Bahan Ajar PPG Finish Teknik Ketenagalistrikan 2017
Bahan Ajar PPG Finish Teknik Ketenagalistrikan 2017
Tim Penyusun:
Isdawimah,ST.,MT.,Dr
I Wayan Ratnata,ST.,MPd.,Dr
Nasir Malik,Ir.,MT.,Dr
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Mata Kegiatan 1
B. Perencanaan Pembelajaran 1
C. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar 1
D. CapaianPembelajaran Lulusan 2
ii
2.3. Praktek Instalasi Tenaga Listrik 75
REFERENSI 112
LAMPIRAN 113
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
2.18 Rangkaian PengawatanMotor Hubungan Star-Delta 76
2.19 Rangkaian Kontrol Motor System Reverse-Foward 77
3.1 Kontaktor Magnet dan Themal Overload Relay 83
3.2 Kontruksi Kontaktor Magnet dan TOL 83
3.3 Rangkaian Kontrol Direct On Line 84
3.4 Instalasi Tenaga Direct On Line 84
Tugas Merangkai Kontrol DOL Dengan Kontrol
3.5 85
Konvensional
3.6 Rangkaian Instalasi Tenaga Forward-Reverse 86
3.7 Rangkaian Kontrol Forward-Reverse 86
3.8 Rangkain Kontrol Star-Delta 88
3.9 Rangkaian Instalasi Tenaga Star-Delta 88
Rangkaian Lengkap Kontrol Motor Star-Delta
3.10 88
Konvensional
3.11 Diagram Blok Sistem PLC Input/Output 89
3.12 Diagram Blok Konfiguasi Sistem PLC Input/ Output 90
3.13 Kontrol DOL Motor Listrik Berbasis PLC 95
3.14 Kontrol Forward-Reverse Motor Listrik Berbasis PLC 96
3.15 Kontrol Star-Delta Motor Listrik Berbasis PLC 97
3.16 Rangkaian Pengawatan DOL Berbasis PLC 98
v
DAFTAR TABEL
vi
PENDAHULUAN
B. Perencanaan Pembelajaran
Materi dalam bahan ajar ini cukup banyak dan perlu diselesaikan dalam
beberapa kali tatap muka.Agar dosen dapat membagi materi sesuai alokasi waktu
yang ada, dosen perlu membuat perencanaan pembelajaran. Komponen perencanaan
pembelajaran tersebut paling tidak mempunyai lima aspek, yaitu: 1) perumusan tujuan
pembelajaran; 2) pemilihan dan pengorganisasi materi ajar; 3) pemilihan sumber
belajar/media pembelajaran; 4) skenario/kegiatan pembelajaran; dan 5) penilaian hasil
belajar.
1
yang dibuktikan dengan kebenaran dalam menyelesaikan asesmen.Jika dalam
mempelajari materi yang ada atau saat mengerjakan asesmenformatifmahasiswa
mengalami kesulitan, sebaiknya berkonsultasipada dosen.
2
1) konsep teoretis teknik tenaga listrik secara umum;
2) konsep umum, prinsip, dan aplikasi pembangkit tenaga listrik, jaringan
tenaga listrik, instalasi tenaga listrik, otomasi industri, pendinginan dan
tata udara, serta tenaga listrik;
3) pengetahuan operasional lengkap tentang fungsi, cara menggunakan, dan
mengembangkan pembangkit tenaga listrik, jaringan tenaga listrik,
instalasi tenaga listrik, otomasi industri, pendinginan dan tata udara, serta
tenaga listrik yang umum dan yang khusus untuk proses pembelajaran;
4) prinsip, karakteristik, fungsi, dan aplikasi pirantipembangkit tenaga listrik,
jaringan tenaga listrik, instalasi tenaga listrik, otomasi industri,
pendinginan dan tata udara, serta tenaga listrik.
b. Substansikependidikan:
1) metodologi penelitian pendidikan teknik ketenagalistrikan;
2) pengelolaan laboratorium untuk pembelajaran teknik tenaga listrik.
3) konsep teoretis pendidikan, perkembangan peserta didik (aspek fisik,
intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial
budaya) secara umum;
4) konsep teoretispembelajaran teknik tenaga listrik (electrical power
teaching pedagogy) secara mendalam, khususnya strategi proses
pembelajaran teknik tenaga listrik;
5) konsep umum, prinsip, metode, dan teknik:
a) perencanaan pembelajaran;
b) penilaian dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran;
c) analisis, adaptasi dan pengembangan materi dan media pembelajaran;
d) pendampingan peserta didik;
e) pengembangan media pembelajaran teknik tenaga listrik;
f) pengembangan alat laboratorium teknik tenaga listrik untuk sekolah;
g) penelitian kependidikan;
6) konsep umum dan prinsip manajemen (perencanaan, operasional,
pengawasan, evaluasi, dan perbaikan) laboratorium teknik tenaga listrik
untuk sekolah;
3. Memiliki keterampilan khusus:
a. Dalam substansi bidang keilmuan:
3
1) mampu membuat perangkat pembelajaran teknik tenaga listrik secara
mandiri sesuai dengan kebutuhan pengguna baik sekolah maupun
masyarakat umum dengan menggunakan kaidahkeilmuan dan prinsip
desain instruktusional;
2) mampu membuat perangkat pembelajaran teknik tenaga listrik untuk
sekolah menengah kejuruan melalui analisis materi subyek (pedagogical
content knowledge) secara mandiri sesuai dengan kurikulum yang berlaku,
prinsip-prinsip desain instruksional, pendekatan saintifik, memanfaatkan
IPTEKS, dan lingkungan alam sekitar;
3) mampumenganalisis masalah, menemukan sumber masalah, dan
menyelesaikan masalah pembelajaran teknik tenaga listrik dan masalah
manajemen laboratorium teknik tenaga listrik sesuai dengan
kaidahkeilmuan teknik tenaga listrik.
4) mampu menganalisis dan mengusulkan berbagai solusi alternatif yang ada
terhadap permasalahan media belajar teknik tenaga listrik dan masalah
manajemen laboratorium teknik tenaga listrik, serta menyimpulkannya
untuk pengambilan keputusan yang tepat;
5) mampu meningkatkan kualitas, efektivitas, dan efisiensi perangkat
pembelajaran teknik tenaga listrik secara mandiri dengan menggunakan
kaidahkeilmuan dan prinsip-prinsip inovasi; dan
6) mampu mempromosikan pentingnya pembelajaran teknik tenaga listrik
bagi siswa, orang tua siswa, maupun masyarakat umum dengan
menggunakan media komunikasi konvensional atau mutakhir yang efektif
dan relevan bagi sasaran.
b. Dalam substansikependidikan:
1) mampu melaksanakan pembelajaran teknik tenaga listrik di sekolah
menengah kejuruan dengan pendekatan saintifik sesuai dengan
karakteristik materi dan karakteristik siswa agar mampu mengembangkan
kemampuan berfikir dan sikap ilmiah;
2) mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya dalam
penyelenggaraan kelas dan penggunaan laboratorium untuk pembelajaran
teknik tenaga listrik;
4
3) mampu melaksanakan kegiatan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar yang sahih, andal, obyektif, dan praktis (sesuai dengan
karakteristik pembelajaran teknik tenaga listrik), yang meliputi:
a) penentuan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk
dinilai dan dievaluasi;
b) penentuan prosedur sesuai dengan tujuan penilaian dan evaluasi;
c) pengembangan teknik dan instrumen penilaian dan evaluasi;
d) pelaksanaan evaluasi sesuai prosedur, teknik, dan instrumen yang
ditentukan;
e) pelaksanaan proses moderasi penilaian;
f) analisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan;
dan
g) pengadministrasian penilaian proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan;
4) mampu melakukan analisis reflektif terhadap pembelajaran (melalui
pengamatan dan umpan balik dari peserta didik, orangtua peserta didik,
serta rekan sejawat) untuk peningkatan kualitas pembelajaran;
5) mampu melakukan penelitian tindakan kelas (action research) dengan
pendekatan kuantitatif dan atau kualitatif untuk menyelesaikan masalah
pembelajaran teknik tenaga listrik dan membuat laporan hasil penelitian
dalam bentuk artikel ilmiah; dan
6) mampu melakukan pendampingan peserta didik dengan
mempertimbangkan aspek sosio-kultural, serta bekerjasama dengan pihak-
pihak yang berkaitan (orang tua dan teman-teman peserta didik,
masyarakat sekitar, serta guru sejawat).
4. Memiliki keterampilan khusus:
a. mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan
bidang keahliannya;
b. mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
c. mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai
5
humaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika
ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni;
d. mampu menyusun deskripsisaintifik hasil kajian tersebut di atas dalam bentuk
laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi;
e. mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian
masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data;
f. mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan pembimbing,
kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya;
g. mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan
melakukan supervisi serta evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang
ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah tanggungjawabnya;
h. mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada
dibawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara
mandiri; dan
i. Mampumendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan
kembali data untuk menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi.
6
BAB I. INSTALASI LISTRIK DASAR
1.1. Pendahuluan
1.1.1. Deskripsi Singkat
Bab ini membahas Instalasi Listrik Domestik dan Instalasi Listrik Bangunan
Gedung. Pembahasan Instalasi Listrik Domestik mencakup: Standardisasi dan
Persyaratan Dasar Sistem Instalasi Listrik, Peralatan dan Perlengkapan Hubung Bagi
(PHB) Listrik 1 Phasa, Penghantar Listrik, PengamanPentanahan (Grounding),
Perencanaan Instalasi Listrik Domestik, Pemasangan Instalasi Listrik Domestik,
Pengujian Instalasi Listrik, dan Pemeliharaan Instalasi Listrik Domestik. Pembahasan
Instalasi Listrik Bangunan Gedung mencakup Peralatan dan Perlengkapan Hubung
Bagi (PHB) Listrik 3 Phasa dan Perencanaan Instalasi Listrik Bangunan Gedung.
Pada bagian akhir bab disediakan soal atau tugas dan kunci jawaban. Dengan
mengerjakan soal atau tugas dan mencocokan hasil pekerjaan yang telah dibuat
dengan kunci jawaban yang ada, peserta diklat dapat mengukur pencapaian hasil
belajarnya.
1.1.2. Relevansi
Materi yang dibahas dalam bab ini merupakan materi pokok yang harus
dikuasai peserta diklat untuk mengajar di SMK Program Keahlian Teknik
Ketenagalistrikan, khususnya pada Instalasi Listrik Domestik dan Instalasi Listrik
Bangunan Gedung. Dengan menguasai materi ini maka peserta diklat dapat
mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, serta dapat menanamkan sikap yang
dituntut dunia kerja kepada siswa SMK.
7
b. Mampu merancang, merakit, memelihara, menginspeksi, dan menganalisis hasil
inspeksi dan memelihara PHB insalasi penerangan pada bangunan sederhana,
dengan sub capaian:
- menerapkan prinsip dasar instalasi dalam merancang PHB
- mempraktekkan perakitan PHB tegangan rendah
- mempraktekkanpenginspeksian PHB
- menganalisis hasil inspeksi
- mempraktekkanpemeliharaan PHB pada bangunan sederhana
c. Mampu menginspeksi, menganalisis hasil inspeksi dan memelihara instalasi
sistem pembumian dan penangkal/penangkap petir, dengan sub capaian:
- Mempraktekkanpenginspeksian instalasi sistem pembumian dan penangkal/
penangkap petir
- menganalisis hasil inspeksi
- memelihara instalasi sistem pembumian dan danpenangkal/penangkap petir
1) Standarisasi
Tujuannya adalah untuk keseragaman: a) ukuran, bentuk & mutu barang, dan
b) cara menggambar dan cara kerja. Organisasi internasional dalam standarisasi dalam
bidang teknik listrik yaitu International ElectrotechnicalCommision (IEC), bidang
teknik listrik, dan ada juga dalam bidang lainnya seperti International Organization
for Standardization (ISO)dalam bidang lain. Kedua organisasi ini berkedudukan di
8
Geneva.DiIndonesia untuk bidang teknik listrik arus kuat dalam hal standarisasi
diprakarsai oleh LIPI dan PLN.Selain itu persyaratan listrik yang digunakan di Jerman
yaitu: VerbandDeutsherElectrotechniker (VDE), dan Deutsher Industrial Nationalle
(DIN).Sedangkan di Jepang dikenal Japanese Industrial Standard (JIS).
2) Persyaratan
Pemasangan instalasi listrik harus sesuai persyaratan untuk tujuan: a)
pengamanan manusia dan barang, dan b) penyediaan tenaga listrik yang aman dan
efisien. Persyaratan Instalasi Listrik di Indonesia saat ini sudah menggunakan
bukuPersyaratan Umum Instalasi Listrik disingkat PUIL, pertama terbit pada tahun
1977 diberi nama buku PUIL 1977.Saat ini sudah terbit PUIL 2000 merupakan
kelanjutan dan penambahan dari PUIL sebelumnya.Bila dilihat sejarahnya,PUIL 1977
merupakan pembaharuan dari PUIL NI6 adalah persyaratan listrik yang ada di
Belanda.
