Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

“PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN ”

Dosen Pembimbing :
M. Ichsan S.,SKM,M.Epid,
Disusun Oleh:
(Kelompok 5)
( I DIV B)
1. Anggun Fortuna Dewi P21335118009
2. Fadhilla Khoirunnisa P21335118020
3. Muhammad Andzar Fauzan P21335118036
4. Puty Langkysaw P21335118051
5. Yeni Lestari P21335118079

KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
Blok F3 Jalan Hang Jebat III, 4 No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya, makalah epidemiologi dengan sub bahasan mengenai “Penyakit
berbasis Lingkungan ” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami menyadari masih
banyak terdapat kesalahan didalamnya. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada
bapak M Ichsan S, SKM, M.Epid. yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat, serta
memberikan ilmu dan wawasan yang baru dan mendalam dalam bidang parasitologi
khususnya mikologi

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga
yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta
saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya

Jakarta, 9 April 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

3
Penyakit Berbasis Lingkungan

A. Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan


Penyakit berbasis lingkungan adalah Kondisi patologis (kelainan fungsi atau
morfologi) suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu
disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
Penyakit berbasis lingkungan adalah Penyakit yang memiliki akar atau hubungan yang
erat dengan lingkungan dan kependudukan.

B. Jenis-jenis Penyakit Berbasis Lingkungan


1. Biologis
Penyakit berbasis lingkungan yang menular melalui agen biologis membutuhkan peran
agen makhluk hidup seperti virus, bakteri, jamur, prozoa dan cacing untuk melakukan infeksi.
Beberapa penyakit menular yang ditimbulkan oleh agen biologis,yaitu:
a) Penyakit Virus
1) Influenza
Ø Pengertian
Influenza merupakan penyakit virus yang endemik di seluruh dunia dan sering menjadi
epidemi di banyak negara. Penyebab influenza adalah virus influenza tipe A,B dan C, virus
berukuran 200 nm yang mempunyai selubung virion. Virus influenza termasuk famili
Orthomyxoviridae.
Ø Penularan
Penyakit influenza ditularkan oleh virus influenza melalui udara, menyerang saluran
pernapasan, akibatnya penderita mengalami kesulitan bernapas.
Ø Gejala klinis influenza
Sesudah masa inkubasi 1-2 hari, gejala umum dan keluhan yang tidak khas terjadi berupa
malaise umum, sistem kataral sistemik, demam menggigil, kadang-kadang muntah dan diare,
sakit kepala, mialga dan sakit tenggorok. Daya tahan tubuh penderita dan adanya infeksi
sekunder mempengaruhi beratnya influenza. Komplikasi influenza berupa infeksi sekunder
bakteril dengan kuman Staphyllococcus aureus, Haemophyllus influenzae dan pneumokokus
dapat menimbulkan otitis, sinusitis, mastoiditis, bronkiolitis, bronkopneumoni, miokarditis dan
perikarditis.
Ø Pencegahan
Salah satu pencegahan adalah dengan menggunakan vaksin influenza yang mengandung
virus A dan B dan disebutkan dapat mengurangi terjadinya infeksi yang disebabkan oleh virus
H5N1 atau flu burung dan juga pencegahan flu pada usia 5 – 50 tahun. Golongan yang
memerlukan vaksini ini antara lain : usia > 65 th, memiliki penyakit kronis lainnya (paru-paru,
jantung, darah dan ginjal, DM), memiliki gangguan sistem pertahanan tubuh, dan petugas
kesehatan. Dianjurkan untuk memberikan vaksin sebelum musim dingin atau musim hujan.
Selain itu perubahan perilaku masyarakat dengan gaya hidup yang sehat dapat mengurangi
terjadinya penyakit influenza ini.

2) Varicella atau Cacar Air


Ø Pengertian
Cacar air atau Varicella simplex adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi virus Varicella zoster. Penyakit ini disebarkan secara aerogen.
Ø Penularan

4
Penyakit varicella atau cacar air ditularkan oleh virus Varicella zoster melalui udara,
menyerang lapisan kulit, akibatnya penderita mengalami gatal – gatal dan nyeri kulit seperti
bisul.

Ø Gejala Klinis
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah,
lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa
didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan
pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau
punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis.
Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika
lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya
akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini
lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas
lagi.
Ø Pencegahan
Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi ini
dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan.Penyakit ini erat
kaitannya dengan kekebalan tubuh.

