Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadhirat Allah SWT. Yang dengan
limpahan Rahmat KaruniaNya, kita masih tetap sehat wal ‘afiat, dapat
bekerja mencari kebutuhan, berbuat meningkatkan taraf hidup, beramal
mencari keredha’an, menuju hari esok yang pasti, terutama hari
pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT.
Karena orang tidak suka kepada penyakit, maka berapapun harga kesehatan
itu, pasti mereka akan terus berupaya, bahkan orang yang melarat sekalipun
akan berusaha sampai kepada batas kemampuannya, agar dia dapat
membebaskan diri dari sakit dan penyakit.
Inilah penyakit ruhani yang di”diagnosa” oleh Allah, penyakit yang kalau
tidak segera berobat ancamannya dibakar selama-lamanya. Tapi sayang
ancaman Allah ini dianggap sepele oleh kebanyakan orang, bahkan dianggap
cerita lama yang lebih patut disampaikan kepada SD dan SMP.
Sungguh suatu gejala penyakit yang semakin parah, gejala iman yang
semakin memprihatinkan. Orang tidak takut lagi ancaman Allah, orang
bahkan lebih takut menghadapi resiko hidup dari pada mengahadapi resiko
dosa dengan ancaman neraka. Orang lebih takut penyakit dunia yang di
“diagnosa” oleh dokter dengan ancaman menderita seumur hidup,
diamputasi, dan sebagainya.
Tapi sayang.., majelis ini telah hampir hilang dipermukaan bumi ini, karena
tidak ada lagi peminatnya. Kini telah lebih banyak majelis-majelis yang
membicarakan dunia, ekonomi, bisnis dan sebagainya.
Kalau rumah pejabat lebih banyak pengunjung, kalau istana negara lebih
banyak yang antri, jangan harap kita akan bisa mendapatkan kemakmuran.
Hari ini akibat manusia telah lebih mengandalkan otaknya dari pada
imannya, mengandalkan kerja dari tha’atnya, maka mereka bisa saja
berhasil besar tapi menimbulkan masalah besar.
Sumber: https://www.tongkronganislami.net/khutbah-jumat-terbaru-bahaya-sakit-
rohani-dan-obatnya/