PEMECAHAN MASALAH
2.1 PENGERTIAN
Konsep PDCA cycle pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930
yang disebut dengan “Shewhart cycle“. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter
Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”. PDCA cycle
berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem.
Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam PDCA cycle, yaitu:
a. Plan
1. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan harapan
pengguna jasa pelayanan tersebut melalui analisis suatu proses tertentu.
2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini
Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat dalam
proses tersebut.
Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut
Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut
Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan
dinamika proses
Teknik yang digunakan : observasi
Mengunakan alat ukur seperti wawancara
4. Fokus pada peluang peningkatan mutu
Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan
Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap antara
kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat diukur.
Apa masalahnya
Siapa yang terkena masalah
Seberapa besar masalah itu
Dimana terjadinya
Bilamana masalah itu terjadi
5. Mengidentifikasi akar penyebab masalah
Langkah-langkah menetapkan penyebab masalah:
a. Menetapkan sumber masalah
Terdapat beberapa pertanyaan yang harus dijawab:
2
b. Do
1. Merencanakan suatu proyek uji coba berdasarkan penyelesaian masalah yang telah
ditetapkan
Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya.
Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)
2. Melaksanakan Pilot Project
Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat (± 2
minggu)
c. Check
1. Evaluasi hasil proyek
Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut
Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang dikumpulkan
dan teknik pengumpulan data harus sama)
Target yang ingin dicapai
Teknik yang digunakan: observasi dan survei
Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner
2. Membuat kesimpulan proyek
Hasil menjanjikan namun perlu perubahan
Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain
Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas
10
d. Action
1. Standarisasi perubahan
Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan
Revisi proses yang sudah diperbaiki
Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada
Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang
dilakukan.
Lakukan pelatihan bila perlu
Mengembangkan rencana yang jelas
Dokumentasikan proyek
2. Memonitor perubahan
Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur
Alat yang digunakan : lembar observasi
11
KASUS
Di Puskesmas Palembayan Malalak cakupan K4 untuk tahun 2015 masih dibawah standar
pelayanan minimal yaitu 75%. Disana ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab dan
dapat berpengaruh terhadap rendahnya cakupan K4 seperti keadaan geografis nagari-nagari di
wilayah kerja puskesmas yang menyebabkan akses ke pelayanan kesehatan agak terganggu,
tenaga kesehatan juga belum merata ke seluruh daerah terpencil di wilayah kerja puskesmas
Palembayan.
Sebagai Bidan Koordinator di Puskesmas Malalak, langkah – langkah yang akan dilakukan
untuk bersama Tim Bidan Pelaksana KIA di Puskesmas untuk mengatasi masalah ini adalah
sebagai berikut melalui Pembuatan Siklus PDCA :
c. Rumusan tujuan
Rumusan Tujuan: Meningkatkan persentase cakupan K4 menjadi 100% sesuai dengan SPM
pada bulan April 2017
d. Uraian kegiatan
1. Tetapkan alternatif cara penyelesaian masalah
18
f. Waktu
N Februari Maret
KEGIATAN
O 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan Data x
2 Melaporkan hasil data x
3 Konsultasi x
Penyuluhan dan melakukan
4
kunjungan rumah x x
5 Menyusun rencana kerja baru x
6 Memantau pelayanan yang telah X
19
diberikan
7 Menilai hasil yang dicapai x
g. Pelaksana
No Pelaksana Uraian tugas dan tanggung jawab
1. Pengumpulan data, konsultasi
2. Penyuluhan
3. Memberikan pelayanan kebidanan
h. biaya
Biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan posyandu ini + Rp. 1.500.000
Pengeluaran Biaya
Pengetikan Rp. 250.000
Fotocopi Rp. 150.000
Peralatan penyuluhan RP. 700.000
Konsumsi Rp. 200.000
Transportasi Rp. 200.000
Jumlah Rp. 1.500.000
DO/ PELAKSANAAN
1. Melaksanakan prioritas pemecahan masalah dengan POA dan Gantt Chart
a. Membuat POA → Format rencana pelaksanaan kegiatan
20
CHECK/ PEMANTAUAN
Setelah melakukan rencana kerja, selanjutnya melakukan check / penilaian apakah tindakan
yang kita lakukan sudah sesuai dengan rencana/ belum, apakah ibu hamil sudah memahami
konseling yang kita berikan/belum memahami, dan apakah ada perubahan pola hidup yang
lebih positif/tidak di desa tersebut.