3) Variola
Ø Pengertian
Cacar adalah penyakit virus sistemik dengan gejala khas adanya erupsi kulit. Kebanyakan
cacar dikelirukan dengan cacar air dimana lesi dikulit pada cacar air umumnya muncul dalam
bentuk successive crops (berhubungan satu sama lain) dengan tingkat yang berbeda disaat yang
sama.
Ø Penularan
Penyakit cacar ditularkan oleh Variola virus , spesies Orthopoxvirus melalui udara.
Penularan umumnya terjadi pada saat muncul wabah dimana 50% dari mereka yang tidak
divaksinasi akan tertulari. Penyakit ini menyerang bagian kulit tubuh, hampir sama dengan
cacar air. Namun penyakit cacar tidak mengelurakan cairan.
Ø Gejala Klinis
Penyakit muncul mendadak dengan gejala demam, tidak nafsu makan, sakit kepala,
badan lemah, sakit pinggang berat, kadang-kadang sakit perut dan muntah; gambaran klinis
menyerupai influenza.
Cacar dapat dikenal dengan jelas pada awal sakit, ditandai dengan munculnya lesi kulit
kurang lebih secara simultan pada saat suhu tubuh meningkat, bentuk lesi yang mirip satu sama
lain pada daerah yang sama
Ø Pencegahan
Pencegahan pada penyakit cacar yakni dengan mandi dua kali sehari, cuci tangan stelah
beraktivitas, serta menjaga kebersihan lingkungan.
b) Penyakit Bakteri
1) TBC Paru
Ø Pengertian
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Sumber penularan
adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman
ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat

5
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh
lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.

Ø Penularan
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-
anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC.
Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-
paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular).
Ø Gejala Klinis
Gejala penyakit TBC yakni batuk dalam jangka waktu yang lama, demam tinggi serta
sering keringat dingin.
Ø Pencegahan
a) Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan hunian,
dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
b) Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspect gambas,
sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak, suspect,
perawatan.
c) Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktif
dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
d) BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya dan
keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat
pencegahan.
e) Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan pasteurisasi
air susu sapi.
f) Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karean menghirup udara yang tercemar debu
para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
g) Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.
h) Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti para
emigrant, orang-orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit, petugas/guru
disekolah, petugas foto rontgen.
i) Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil pemeriksaan tuberculin test.

2) Difteri
Ø Pengertian
Difteri/ Diphteria adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Corynebacterium
diphteriae, yang umumnya menyerang membran mukosa yang melapisi hidung dan
tenggorokan serta tonsil. Akibatnya tenggorokan menjadi terinflamasi dan inflamasi ini dapat
menyebar ke kotak suara ( larynx) sehingga mempersempit saluran pernafasan.
Ø Penularan
Penularan penyakit difteri terjadi melalui tetes udara yang dikeluarkan oleh penderita
ketika batuk atau bersin. Penularan juga dapat terjadi melalui tissue/ sapu tangan atau gelas
bekas minum penderita atau menyentuh luka penderita.

6
Anak-anak usia kurang dari 5 tahun dan orang tua usia diatas 60 tahun sangat beresiko
tertular penyakit difteri, demikian pula mereka yang tinggal di lingkungan padat penduduk atau
lingkungan yang kurang bersih dan juga mereka yang kurang gizi dan tidak diimunisasi DTP.
Ø Gejala Klinis
a) Ada membran tebal warna abu-abu yang melapisi tenggorokan dan tonsil ( ciri khas )
b) Sakit tenggorokan dan suara serak
c) Sakit ketika menelan
d) Kelenjar getah bening di leher membengkak
e) Kesulitan bernafas dan nafas cepat
f) Keluar cairan dari hidung
g) Demam dan menggigil
h) Malaise
Tanda dan gejala umumnya muncul 2-5 hari setelah terinfeksi, namun mungkin juga baru
muncul 10 hari kemudian.
Ø Pencegahan
Pencegahan penyakit difteri adalah dengan memberikan imunisasi DTP saat anak
berumur 2, 4, 6, 18 bulan dan 5 tahun. Sedangkan pada usia 10 tahun dan 18 tahun diberikan
imunisasi TD ( Toxoid Difteri ) saja. Bila pada suntikan DTP pertama terjadi reaksi yang berat
maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan DTP lagi melainkan DT saja (tanpa P).
(Prof. DR.A.H. Markum, 2000).

