Anda di halaman 1dari 48

1

PEMECAHAN MASALAH

2.1 PENGERTIAN
Konsep PDCA cycle pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930
yang disebut dengan “Shewhart cycle“. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter
Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”. PDCA cycle
berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem.
Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam PDCA cycle, yaitu:
a. Plan
1. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan harapan
pengguna jasa pelayanan tersebut melalui analisis suatu proses tertentu.
2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini
 Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat dalam
proses tersebut.
 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut
 Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut
 Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan
dinamika proses
 Teknik yang digunakan : observasi
 Mengunakan alat ukur seperti wawancara
4. Fokus pada peluang peningkatan mutu
 Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan
 Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap antara
kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat diukur.
 Apa masalahnya
 Siapa yang terkena masalah
 Seberapa besar masalah itu
 Dimana terjadinya
 Bilamana masalah itu terjadi
5. Mengidentifikasi akar penyebab masalah
Langkah-langkah menetapkan penyebab masalah:
a. Menetapkan sumber masalah
Terdapat beberapa pertanyaan yang harus dijawab:
2

 Apa sumber masalah


 Tempar dimana terjadinya masalah
 Mengapa sumber masalah perlu ditetapkan
 Dimana kemungkinan sumber masalah tersebut dapat ditemukan
 Apa alat bantu yang dapat digunakan: flow chart
Langkah membuat flow chart:
1. Susun langkah atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
terselenggaranya pelayanan kesehatan secara berurutan
Contoh untuk masalah tingginya komplikasi IUD:
a) Pasien datang ke rs
b) Mendaftar ke loket
c) Menunggu di ruang tunggu
d) Mendapat pelayanan konseling
e) Pemeriksaan fisik & obgyn
f) Tindakan pemasangan iud
g) Konseling pasca tindakan
h) Pengambilan obat (kalau perlu)
i) Pasien pulang
2. Buat bagan alur dari daftar kegiatan dengan menggunakan lambang :
= Awal/ akhir kegiatan
= Kegiatan dengan hasil tanpa alternatif
= Kegiatan dengan hasil ada alternatif (keputusan)
= kegiatan yang tidak jelas

3. Analisa (diskusikan) sumber masalah pada bagan alur dengan


mengajukan pertanyaan :
a. Apakah urutan langkah/ kegiatan telah dilakukan?
b. Apakah ada langkah/ kegiatan yang hilang?
c. Apakah masalah dapat terjadi untuk setiap langkah / kegiatan?
4. Ambil kesimpulan :
a. Sumber masalah yang dicurigai
3

b. Untuk lebih mempertajam letak sumber masalah, dapat dibuat


bagan alur tingkat 2 untuk setiap kegiatan yang dicurigai sebagi
sumber masalah
b. Menetapkan penyebab masalah
Penyebab masalah menunjuk pada kesenjangan unsur masukan, proses, dan
lingkungan sesuai dengan standar yang sesuai

Langkah-langkah menetapkan penyebab masalah:


1) Inventarisasi penyebab masalah secara teoritis
Teknik yang digunakan : curah pendapat
Alat bantu yang digunakan: diagram tulang ikan
Langkah-langkah membuat tulang ikan:
 Tetapkan masalah yang akan dibahas dengan menuliskannya di
dalam kotak paling kanan
 Tetapkan kategori utama penyebab masalah (masukan, proses,
lingkungan)
 Diskusikan penyebab masalah untuk tiap kategori
Hasil akhir: daftar penyebab masalah secara teoritis

Manfaat diagram tulang ikan:


 Membantu mengorganisir berbagai informasi yang luas
dalam bentuk lebih operasional
4

 Menampung banyak pendapat dari kelompok dengan


menempatkan pada ranting dan sub ranting yang sesuai
 Membantu sistematisasi serta pemusatan perhatian
dalam mengkaji penyebab masalah
2) Klarifikasi penyebab masalah disesuaikan dengan keadaan sebenarnya
di lapangan
Caranya diskusikan sejumlah penyebab masalah yang menurut tim
ditemukan di sarana pelayanan Kemudian lingkari penyebab masalah
tersebut

Hasil akhir: daftar penyebab masalah seteah diklarifikasi


3) Konfirmasi daftar penyebab masalah
Metode: secara langsung dengan melihat checlist atau rekam medis dan
tidak langsung dengan menanyakan kepada staf lain yang terlibat.
 Langsung bandingkan dengan standar.
 Jika tidak ada standar pakai 5%
 Tidak langsung pakai azas mayoritas >50%
Ha Hasil akhir: tersusunnya daftar penyebab masalah yang telah
terkonfirmasi
c. Menetapkan prioritas penyebab masalah
Kriteria memilih prioritas dengan metode kuantitarif
1) Importancy
Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan
penyelesaiannya. Beberapa ukuran pentingnya masalah sebagai
berikut:
a. Besarnya masalah (prevalence)
b. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity)
c. Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)
5

d. Derajat keinginan masyarakat yang tidak dipenuhi (degree of


unmeet need)
e. Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit)
f. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)
g. Suasana plitik (political climate)
2) Technical Feasibility
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan
masalah tersebut.
3) Resources Availability
Makin tersedia sumberdaya yang dapat dipakai seperti tenaga, dana
dan sarana untuk mengatasi masalah (resource availibility) makin
diprioritaskan masalah tersebut.
Nilai skor antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap
kriteria yang sesuai. Prioritas masalah adalah yang jumlah nilainya paling
besar. Contoh sederhana adalah sebagai berikut :

d. Menyajikan prioritas penyebab masalah


Cara penyajian: tekstuler, tabuler, dan grafik pareto
Diagram pareto adalah diagram yang menampilkan penyebab masalah
menurut urutan prioritasnya.
Manfaat diagram pareto:
 Membantu memusatkan upaya pada yang paling penting saja
 Memperlihatkan hasil usaha perbaikan
Langkah membuat pareto:
 Susun daftar penyebab masalah dari yang terbesar ke terkecil
 Hitung jumlah dan % setiap penyebab masalah
 Hitung jumlah dan % kumulatifnya
6

Kemudian analisis dan interpretasi diagram dengan mengidentifikasi faktor


penyebab yang paling penting.