9
- phasa-tanah: 20 kV / 3
Untuk jaringan tegangan tinggi sistem 3 kawat, double circuit:
- phasa-phasa : 70 kV atau 150 kV
Untuk jaringan tegangan ekstra tinggi sistem 3 kawat, double circuit :
- phasa -phasa 500 kV (saluran transmisi udara tegangan ekstra tinggi atau
SUTET Jawa-Bali)
10
ketentuan dalam PUIL2000.Ketentuan yang dimaksud adalah dimana Rencana
Instalasi Listrik ialah seberkas gambar rencana dan uraian teknik, yang digunakan
sebagai pegangan untuk melaksanakan pemasangan instalasi listrik. Untuk itu
Rencana Instalasi Listrik harus dibuat dengan jelas, serta mudah dibaca dan dipahami
oleh para teknisi listrik.Menurut Joseph F. McPartland, William J. Novak dan juga
PUIL 2000, hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan instalasi listrik yaitu:
1. Gambar situasi, yang menunjukkan dengan jelas letak gedung atau bangunan
tempat instalasi tersebut akan dipasang dan rencana penyambungannya dengan
sumber tenaga listrik.
2. Gambar instalasi listrik
3. Diagram garis tunggal
a). Diagram PHB lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran
nominal komponennya.
b). Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang akan terpasang dan
pembagiannya.
c). Sistem pembumian
d). Ukuran dan jenis penghantar yang dipakai.
4. Gambar rinci yang meliputi:
a). Perkiraan ukuran fisik PHB.
b). Cara pemasangan perlengkapan listrik
c). Cara pemasangan kabel
d). Cara kerja instalasi kendali
5. Perhitungan teknis bila dianggap perlu, yang meliputi antara lain:
a). Susut tegangan
b). Perbaikan faktor kerja
c). Beban terpasang dan kebutuhan maksimum
d). Arus hubung pendek dan daya hubung pendek
e). Tingkat penerangan
6. Tabel bahan instalasi, yang meliputi:
a). Jumlah dan jenis kabel, penghantar dan perlengkapan
b). Jumlah dan jenis perlengkapan bantu
c). Jumlah dan jenis PHB
d). Jumlah dan jenis armature lampu
7. Uraian teknis, yang meliputi :
11
a). Ketentuan teknis perlengkapan listrik yang dipasang dan cara pemasangannya.
b). Cara pengujiannya
c). Jadwal waktu pelaksanaan
8. Perkiraan biaya.
4) Keselamatan Kerja
Pada pemasangan instalasi listrik, biasanya rawan terhadap terjadinya
kecelakaan. Kecelakaan bisa timbul akibat adanya sentuh langsung dengan
penghantar beraliran arus atau kesalahan dalam prosedur pemasangan instalasi. Oleh
karena itu perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan bahaya listrik serta
tindakan keselamatan kerja. Bebrapa penyebab terjadinya kecelakaan listrik
diantaranya :
a. Kabel atau hantaran pada instalasi listrik terbuka dan apabila tersentuh akan
menimbulkan bahaya kejut.
b. Jaringan dengan hantaran telanjang
c. Peralatan listrik yang rusak
d. Kebocoran arus listrik pada peralatan listrik dengan rangka dari logam, apabila
terjadi kebocoran arus dapat menimbulkan tegangan pada rangka atau body
e. Peralatan atau hubungan listrik yang dibiarkan terbuka
f. Penggantian kawat sekering yang tidak sesuai dengan kapasitasnya sehingga dapat
menimbulkan bahaya kebakaran
g. Penyambungan peralatan listrik pada kotak kontak (stop kontak) dengan kontak
tusuk lebih dari satu (bertumpuk).
12
Contoh langkah-langkah keselamatan kerja berhubungan dengan peralatan
listrik, tempat kerja, dan cara-cara melakukan pekerjaan pemasangan instalasi lisrik
dapat diikuti pentunjuk berikut:
a. Menurut PUIL 2000 ayat 920 B6, beberapa ketentuan peralatan listrik diantaranya:
1) Peralatan yang rusak harus segera diganti dan diperbaiki. Untuk peralatan
rumah tangga seperti sakelar, fiting, kotak -kontak, setrika listrik, pompa listrik
yang dapat mengakibatkan kecelakaan listrik
2) Tidak diperbolehkan:
(a) Mengganti pengaman arus lebih dengan kapasitas yang lebih besar
(b) Memasang kawat tambahan pada pengaman lebur untuk menambah daya
3) Bagian yang berteganagan harus ditutup dan tidak boleh disentuh seperti
terminal-terminal sambungan kabel, dan lain-lain
4) Peralatan listrik yang rangkaiannya terbuat dari logam harus ditanahkan
b. Menurut PUIL 2000 ayat 920 A1, tentang keselamatan kerja berkaitan dengan
tempat kerja, diantaranya:
1) Ruangan yang didalamnya terdapat peralatan lsitrik terbuka, harus diberi tanda
peringatan “ AWAS BERBAHAYA”
2) Berhati-hatilah bekerja dibawah jaringan listrik
3) Perlu digunakan perelatan pelindung bila bekerja di daerah yang rawan bahaya
listrik
c. Pelaksanaan pekerjaaan instalasi listrik yang mendukung pada keselamatan kerja,
antara lain:
1) Pekerja instalasi listrik harus memiliki pengetahuan yang telah ditetapkan oleh
PLN dan AKLI
2) Pekerja harus dilengkapi dengan peralatan pelindung seperti: Baju pengaman
(lengan panjang, tidak mengandung logam, kuat dan tahan terahadap gesekan),
Sepatu, Helm, Sarung tangan.
3) Peralatan (komponen) listrik dan cara pemasangan instalasinya harsus sesuai
dengan PUIL.
4) Bekerja dengan menggunakan peralatan yang baik
5) Tidak memasang tusuk kontak secara bertumpuk
6) Tidak boleh melepas tusuk kontak dengan cara menarik kabelnya, tetapi dengan
cara memegang dan menarik tusuk kontak tersebut.
13
1.2.1.2. Peralatan dan Perlengkapan Hubung Bagi Listrik
14
g) Komponen pengawatan (wiring material)
Dalam sistem pemasangan instalasi listrik perlengkapan PHB sangat penting
fungsinya dalam mengamankan instalasi dari bahaya akibat short circuit (hubung-
pendek listrik) dan juga berfungsi memutuskan rangkaian seluruh listrik yang menuju
ke beban.
Dalam PHB paling tidak ada sekering dan biasanya dipasang untuk rumah-
rumah yang dayanya 250 VA s/d 450 VA.
Dewasa ini PHB sudah banyak yang menggunakan peralatan listrik MCB dengan
pertimbangan lebih praktis dibanding menggunakan sekering. Gambar rangkaiannya
adalah sebagai berikut:
15
= MCB satu phasa
Menurut PUIL 2000, rangkaian PHB sistem tiga phasa paling tidak harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Gambar1.7. Bentuk fisik dari MCB Gambar1.8. Bentuk fisik dari MCCB
(Miniature Circuit Breaker) (Moulded Case Circuit Breaker); ACB
Susunan PHB tidak mutlak seperti yang tertera dalam PUIL, akan tetapi pada
prinsipnya sama. Sejak ditemukan peralatan pengaman beban lebih seperti MCB
(Miniatur Cisrcuit Breaker), MCCB (Moulded Case Circuit Breaker), NFB (No Fuse
Breaker)kecendrungan dimanfaatkan peralatan ini sebagai pengganti sekering dan
saklar semakin banyak. Harus diingat bahwa peralatan pengaman beban lebih pada
prinsipnya untuk mengamankan rangkaian bila terjadi kelebihan beban, akan tetapi
bila terjadi hubung pendek (konsleting) alat ini tidak menjamin dapat bekerja dengan
baik.
16
Menurut PUIL, apabila beban total yang terpasang pada sub-sub panel lebih
besar atau sama dengan 100 A, maka di dalam panel utama (MDP) di sisi rangkaian
keluaran (out-put) harus dipasang pengaman hubung singkat (sekering).
Ukuran panel box PHB disesuaikan dengan peralatan listrik yang akan
dirangkai. Ukuran panel box tidak baku, akan tetapi umumnya tinggi panel dari lantai
lebih kurang 2m, dengan tujuan agar dapat dioperasikan dengan mudah. Penempatan
panel box bebas dari bahan yang mudah terbakar, dan tidak di daerah yang lembab
agar peralatan tidak mudah berkarat sehingga mengakibatkan terjadi lost contact
(kehilangan kontak) rangkaian dalam panel.
Box panel yang baik dilengkapi dengan lampu indikator, alat ukur volt meter,
ampere meter. Pada bagian luar panel diberi tanda/simbul rangkaian dalam panel agar
17
mudah dioperasikan. Selain model panel box seperti pada gambar di atas yang terbuat
dari pelat ada juga panel box yang dibuat dari besi cor (tuang) dan sering disebut
panel kastenbaterai. Model panel ini sekarang jarang digunakan lagi, selain
memerlukan tempat yang besar juga kurang praktis, tidak dilengkapi tempat
pemasangan peralatan pengaman beban lebih.
c. Menghitung KapasitasPengaman
Pemasangan pengaman dalam PHB kapasitas amperenya harus sesuai dengan
kebutuhan/keperluan peralatan yang akan diamankan. Peralatan berupa mesin-mesin
listrik akan memerlukan arus yang besar karena selain memiliki sifat arus induktif
juga memerlukan torsi mula yang besar sewaktu mesin mulai berputar. Dengan
18
demikian arus start untuk mesin listrik biasanya memerlukan tiga kali dari arus
nominal mesin (3x In).
Untuk beban berupa lampu-lampu pijar, dan pemanas yang mana alat ini
merupakan beban bersifat resistif ,sehingga arus yang mengalir dalam beban menjadi
sephasa dengan tegangan.Dengan demikian daya yang tersedia menjadi
optimal.Untuk menghitung kapasitas pengaman dapat dilakukan dengan persamaan
sebagai berikut:
a). Untuk sumber listrik arus searah:
Daya listrik: P = I x V [W]
b). Untuk sumber listrik arus bolak-balik (AC):
Daya listrik : P = I x Vf x cos[W] (sistem satu phasa)
Daya listrik : P = I x VL x cos x 3 [W] (sistem tiga phasa)
Vf= TeganganPhasa - Netral (Nol), VL = Tegangan Phasa-phasa
Bila tegangan phasa-netral, Vf adalah 220 V maka
tegangan phasa-phasa, VL adalah 380 V.
Secara diagram rangkaian listrik dapat dilukiskan sebagai berikut:
Dari persamaan daya di atas dapat dihitung arus nominal (In) beban.
Untuk menghitung besarnya kapasitas arus pengaman IP = In x k
k = 1,1 s/d 2,5 (untuk pengaman beban lebih); k = 1,1 s/d 4 (untuk pengaman
hubung singkat).Dalam perhitungan konstanta, kdapat digunakan harga maksimum
apabila dalam menghitung arus listrik beban (beban yang bersifat induktif) tidak
diketahui secara pasti faktor dayanya. Apabila sudah diketahui faktor daya beban
secara pasti harga k digunakan yang lebih kecil.Berikut ini diberikan daftar kapasitas
“NH Fuse”- SIBA Germany:
19
Tabel 1.1. HRC/NH Fuses
NH Fuse Bases
Grosse (Size) 00 0 1 2 3 4
(125 A) (250 A) (400 A) (630 A) (1000 A) (1600 A)
6A 36 A 50 A 250 A 425 A 630 A
10 A 50 A 63 A 300 A 500 A 800 A
16 A 63 A 80 A 355 A 630 A 1000 A
20 A 80 A 100 A 400 A 1250 A
Fuse Cartridges 25 A 100 A 125 A 1500 A
36 A 125 A 160 A 1600 A
50 A 160 A 200 A
63 A 100A 224 A
80 A 125A 250 A
Keterangan:
Grosse (Size) = Kode Ukuran DudukanSekering (Fuse)
Fuse Cartridges = Patron Lebur
NH (NiedeHochlestup) atau HRC (High Rupturing Capacity)
Untuk sekering biasa patron lebur (Diazed fuse) dengan bases (dudukan)
mempunyai dratulir menurut ketentuan kapasitas arus yang diamankan memiliki
warna kode pada ujung patron adalah sbb:
2A :merah muda 20 A : biru
4A : coklat 25 A : kuning
6A : hujau 35 A : hitam
10 A : merah 50 A : putih
16 A : kelabu 65 : warna tembaga
20
N/mm2. Sedangkan daya hantar tembaga keras dengan kuat tarik 390 - 440 N/mm2
daya hantar jenisnya kurang lebih 97% IACS (P. Van. Harten, 1981:111)
Koefisiensuhu tembaga pada temperatur 200C, kurang lebih 0,004 per derajat
celcius. Jadi apabila kenaikan suhu 100C akan menyebabkan kenaikan tahanan
jenisnya kira-kira 10 x 0,004 = 0,04 atau 4%.
Selain penghantar dari tembaga, juga digunakan penghantar dari aluminium.
Kemurnian dari aluminium untuk bahan penghantar sekurang-kurangnya 99,5%.