3) Meningitis
Ø Pengertian
Penyakit meningitis adalah infeksi pada lapisan otak dan urat saraf tulang belakang.
Meningitis merupakan infeksi yang dapat mengancam nyawa. Bila tidak ditangani dapat
terjadi pembengkakan otak, kecacatan tetap, koma bahkan kematian.
Ø Penularan
Penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang
serius. Salah satu contoh bakterinya yaitu Meningococcal bacteria.Penyakit ini menular
melalui kontak dengan udara bebas.
Ø Gejala
Gejala awal penyakit meningitis yaitu demam, sakit kepala, kaku kuduk, sakit
tenggorokan, dan muntah. Selain itu juga pada orang dewasa menjadi lebih mudah tersinggung,
linglung, dan sangat mengantuk, hingga terjadi penurunan kesadaran koma bahkan meninggal.
Ø Pencegahan
Menjaga hygiene merupakan cara yang paling baik untuk menghindari transmisi
penyakit. Antibiotik diberikan untuk mencegah meningitis pada orang yang kontak dekat
dengan orang yang menderita meningitis.

c) Penyakit Jamur
1) Askariasis
Ø Penyebab
Askariasis disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides yang oleh masyarakat umum
dikenal sebagai cacing gelang.
Ø Penularan
Penularan askariasis dapat terjadi melalui beberapa jalan, yaitu telur infektif masuk mulut
bersama makanan dan minuman yang tercemar, melalui tangan yang kotor, atau telur infektif
terhirup melalui udara bersama debu.

7
Ø Gejala klinis
Pada manusia cacing dewasa dapat menimbulkan berbagai akibat mekanik, yaitu
obstruksi usus, intususepsi, dan perforasi ulkus yang ada di usus.
Ø Diagnosis
Diagnosis pasti askariasis ditegakkan jika melalui pemeriksaan makroskopis terhadap
tinja atau muntahan penderita ditemukan cacing dewasa.
Ø Pencegahan
1. Membuat kakus yang baik untuk menghundari pencemaran tanah dengan tinja penderita.
2. Mencegah masuknya telur cacing yang mencemari makanan atau minuman dengan selalu
memasak makanan dan minuman sebelum dumakan atau diminum
3. Menjaga kebersihan perorangan

d) Penyakit Protozoa
1) Toksoplasmosis
Ø Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii menyebabkan penyakit toksoplasmosis
pada manusia dan hewan. Parasit ini dapat menimbulkan radang pada kulit, kelenjar getah
bening, jantung, paru, mata, otak dan selaput otak.
Ø Penularan
Penularan pada manusia dapat terjadi melalui dapatan (acquired) atau secara kongenital
dari ibu ke bayi yang dikandungnya.Secara dapatan, penularan dapat terjadi melalui makanan
mentah atau kurang masak yang mengandung psedokista (dalam daging, susu sapi atau telur
unggas), penularan melalui udara atau droplet infection (berasal dari penderita pneumonitis
toksoplasmosis) dan melalui kulit yang kontak dengan jaringan yang infektif atau ekskreta
hewan misalnya kucing, anjing, babi atau roden yang sakit.
Ø Gejala klinis
Pada orang dewasa, gejala klinik tidak jelas dan tidak ada keluhan penderita. Gejala yang
jelas terjadi pada penderita yang menderita toksoplasmosis kongenital karena luasnya
kerusakan organ dan sistem saraf penderita (bayi dan anak).
Ø Diagnosis
Diagnosis pasti ditetapkan sesudah dilakukan pemeriksaan mikroskopik histologis secara
langsung atau hasil biopsi atau pungsi atau otopsi atas jaringan penderita, dan pemeriksaan
jaringan berasal dari hewan coba yang diinokulasi dengan bahan infektif.
Ø Pencegahan
1. Selalu memasak makanan dan minuman
2. Menghindari kontak langsung dengan daging atau jaringan hewan yang sedang diproses
3. Menjaga kebersihan lingkungan
4. Hewan-hewan penderita toksoplasmosis juga harus segera diobati atau dimusnahkan

2. Kimia
Bahan kimia merupakan komponen penting dalam tubuh manusia. Namun tidak semua
zat kimia dibutuhkan oleh tubuh manusia. Menurut Theophrastus philippus Auroleus
Bombastus von Hoheinheim (1493-1541) mengatakan bahwa semua zat adalah racun, tidak
ada satupun yang bukan racun. Dosis yang tepat itulah yang membedakan mana racun dan
mana obat (krieger, 2001 dalam Abdurahman, 2010). Sebagai contoh Fe, atau zat besi

8
dibtuhkan oleh manusia tetapi apabia berlebihan akan menimbulkan racun dan menimbulkan
efek buruk bagi kesehatan manusia.

Zat toksik adalah mempunyai sifat toksik. Bahan beracun dapat dikelompokan ke dalam
organik dan anorganik
Zat toksik organik :
1. Berasal dari jasad hidup organisme
2. Mengandung karbon, seringkali bermolekul besar yang dapat disintesis atau diisoliasi
oleh alam.

