Anda di halaman 1dari 6

Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal-hal tentang penelitian

berdasarkan lembar persetujuan setelah penjelasan dan saya telah diberikan


kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum saya pahami serta telah
mendapatkan jawaban yang jelas dan benar, sehingga dengan ini saya menyatakan
bahwa:
a. Bersedia / Tidak Bersedia di wawancarai*
b. Bersedia / Tidak Bersedia di rekam suara*
c. Bersedia / Tidak Bersedia di foto*
d. Bersedia / Tidak Bersedia di video*
(*coret keterangan yang tidak diperlukan)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Jabatan :
Umur :

Saksi

(............................................)
1.5 MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
2.5.1 Definisi MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
Metode MCUA merupakan suatu teknik untuk membantu pengambilan
keputusan atas beberapa pilihan atau alternatif. Alternatif dapat berupa masalah pada
langkah penetuan prioritas masalah, atau pemecahan masalah pada langkah penetapan
prioritas pemecahan masalah. Sejalan dengan hal tersebut, Bustami (2011)
menjelaskan bahwa metode Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA) adalah
salah satu metode penentuan prioritas masalah yang digunakan untuk membantu
pemecahan masalah dalam mengambil keputusan dari beberapa alternatif yang ada.
Penggunaan metode MCUA dalam penentuan prioriotas masalah dilaksanakan
apabila pihak perencana belum terlalu siap dalam penyediaan sumber daya, serta
pelaksana program atau kegiatan menginginkan masalah yang diselesaikan adalah
masalah yang ada di masyarakat. Informasi dari Natural Resources Leadeship
Institute menyatakan bahwa MCUA dapat membantu fokus pada apa yang penting,
logis dan konsisten, dan mudah digunakan. Menurut penelitian Febgriantie, dkk
(2017) metode Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA) adalah salah satu
penentu prioritas masalah dengan teknik skoring berupa sebuah tabel yang berisi
(pada baris atau horizontal) berisi kriteria dan jumlah total untuk memprioritaskan
masalah. Sedangkan kolom atau vertikal berisi nilai, bobot, jenis penyakit serta
kolom dikalikan bobot.

2.5.2 Langkah-Langkah MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)


Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan metode MCUA (Multiple
Criteria Utility Assessment) menurut Bustami (2011) diantaranya adalah:
a. Menetapkan Kriteria
Kriteria merupakan sesuatu hal yang dianggap sebagai akibat atau
pengaruh yang sangat signifikan dan spesifik dari suatu masalah terhadap
subjek (masyarakat) sehingga dapat membedakan masalah tersebut. Menurut
Hadisaputro, dkk (2011), kriteria yang digunakan dalam memilih prioritas
masalah kesehatan meliputi:
1. Besarnya masalah (semakin besar dampak atau pengaruhnya terhadap
pelayanan kesehatan maka nilai bobotnya semakin tinggi).
2. Keseriusan masalah (semakin serius masalah atau semakin gawat dampak
terhadap pelayanan kesehatan maka nilai bobotnya semakin tinggi).
3. Kemampuan sumberdaya menyelesaikan masalah (semakin besar
kemampuan sumberdaya dalam menyelesaikan suatu masalah maka nilai
bobotnya semakin tinggi).
4.
b. Melakukan Pembobotan Kriteria
Pemberian kisaran bobot (nilai) terhadap masing–masing yang ada.
Kriteria ditentukan berdasarkan kesepakatan tim. Misalnya kisaran pembobotan
1-5, artinya bobot yang terendah 1 yang tertinggi 5. Contoh nilai (bobot) yang
disepakati adalah untuk sangat gawat diberi bobot 5, gawat diberi skor 4, cukup
gawat diberi skor 3, kurang tidak gawat 2, dan tidak gawat sama sekali diberi
skor 1. Pada umumnya alasan pemberian lima range atau rentang nilai
bertujuan agar tidak terjadi kecenderungan pemilihan angka yang berada di
tengah.
c. Memberikan Skor Masing–Masing Kriteria terhadap Masing–Masing Masalah
Estimasi berapa besarnya pengaruh masalah terhadap masing–masing
kriteria. Proses pemberian skor dilakukan dengan cara setiap anggota tim
memberikan skor secara subjektif dan selanjutnya jumlah semua skor dibagi
banyaknya jumlah anggota dalam kelompok. Jika pengaruh kriteria besar maka
skornya juga diberikan besar, dan jika kriteria kecil maka diberi skor kecil,
misalnya kisaran angka pemberian skor 1-10, 1-7, 1-5 dan lain-lain.
d. Mengalikan Nilai Skor dengan Bobot
Masing–masing masalah yang dikalikan dengan bobot untuk tiap–tiap
kriteria kemudian dijumlahkan dengan hasil perkalian tersebut. Masalah dengan
jumlah perkalian tertinggi akan dipilih menjadi prioritas masalah yang akan
dipecahkan.
Tabel 2.1 Contoh Perkalian Skor dengan Bobot
Bobot Masalah 1 Masalah 2 Masalah 3 Masalah…
No. Kriteria
(B) S SxB S SxB S SxB S SxB
1
2
3
4