Aluminium dengan kemurnian 99,5% atau dapat dikatakan aluminium lunak tahanan
jenisnya secara baku tidak boleh melebihi 0,028264 ohm mm2/m pada suhu 20oC.
atau sama dengan kemampuan hantar jenis aluminium sekurang-kurangnya 61%
IACS.Penghantar aluminium lunak memiliki kuat tarik 60 - 70 N/mm2. Sedang
aluminium keras dengan kekuatan tarik 150 - 195 N/mm2 hanya kira-kira 1% lebih
rendah daripada daya hantar aluminium lunak.Koefisiensuhu aluminium pada 200C
kira-kira 0,004 per derajat celcius, yaitu sama dengan tembaga.
Memperhatikan penghantar tembaga dan aluminium di atas, yaitu daya hantar
aluminium hanya 61% IACS, maka untuk bahan dengan tahanan yang sama
diperlukan luas penampang aluminium: (100/61) x luas penampang tembaga atau
1,64 x luas penampang tembaga.Namun demikian berat penghantar aluminium dan
tembaga pada suhu200C dengan perbandingan masing-masing 2,7 dan 8,9. Untuk itu
berat penghantar aluminium dengan tahanan terhadap tembaga adalah: 1,64 x
(27/89) x 100 % = 50% dari berat tembaga.Untuk itu konstruksi jaringan dengan
menggunakan penghantar tembaga tentu harus lebih kokoh dan pada gilirannya
akanmenaikan nilai biaya. Namun bila diperhatikan diameter aluminium lebih besar
28% dari tembaga akan diperlukan isolasi yang lebih besar dibanding isolasi untuk
penghantar tembaga. Selain itu dalam sistem penyambungan dengan konduktor
aluminium lebih sukar dibanding dengan tembaga.
Dari pertimbangan di atas, bahwa untuk hantaran saluran udara lebih
menguntungkan menggunakan konduktor aluminium dibanding tembaga karena
pertimbangan berat dan tidak diperlukan isolasi kabel sehingga pada gilirannya biaya
konstruksi jaringan akan lebih murah.
21
CHCL atau disebut PVC. Agar bahan PVC ini fleksibel maka dicampur dengan bahan
pelunak (plasticiser).Isolasi konduktor dengan PVC tahan terhadap suhu sampai 700C
secara terus menerus.Ada bahan PVC yang khusus untuk isolasi kabel dengan
ketahanansuhu sampai 1050C.
Untuk listrik sistem tiga fasa kode warna masing-masing fasa R, S, T, N yaitu
merah, kuning, hitam, dan biru. Ada juga dengan simbolR: warna hitam, S: warna
kuning, T: warna hitam dan N: warna biru. Namun dalam sistem satu fasa, yaitu
kawat fasa adalah hitam, N atau netral: warna merah, dan groundadalah warna
kuning-hijau.Kabel dengan isolasi PVC warna putih tegangan nominalnya 500 kV,
PVC warna hitam 0,6 kV s/d 1 kV, sedangkan kemampuan di atas 1 kV menggunakan
warna merah.
22
Contoh:
Suatu kabel dengan kode: NAYFGbY 4 x 185 sm 0,6 / 1KV.
Artinya kabel tersebut menggunakan penghantar jenis aluminium kawat banyak
bentuk sektor, berisolasi PVC, dengan perisai kawat baja pipih dan spiral pita baja,
jumlah uratnya empat, luas penampang setiap urat masing-masing 185 mm2, tegangan
kerja nominal 0,6 terhadap tanah, dan tegangan kerja 1 kV antar penghantar.
Isolasi pada kabel memiliki kemampuan menahan panas akibat adanya arus
yang mengalir.Semakin besar arus yang mengalir pada konduktor kabel semakin
panas konduktor. Isolasi pada kabel harus tahun terhadap panas yang ditimbulkan dari
kawan penghantar, untuk itu bahan kabel dapat dibagi atas beberapa kelas
berdasarkan suhu kerja maksimum. Klasifikasi bahan isolasi menurut IEC adalah
seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Tabel1.2. Pembagian Kelas Bahan Isolasi
1 Y 90 5 F 155
2 A 105 6 H 180
3 E 120 7 C >180
4 B 130
Penjelasan:
1. Kelas Y
Yang dapat digolongkan dalam kelas Y adalah: katun, sutera alam wol sintetis, rayon,
serat poliamid, kertas, prespan, kayu, poliakrit, polietilin, polivinil, karet
2. Kelas A
Yang dapat digolongkan dalam kelas A adalah: bahan berserat dari kelas Y yang telah
dicelup dalam vernis, aspal, minyak trafo, email yang dicampur vernis dan poliamid.
3. Kelas E
Yang dapat digolongkan dalam kelas E adalah: penyekat kawat email yang memakai
bahan pengikat polivinil formal, poli urethan dan damar epoksi dan bahan pengikat
lain semacam itu dengan bahan pengisi selulose, pertinaks dan tekstolit, film triasetat,
filem serat polietilin tereftalat.
23
4. Kelas B
Yang dapat digolongkan dalam kelas B adalah: bahan nonorganik (mika, gelas, fiber,
asbes) dicelup atau direkat menjadi satu dengan pernis atau konpon, bitumen, sirlak,
bakelit dan sebagainya.
5. Kelas F
Yang dapat digolongkan dalam kelas F adalah: bahan bukan organik dicelup dan
direkat menjadi satu dengan epoksi, poliurethan, atau vernis yang tahan panas tinggi.
6. Kelas H
Yang dapat digolongkan dalam kelas H adalah: semua bahan komposisi dengan bahan
dasar mika, asbes dan gelas fiber yang dicelup dalam silikon tanpa campuran bahan
berserat (kertas, katun, dan sebagainya). Dalam kelas ini termasuk juga karet silikon
dan email kawat poliamid murni.
7. Kelas C
Yang dapat digolongkan dalam kelas C adalah: bahan non-organik yang tidak dicelup
dan tidak diikat dengan subtansi organik, misalnya mika, mikanit yang tahan panas
(menggunakan bahan pengikat an-organik), mikaleks, gelas, dan bahan keramik.
Hanya satu bahan organik saja yang termasuk kelas C yaitu polietra flouroetilin
(teflon).
Keterangan:
𝑃 = 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 (𝑤𝑎𝑡𝑡)
𝑉𝐿 = 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑙𝑎 − 𝑗𝑎𝑙𝑎 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑝ℎ𝑎𝑠𝑎 (𝑣𝑜𝑙𝑡)
𝐶𝑜𝑠 𝜑 = 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
24
4) Resistansi (R)
Dalam menyalurkan/mendistribusikan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit
atau PHB (panel hubung bagi) sudah tentu menggunakan penghantar berupa
konduktor tembaga, aluminium dan lain sebagainya. Seperti kita ketahui arus listrik
yang mengalir dalam konduktor mengalami hambatan (R) yang
menyebakanterhambatnya arus listrik adalah karena adanya konduktor mempunyai
konstanta hambatan jenis (), yang sering disebut rho. Besarnya hambatan/resistansi
(R) pada konduktor tergantung pada faktor:
a) panjang konduktor
b) berbanding terbalik dengan luas penampang (A) konduktor
c) bergantung dari pada kemurnian bahan dan tahanan jenis () bahan
d) bergantung pada temperatur konduktor (t)
Bila untuk sementara diabaikan pada butir d) di atas, maka R dapat dibuat persamaan
R / A Ohm atau R = / A Ohm.
Dengan demikian dapat ditulis persamaan
= A. R/
Bila : A = 1m2
= 1 m
R = 1 Ohm
Maka: = A . R / Ohm-meter
kebalikan dari adalah (konduktifitas),
jadi = 1/
untuk tembaga pada suhu 20oC adalah 1,75 x 10-8 Ohm-meter
untuk aluminium pada suhu 20oC adalah 2,8 x10-8 Ohm-meter
Suatu konduktor mempunyai nilai resistansi R0 pada temperatur 00C dan dipanasi
sampai t0C, maka nilai resistansi konduktor menjadi Rt. Jadi kenaikan
resistansisebesar R = Rt - R0., dapat pula ditulis seperti persamaan di bawah.
Rt - R0R0 .t atauRt - R0 = R0 . t
R = Rt - R0 = R0 .t
25
= sebanding
Rt= R 0 + R0 t
Rt= R0(1+ t)
Rt / R0= (1+ t)
Dari persamaan di atas dapat diketahui harga resistansi sesuai dengan perubahan
temperatur. Gambar di bawah untuk mencari harga koefisien-temperaturlogam
tembaga
26
Koefisien temperatur tembaga () = 1/ 234,5
Dimana:
VS : tegangan pengiriman
VR : tegangan penerima
ΔV : rugi tegangan sepanjang penghantar
I : arus yang mengalir dalam konduktor
A : luas penampang konduktor
: hambatan (tahanan) jenis konduktor
Bila beban motor listrik dihubungkan pada ujung penerima saluran seperti
gambar di atas, maka arus listrik I mengalir dalam penghantar (konduktor). Seperti
diketahui penghantar memiliki hamabatan (R) maka akan terjadi :
rugi tegangan: ΔV = I R. .............................................1)
R = / A ……….. ..............................2)
Bila pers (2) disubstitusikan pada pers (1) maka :
ΔV = I . / A
A = 2 I / ΔV mm2 .........................................3)
Angka 2 adalah karena saluran terdiri dari dua saluran positip dan negatip atau phasa
dan neutral (nol). Menghitung luas penampang dapat pula dihitung melalui rugi daya
pada penghantar:
I = Pbeban/ ( 3 x Vl x cos φ )
R = ./A
ΔV3phasa = 3 ΔVphasa = 3 xIxR
ΔV3phasa = 3 x (./A)
ΔV3phasa = 3 x (./A) x I
A = 3 x I (./ ΔV3phasa)
27
A = 3 .I/ ΔV3phasa mm2
28
Gambar 1.14. One Line Jaringan Instalasi Menggunakan Sistem Loop
Gambar 1.15. One Line Jaringan Instalasi Sistem Loop Disuplai dari Dua Sisi
𝑃 15840
𝐼1 = = = 40 𝐴
√3. 𝑉. 𝑐𝑜𝑠𝜑 1,732𝑥380𝑥0,6
Dengan cara yang sama kita dapat menghitung I2, I3, yaitu:
I2 = 80 A
I3 = 120 A
Arus di A’ (Ia’) dan arus di A’’ (Ia’’) sedapat mungkin harus sama. Jumlah arus ini
harus sama dengan I1 + I2 + I3 = 240 A. Jumlah momen arus terhadap A’ dan terhadap
A’’ harus juga sama.Momen-momen arus terhadap A’ menghasilkan:
120 x 40 + 160 x 80 + 190 x 120 = 340 Ia’’
29
Jadi:
Jadi besarnya arus yang mengalir dari A” adalah sebesar 119 A, dan jika
memilih penampang konduktor melalui tabel yang ada pada PUIL, maka dapat
menggunakan kabel jenis NYFGbY 4 x 35 mm2.
Apabila kita menggunakan perhitungan dengan menggunakan besarnya rugi
tengangan pada saluran V (Vdrop), yang mana menurut PUIL besarnya kerugian
tegangan harus lebih kecil dari 5% dari tegangan saluran, maka luas penampang
berdasarkan rugi tegangan:
1,732. 𝜌. 𝑙. 𝐼. 𝑐𝑜𝑠𝜑
𝐴=
𝑉𝑑𝑟𝑜𝑝
Cos: dalam konteks ini cos = 1
1,732𝑥0,0173𝑥150𝑥119𝑥1
𝐴= = 28,11 𝑚𝑚2
5%𝑥380
30
Tabel 1.3. KHA terus menerus yang diperbolehkan dan proteksi untuk kabel instalasi berinti
tunggal berisolasi PVC pada suhu keliling 30oC dan suhu penghantar maksimum
70oC
31
Tabel1.4. KHA terus menerus untuk kabel tanah berinti tunggal, berpenghantar tembaga,
berisolasi dan berselubung PVC, dipasang pada system a.s. dengan tegangan kerja
maksimum 1,8 kV; serta untuk kabel tanah berinti dua, tiga dan empat
berpenghantar tembaga, berisolasi dan berselubung PVC yang dipasang pada
system a.b. fase tiga dengan tegangan pengenal 0,6/1 kV (1,2 kV) pada suhu
keliling 30oC.
32
Tabel1.5. KHA terus menerus untuk kabel tanah berinti tunggal, berpenghantar aluminium,
berisolasi dan berselubung PVC, dipasang pada system arus searah dengan
tegangan kerja maksimum 1,8 kV; serta untuk kabel tanah berinti dua, tiga dan
empat berpenghantar aluminium, berisolasi dan berselubung PVC yang dipasang
pada system a.b. fase tiga dengan tegangan pengenal 0,6/1 kV (1,2 kV) pada suhu
keliling 30oC.
33
Faktor daya (cos) rendah pada prinsipnya dapat mengakibatkan arus beban
akan bertambah besar, sehingga dampaknya adalah efisiensi daya yang termanfaatkan
menjadi rendah, selain itu pula harus digunakan penampang konduktor yang lebih
besar, tentu akan berdampak pada biaya yang lebih mahal. Meningkatkan faktor daya
(cos) beban listrik yang bersifat induktif yaitu dengan memasang kondensator pada
beban secara paralel, atau dapat pula dipasang pada panel hubung bagi (PHB) secara
terpusat.
