Lomba Esay Lutfi
Lomba Esay Lutfi
Lomba Esay Lutfi
Diusulkan Oleh
Jusmawandi
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
RBT (Rumah Baca Tambasa’) Sebagai Penggerak Motivasi dan Prestasi Belajar
Anak di Pinggiran Kota Makassar
Oleh : Jusmawandi, Universitas Hasanuddin
“Manna pilajaraki tenaja ninrasa rengking karena jai ana’ dosen teman kelasku.3”
(Meskipun belajar tidak akan dapat rengking karena teman kelasku banyak anak dosen)
Begitulah kata-kata pesimis yang terucap dari salah satu anak di Tambasa’. Mereka
setiap harinya harus berbaur dengan anak-anak dosen. Sekolah mereka (SD Inpres kampus
Unhas dan SD Inpres Kampus Unhas 1) menjadi tempat di mana mereka merasa berbeda
dari yang lain. Secara umum anak-anak dosen memang bimbingan belajar setelah pulang
1
Lebih tepatnya mayoritas tukang bentor adalah warga kampung Tambasa’.
2
UU RI No. 20, pasal 34 ayat 1, berbunyi “Setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti
program wajib belajar”.
3
Hasil wawancara dengan Bunga, siswi kelas IV SD Inpres Kampus Unhas
dari sekolah, sedangkan anak-anak Tambasa’ pergi mencari pekerjaan yang dapat
menghasilkan uang. Waktu mereka lebih banyak dihabiskan pada saat seperti itu sehingga
tak banyak yang mampu melanjutkan pendidikannya hingga ke perguruan tinggi. Bahkan
beberapa anak yang usianya delapan tahun belum duduk di bangku sekolah dasar.
Setiap kali penulis mengajar di sana4, penulis selalu mengamati adanya sifat acuh
dari masyarakat sendiri terhadap pendidikannya. Orang tua yang tidak berpendidikan
formal tidak memaksakan anaknya untuk masuk sekolah, sehingga imbasnya menyentuh
pada tataran pembiasaan anak untuk menuruti kemauan orang tuanya. Akhirnya inilah yang
menjadi landasan mengapa Desa Produktif (Salah satu komunitas di Makassar) memilih
kampung Tambasa’ sebagai daerah binaan.
Berangkat dari latar belakang itu, Desa Produktif (Despro) menjadi penggerak
(agent of change) di Tambasa’. Gerakan yang pertama kali dilakukan adalah dengan
memfungsikan rumah baca. Buku-buku dalam rumah baca yang telah bertahun-tahun lapuk
dilahap rayap juga sudah tidak layak untuk dibaca, sehingga keadaan awal masih sangat
jauh dari kesan bagus. Berbagai usaha telah dilakukan untuk pengadaan buku baru di rumah
baca seperti penyebaran brosur ke rumah dosen dan mahasiswa dari berbagai kampus di
Tamalanrea. Kerja sama pun terjalin dengan salah satu tokoh masyarakat di perumahan
dosen yaitu dengan Prof. Dr. Tadjuddin Maknun, S.U. (Wakil Dekan II FS Unhas). Beliau
sangat mengapresiasi niat baik dari komunitas Despro, sehingga berbagai donasi yang
diberikan mulai dari Buku, Lemari, Kulkas bahkan biaya renovasi rumah baca.
4
Penulis sebagai volunteer yang mengajar di setiap minggunya di rumah baca Tambasa’
Memperbaiki kebiasaan dari anak-anak memang bukan hal yang mudah, berbagai
model pendekatan harus dilakukan untuk menarik anak-anak agar datang ke rumah baca.
Berbagai metode pun telah dilakukan untuk membuat mereka berminat bergabung bersama
volunteer. Kegiatan yang sering dilakukan untuk menarik minat mereka antara lain lomba
permainan tradisional, lomba mewarnai, makan kerupuk dan permainan sederhana lainnya.
Hal ini dilakukan agar anak-anak tidak tertekan dalam belajar dan menganggap bahwa
belajar itu tidak mesti duduk dan mendengarkan di dalam ruangan. Bukan hanya
pendidikan yang sifatnya akademik, namun pendidikan karakter (saling memahami dan
menghargai antar sesama) menjadi penting sebagai pendorong semangat belajar dari anak
didik di rumah baca dan bergaul antar sesama. Selain permainan yang bersifat mengasah
karakter dan kebersamaan dengan yang lain, pelatihan kreatifitas juga menjadi item
pengajaran di rumah baca. Alhasil tidak hanya memahami pelajaran sekolahnya namun
mereka memiliki pengetahuan dalam membuat karya. Hasta karya merupakan salah satu
wadah kreatifitas bagi anak-anak yang memiliki ide kreatif. Hasta karya ini kemudian
diwujudkan dalam bentuk bangunan miniatur seperti masjid, dan rumah.