6. Menemukan dan memilih penyelesaian


Langkah-langkah:
a. Tetapkan tujuan
Tujuan yang baik harus dapat diukur dan berbeda bermaksa dan mengandung
uraian bersarnya target.
7

P1 = besarnya masalah (%)


P2 = besarnya target yang ingin dicari
Q1 = 100% - P1
Q2 = 100% - P2
N1 = Jumlah populasi sebelum program
N2 = Jumlah populasi setelah program
Contoh:

b. Tetapkan alternatif cara penyelesaian masalah


CARA YANG DIGUNAKAN :
8

1) Mempelajari yang sudah ada


 Adaptasi
 penggabungan
2) Mengembangkan gagasan baru
 Teknik analogi
Langkah:
 Tulis penyebab masalah yang akan diselesaikan pada flipchart
 Undang seluruh anggota Tim untuk rapat
 Tulis
 Bahas tujuan yang ingin dicapai dan buat rumusan tujuannya
 Minta anggota menganalogikan penyebab masalah yang sedang
dibahas. Tulis setiap analogi di flipcahrt
 Pilih 2 atau 3 analogi yang paling kreatif, kemudian diskusikan
secara mendalam. Catat gagasan yang muncul di flipchart
 Kembalikan gagasan tersebut kepada penyebab masalah awal
 Teknik lateral
Hasil akhir: tersusunnya alternatif cara penyelesaian masalah
c. Pilih prioritas cara penyelesaian masalah
Teknik yang digunakan:
1) Curah pendapat
2) Kriteria matriks
Dengan menggunakan metode Reinke
a) Efektivitas program
a. Magnitude (MI) : besarnya masalah yang dapat dilihat dari
% atau jumlah/kelompok yang terkena masalah, keterlibatan
masyarakat serta kepentingan instansi terkait.
b. Importancy (I): kegawatan masalah yaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas serta kecenderunagn dari waktu ke
waktu.
c. Vulnerability (V): sensitif atau tidaknya pemecahan masalah
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
b) Efisiensi Program
9

a. Cost (C) : biaya atau dana yang dipergunakan untuk


melaksanakan pemecahan masalah . Semakin besar biaya
semakin kecil skornya.
Berikan nilai 1 – 5 untuk setiap kriteria

Hasil akhir: ditemukannya satu cara penyelesaian masalah

b. Do
1. Merencanakan suatu proyek uji coba berdasarkan penyelesaian masalah yang telah
ditetapkan
 Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya.
 Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)
2. Melaksanakan Pilot Project
Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat (± 2
minggu)

c. Check
1. Evaluasi hasil proyek
 Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut
 Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang dikumpulkan
dan teknik pengumpulan data harus sama)
 Target yang ingin dicapai
 Teknik yang digunakan: observasi dan survei
 Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner
2. Membuat kesimpulan proyek
 Hasil menjanjikan namun perlu perubahan
 Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain
 Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas
10

d. Action
1. Standarisasi perubahan
 Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan
 Revisi proses yang sudah diperbaiki
 Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada
 Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang
dilakukan.
 Lakukan pelatihan bila perlu
 Mengembangkan rencana yang jelas
 Dokumentasikan proyek

2. Memonitor perubahan
 Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur
 Alat yang digunakan : lembar observasi
11

CONTOH TINJAUAN KASUS

KASUS
Di Puskesmas Palembayan Malalak cakupan K4 untuk tahun 2015 masih dibawah standar
pelayanan minimal yaitu 75%. Disana ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab dan
dapat berpengaruh terhadap rendahnya cakupan K4 seperti keadaan geografis nagari-nagari di
wilayah kerja puskesmas yang menyebabkan akses ke pelayanan kesehatan agak terganggu,
tenaga kesehatan juga belum merata ke seluruh daerah terpencil di wilayah kerja puskesmas
Palembayan.
Sebagai Bidan Koordinator di Puskesmas Malalak, langkah – langkah yang akan dilakukan
untuk bersama Tim Bidan Pelaksana KIA di Puskesmas untuk mengatasi masalah ini adalah
sebagai berikut melalui Pembuatan Siklus PDCA :

Pembuatan Siklus PDCA


Perencanaan/ Planing
Unsur-unsur rencana kerja
a. Judul Rencana
Meningkatkan angka cakupan K4 di Nagari Malalak demi peningkatan derajat status
kesehatan ibu.
b. Rumusan Pernyataan dan uraian masalah
Rumusan masalah: Apakah cakupan K4 di wilayah kerja puskesmas Malalak dapat
ditingkatkan pada tahun 2017?

Menetapkan penyebab masalah

Langkah-langkah menetapkan penyebab masalah:


a. Menetapkan sumber masalah
b. Menentukan prioritas pelayanan berdasarkan brainstorming
a. ANC
b. INC
c. BBL
d. PNC
12

Jadi prioritas masalah adalah:


1) ANC
2) BBL
3) INC
Langkah kegiatan:
a) Ibu hamil TM 1 datang ke puskesmas
b) Dilakukan pemeriksaan 10T
c) Kunjungan ulang pada TM 2
d) Ibu datang di TM 3 (2X)
e) Ibu melahirkan
13

c. Menetapkan penyebab masalah


1) Inventarisasi penyebab masalah secara teoritis
14

2) Klarifikasi penyebab masalah disesuaikan dengan keadaan sebenarnya


di lapangan

a) Biaya kurang memadai / kondisi sosioekonomi masyarakat


b) Bidan tidak ada di tempat
c) Kurangnya informasi ke ibu hamil -> Ibu lupa/tidak tahu
3) Konfirmasi daftar penyebab masalah
a) Biaya kurang memadai / kondisi sosioekonomi masyarakat
Standar : 5%
Fakta : 25%
b) Bidan tidak di tempat
Standar : 5%
Fakta : 10%
c) Kurangnya informasi ke ibu hamil : Ibu lupa/tidak tahu
Standar : 5%
Fakta : 40%
15

d. Menetapkan prioritas penyebab masalah

Jadi prioritas penyebab masalah :


1. Kurangnya informasi ke ibu hamil  Ibu lupa/tidak tahu
2. Biaya kurang memadai / kondisi sosio ekonomi masyarakat
3. Bidan tidak ada di tempat

e. Menyajikan prioritas penyebab masalah


16

c. Rumusan tujuan

Menemukan dan memilih penyelesaian


Langkah-langkah:
a. Tetapkan tujuan
17

P1 = besarnya masalah (%)


P2 = besarnya target yang ingin dicari
Q1 = 100% - P1
Q2 = 100% - P2
N1 = Jumlah populasi sebelum program
N2 = Jumlah populasi setelah program

Rumusan Tujuan: Meningkatkan persentase cakupan K4 menjadi 100% sesuai dengan SPM
pada bulan April 2017

d. Uraian kegiatan
1. Tetapkan alternatif cara penyelesaian masalah
18

a) Perjanjian tertulis tentang disiplin bidan


b) Penyuluhan tentang pentingnya kunjungan kehamilan lengkap
c) Penyuluhan tentang tabulin/ dasolin

2. Pilih prioritas cara penyelesaian masalah


a) Penyuluhan tentang pentingnya kunjungan kehamilan lengkap
b) Penyuluhan tentang tabulin/ dasolin
c) Perjanjian tertulis tentang disiplin bidan

Jadi alternatif prioritas pemecahan masalah berdasarkan matriks adalah:


1. Penyuluhan tentang pentingnya kunjungan kehamilan lengkap
2. Penyuluhan tentang tabulin/ dasolin
3. Perjanjian tertulis tentang disiplin bidan

e. Metode dan kriteria penilaian


• Melakukan penyuluhan tentang pentingnya kunjungan ANC minimal 4x
• Membagikan leaflet seputar jadwal kunjungan ANC

f. Waktu
N Februari Maret
KEGIATAN
O 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan Data x
2 Melaporkan hasil data x
3 Konsultasi x
Penyuluhan dan melakukan
4
kunjungan rumah x x
5 Menyusun rencana kerja baru x
6 Memantau pelayanan yang telah X
19

diberikan
7 Menilai hasil yang dicapai x

g. Pelaksana
No Pelaksana Uraian tugas dan tanggung jawab
1. Pengumpulan data, konsultasi
2. Penyuluhan
3. Memberikan pelayanan kebidanan

h. biaya
Biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan posyandu ini + Rp. 1.500.000

Pengeluaran Biaya
Pengetikan Rp. 250.000
Fotocopi Rp. 150.000
Peralatan penyuluhan RP. 700.000
Konsumsi Rp. 200.000
Transportasi Rp. 200.000
Jumlah Rp. 1.500.000

DO/ PELAKSANAAN
1. Melaksanakan prioritas pemecahan masalah dengan POA dan Gantt Chart
a. Membuat POA → Format rencana pelaksanaan kegiatan
20

b. Membuat Gantt Chart


21

CHECK/ PEMANTAUAN
Setelah melakukan rencana kerja, selanjutnya melakukan check / penilaian apakah tindakan
yang kita lakukan sudah sesuai dengan rencana/ belum, apakah ibu hamil sudah memahami
konseling yang kita berikan/belum memahami, dan apakah ada perubahan pola hidup yang
lebih positif/tidak di desa tersebut.

ACTION/PERBAIKAN
Selanjutnya merumuskan tindakan perbaikan apabila terdapat penyimpangan dari pemantaun
yang telah dilakukan

Contoh Kasus untuk Latihan

KASUS I
Di Puskesmas Palembayan cakupan K1 untuk tahun 2016 masih dibawah standar pelayanan
minimal yaitu 65%. Disana ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab dan dapat
berpengaruh terhadap rendahnya cakupan K1 dan K4 seperti keadaan geografis nagari-nagari
22

di wilayah kerja puskesmas yang menyebabkan akses ke pelayanan kesehatan agak


terganggu, tenaga kesehatan juga belum merata ke seluruh daerah terpencil di wilayah kerja
puskesmas palembayan.

Tugas:
Sebagai Bidan Koordinator di Puskesmas Palembayan, langkah – langkah yang akan
dilakukan untuk mengatasi masalah ini bersama tim Bidan Pelaksana di Puskesmas Anda
adalah …..

KASUS II
Di Puskesmas Air dingin cakupan ASI Eksklusif untuk tahun 2016 masih dibawah standar
pelayanan minimal yaitu 65%. Disana ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab dan
dapat berpengaruh terhadap rendahnya cakupan ASI Ekslusif seperti keadaan persebaran
rumah penduduk yang tidak merata di wilayah kerja puskesmas yang menyebabkan akses ke
pelayanan kesehatan agak terganggu, rendahnya pengetahuan ibu dan kebanyakan ibu bekerja
sebagai buruh pabrik..

Tugas:
Sebagai Bidan Koordinator di Puskesmas Air Dingin, langkah – langkah yang akan dilakukan
untuk mengatasi masalah ini bersama tim Bidan Pelaksana di Puskesmas Anda adalah …..
23

LEMBAR CHECKLIST PENYELESAIAN MASALAH DENGAN PDCA

Nama :
No. BP / Kelompok :
Blok :
Nama Instruktur :

Skala penilaian
No. Langkah
0 1 2
1 Mengidentifikasi output pelayanan
2 Mendeskripsikan proses yang dianalisis
Perencanaan
3 Membuat judul rencana kerja
4 Menetapkan prioritas masalah
5 Menetapkan prioritas penyebab masalah
6 Membuat rumusan pernyataan masalah
7 Membuat rumusan penyebab masalah
8 Menetapkan prioritas pemecahan masalah
9 Membuat rumusan tujuan rencana kerja
10 Membuat uraian kegiatan
11 Membuat metode dan kriteria penilaian
12 Membuat rencana waktu
13 Membuat pelaksana kegiatan
14 Membuat rencana biaya
Pelaksanaan
15 Membuat POA
16 Membuat Gantt Chart
17 Melaksanakan kegiatan sesuai rencana
18 Pemantauan dengan menganalisis pelaksanaan apakah sudah
sesuai dengan rencana
Perbaikan
19 Merumuskan tindakan perbaikan

Keterangan:

0 = tidak dilakukan

1 = dilakukan dengan perbaikan

2 = dilakukan dengan benar

Nilai = (total bobot / 38) x 100 =

Padang, 2018
24

Instruktur

DASAR TEORI KOHORT IBU DAN BAYI

Dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan anak di Indonesia, sistem pencatatan
dan pelaporan merupakan komponen yang sangat penting. Selain sebagai alat untuk
memantau kesehatan ibu hamil, bayi baru lahir, bayi dan balita, juga untuk menilai sejauh
mana keberhasilan program tersebut dijalankan serta sebagai bahan untuk membuat
perencanaan di tahun-tahun berikutnya.
Untuk membuat perencanaan yang baik, dibutuhkan data yang akurat dan lengkap.
Keakuratan data diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan prioritas masalah.
Sedangkan kelengkapan data sangat diperlukan untuk menyusun perencanaan yang
komprehensif, yang dapat menjawab dan memecahkan akar permasalahan kesehatan di suatu
wilayah.

A. Kohort Ibu
Kohort berasal dari kata “cohort” yang berarti suatu proses pengamatan prospektif,
survey prospektif terhadap suatu subjek ataupun objek. Register kohort adalah sumber data
pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi, dan balita. Register ini bertujuan untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang terdeteksi di rumah tangga yang
teridentifikasi dari data Bidan.
 Unggul karena dapat menilai komparabilitas antara pre dan post.
 Continue : menilai dari waktu ke waktu, tidak terputus.
 Ada keseragaman observasi dari waktu ke waktu.
 Keterbatasan : perlu waktu, cermat, sarana dan ketelitian pengelolaan.

Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta
keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang diorganisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya
melibatkan kader dan dukun bayi di wilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat
ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.