ACTION/PERBAIKAN
Selanjutnya merumuskan tindakan perbaikan apabila terdapat penyimpangan dari pemantaun
yang telah dilakukan
KASUS I
Di Puskesmas Palembayan cakupan K1 untuk tahun 2016 masih dibawah standar pelayanan
minimal yaitu 65%. Disana ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab dan dapat
berpengaruh terhadap rendahnya cakupan K1 dan K4 seperti keadaan geografis nagari-nagari
22
Tugas:
Sebagai Bidan Koordinator di Puskesmas Palembayan, langkah – langkah yang akan
dilakukan untuk mengatasi masalah ini bersama tim Bidan Pelaksana di Puskesmas Anda
adalah …..
KASUS II
Di Puskesmas Air dingin cakupan ASI Eksklusif untuk tahun 2016 masih dibawah standar
pelayanan minimal yaitu 65%. Disana ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab dan
dapat berpengaruh terhadap rendahnya cakupan ASI Ekslusif seperti keadaan persebaran
rumah penduduk yang tidak merata di wilayah kerja puskesmas yang menyebabkan akses ke
pelayanan kesehatan agak terganggu, rendahnya pengetahuan ibu dan kebanyakan ibu bekerja
sebagai buruh pabrik..
Tugas:
Sebagai Bidan Koordinator di Puskesmas Air Dingin, langkah – langkah yang akan dilakukan
untuk mengatasi masalah ini bersama tim Bidan Pelaksana di Puskesmas Anda adalah …..
23
Nama :
No. BP / Kelompok :
Blok :
Nama Instruktur :
Skala penilaian
No. Langkah
0 1 2
1 Mengidentifikasi output pelayanan
2 Mendeskripsikan proses yang dianalisis
Perencanaan
3 Membuat judul rencana kerja
4 Menetapkan prioritas masalah
5 Menetapkan prioritas penyebab masalah
6 Membuat rumusan pernyataan masalah
7 Membuat rumusan penyebab masalah
8 Menetapkan prioritas pemecahan masalah
9 Membuat rumusan tujuan rencana kerja
10 Membuat uraian kegiatan
11 Membuat metode dan kriteria penilaian
12 Membuat rencana waktu
13 Membuat pelaksana kegiatan
14 Membuat rencana biaya
Pelaksanaan
15 Membuat POA
16 Membuat Gantt Chart
17 Melaksanakan kegiatan sesuai rencana
18 Pemantauan dengan menganalisis pelaksanaan apakah sudah
sesuai dengan rencana
Perbaikan
19 Merumuskan tindakan perbaikan
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
Padang, 2018
24
Instruktur
Dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan anak di Indonesia, sistem pencatatan
dan pelaporan merupakan komponen yang sangat penting. Selain sebagai alat untuk
memantau kesehatan ibu hamil, bayi baru lahir, bayi dan balita, juga untuk menilai sejauh
mana keberhasilan program tersebut dijalankan serta sebagai bahan untuk membuat
perencanaan di tahun-tahun berikutnya.
Untuk membuat perencanaan yang baik, dibutuhkan data yang akurat dan lengkap.
Keakuratan data diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan prioritas masalah.
Sedangkan kelengkapan data sangat diperlukan untuk menyusun perencanaan yang
komprehensif, yang dapat menjawab dan memecahkan akar permasalahan kesehatan di suatu
wilayah.
A. Kohort Ibu
Kohort berasal dari kata “cohort” yang berarti suatu proses pengamatan prospektif,
survey prospektif terhadap suatu subjek ataupun objek. Register kohort adalah sumber data
pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi, dan balita. Register ini bertujuan untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang terdeteksi di rumah tangga yang
teridentifikasi dari data Bidan.