Penyambungankapasitor dengan jala-jala dapat digunakan kontaktor atau
sakelarpemutus daya. Tujuannya untuk menghindari percikan bunga api suatu
dilakukan pengoperasian. Kemampuan dari saklar tersebut disesuaikan dengan arus
yang mengalir dalam kapasitor. Resistor dipasang pada terminal kapasitor seperti
pada gambar adalah untuk melepaskan (membuang) muatan listrik sewaktu kapasitor
dilepas dari sistim jaringan atau beban.
34
Gambar 1.18. Rangkaian Lampu TL dengan Kapasitor
Satuan kapasitor untuk lampu TL yang ada dipasaran adalah: 3,25 F; 4,5 F.
Sedangkan kapasitor sistem 3 fasa untuk pemasangan di industri umumnya, 1 kVAR;
5 kVAR; 10 kVAR; 20 kVAR; 40kVAR.Menentukan kapasitaskapasitor dan daya
kapasitor yang dipasang untuk perbaikan faktor daya beban dapat dilakukan sbb:
Beban yang bersifatinduktif mengakibatkan arus terbelakang terhadap tegangan.
Akibat dari arus yang terbelakang maka daya semu (S) akan semakin besar, sehingga
bila digambarkan dalam bentuk segitiga daya adalah:
Q2 = Q - Q1
Q = S sin. …….......................... (1)
Q1 = S1 sin. 1 ..................................(2)
Sedangkan S = P / cos ...................................(3)
S1 = P / cos1 ...................................(4)
Substitusi (3) ke (1), dan (4) ke (2), sehingga didapat
35
Q2= P (sin / cos) - P (sin 1 / cos1)
Dimana: sin / cos = tan
Q2 = P tan - P tan 1
Q2 = P (tan - tan1) VAR .................................. (5)
Jadi dengan diperolehnya harga Q2 sebagai kapasitas daya kapasitor yang
diperlukan untuk perbaikan faktor daya, selanjutnya dapat dihitung kapasitas
kapasitor dalam F (mikro farad atau 10-6 Farad) adalah:
Harga Xc dapat dicari dengan persamaan:
Xc = V2/ Q2.
Sedangkan Xc= 1/C
= 2 f
f = 50 Hz
1
Xc =
2 F C
1 x 106
C = F atau
2 F Xc
Q2 x 106
C = F
2 f . V2
Jadi dengan mengetahui kapasitas C dalam F, selanjutnya disesuaikan dengan nilai
kapasitor yang ada di pasaran.Untuk menghitung besarnya daya buta Q tiga fasa dapat
dilakukan dengan menghitung langsung yaitu :
36
Secara cepat dapat dijawab, bahwa pemasangan kapasitor untuk perbaikan
faktor daya beban (lampu TL, motor listrik induksi, transformator, dll) bukan untuk
mengurangi putaran KWh, melainkan Si Pengguna daya listrik dapat memanfaatkan
daya listrik secara optimal. Apabila PLN menerapkansistim denda yaitu melalui alat
ukur KVARh, maka konsumen akan membayar rekening listrik jauh lebih besar. Hal
itu disebabkan konsumen (pelanggan listrik) selain membayar kWh meter, juga harus
membayar kVARh meter yang nota bene putarannya akan lebih besar dibanding kWh
meter apabila faktor daya beban rendah. Sejauh ini di Indonesia pemasangan kVARh
dan kWh meter baru diperuntukan pelanggan industri-industri, sedangkan pelanggan
listrik rumah tangga belum.
Misalkan pelanggan listrik rumah tangga dengan daya 900 W, tegangan jala-
jala adalah 220 V. Frekuensi 50 Hz.Kebetulan dirumah tangga tersebut hampir
seluruhnya menggunakan lampu TL. Pada ballast lampu TL tertulis cos nya adalah
0,35. Jadi dengan demikian daya nyata (P) yang termanfaatkan oleh pelanggan hanya:
Memperhatikan gambar di atas, tampak dengan jelas bahwa makin kecil faktor
daya beban makin besar daya yang hilang. Untuk itu sebaiknya faktor daya beban
diusahakan adalah 1 (cos = 1) agar daya listrik seoptimal mungkin.
37
Dalam gambar dapat pula dilihat bahwa dengan memperbesar cos, maka Q akan
bertambah kecil dengan P bertambah besar dan S tetap. Apabilacos = 1 maka Q=0;
P=S.
Sisi lain dari rendahnya faktor daya beban adalah arus beban akan bertambah
besar. Melalui gambar di atas dapat dijelaskan perhitungannya :Untuk daya nyata P =
315 W, cos = 0,35; maka
S = 315 / 0,35 = 900 VA
maka I = S/V = 900/220 = 4,09 A
Sedangkan daya nyata P = 315, maka I menjadi
I = P/V coscos = 1
jadi, I = 315/220 = 1,43 A.
Jelas terlihat bahwa arus berkurang dari 4,09 menjadi hanya 1,43 A.
38
Jika menggunakan pengaman pipa saluran air minum harga R LK tidak boleh
lebih dari :
RLK= Ve / IA Ohm dan IA = k x IN.
RLK = Tahanan lingkar dalam Ohm.
Ve = Tegangan phasa terhadap tanah.
In = Besarnya arus pemutus alat pengaman.
39
3). Elektroda Pelat
Elektroda ini dibuat dari bahan pelat logam (pelat eiser ) dan ditanam tegak
lurus dalam tanah pada kedalaman 0,5 s/d 1 m. Ukuran dari elektroda ini lebih
kurang 1 m x 0,5 m.
Nilai tahanan jenis tanah sangat berbeda-beda bergantung pada jenis tanah seperti
pada tabel di bawah.
Tabel 1.6 Tahanan Jenis Tanah ()
1 2 3 4 5 6 7
JENIS TANAH TANAH TANAH LIAT & PASIR KERIKIL PASIR DAN TANAH
RAWA TANAH BASAH BASAH KERIKIL BERBATU
LADANG KERING
TANAHAN JENIS
30 100 200 500 1000 3000
(Ohm-m)
Sumber : PUIL (1987:68)
40
/1 = /100
Contoh:
Melalui tabel di atas, untuk jenis tanah yang mengandung pasir basah yang
mana tahanan jenisnya 200 Ohm-m dan memerlukan panjang elektode dari pita atau
penghantar pilin 100 m agar diperoleh tahanan pentanahan 6 Ohm.
perhitungannya adalah melalui tabel di atas:
/ 1 = 200/100 = 2
Jadi 2 x 3 = 6 Ohm.
Pengukuran resistans (tahanan) pentanahan (pembumian) dapat dilakukan
dengan cara seperti di bawah ini.
41
Gambar1.25. Rangkaian / instalasi percobaan
42
Seperti diketahui, fluks cahaya yang dipancarkan sumber cahaya/lampu tidak
semuanya mencapai bidang kerja.Sebagian dari fluks cahaya itu dipancarkan ke
dinding dan langit-langit, dan juga diserap oleh bidang kerja. Untuk itu, menentukan
fluks cahaya yang diperlukan harus juga diperhitungkan efisiensi atau rendemen,
dari fluks cahaya yang sampau pada bidang kerja.
= Φg / Φo
Φo = Fluks cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada
dalam ruangan
Φg :Fluks cahaya berguna yang mencapai bidang kerja
Faktor-faktor lain yang juga diperhitunngkan dalam menentukan sistem
penerangan antara lain: efisiensi penerangan, efisensi armature, indek ruangan atau
indeks bentuk (k ) Lebih jelas akan diuraikan sebagai berikut:
1) Efisiensi Penerangan
= Φg / Φo dan
Φg = E x A lumen
Persamaan fluks cahaya :
ExA
Φo = lumen
dengan mempertimbangkan faktor defresi (pengotoran) lampu d, maka jumlah
armature n, dapat dihitung dengan persamaan :
Ex A
n =
Φlampu xx d
dimana:
A : luas bidang kerja dalam m2
E: intensitas penerangan yang diperlukan dalam bidang kerja
: efisiensi atau rendemen penerangan dapat ditentukan dari tabel.
Perlu diketahui, efisiensi penerangan ditentukan pula oleh :
- efisiensi atau rendemen armature
- faktorrefleksi dinding (rw), plafon (rc), bidang kerja (rm).
- indeks ruangan.
Jumlah lampu atau armature n yang diperlukan dapat pula ditentukan
langsung dari:
43
2) Efisiensi Armatur
Efisiensi atau rendemen armature v :
fluks cahaya yang dipancarkan armature
v=
fluks cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya
Efisiensi armature dibagi atas bagian fluks cahaya di atas dan di bawah bidang
horisontal, hal itu sangat ditentukan oleh jenis/model armeture yang digunakan.
Umumnya persentase perbandingan cahaya yang dipancarkan armature adalah di atas
bidang horisontal 22 %, dan di bawah bidang horisontal adalah 65 %, sisanya karena
faktor dari konstruksi armature itu sendiri. Dalam perhitungan penerangan, efisiensi
penerangan salalu sudah diperhitungkan efisiensi armaturenya.
makna dari :
p : panjang ruangan
l : lebar ruangan
h : tinggi sumber cahaya di atas bidang kerja, dalam meter (m)
Umumnya tinggi bidang kerja 0,8 m atau 0,9 m di atas lantai
Bila nilai k yang diperoleh tidak ada dalam tabel efisiensi penerangan, hal itu
dapat dilakukan melalui interpolasi. Untuk k yang melebihi 5, diambil nilai efisiensi
k sama dengan 5 (k = 5), sebab untuk k di atas 5, efisiensinya hampir tidak berubah
lagi.
44
Lampu listrik (berupa lamput pijar, Tube luminesent dan lain sebagainya)
setelah dipakai beberapa waktu akan terjadi pengotoran. Akibat dari terjadinya
pengotoran, intensitas penerangan yang sampai pada bidang kerja menjadi berkurang.
Pengotoran pada lampu listrik sifatnya berbeda-beda, yaitu mulai dari :
1. pengotroran ringan ringan,
2. pengotoran sedang,
3. pengotoran berat
Pengotoran ringan terhadap sumber cahaya (lampu), biasanya terjadi pada
ruang kelas, laboratorium, dan sejenisnya.Pengotoran sedang biasanya terjadi pada
ruangan yang berada dipinggir-pinggir jalan seperti toko, supermarket, dan
sejenisnya.Sedangkan pengotoran berat terjadi di pabrik-pabrik yang banyak
menghasilkan debu, sperti pabrik kapur, keramik, dan dapat pula terjadi pada pabrik
tekstil (pemintalan benang).Faktor pengotoran dapat dilihat pada tabel efisiensi.
Faktor pengotoran besarnya untuk berkisar antara 0,85 sampai 0,65 (untuk
pengotoran ringan s/d sedang). Untuk pengotoran berat dapat digunakan < 0,65.
Faktor depresi juga ditentukan dari usia lampu. Untuk lampu TL umumnya
usia efektifnya lebih kurang 1500 jam, sedangkan lampu pijar 500 jam, A.M. Marsden
& S.T. Henderson, (1981). Melalui langkah perhitungan di atas akan diperoleh
efisiensi ruang, berkisar 0,25 s.d 0,8. Untuk memudahkan perhitungan dan dengan
berbagai pertimbangan sebetulnya dapat dihitung secara pendekatan kasar digunakan
sebesar 0,65. ( = 0,65).
45
Gambar1.26. Teknik Penempatan Titik Cahaya Lampu Pijar
46
Pada instalasi arus a.b. ketentuan penghantarnya ada penghantar Phasa,
penghantar Neutral, dan penghantar proteksi (ground).
1). Penggunaan penghantar dalam instalasi listrik yang bukan tembagaharus
disesuaikan dengankemampuan hantar arusnya.
Demikian juga luas penampang penghantar harus ditentukan sesuai dengan:
a) suhu maksimum yang diijinkan;
b) susut tegangan yang diijinkan;
c) stres elektromagnetis yang mungkin terjadi karena hubung pendek;
d) stres mekanis lainnya yang mungkin dialami penghantar;
e) impedans maksimum berkenaan dengan berfungsinya proteksi hubung
pendek.
47
4). Kendali darurat
Bila dalam keadaan bahaya, diperlukan pemutusan suplai dengan segera,
gawaipemutus harus dipasang sehingga dengan mudah dapat dikenali dan
dioperasikan denganefektif dan cepat.
48
9). Pemilihan perlengkapan listrik
Setiap bagian perlengkapan listrik yang digunakan dalam instalasi listrik
harusmemenuhi PUIL 2000 dan/atau standar yang berlaku.
10). Karakteristik
Setiap bagian perlengkapan listrik yang dipilih harus mempunyai karakteristik
yangsesuai dengan nilai dan kondisi yang mendasari perancangan instalasi listrik, dan
dankhususnya harus memenuhi persyaratan tegangan kerja dalam instalasi
listrik.Perlengkapan listrik harus mampu terhadap tegangan kontinu maksimum (nilai
efektif a.b.)yang mungkin diterapkan, dan tegangan lebih yang mungkin terjadi.Untuk
perlengkapan tertentu, perlu diperhatikan tegangan terendah yang mungkinterjadi.