Jumlah
Prioritas
Keterangan:
S = Skor
B = Bobot
Sumber: Bustami (2011)

2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)


a. Kelebihan
1. Mudah dilaksanakan dan diaplikasikan pada penyelesaian satu program
dengan banyak alternatif.
2. Lebih cepat dalam proses penentuan prioritas karena tidak ada pengaruh
terhadap asumsi atau tidak bergantung pada perkiraan.
b. Kekurangan
1. Terlalu banyak menggunakan kriteria sehingga membuat kriteria kurang
tajam.
2. Tidak menggunakan kisaran angka yang penuh.
3. Mengacu pada hasil akhir sehingga tidak ada asumsi atau perkiraan yang
dapat mempengaruhi.
2.7 Brainstorming
2.7.1. Definisi Brainstorming
Metode Brainstorming ditemukan oleh Alex Osborn pada tahun 1930, metode
brainstorming atau sumbang saran adalah kegiatan diskusi yang dimulai dengan
permasalahan yang diajukan dan dicari jalan keluarnya dengan cara menampung
berbagai pendapat, ide, gagasan dan sebagainya untuk diajukan sebagai bahan
pertimbangan pimpinan diskusi untuk mengambil keputusan atau jalan keluar dari
masalah yang dihadapi. Brainstorming banyak digunakan dalam mengatasi
permasalahan pada sebuah organisasi atau instansi tertentu dan dapat pula digunakan
oleh guru dalam rangka membimbing siswa dalam belajar (Nata, 2009).
Brainstorming atau curah-pendapat, adalah teknik untuk menggali sebanyak mungkin
gagasan atau pendapat tentang suatu tema atau masalah. Karakteristik metode ini
yaitu kuantitas ide dan spontanitas ide (Thangdilintin, 2008).

2.7.2. Manfaat Brainstorming


Putriyani (2018) menyatakan bahwa berikut merupakan manfaat dari brainstorming:
a. Mendapatkan ide atau gagasan sebanyak-banyaknya.
b. Pengembangan kemampuan kreatifitas peserta.
c. Memacu keterlibatan seluruh peserta dalam mengkomunikasikan sesuatu.

2.7.3. Tipe Brainstorming


Putriyani (2018) membagi brainstorming menjadi 2 tipe, yaitu:
a. Terstruktur, tiap anggota tim menyampaikan ide atau gagasan secara bergiliran.
b. Tidak terstruktur, tiap peserta yang memiliki ide atau gagasan dapat
menyampaikannya tanpa menunggu giliran.

2.7.4. Langkah Pelaksanaan Brainstorming


a. Penjelasan ringkas tentang tema atau masalah yang akan dibahas dan metode
brainstorming yang akan digunakan
b. Kemukakan sasaran yang ingin dicapai dengan brainstorming, seperti
mengumpulkan sebanyak mungkin gagasan dari seluruh peserta/hadirin tentang
masalah tertentu.
c. Menentukan peraturan brainstorming yang akan dilakukan, peraturan
brainstorming harus dipatuhi oleh setiap peserta.
d. Metode brainstorming membutuhkan seorang sukarelawan untuk menuliskan
ide pada papan.
e. Mencairkan suasana agar kratifitas peserta brainstorming berkembang sehingga
dapat menemukan banyak gagasan dalam mencapai tujuan.
f. Membangun ide yang terseleksi sehingga memunculkan ide-ide baru lainnya.
g. Memilih dan merumuskan ide yang paling baik.
h. Menentukan solusi yang disepekati oleh seluruh peserta brainstorming.

2.7.5. Kelebihan dan Kekurangan Brainstorming


a. Kelebihan dari brainstorming
1. Waktu dan tenaga dicurahkan oleh banyak orang dengan demikian
terdapat akses terhadap lebih banyak informasi dan keahlian
2. Ide yang muncul lebih banyak dan beragam.
3. Kesalahan cenderung akan terdeteksi karena yang terlibat tidak hanya
satu orang saja.
4. Dengan melibatkan anggota-anggota tim individual, brainstorming
menaikkan komitmen mereka terhadap keputusan-keputusan yang
nantinya dibuat.
b. Kelemahan dari brainstorming
1. Brainstorming menjadi kegiatan buang-buang waktu jika sesi sesi
brainstorming ditujukan untuk mengatasi jenis masalah yang salah dan
tidak terstruktur.
2. Perserta dengan pengarahan brainstorming yang buruk akan
menyampaikan ide hanya untuk terlihat menonjol.
3. Kelompok brainstorming terdapat kecenderungan dari anggota ‘peserta
pasif’ dan tidak memberikan kontribusi, sementara sejumlah ‘peserta
aktif’ akan muncul dan menghabiskan sebagian waktu brainstorming
dengan ide-ide mereka.

Anda mungkin juga menyukai