Unggul karena dapat menilai komparabilitas antara pre dan post.
Continue : menilai dari waktu ke waktu, tidak terputus.
Ada keseragaman observasi dari waktu ke waktu.
Keterbatasan : perlu waktu, cermat, sarana dan ketelitian pengelolaan.
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta
keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang diorganisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya
melibatkan kader dan dukun bayi di wilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat
ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.
dan sekaligus akses apabila ibu tersebut dapat menunjukan pemeriksaan dengan jelas.
Akses : Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak memandang usia kehamilan.
47) – 49) Diisi tanda (√) sesuai penolong persalinan :
TK = Tenaga Kesehatan
DT = Dukun Terlatih
DTT = Dukun Tidak Terlatih
50) LM = Lahir Mati
51) LH = Lahir Hidup bila BB < 2500 gram
52) LH = Lahir Hidup bila BB > 2500 gram
53) Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan selama masa nifas (diharapkan 2 kali kunjungan).
54) Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan, selama masa pasca nifas sampai 2 tahun
(diharapkan minimal 4 kali kunjungan selama 1 tahun).
55) Diisi hal lain yang dianggap penting untuk ibu nifas yang bersangkutan.
Ditulis kode I untuk pemberian iodium pada ibu nifas di daerah endemis.
56) Keterangan lainnya.
B. Kohort Bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal.
Petunjuk Pengisian :
Kolom
1) Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nornor urut ibu pada
register kohort ibu.
2) Disi nomor indeks dari family folder.
3) (s.d 7) jelas.
8) Diisi angka berat bayi lahir dalam gram.
9) – 10) Diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh bidan/ tenaga kesehatan.
11) Diisi :
A – E1 apabila sampai dengan umur 1 bulan bayi hanya diberi ASI saja (ASI
Eksklusif bulan pertama).
A – E2 apabila sampai dengan umur 2 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
A – E3 apabila sampai dengan umur 3 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
A – E4 apabila sampai dengan umur 4 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
27
A – E5 apabila sampai dengan umur 5 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
A – E6 apabila sampai dengan umur 6 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
12) – 23) Diisi tanggal dan kode berat badan bayi ditimbang : N = Naik, T = Turun, R =
Bawah garis titik – titik (BGT), # = dibawah garis merah (BGM).
57) – 25) Vit A 6 bulan – Vit A 12 bulan.
26) – 30) Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi.
31) Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.
32) – 34) Diisi tanda (√) sesuai dengan penyebab kematian bayi tersebut.
35) Diisi diagnosa penyakit penyebab kematian bayi selain tetanus, ISPA, dan diare.
36) Diisi hal lain yang dianggap penting untuk bayi yang bersangkutan.
Monitoring kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak tertuang dalam kohort ibu dan
bayi. Masing-masing berisi identitas dan segala hal yang berkaitan dengan status kesehatan
ibu dan bayi. Kohort juga merupakan sarana pendokumentasian yang digunakan bidan di
masyarakat.
28
29
30
Anda adalah Bidan di Desa X Kecamatan Y, Polindes anda bekerja berada di wilayah kerja Puskesmas
A. Anda akan melengkapi laporan anda ke Puskesmas untuk bulan ini. Hari ini Anda akan mengisi
kohort ibu dan bayi. Adapun data-data yang akan Anda masukkan ke dalam kohort ibu dan bayi
adalah sebagai berikut:
1. No. indeks keluarga 34, Ny. Susi, Suami Tn. Reza, Alamat Jorong Z, usia ibu 24 tahun, ibu
melakukan kunjungan pertama kali di polindes anda, usia kehamilan 18 minggu, ibu G1, BB
ibu 48 Kg, TB 155 cm, Hb 10 gr%, TD 120/80 mmHg, ibu diberikan tablet Fe, dan injeksi
TT,
2. No. indeks keluarga 26, Ny Ita G4, Suami Tn. Andi, Alamat Jorong Y, usia ibu 32 tahun, ibu
melakukan kunjungan ke 4 di Polindes anda pada usia kehamilan 32 minggu, kunjungan
pertama ibu dengan tenaga kesehatan pada kehamilan 4 bulan, usia anak ketiga 1,5 tahun, BB
ibu sekarang 57 Kg, TB 152 cm, Hb 11 gr%, TD 170/100 mmHg, sebelumnya tekanan darah
ibu tidak pernah abnormal.
