Padi
I. PENDAHULUAN
A. Peranan Padi/Beras
Padi merupakan tanaman bahan makanan terpenting di dunia, terutama bagi penduduk di
negara-negara Asia. Perlu diketahui bahwa 70-80 % penduduk dari negara-negara di Asia
memanfaatkan padi/beras sebagai bahan makanan pokok. Padahal penduduk Asia sendiri
jumlahnya lebih dari separoh penduduk dunia, sehingga wajarlah apabila padi/beras mempunyai
fungsi ekonomi yang sangat penting. Hal ini terbukti bahwa apabila ada kenaikan harga beras,
kadang-kadang diikuti pula dengan kenaikan upah buruh atau barang-barang yang lain.
Disamping mempunyai fungsi ekonomi, padi/beras juga mempunyai fungsi sosial, karena sering
dipergunakan dalam upacara-upacara keagamaan, perkawinan, pembuatan bubur merah putih
dan lain-lain.
Dibanding dengan bahan makanan lain yang berasal dari sebagian rumput-rumputan maka
padi/beras juga mempunyai nilai makanan per satuan unit yang lebih tinggi. Nilai makanan per
satuan unit untuk beras adalah 86,09 %. Nilai untuk jagung, gandum dan kentang masing-masing
adalah 82,97 %, 82,54 % dan 23,24 %.
Disamping mengandung protein, di dalam beras juga mengandung mineral- mineral lain seperti
Ca, P, Fe dan vitamin A, B1, B2, thiamine, riboflavin serta niacin. Dari padi juga masih dihasilkan
hasil tambahan yaitu “katul” yang merupakan selaput kulit biji padi. Dalam katul ini mengandung
13,6% protein, 14,3% lemak dan vitamin B yang kandungannya mencapai 10-20 kali kandungan
vitamin B pada kacang hijau. Mengingat nilai gizi yang tinggi dari katul ini maka banyak
dimanfaatkan sebagai bahan dalam industri cat, karet syinthetis dan rayon. Sedang hasil
gilingannya dapat dipakai untuk bahan campuran dalam membuat sabun dan kosmetik.
Jerami padi yang merupakan batang dan daun padi juga masih dapat dimanfaatkan untuk
membuat karung, pakaian, kertas, alat-alat kerajinan dan lain-lain.
Dari lembaga makanan rakyat diberikan bahwa penduduk Indonesia perlu makanan berupa
karbohidrat sebesar 1900 kalori per jiwa per hari atau 160 kilogram kalori per jiwa per tahun. Hal
ini berarti bahwa tiap penduduk Indonesia harus menyediakan jumlah sebesar ini adalah
merupakan tantangan yang cukup berat bagi pemerintah. Salah satu faktor yang menyebabkan
ialah adanya kenaikan produksi padi yang tidak seimbang dengan kenaikan jumlah penduduk.
Oleh karena itu sebagai jalan tengah untuk mengatasi akan kekurangan kalori ini, pemerintah
mengambil suatu kebijaksanaan mengimpor beras dari luar negeri. Keadaan seperti ini adalah
merupakan suatu kerugian, karena apabila produksi beras dalam negeri sudah dapat menjamin
kebutuhan penduduk, maka akan berarti :
1. Dapat mengimport barang– barang lain yang lebih berharga.
2. Tidak akan menggantung diri kepada negara lain apabila pada suatu waktu mengalami bencana.
3. Keadaan ekonomi akan stabil dan keamanan akan lebih terjamin.
4. Petani sendiri akan lebih untung karena akan mempertinggi daya beli mereka.
I. Bagian Vegetatif
a. Akar (Radik)
Akar pertama yang tumbuh adalah akar tunggang yang keluar dari lembaga dan akan tumbuh
terus masuk kedalam tanah. Kurang lebih 5-6 hari kemudian baru tumbuh akar dari batang yang
masih pendek dalam bentuk akar-akar serabut yang terdiri dari akar-akar kecil dan bulu-bulu akar
yang berwarna putih. Akar-akar serabut ini akan berkembang secara teratur dan
perkembangannya akan menjadi lebih pesat pada saat batang mulai bertunas, yaitu pada umur
14-15 hari. Dengan semakin banyaknya akar-akar serabut ini maka akar tunggang atau akar
lembaga yang berasal dari akar kecambah tidak nampak lagi dan diganti dengan perakaran yang
baru. Bersamaan dengan ini pula biji padipun menjadi hancur. Bentuk akar baru ini pada mulanya
panjang-panjang, tebal dan berwarna putih seperti berlilin. Akan tetapi setelah berumur enam
minggu berubah menjadi kecoklat-coklatan. Semakin besar tanaman maka jumlah perakaran yang
tumbuh pada buku-buku batang dibagian atas permukaan tanah akan bertambah setingkat demi
setingkat sampai munculnya bunga pertama.
Disamping itu akar tunggang dan akar serabut juga masih mempunyai bagian akar lagi yang
disebut akar sisi atau bulu akar. Letaknya saling berdekatan dan hanya terdapat pada ujung-ujung
akar saja. Panjangnya tidak lebih dari 1-2 mm.
Sehubungan dengan tersedianya konsumsi air pada tanaman padi, maka dikenal adanya bercocok
tanam padi secara gogo, sawah, dan gogo rancah. Dengan sendirinya karena medium untuk
pertumbuhan akar dalam keadaan tidak sama, maka akan menimbulkan susunan perakaran yang
berbeda-beda pula.