Zat toksik anorganik :

1. Zat kimia spesifik


2. Umumnya bermolekul kecil
3. Zat toksik menurut sasaran
Penyakit yang disebabkan karena faktor kimia adalah :
1) Asbestosis
Ø Pengertian
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat menghirup serat-
serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas. Asbestos terdiri dari
serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes
mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut. Menghirup asbes jugs dapat
menyebabkan penebalan pleura atau selaput yang melapisi paru-paru (www.dokter-
online.co.nr, 2006).
Ø Penyebab
Penyebab asbestosis adalah serat asbes, dimana serat asbes sukar untuk dihancurkan,
bahkan oleh makrofag. Ketika makrofag mencoba untuk mencernakan serat asbes, sering
mengalami kegagalan sebab seratnya terlalu kuat dan ikatan rantainya sangat kuat untuk
diuraikan. Pada proses ini, makrofag menghasilkan unsur yang diharapkan dapat
menghancurkan benda asing, tetapi hal itu dapat juga merugikan alveoli. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya inflamasi pada alveoli dan secepatnya dapat meninggalkan parut.
Ø Penyebaran
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak
napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak
membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya
debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya
perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai
mengakibatkan asbestosis ini.
Ø Pencegahan
1. Health Promotion
a. Pendidikan kesehatan kepada pekerja
b. Peningkatan dan perbaikan gizi pekerja
c. Perkembangan kejiwaan pekerja yang sehat

9
d. Penyediaan tempat dan lingkungan kerja yang sehat
e. Pemeriksaan sebelum bekerja (Effendy, 1997)
2. Specific Protection
a. Penggunaan masker bagi pekerja yang beresiko tinggi dapat mengurangi pemaparan.
b. Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes di lingkungan kerja.
c. Pengendalian penggunaan asbes di tempat kerja ini adalah metoda yang paling efektif untuk
mencegah asbestosis.
d. Ventilasi udara yang cukup di ruang kerja
e. Untuk mengurangi resiko terjadinya kanker paru-paru, kepada para pekerja yang
berhubungan dengan asbes, dianjurkan untuk berhenti merokok.
f. Guna menghindari sumber penyakit yang akan tersebar pada pihak keluarga, disarankan setiap
pekerja untuk mencuci pakaian kerjanya di pabrik, dan menggantinya dengan pakaian bersih
untuk kembali ke rumah. Sehingga semua pakaian kerja tidak ada yang dibawa pulang, dan
pekerja membersihkan diri atau mandi sebelum kembali ke rumah masing-masing (Aditama
TY, 1992).
3. Early Diagnostic
a. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:
b. Terdengar suara ronki keying
c. Diikuti dengan keluhan takipnue, dan sianosis
d. Dapat terlihat adanya jari tabuh.
e. Pergerakan dada menjadi berkurang
f. pada stadium lanjut dapat ditemukan kor pulmonal dan mungkin gagal jantung (Aditama TY,
1992).

3. Fisika
a) Kebisingan
1) Sensorineural hearing loss
Ø Pengertian
Gangguan pendengaran sensorineural (HPS) adalah jenis gangguan pendengaran di
mana akar penyebab terletak pada saraf vestibulocochlear ( saraf kranial VIII), bagian dalam
telinga , atau pusat-pusat pengolahan sentral dari otak . Gangguan pendengaran sensorineural
dapat ringan, sedang, atau berat, termasuk tuli total.
Ø Penyebab
Sebagian besar gangguan pendengaran sensorineural manusia disebabkan oleh kelainan
pada sel-sel rambut dari organ Corti di koklea. Gangguan telinga ini juga bisa disebabkan
akibat kebisingan di atas ambang batas yang terus menerus.
Ø Pencegahan
1. Pengendalian secara teknis: Meredam sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet
untuk mengurangi getaran peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya
2. Pengendalian secara administrative: Pengendalian ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang
terpapar oleh kebisingan dengan intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah,
cara mengurangi paparan bising dan melindungi pendengaran.
3. Pemakaian alat pelindung telinga: Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan peralatan
yang tepat untuk tingkat kebisingan tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan.

b) Suhu
1) Hipotermia
Ø Pengertian

10
Hipotermia adalah kondisi darurat medis yang terjadi ketika tubuh kehilangan panas
lebih cepat dari pada saat tubuh menghasilkan panas sehingga suhu tubuh pun menjadi
sangat rendah. Penderita hipotermia suhu tubuhnya di bawah 36 derajat Celcius padahal suhu
tubuh manusia normal adalah 37 derajat Celcius.

