DISUSUN OLEH :
Kelas : XI MIPA 3
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
Perubahan dan Perkembangan Politik Masa Awal Kemerdekaan Indonesia 2
Perkembangan Ideologi pada Babak Awal Kemerdekaan Indonesia 2
Keragaman ideologi partai politik di Indonesia 2
Hubungan antara KNIP dan Lembaga Pemerintahan 3
Hubungan Keragaman Ideologi Dan Pembentukan Lembaga Kepresidenan 3
Pengaruh Perbedaan Ideologi Politik terhadap Strategi Menghadapi Belanda 3
Konflik antara Kelompok – kelompok Partai Politik di Indonesia 3
Kabinet Syahrir 3
Kabinet Amir Syarifuddin 3
Kabinet Hatta 3
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Perlawanan Bersenjata diberbagai Daerah,
Perjuangan Diplomasi dan Pembentukan RIS dan Pengakuan Kedaulatan 4
Perlawanan Bersenjata diberbagai Daerah 4
Pertempuran Surabaya 4
Insiden Bandung Lautan Api 4
Pertempuran Medan Area 4
Peristiwa Merah Putih di Manado 5
Pertempuran di Jakarta 5
Peristiwa Merah Putih di Biak 5
Pertempuran Lima Hari di Semarang 5
Pertempuran Puputan Margarana 5
Pertempuran Palagan Ambarawa 6
Pertempuran Lima Hari di Palembang 6
Peristiwa Westerling 6
Agresi Militer Belanda I 6
Agresi Militer Belanda II 7
Serangan Umum 1 Maret 1949 7
Perjuangan Diplomasi 7
Mencari dukungan internasional 7
Perundingan dengan Belanda 7
Permulaan perundingan-perundingan dengan Belanda (10 Februari 1946) 7
Perundingan di Hooge Veluwe (14–25 April 1946) 8
Perundingan gencatan senjata (20–30 September 1946) 8
Perundingan RI dan Belanda (7 Oktober 1946) 8
Perundingan Linggarjati (10 November 1946) 8
Perjanjian Renville (8 Desember 1947 – 17 Januari 1948) 8
Resolusi DK PBB (28 Januari 1949) 9
Perjanjian Roem-Royen (17 April – 7 Mei 1949) 9
Konferensi Inter-Indonesia (19 -22 Juli 1949 dan 31 Juli – 2 Agustus 1949) 9
Konferensi Meja Bundar (KMB) (23 Agustus 1949 – 2 November 1949) 9
Pembentukan RIS dan Pengakuan Kedaulatan 10
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Hubungan antara KNIP dan Lembaga Pemerintahan
Pada dasarnya, posisi wewenang KNIP dikukuhkan melalui Maklumat X, 16 Oktober
1945, yang memberikan kuasa legislative terhadap KNIP. Dengan maklumat itu, KNIP
berposisi seperti layaknya DPR untuk sementara waktu sebelum dilaksanakannya Pemilu
untuk memilih anggota DPR sebenarnya. Tugas KNIP yaitu membantu dan menjadi
pengawas kinerja presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahan.
3. Hubungan Keragaman Ideologi Dan Pembentukan Lembaga Kepresidenan
Terdapatnya keragaman ideologi pada era awal kemerdekaan ternyata menyebabkan
perubahan yang sangat besar. Perubahan KNIP dan munculnya berbagai partai politik
menjadi katalisator utama terhadap perubahan struktur pemerintahan Indonesia. Presiden
Soekarno membentuk susunan kabinet sebagai pelaksana eksekutif dari lembaga
kepresidenan Indonesia.
3
2.2 Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Perlawanan Bersenjata
diberbagai Daerah, Perjuangan Diplomasi dan Pembentukan RIS dan Pengakuan
Kedaulatan
4
Boundaries Medan Area (Batas Resmi Medan Area) di sudut-sudut pinggiran kota Medan.
Pada bulan April 1946, kota Medan dikuasai oleh pasukan AFNEI.