Di tanah kering air yang tersedia adalah berada jauh di dalam tanah, sehingga perakaran padi
yang ditanam secara gogo akan berusaha masuk tegak lurus kebawah, membentuk susunan
perakaran yang berbentuk ellips dengan percabangan yang banyak, panjang-panjang dan bengkok
untuk mendapatkan air yang lebih banyak. Akan tetapi pada tanaman padi yang ditanam secara
sawah karena konsumsi air sudah cukup banyak tersedia dipermukaan tanah maka perakarannya
akan tumbuh membentuk susunan yang mendatar dengan kedalaman 20-30 cm. Disamping itu
konsumsi oksigen dan zat-zat makanan pada tanah sawah tersedia cukup banyak dipermukaan
tanah, sehingga akar padi sawah dapat mengambilnya dengan mudah. Sedang tanaman padi yang
ditanam secara gogo rancah, dengan adanya penggenangan kurang lebih pada enam minggu
setelah tanam terhadap tanaman yang tadinya ditanam secara gogo, akan menyebabkan
terjadinya perubahan susunan perakarannya, yaitu susunan perakaran padi gogo yang lama akan
diganti dengan dengan susunan perakaran yang baru yang sesuai dengan padi sawah. Oleh karena
itu tanaman padi gogo rancah akan mempunyai susunan perakaran yang rangkap dimana susunan
perakaran padi yang lama akan mati, diganti dengan susunan perakaran padi baru yang semakin
tumbuh. Keadaan transaksi ini akan terjadi sesudah penggenangan selama 14-15 hari.
b. Batang (Caulis)
Batang padi tersusun dari serangkaian ruas-ruas atau internode dan antara ruas yang satu dengan
yang lain dipisahkan oleh suatu buku (nodal septum). Ruas batang padi yang sudah tua berlobang,
dan hanya dibagian atas dekat pada buku berisi empulur yang lunak dan putih warnanya.
Bentuknya bulat, beralur halus, dan pada permukaan luarnya tidak berbulu. Panjangnya berbeda-
beda, pada umumnya makin keatas makin panjang. Ruas pada dasar batang pendek dan menebal
menjadi bagian yang keras sehingga praktis sulit dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri.
Ukuran ruasnyapun berbeda-beda, yang paling bawah lebih tebal dan lebih besar daripada yang
diatasnya. Diameternya rata-rata antara 7-12 mm. Demikian pula mengenai jumlah ruas pada
tiap-tiap tanaman. Pada umumnya jenis padi yang berumur pendek (genjah) jumlah ruasnya lebih
sedikit daripada yang berumur panjang (dalam).
Pada tiap-tiap buku duduk sehelai daun. Didalam ketiak daun terdapat kuncup yang akan tumbuh
menjadi batang. Pada buku batang yang paling bawah, mata ketiaknya akan tumbuh menjadi
anakan primer, yang nantinya akan menjadi batang sekunder yang serupa dengan batang primer.
Anakan primer atau batang sekunder ini pada gilirannya nanti akan menghasilkan anakan
sekunder yang akan tumbuh menjadi batang tersier dan seterusnya. Peristiwa semacam ini
disebut pertunasan atau menganak sehingga tidak heran apabila sebutir padi dapat tumbuh
menjadi 40-50 batang. Setelah kuncup-kuncup tadi mulai tumbuh, maka tidak lama kemudian dari
pangkal batang anakannya akan tumbuh pula akar yang menembus pangkal pelepah daun yang
membungkus pangkal batang tersebut.
Mengenai banyaknya anakan yang keluar pada tiap-tiap jenis padi adalah tidak sama. Jumlah ini
ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor keturunan dan faktor luar yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman padi. Ada beberapa varietas padi yang memang mempunyai sifat daya
merumpun yang banyak tetapi ada pula yang sedang dan sedikit. Mengenai faktor-faktor luar
yang mempengaruhi pembentukan anakan antara lain adalah keadaan pengairan, pupuk, jarak
tanam, dan jumlah bibit per rumpun.
Untuk mengukur tinggi tanaman dapat diukur dari permukaan tanah sampai buku yang terakhir
atau pangkal malai yang merupakan buku yang memisahkan ruas batang paling atas dengan
sumbu utama malai. Bentuk pangkal malai ini menyerupai cincin.
Tinggi tanaman adalah merupakan sifat keturunan pula sehingga apabila ada perbedaan
mengenai tinggi tanaman dari suatu varietas adalah disebabkan oleh pengaruh keadaan
lingkungan. Tinggi tanaman padi sawah apabila syarat-syarat tumbuhnya baik, berkisar antara 80-
120 cm.
c. Daun (Folium)
Daun padi terdiri dari helaian daun (leaf blade) yang bentuknya pipih memanjang seperti pita dan
upih daun atau pelepah daun (lef sheath) yang memeluk batang. Upih daun ini sering
membengkak pada bagian atas dari buku batang. Bagian yang membengkak tersebut disebut
sheath pulvinus dan kadang- kadang dikelirukan dengan buku batang yang sebenarnya. Warna
pelepah daun untuk tiap-tiap varietas padi adalah tidak sama. Oleh karena itu dapat untuk
menentukan suatu varietas padi. Misalnya padi varietas Bengawan pelepahnya berwarna merah
muda, Si gadis ungu, sedang Remaja dan Jelita lebih ungu.
Daun padi yang munculnya paling akhir didekat malai disebut daun bendera (fag leaf). Duduknya
daun bendera pada batang ada yang membentuk sudut kurang dari 90 o dan ada pula yang lebih.
Pada permukaan atas helaian daun terdapat lekukan-lekukan diantara tulang-tulang daun yang
memanjang. Tulang-tulang daun ini mempunyai jaringan-jaringan pembuluh yang bersambungan
dengan akar dan bercabang-cabang kebagian–bagian tanaman yang lain. Pada permukaan bawah
helaian daun terdapat lekukan yang menonjol, disebut ibu tulang daun (midrib) Dibanding dengan
permukaan helaian daun sebelah atas, maka pada permukaan sebelah bawah mempunyai
stomata yang jumlahnya lebih banyak.
Untuk batang utama biasanya mempunyai jumlah helaian daun yang lebih banyak kemudian
menyusul pada batang skunder dan batang tersier. Daun pertama yang tumbuh pada batang
utama tidak berkembang dan tidak mempunyai helaian daun, disebut prophillum. Bagian tepi dari
priphillum ini menjepit anakan yang masih muda sedang bagian belakangnya menghadap
kebatang utama.