Ø Penyebab
Penyebab Hipotermia yakni pasti ada kontak dengan lingkungan dingin, ada gangguan
penyakit yang tengah diderita, penggunaan obat - obatan ataupun alkohol serta radang
pankreas.

Ø Pencegahan:
1.Pindahkan ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering yang
hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan angin, seperti
alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut. Panas tubuh dari orang lain juga
bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas pakaian, dan berbagi pakai selimut dengan si
korban. Jika penderita sadar, berikan minuman hangat jangan memberikan minuman alkohol.
Segeralah cari bantuan medis.
2.Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan ( pendakian gunung khususnya ) pada musim hujan
atau di daerah dengan curah hujan tinggi, harus membawa jas hujan, pakaian hangat ( jaket
tahan air dan tahan angin ) dan pakaian ganti yang berlebih dua tiga stel, serta kaus tangan,
kaus kaki dan topi ninja juga sangat penting. Perlengkapan yang tidak kalah pentingnya adalah
sepatu pendakian yang baik dan dapat menutupi sampai mata kaki, jangan pakai sendal gunung
atau bahkan jangan pakai sendal jepit.
3.Bawa makanan yang cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa, coklat dll. Dalam
perjalanan banyak “ngemil” untuk mengganti energi yang hilang.
4. Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan pakaian hangat, seperti
jaket dan kaus tangan. Kehilangan panas tubuh tidak terasa oleh kita, dan tahu- tahu saja kita
jatuh sakit.

C. FAKTOR MUNCULNYA PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

Para ahli kesehatan masyarakat pada umumnyasepakat bahwa kualitas kesehatan


lingkungan adalah salah satu dari empat faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia
menurutH.L Blum yang merupakan faktor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
pencapaian derajat kesehatan. Memang tidak selalu lingkungan menjadi faktor penyebab,
melainkan juga sebagai penunjang, media transmisi maupun memperberat penyakit yang telah
ada.

11
Faktor yang menunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan antara lain :

o Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya


akan sumber daya air dimana ketersediaan air mencapai
15.500 meter kubik per kapita per tahun, jauh di atas
ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000
meter kubik per tahun.Namun demikian, Indonesia
masih saja mengalami persoalan air bersih. Sekitar 119
juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih, sebagian besar yang memiliki
akses mendapatkan air bersih dari penyalur air, usaha air secara komunitas serta sumur air
dalam. Dari data Bappenas disebutkan bahwa pada tahun 2009 proporsi penduduk dengan
akses air minum yang aman adalah 47,63%. Sumber air minum yang disebut layak meliputi air
ledeng, kran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung , mata air terlindung dan air
hujan. Dampak kesehatan dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan
sanitasi diantaranya nampak pada anak-anak sebagai kelompok usia rentan. WHO
memperkirakan pada tahun 2005, sebanyak 1,6 juta balita (rata-rata 4500 setiap tahun)
meninggal akibat air yang tidak aman dan kurangnya higienitas

 Akses sanitasi dasar yang layak

Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakan salah satu isu
penting dalam menentukan kualitas sanitasi. Namun pada kenyataannya dari data Susenas
2009, menunjukkan hampir 49% rakyat Indonesia belum memiliki akses jamban. Ini berarti
ada lebih dari 100 juta rakyat Indonesia yang BAB sembarangan dan menggunakan jamban
yang tak berkualitas. Angka ini jelas menjadi faktor besar yang mengakibatkan masih tingginya
kejadian diare utamanya pada bayi dan balita di Indonesia.

o Penanganan sampah dan limbah

12
Tahun 2010 diperkirakan sampah di Indonesia mencapai 200.000 ton per hari yang
berarti 73 juta ton per tahun. Pengelolaan sampah yang belum tertata akan menimbulkan
banyak gangguan baik dari segi estetika berupa onggokan dan serakan sampah, pencemaran
lingkungan udara, tanah dan air, potensi pelepasan gas metan (CH4) yang memberikan
kontribusi terhadap pemanasan global, pendangkalan sungai yang berujung pada terjadinya
banjir serta gangguan kesehatan seperti diare, kolera, tifus penyakit kulit, kecacingan, atau
keracunan akibat mengkonsumsi makanan (daging/ikan/tumbuhan) yang tercemar zat beracun
dari sampah.