Petunjuk Pengisian Register Kohort Ibu


Kolom
1) Diisi nomor urut
25

2) Diisi nomer indeks dari famili folder


3) Diisi nama ibu hamil
4) Diisi nama suami ibu hamil
5) Diisi alamat ibu hamil
6) ,7), 8) Diisi umur ibu hamil yang sebenarnya dengan angka, misal umur 23 tahun diisikan
pada kolom 7.
9) ,10), 11) Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dengan angka misalnya 20
minggu diisikan pada kolom 10.
12) ,13), 14) Diisi jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh ibu yang bersangkutan,
misalnya kehamilan ke-4, diisikan angka 4 pada kolom 13.
15) Diisi tanda (√) bila jarak kehamilan < 2 tahun.
16) Atau > 2 tahun.
17) Diisi tanggal ditemukan ibu dengan berat badan < 45 kg pada trimester III.
18) Diisi tanda (√) bila tinggi badan ibu < 145 cm.
19) Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan Hb < 8 gr%.
20) Diisikan tanggal ditemukan ibu hamil dengan tensi > 160/ 95 mmHg.
21) ,22) Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan risiko oleh NK = Non Kesehatan, K =
Kesehatan.
23) – 46) Diisi kode pengisian sebagai berikut :
O = untuk K1
# = untuk K4
* = untuk persalinan
+ = untuk kematian ibu
F1, F2, F3 = untuk pemberian tablet Fe
I = untuk pemberian iodium
A = untuk pemberian vitamin A
T1, T2, T3, T4, T5 = untuk pemberian tetanus toxoid
K1 : Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada kehamilan 1 s/d 5
bulan (O). K4 : Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya. Untuk memperoleh K4 dapat
memakai rumus 1-1–2 atau 0-2-2. Perhatian : K4 tidak boleh pada usia kehamilan 7
bulan. Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5 bulan pada bulan
berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi agar tidak kehilangan K4.
Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada akhir kehamilannya periksa di
wilayah kita karena untuk melahirkan dan penduduk setempat bisa mendapatkan K1, K4
26

dan sekaligus akses apabila ibu tersebut dapat menunjukan pemeriksaan dengan jelas.
Akses : Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak memandang usia kehamilan.
47) – 49) Diisi tanda (√) sesuai penolong persalinan :
TK = Tenaga Kesehatan
DT = Dukun Terlatih
DTT = Dukun Tidak Terlatih
50) LM = Lahir Mati
51) LH = Lahir Hidup bila BB < 2500 gram
52) LH = Lahir Hidup bila BB > 2500 gram
53) Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan selama masa nifas (diharapkan 2 kali kunjungan).
54) Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan, selama masa pasca nifas sampai 2 tahun
(diharapkan minimal 4 kali kunjungan selama 1 tahun).
55) Diisi hal lain yang dianggap penting untuk ibu nifas yang bersangkutan.
Ditulis kode I untuk pemberian iodium pada ibu nifas di daerah endemis.
56) Keterangan lainnya.

B. Kohort Bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal.

Petunjuk Pengisian :
Kolom
1) Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nornor urut ibu pada
register kohort ibu.
2) Disi nomor indeks dari family folder.
3) (s.d 7) jelas.
8) Diisi angka berat bayi lahir dalam gram.
9) – 10) Diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh bidan/ tenaga kesehatan.

11) Diisi :
A – E1 apabila sampai dengan umur 1 bulan bayi hanya diberi ASI saja (ASI
Eksklusif bulan pertama).
A – E2 apabila sampai dengan umur 2 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
A – E3 apabila sampai dengan umur 3 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
A – E4 apabila sampai dengan umur 4 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
27

A – E5 apabila sampai dengan umur 5 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
A – E6 apabila sampai dengan umur 6 bulan bayi hanya diberi ASI saja.

12) – 23) Diisi tanggal dan kode berat badan bayi ditimbang : N = Naik, T = Turun, R =
Bawah garis titik – titik (BGT), # = dibawah garis merah (BGM).
57) – 25) Vit A 6 bulan – Vit A 12 bulan.
26) – 30) Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi.
31) Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.
32) – 34) Diisi tanda (√) sesuai dengan penyebab kematian bayi tersebut.
35) Diisi diagnosa penyakit penyebab kematian bayi selain tetanus, ISPA, dan diare.
36) Diisi hal lain yang dianggap penting untuk bayi yang bersangkutan.

Monitoring kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak tertuang dalam kohort ibu dan
bayi. Masing-masing berisi identitas dan segala hal yang berkaitan dengan status kesehatan
ibu dan bayi. Kohort juga merupakan sarana pendokumentasian yang digunakan bidan di
masyarakat.
28
29
30

Contoh Data untuk Pengisian Kohort

Anda adalah Bidan di Desa X Kecamatan Y, Polindes anda bekerja berada di wilayah kerja Puskesmas
A. Anda akan melengkapi laporan anda ke Puskesmas untuk bulan ini. Hari ini Anda akan mengisi
kohort ibu dan bayi. Adapun data-data yang akan Anda masukkan ke dalam kohort ibu dan bayi
adalah sebagai berikut:
1. No. indeks keluarga 34, Ny. Susi, Suami Tn. Reza, Alamat Jorong Z, usia ibu 24 tahun, ibu
melakukan kunjungan pertama kali di polindes anda, usia kehamilan 18 minggu, ibu G1, BB
ibu 48 Kg, TB 155 cm, Hb 10 gr%, TD 120/80 mmHg, ibu diberikan tablet Fe, dan injeksi
TT,
2. No. indeks keluarga 26, Ny Ita G4, Suami Tn. Andi, Alamat Jorong Y, usia ibu 32 tahun, ibu
melakukan kunjungan ke 4 di Polindes anda pada usia kehamilan 32 minggu, kunjungan
pertama ibu dengan tenaga kesehatan pada kehamilan 4 bulan, usia anak ketiga 1,5 tahun, BB
ibu sekarang 57 Kg, TB 152 cm, Hb 11 gr%, TD 170/100 mmHg, sebelumnya tekanan darah
ibu tidak pernah abnormal.
3. No. indeks keluarga 66, Ny. Rina usia 28 tahun, G2, Suami Tn. Anton, Alamat Jorong Z, usia
kehamilan pada kunjungan pertama ibu pada usia kehamilan 3 bulan, usia anak pertama 2,5
tahun, ini kunjungan ibu yang keempat kalinya, usia kehamilan ibu sekarang 32 minggu, anda
memberikan imunisasi TT pada Ny. Rina, sebelumnya Ny, Rina sudah mendapatkan TT pada
kehamilan 5 bulan.
4. No. indeks keluarga 57, Ny. Widya usia 25 tahun baru pertama kali datang dan melahirkan
hari ini di Polindes anda, ibu G1, nama suami Tn. Ridho, ibu datang membawa buku KIA dan
menunjukkan bahwa sebelumnya beliau memeriksakan dirinya di luar kota. Kunjungan
pertama kali ibu dengan tenaga kesehatan pada usia kehamilan 3 bulan, kemudian kunjungan
kedua pada usia kehamilan 5 bulan, ketiga 6 bulan, dan keempat dengan anda saat ini. Tidak
ada penyulit dalam kehamilan Ny Widya. Dan Ny. Widya sudah mendapatkan TT1 saat
pranikah, TT2 pada trimester II. Ny. Widya melahirkan bayinya di Polindes anda dengan BB
3200 gram dengan jenis kelamin perempuan.
5. No. indeks keluarga 66, Ny. Rina usia 28 tahun, G2, Suami Tn. Anton, Alamat Jorong Z,
datang ke Polindes anda, telah melahirkan di Polindes anda 1 minggu yang lalu dengan bayi
hidup dan BB lahir 3000 gram dengan jenis kelamin laki-laki. Anda melakukan kunjungan
rumah terharao Ny. Rina, kunjungan pertama masa nifas dilakukan pada 6 jam postpartum di
Polindes anda.