Pada setiap tepi dari pangkal helaian daun terdapat tonjolan yang menyerupai telinga kecil, dan
disebut daun telinga (auricles). Bentuknya adalah panjang sedang warnanya biasanya sesuai
dengan warna upih daunnya. Diatas daun telinga yaitu pada perbatasan antara helaian daun
dengan upih daun terdapat sebuah daun seperti kertas berbentuk segitiga disebut lidah daun
(ligula). Adanya aurioles dan ligula ini dapat dipakai untuk membedakan antara tanaman padi
dengan rumput seperti Echinochloa sp yang biasa dijumpai ditanah-tanah sawah tidak
mempunyai auricles dan ligula.
Panjang dan warna lidah daun adalah berbeda-beda untuk tiap-tiap varietas padi. Lidah daun
duduknya melekat pada batang sehingga mempunyai peranan untuk mencegah masuknya air
hujan diantara upih daun dengan batang. Dengan demikian dapat berfungsi untuk mencegah
adanya infeksi karena penyakit.
Panjang dan lebar helaian daun juga tergantung kepada varietas padi yang ditanam dan letak
daun pada batang. Daun yang ketiga dari atas, biasanya merupkan daun yang terpanjang. Sedang
daun bendera mempunyai ukuran yang terpendek dan terlebar.
b. Bunga (Flower)
Setiap bulir padi (spikelet) terdiri dari dua outerglumes (stritc lemma) dengan bagian–bagian
bunga yang lain yang terletak diantaranya atau diatasnya dan pedicel yang merupakan tangkai
bulir yang terikat pada cabang malai.
Semua bagian yang terdapat diatas outer-glumes secara keseluruhan disebut bunga (floret) yang
terdiri dari lemma, palea dan bunga sempurna yang terletak diantaranya.
Bunga padi adalah merupakan bunga telanjang, yang terdiri dari 6 benang sari (stamen) dan
sebuah putik. Kepala sari atau alat jantan terdiri dari 2 kantong sari (anther) yang terdapat pada
ujung tangkai sari. Sedang putik atau alat betina terdiri dari indung telur (ovary), tangkai putik(
style) dan kepala putik (stigma).
Kepala putik bentuknya seperti bulu ayam, terdapat pada ujung tangkai putik yang sesungguhnya
merupakan perpanjangan dari indung telur. Pada dasar bunga terdapat pula bagian bening yang
disebut ledicules yang sebenarnya adalah daun mahkota yang telah mengalami perobahan
bentuk. Pada proses penyerbukan padi maka apabila bunga hendak berkembang atau terbuka,
ledicules menjadi tegang dan mendorong kelopak luar (lemma) dan kelopak dalam (palea)
menjadi terpisah dan terbuka. Keadaan yang demikian benang sari yang sedang tumbuh
memanjang keluar dari bagian atas atau dari samping bunga yang sedang terbuka tadi.
Terbukanya bunga itu akan diikuti dengan pecahnya kantong sari yang kemudian menumpahkan
tepung sarinya (spora jantan). Sesudah tepung sari ditumpahkan maka lemma dan paleapun akan
menutup kembali. Dengan berpindahnya tepung sari ke kepala putik maka sempurnalah proses
penyerbukan tersebut. Terbukanya lemma dan palea tadi dengan membentuk sudut 35o dan
lamanya bunga terbuka antara 30-90 menit yang dalam keadaan biasa terbuka antara jam 11.00 –
12.00.
Setelah proses penyerbukan berakhir maka akan segera diikuti pembuahan secara rangkap yaitu
oleh spora jantan terhadap spora betina didalam indung telur dan juga oleh spora jantan
terhadap inti kutub. Kejadian yang pertama akan menghasilkan lembaga diploid yang mempunyai
24 chromosom dan yang kedua akan menghasilkan endosperm triploid yang mempunyai 36
chromosom. Endosperm adalah sumber makanan cadangan bagi tanaman yang sedang atau baru
tumbuh.
c. Gabah
Gabah atau butir padi sebenarnya bukan suatu biji melainkan buah padi yang tertutup oleh
lemma dan palea. Buah ini terbentuk sesudah selesai proses penyerbukan dan pembuahan.
Gabah terdiri dari indung telur (ovary) yang masak, ditutupi oleh lemma dan palea, rachilla, strite
lemma yang kadang–kadang berekor. Lembaga bergabung dengan endosperm, sedang lemma
dan palea serta bagian-bagian lain seperti rachila akan membentuk sekam atau kulit gabah.
Dalam perdagangan dikenal apa yang disebut “brown rice”, yaitu beras pecah kulit (caryopsis).
Nama ini dihubungkan dengan warna pericarp yang coklat. Pericarp adalah lapisan yang paling
luar yang menutupi caryopsis, akan terlepas apabila beras pecah kulit tadi digiling lebih sempurna.
Dibawah pericarp terdapat 2 lapisan sel yang merupakan kulit biji (seed coat), yaitu tegmen dan
aleuron leyer.
Lembaganya terletak pada bagian central dari spikelet, pada bagian lemma. Bagian lain dari
caryopsis adalah endosperm yang mengandung zat tepung yand diselaputi oleh selaput protein.
Disamping itu juga mengandung zat gula, lemak, serat, zat-zat organik. Berdekatan dengan
lembaga terdapat suatu titik yang disebut hilus. Organ ini adalah tempat melekatnya caryopsis
pada palea. Pada ujung caryopsis masih nampak bekas dari dasar tangkai putik.
Pada lembaga juga terdapat daun lembaga (plumule) dan akar lembaga (radicle). Plumule ditutupi
oleh pelepah (coleoptile) sedang akar lembaga dibalut oleh coleorhiza. Coleorhiza yang membalut
akar primer dalam lembaga lebih dahulu keluar bilamana perkecambahan dalam keadaan cukup
udara, sedang apabila perkecambahan didalam air, coleoptile akan lebih dulu keluar dari pada
coleorhiza.