Memulai memang kadang sulit, begitulah yang tersirat dari kata-kata para
Volunteer Despro. Mereka harus menyisakan waktu selama empat jam dalam seminggu
untuk mengajak adik-adik binaan di RBT. Seiring dengan berjalannya komunitas ini, maka
semakin menunjukkan daya tarik tersendiri bagi mereka yang peduli akan pendidikan.
Bukan persoalan waktu yang dihabiskan oleh para volunteer tapi persoalan anak-anak yang
mau belajar mau atau tidak. Pada tahun pertama5 (2013) mata pelajaran yang diajarkan di
rumah baca yaitu Bahasa Inggris, Matematika, IPA, dan Agama (Mengaji). Upaya ini terus
dilakukan setiap Minggunya dan hasilnya, salah satu adik binaan meraih peringkat 3 di
kelasnya. Hal ini menjadi salah satu pendorong mengapa orang tua adik binaan mulai
mempercayai para Volunteer Despro. Adik binaanpun semakin bertambah, di tahun 2014
yang awalnya hanya 5 orang yang terdaftar aktif, kemudian menjadi 20 orang. Tentunya
para Volunteer harus menambah item mata pelajaran demi mewadahi keinginan dari para
adik-adik binaan. Hasta karyapun muncul dan menjadi item baru yang diminati para adik-
5
Awal berdirinya komunitas Despro di Kampung Tambasa’
adik binaan. mereka kemudian dilatih untuk membuat karya yang bentuknya sesuai dengan
kreatifitasnya, sehingga mereka mampu memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya
seperti: batu-batu, gabus, plastik, dan benda-benda bekas lainnya. Dari kelas baru ini
kemudian membawa tim adik-adik binaan meraih juara 3 lomba Hasta Karya dalam
Festival Anak Soleh 6 di Mall M’Tos. Meskipun Hasta karya telah menjadi kesukaan dari
adik-adik, namun mata pelajaran yang diajarkan sebelumnya juga tetap lancar beriringan.
Setelah memasuki semester ganjil pada tahun 2014 (Juli), adik-adik binaan semakin
bertambah, yang awalnya masih sedikit kini bertambah menjadi 32 orang. Item
pembelajaran pun juga ditambah, yaitu grup Qasidah6. Setelah terbentuk group tersebut,
para Volunteer juga mulai menerima bantuan alat-alat Qasidah dari Prof. Tajuddin Maknun,
S.U. dengan adanya alat ini kemudian membuat latihan adik-adik mulai gencar hingga
akhirnya tiga lagu telah dikuasai dalam waktu dua bulan latihan.
Prestasi demi prestasi diraih oleh adik binaan, hingga proses yang telah dilalui,
diharapkan berkelanjutan. Tidak hanya berbasis small change, namun mampu membawa
perubahan yang signifikan bagi masyarakat. Bukti kecil ini tidak hanya untuk memberikan
semangat dan melibatkan diri dalam program sosial di masyarakat. Namun lebih bagaimana
mengisnpirasi para kaum intelektual untuk terjun langsung di masyarakat. Sehingga
pendidikan dapat diperbaiki bersama tanpa menggantungkan pendidikan anak pada sekolah
formal.
6
Aktivitas group qasidah, mengajar, lomba-lomba dapat dilihat di despromks.blogspot.com
Referensi
Muhammad J.K.A., 2008. Spesial Educationfor Spesial Children, Jakarta:PT.Mizan
Terbuka.
Marzali Amri, 2009, Antropologi dan Pembangunan Indonesia, Jakarta:PT. Fajar
Interpratama Offset.
Sudeweo Arie, 2011, Character Building, Jakarta:Republika Penerbit.
http://despromks.blogspot.com/ (Diakses pada tanggal 04 Mei 2015)
http://www.komnasham.go.id/sites/default/files/dokumen/UU%20No%2020%20Tahun%2
02003%20tentang%20Sistem%20Pendidikan%20Nasional.pdf (Diakses pada tanggal 04
Mei 2015)
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=10312#.VT4eQo6q
qko (Diakses pada tanggal 04 Mei 2015)
Lampiran
Organisasi
1. Anggota di Divisi Kajian Unit Kegiatan Mahasiswa Keilmuan dan Penalaran Ilmiah,
Unhas
2. Ketua Ikatan Alumni SMK Negeri 6 Takalar (Ikaskensixt)
3. Sterring Committee di Komunitas Desa Produktif
Jusmawandi