Adapun data-data untuk pengisian kohort bayi adalah:


31

1. Bayi Ny. Rina dilakukan pemeriksaan pada saat anda melakukan kunjungan rumah 1 minggu
PP sambil melakukan kunjungan terhadap ibu nifas. Saat ini anda melakukan penimbangan
dan BB By. Ny. Rina sekarang 3200 gram. Bayi ibu sudah mendapatkan imunisasi hepatitis 0
pada saat akan pulang dari polindes anda.
2. Bayi Ny. Widya dilakukan pemeriksaan 2 bulan setelah dia lahir, KN 1 pada 1 minggu PP, dan
KN 2 pada 1 bulan PP. Saat dilakukan penimbangan BB Bayi Ny. Widya 4500 gram. Bayi ibu
sudah mendapatkan imunisasi HB 0 pada saat lahir, BCG saat 1 bulan, sekarang anda
memberikan imunisasi DPT-HB Booster, dan polio.
3. Bayi Ny. Rina, lahir di Polindes anda 2 bulan yang lalu dengan berat lahir 2700 gram, saat ini
dilakukan pemeriksaan 2 bulan setelah dia lahir, KN 1 pada 1 minggu PP, dan KN 2 pada 1
bulan PP. Saat dilakukan penimbangan BB Bayi Ny. Rina 4300 gram. Bayi ibu sudah
mendapatkan imunisasi HB 0 pada saat lahir, BCG saat 1 bulan, sekarang anda memberikan
imunisasi DPT-HB Booster, dan polio
4. Bayi Ny. Roza, jenis kelamin laki-laki, dilakukan pemeriksaan pada usia 6 bulan, KN 1 pada
1 minggu PP dan KN 2 pada 1 bulan PP. Berat lahir 2800 gram, No. Indeks keluarga 33,
Nama suami Tn.Rozi, Alamat Jorong Y, saat dilakukan penimbangan BB sekarang 5500
gram. Bayi Ny. Roza mendapatkan ASI Ekslusif selama 6 bulan. Hari ini anda memberikan
Vit. A pertama. Imunisasi yang diberikan yaitu DPT – HB III Booster dan Polio III.
Sebelumnya dia sudah mendapatkan BCG pada 1 bulan PP, DPT I pada 2 bulan, DPT II pada
4 bulan, polio I pada 2 bulan, dan polio II pada 4 bulan.
5. Bayi Ny. Ocha, jenis kelamin perempuan, dilakukan pemeriksaan pada usia 4 bulan, KN 1
pada 1 minggu PP dan KN 2 pada 1 bulan PP. Berat lahir 2900 gram, No. Indeks keluarga 40,
Nama suami Tn.Roma, Alamat Jorong Y, saat dilakukan penimbangan BB sekarang 5000
gram.Hari ini anda memberikan imunisasi yaitu DPT – HB II Booster dan Polio II.
Sebelumnya dia sudah mendapatkan imunisasi BDG pada 1 bulan PP dan DPT I dan Polio I
pada 2 bulan PP.
32

DASAR TEORI PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT


KESEHATAN IBU DAN ANAK (PWS – KIA)

1. Pengertian
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen
program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja secara terus-menerus,
agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan
pelayanan KIA-nya masih rendah ataupun wilayah yang membutuhkan penanganan atau tindak lanjut
secara khusus.
Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut berupa perbaikan dalam
pelaksanaan pelayanan KIA. Tindak lanjut yang dimaksudkan adalah intensifikasi penggerakan
sasaran dan mobilisasi sumber daya yang diperlukan dalam rangka meningkatkan jangkauan dan mutu
pelayanan KIA. Contohnya adalah bagaimana memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan
minimal 4 kali selama kehamilannya yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, kader misalnya.
Hasil rekapitulasi PWS KIA di tingkat kabupaten dapat dipakai untuk menentukan puskesmas
yang rawan. Demikian juga PWS KIA tingkat propinsi, yaitu untuk mengidentifikasi kabupaten mana
yang memerlukan penanganan khusus dan juga untuk menentukan kabupaten mana yang rawan
sehingga masalah-masalah yang dihadapi tersebut dapat diatasi dengan baik.

2. Tujuan PWS KIA


Tujuan umum pembuatan PWS KIA adalah meningkatnya pemantauan cakupan pelayanan untuk
setiap wilayah kerja yang dipantau secara terus-menerus dalam rangka meningkatkan jangkauan dan
mutu pelayanan kesehatan umumnya dan pelayanan kebidanan khususnya. Sedangkan tujuan khusus
pembuatan PWS KIA adalah sebagai berikut :
a. Memantau pelayanan KIA secara individu melalui kohort.
b. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara teratur (bulanan) dan
terus-menerus.
c. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
d. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang ditetapkan.
e. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara intensif
berdasarkan besarnya kesenjangan.
f. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan yang potensial
untuk digunakan.
g. Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakkan sasaran dan mobilisasi sumber daya.
h. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan KIA.
33

3. Prinsip Pengelolaan Program KIA


Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu
pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamanakan pada
kegiatan pokok sebagai berikut :
a. Pelayanan antenatal
Dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan standar minimal “5T” terdiri dari :
1) Timbang BB dan ukur tinggi badan dengan alat ukue yang terstandar
2) Ukur tekanan darah dengan prosedur yang benar.
3) Ukur tinggi fundus uteri dengan prosedur yang benar.
4) Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap sesuai jadwal.
5) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Seiring berjalannya waktu, tuntutan terhadap peningkatan kualitas pelayanan kebidanan, salah
satunya adalah pada beberapa wilayah standar minimal “5T” menjadi “7T”, yaitu 5T
ditambahkan dengan :
6) Test laboratorium rutin dan khusus (rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein
dan glukosa urine, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi
tinggi dan atau kelompok perilkau beresiko dilakukan terhadap HIV, sifilis, malaria,
tuberkulosis, cacingan dan thalasemia).
7) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) serta KB pasca persalinan.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila
dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa
frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan
waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
1) Minimal 1 kali pada triwulan pertama
2) Minimal 1 kali pada triwulan kedua
3) Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

b. Pertolongan persalinan
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Pencegahan infeksi
2) Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
4) Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
5) Memberikan injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
c. Pelayanan kesehatan ibu nifas
34