Akar lembaga primer atau radicle yang muncul dari coleorhiza, kemudian diikuti dua atuu lebih
akar-akar lembaga sekunder yang semuanya membentuk akar lateral. Akar-akar lembaga tersebut
kemudian mati dan digantikan dengan akar-akar tambahan sekunder.
Pada umumnya produksi varietas-varietas unggul baru lebih tinggi daripada varietas-varietas padi
unggul lainnya, karena varietas tersebut mempunyai sifat-sifat pembawaan yang lebih baik, yaitu :
1. Berumur sangat pendek, yaitu antara 110-140 hari
2. Mempunyai anakan yang lebih banyak
3. Berbatang pendek dan kaku sehingga tahan rebah
4. Berdaun tegak, sehingga dapat menampung sinar matahari sebanyak-banyaknya yang berguna
untuk proses fotosintesis dalam menghasilkan buah
5. Responsif terhadap pupuk yang berarti setiap kilogram pupuk yang diberikan akan memberikan
tambahan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan varietas unggul lainnya
Varietas unggul nasional hanya dianjurkan untuk ditanam pada tempat-tempat yang tingginya
kurang dari 500 meter diatas permukaan laut. Pada ketinggian diatas 500 meter, hasil gabahnya
akan mengalami kehampaan yang lebih besar, karena adanya pengaruh temperatur yang dapat
mengganggu proses pembuahan. Akan tetapi varietas unggul baru masih dapat tumbuh baik pada
ketinggian 500-800 meter diatas permukaan laut.
Pada umumnya varietas-varietas indica peka terhadap penyakit kresek. Akan tetapi di Indonesia,
varietas-varietas Si Gadis, Remaja dan Syntha tidak pernah terlihat terserang penyakit ini. Hal ini
kemungkinan disebabkan karen adanya strain-strain yang berbeda antara negara Indonesia dan
Philipina. Oleh karena itu untuk memperbaiki ketahanan varietas PB-8 dan PB-5 terhadap
penyakit kresek, kemudian dipersilangkan dengan varietas-varietas yang tahan tadi dengan cara
modified bulk. Sedang perbaikan ketahanannya terhadap Piricularia oryzea dilakukan dengan cara
pedigree, karena semua varietas unggul yang ada pada level N yang tinggi peka terhadap penyakit
tersebut. Untuk memperbaiki ketahanan terhadap penyakit virus, seperti tungro, yellow dwarf
dan grassy-stunt, maka dapat dipersilangkan dengan varietas Peta atau Bengawan dengan cara
modified bulk. Demikian pula usaha perbaikan ketahanan terhadap hama penggerak batang dapat
dipersilangkan dengan cara yang sama memakai varietas TKM-6.
Dalam rangka memperbaiki mutu beras dan rasa nasi varietas PB-5, maka pada pertengahan
tahun 1967 telah dimulai diadakan persilangan antara PB-5 dengan syntha, dimana hasil F1-nya
kemudian dipersilangkan kembali dengan varietas PB-5 maupun syntha. Dari turunan-turunan
back cross ini, telah dihasilkan 46 galur harapan yang memiliki sifat-sifat umum PB-5 dan sebagian
besar mampunyai rasa nasi seperti syntha. Dari pengujian-pengujian daya hasil yang telah
dilakukan dibeberapa kebun percobaan, telah terpilih 5 galur yang dinilai baik untuk diteruskan
pada pengujian daya hasil dipusat-pusat produksi padi di Indonesia, dan diantaranya telah
disiarkan pada tahun 1971 sebagai varietas unggul baru, yang dikenal dengan nama Pelita 1/1 dan
Pelita ½.
Sebagai hasil persilangan yang sampai kini telah dihasilkan oleh LPPP di Bogor, ialah :
1. Persilangan antara PB-5 x Syntha dan PB-8 x Syntha, yang menghasilkan galur-galur yang agak
tahan terhadap penyakit utama, mempunyai bentuk tanaman yang baik, berpotensi produksi
tinggi dengan mutu beras yang baik.
2. Persilangan antara PB-5 x Seratus Malam, PB-8 x Intan, yang menghasilkan galur-galur dengan
bentuk batang yang baik, agak tahan terhadap penyakit kresek dan memiliki mutu beras yang
baik.
3. Persilangan antara PB-5 x Remaja dan PB-8 x Remaja, yang menghasilkan galur-galur dengan
bentuk tanaman yang baik dan tahan terhadap penyakit kresek.
c. Fase Reproduksi.
Yaitu mulai keluarnya primordia sampai malai berbunga. Pada fase ini dibentuklah malai dan
tinggi serta berat jerami bertambah dengan cepat.
d. Fase Pematangan/pemasakan.
Yaitu malai keluarnya bunga sampai saat panen. Pada fase ini berat malai bertambah dengan
cepat, sedang berat jerami berkurang.
Fase vegetatif tanaman padi dimulai dari perkecambahan biji yang ditandai dengan keluarnya
radicle atau coleoptile dari lembaga. Pada fase ini dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu
:
1. Seedling stage, yang merupakan tingkatan pertumbuhan biji dan ditandai dengan keluarnya
akar pertama dan tunas sampai berdaun 5 helai. Pada tingkatan ini tanaman muda masih
mendapatkan makanan dari endosperm.
2. Transplanting stage, yang merupakan tingkatan dimulainya pembentukan akar lateral sampai
bibit ditanam
3. Tillering stage, yang merupakan tingkatan timbulnya anakan pertama dari buku batang paling
bawah.
Pada tingkatan ini jumlah anakan bertambah terus secara kontinu sampai mencapai jumlah
anakan maksimum. Kemudian beberapa anakan mati, sehingga jumlah anakan menurun tetapi
selanjutnya tinggi tetap.
Perpanjangan ruas-ruas batang dapat berlangsung lebih dahulu atau bersama-sama dengan fase
reproduksi. Untuk varietas-varietas berumur dalam, perpanjangan ruas-ruas batang dimulai lebih
awal yaitu sebelum fase reproduksi. Sedang untuk varietas-varietas berumur genjah dimulai
setelah keluarnya primordia.