3. No. indeks keluarga 66, Ny. Rina usia 28 tahun, G2, Suami Tn. Anton, Alamat Jorong Z, usia
kehamilan pada kunjungan pertama ibu pada usia kehamilan 3 bulan, usia anak pertama 2,5
tahun, ini kunjungan ibu yang keempat kalinya, usia kehamilan ibu sekarang 32 minggu, anda
memberikan imunisasi TT pada Ny. Rina, sebelumnya Ny, Rina sudah mendapatkan TT pada
kehamilan 5 bulan.
4. No. indeks keluarga 57, Ny. Widya usia 25 tahun baru pertama kali datang dan melahirkan
hari ini di Polindes anda, ibu G1, nama suami Tn. Ridho, ibu datang membawa buku KIA dan
menunjukkan bahwa sebelumnya beliau memeriksakan dirinya di luar kota. Kunjungan
pertama kali ibu dengan tenaga kesehatan pada usia kehamilan 3 bulan, kemudian kunjungan
kedua pada usia kehamilan 5 bulan, ketiga 6 bulan, dan keempat dengan anda saat ini. Tidak
ada penyulit dalam kehamilan Ny Widya. Dan Ny. Widya sudah mendapatkan TT1 saat
pranikah, TT2 pada trimester II. Ny. Widya melahirkan bayinya di Polindes anda dengan BB
3200 gram dengan jenis kelamin perempuan.
5. No. indeks keluarga 66, Ny. Rina usia 28 tahun, G2, Suami Tn. Anton, Alamat Jorong Z,
datang ke Polindes anda, telah melahirkan di Polindes anda 1 minggu yang lalu dengan bayi
hidup dan BB lahir 3000 gram dengan jenis kelamin laki-laki. Anda melakukan kunjungan
rumah terharao Ny. Rina, kunjungan pertama masa nifas dilakukan pada 6 jam postpartum di
Polindes anda.
1. Bayi Ny. Rina dilakukan pemeriksaan pada saat anda melakukan kunjungan rumah 1 minggu
PP sambil melakukan kunjungan terhadap ibu nifas. Saat ini anda melakukan penimbangan
dan BB By. Ny. Rina sekarang 3200 gram. Bayi ibu sudah mendapatkan imunisasi hepatitis 0
pada saat akan pulang dari polindes anda.
2. Bayi Ny. Widya dilakukan pemeriksaan 2 bulan setelah dia lahir, KN 1 pada 1 minggu PP, dan
KN 2 pada 1 bulan PP. Saat dilakukan penimbangan BB Bayi Ny. Widya 4500 gram. Bayi ibu
sudah mendapatkan imunisasi HB 0 pada saat lahir, BCG saat 1 bulan, sekarang anda
memberikan imunisasi DPT-HB Booster, dan polio.
3. Bayi Ny. Rina, lahir di Polindes anda 2 bulan yang lalu dengan berat lahir 2700 gram, saat ini
dilakukan pemeriksaan 2 bulan setelah dia lahir, KN 1 pada 1 minggu PP, dan KN 2 pada 1
bulan PP. Saat dilakukan penimbangan BB Bayi Ny. Rina 4300 gram. Bayi ibu sudah
mendapatkan imunisasi HB 0 pada saat lahir, BCG saat 1 bulan, sekarang anda memberikan
imunisasi DPT-HB Booster, dan polio
4. Bayi Ny. Roza, jenis kelamin laki-laki, dilakukan pemeriksaan pada usia 6 bulan, KN 1 pada
1 minggu PP dan KN 2 pada 1 bulan PP. Berat lahir 2800 gram, No. Indeks keluarga 33,
Nama suami Tn.Rozi, Alamat Jorong Y, saat dilakukan penimbangan BB sekarang 5500
gram. Bayi Ny. Roza mendapatkan ASI Ekslusif selama 6 bulan. Hari ini anda memberikan
Vit. A pertama. Imunisasi yang diberikan yaitu DPT – HB III Booster dan Polio III.
