2
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah mampu melaksanakan tugas sendiri bila masih
dapat dilakukan sendiri, tidak selalu mengandalkan orang lain dalam menyelesaikannya.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain.
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah melaksanakan kewajiban, tidak hanya
menuntut hak saja.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah mencari kosa kata Bahasa Indonesia yang
belum dapat dimengerti maknanya oleh kita, dan mencaritahu kebenarannya.
10. Semangat Kebangsaan/Nasionalis
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah mengharumkan nama baik Bangsa Indonesia
dengan menjadi relawan atau berprestasi di kancah internasional/mancanegara.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan UUD
1945 dalam kehidupan sehari-hari, karena merupakan pedoman hidup penduduk Bangsa
Indonesia.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah memberikan pujian kepada adik yang baru
bisa memulai sesuatu yang baru baginya, memberikan selamat kepada teman bila
mendapat prestasi, dll.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah melakukan penelitian yang bermanfaat bagi
masyarakat, bersikap ramah dan sopan kepada orang tua, teman dan tetangga, dll.
3
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah menyebarkan virus kebaikan kepada orang
lain dan tidak membuat ujaran kebencian, dll.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah membaca berita yang penting, dan dapat
memilah bacaan yang benar adanya atau yang hanya hoax semata.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah dengan tidak merusak fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah, membuang sampah pada tempatnya, ikut bekerja bakti
membersihkan lingkungan sekitar, dll.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah turut membantu korban bencana alam dengan
menggalang dana saat melakukan Car Free Day (CFD).
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh dalam perilaku sehari-hari adalah menjalankan amanah yang diberikan dengan
sebaik-baiknya, berani bertanggungjawab apabila melakukan kesalahan, selalu
melaksanakan ibadah shalat 5 waktu (bagi muslim), dll.
B. Literasi
Pengertian Literasi dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah
kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui
berbagai aktivitas antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh
untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang
hayat melalui pelibatan publik.
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan
auditori.
Penjabaran Literasi Seperti Apa?
Menurut Forghuson Literasi dapat dijabarkan menjadi Literasi Dasar (Basic
Literacy), Literasi Perpustakaan (Library Literacy), Literasi Media (Media Literacy), Literasi
Teknologi (Technology Literacy), Literasi Visual (Visual Literacy).
Pendidik harus mampu mengintegrasikan literasi dan menginsert literasi dalam RPP
baik sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran.
5
C. Keterampilan abad 21 atau 4 C
Yang dimaksud dengan 4 C adalah Communication, Collaboration, Critical Thinking
and Problem Solving, dan Creativity and Innovation.
Communication/komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer informasi (lisan/tulis)
dengan tujuan utamanya adalah mengirim pesan melalui media yang dipilih agar dapat
dimengerti penerima pesan.
Collaboration/kolaborasi adalah kemampuan bekerjasama, saling bersinergi, beradaptasi
dalam berbagai peran dan tanggung jawab, bekerja secara produktif dengan yang lain dan
menghormati prespektif yang berbeda.
Critical Thinking and Problem Solving/berpikir kritis dan pemecahan masalah adalah
kemampuan memahami sebuah masalah yang rumit, mengoneksikan informasi satu dengan
informasi lain, sehingga akhirnya muncul berbagai prespektif dan menemukan solusi dari
suatu permasalahan.
Creativity and Innovation atau kreativitas dan inovasi adalah kemampuan mengembangkan,
melaksanakan dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka
dan responsif terhadap prespektif baru dan yang berbeda.
Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13 (revisi 2016), bukan sekadar
transfer materi. Tetapi pembentukan 4C. Beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan
4C sebagai sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana dunia
berkembang dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan abad 21 sangat
penting, 4 C adalah jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauh lebih bermanfaat
ketimbang sekadar pengusaan hardskill.
D. HOTS
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang
mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan.
Sejalan dengan itu ranah dari HOTS yaitu analisis yang merupakan kemampuan berpikir
dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi merupakan
kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi; dan
mengkreasi merupakan kemampuan berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide.