12). Frekuensi
Apabila frekuensi berpengaruh pada karakteristik perlengkapan listrik,
frekuensi pengenal dari perlengkapan itu harus sesuai dengan frekuensi yang mungkin
terjadi dalam sirkit itu.
13). Daya
Semua perlengkapan listrik yang dipilih berdasarkan karakteristik dayanya,
harus sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada perlengkapan tersebut, dengan
memperhitungkanfaktor beban dan kondisi pelayanan normal.
49
e) pengaruh api;
f) pengaruh kelembaban.
50
mencegah kemungkinanmenurunnya mutu perlengkapan listrik akibat proses tertentu
dalam masa penyimpanan, persiapan, pelaksanaan pekerjaan dan masa penggunaan.
23). Kotak-kontak fase tunggal, baik yang berkutub dua maupun tiga harus dipasang
sehingga kutub netralnya ada di sebelah kanan atau di sebelah bawah kutub tegangan.
51
Selama masa pembangunan, perlengkapan listrik yang hanya boleh dipasang
diruang kering harus dilindungi terhadap cuaca untuk mencegah perlengkapan
tersebut mengalami kerusakan yang permanen.
Perlengkapan listrik harus dipasang dengan rapi dan dengan cara yang baik
dantepat.Perlengkapan listrik harus dipasang kokoh pada tempatnya sehingga
letaknyatidak berubah oleh gangguan mekanis.Semua peranti listrik yang
dihubungkan pada instalasi harus dipasang danditempatkan secara aman dan, jika
perlu, dilindungi agar tidak menimbulkan bahaya.
Semua sambungan listrik harus baik dan bebas dari gaya tarik.Sambungan
antarpenghantar dan antara penghantar dan perlengkapan listrik yanglain harus dibuat
sedemikian sehingga terjamin kontak yang aman dan andal.Gawai penyambung
seperti terminal tekan, penyambung puntir tekan, ataupenyambung dengan solder
harus sesuai dengan bahan penghantar yang disambungnya dan harus dipasang
dengan baik
Dua penghantar logam yang tidak sejenis (seperti tembaga dan aluminium
atautembaga berlapis aluminium) tidak boleh disatukan dalam terminal atau
penyambung puntir kecuali jika alat penyambung itu cocok untuk maksud dan
keadaan penggunaannya.Sambungan penghantar pada terminal harus terjamin
kebaikannya dan tidakmerusakkan penghantar. Menyambung kabel fleksibel harus
menggunakan sambung tekan (termasuk jenis sekrup), sambung solder atau sambung
puntir. Sepatu kabel harusdisambungkan dengan mur baut secara baik.
Sambung puntir harus dilaksanakan dengan:
a) menggunakan penyambung puntir; atau
b) cara dilas atau disolder.
Sebelum dilas atau disolder, sambungan itu harus dipuntir dahuluagar diperoleh
sambungan yang baik secara mekanis dan listrik.Bahan yang digunakan seperti solder,
fluks, dan pasta harus terbuat dari jenisyang tidak berakibat buruk terhadap instalasi
dan perlengkapan listrik.
Jika tidak ditentukan lain, bagian aktif perlengkapan listrik yang bekerja
padategangan di atas 50 V harus dilindungi dari sentuhan dengan selungkup yang
sesuai, atau dengan salah satu cara di bawah ini :
a) menempatkannya dalam ruang atau selungkup yang hanya boleh dimasuki oleh
orang yang berwenang;
52
b) menempatkannya di belakang pagar atau kisi yang hanya boleh dimasuki oleh
orang yangberwenang;
c) menempatkannya di balkon, serambi atau panggung yang hanya boleh dimasuki
oleh orang yang berwenang;
d) menempatkannya pada ketinggian sekurang-kurangnya 2,5 m di atas lantai.
Perlengkapan listrik yang terdapat di tempat yang rawan kerusakan fisik
harusdilengkapi dengan selungkup atau pelindung yang kuat, dan ditempatkan
sehinggaperlengkapan listrik tercegah dari kerusakan.Pintu masuk ke ruang dan ke
tempat terlindung dan bertegangan di atas 50 Vyang di dalamnya terdapat bagian aktif
terbuka, harus diberi tandaperingatan yang jelas.
Bagian perlengkapan listrik yang pada waktu kerja normal mengeluarkan
ataumenimbulkan percikan api, busur api, atau logam leleh, harus diberi selungkup
kecuali jika terpisah atau terisolasi dari bahan yang mudah menyala atau
terbakar.Semua perlengkapan listrik yang dapat menimbulkan suhu tinggi, percikan
apiatau busur api listrik harus ditempatkan atau dilindungi sedemikian sehingga
terhindar dari risiko kebakaran dari bahan yang mudah terbakar. Bila bagian
perlengkapan listrik bersuhutinggi itu terbuka, sehingga mungkin mencederai
manusia, maka bagian tersebut harusditempatkan atau dilindungi sehingga sentuhan
yang tak disengaja dengan bagian tersebutdapat dicegah.
Dalam keadaan normal, instalasi harus mempunyai resistansi isolasi
yangmemadai.Nilai resistans isolasi semua perlengkapan dalam keadaan tidak
dibumikan, baikresistans isolasi antara penghantar yang satu dan penghantar yang
lain, maupun antara penghantar dan bumi, harus sekurang-kurangnya seperti
dijelaskan dalam pada PUIL 2000:85.
53
diperbaiki.Pengukuran resistans isolasi harus dilakukan dengan gawai khusus yang
baik dantelah ditera.Resistans isolasi harus diuji menurut PUIL2000 dengan cara
seperti dijelaskan dalam pasal 3.20.Pada sistem IT harus ada sekurang-kurangnya satu
gawai yang dipasangpermanen untuk memantau keadaan isolasi instalasi
54
1.3. Praktek Instalasi Listrik Dasar
Total waktu= 2 SKS x 170 menit x 14 tatap muka = 4.760 menit=79.3 Jam
Daftar Peralatan:
MCB, PHB, Sakelar tunggal,sakelar seri, sakelar tukar, saklar impuls, stop kontak,
lampu, penghantar, sumber tegangan satu fasa, multimeter, tang, obeng, tespen
Pelaksanaan PraktikumKonstruksi Instalasi Listrik:
Menyiapkan dan mengecek kondisi bahan praktek
Mengkonstruksi instalasi listrik sesuai dengan deskripsi perancangan yag dibuat
Daftar Peralatan:
Multimeter, megger,earth Tester meter, tespen
Pelaksanaan PraktikumInspeksi Instalasi Listrik:
Memeriksa dan menguji instalasi listrik dan PHB yang telah dikonstruksi peserta
Mengukur tahanan isolasi instalasi listrik dan PHB yang telah dikonstruksi peserta
56
Memeriksa dan menguji instalasi listrik dan PHB tegangan rendah
Memeriksa titik pentanahan bangunan sederhana
Mengukur tahanan pentanahan bangunan sederhana
Daftar Peralatan:
Multimeter, Megger, EarthTester meter, Tang, Obeng, Tespen
Lembar Nilai
Perancangan Instalasi Listrik Domestik
Kelompok Nama Peserta Kehadira K3 Keaktifan Kerjasama Laporan
n (10%) (10%) (50%) (10%) (20%)
1
57
BAB 2. INSTALASI TENAGA LISTRIK
2.1. Pendahuluan
2.1.1. Deskripsi Singkat
Bab ini membahas motor-motor listrik dan instalasinya. Pembahasan motor-motor
listrik mencakup:jenis dan fungsi motor listrik, jenis kabel, jenis pengaman dan
perlengkapan PHB,pemilihan jenis motor, jenis kabel dan jenis pengaman sesuai
dengan fungsinya, penginstalasian PHB dan kontrol motor listrik, penginspeksian
PHB liftdanmotor pompa,pemeliharaan PHB lift danmotor pompa.
Pada bagian akhir bab berisi materi praktek dan lembar penilaian. Dengan
mengerjakan soal atau tugas dan mencocokan hasil pekerjaan yang telah dibuat
dengan kunci jawaban yang ada, peserta diklat dapat mengukur pencapaian hasil
belajarnya.
2.1.2. Relevansi
Materi yang dibahas dalam bab ini merupakan materi pokok yang harus
dikuasai peserta diklat untuk mengajar di SMK Program Keahlian Teknik
Ketenagalistrikan, khususnya tentang instalasi motor listrik. Dengan menguasai
materi ini maka peserta diklat dapat mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, serta
dapat menanamkan sikap yang dituntut dunia kerja kepada siswa SMK.
58
- Menganalisis hasil inspeksi PHB lift danmotor pompa
- Mempraktekkanpemeliharaan PHB lift danmotor pompa
59
b. Melindungi bagian-bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung dengan
manusiadan dari goresan yang disebabkan oleh gangguan objek atau gangguan
udara terbuka(cuaca luar).
c. Menyalurkan torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan oleh karena itu
statordidisain untuk tahan terhadap gaya putar dan goncangan
d. Berguna sebagai sarana rumahan ventilasi udara sehingga pendinginan lebih
efektif
60
Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
Akibatnya pada batang konduktor dari rotor akan timbul gaya gerak listrik (GGL)
induksi. Karena batang konduktor merupakan rangkaian yang tertutup maka GGL
akan menghasilkan arus (I). Adanya arus (I) di dalam medan magnet akan
menimbulkan gaya (F) pada rotor. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada
rotor cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan
medan putar stator. GGL induksi timbul karena terpotongnya batang konduktor
(rotor) oleh medan putar stator. Artinya agar GGL induksi tersebut timbul, diperlukan
adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan
berputar rotor (nr).
Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut slip (s), dinyatakan dengan
S= (ns- nr)/ ns
Bila nr = ns, GGL induksi tidak akan timbul dan arus tidak mengalir pada batang
konduktor (rotor), dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Dilihat dari cara kerjanya,
motor induksi disebut juga sebagai motor tak serempak atau asinkron.
Keuntungan motor listrik 3 fasa:
a) Konstruksi sangat kuat dan sederhana terutama bila motor menggunakan rotor
sangkar
b) Harga relative murah dan kehandalannya tinggi
c) Effisiensi relative tinggi pada keadaan normal, tidak ada sikat sehingga rugi
gesekan kesil
d) Biaya pemeliharaan rendah karena pemeliharaan motor hampi tidak
diperlukan
Kerugian penggunaan maotor listrik 3 fasa:
a) Kecepatan sulit dikontrol
b) Power faktor rendah pada beban ingan
c) Arus start biasanya 5 sampai 7 kali arus nominal
61
a. Sambungan Bintang/Star/Y
b. Sambungan Segitiga/Delta
62
Gambar 2.4. MCB, MCCB
b) Push Buton (PB)
Push Button (tombol tekan) adalah saklar tekan yang berfungsi untuk
menghubungkan atau memisahkan bagian-bagian dari suatu instalasi listrik satu sama
lain. Suatu sistem saklar tekan push button terdiri dari saklar tekan start, stop reset
dan saklar tekan untuk emergency. Push button memiliki kontak NC (normally close)
dan NO (normally open).
Prinsip kerja Push Button adalah apabila dalam keadaan normal tidak ditekan
maka kontak tidak berubah (NO terbuka dan NC tertutup), apabila ditekan maka
terjadi perubahan kontak yaitu NO tertutupdan NC terbuka.Push Button dapat
dibedakan atas
63
ditekan maka kontak tertutup akan membuka dan kontak yang membuka akan
tertutup.
c) Kontaktor (K):
Kontaktor adalah saklar yang digerakkan dengan gaya kemagnetan. Pada
kontaktor ini ada yang disebut coil yang berisi lilitan tembaga sebagai penghasil
medan magnet. Cara kerja kontaktor ini adalah apabila coil tersebut dihubungkan
dengan sumber tegangan maka akan terjadilah induksi magnet yang akan menarik
setiap kontak (platina) yang terdapat pada kontaktor itu sendiri baik itu NO (Normaliy
Open)maupun NC (Normaly Closed). Artinya kontak NO pada posisicoil tidak diberi
tegangan tidak terhubung/tertutup akan tertarik menjadi terhubung (jadi NC) begitu
pula kontak NC adalah kebalikannya (jadi NO terbuka/terputus). Ukuran dari
kontaktorditentukan oleh batas kemampuan arusnya. Pada kontaktor terdapatbeberapa
kontak, yaitu kontak utama (NO) dan kontak bantu (NO dan NC). Untuk mengetahui
notasi dan penomoran kontak-kontak pada kontaktor, lihat tabel berikut:
64
Tabel 2.1 Notasi dan Penomoran Kontak-Kontak Kontaktor
65
rangkaian pada beban penuh dan kelas trip-nya. Untuk pemakaian standar digunakan
kelas trip 10 yaitu thermal overload akan trip pada 7,2 Ir dalam waktu 4 detik.