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6
jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada
ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan
kunjungan nifas sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :
1) Kunjungan nifas pertama pada hari ke-1 sampai hari ke-7.
2) Kunjungan nifas kedua pada hari ke-8 sampai hari ke-28.
3) Kunjungan nifas ketiga pada hari ke-29 sampai hari ke-42.
Pelayanan yang diberikan adalah :
1) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
3) Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
4) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif selama 6 bulan.
5) Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali, pertama segera setelah
melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A pertama.
6) Pelayanan KB pasca salin.
d. Pelayanan kesehatan neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai
dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 jam setelah lahir.
2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3 sampai dengan
hari ke-7 setelah lahir.
3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8 sampai dengan
hari ke-28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/ masalah kesehatan
pada neonatus.
Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan
pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan
Manajemen Terpadu Bayi Muda, yang meliputi :
1) Perawatan tali pusat
2) Konseling kepada ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif.
3) Memastikan bayi telah diberikan injeksi Vitamin K1, salep mata antibiotik, dan
imunisasi Hepatitis B-0.
4) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat
badan rendah, dan masalah pemberian ASI.
35

5) Konseling terhadap ibu dan keluarga dalam pencegahan hipotermi dan melaksanakan
perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA.
6) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

e. Deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan
maupun masyarakat.
Faktor resiko pada ibu hamil adalah :
1) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Anak lebih dari 4.
3) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4) Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lingan atas kurang dari 23,5 cm, atau
penambahan BB < 9 Kg salama masa kehamilan.
5) Anemia dengan Hb < 11g/dl.
6) Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang.
7) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
8) Sedang/ pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberculosis, kelainan jantung-
ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin, tumor dan keganasan.
9) Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola
hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital.
10) Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea, ekstraksi
vakum/ forseps.
11) Riwayat nifas dengan komplikasi: perdarahan pasca persalinan, infeksi masa nifas,
psikosis post partum (post partum blues).
12) Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.
13) Kelainan jumlah janin: kehamilan ganda, janin dempet, monster.
14) Kelainan besar janin: pertumbuhan janin terhambat, janin besar.
15) Kelainan letak dan posisi janin: lintang/ oblique, sunsang pada usia kehamilan lebih dari
32 minggu.

Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :


1) Ketuban pecah dini.
2) Perdarahan pervaginam.
a) Ante Partum: keguguran, plasenta previa, solusio plasenta.
b) Intra partum: robekan jalan lahir
36

c) Post Partum: atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata, kelainan pembekuan
darah, subinvolusi uteri.
3) Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): tekanan daah tinggi (sistolik > 140 mmHg, diastolik
> 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pretibial.
4) Ancaman persalinan prematur.
5) Infeksi berat dalam kehamilan: demam berdarah, tifus abdominalis, sepsis.
6) Distosia: persalinan macet, persalinan tak maju.
7) Infeksi masa nifas.

Sebagai besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapatkan penanganan yang adekuat
di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat
menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karena Deteksi faktor risiko pada ibu
baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan merupakan salah satu upaya
penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil. Ibu hamil
yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada neonatus
dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
1) Tidak mau minum/ menyusu atau memuntahkan semua.
2) Riwayat kejang.
3) Bergerak hanya jika dirangsang/ Letargis.
4) Frekuensi nafas ≤ 30 x/ menit dan ≥ 60 x/ menit.
5) Suhu tubuh ≤ 35ºC dan ≥ 37,5ºC.
6) Tarikan dinding dada ke dalam sangat kuat.
7) Merintih.
8) Nanah banyak di mata.
9) Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
10) Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
11) Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI.
12) BBLR.
13) Kelainan kongenital seperti ada celah dan bibir dan langit-langit.

Sedangkan komplikasi pada neonatus antara lain :


1) Prematuritas atau BBLR.
2) Asfiksia.
3) Infeksi bakteri.
4) Kejang.
5) Ikterus.
37

6) Diare.
7) Hipotermi.
8) Tatanus neonatorum.
9) Masalah pemberian ASI.
10) Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.
f. Penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus
Diperkirakan sekitar 15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi
dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga atau diramalkan sebelumnya, oleh
karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan
dapat segera dideteksi dan ditangani. Dan diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan
mengalami komplikasi neonatal. Upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian neonatal
diutamakan pada pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin, pertolongan persalinan “3 bersih”
(bersih tangan penolong, alat pemotong tali pusat dan alas tempat tidur ibu) dan perawatan
bayi baru lahir yang adekuat termasuk perawatan tali pusat yang higienis.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas penanganan
komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu PONED dengan
target setiap kabupaten/ kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu
PONED. Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas PONED meliputi pelayanan
obstetri berikut :
1) Pencegahan dan penanganan perdarahan.
2) Pencegahan dan penanganan pre eklampsi dan eklampsi.
3) Penceghan dan penanganan infeksi.
4) Penanganan partus lama/ macet.
5) Pencegahan dan penanganan abortus.

Pelayanan neonatal meliputi :


1) Pencegahan dan penanganan asfiksia.
2) Pencegahan dan penanganan hipotermi.
3) Pencegahan dan penanganan BBLR.
4) Pencegahan dan penanganan kejang/ ikterus ringan-sedang.
5) Pencegahan dan penanganan gangguan minum.

Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan bahwa RSU kabupaten/ kota
mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK)
yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan operasi
seksio sesaria dan transfusi darah.

g. Pelayanan kesehatan bayi


38

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh
tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11
bulan setelah lahir. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
1) Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.
2) Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 tahun.
3) Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 tahun.
4) Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
1) Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, 2, 3, 4, DPT/ HB 1, 2, 3, dan Campak)
sebelum bayi berusia 1 tahun.
2) Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
3) Pemberian vitamin A 100.000 IU 9 (6-11 bulan).
4) Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda-tanda sakit dan
perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan buku KIA.
5) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

h. Pelayanan kesehatan anak balita


Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat.
Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1) Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam buku
KIA/ KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap
bulan .
2) Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali
dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar,
motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6
bulan).
3) Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) 2 kali dalam setahun.
4) Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.
5) Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS.

i. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.


Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak
individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam
menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan
yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi
pasangan yang ingin mempunyai anak.
39

Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi Pasangan Usia


Subur yang ingin menjarangkan dan/ atau menghentikan kehamilan, dapat menggunakan
metode kontrasepsi yang meliputi :
1) KB alamiah (sistem kalender, Metode Amenore Laktasi, coitus interuptus).
2) Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
3) Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/ IUD, vasektomi, dan tubektomi)
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu diupayakan
pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek kualitas, teknis dan aspek
manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai standar
dan variasi pilihan metode KB, sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis
dan non-klinis secara berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program
KB perlu melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.