Sebelumnya dia sudah mendapatkan BCG pada 1 bulan PP, DPT I pada 2 bulan, DPT II pada
4 bulan, polio I pada 2 bulan, dan polio II pada 4 bulan.
5. Bayi Ny. Ocha, jenis kelamin perempuan, dilakukan pemeriksaan pada usia 4 bulan, KN 1
pada 1 minggu PP dan KN 2 pada 1 bulan PP. Berat lahir 2900 gram, No. Indeks keluarga 40,
Nama suami Tn.Roma, Alamat Jorong Y, saat dilakukan penimbangan BB sekarang 5000
gram.Hari ini anda memberikan imunisasi yaitu DPT – HB II Booster dan Polio II.
Sebelumnya dia sudah mendapatkan imunisasi BDG pada 1 bulan PP dan DPT I dan Polio I
pada 2 bulan PP.
32
1. Pengertian
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen
program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja secara terus-menerus,
agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan
pelayanan KIA-nya masih rendah ataupun wilayah yang membutuhkan penanganan atau tindak lanjut
secara khusus.
Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut berupa perbaikan dalam
pelaksanaan pelayanan KIA. Tindak lanjut yang dimaksudkan adalah intensifikasi penggerakan
sasaran dan mobilisasi sumber daya yang diperlukan dalam rangka meningkatkan jangkauan dan mutu
pelayanan KIA. Contohnya adalah bagaimana memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan
minimal 4 kali selama kehamilannya yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, kader misalnya.
Hasil rekapitulasi PWS KIA di tingkat kabupaten dapat dipakai untuk menentukan puskesmas
yang rawan. Demikian juga PWS KIA tingkat propinsi, yaitu untuk mengidentifikasi kabupaten mana
yang memerlukan penanganan khusus dan juga untuk menentukan kabupaten mana yang rawan
sehingga masalah-masalah yang dihadapi tersebut dapat diatasi dengan baik.
b. Pertolongan persalinan
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Pencegahan infeksi
2) Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
4) Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
5) Memberikan injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
c. Pelayanan kesehatan ibu nifas
34
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6
jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada
ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan
kunjungan nifas sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :
1) Kunjungan nifas pertama pada hari ke-1 sampai hari ke-7.
2) Kunjungan nifas kedua pada hari ke-8 sampai hari ke-28.
3) Kunjungan nifas ketiga pada hari ke-29 sampai hari ke-42.
Pelayanan yang diberikan adalah :
1) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
3) Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
4) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif selama 6 bulan.
5) Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali, pertama segera setelah
melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A pertama.
6) Pelayanan KB pasca salin.
d. Pelayanan kesehatan neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai
dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 jam setelah lahir.
2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3 sampai dengan
hari ke-7 setelah lahir.
3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8 sampai dengan
hari ke-28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/ masalah kesehatan
pada neonatus.
Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan
pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan
Manajemen Terpadu Bayi Muda, yang meliputi :
1) Perawatan tali pusat
2) Konseling kepada ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif.
3) Memastikan bayi telah diberikan injeksi Vitamin K1, salep mata antibiotik, dan
imunisasi Hepatitis B-0.
4) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat
badan rendah, dan masalah pemberian ASI.
35
5) Konseling terhadap ibu dan keluarga dalam pencegahan hipotermi dan melaksanakan
perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA.
6) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
e. Deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan
maupun masyarakat.
Faktor resiko pada ibu hamil adalah :
1) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Anak lebih dari 4.
3) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4) Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lingan atas kurang dari 23,5 cm, atau
penambahan BB < 9 Kg salama masa kehamilan.
5) Anemia dengan Hb < 11g/dl.
6) Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang.
7) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
8) Sedang/ pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberculosis, kelainan jantung-
ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin, tumor dan keganasan.
9) Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola
hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital.
10) Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea, ekstraksi
vakum/ forseps.
11) Riwayat nifas dengan komplikasi: perdarahan pasca persalinan, infeksi masa nifas,
psikosis post partum (post partum blues).
12) Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.
13) Kelainan jumlah janin: kehamilan ganda, janin dempet, monster.
14) Kelainan besar janin: pertumbuhan janin terhambat, janin besar.
15) Kelainan letak dan posisi janin: lintang/ oblique, sunsang pada usia kehamilan lebih dari
32 minggu.
c) Post Partum: atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata, kelainan pembekuan
darah, subinvolusi uteri.
3) Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): tekanan daah tinggi (sistolik > 140 mmHg, diastolik
> 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pretibial.
4) Ancaman persalinan prematur.
5) Infeksi berat dalam kehamilan: demam berdarah, tifus abdominalis, sepsis.
6) Distosia: persalinan macet, persalinan tak maju.
7) Infeksi masa nifas.
Sebagai besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapatkan penanganan yang adekuat
di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat
menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karena Deteksi faktor risiko pada ibu
baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan merupakan salah satu upaya
penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil. Ibu hamil
yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada neonatus
dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
1) Tidak mau minum/ menyusu atau memuntahkan semua.
2) Riwayat kejang.
3) Bergerak hanya jika dirangsang/ Letargis.
4) Frekuensi nafas ≤ 30 x/ menit dan ≥ 60 x/ menit.
5) Suhu tubuh ≤ 35ºC dan ≥ 37,5ºC.
6) Tarikan dinding dada ke dalam sangat kuat.
7) Merintih.
8) Nanah banyak di mata.
9) Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
10) Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
11) Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI.
12) BBLR.
13) Kelainan kongenital seperti ada celah dan bibir dan langit-langit.
6) Diare.
7) Hipotermi.
8) Tatanus neonatorum.
9) Masalah pemberian ASI.
10) Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.
f. Penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus
Diperkirakan sekitar 15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi
dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga atau diramalkan sebelumnya, oleh
karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan
dapat segera dideteksi dan ditangani. Dan diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan
mengalami komplikasi neonatal. Upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian neonatal
diutamakan pada pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin, pertolongan persalinan “3 bersih”
(bersih tangan penolong, alat pemotong tali pusat dan alas tempat tidur ibu) dan perawatan
bayi baru lahir yang adekuat termasuk perawatan tali pusat yang higienis.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas penanganan
komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu PONED dengan
target setiap kabupaten/ kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu
PONED. Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas PONED meliputi pelayanan
obstetri berikut :
1) Pencegahan dan penanganan perdarahan.
2) Pencegahan dan penanganan pre eklampsi dan eklampsi.
3) Penceghan dan penanganan infeksi.
4) Penanganan partus lama/ macet.
5) Pencegahan dan penanganan abortus.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan bahwa RSU kabupaten/ kota
mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK)
yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan operasi
seksio sesaria dan transfusi darah.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh
tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11
bulan setelah lahir. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
1) Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.
2) Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 tahun.
3) Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 tahun.
4) Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
1) Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, 2, 3, 4, DPT/ HB 1, 2, 3, dan Campak)
sebelum bayi berusia 1 tahun.
2) Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
3) Pemberian vitamin A 100.000 IU 9 (6-11 bulan).
4) Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda-tanda sakit dan
perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan buku KIA.
5) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
4. Batasan Indikator
a. Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama
masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan.
Standar opersional yang ditetapkan unutk pelayanan antenatal adalah 5T/ 7T.
b. Penjaringan (deteksi) dini kehamilan berisiko.
Kegiatan ini bertujuan menemukan ibu hamil berisiko, yang dapat dilakukan oleh kader,
dukun bayi dan tenaga kesehatan.
c. Kunjungan ibu hamil.