66
Gambar 2.10. Timer dan Kaki Timer
68
2.2.2.2. Penghantar Listrik Instalasi Tenaga Listrik
Penghantar atau Kabel listrik adalah media untuk mengantarkan arus listrik
ataupun informasi.Bahan dari kabel ini beraneka ragam, khusus sebagai pengantar arus
listrik, umumnya terbuat dari tembaga, dan aluminium, umumnya dilapisi dengan
pelindung.Selain tembaga, ada juga kabel yang terbuat dari serat optik, yang disebut
dengan fiber optic cable.
Beberapa jenis kabel yang biasa dipakai dalam instalasi tenaga listrik adalah
sebagai berikut:
a) Kabel NYA
Kabel NYA berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, untuk instalasi luar atau
kabel udara.Kode warna isolasi ada warna merah, kuning, biru dan hitam sesuai dengan
peraturan PUIL. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air
(NYA adalah tipe kabel udara) dan mudah digigit tikus. Agar aman memakai kabel tipe
ini, kabel harus dipasang dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup.Sehingga
tidak mudah menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak
tersentuh langsung oleh orang. Gambar kabel NYA berikut ini:
69
Gambar 2.12. Kabel NYM
c) Kabel NYY
Kabel NYY memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya berwarna hitam), ada yang
berinti 2, 3 atau 4.Kabel NYY dipergunakan untuk instalasi tertanam (kabel tanah), dan
memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (kualitasnya lebih baik dari
NYM dan NYA).Kabel NYY memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang tidak disukai
tikus.
70
2.2.2.3. Perencanaan Instalasi Tenaga Listrik
Merencanakan suatu instalasi tenaga listrik (motor-motor listrik) memerlukan
pengetahuan dasar instalasi listrik. Ada tiga macam rangkaian instalasi kontrol motor
listrik, yaitu:
a) Rangkaian Daya adalah rangkaian beban, kontak-kontak utama kontaktor, kontak
breakerdankomponen pengaman yang dihubungkan ke arus beban
b) Rangkaian Kontrol adalah rangkaian untuk mengatur operaasi kontaktor dan
relay untuk menjalankan dan menghentikan operasi motor listrik
c) Rangkaian Pengawatan adalah gabungan dari rangkaian utama dan rangkaian
kontrol, dengan kata lain rangkaian lengkap dari suatu rangkaian kontrol motor
Gambar berikut memperlihatkan rangkaian daya, rangkaian kontrol, dan
rangkaian pengawatan
71
motor secara DOL menggunakan peralatan: kontaktor 1 buah, thermal over load
(TOR)1 buah, dan saklar tekan ON/OFF1 buah. Rangkaian pengawatannya seperti
gambar berikut.
b) Star-Delta Starting
Mengoperasikan motor listrik 3 fasa secara star-delta (bintang-segitiga)
umumnya digunakan pada motor listrik berkapasitas kecil (10 s.d 50 kW) rotor
sangkar, bertujuan untuk mengurangi arus start yang besar (5 s.d 7 kali arus nominal).
Menjalankan motor secara star-delta menggunakan peralatan: kontaktor 3 buah,
thermal over load (TOR)1 buah, saklar tekan ON/OFF1 buah, dan time delay relay
(Timer) 1 buah. Peralihan dari hubungan bintang ke hubungan segitiga dilakukan
secara otomatis dengan menggunakan timer yang disetting sekian detik (misalnya 5
detik).Rangkaian pengawatannya seperti gambar berikut.
72
Gambar 2.17. Rangkaian PengawatanMotor Hubungan Star-Delta
c) Reverse-Foward Starting
Mengoperasikan motor putaran maju mundur (Reverse-Foward) dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual dan secara otomatis. Sistem manual
biasanya tidak menggunakan time delay relay (Timer) sebagai pengatur waktu putaran
berikutnya, sedangkan sistem otomatis menggunakan time delay relay (Timer).
Dalam pengaturan putaran motor maju dan mundur sama halnya dengan
membalik putaran motor. Putaran motor dapat terbalik, jika arah putaran medan
magnet stator juga terbalik. Untuk membalik putaran medan magnet stator dapat
dilakukan dengan menukar dua dari tiga penghantar fasa sumber listrik motor
tersebut. Untuk jelasnya dapat dilihat contoh pada gambar berikut ini.
73
(a) (b) (c)
Gambar 2.18. Rangkaian KontrolMotor SystemReverse-Foward
(a) dan (b) Rangkaian Daya, (c) Rangkaian Kontrol
74
2.3. Praktek Instalasi Tenaga Listrik
Manajemen Waktu Instalasi Tenaga Listrik
Total waktu = 2 x 170 menit x 14 tatap muka = 4.760 menit =79.3 Jam
No. Judul Praktikum Waktu
1 Pemilihan Motor listrik dan kelengkapannya 2x170’x3 TM
2 Penginstalasian kontrol motor listrik dan PHB 2x170’x5 TM
3 Inspeksi PHB lift dan motor pompa 2x170’x3 TM
4 Pemeliharaan PHB lift danmotor pompa 2x170’x3 TM
Pelaksanaan praktikum:
- Melakukan pemilihan jenis motor, jenis kabel dan jenis pengaman sesuai dengan
fungsinya
- Membuat diagram satu garis
- Membuat daftar peralatan yang diperlukan
- Membuat gambar pengawatan kontrol motor ke PHB
75
2) Praktek Penginstalasian Kontrol Motor Listrik dan PHB
Instalasilah kontrol motor listrik tersebut pada Tugas Soal Latihan nomor 1di
atas.
Peralatan Praktikum:
Motor listrik, MCB, TOR, Kontaktor, PHB, penghantar, tombol start-stop, sumber
tegangan tiga fasa, obeng, tang, tespen, multimeter
Pelaksanaan praktikum:
- Menyiapkan dan mengecek peralatan praktek
- Penginstalasian kontrol motor listrik
- PenginstalasianPHB kontrol motor listrik
Peralatan Praktikum:
Motor listrik, MCB, TOR, kontaktor, PHB, penghantar, tombol start-stop, sumber
tegangan tiga fasa, obeng, tang, tespen, multimeter, megger
Pelaksanaan praktikum:
- Melakukan pemeriksaan instalasi dan PHB kontrol motor listrik
- Mengukur tahanan isolasi PHB dan motor listrik
- Melakukan pemeriksaan instalasi PHBlift dan motor pompa
- Mengukur tahanan isolasiinstalasi PHBlift dan motor pompa
76
Periksalah pemasanganPHBmotor listrik Lift dan/atau Motor Pompa hydran
tersebut secara berkala pada Tugas Soal Latihan nomor 1di atas.
Daftar Peralatan:
MCB, PHB, Sakelar tunggal,sakelar seri, sakelar tukar, saklar impuls, stop kontak,
lampu, penghantar, sumber tegangan satu fasa, multimeter, tang, obeng, tespen
Pelaksanaan PraktikumKonstruksi Instalasi Listrik:
Menyiapkan dan mengecek kondisi bahan praktek
Mengkonstruksi instalasi listrik sesuai dengan deskripsi perancangan yag
dibuat
Daftar Peralatan:
Multimeter, megger,earth Tester meter, tespen
Pelaksanaan PraktikumInspeksi Instalasi Listrik:
77
Memeriksa dan menguji instalasi listrik dan PHB yang telah dikonstruksi
peserta
Mengukur tahanan isolasi instalasi listrik dan PHB yang telah dikonstruksi
peserta
Memeriksa dan menguji instalasi listrik dan PHB tegangan rendah
Memeriksa titik pentanahan bangunan sederhana
Mengukur tahanan pentanahan bangunan sederhana
Daftar Peralatan:
Multimeter, megger,earth Tester meter, tang, obeng, tespen
Pelaksanaan PraktikumPemeliharaan Instalasi Listrik:
Memperbaiki dan menguji instalasi listrik yang telah dikonstruksi peserta
Memperbaiki dan menguji instalasi listrik danPHB tegangan rendah
Memelihara titik pentanahan bangunan sederhana
Lembar Nilai
Perancangan Instalasi Listrik Domestik
NAMA
KELOMPOK Kehadiran K3 Keaktifan Kerjasama Laporan
PESERTA
(10%) (10%) (50%) (10%) (20%)
1
78
BAB III
KONTROL MOTOR LISTRIK
3.1. Pendahuluan
3.1.2. Relevansi
Materi yang dibahas dalam bab ini merupakan materi pokok yang harus
dikuasai peserta diklat untuk mengajar di SMK Program Keahlian Teknik
Ketenagalistrikan, khususnya tentang instalasi motor listrik dan kontrol motor listrik
berbasis konvensional dan PLC. Dengan menguasai materi ini maka peserta diklat
dapat mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, serta dapat menanamkan sikap
yang dituntut dunia kerja kepada siswa SMK.
79
3.1.3. Capaian Pembelajaran
Secara umum kontrol adalah suatu sistem yang dapat mengendalikan sesuatu
proses sehingga dapat bekerja dengan baik dan terkendali. Untuk mengontrol suatu
proses diperlukan suatu perangkat, peralatan yang disusun sesuai tujuan yang akan
digunakan dan dapat bekerja dengan baik. Kontrol konvensional berbasis kontaktor
dalam bahasan ini yang mana peralatan utamanya adalah: kontaktor magnet, thermal
overload relay, push-button dan accesoris yang digunakan dalam sistem kontrol
tersebut.
80
Gambar 3.1 Kontaktor magnet dan Themal Overload
Relay
NC= Normally
close
NO= Normally
Open
Coil = kumparan
magnet
L = terminal load
beban
A = Terminal coil
TOL= thermal over
load
Kontrol motor listrik DOL (direct on line) adalah sistem kontrol yang umum
digunakan untuk menjalankan motor listrik. Namun demikian sistem DOL dapat juga
digunakan untuk sistem pengoperasian penerangan listrik. Dalam bahasan ini
dijelaskan sistem DOL untuk menjalankan motor listrik sistem 3 phasa.
Mengoperasikan motor listrik yang dayanya di bawah 5 HP biasanya menggunakan
sistem DOL dengan pertimbangan motor tersebut masih memerlukan arus yang relatif
kecil, sehingga arus mula yang dibutuhkannya juga kecil.
81
Berikut sistem kontrol DOL untuk menjalankan motor listrik 3 phasa.
82
Gambar 3.5. Tugas merangkai kontrol DOL dengan kontrol konvensional
Keterangan:
a) Lampu indikator berfungsi untuk memberi tanda, apakah sistem bekerja atau mati
b) Push button berfungsi sebagai tombol untuk menjalankan dan mematikan motor
listrik
c) Kontaktor magnet berfungsi sebagai saklar untuk menjalankan motor listrik
Perhatikan bahwa, terminal beban L1,2,3,4,5,6 hanya untuk hubungan ke terminal
motor listrik, sedangkan terminal auxiliary hanya untuk rangkaian kontrol
d) TOR(thermal overload ) atau T .O. R. (thermal overload relay) berfungsi untuk
mengamankan/ memutuskan motor listrik atau rangkaian bila terjadi gangguan
atau over-load pada motor listrik.
e) Motor induksi 3 phasa adalah suatu mesin yang menghasilkan tenaga mekanik
untuk menggerakkan peralatan tertentu.
83
motor adalah tegangan phasa VR,VS, VT dengan arah putaran ke kanan, apabila
putaran motor dibalik arahnya menjadi ke kiri, maka tegangan phasa diubah menjadi
tegangan phasa VR,VT, VS
Rangkaian kontrol forward-reverse adalah sebagai berikut:
84
IMCB= I x (110 – 250 %)
Jadi kapasitas pengaman dilihat dalam tabel standar besaran pengaman MCB
besaran hasil dari perhitungan antara 110% - 250%.Hal yang sama juga digunakan
dalam menentukan nilai besaran thermal overload (TOR) dan kekuatan daya hantar
kontak-kotak pada kontaktor magnet.
Dalam hubungan delta arus listrik yang mengalir pada jaringan adalah
Dalam hubungan bintang arus listrik yang mengalir pada jaringan adalah
85
Gambar rangkaian hubungan star-delta seperti dijelaskan di bawah ini.