6
Pendidik harus mampu mengintegrasikan HOTS (Higher Order of Thinking Skill)
atau kemampuan berpikir tingkat tinggi Level 3/C4 s/d C6 dalam RPP terutama dalam
membuat soal/evaluasi. Hierarki level C-1 hingga C-6 menurut Bloom adalah sebagai berikut:
C-1 Knowledge (pengetauan)
C-2 Comprehension (pemahaman)
C-3 Application (penerapan)
C-4 Analysis (menganalisa)
C-5 Syhthesis (mensintesa)
C-6 Evaluation (evaluasi/menilai)
7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
( Tujuan Pembelajaran merupakan tujuan yg ingin dicapai dlm pembelajaran dari KD yang
didalamnya ada kompetensi Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan yang ditulis dalam satu
deskripsi serta memenuhi kriteria / kaidah ABCD serta memakai KKO/ Panduan Tahun
2017)
CONTOH :
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran saintifik peserta didik dapat
mengembangkan kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, ketrampilan
sebagai berikut : Religius/PPK
1. Terbiasa mengucapkan salam, sapa dengan santun Nasionalis/PPK
D.MateriPembelajaran
1. Materi Reguler
a. Interaksi Sosial
• Bentuk bentuk interaksi sosial asosiatif dan disosiatif
• Contoh – contoh bentuk interaksi sosial disosiatif
• Prosedur penanganan permasalahan interaksi sosial di sekolah
b. Syarat interaksi sosial
2. Materi Remedial
Interaksi sosial yang bersifat disosiatif.
Alternatif prosedur penanganan permasalahan interaksi sosial
3. Materi Pengayaan
konflik sosial di lingkungan remaja dan upaya mengatasinya.
E. Metode Pembelajaran
1. Model : Problem Based Learning
2. Metode : Tanya jawab, diskusi, pemberian tugas
F. MediaPembelajaran
a. Video tentang perilaku remaja yang mengalami penyimpangan sosial, terutama
konflik (perkelahian remaja)
b. Gambar yang berhubungan dengan Bentuk Interaksi Sosial.
c. Lembar kerja peserta didik (panduan pengamatan tentang penyimpangan sosial
berupa konflik antar remaja)
G. SumberPembelajaran:
a. Kemendikbud. 2016. Buku Siswa : Ilmu Pengetahuan Sosial. Kelas VII .
Jakarta:Kemendikbud, hal. 85-89
b. Kemendikbud. 2016. Buku Guru : Ilmu Pengetahuan Sosial. Buku Guru. Kelas
VII. Jakarta: Kemendikbud , hal. 103 s.d. 106 ; 120-128
c. Sumber dari internet
peserta didik
3) Menyanyikan lagu Indonesia Raya
dan lagu Nasional
4) Membicarakan kesepakatan kelas
untuk membangun komitmen
(kerjasama, kekeluargaan, dan
disiplin) selama kegiatan
pembelajaran.
5) Mengkondisikan suasana belajar
yang menyenangkan berupa 5
apersepsi dan motivasi, meminta
Comm peserta didik secara acak
unicati
on 4C menceritakan remaja saat ini.
6) Guru menyampaikan kompetensi
yang akan dicapai dan manfaatnya ppk
dalam kehidupan sehari-hari,
sekaligus mengaitkan nilai
kerjasama & kekeluargaan dalam
bermasyarakat.
7) Guru menyampaikan langkah
pembelajaran dan teknik penilaian,
dengan mengaitkan nilai
kedisiplinan dalam meraih prestasi
I.PenilaianHasil Pembelajaran
1. Teknikpenilaian dan Bentuk Penilaian
a. Kompetensi Sikap: Observasi menggunakan jurnal (Tidak langsung)
b. Kompetensi Pengetahuan: Tertulis, berbentukUraian
c. Kompetensi Keterampilan: Penilaian kinerja,menggunakan rubrik.
2. Instrumenpenilaiandanpedomanpenskoran (terlampir)
a. Pembelajaran remedial
Pembelajaran Remedial untuk kompetensi pengetahuan dapat dilakukan dengan
cara mengulang kembali pembelajaran dari materi indicator yang belum
dikuasai, atau dengan penugasan. Remedial dapat juga dilakukan melalui
pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi peserta didik yang
belum mencapai KKM atau pemberian tesulang dengan penyederhanaan.
Dalam melakukan remedial guru perlu memperhatikan pedoman di bawah ini:
• Jika kurang dari 20% dari seluruh peserta didik belum mencapai KKM,
remedial dilakukan dengan penugasan individual dan tes individual
• Jika diantara 20% sampai 50 % dari seluruh peserta didik belum mencapai
KKM maka tugas kelompok dan individual
• Jika lebih dari 50% dari seluruh peserta didik belum mencapai KKM maka
dilakukan pembelajaran ulang
CTT: Untuk Remidi bisa dilakukan dengan kegiatan sbb / kegiatan lain:
1. Pembelajaran ulang
2. Pemberian tes ulang (penyederhaan)
3. Bimbingan perorangan
4. Bimbingan kelompok
5. Pemanfaatan tutor sebaya
6. Penugasan individual / kelompok
7. dll
( ada regulasi yg mmengatur max dilakukan remidi ).
Bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar
sesuai hasil analisis penilaian
CTT: Untuk Pengayaan bisa dilakukan dengan kegiatan sbb / kegiatan lain:
1. Tugas mengerjakan soal dengan tk.kesulitan tinggi (Hot)
2. Meringkas buku-buku referensi
3. Mewawancarai Narasumber
4. Membuat Kliping
5. Mengembangkan 4C ( Creticel Thinking, Creative, Colaborative,
Comunicatif)
4. dll
*) Catatan: untuk remidi dan pengayaan dilakukan setelah melakukan analisa
hasil ulangan harian (contoh program tindak lanjut remidi dan pengayaan
terlampir).
.................................. .............................................
Lampiran 1 : InstrumenPenilaian
A. Penilaian Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sosial
1. Teknikpenilaian: Observasi (Pembelajaran Tidak Langsung)
2. Alat penilaian : Jurnal
3. Contoh Jurnal penilain Sikap piritual dan Sosial (tidak langsung)
Nama Butir
No Waktu Catatan Perilaku Aspek
Siswa Sikap
1.
2.
3.
4.
5.
a. Kisi-kisi Soal
1.Teknik : Tertulis
2.Bentuk : Uraian
b. BUTIR SOAL
3 a. Melerai 6
d. Bersifat netral
Pedoman penskoran:
Skor Perolehan
Nilai = -------------------- x100
Skor Maksimal
Keterangan predikat:
Sangat Baik (A) : 86 - 100
Baik (B) : 71 - 85
Cukup (C) : 56 - 70
Kurang (D) : ≤ 55
C. Kompetensi Keterampilan
1. Teknik Penilaian: Penilaian Kinerja
2. Instrumen Penilaian dan Pedoman Pensekoran
NO INDIKATOR RUBRIK
Presentasi Kriteria presentasi:
1. 1. performen/penampilan
2. Isi presentasi
3. Media yang digunakan
4. Penggunaan bahasa yang baik dan benar
Pedoman Penskoran:
4 = Memenuhi 4 kriteria
3 = Memenuhi 3 kriteria
2 = Memenuhi 2 kriteria
1 = Memenuhi 1 kriteria
Penggunaa S
Media
Performance Isi n bahasa K NILA
yang
No Nama /penampilan presentasi yang baik O I
digunakan
dan benar R
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
5 dst
Skor Perolehan
Nilai = -------------------- x100
Skor Maksimal (16)
Keterangan predikat:
Sangat Baik (A) : 86 - 100
Baik (B) : 71 - 85
Cukup (C) : 56 - 70
Kurang (D) : ≤ 55
LAMPIRAN :
MATERI PEMBELAJARAN
A. Materi Reguler
Interaksi sosial dapat terjadi di mana pun dan kapan pun, serta dilakukan
oleh siapa pun tanpa mengenal usia, status sosial, dan pendidikan. Hal itu
terjadi karena manusia hidup selalu berinteraksi dengan orang lain. Di dalam
kehidupan sehari-hari, kamu bisa melihat seseorang atau sekelompok orang,
baik di lingkungan keluarga, di jalan, atau pun di kantor, dan dimana saja
melakukan interaksi sosial. Mereka berinteraksi sosial dalam bentuk yang
beraneka ragam. Ada beberapa bentuk interaksi sosial dalam kehidupan
masyarakat, yaitu sebagai berikut :
1. Asosiatif
a. Kerjasama
b. Akomodasi
c. Asimilasi
2. Disosiatif
a. Kompetisi
b. Kontravensi
c. Konflik
C. Materi Remidial
Proses ini terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang melakukan interaksi sosial
yang mengarah pada konflik dan merenggangkan solidaritas kelompok.
D. Materi Pengayaan
Proses interaksi sosial akan terjadi apabila di antara pihak yang berinteraksi
melakukan kontak sosial dan komunikasi. Menurut Soerjono Soekanto
(2003), kata “kontak” berasal dari bahasa Latin, yaitu berasal dari kata con
dan tangere. Kata con berarti bersama-sama sedangkan tangere mengandung
pengertian menyentuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa kontak berarti bersamasama
saling menyentuh secara fisik.
Dalam pengertian gejala sosial, kontak sosial ini dapat berarti hubungan
masing-masing pihak tidak hanya secara langsung bersentuhan secara fisik,
tetapi bisa juga tanpa hubungan secara fisik. Misalnya, kontak dapat dilakukan
melalui surat-menyurat, telepon, sms, dan lain-lain.
Dengan demikian hubungan fisik bukan syarat utama terjadinya interaksi
sosial. Kontak sosial dapat bersifat positif dan negatif. Kontak yang bersifat
positif akan mengarah pada kerjasama, sedangkan kontak yang bersifat negatif akan
mengarah pada suatu pertentangan