm

g. Luas total penampang saluran masuk


22.6 · 𝑊
𝐼𝐴 =
𝑆𝑃𝑤 · 𝑡 ·𝑓 · √ℎ𝑚

22.6 · 25
=
6.85 · 17 · 0.61 · 3.6
= 2.21 𝑐𝑚2 = 221 𝑚𝑚2

Berikut layout dari sistem saluran.

1
2
Benda akan lebih baik jika diberi 2 sistem saluran
masuk, maka :

𝐼𝐴
I= , dimana n = jumlah saluran masuk
𝑛
221
I= = 110.5 𝑐𝑚2 = 1.105 𝑚𝑚2
2

Berikut geometri dari saluran masuk untuk panjang


disesuaikan. (tabel 4.2)

a. Rasio sistem saluran (ditetapkan)


SP : R : I = 1.5 : 2.5 : 1
b. Saluran terak (masing – masing 1)
𝑅 2.5
=
𝐼 1
2.5 ∙1.105
R=
1

R = 2.76 𝑐𝑚2

1
3
Berikut geometri dari saluran terak untuk panjang
disesuaikan. (tabel 4.1)

c. Saluran turun (terhadap saluran masuk total)


𝑆𝑃 1.5
=
𝐼𝐴 1
1.5 ∙2.21
SP = 1

SP = 3.32 𝑐𝑚2
Berikut geometri dari saluran turun untuk panjang
disesuaikan. (tabel 4.1)

6. Menghitung Penambah
a. Perhitungan Modul Benda
Modul adalah pebandingan volume benda dengan
luas area lepas panasnya. Geometri benda yang

1
4
masif akan mengalami susut kristalisasi yang lebih
banyak daripada benda tipis.

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑚3
Modul = 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑐𝑚2

Modul benda yang lebih besar akan memberikan


kecenderungan susut kristalisasi yang lebih besar.
Sedangkan, geometri benda dengan modul yang
sama akan mengakibatkan waktu solidifikasi yang
sama pula.

b. Menentukan Leher Penambah


Leher penambah merupakan bagian yang sangat
penting dari sistem penambah. Ia berfungsi sebagai
penghubung antara penambah dengan bagian benda
yang akan mendapat asupan dari penambah.

Hubungan antara modul benda (𝑀𝑝 ), leher


penambah (𝑀𝑛 ), dan penambah (𝑀𝑟 ) adalah sebagai
berikut :

𝑴𝒑 : 𝑴𝒏 : 𝑴𝒓 = 1 : 1.1 : 1.2

Setelah modul benda berhasil dihitung, maka


perhitungan selanjutnya adalah leher penambah.

1
5
Dengan menggunakan hubungan perbandingan
diatas, maka perhitungan menjadi jauh lebih mudah.

Leher hanya perlu dihitung apabila penambah


merupakan penambah samping. Leher ini umumnya
dibuat dalam geometri segi empat, sehingga
merupakan balok dengan geometri tak terhingga.
Tabel 5 untuk memudahkan proses perhitungan.

c. Menentukan Jangkauan Penambah


Setiap penambah hanya akan mampu menyuplai
cairan hingga jarak jangkauan tertentu saja.
Penambah tidak memiliki efek apa pun terhandap
bagian-bagian benda yang berada di luar
jangkauannya.

1. Produk cor masih berada dalam


jangkauan

2. Produk cor berada di luar


jangkauan

1
6
3. Produk cor berada di dalam jangkauan dengan
bantuan penambah yang lain

Secara umum, jarak jangkauan penambah adalah:


𝐹𝑅 = 4 x D
D = diameter penambah.

Jarak 4D ini berlaku hanya untuk panjang yang


tidak terputus. Jarak jangkauan penambah dapat
terputus oleh perubahan bentuk geometri benda.

1
7
d. Contoh Perhitungan Sistem Penambah

1. Hitung modul benda


Luas penampang 1
A = 40 x 30 = 1200 𝑚𝑚2

1
8
Luas penampang 2
30 𝑥 20
A= = 300 𝑚𝑚2
2

Luas penampang 3
22 𝑥 15
A= = 165 𝑚𝑚2
2

A total = 1665 𝑚𝑚2 = 16.65 𝑐𝑚2


Volume benda = 16.65 𝑐𝑚2 x keliling = (𝑐𝑚3

Luas penampang lepas panas.