4. Peristiwa Merah Putih di Manado
Sejak akhir tahun 1945 pasukan AFNEI meninggalkan Sulawesi Utara dan kekuasaan
diserahkan sepenuhnya kepada NICA, sehingga ia bertindak semena – mena. Mantan anggota
KNIL ini dikenal sebagai Tangsi Hitam yang kemudian membentuk Pasukan Pemuda
Indonesia. Pada tanggal 14 Februari 1946 tanpa dilengkapi senjata, PPI menyerbu kedudukan
NICA di Teling. Pada hari itu juga, sebagian pejuang Indonesia mengambil bendera Belanda
yang berada di pos penjagaan dan merobek warna birunya sehingga yang masih ada hanya
warna merah dan putih. Bendera itu dikibarkan di Tangsi Teling. Peristiwa ini menandai
peristiwa merah putih di Manado.
5. Pertempuran di Jakarta
Karena NICA dan KNIL terus melakukan provokasi yang menyebabkan kemarahan
masyarakat sehingga keadaan di Jakarta pun menjadi sulit dikendalikan. Pendaratan pasukan
marinir Belanda di Tanjung Priok tanggal 30 Desember 1945 membuat situasi semakin
memburuk maka ibu kota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
6. Peristiwa Merah Putih di Biak
Di Biak terbentuk pula Partai Indonesia Merdeka yang dipimpin oleh Lucas
Roemkorem. Tanggal 14 Maret 1948 para pejuang Irian menyerang tangsi militer Belanda di
Sorido dan Biak yang dipimpin oleh Yoseph. Karena persenjataan NICA lebih unggul, maka
serangan mengalami kegagalan. Tiga orang pimpinan ditangkap dan diadili di Belanda , dua
orang dihukum mati dan seorang dijatuhi hukuman seumur hidup.
7. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran ini dimulai tanggal 15 Oktober 1945 dan berakhir 20 Oktober 1945 yang
disebabkan karena larinya tentara Jepang dan tewasnya Dokter Kariadi. Terdengar bahwa
Jepang meracuni sumber air di kota Semarang. Dokter Kariadi bersikeras memeriksa kondisi
mata air tersebut. Di perjalanan ia tertembak oleh tentara Jepang yang membuat rakyat sangat
marah dan menyerang tentara Jepang.
8. Pertempuran Puputan Margarana
Pada tanggal 18 November 1946 Ngurah Rai mengadakan serangan terhadap markas
Belandi di Kota Tabanan, dan meraih kemenangan kemudian memusatkan markas
perjuangannya di Desa Margarana.
5
Namun pada 20 November 1946 Belanda menyerang secara tiba – tiba sehingga
Ngurah Rai beserta pasukannya gugur. Pertempuran ini sampai titik darah penghabisan atau
lebih dikenal Perang Puputan.
9. Pertempuran Palagan Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November - 15 Desember 1945.
Pertempuran Ambarawa dikarenakan AFNEI membebaskan tawanan perang di Ambarawa
dan Magelang dan mempersenjatai bekas tawanan itu. Pada tanggal 20 November 1945
pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara
Sekutu. Pertempuran Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman, Komandan
Resimen Banyumas. Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman.
Kota Ambarawa berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan RI.
10. Pertempuran Lima Hari di Palembang
Pasukan sekutu mendarat di Palembang tanggal 12 okteber 1945, dipimpin oleh Letnan
Kolonel Carmichael, bersama sekutu dan aparat NICA. Pasukan sekutu ini hanya diizinkan
mendiami Talang Semut, akan tetapi mereka tidak mengindahkan peraturan itu. Ketika
meninggalkan kota Palembang sekutu menyerahkan kedudukannya pada Belanda, sementara
perundingan berlangsung pada tanggal 1 januari 1947, pertempuran meletus kembali
pertempuran berlangsung selama 5 hari. Pada tanggal 6 januari 1947 dicapai persetujuan
gencatan senjata antara Belanda dan pemerintah Indonesia di Palembang.
11. Peristiwa Westerling
Peristiwa ini adalah peristiwa pembunuhan ribuan rakyat sipil yang ada di Sulawesi
Selatan yang dilakukan oleh Belanda yaitu Depot Speciale Tropen (DST) yang dipimpin oleh
Raymond Pierre Paul Westerling. Tahap I pada 11 Desember 1946 di Desa Batua, tahap II
pada 19 Desember 1946 di Polobangkeng, Makassar, tahap III pada 26 Desember 1946.