86
3.2.2. Kontrol Motor Berbasis Programmable Logic Controler
Perlu diketahui bahwa sistem blok diagram PLC dari gambar di atas sebagai berikut:
87
3.2.2.1 Simbol-simbol dalam Program Ladder PLC Omron
B
B: Bit
LOAD IR, SR, AR, TIM/CNT,LR,TR
(LD)
B
LOAD NOT B: Bit
(LD NOT) IR, SR, AR, TIM/CNT,LR,TR
B B: Bit
AND (AND) IR, SR, AR, TIM/CNT,LR,TR
B B: Bit
AND NOT IR, SR, AR, TIM/CNT,LR,TR
(AND NOT)
B: Bit
AND NOT B IR, SR, AR, TIM/CNT,LR,TR
(AND NOT)
B: Bit
OR NOT
B IR, SR, AR, TIM/CNT,LR,TR
(OR NOT)
OUTPUT B: Bit
(OUT) IR, SR, AR,LR,TR, HR
a). Menyusun rangkaian DOL dilakukan melalui perintah/ simbul kontak NO, NC dan
coil :
88
B B B
COIL
S (SET)
KEEP (11) B: Bit
IR, SR, AR,LR, HR
R (RESET)
B
timer
N: TIM/CNT NUMBER
TIM N #
SV
SV: Set Value (word BCD)
IR, SR, AR,LR, HR, #
counter
CP N: TIM/CNT NUMBER
CNT N #
R SV
SV: Set Value (word BCD)
IR, SR, AR, DM, LR, HR, #
counter reverse
INCREMENT INPUT
N: TIM/CNT NUMBER
CNTR(12) #
DICREMENT INPUT
N
RESET
SV
SV: Set Value (word BCD)
IR, SR, AR, DM, LR, HR, #
89
Untuk menjalankan perintah compare, sebaiknya diikuti dengan perintah DIFU/DIFD;
MOVE; INC :
Compare:
CMP(20)
Cp1: First compare word
Cp1 IR, SR, AR,DM, HR, LR, TIM/CNT, #
DIFU/DIFD
B: Bit
DIFU (13) B IR, SR, AR,LR, HR
B: Bit
DIFD (14) B IR, SR, AR,LR, HR
Increament (INC)
Di dalam PLC ada memory yang berfungsi dalam penyusunan program ladder :
• IR – Internal relay
Internal relay mempunyai pembagian fungsi seperti IR input, IR output, dan juga IR
work area (untuk pengolahan data pada program). IR input dan IR output adalah IR
yang berhubungan dengan terminal input dan terminal output pada PLC. Sedangkan
IR work area tidak dihubungkan ke terminal PLC, akan tetapi berada dalam Internal
memory PLC dan fungsinya untuk pengolahan logika program (manupilasi program).
90
• SR – Spesial Relay
Spesial relay adalah relay yang mempunyai fungsi-fungsi khusus seperti flags (status),
kontrol bits, informasi kondisi PLC, dan sistem clock (pulsa 1 detik, 0,2 detik dll).
• AR Auxiliary Relay
Terdiri dari flags dan bits untuk tujuan tujuan khusus. Dapat menunjukkan kondisi
PLC yang disebabkan oleh kegagalan sumber tegangan, kondisi Spesial I/O, kondisi
input/output unit. Kondisi CPU PLC, kondisi memori PLC dll.
• HR - Holding Relay
Dapat difungsikan untuk menyimpan data (bit-bit penting) karena tidak akan hilang
walaupun sumber tegangan PLC mati.
LR – Link Relay
Digunakan untuk link pada PLC link system. Artinya untuk tukar menukar informasi
anatar dua PLC atau lebih dalam suatu sistem kontrol yang saling berhubungan satu
dengan yang lain dan menggunakan banyak PLC.
TR – Temporary Relay
Berfungsi untuk penyimpanan sementara kondisi logika program pada ladder diagram
yang mempunyai titik percabangan khusus.
TC – Timer Counter
Untuk mendifinisikan suatu sistem waktu tunda / time delay (TIMER) ataupun untuk
penghitung (COUNTER). Untuk timer mempunyai orde 100 ms, ada yang
mempunyai orde 10 ms yaitu TIMH(15). Untuk TIM 000 s/d TIM 015 dapat
dioperasikan secara interupt untuk mendapatkan waktu yang lebih presisi.
DM – Data Memory
Data memory berfungsi untuk menyimpan data-data karena isi DM tidak akan hilang
(reset) walupun sumber tegangan PLC mati dapat difungsikan untuk menyimpan data
(bit-bit penting) karena tidak akan hilang walaupun sumber tegangan PLC mati.
91
OUT PUT 256 bits IR 100 to IR 115 IR 10000 to IR 11515
AREA
Bila menggunakan PLC Omron tipe CP1L, menyusun program ladder dapat
dilakukan sbb:
92
b. Kontrol Forward-Reverse Motor Listrik Berbasis PLC
Bila menggunakan PLC Omron tipe CP1L, menyusun program ladder dapat
dilakukan sbb:
93
Gambar 3.15. kontrol star-delta motor listrik berbasis PLC
(Memakai PLC Omron tipe CP1L / CQM1H)
94
Gamnbar 3.16 Rangkaian pengawatan DOL berbasis PLC
95
3.2.2.6. Pemeliharaan Instalasi dan Pengasutan Motor Berbasis PLC
Untuk memelihara instalasi motor listrik berbasis PLC, yang paling penting
diperhatikan adalah dalam memasang pengaman yang akan digunakan dalam
pengamanan motor listrik dan kontrol PLC. Untuk menghitung ketentuan pengaman
(MCB/MCCB/ Fuse) dapat dilihat pada penjelasan pada Bab I. Selain itu, kabel yang
telah dipasang harus di cek secara berkala untuk menghindari terjadinya lost kontak
pada terminal-terminal.
96
3.3. Praktek Kontrol Motor Listrik
Total waktu = 2 x 170 menit x 14 tatap muka = 4.760 menit =79.3 Jam
Judul Praktikum Waktu
a Merancang kontrol motor listrik sesuai dengan kebutuhan 2x170’x1 TM
b Memasang berbagai jenis kontrol motor listrik 2x170’x4 TM
c Menginspeksi kinerja kontrol motor listrik 2x170’x1 TM
d Memelihara kontrol motor listrik 2x170’x1 TM
e Merancang kontrol motor listrik berbasis PLC 2x170’x1 TM
f Memasang berbagai jenis kontrol motor listrik berbasis 2x170’x4 TM
PLC
g Menginspeksi kinerja kontrol motor listrik berbasis PLC 2x170’x1 TM
h Memelihara kontrol motor listrik berbasis PLC 2x170’x1 TM
97
d. Praktek memelihara kontrol motor listrik
Kegiatan memelihara kontrol motor listrik Waktu
Penjelasan dasar teori merancang kontrol motor listrik 30 menit
Penjelasan peralatan praktikum 20 menit
Pelaksanaan praktikum dan penilaian praktek 170 menit x 1 TM
Pembuatan laporan praktikum 120 menit
98
JOBSHEET 1
KONTROL MOTOR LISTRIK KONVENSIONAL
PRAKTEK TEKNIK PENGASUTAN MOTOR LISTRIK
DIRECT ONLINE (DOL)
Topik
Praktek pengasutan mesin induksi 3 phasa direct online dengan kontrol self
holding
Pendahuluan
Untuk menjalankan atau melakukan pengasutan mesin-mesin listrik harus
dilakukan secara tepat dana benar. Hal itu bertujuan untuk menjaga agar motor
tidak cepat rusak dan konsumsi daya yang diserap oleh mesin menjadi efisien.
Atas dasar itu dilakukan metode pengasutan mesin-mesin listrik. Untuk mesin-
mesin yang kapasitas dayanya kecil, tidak lebih dari 5 HP. teknik
penghasutannya dapat menggunakan sistem push-button switch yang
dilengkapi dengan kontaktor magnet dan thermal over-load.
Teori Dasar
Berikut konstruksi dasar dari kontaktor magnet, Push-button, thermal over-
load.
99
Keterangan:
f) Lampu indikator berfungsi untuk memberi tanda, apakah sistem bekerja atau mati
g) Push button berfungsi sebagai tombol untuk menjalankan dan mematikan mesin
h) Kontaktor magnet berfungsi sebagai relay untuk menjalankan mesin kapasitas
daya besar
Perhatikan bahwa, terminal beban L1,2,3,4,5,6 hanya untuk hubungan ke terminal
mesin-mesin atau motor, sedangkan terminal auxiliary hanya untuk rangkaian
kontrol
i) TOR (Thermal Overload Relay) berfungsi untuk mengamankan/ memutuskan
mesin atau rangkaian bila terjadi gangguan atau over-load pada mesin.
j) Motor induksi 3 phasa adalah suatu mesin yang menghasilkan tenaga mekanik
untuk menggerakkan peralatan tertentu.
Tugas Jobsheet 1:
1. Buat gambar rangkaian kontrol pengasutan motor model push-button sistim over-
load
2. Buat gambar rangkaian pengawatan sistem kontrol ini mulai dari sumber, kontrol
sampai ke motor listrik
3. Lakukan percobaan rangkaian sistem kontrol ini dengan menggunakan media
percobaan yang telah disediakan
4. Apabila rangkaian kontrol sudah selesai, lakukan percobaan / pengujian dengan
persetujuan instruktur.
5. Hubungkan rangkaian kontrol dengan motor indusksi yang telah disediakan.
6. Buat laporan praktek rangkaian ini mulai dari rangkaian kontrol, rangkaian
pengawatan
100
JOBSHEET 2
KONTROL MOTOR LISTRIK KONVENSIONAL
PRAKTEK TEKNIK PENGASUTAN MOTOR LISTRIK
FORWARD-REVERSE
Topik
Praktek pengasutan mesin induksi 3 phasa dengan teknik kontrol otomatis
Forward-revers menggunakan 3 bh tombol push-button switch, 2 bh kontaktor
magnet, 1 bh TOR. Dalam kegiatan praktek, mahasiswa ditugasi mulai dari
merancang kontrol, membuat rangkaian dan sampai dengan menjalankan
mesin listrik.
Pendahuluan
Putaran motor induksi 3 phasa dapat diubah arahnya (putaran maju atau
mundur) dengan cara menukar salah satu tegangan phasa jala-jala. Untuk
mengubah salah satu phasa maka diperlukan dua buah kontaktor magnet yang
dapat bekerja secara bergantian. Untuk membuat rangkaian kontrol ini
diperlukan 3 bh tombol push-button, 2 bh kontaktor magnet, 1 bh TOR, dan 3
bh lampu indikator.
Teori Dasar
Berikut konstruksi dasar dari kontaktor magnet, push-button, TOR.
Penjelasan
a) Lampu indikator berfungsi untuk memberi tanda, apakah sistem bekerja atau mati
b) Push button berfungsi sebagai tombol untuk menjalankan dan mematikan mesin
c) Kontaktor magnet berfungsi sebagai relay untuk menjalankan mesin kapasitas
daya besar
Perhatikan bahwa, terminal beban L1,2,3,4,5,6 hanya untuk hubungan ke terminal
mesin-mesin atau motor, sedangkan terminal auxiliary hanya untuk rangkaian
kontrol
d) TOR (Thermal Overload Relay) berfungsi untuk mengamankan/ memutuskan
mesin atau rangkaian bila terjadi gangguan atau over-load pada mesin.
e) Motor induksi 3 phasa adalah suatu mesin yang menghasilkan tenaga mekanik
untuk menggerakkan peralatan tertentu.
101
Tugas Jobsheet 2:
1. Buat gambar rangkaian kontrol pengasutan motor model forward-rivers
2. Buat gambar rangkaian pengawatan sistem kontrol ini mulai dari sumber, kontrol
sampai ke motor listrik
3. Lakukan percobaan rangkaian sistem kontrol ini dengan menggunakan media
percobaan yang telah disediakan
4. Apabila rangkaian kontrol sudah selesai, lakukan percobaan / pengujian dengan
persetujuan instruktur.
5. Hubungkan rangkaian kontrol dengan motor indusksi yang telah disediakan.
6. Buat laporan praktek rangkaian ini mulai dari rangkaian kontrol, rangkaian
pengawatan
102
JOBSHEET 3
KONTROL MOTOR LISTRIK KONVENSIONAL
PRAKTEK TEKNIK PENGASUTAN MOTOR LISTRIK
STAR-DELTA
Topik
Praktek pengasutan mesin induksi 3 phasa dengan teknik kontrol otomatis
Star-delta.
Pendahuluan
Untuk menjalankan motor induksi yang kapasitas dayanya besar, dapat
dilakukan dengan cara pengasutan star-delta (bintang-segitiga).
Peralatan listrik yang digunakan antara lain: 2 bh tombol push-button switch, 3
bh kontaktor magnet, 1 bh TOR dan 1 bh timer.
Tujuan
Tujuan dari teknik pengasutan star-delta adalah untuk memperkecil arus mula
motor / mesin sehingga tidak mengganggu keberadaan daya yang tersedia.
Dengan sistem ini dimungkinkan arus starting (mula) mesin menjadi 1/3 arus
mula start dari sistem ON-OFF konvensional.
Teori Dasar
Berikut konstruksi dasar dari kontaktor magnet, Push-button, TOR
Penjelasan:
a) Lampu indikator berfungsi untuk memberi tanda, apakah sistem bekerja atau mati
b) Push button berfungsi sebagai tombol untuk menjalankan dan mematikan mesin
c) Kontaktor magnet berfungsi sebagai relay untuk menjalankan mesin kapasitas
daya besar
Perhatikan bahwa, terminal beban L1,2,3,4,5,6 hanya untuk hubungan ke terminal
mesin-mesin atau motor, sedangkan terminal auxiliary hanya untuk rangkaian
kontrol
d) TOR (Thermal Overload Relay) berfungsi untuk mengamankan/ memutuskan
mesin atau rangkaian bila terjadi gangguan atau over-load pada mesin.
e) Motor induksi 3 phasa adalah suatu mesin yang menghasilkan tenaga mekanik
untuk menggerakkan peralatan tertentu.
103
Tugas Jobsheet 3:
1. Buat gambar rangkaian kontrol pengasutan motor model Star-delta
2. Buat gambar rangkaian pengawatan sistem kontrol ini mulai dari sumber, kontrol
sampai ke motor listrik
3. Lakukan percobaan rangkaian sistem kontrol ini dengan menggunakan media
percobaan yang telah disediakan
4. Apabila rangkaian kontrol sudah selesai, lakukan percobaan / pengujian dengan
persetujuan instruktur.