Jumlahkan daerah yang perlu mendapat suplai,


dimulai dari penampang dengan notasi “a”, searah
jarum jam :

30 + 40 + 36 + 0 + 15 + 34 = 155 mm = 15.5 cm
Ada bagian yang 0 karena tidak melepas panas.
A = 15.5 x keliling = (𝑐𝑚2 )

1
9
16.65 𝑥 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
𝑀𝑝 = = 1.07 cm
15.5 𝑥 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔

𝑀𝑝 = 1 cm

2. Hitung modul leher


Hubungan antara 𝑀𝑝 : 𝑀𝑛 : 𝑀𝑟 = 1 : 1.1 : 1.2
1.1
𝑀𝑛 = x 1 = 1.1 cm
1

3. Hitung modul penambah


Hubungan antara 𝑀𝑝 : 𝑀𝑛 : 𝑀𝑟 = 1 : 1.1 : 1.2
1.2
𝑀𝑟 = x 1 = 1.2 cm
1

4. Dimensi sistem penambah


Dari tabel 6.1 untuk jenis penambah samping
didapatkan dimensi penambah dan tabel 5 untuk

leher penambah, sebagai berikut :

2
0
7. Membuat Cetakan Dengan Pasir Greensand
a. Rangka cetak untuk cetakan bawah diletakkan
diatas landasan, Pola bagian bawah diletakkan.

b. Bahan pemisah cair (bahan dasar lilin ataupun


minyak tanah) atau serbuk (graphit, debu,
arang) disemprotkan atau ditaburkan.

c. Pengayakan pasir muka diatas pola setebal 2 cm


dan ditekan dengan tangan untuk menghasilkan
permukaan tuangan yang halus.
d. Pengisian dengan pasir pengisi dan dipadatkan
setiap tebal pasir sekitar 15 cm.
e. Perataan pasir dan untuk hal-hal khusus
ditusukkan batang besi sebagai lubang
pembuangan gas.

2
1
f. Cetakan bawah dibalik.

g. Pemolesan.
h. Rangka cetakan atas dipasangkan.

i. Pola bagian atas dipasangkan juga saluran turun


dan penambah, bahan pemisah
disemprotkan/ditaburkan.
j. Pengayakan pasir muka, ditekan dengan tangan.

2
2
k. Pengisian dengan pasir pengisi dipadatkan lapis
demi lapis.
l. Perataan pasir, penusukan lubang gas.
m. Saluran turun dan penambah dicabut keatas
cetakan atas lalu dibalik.

n. Pencabutan pola dengan pencabut pola dengan


cara pola dipukul-pukul pelan hingga longgar
terhadap cetakannya. Lalu pola dingkat perlahan
lahan.

2
3
o. Saluran turun dan penambah
diperbaiki/diperbesar.
p. Saluran terak dan saluran masuk dibuat (bila
tidak dicetakan atas, di cetakan bawah).
q. Perbaikan permukaan cetakan.
r. Peletakkan inti (jika ada).
s. Perakitan Cetakan.
t. Pembebanan ataupun Pengkleman.

2
4
Tabel 1 Perhitungan waktu tuang

2
5
Tabel 2 Faktor Hambatan Alir

℃ 650 700 750 800


Faktor 0.39 0.54 0.61 0.66

℃ 650 700 750 800


Faktor 0.56 0.7 0.78 0.84

℃ 650 700 750 800


Faktor 0.28 0.37 0.44 0.46

2
6
Tabel 4.1 Dimensi Penampang Saluran Terak dan Turun

2
7
Tabel 4.2 Penampang Saluran Masuk

2
8
Tabel 6.1 Dimensi Penambah Tipe 1

2
9
Tabel 6.2 Dimensi Penambah Tipe 1

3
0
Tabel 6.3 Dimensi Penambah Tipe 2

3
1
Tabel 6.4 Dimensi Penambah Tipe 2

3
2

Anda mungkin juga menyukai