Setelah pembentukan primordia kemudian diikuti dengan pembentukan bulir/ malai yang nampak
jelas semakin panjang dan besar, dibalut oleh pelepah daun. Masa ini biasa disebut masa bunting
(booting phase) yang dapat dilihat dari luar. Kemudian malai tadi keluar dari daun bendera yang
biasanya disebut saat berbunga (heading stage). Berkembangnya bunga dimulai oleh bulir pada
ujung cabang malai yaitu dengan keluarnya benang sari yang kemudian diikuti dengan prosesnya
penyerbukan dan pembuahan. Pembentukan gabah merupakan proses selanjutnya dan dikenal
beberapa istilah agronomi untuk membedakan fase-fase seperti milk stage, soft doygh stage, hard
dough stage dan fully ripe stage.
Sewaktu gabah menjadi matang, daun-daun menurut urutan dari bawah sampai keatas berubah
warnanya menjadi kuning dan mati. Pada beberapa varietas, batang dan daun-daun bagian atas
masih tetap hijau walaupun gabahnya telah matang. Kadang-kadang apabila syarat-syarat tumbuh
masih baik, beberapa varietas tertentu dapat menghasilkan anakan dari tanaman yang sudah
dipanen sehingga terdapat adanya sistem ratooning.
V. KEADAAN LINGKUNGAN
Interaksi faktor-faktor lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi. Faktor–
faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Faktor-faktor lingkungan alamiah, seperti tanah, iklim dan biologis.
2. Faktor-faktor lingkungan yang diintrodusir oleh manusia yang merupakan faktor-faktor sarana
produksi, termasuk varietas, pemupukan, pemberantasan tanaman pengganggu, hama dan
penyakit serta pembagian air yang cukup.
Faktor-faktor lingkungan alamiah disebut pula sebagai faktor-faktor fisik hampir tidak dapat
diubah oleh manusia. Tetapi apabila faktor lingkungan ini kurang sesuai untuk menghasilkan lebih
baik, maka manusia akan berusaha untuk mengubahnya guna mendapatkan hasil yang
dikehendaki. Misalnya pada keadaan lingkungan alamiah yang baik dan yang ditunjang oleh
sarana produksi yang cukup, bila ditanam suatu varietas padi lokal akan memberikan produksi
yang relatif rendah. Akan tetapi apabila pada lingkungan ini ditanam suatu varietas padi unggul
akan memberikan produksi yang tinggi. Produksi padi yang maksimal dapat dicapai apabila
manusia mampu mengendalikan faktor-faktor lingkungan tersebut dan memanfaatkannya
semaksimal mungkin.
Dalam bab ini hanya akan dibicarakan faktor-faktor lingkungan alamiah saja sedang factor-faktor
lingkungan yang diintrodusir oleh manusia akan dibicarakan dalam bab bercocok tanam.
1. Tanah.
Tanaman padi sebenarnya tidak banyak meminta banyak syarat. Faktor yang membatasi ialah
penyinaran matahari. Sampai sekarang belum diketahui secara positif antar hubungan jenis tanah,
sifat fisis dan hasil yang tinggi dari tanaman padi. Beberapa pusat produksi padi dapat kita lihat
bahwa jenis dan sifat-sifat fisis maupun khemisnya sangat berbeda-beda. Mengingat sifat
tanaman padi adalah semi equatis, maka jenis tanah yang dikehendaki ialah tanah berat yang
mempunyai daya menahan air yang tinggi dan tidak terlalu banyak merembeskan air. Juga
ditanah-tanah vulkanis yang ringan, padi masih dapat tumbuh dengan baik asal cukup pemupukan
baik dengan pupuk organis maupun pupuk buatan. Dari segi khemis tanaman padi juga masih
dapat hidup dengan baik di tanah-tanah yang relatif sudah kurang baik bila ditanami gandum.
Walaupun demikian air masih sangat dibutuhkan oleh tanaman padi dan merupakan sumber
bahan makanan yang tidak dapat diabaikan. Kebanyakan daerah-daerah padi berpusat didelta-
delta dan ditepi-tepi sungai yang besar maupun di dataran-dataran rendah dengan maksud untuk
memperoleh secara baik.
Pada umumnya padi akan tumbuh baik di tanah-tanah dengan kandungan olay yang tinggi.
Meskipun air merupakan faktor yang menentukan ternyata drainage juga perlu untuk
memperoleh air yang segar. Di daerah rawa-rawa yang mempunyai kandungan olay dan silt yang
tinggi, bahan organik tinggi, akan tetapi karena air pembuangan tidak lancar maka hasil padi yang
diperoleh kurang memuaskan. Analisis khemis dari tanah-tanah untuk tanaman padi juga belum
memberikan suatu kepastian karena belum tentu bahwa suatu jenis tanah yang secara khemis
adalah baik selalu memberikan hasil yang tinggi.
Beberapa faktor dari tanah yang mempengaruhi tingginya hasil padi, antara lain :
1. Adanya penggenangan dan keadaan berlumpur yang mencirikan sifat-sifat tanah sawah
menjadi berbeda dengan tanah-tanah pertanian yang lain. Pada keadaan tergenang ini ternyata
kesuburan tanahnya akan lebih awet dari pada keadaan kering (gogo).
2. Bahan induk dan umur tanah. Tanah muda (alluvial) yang berasal dari tehritie material
memberikan hasil yang lebih tinggi dari pada tanah-tanah tua yang berkembang dari limestone.
3. Total cation exchange capacity. Tanah-tanah sawah yang memiliki exchange capacity lebih dari
22 m.e tiap-tiap 100 gram tanah, pada umumnya memberikan hasil panen yang lebih besar. Hal
ini disebabkan karena tingginya kandungan bahan organik atau memiliki type liat montmorillonit.
4. pH tanah. Orang berpendapat bahwa tanah sawah yang baik untuk tanaman padi ialah yang
mempunyai reaksi asam lemah/ netral dengan pH 5,5-6,5. Tanah– tanah sawah yang pH-nya
tinggi/ basis hasilnya menurun.