 Vektor penyakit
Vektor adalah salah satu mata rantai dari rantai penularan penyakit,
yaitu arthropoda atau invertebrata lain yang memindahkan infectious
agents baik secara mekanis maupun secara biologis kepada pejamu (host)

Vektor penyakit semakin sulit diberantas, hal ini dikarenakan vektor


penyakit telah beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan,
sehingga kemampuan bertahan hidup mereka pun semakin tinggi. Hal ini
didukung faktor lain yang membuat perkembangbiakan vektor semakin
pesat antara lain : perubahan lingkungan fisik seperti pertambangan,
industri dan pembangunan perumahan; sistem penyediaan air bersih
dengan perpipaan yang belum menjangkau seluruh penduduk sehingga
masih diperlukan container untuk penyediaan air; sistem drainase
permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat; sistem
pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat, penggunaan pestisida
yang tidak bijaksana dalam pengendalian vektor; pemanasan global yang
meningkatkan kelembaban udara lebih dari 60% dan merupakan keadaan
dan tempat hidup yang ideal untuk perkembang-biakan vektor penyakit.
o Perilaku masyarakat

13
Perilaku Hidup Bersih san Sehat belum banyak diterapkan masyarakat, menurut studi
Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci
tangan adalah

(1) setelah buang air besar 12%

(2) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%

(3) sebelum makan 14%

(4) sebelum memberi makan bayi 7%

(5) sebelum menyiapkan makanan 6 %.

Studi BHS lainnya terhadapperilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan
99,20 % merebus air untuk mendapatkan air minum, namun 47,50 % dari air tersebut masih
mengandung Eschericia coli.Menurut studi Indonesia Sanitation Sector Development Program
(ISSDP) tahun 2006 terdapat 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai,
sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.

D. Teori Simpul
Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu diketahui
perjalanan penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita dapat melakukan
intervensi secara cepat dan tepat.

 Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan


menjadi 4 (empat) simpul, yakni :

14
Simpul 1 : Sumber Penyakit
 Sumber Penyakit adalah titik mengeluarkan atau meng-emisikan agent penyakit.
Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan
penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui media perantara (yang juga
komponen lingkungan).
 Umumnya melalui produk bahan beracun yang dihasilkannya ketika berada dalam
tubuh, atau secara langsung dapat mencederai sebagian atau seluruh bagian tubuh
manusia, sehingga menimbulkan gangguan fungsi maupun morfologi (bentuk organ
tubuh).
Agent penyakit di bagi menjadi 3 kelompok besar :
a. Mikroorganisme, seperti virus, amoeba, jamur, bakteri, parasit dan lain-lain.
b. Kelompok Fisik, misalnya kekuatan radiasai,energi kebisingan, kekuatan cahaya.
c. Kelompok bahan kimia toksik, misalnya pestisida, merkuri, cadmium, CO, H2S
Penyakit di bagi menjadi 2 :
a. Penyakit Menular, adalah penyakit yang umumnya disebabkan oleh mikroba yang
dapat dipindahkan secara langsung maupun melalui perantara bintang.
b. Penyakit tidak menular disebabkan oleh berbagai bahan atau komponen lingkungan
berupa bahan kimia maupun zat dengan kekuatan fisik.
Sumber penyakit dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yakni :
a. Sumber penyakit alamiah, misalnya gunung berapi yang mengeluarkan gas-gas dan
debu beracun, proses pembusukan yang terjadi karena proses alamiah.
b. Hasil kegiatan manusia, seperti industri, rumah tangga, knalpot kendaraan bermotor,
atau penderita penyakit menular.
Sumber penyakit menular bisa berasal dari :
- Penderita penyakit menular. Contohnya penderita penyakit desentri
- Binatang yang merupakan reservoir, binatang hidup tempat berkembang biaknya bibit
penyakit. Contohnya penyakit Japanese Encephalitis dengan reservoir babi
Penyakit yang tidak disebabkan oleh mikroba,sebagai penyakit tidak menular. Misalnya
keracunan pestisida. Namun kadangkala batasan antara penyakit menular dan penyakit tidak
menular amat kabur. Misalnya penyakit penebalan pembuluh darah jantung atau arteri
sklerotik.

Simpul 3 : Perilaku Pemajanan ( Behavioural Exposure ) / Penduduk


 Agent penyakit, dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan, masuk
kedalam tubuh melalui proses yang kita kenal sebagai proses Hubungan interaktif.

