54 Tinjauan Kepustakaan
LITERATURE RE VIEW
Penatalaksanaan Keratokonus
Progresif menggunakan Corneal
Cross-linking : Tinjauan
Kepustakaan
Elfa Ali Idrus
Pusat Mata Nasional RS Mata Cicendo, Bandung, Indonesia
E-mail: e.idrus@yahoo.com
ABSTRAK
Latar belakang : Keratokonus adalah suatu keadaan pada kornea yang ditandai dengan adanya ektasia
pada sisi posterior kornea, ketebalan kornea yang tidak normal serta disebabkan faktor non inflamasi.
Kondisi ini terjadi secara bilateral, walaupun tingkatan keparahannya sering kali tidak sama. Apakah
tujuan tindakan untuk mengurangi iregularitas astigmatisma, memperbaiki kelengkungan kornea,
memperkuat kornea, untuk menghentikan progresivitas keratokonus ataukan untuk meningkatkan tajam
penglihatan. Tinjauan kepustakaan ini akan membahas pilihan penatalaksanaan keratokonus terutama
dalam upaya menghentikan progresifitas keratokonus. Indikasi dan penatalaksanaan keratokonus
progresif menggunakan Corneal cross-linking, protokol Dresden, protokol akselerasi, manajemen
komplikasi dan studi terbaru terkait efikasi dan keamanan tindakan termasuk dalam pembahasan ini.
Metode : Penelusuran literatur dilakukan dari Wiley online Library serta MEDLINE menggunakan
Pubmed, hanya artikel berbahasa Inggris yang disertakan. Daftar pustaka termasuk di dalamnya buku
teks yang relevan terhadap artikel.
Hasil : Terdapat sembilan belas artikel terkait pembahasan penatalaksanaan terkait keratokonus sesuai
dengan kriteria pembahasan.
Kesimpulan : Pilihan penatalaksanaan keratokonus pada pasien secara umum bergantung kepada hal
yang ingin dicapai. Mengurangi iregularitas astigmatisma, memperbaiki kelengkungan kornea,
memperkuat kornea ataupun untuk menghentikan progresifitas keratokonus. Pilihan tindakan dapat
berupa pemberian kacamata, intracorneal ring segment, Corneal cross-linking, lensa fakik intraokular,
tindakan laser dan keratoplasti. Corenal cross-linking adalah pilihan utama tindakan untuk
menghentikan progesifitas keratokonus.
maupun tomografi disebut forme fruste.4,11 Choi dan Kim melakukan penelitian
Sampai saat ini belum ada klasifikasi progresivitas keratokonus pada 94 pasien
keratokonus yang adekuat.2 keratokonus ringan. Pasien dilakukan
permeriksaan computerized
Terlepas adanya keterbatasan pada videokeratography minimal dua kali dengan
klasifikasi Amsler-krumeich (gambar 1) interval waktu ≥ 1 tahun. Peneliti mendapatkan
beberapa praktisi masih menggunakan bahwa 26.5% mata menunjukkan progresifitas
tingkatan IV dalam klasifikasi ini sebagai kornea dalam waktu rata rata 3.5 tahun. Kriteria
dasar untuk pilihan penatalaksanaan progresif yang dipakai adalah peningkatan
keratoplasty.12 Pada tahun 2015 The Global central K ≥ 1.50 D dalam dua kali pemeriksaan
Panel on Keratoconus and Ectatic Diseases dengan interval waktu ≥ 12 bulan.13
memberikan diagram terbaru Terdapat dua protokol dalam
penatalaksanaan keratokonus (gambar 2).2 penatalaksanaan Corneal cross-linking,
protokol Dresden dan accelerated protocol.
Protokol Dresden memiliki tahapan mengikis
epitel (7-9 mm), meggenangi kornea dengan
riboflavin 0s.1% kemudian menyinari sentral
kornea dengan UV-A 3 mW/cm2 dan panjang
gelombang 365 nm untuk mencapai energi
5,4% J/cm2 Selama 30 menit. Rata rata
ketebalan kornea diukur sebanyak 4-5 kali
interval selama proses berlangsung. Penyinaran
diarahkan ke sentral kornea, menghindari
daerah limbus. Pasien mendapat anastesi
topikal di awal tindakan kecuali pasien anak.
Pilokarpin diberikan untuk mengurangi dampak
CXL terhadap struktur intra okular yang lain.
Setelah membilas dengan larutan salin normal,
pasien kemudian diberikan antibiotik topikal
pasca tindakan sampai 1 minggu. Lensa kontak
terapeutik diberikan untuk mengurangi rasa
tidak nyaman setelah proses ini. Pemakaian
bergantung kepada keadaan masing masing
Gambar 2. Diagram Penatalaksanaan Keratokonus pasien, setelah 3 hari pasien cenderung kembali
The Global Panel on Keratoconus and Ectatic. 2 nyaman sehingga pemakaian lensa kontak dapat
dihentikan. Pasien yang sebelumnya
mengguakan lensa kontak rigid dapat fitting
kembali setelah 3 minggu pasca tindakan. 4,8,11
Penatalaksanaan Keratokonus
Tahap awal premberian riboflavin tanpa
menggunakan Corneal cross-linking
penyinaran dapat dilakukan dengan interval
waktu yang dimodifikasi. Dengan pemberian
Walaupun progresivitas keratokonus
riboflavin selama 5 menit, konsentrasi di kornea
sering bersamaan dengan penurunan tajam
adalah 0.08% dan kedalaman 50 micron.
penglihatan, perubahan pada tajam penglihatan
Pemberian 15 menit konsentrasi menjadi 0.02%
dasar dan tajam penglihatan dengan koreksi
serta pemberian 30 menit mencapai kedalaman
tidak dapat dijadikan dasar progresivitas.2,11
kornea 400 micron dengan konsentrasi 0.04%.
Keratokonus dikatakan progresif bila Terdapat dua jenis Riboflavin, jenis isotonik
terdapat dua perubahan dari parameter dibawah 0.1% dalam dekstran 20%. Jenis ini
ini : dipergunakan bila ketebalan kornea lebih dari
350 micron dan jenis hipotonik 0.25%
1. Steepening permukaan anterior kornea
riboflavin, tanpa dekstran dipergunakan untuk
2. Steepening permukaan posterior kornea
kornea dengan ketebalan kurang dari 350
3. Penipisan dan atau peningkatan dalam
micron.4
perubahan ketebalan kornea dari bagian
perifer kesisi yang paling tipis. 2
Penatalaksanaan Keratokonus Progresif menggunakan Corneal Cross-linking :
58 Tinjauan Kepustakaan