4. Batasan Indikator
a. Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama
masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan.
Standar opersional yang ditetapkan unutk pelayanan antenatal adalah 5T/ 7T.
b. Penjaringan (deteksi) dini kehamilan berisiko.
Kegiatan ini bertujuan menemukan ibu hamil berisiko, yang dapat dilakukan oleh kader,
dukun bayi dan tenaga kesehatan.
c. Kunjungan ibu hamil.
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar yang ditetapkan. Kunjungan yang dimaksud adalah setiap kontak tenaga
kesehatan (di posyandu, polindes, poskesdes, kunjungan rumah) sesuai standar.
d. Kunjungan baru ibu hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilannya.
e. K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau lebih), untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan syarat :
1) Minimal satu kali kontak pada trimester I.
2) Minimal satu kali kontak pada trimester II.
3) Minimal dua kali kontak pada trimester III.
f. Kunjungan neonatal (KN)
Adalah kontak neonatus dengan tenaga kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik di dalam maupun di luar gedung
40

Puskesmas (termasuk bidan di desa, polindes/ poskesdes dan kunjungan rumah), dengan
ketentuan :
1) Kunjungan pertama (KN 1) pada kurun waktu 6 – 48 jam setelah lahir.
2) Kunjungan kedua (KN2) pada kurun waktu hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah
lahir.
3) Kunjungan ketiga (KN3) pada kurun waktu hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah
lahir.
g. Kunjungan ibu nifas (KF)
Adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas baik didalam maupun diluar gedung
puskesmas (termasuk bidan desa di poskesdes dan kunjungan rumah) dengan ketentuan :
1) Kunjungan nifas pertama pada hari ke-1 s.d. ke-7 hari post partum.
2) Kunjungan nifas kedua pada hari ke-8 s.d. hari ke-28 post partum.
3) Kunjungan nifas ketiga pada hari ke-29 s.d. hari ke-42 post partum.
h. Sasaran ibu hamil
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu 1
(satu) tahun.
i. Ibu hamil berisiko adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko.

5. Langkah penggambaran grafik PWS-KIA


A. . Penyiapan data
Data yang diperlukan untuk membuat grafik dari tiap indikator diperoleh dari catatan kartu
ibu, buku KIA, register kohort ibu, kartu bayi, kohort bayi serta kohort anak balita per
41

desa/kelurahan, catatan posyandu, laporan dari perawat/bidan/dokter praktik swasta,


rumah sakit bersalin dan sebagainya.
 Untuk grafik antar wilayah, data yang diperlukan adalah : Data cakupan per desa/kelurahan
dalam kurun waktu yang sama Misalnya : untuk membuat grafik cakupan K4 bulan Juni di
wilayah kerja Puskesmas X, maka diperlukan data cakupan K4 desa/kelurahan A,
desa/kelurahan B desa/kelurahan C, dst pada bulan Juni.
 Untuk grafik antar waktu, data yang perlu disiapkan adalah : Data cakupan per bulan
 Untuk grafik antar variabel diperlukan data variabel yang mempunyai korelasi misalnya : K1,
K4 dan Pn
B. Penggambaran Grafik.
Langkah – langkah yang dilakukan dalam menggambarkan grafik PWS KIA (dengan
menggunakan contoh indikator cakupan K1) adalah sebagai berikut :
 Menentukan target rata – rata per bulan untuk menggambarkan skala pada garis vertikal
(sumbu Y).
Misalnya : target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam 1 tahun ditentukan 90 % (garis
a), maka sasaran rata – rata setiap bulan adalah

Dengan demikian, maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan bulan Juni adalah (6 x
7,5 %) = 45,0% (garis b).
 Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 per desa/kelurahan sampai dengan bulan
Juni dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif secara berurutan sesuai peringkat. Pencapaian
tertinggi di sebelah kiri dan terendah di sebelah kanan, sedangkan pencapaian untuk
puskesmas dimasukkan ke dalam kolom terakhir (lihat contoh grafik).
 Nama desa/kelurahan bersangkutan dituliskan pada lajur desa/kelurahan (sumbu X), sesuai
dengan cakupan kumulatif masing-masing desa/kelurahan yang dituliskan pada butir b diatas.
 Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Mei) untuk tiap
desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur masing-masing.
 Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila pencapaian cakupan bulan ini
lebih besar dari bulan lalu, maka digambar anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya,
untuk cakupan bulan ini yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu, digambarkan anak panah
yang menunjukkan kebawah, sedangkan untuk cakupan yang tetap / sama gambarkan dengan
tanda (-).
42

Berikut ini adalah contoh grafik PWS KIA hasil perhitungan tersebut di atas.

6. Analisis dan tindak lanjut PWS KIA


Grafik PWS KIA perlu dianalisis dan ditafsirkan, agar dapat diketahui desa mana yang paling
memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang perlu dilakukan.
a. Analisis grafik PWS KIA
Analisis adalah suatu pemeriksaan dan evaluasi dari suatu informasi yang sesuai dan relevant
dalam menyeleksi suatu tindakan yang terbaik dari berbagai macam alternatif variasi. Data yang
dianalisis adalah data register kohort ibu, bayi dan anak balita serta cakupan.
43

Analisis ini membandingkan cakupan hasil kegiatan antar wilayah terhadap target dan
kecenderungan dari waktu ke waktu. Analisis sederhana ini bermanfaat untuk mengetahui desa/
kelurahan mana yang paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang harus dilakukan.
Selain di Puskesmas, analisis ini dapat juga dilakukan oleh Bidan di Desa dimana bidan di Desa
dapat menilai cakupan indikator PWS KIA di desanya untuk menilai kemajuan desanya. Di Poskesdes
seorang Bidan di Desa dapat membuat grafik cakupan indikator PWS KIA sehingga dia bisa
mengikuti perkembangan dan menindaklanjutinya.

Analisis dari grafik cakupan kunjungan K4 ibu hamil pada pemantauan bulan Juni 2015 dapat
digambarkan sebagai berikut :
Cakupan terhadap
Terhadap cakupan bulan lalu Status
Desa target
Desa
Di atas Di bawah Naik Turun Tetap
A + + Baik
B + + Baik
C + + Kurang
D + + Cukup
E + + Jelek

Dari matriks diatas dapat disimpulkan adanya 4 macam status cakupan desa, yaitu :
1. Status baik
Adalah desa dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk bulan Juni 2015 dan mempunyai
kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat atau tetap jika dibandingkan dengan cakupan
bulan lalu. Desa-desa ini adalah desa A dan B. Jika keadaan tersebut berlanjut maka desa-desa
tersebut akan mencapai atau melebihi target tahunan yang ditentukan.
Desa/ kelurahan-desa/ kelurahan ini adalah desa/ kelurahan A dan desa/ kelurahan B. Jika keadaan
tersebut berlanjut, maka desa/ kelurahan-desa/ kelurahan tersebut akan mencapai atau melebihi
target tahunan yang ditentukan.
2. Status kurang
Adalah desa dengan cakupan diatas target bulan Juni 2015 namun mempunyai kecenderungan
cakupan bulanan yang menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam
kategori ini adalah desa C, yang perlu mendapatkan perhatian. Jika cakupan terus menurun, maka
desa tersebut tidak akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
3. Status cukup
Adalah desa dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2015, namun mempunyai kecenderungan
cakupan bulanan yang meningkat jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam
44

kategori ini adalah desa D. Jika keadaan tersebut dapat terlaksana, maka desa ini kemungkinan
besar akan mencapai target tahunan yang ditentukan.