12. Agresi Militer Belanda I
Agresi Militer Belanda I Dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat dan penafsiran
yang semakin memuncak mengenai ketentuan-ketentuan persetujuan Linggarjati. Tanggal 27
Mei 1947 Belanda menyampaikan ultimatum kepada Pemerintah RI yang harus dijawab
dalam waktu 14 hari. Jam 10.04 pagi kapal pemburu torpedo “Piet Hein” menghujani markas
ALRI tersebut dengan tembakan meriam.
6
Di selatan Sitoebondo para pejuang Republik berusaha menahan serangan dari dalam
parit dan bunker buatan, tapi karena kalah unggul dalam persenjataan, terpaksa mereka
menarik mundur. Pertempuran terakhir terjadi di Pabrik Gula Prajekan, dimana tersimpan
30.000 ton gula.
13. Agresi Militer Belanda II
Agresi Militer Belanda II diawali serangan terhadap Yogyakarta penangkapan
Soekarno, Mohammad Hatta, Syahrir dan beberapa tokoh lainnya. Agresi Militer Belanda II
dilatarbelakangi oleh Belanda masih ingin menguasai Indonesia dan berusaha untuk
mengingkari perjanjian Renville. 18 Desember 1948. PBB juga mendesak Belanda untuk
menghentikan operasi militer dan membebaskan para pemimpin Indonesia dan membuat
Belanda mengakhiri agresi militer II.
14. Serangan Umum 1 Maret 1949
Propaganda yang dilakukan oleh Belanda dapat dibuyarkan oleh serangan secara
terorganisasi ke Ibu kota Yogyakarta. Serangan itulah yang dikenal sebagai Serangan Umum
1 Maret 1949. Serangan umum itu dilakukan oleh pasukan TNI dari Brigade 10 / Wehkreise
III, di bawah pimpinan Letkol Soeharto. Keberhasilan serangan umum itu amat ditentukan
oleh peran Sri Sultan Hamengkubuwono IX . Dalam waktu relatif singkat, pasukan TNI
berhasil memukul mundur pasukan Belanda keluar Yogyakarta.
B. Perjuangan Diplomasi
1. Mencari dukungan internasional
Perjuangan mencari dukungan Internasional lewat PBB dilakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tindakan langsung dilakukan dengan mengemukakan masalah
Indonesia dihadapan sidang Dewan Keamanan PBB. Tindakan tidak langsung dilakukan
melalui pendekatan dan hubungan baik dengan Negara – negara yang mendukung seperti
Australia, India, Negara – negara liga Arab, Negara – negara anggota Dewan keamanan PBB.
2. Perundingan dengan Belanda
a. Permulaan perundingan-perundingan dengan Belanda (10 Februari 1946)
Letnan Jenderal Christison memprakarsai pertemuan Pemerintah RI dengan Belanda.
Pada awal perundingan, H.J. Van Mook menyampaikan pernyataan politik pemerintah
Belanda. Pada tanggal 12 Maret 1946, pemerintah Republik Indonesia menyampaikan
pernyataan balasan.
7
b. Perundingan di Hooge Veluwe (14–25 April 1946)
Setelah beberapa kali diadakan pertemuan pendahuluan, diselenggarakanlah
perundingan resmi antara pemerintah Belanda dengan Pemerintah RI untuk menyelesaikan
konflik namun mengalami kegagalan.
c. Perundingan gencatan senjata (20–30 September 1946)
Banyaknya insiden pertempuran antara pejuang Indonesia dengan pasukan Sekutu dan
Belanda mendorong diadakannya perundingan gencatan senjata, perundingan tidak mencapai
hasil yang diinginkan.
d. Perundingan RI dan Belanda (7 Oktober 1946)
Perundingan berlangsung di rumah Konsul Jenderal Inggris di Jakarta pada tanggal 7
Oktober 1946. Dalam perundingan tersebut, masalah gencatan senjata yang gagal
perundingan tanggal 30 September 1946 disetujui untuk dibicarakan lagi dalam tingkat
panitia yang diketuai Lord Killearn.
e. Perundingan Linggarjati (10 November 1946)
Tanggal 10 November 1946 di Linggarjati di Cirebon, dilangsungkan perundingan
antara Pemerintah RI dan komisi umum Belanda. Berikut isinya :
1) Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan
meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura.
2) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk negara Serikat
dengan nama RIS.
3) RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia- Belanda dengan Ratu Belanda
sebagai ketua. Perjanjian Linggarjati ditandatangani oleh Belanda dan Indonesia pada tanggal
25 Maret 1947 dalam suatu upacara kenegaraan di Istana Negara Jakarta.
3. Perjanjian Renville (8 Desember 1947 – 17 Januari 1948)
Perjanjian Renville dimulai pada tanggal 8 Desember 1947. Perjanjian Renville
menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut :
a. Penghentian tembak-menembak.
b. Daerah-daerah di belakang garis van Mook harus dikosongkan dari pasukan RI.
c. Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang didudukinya
dengan melalui plebisit terlebih dahulu.
d. Membentuk Uni Indonesia-Belanda. Negara Indonesia Serikat yang ada di dalamnya
sederajat dengan Kerajaan Belanda.
8
4. Resolusi DK PBB (28 Januari 1949)
Berkaitan dengan Agresi Militer Belanda II, pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi, isinya :
1) Belanda harus menghentikan semua operasi militer dan pihak RI diminta untuk
menghentikan aktivitas gerilya, kedua pihak harus mengadakan perdamaian.
2) Pembebasan dengan segera dan tidak bersyarat semua tahanan politik dalam
daerah RI oleh Belanda sejak 19 Desember 1948.
3) Belanda harus memberikan kesempatan kepada pemimpin RI untuk kembali ke
Yogyakarta dengan segera. Kekuasaan RI di daerah-daerah RI menurut batas-
batas Persetujuan Renville dikembalikan kepada RI.
4) Perundingan akan dilakukan dalam waktu yang secepat-cepatnya dengan dasar
Persetujuan Linggarjati, Persetujuan Renville, dan berdasarkan pembentukan
suatu Pemerintah Interim Federal paling lambat tanggal 15 Maret 1949.
5. Perjanjian Roem-Royen (17 April – 7 Mei 1949)
Roem-Royen Agreement : Dewan Keamanan PBB pada tanggal 23 Maret 1949
memerintahkan UNCI untuk membantu pelaksanaan resolusi DK PBB pada tanggal 28
Januari 1949. Delegasi Indonesia dipimpin Mr. Mohammad Roem. Delegasi Belanda
dipimpin Dr. Van Royen. Pertemuan dipimpin Merle Cohran dari UNCI yang berasal dari
Amerika Serikat. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai persetujuan. Persetujuan itu
dikenal dengan nama “Roem-Royen Statement”.
6. Konferensi Inter-Indonesia (19 -22 Juli 1949 dan 31 Juli – 2 Agustus 1949)
Konferensi Inter-Indonesia ini penting untuk menciptakan kesamaan pandangan
menghadapi Belanda dalam KMB. Konferensi Inter-Indonesia I diadakan di Yogyakarta pada
tanggal 19 – 22 Juli 1949,dipimpin oleh Mohammad Hatta. Konferensi Inter-Indonesia II
diadakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli – 2 Agustus 1949,dipimpin oleh Sultan
Hamid (Ketua BFO). Pada tanggal 1 Agustus 1949, pihak Republik Indonesia dan Belanda
mencapai persetujuan penghentian tembak-menembak yang akan mulai berlaku di Jawa dan
Sumatera.
7. Konferensi Meja Bundar (KMB) (23 Agustus 1949 – 2 November 1949)
KMB dipimpin oleh Perdana Menteri Belanda, W. Drees. Konferensi berlangsung dari
tanggal 23 Agustus - 2 November 1949. KMB dapat menghasilkan beberapa persetujuan.
Berikut ini hasil dari KMB di Den Haag:
9
1) Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia sepenuhnya dan tanpa syarat
kepada RIS.