15
 Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk berikut
perilakunya, dapat diukur dalam konsep yang disebut sebagai perilaku pemajanan
atau behavioural exposure.
 Perilaku Pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen
lingkunganyang mengandung potensi bahaya penyakit (agen penyakit). Misalnya
jumlah pestisida yang mengenai kulit seorang petani ketika sedang menyemprot
tanaman di sawah.
 Masing-masing agent penyakit yang masuk kedalam tubuh dengan cara-cara yang
khas ada tiga jalan atau route of entry yakni :
1. Sistem Pernapasan.
2. Sistem Pencernaan.
3. Masuk melalui permukaan kulit.
 Pengukuran besaran Agent penyakit dapat diukur dengan cara tidak langsung yang
disebut sebagai biomarker atau tanda biologi. Misalnya kandungan merkuri dalam
darah atau urine. Dapat pula melalui pocket dosimeter untuk para radiologis dan
stafnya yang bekerja dirumah sakit
 Simpul 4 : Kejadian Penyakit
Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk dengan
lingkungan yang memilikki potensi bahaya gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan sakit
kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan dibandingkan rata-rata penduduk
lainnya.bisa kelainan bentuk atau kelainan fungsi, sebagai hasil interaksi Dengan lingkungan
baik lingkungan fisik maupun sosial.
 Simpul 5 : Variabel Suprasistem
Kejadian penyakit itu sendiri masih dipengaruhi oleh kelompok variabel simpul 5, yak
a. Iklim
variabel yang membentuk cuaca dan iklim adalah suhu, kelembaban, angin serta
kondisi spasia. Misalnya pegunungan, pantai, daerah tropis.
b. Topografi
c. Temporal. Pola penyakit pada sebuah komunitas dan sekaligus masalah kesehatan,
berubah dari waktu kewaktu, dari musim ke musim serta berbeda satu tempat ke tempat yang
lain. Perubahan ini sejalan dengan perubahan berbagai faktor resiko kesehatan seperti
kependudukan, sosial ekonomi dan geografi atau ekosistem. Pemberantasan penyakit menular
disamping memiliki universalitas global, mengandung makna pendekatan manajemen
berdasar kondisi spesifik lokal temporal pula.
d. Suprasystem lainnya. Yakni keputusan politik berupa kebijakan mikro yang bisa
mempengaruhi semua simpul. Kebijakan makro yang merupakan keputusan pengambil
kebijakan yang dapat atau memang ditujukan untuk mempengaruhi kondisi lingkungan
strategis lainnya juga harus diperhitungkan. Kebijakan makro yang sifatnya dapat

16
mempengaruhi simpul 1 hingga 4 sekaligus, misalnya kebijakan pembangunan berwawasan
kesehatan yang dapat mempengaruhi simpul 1 hingga 4. paradigma atau model kesehatan
lingkungan juga dapat dipengaruhi oleh topografi, suhu lingkungan, kelembaban dan lain
sebagainya

E. UPAYA MEMINIMALISIR PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN


Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penyakit
berbasis lingkungan, diantaranya :
(1) Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui Surveilans
kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, dan
Pembinaan kelompok pemakai air.
(2) Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan pemantauan jamban
keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan
sampah (TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU) meliputi hotel dan tempat
penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah,
sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.
(3) Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana
pendidikan, dan perkantoran.
(4) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang bertujuan untuk melakukan
pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan
minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini
serta penyakit bawaan makanan.
(5) Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah bersama kader
juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas, melakukan
pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk
dan tumbuhnya jentik.

F. UPAYA PENANGGULANGAN WABAH


Upaya penanggulangan wabah meliputi:
1. penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan untuk mengenal sifat-sifat
penyebabnya serta faktor yang dapat menimbulkan wabah,

17
2. pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan
karantina,
3. pencegahan dan pengebalan yaitu tindakan yang dilakukan untuk memberikan
perlindungan kepada mereka yang belum sakit tetapi mempunyai risiko terkena
penyakit,
4. pemusnahan penyebab penyakit, yaitu bibit penyakit yang dapat berupa bakteri, virus
dan lain-lain,
5. penanganan jenazah akibat wabah,
6. penyuluhan kepada masyarakat

Manajemen penyakit Berbasis Lingkungan

A. Pengertian
Manajemen adalah proses operasional untuk mencapai tujuan organisasi dengan
terlebih dahulu melakukan analisis informasi, fakta dan evidences
Manajemen kejadian penyakit merupakan fungsi organisasi pemerintah namun
idealnya dilakukan oleh semua komponen sistem yang terkait, tidak Pemerintah
Daerah melalui Dinas Kesehatannya

B. Manajemen penyakit pada teori Simpul

18
Manajemen Simpul 1:
 Sumber Penyakit .
 Pengendalian atau manajemen penyakit secara terpadu berbasis wilayah dimulai dari
pengendalian sumber penyakit.
 Pengendalian pada sumber penyakit merupakan upaya preventif promotif. Sumber
penyakit menular dan penyakit tidak menular pada dasarnya dapat dibedakan.
 Sumber penyakit yaitu penderita penyakit menular itu sendiri, manajemen kasus
penyakit menular merupakan upaya promotif sekaligus preventf, karena mencegah agar
tidak timbul penularan lebih lanjut dalam masyarakat.
Sumber penyakit tidak menular yaitu sumber agents penyakit berupa bahan toksik fisik
seperti radiasi dan kebisingan contoh cerobong asap, titik buangan limbah rumah
tangga, asap rokok dan lain lain. Untuk menghilangkan potensi bahaya dari sumber
tersebut beberapa teknik ditempuh