4. Status jelek
Adalah desa dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2015 dan mempunyai kecenderungan
cakupan bulanan yang menurun dibandingkan dengan bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah
desa E, yang perlu diprioritaskan untuk pembinaan agar cakupan bulanan selanjutnya dapat
ditingkatkan diatas cakupan bulanan minimal agar dapat mengejar kekurangan target sampai
bulan Juni, sehingga dapat pula mencapai target tahunan yang ditentukan.

b. Rencana tindak lanjut


Analisis PWS KIA ditujukan untuk menghasilkan suatu keputusan tindak lanjut teknis dan non-
teknis bagi puskesmas. Keputusan tersebut harus dijabarkan dalam bentuk rencana operasional
jangka pendek untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi sesuai dengan spesifikasi
daerah.
Rencana operasional tersebut perlu dibicarakan dengan semua pihak yang terkait:
1) Bagi desa yang berstatus baik atau cukup, pola penyelenggaraan pelayanan KIA perlu
dilanjutkan, dipertahankan dengan beberapa penyesuaian tertentu sesuai kebutuhan.
2) Bagi desa yang berstatus kurang dan terutama yang berstatus jelek perlu diprioritaskan untuk
pembinaan selanjutnya. Perlu dilakukan analisis lebih mendalam serta dicari penyebab
rendahnya atau menurunnya cakupan bulanan, sehingga dapat diupayakan cara penanganan
masalah secara lebih spesifik.
3) Intervensi dan kegiatan yang bersifat teknis (termasuk penyediaan logistik) harus dibicarakan
dalam pertemuan mini lokakarya puskesmas dan rapat dinas kesehatan kabupaten/ kota.
4) Intervensi dan kegiatan yang bersifat non teknis harus dibicarakan di rapat koordinasi tingkat
kecamatan.
45

Bagan rencana tindak lanjut

Gagasan target yang dicapai


desa bulan ini

Melampaui sasaran Dibawah sasaran

Ada kemajuan Tidak ada kemajuan Ada kemajuan Tidak ada kemajuan
pencapaian sasaran pencapaian sasaran pencapaian sasaran pencapaian sasaran
target bulan ini target bulan ini target bulan ini target bulan ini

BAIK KURANG CUKUP JELEK

MENGAPA ? MENGAPA ?

TEKNIS NON TEKNIS TEKNIS NON TEKNIS

 Petugas tidak hadir  Masyarakat tidak  Rencana dan Masyarakat tidak hadir
 Musim yang kurang hadir pelaksanaan karena :
menguntungkan  Panen kegiatan tidak  Belum sadar tentang
 Tidak ada petugas  Hari besar dilaksanakan tepat manfaat kesehatan
yang biasa dikirim waktu  Tidak tahu jadwal
 Sarana kurang  Petugas dan tempat kegiatan
 Disiplin/ dedikasi  Tidak tahu waktu
kurang dan tempat
 Pemanfaatan kurang pelayanan
intensif
 Keterampilan
kurang
 Sarana kurang
 Tidak ada tansport

ALTERNATIF ALTERNATIF TINDAK LANJUT ALTERNATIF TINDAK LANJUT ALTERNATIF TINDAK LANJUT
TINDAK LANJUT
TEKNIS NON TEKNIS TEKNIS NON TEKNIS TEKNIS TEKNIS

 Perlu  Perlu  Perlu  Perlu  Perlu  Menyusun  Penyuluhan


ditingkatkan ditingkatkan ditingkatkan ditingkatkan ditinggalkan kembali dan pentingnya
kesiapan kesiapan kesiapan kesiapan  Koordinasi pelaksanaan antenatal
petugas petugas petugas petugas tingkat kegiatan yang melalui kader
 Jadwal  Jadwal  Jadwal  Jadwal sektoral lebih intensif PKK/ Desa
kunjungan kunjungan kunjungan kunjungan  Pergerakan  Meningkatkan Wisma, kader
harus selalu harus selalu harus selalu harus selalu masyarakat disiplin KPKIA pengajian
ditepati ditepati ditepati ditepati melalui tokoh pemanfaatan dan  Pergerakan
 Penyuluhan pengetahuan massa oleh ABRI
 Pengumuman petugas pengumuman
tentang jadwal  Menyesuaikan terus menerus
target dengan tantang jadwal
kondisi setempat pelayanan yang
 Mengusahakan akan datang
kelengkapan (mis: di mesjid)
saranan :
 Pinjam dari Pusk
lain
 Beli dengan
swadaya
 APBD

Contoh Kasus untuk PWS – KIA


46

1. Perhitungan kumulatif pencapaian cakupan K1 pada Desa A sampai bulan Juni 49%, Desa B
50%, Desa C 60%, Desa D, 55%, dan Desa E 35%. Gambarkan grafik PWS KIA, lakukan
analisis, dan rencanakan tindak lanjut.
2. Perhitungan kumulatif pencapaian cakupan K4 di Desa V sampai bulan juni 55%, Desa W
35%, Desa X 67%, Desa Y 40%, dan Desa Z 48%. Gambarkan grafik PWS KIA, lakukan
analisis, dan rencanakan tindak lanjut.
3. Perhitungan kumulatif pencapaian cakupan persalinan dengan tenaga kesehatan pada Desa A
sampai bulan Juni 47%, Desa B 50%, Desa C 65%, Desa D, 35%, dan Desa E 30%.
Gambarkan grafik PWS KIA, lakukan analisis, dan rencanakan tindak lanjut.
47

DAFTAR TILIK PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT (PWS – KIA)

Nama :

No. BP :

Kelompok / Blok :

Instruktur :

No. Langkah – langkah 0 1 2


1 Siapkan alat tulis dan data yang dibutuhkan
2 Menentukan target rata – rata per bulan untuk menggambarkan
skala pada garis vertikal (sumbu Y).
3 Tentukan pencapaian kumulatif (garis b).
4 Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 per
desa/kelurahan sampai dengan bulan Juni dimasukkan ke dalam
jalur % kumulatif secara berurutan sesuai peringkat. Pencapaian
tertinggi di sebelah kiri dan terendah di sebelah kanan,
sedangkan pencapaian untuk puskesmas dimasukkan ke dalam
kolom terakhir (lihat contoh grafik).
5 Nama desa/kelurahan bersangkutan dituliskan pada lajur
desa/kelurahan (sumbu X), sesuai dengan cakupan kumulatif
masing-masing desa/kelurahan yang dituliskan pada butir b
diatas.
6 Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan
lalu (Mei) untuk tiap desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur
masing-masing.
7 Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren.
8 Lakukan analisis masing-masing desa dengan membandingkan
dengan cakupan terhadap target dan cakupan terhadap bulan
lalu
9 Tentukan status desa
10 Rencanakan intervensi dan tindak lanjut

0 = tidak dilakukan
1. = dilakukan dengan perbaikan
2. = dilakukan dengan sempurna

Nilai = skor total X 100


20

Padang, 2016
48

( )

Anda mungkin juga menyukai