5. Hubungkan rangkaian kontrol dengan motor indusksi yang telah disediakan.
6. Buat laporan praktek rangkaian ini mulai dari rangkaian kontrol, rangkaian
pengawatan
104
3.3.2. Praktek Kontrol Motor Berbasis PLC
105
JOBSHEET 4
KONTROL MOTOR LISTRIK BERBASIS PLC
PRAKTEK TEKNIK PENGASUTAN MOTOR LISTRIK
DIRECT ONLINE (DOL)
Topik
Praktek pengasutan mesin induksi 3 phasa direct on line dengan kontrol self
holding
Pendahuluan
Untuk menjalankan atau pengasutan mesin-mesin listrik harus dilakukan
secara tepat dana benar. Hal itu bertujuan untuk menjaga agar motor tidak
cepat rusak dan konsumsi daya yang diserap oleh mesin menjadi efisien. Atas
dasar itu dilakukan metode pengasutan mesin-mesin listrik. Untuk mesin-
mesin yang kapasitas dayanya kecil, tidak lebih dari 5 HP. teknik
penghasutannya dapat menggunakan sistem push-button switch yang
dilengkapi dengan kontaktor magnet dan thermal over-load.
Teori Dasar
Berikut konstruksi dasar dari kontaktor magnet, Push-button, TOR.
Keterangan:
a) Lampu indikator berfungsi untuk memberi tanda, apakah sistem bekerja atau mati
b) Push button berfungsi sebagai tombol untuk menjalankan dan mematikan mesin
c) Kontaktor magnet berfungsi sebagai relay untuk menjalankan mesin kapasitas
daya besar
Perhatikan bahwa, terminal beban L1,2,3,4,5,6 hanya untuk hubungan ke terminal
mesin-mesin atau motor, sedangkan terminal auxiliary hanya untuk rangkaian
kontrol
d) TOR (Thermal Overload Relay) atau T .O. R. (thermal over load relay) berfungsi
untuk mengamankan/ memutuskan mesin atau rangkaian bila terjadi gangguan
atau over-load pada mesin.
e) PLC Omron tipe CPMA, CPM1A, CP1l
f) Motor induksi 3 phasa adalah suatu mesin yang menghasilkan tenaga mekanik
untuk menggerakkan peralatan tertentu.
106
Tugas Jobsheet 4:
1. Buat gambar rangkaian kontrol pengasutan motor model push-button sistim over-
load
2. Buat gambar rangkaian pengawatan sistem kontrol ini mulai dari sumber, kontrol
sampai ke motor listrik
3. Lakukan percobaan rangkaian sistem kontrol ini dengan menggunakan media
percobaan yang telah disediakan
4. Apabila rangkaian kontrol sudah selesai, lakukan percobaan / pengujian dengan
persetujuan instruktur.
5. Hubungkan rangkaian kontrol dengan motor indusksi yang telah disediakan.
6. Buat laporan praktek rangkaian ini mulai dari rangkaian kontrol, rangkaian
pengawatan
107
JOBSHEET 5
KONTROL MOTOR LISTRIK BERBASIS PLC
PRAKTEK TEKNIK PENGASUTAN MOTOR LISTRIK
FORWARD-REVERSE
Topik
Praktek pengasutan mesin induksi 3 phasa dengan teknik kontrol otomatis
Forward-revers menggunakan 3 bh tombol push-button switch, 2 bh kontaktor
magnet, 1 bh thermal over-load switch. Dalam kegiatan praktek, mahasiswa
ditugasi mulai dari merancang kontrol, membuat rangkaian dan sampai dengan
menjalankan mesin listrik.
Pendahuluan
Putaran motor induksi 3 phasa dapat diubah arahnya (putaran maju atau
mundur) dengan cara menukar salah satu tegangan phasa jala-jala. Untuk
mengubah salah satu phasa maka diperlukan dua buah kontaktor magnet yang
dapat bekerja secara bergantian. Untuk membuat rangkaian kontrol ini
diperlukan 3 bh tombol push-button, 2 bh kontaktor magnet, 1 bh thermal
over-load, dan 3 bh lampu indikator.
Teori Dasar
Berikut dibarikan gambar konstruksi dasar dari kontaktor magnet, push-
button, TOR.
Penjelasan
a) Lampu indikator berfungsi untuk memberi tanda, apakah sistem bekerja atau mati
b) Push button berfungsi sebagai tombol untuk menjalankan dan mematikan mesin
c) Kontaktor magnet berfungsi sebagai relay untuk menjalankan mesin kapasitas
daya besar. Perhatikan bahwa, terminal beban L1,2,3,4,5,6 hanya untuk hubungan ke
terminal mesin-mesin atau motor, sedangkan terminal auxiliary hanya untuk
rangkaian kontrol
d) PLC Omron tipe CPMA, CPM1A, CP1l
e) TOR (Thermal Overload Relay) berfungsi untuk mengamankan/ memutuskan
mesin atau rangkaian bila terjadi gangguan atau over-load pada mesin.
f) Motor induksi 3 phasa adalah suatu mesin yang menghasilkan tenaga mekanik
untuk menggerakkan peralatan tertentu.
108
Tugas Jobsheet 5:
1. Buat gambar rangkaian kontrol pengasutan motor model forward-rivers
2. Buat gambar rangkaian pengawatan sistem kontrol ini mulai dari sumber, kontrol
sampai ke motor listrik
3. Lakukan percobaan rangkaian sistem kontrol ini dengan menggunakan media
percobaan yang telah disediakan
4. Apabila rangkaian kontrol sudah selesai, lakukan percobaan / pengujian dengan
persetujuan instruktur.
5. Hubungkan rangkaian kontrol dengan motor indusksi yang telah disediakan.
6. Buat laporan praktek rangkaian ini mulai dari rangkaian kontrol, rangkaian
pengawatan
109
JOBSHEET 6
KONTROL MOTOR LISTRIK BERBASIS PLC
PRAKTEK TEKNIK PENGASUTAN MOTOR LISTRIK
STAR-DELTA
Topik
Praktek pengasutan mesin induksi 3 phasa dengan teknik kontrol otomatis
Star-delta.
Pendahuluan
Untuk menjalankan motor induksi yang kapasitas dayanya besar, dapat
dilakukan dengan cara pengasutan star-delta (bintang-segitiga).
Peralatan listrik yang digunakan antara lain: 2 bh tombol push-button switch, 3
bh kontaktor magnet, 1 bh thermal over-load switch dan 1 bh timer.
Tujuan
Tujuan dari teknik pengasutan star-delta adalah untuk memperkecil arus mula
motor / mesin sehingga tidak mengganggu keberadaan daya yang tersedia.
Dengan sistem ini dimungkinkan arus starting (mula) mesin menjadi 1/3 arus
mula start dari sistem ON-OFF konvensional.
Teori Dasar
Berikut konstruksi dasar dari kontaktor magnet, push-button, TOR.
Penjelasan:
a) Lampu indikator berfungsi untuk memberi tanda, apakah sistem bekerja atau mati
b) Push button berfungsi sebagai tombol untuk menjalankan dan mematikan mesin
c) Kontaktor magnet berfungsi sebagai relay untuk menjalankan mesin kapasitas
daya besar. Perhatikan bahwa, terminal beban L1,2,3,4,5,6 hanya untuk hubungan ke
terminal mesin-mesin atau motor, sedangkan terminal auxiliary hanya untuk
rangkaian kontrol
d) PLC Omron tipe CPMA, CPM1A, CP1l
e) TOR (Thermal Overload Relay) berfungsi untuk mengamankan/ memutuskan
mesin atau rangkaian bila terjadi gangguan atau over-load pada mesin.
f) Motor induksi 3 phasa adalah suatu mesin yang menghasilkan tenaga mekanik
untuk menggerakkan peralatan tertentu.
110
Tugas Jobsheet 6.1:
1. Buat gambar rangkaian kontrol pengasutan motor model Star-delta
2. Buat gambar rangkaian pengawatan sistem kontrol ini mulai dari sumber, kontrol
sampai ke motor listrik
3. Lakukan percobaan rangkaian sistem kontrol ini dengan menggunakan media
percobaan yang telah disediakan
4. Apabila rangkaian kontrol sudah selesai, lakukan percobaan / pengujian dengan
persetujuan instruktur
5. Hubungkan rangkaian kontrol dengan motor indusksi yang telah disediakan.
6. Buat laporan praktek rangkaian ini mulai dari rangkaian kontrol, rangkaian
pengawatan
111
Tugas Jobsheet 6.2:
Buat Program ladder untuk menjalankan motor unduksi 3 phasa. Untuk menjalankan
motor tersebut memakai instruksi counter (CNT). Bila tombol PB ON ditekan 5 kali
maka motor bekerja dengan arah putaran forward (maju) 2 second, stop 0,4 second
dan reverse 2 second dan stop 0,4 second dan kembali ke arah putaran forward dst.
Motor akan berhenti bila tombol push-button OFF di tekan. Motor berhenti bila
tombol OFF ditekan.
Referensi
A.M. Marsden & S.T. Henderson, 1981, Lamps and Lighting, Tanner Ltd. Frome
and London
Gunter G. Seip, 1980, Electrical Instalation Handbook. Siemens Heyden & Son
LTD. London
James G. Stallcup, 1990, Designing Electrical System, American Technical
Publishers, Inc. Homewood, Illinois.
K3 kelistrikan
Kusudiarso Hadinoto, 1985, Standard Penerangan Buatan di Dalam Gedung-
Gedung, Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, Jakarta.
LIPI, Persyaratan Umum Instalasi Listrik Indonesia (PUIL) 2000.
Mc. Grow-Hill, 1980, Electrical Drawing, England
Philips Lighting, 1990, Catalogue (Daftar sumber cahaya lampu), Philips
PUIL2000
Soetopo Sabar, 1985 Standard Konstruksi Jaringan Distribusi Listrik Jawa Barat.
PLN Distribusi Jawab Barat
Standar SNI
Standar SPLN
Standar LMK
Suryatmo. F. 1990, Teknik Listrik Instalasi, Tarsito, Bandung
Van. Harten, E. Setiawan, 1981, Instalasi Listrik Arus Kuat Jilid 1, 2, 3, Bina
Cipta Bandung.
Von Albert F. Spitta, 1979, Electrical Installation Handbook, Siemens
Aktiengesellschaft Heyden & Son Ltd.
112
LAMPIRAN
CAPAIAN PEMBELAJARAN DAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
MATA KEGIATAN PROGRAM KEAHLIAN
113
1 Program Studi : Teknik Ketenagalistrikan
2 Nama Kegiatan : Instalasi Tenaga Listrik
3 Beban Belajar : 2 SKS (79.3 Jam) = 340 menit x 14 tatap muka
= 4.760 menit
4 CPMK dan Indikator
114
1 Program Studi : Teknik Ketenagalistrikan
2 Nama Kegiatan : Kontrol Motor Listrik (PM3)
3 Beban Belajar : 2 SKS (79.3 Jam) = 340 menit x 14 tatap muka
= 4.760 menit
4 CPMK dan Indikator
115
4.2 Mempraktekkan pemeliharaan kontrol
motor operasi berurutan
4.3 Mempraktekkan pemeliharaan kontrol
motor operasi bergantian
4.4 Mempraktekkan pemeliharaan Kontrol
motor operasi interlock
4.5 Mempraktekkan pemeliharaan kontrol
motor operasi balik putar (forward-
reverse)
4.6 Mempraktekkan pemeliharaan kontrol
motor operasi Y-D
5 Merancang kontrol motor listrik 5.1 Merancang Kontrol motor operasi DOL
berbasis PLC (Direct on Line)
5.2 Merancang Kontrol motor operasi
berurutan
5.3 Merancang Kontrol motor operasi
bergantian
5.4 Merancang Kontrol motor operasi
interlock
5.5 Merancang Kontrol motor operasi balik
putar (forward-reverse)
5.6 Merancang Kontrol motor operasi Y-D
116
7.2 Mempraktekkan penginspeksian kontrol
motor operasi berurutan
7.3 Mempraktekkan penginspeksian kontrol
motor operasi bergantian
7.4 Mempraktekkan penginspeksian Kontrol
motor operasi interlock
7.5 Mempraktekkan penginspeksian kontrol
motor operasi balik putar (forward-
reverse)
7.6 Mempraktekkan penginspeksian kontrol
motor operasi Y-D
8 Memelihara kontrol motor 8.1 Mempraktekkan pemeliharaan kontrol
listrik berbasis PLC motor operasi DOL (Direct on Line)
8.2 Mempraktekkan pemeliharaan kontrol
motor operasi berurutan
8.3 Mempraktekkan pemeliharaan kontrol
motor operasi bergantian
8.4 Mempraktekkan pemeliharaan Kontrol
motor operasi interlock
8.5 Mempraktekkan pemeliharaan kontrol
motor operasi balik putar (forward-
reverse)
8.6 Mempraktekkan pemeliharaan kontrol
motor operasi Y-D
117