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar yang ditetapkan. Kunjungan yang dimaksud adalah setiap kontak tenaga
kesehatan (di posyandu, polindes, poskesdes, kunjungan rumah) sesuai standar.
d. Kunjungan baru ibu hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilannya.
e. K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau lebih), untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan syarat :
1) Minimal satu kali kontak pada trimester I.
2) Minimal satu kali kontak pada trimester II.
3) Minimal dua kali kontak pada trimester III.
f. Kunjungan neonatal (KN)
Adalah kontak neonatus dengan tenaga kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik di dalam maupun di luar gedung
40
Puskesmas (termasuk bidan di desa, polindes/ poskesdes dan kunjungan rumah), dengan
ketentuan :
1) Kunjungan pertama (KN 1) pada kurun waktu 6 – 48 jam setelah lahir.
2) Kunjungan kedua (KN2) pada kurun waktu hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah
lahir.
3) Kunjungan ketiga (KN3) pada kurun waktu hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah
lahir.
g. Kunjungan ibu nifas (KF)
Adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas baik didalam maupun diluar gedung
puskesmas (termasuk bidan desa di poskesdes dan kunjungan rumah) dengan ketentuan :
1) Kunjungan nifas pertama pada hari ke-1 s.d. ke-7 hari post partum.
2) Kunjungan nifas kedua pada hari ke-8 s.d. hari ke-28 post partum.
3) Kunjungan nifas ketiga pada hari ke-29 s.d. hari ke-42 post partum.
h. Sasaran ibu hamil
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu 1
(satu) tahun.
i. Ibu hamil berisiko adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko.
Dengan demikian, maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan bulan Juni adalah (6 x
7,5 %) = 45,0% (garis b).
Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 per desa/kelurahan sampai dengan bulan
Juni dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif secara berurutan sesuai peringkat. Pencapaian
tertinggi di sebelah kiri dan terendah di sebelah kanan, sedangkan pencapaian untuk
puskesmas dimasukkan ke dalam kolom terakhir (lihat contoh grafik).
Nama desa/kelurahan bersangkutan dituliskan pada lajur desa/kelurahan (sumbu X), sesuai
dengan cakupan kumulatif masing-masing desa/kelurahan yang dituliskan pada butir b diatas.
Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Mei) untuk tiap
desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur masing-masing.
Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila pencapaian cakupan bulan ini
lebih besar dari bulan lalu, maka digambar anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya,
untuk cakupan bulan ini yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu, digambarkan anak panah
yang menunjukkan kebawah, sedangkan untuk cakupan yang tetap / sama gambarkan dengan
tanda (-).
42
Berikut ini adalah contoh grafik PWS KIA hasil perhitungan tersebut di atas.
Analisis ini membandingkan cakupan hasil kegiatan antar wilayah terhadap target dan
kecenderungan dari waktu ke waktu. Analisis sederhana ini bermanfaat untuk mengetahui desa/
kelurahan mana yang paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang harus dilakukan.
Selain di Puskesmas, analisis ini dapat juga dilakukan oleh Bidan di Desa dimana bidan di Desa
dapat menilai cakupan indikator PWS KIA di desanya untuk menilai kemajuan desanya. Di Poskesdes
seorang Bidan di Desa dapat membuat grafik cakupan indikator PWS KIA sehingga dia bisa
mengikuti perkembangan dan menindaklanjutinya.
Analisis dari grafik cakupan kunjungan K4 ibu hamil pada pemantauan bulan Juni 2015 dapat
digambarkan sebagai berikut :
Cakupan terhadap
Terhadap cakupan bulan lalu Status
Desa target
Desa
Di atas Di bawah Naik Turun Tetap
A + + Baik
B + + Baik
C + + Kurang
D + + Cukup
E + + Jelek
Dari matriks diatas dapat disimpulkan adanya 4 macam status cakupan desa, yaitu :
1. Status baik
Adalah desa dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk bulan Juni 2015 dan mempunyai
kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat atau tetap jika dibandingkan dengan cakupan
bulan lalu. Desa-desa ini adalah desa A dan B. Jika keadaan tersebut berlanjut maka desa-desa
tersebut akan mencapai atau melebihi target tahunan yang ditentukan.