2) Republik Indonesia Serikat (RIS) terdiri atas Republik Indonesia dan 15 negara
federal. Corak pemerintahan RIS diatur konstitusi yang dibuat oleh RI dan BFO.
3) Melaksanakan penyerahan kedaulatan selambat- lambatnya tanggal 30
Desember 1949.
4) Masalah Irian Jaya akan diselesaikan dalam waktu setahun sesudah pengakuan
kedaulatan.
5) Kerajaan Belanda dan RIS akan membentuk Uni Indonesia-Belanda.
6) Menarik mundur pasukan Belanda dari Indonesia dan membubarkan KNIL.
7) RIS harus membayar utang Belanda yang diperbuatnya semenjak tahun 1942.
C. Pembentukan RIS dan Pengakuan Kedaulatan
Penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan dilakukan pada waktu yang bersamaan
di Indonesia dan di negeri Belanda, pada 27 Desember 1949. Di Belanda, penandatanganan
naskah pengakuan kedaulatan dilaksanakan di ruang takhta Istana Kerajaan Belanda. Ratu
Juliana, P.M. Dr. Willem Drees, Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J.A. Sassen,
dan Mohammad Hatta membubuhkan tanda tangan pada naskah pengakuan kedaulatan.
Jakarta, Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota membubuhkan tanda
tangan pada naskah pengakuan kedaulatan. Pada tanggal yang sama, di Yogyakarta dilakukan
penyerahan kedaulatan dari Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pada periode awal kemerdekaan, partai politik dibentuk dengan derajat kebebasan
yang luas bagi setiap warga negara untuk membentuk dan mendirikan partai politik ,
dalam perjalanan sejarahnya bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan asas,
paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sehingga terjadi berbagai hambatan dan ancaman yang membahayakan
10
perjuangan bangsa Indonesia, maka dari itu berbagai cara digunakan agar masalah ini
selesai dengan cepat maka dibentuklah Partai politik dengan ideologi yang berbeda,
kabinet Syahrir, kabinet Amir Syarifuddin dan kabinet Hatta.
2. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Perlawanan Bersenjata, melalui
perlawanan di berbagai daerah yaitu peristiwa pertempuran antara pasukan Sekutu dan
Belanda antara lain pertempuran Surabaya, Bandung Lautan Api, pertempuran Medan
Area, peristiwa Merah Putih di Manado, pertempuran Jakarta, pertempuran di
Ambarawa, Agresi Militer Belanda I, Agresi Militer Belanda II, Serangan Umum 1
Maret 1949, gerakan para pahlawan yang gagah berani dan tak takut mati demi
mempertahankan tanah air yang kembali betempur walau sudah merdeka, tak hanya
dengan genjatan senjata, para pahlawan juga melakukan Perjuangan Diplomasi yang
berunding dengan negara – negara dan menetapkan keputusan beserta perjanjian agar
pihak lain tidak sewenang – wenang terhadap bangsa Indonesia, sehingga pada saat
itu Pembentukan RIS dan Pengakuan Kedaulatan dapat dilakukan oleh Indonesia.
3.2 Saran
Dengan selesainya materi dari makalah ini kita bisa mengambil hikmah bahwa
betapa bangsa Indonesia benar - benar suatu bangsa yang tidak mau terjual harga
dirinya. Walaupun mungkin Indonesia bisa maju jika diperintah oleh bangsa-bangsa
asing. Tapi kita memilih ingin berdikari apapun jadinya, lebih baik mati daripada di
jajah. Saran dari materi makalah ini, kita sebagai penerus bangsa Indonesia harus
meneruskan cita – cita para pahlawan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sumiyati, Sri Endang. 2001. Pelurusan Sejarah Serangan Oemoem 1 Maret 1949.
Yogyakarta: Media Pressindo
Dewi, F. Y. (2008). Pemerintahan Daerah di Sumatera selatan pada tahun 1948-1957 Tesis
Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya. Depok: Tidak diterbitkan.
Lapian, A.B (.Tim) (1996). Terminologi Sejarah 1945-1950& 1950-1959. Jakarta: Cv Defit
Karya.
Zed, M. (2003). Kepialangan , Politik , dan Revolusi Palembang 1900-1950. Jakarta: LP3ES.
12