Manajemen Simpul 2
 Pengendalian Media penularan.
 Apabila kita gagal melakukan manajemen pada sumber tersebut, ada pula peluang
untuk mengendalikan agents penyakit melalui transmisi
a. Pengendalian Vektor . Salah satu cara mengendalikan penyakit yang ditularkan vektor
penyakit seperti nyamuk malaria dan demam berdarah.

19
b. Penyehatan makanan. Merupakan upaya pencegahan penularan penyakit melalui
makanan. Misalnya sanitasi makanan, pengolahan yang memenuhi standar kesehatan,
penggunaan bahan-bahan yang tidak berpotensi bahaya penyakit.
c. Penyehatan Air. Identik dengan penyediaan air bersih bagi penduduk.
d. Pembersihan udara dalam ruangan. Dengan cara penyediaan filter di ruangan yang
berasap rokok.
e. Pada manusia pembawa penyakit. Misalnya pengobatan dan pemberian alat pelindung
Manajemen Simpul 3
 Pengendalian Proses Pajanan pada komunitas.
 Ada sederet upaya untuk mencegah agar komunitas tertentu tidak melakukan kontak
dengan komponen yang memiliki potensi yang membahayakan kesehatan. Upaya yang
dikenal adalah :
a. Upaya perbaikan perilaku hidup sehat.
b. Penggunaan alat lindung diri, misalnya masker, kacamata pelindung ultraviolet dll
c. Imunisasi, misalnya memberikan kekebalan terhadap penyakit campak, tetanus, polio
d. Kekebalan alamiah ketika terjadi wabah demam berdarah dengue
Untuk memutus kontak harus hati-hati karena tiap wilayah memiliki model transmisi
atau penularan yang berbeda beda, diperlukan upaya evidence untuk mengetahui
dimana dan kapan terjadi penularan antara satu dengan yang lainnya.
Manajemen simpul 4
 Pengobatan Penderita Sakit.
 Pengobatan terhadap penderita sakit tersebut dikenal sebagai manajemen kasus atau
penderita penyakit.
 Agents penyakit yang masuk ke tubuh seseorang akan mengalami proses yang amat
kompleks di dalam tubuh manusia tersebut. Dan tubuh manusia awalnya melakukan
pertahanan diri.
 Sakit merupakan keadaan patologis pada individu maupun sekelompok orang berupa
kelainan fungsi maupun morfologi untuk memastikan kondisi seseorang dinyatakan
sakit bisa melalui pemeriksaan secara sederhana hingga pemeriksaan dengan alat
teknologi tinggi.
 Kondisi gangguan penyakit pada komunitas tertentu pada dasarnya merupakan
kegagalan pengendalian faktor 1, 2, 3 saat itulah memerlukan manajemen kasus
penderita dengan baik dan tuntas terutama kasus penyakit menular.

20
Manajemen simpul 5
 Manajemen kelompok variabel berperan lainnya
 Simpul 5 adalah sekumpulan berbagai ‘intervening variabels’ yang dapat
mempengaruhi proses hubungan interaksi antara simpul 2 dengan simpul 3 (penduduk).
Simpul 5 terdiri dari 2 kategori, kategori pertama adalah variabel yang sulit
dikendalikan seperti topografi,iklim, suhu lingkungan dan kelembaban. Kategori kedua
adalah berbagai institusi yang dapat mempengaruhi hubungan interaktif anatara simpul
2 dengan simpul 3, seperti pendidikan, penyuluhan ataupun pemberian alat pelindung.

21
Daftar Pustaka
http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/index.php?option=com_content&view=article&id=4
03:jenis-jenis-agent-penyakit-berbasis-lingkungan&catid=39:kesehatan&Itemid=15

http://biostatistik.fkm.ui.ac.id/node/83

http://ciptakarya.pu.go.id/sanimas/berita-142-klinik-sanitasi-integrasi-menangani-penyakit-
berbasis-lingkungan.html

https://id.scribd.com

https://www.academia.edu/38023631/Penyakit_Berbasis_Lingkungan

http://dinus.ac.id

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/35809900/teori_simpul

22

Anda mungkin juga menyukai