Desa/ kelurahan-desa/ kelurahan ini adalah desa/ kelurahan A dan desa/ kelurahan B. Jika keadaan
tersebut berlanjut, maka desa/ kelurahan-desa/ kelurahan tersebut akan mencapai atau melebihi
target tahunan yang ditentukan.
2. Status kurang
Adalah desa dengan cakupan diatas target bulan Juni 2015 namun mempunyai kecenderungan
cakupan bulanan yang menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam
kategori ini adalah desa C, yang perlu mendapatkan perhatian. Jika cakupan terus menurun, maka
desa tersebut tidak akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
3. Status cukup
Adalah desa dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2015, namun mempunyai kecenderungan
cakupan bulanan yang meningkat jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam
44
kategori ini adalah desa D. Jika keadaan tersebut dapat terlaksana, maka desa ini kemungkinan
besar akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
4. Status jelek
Adalah desa dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2015 dan mempunyai kecenderungan
cakupan bulanan yang menurun dibandingkan dengan bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah
desa E, yang perlu diprioritaskan untuk pembinaan agar cakupan bulanan selanjutnya dapat
ditingkatkan diatas cakupan bulanan minimal agar dapat mengejar kekurangan target sampai
bulan Juni, sehingga dapat pula mencapai target tahunan yang ditentukan.
Ada kemajuan Tidak ada kemajuan Ada kemajuan Tidak ada kemajuan
pencapaian sasaran pencapaian sasaran pencapaian sasaran pencapaian sasaran
target bulan ini target bulan ini target bulan ini target bulan ini
MENGAPA ? MENGAPA ?
Petugas tidak hadir Masyarakat tidak Rencana dan Masyarakat tidak hadir
Musim yang kurang hadir pelaksanaan karena :
menguntungkan Panen kegiatan tidak Belum sadar tentang
Tidak ada petugas Hari besar dilaksanakan tepat manfaat kesehatan
yang biasa dikirim waktu Tidak tahu jadwal
Sarana kurang Petugas dan tempat kegiatan
Disiplin/ dedikasi Tidak tahu waktu
kurang dan tempat
Pemanfaatan kurang pelayanan
intensif
Keterampilan
kurang
Sarana kurang
Tidak ada tansport
ALTERNATIF ALTERNATIF TINDAK LANJUT ALTERNATIF TINDAK LANJUT ALTERNATIF TINDAK LANJUT
TINDAK LANJUT
TEKNIS NON TEKNIS TEKNIS NON TEKNIS TEKNIS TEKNIS
1. Perhitungan kumulatif pencapaian cakupan K1 pada Desa A sampai bulan Juni 49%, Desa B
50%, Desa C 60%, Desa D, 55%, dan Desa E 35%. Gambarkan grafik PWS KIA, lakukan
analisis, dan rencanakan tindak lanjut.
2. Perhitungan kumulatif pencapaian cakupan K4 di Desa V sampai bulan juni 55%, Desa W
35%, Desa X 67%, Desa Y 40%, dan Desa Z 48%. Gambarkan grafik PWS KIA, lakukan
analisis, dan rencanakan tindak lanjut.
3. Perhitungan kumulatif pencapaian cakupan persalinan dengan tenaga kesehatan pada Desa A
sampai bulan Juni 47%, Desa B 50%, Desa C 65%, Desa D, 35%, dan Desa E 30%.
Gambarkan grafik PWS KIA, lakukan analisis, dan rencanakan tindak lanjut.
47
Nama :
No. BP :
Kelompok / Blok :
Instruktur :
0 = tidak dilakukan
1. = dilakukan dengan perbaikan
2. = dilakukan dengan sempurna
Padang, 2016
48
( )