5. Sulfur dalam tanah. Beberapa macam tanah ada yang banyak mengandung S, misalnya tanah-
tanah pada tepi pantai yang banyak ditumbuhi tanaman–tanaman pantai. Dalam keadaan
tertentu pH tanah dapat mencapai 2,0. Padahal pada pH kurang dari 4,0 tanaman padi tidak dapat
tumbuh secara normal, karena timbul ion-ion Fe dan Al yang dapat meracuni tanaman padi.
6. Garam dalam tanah. Ada beberapa jenis padi yang masih dapat tumbuh pada tanah-tanah
dengan kadar garam yang agak tinggi, misalnya ditepi pantai kapur putih/Madura. Pada umumnya
tanaman padi tidak tahan terhadap air asin, Air garam tersebut mempengaruhi pertumbuhan
tanaman padi. Penelitian di Thailand menunjukkan bahwa air garam tersebut mempengaruhi
pertumbuhan batang menjadi cukup subur, tetapi hasil dan kwalitasnya menjadi rendah,
menunda saat berbunga, mengurangi jumlah dan ukuran gabah, warna daun hijau tua dan tepi
daun jadi kering.
Pada umumnya hasil padi yang tinggi adalah berasosiasi dengan tanah-tanah yang mempunyai
sifat-sifat :
1. Kandungan liatnya tinggi yaitu antara 40-60 %, dengan type mineral liat 2:1 (monmorillonit).
2. Kandungan bahan organik medium dengan derajat humifikasi yang tinggi.
3. Drainage baik dengan air yang tidak berlebihan.
4. Dalamnya top soil berkisar antara 18-22 Cm.
5. pH berkisar antara 5,5- 6,5.
2. Beberapa Sifat Tanah Sawah.
Keadaan air yang selalu tergenang dan proses pelumpuran pada tanah sawah, menyebabkan
profil tanah sawah terbagi menjadi beberapa lapisan, yaitu air, oksidasi, reduksi, bajak, endapan
Fe dan Al, serta sub-soil.
Keterangan :
1. Lapisan air.
2. Top soil (0-15 Cm), merupakan lapisan tanah yang senantiasa terolah (profil lumpur), berwarna
kelabu coklat.
3. Pough pan (15-19 Cm), merupakan lapisan yang keras karena dalamnya pembajakan, kompak
dan padat, berwarna kelabu bercoklat-coklatan dengan benang-benang yang berwarna kemerah
merahan bekas akar-akar padi. Apabila kering lapisan ini menjadi butiran yang keras dan runcing.
4. Fe layer (19-21 Cm), berwarna kuning kecoklat-coklatan atau merah kecoklat-coklatan.
5. Mn layer (21-40 Cm), pada bagian atas berwarna hitam atau kebiru-biruan. Lapisannya lebih
keras dan terdapat titik-titik Mn.
6. Sub-soil (40-Cm), berwarna coklat atau coklat kemerah-merahan dan lunak.
Selama pertumbuhan padi tanah sawah selalu dalam keadaan tergenang dengan kedalaman air
sekitar 10 cm. Oleh karena itu proses secara khemis dan biologis akan terjadi pada keadaan yang
spesifik ini. Permukaan tanah sawah terpisah dari udara atmosfer karena adanya penggenangan
air yang mengakibatkan tidak memungkinkan adanya konsumsi oksigen (O2) dari atmosfer
tersebut. Adanya O2 diperoleh dari air yang meresap kedalam tanah. Akan tetapi jumlah air yang
meresap sangat sedikit karena adanya lapisan hard pan, sehingga O2 yang dibawapun juga sedikit
pula. Tebalnya lapisan oksidasi ini kurang lebih 1-2 Cm. bahkan kadang-kadang kurang dari ukuran
tersebut.
Didalam tanah sawah cukup banyak mengandung bahan organis yang belum sempurna terombak.
Pada tanah sawah jumlahnya jauh lebih banyak dari pada tanah kering/tegalan. Dalam keadaan
tergenang bahan organik ini akan terombak oleh mikrobia tanah dengan dibebaskannya karbon
dioksida, ammonia, hydrogen sulfida, methan, dan asam-asam organik. Dalam perombakan ini
selalu digunakan O2, sehingga dalam daerah perombakan tersebut selalu kekurangan O2 dan
semua O2 dalam lapisan oksidasi selalu digunakan dalam proses perombakan bahan organik
termasuk pula O2 yang terikat unsur-unsur Fe dan Mn. Oleh karena itu warna tanah yang tadinya
kemerah-merahan berobah menjadi kelabu kebiruan sebagai warna dari pada Fe++. Sebagai
akibat adanya proses perombakan secara anaerob ini, terbentuklah gas-gas CO2, methan, dan
H2S.
Yang penting sekali diperhatikan dalam proses perombakan ini adalah nasib N2. Nitrogen yang
diberikan kedalam tanah baik berupa N organik maupun pupuk buatan, akan berubah menjadi
NH3 atau NH4 yang akan diikat oleh koloid-koloid liat dan kemudian akan diserap oleh akar-akar
tanaman.
Dalam lapisan oksidasi NH3 ini akan berubah menjadi NO3 melalui proses nitirifikasi. NO3
tersebut larut dalam air dan bersama-sama air perkolasi masuk kelapisan yang lebih bawah.
Karena suasana dalam lapisan bawah adalah anaerob NO2 akan teredusir menjadi gas NO2 atau
N2 melalui proses denitirifikasi N, yang akan hilang ke udara/atmosfer. Oleh karena itu N dalam
bentuk NO3 kurang bermanfaat karena tidak stabil.
Apabila NH3 langsung dimasukkan ke lapisan reduksi maka keadaannya akan sangat stabil dan
tidak akan terpengaruh oleh proses nitrifikasi. Untuk pemupukan ZA atau Urea lebih baik apabila
langsung dibenamkan kedalam lapisan oksidasi agar supaya NH4 tetap stabil.
Fe dan Mn yang terdapat dalam lapisan top-soil teredusir dalam lapisan reduksi sehingga muatan
positif menjadi kurang. Dalam keadaan ini Fe dan Mn akan larut dalam air dan meresap kebagian
bawah. Dan oleh sisa-sisa O2 yang terdapat pada lapisan ini akan teroksider kembali dan ditimbun
di lapisan tersebut, sehingga terbentuk lapisan Fe dan Mn yang berwarna merah.
Dengan pemberian O2 yang banyak kedalam tanah akan memberikan perbaikan kepada tanaman.
Oleh karena itu pengolahan tanah/ pengeringan sangatlah perlu bagi tanah sawah, sehingga
setelah digenangi telah terjadi akumulasi NH3 yang lebih banyak, karena adanya percepatan
proses mineralisasi dari bahan–bahan organik dalam tanah. Dengan demikian adanya NH3 berarti
akan menambah persediaan N2 pada awal pertumbuhan.
Pada pertanaman padi gogo yang selalu dalam keadaan aerob, menyebabkan proses mineralisasi
dalam tanah terjadi secara sempurna. Akan tetapi suasana aerob tersebut berjalan berlarut-
berlarut sehingga kandungan bahan organik menjadi lebih rendah dari pada tanah sawah.
Akibatnya kesuburan tanah pada tanah kering menjadi berkurang. Dengan sistem bertanam
secara sawah, kesuburan tanah akan lebih awet dari pada secara gogo. Hal ini disebabkan karena :
1. Pada tanah sawah terjadi suatu fixasi N2 dari udara oleh algae. Sedang pada tanah kering/ gogo
yang aktif mengadakan fixasi N2 adalah Azotobakter. Ternyata algae lebih aktif dari pada
Azotobakter.
2. Pada tanah sawah NH3 yang berasal dari dekomposisi bahan organik maupun pupuk buatan,
dalam suasana anaerob lebih stabil. Sedang NH3 yang terdapat pada tanah kering karena suasana
aerob akan segera terombak menjadi NO3 melalui proses nitrifikasi.
3. Secara potensiil tanah sawah mempunyai kemampuan mensupply N lebih besar dari pada
tanah kering.
4. Phosphor pada tanah sawah lebih bermanfaat dari pada tanah kering.. pada tanah kering PO4--
- dibentuk dalam kombinasinya dengan Fe, Al, Ca membentuk senyawa-senyawa yang sukar larut
sehingga tidak dapat diserap oleh akar-akar tanaman. Sedang pada tanah sawah karena suasana
anaerob maka phosphor dalam ikatannya dengan Fe, Al, Ca terhydrolisir dan dirombak menjadi
persenyawaan phosphat yang monobasis atau dibasis, dimana persenyawaan tersebut tersedia
bagi tanaman.
5. Didalam air pengairan terdapat suatu konsumsi bahan-bahan anorganik yang menyuburkan
tanah.
3. Iklim.
Faktur-faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi, antara lain curah hujan,
kelembaban udara, cahaya matahari, temperatur dan angin.
3.1 Curah hujan.
Air adalah merupakan faktor yang terpenting untuk produksi padi, sehingga perlu adanya
pengawasan terhadap air irigasi maupun drainage. Sedang jumlah air yang diperlukan untuk
produksi padi sangatlah tergantung pada keadaan lingkungan, pengelolaan dan kondisi tanah.
Jumlah air minimum yang dipakai kira-kira 1.000 mm per tanaman dan untuk evapotranspirasi
sendiri diperlukan sebanyak 600-700 mm, tergantung pda umur tanaman, musim bertanam dan
lain-lain.
Kurang lebih 80 % dari areal padi didunia, persediaan airnya berasal dari curah hujan. Kebanyakan
daerah beriklim panas di Asia Tenggara mendapat curah hujan cukup banyak, yaitu lebih dari
2.000 mm per tahun. Hal ini terjadi terutama disebagian besar Birma, Thailand, Indonesia,
Kamboja, Philipina, dan Vietnam Selatan.
3.3. Temperatur.
Temperatur merupakan faktor pembatas terhadap tanaman padi di daerah beriklim sedang, yaitu
dapat mempengaruhi umur tanaman dan pola pertumbuhan padi. Sedangkan di daerah tropis,
temperatur tidaklah begitu berpengaruh. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa pada suhu yang
tinggi akan menimbulkan kegiatan photosintesa dan respirasi yang tidak seimbang.
Dalam hubungannya dengan iklim, maka bagi daerah-daerah beriklim sedang (Jepang Utara),
temperatur adalah merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan tanaman padi, karena
temperatur di daerah tersebut selama musim pertanaman menjadi turun, sehingga dapat
merusak atau mematikan tanaman padi. Sedang didaerah-didaerah subtropis keadaan
temperatur adalah dalam batas-batas keselamatan tanaman, sehingga di daerah tersebut
kemungkinan curah hujan yang sebagai faktor penentu atau pembatas musim tanam padi. Untuk
daerah tropis, seperti Indonesia, Malaysia, Kamboja dan Vietnam, mempunyai keadaan
temperatur, curah hujan dan panjang hari yang hampir tetap, akan tetapi musim bertanam masih
terbatas, sehingga panjang hari dan intensitas cahaya kemungkinan merupakan faktor pengatur
yang utama.
3.4 Angin.
Angin yang baik untuk tanaman padi adalah yang sepoi-sepoi, karena disekeliling pertanaman
dapat memperoleh udara baru yang segar serta persediaan CO2 yang cukup. Akan tetapi angin
yang kencang apalagi yang terjadi sesudah pertanaman berbunga dapat menyebabkan rebahnya
tanaman. Pengaruh angin nampak jelas yaitu bila terjadi 5-10 hari sesudah berbunga.
Kerusakan yang disebabkan oleh angin kencang antara lain bertambahnya jumlah endosperm
yang mati, penurunan jumlah spikelets, sterelitas, adanya reduksi dalam fotosintesa serta
mengintensifkan penyebaran penyakit pada tanaman padi.
Sebelum pekerjaan menanam dilakukan, terlebih dahulu perlu diadakan pengujian terhadap daya
tumbuh benih, dengan tujuan untuk:
1. menentukan banyaknya benih yang akan disebar,
2. menanam pada waktu yang tepat,
3. menghemat waktu,
4. Menghemat benih dan biaya.
Apabila dalam pengujian ini ternyata daya tumbuhnya kurang dari 80 % tetapi lebih dari 60%
maka petani perlu menyebar benih lebih banyak untuk mengimbangi daya tumbuh yang kurang
baik. Sedang apabila daya tumbuhnya hanya mencapai kurang dari 60% maka sebaiknya benihnya
tidak dapat dipakai.
Kebanyakan benih dari varietas indica sering tidak dapat berkecambah segera setelah panen. Ini
disebabkan karena adanya masa istirahat benih (dormancy). Untuk beberapa varietas padi juga
ada yang sedikit atau tidak mempunyai masa istirahat. Apabila iklimnya sangat basah pada waktu
panen benih-benih seperti ini dapat berkecambah atau tumbuh dimalai.
Sebab-sebab dari masa istirahat benih padi, belum dapat ditentukan secara pasti. Akan tetapi
terbukti bahwa kebanyakan disebabkan adanya factor-faktor penghambat yang tedapat pada
sekam.
Pekerjaan yang lain perlu dilakukan sebelum benih padi disebar/ditanam ialah:
1. Mencelupkan kedalam larutan garam, dengan maksud untuk memisahkan benih yang ringan
dari yang berat. Larutan garam ini dapat dibuat dengan mencampurkan 2 kaleng susu kecil garam
pada 1 kaleng minyak tanah air. Dalam larutan ini benih yang bernas dan berat akan terbenam
dan yang ringan akan terapung. Selain larutan garam dapat pula dipakai pupuk Z.A.
2. Merendam dan memeram benih. Benih yang sudah terpilih kemudian direndam didalam air
selama 24 jam (sehari semalam) dan air perendamannya diganti setiap 12 jam. Benih yang sudah
direndam selam 24 jam itu akan membengkak dan tumbuh bakal lembaganya, berupa bintik putih
pada ujungnya. Kemudian benih tersebut diletakkan diatas lembaran kerung goni dan dilipat pada
ujung-ujungnya sehingga benih terbungkus rapi didalamnya. Karung goni pembungkus dibasahi
sejenuh-jenuhnya dan disimpan ditempat yang teduh selama 48 jam. Selama penyimpanan
karung tersebut dipertahankan kebasahannya dengan cara memercikan air sewaktu-waktu.
2. Persemaian Kering.
Seperti halnya pada pembuatan persemaian basah, maka pada pembuatan persemaian kering
juga perlu diperhatikan langkah-langkah pekerjaan seperti : persiapan persemaian, merendam
dalam larutan garam dan merendam dalam air serta mengecambahkan benih. Setelah tanah
hancur, kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1,0-1,5 m dan panjang menurut
panjangnya petakan sawah, dengan solokan air diantaranya.
Benih yang telah dikecambahkan disebar langsung diatas persemaian kemudian ditutup rata
dengan tanah halus. Untuk tanah sawah seluas 1 hektar kurang lebih memerlukan benih sebanyak
40-50 Kg yang disebar pada 500 m2 persemaian
Apabila air irigasi mencukupi, solokan-solokan diantar bedengan dapat diisi air atau dapat disiram
air dari sumber air yang lain paling sedikit 2 kali setiap pagi dan sore. Karena tanah dikerjakan
secara kering dan tidak melumpur maka pencabutan bibit akan lebih mudah dari pada persemaian
basah. Umur bibit juga sama seperti pada persemaian basah, yaitu antara 20-30 hari.
3. Persemaian Dapog
Metode persemaian ini biasa dipergunakan dibeberapa daerah dimana keadaan airnya
berlebihan. Persiapan tanah persemaian sama seperti pada persemaian basah, yaitu setelah
menggaru terakhir kemudian dibuat persemaian dengan lebar 1 m dan panjang secukupnya.
Permukaan persemaian diratakan kemudian ditutup dengan daun pisang, kertas semen, kantong
pupuk atau plastic.
Setelah benih dikecambahkan kemudian disebar rata diatas persemaian. Banyaknya benih yang
diperlukan untuk pertanaman padi seluas 1 hektar kurang lebih 40 – 60 Kg . yang dapat disebar
pada luas persemaian 40 – 60 m2 .
Bibit yang sudah berkecambah kemudian disiram air setiap pagi dan sore sambil ditekan perlahan-
lahan dengan tangan atau papan sampai bibit berumur 3–4 hari, dengan maksud agar supaya
akar-akar bibit akan selalu berhubungan dengan air pada bahan penutup persemaian sehingga
bibit tidak akan menderita kekeringan. Setelah periode ini bibit digenangi terus-menerus setinggi
1-2 cm. Bibit sudah cukup ditanam pada umur 10-14 hari. Kemudian persemaian tadi dipotong-
potong menurut ukuran yang diperlukan dan setiap potongan itu digulung dengan ujung-ujung
bibit terletak dibagian dalam dan akarnya dibagian luar. Pemotongan bibit tidak dilakukan karena
pada umur ini tinggi bibit hanya sekitar 10 cm.
Keuntungan metode persemaian dapog dibanding dengan persemaian yang lain ialah bibit sudah
siap untuk dapat ditanam dalam waktu yang relatif singkat. Disamping itu dalam metode ini juga
akan terhindar dari adanya kerusakan akar maupun batang sebagai akibat pekerjaan mencabut
bibit, sehingga diharapkan dengan memakai metode tersebut hasil panennya akan lebih tinggi.
Apabila dengan persemaian kering dan dapog kebutuhan benih untuk tiap-tiap luas pertanaman
adalah 40-60 kg, maka dengan persemaian basah diperlukan benih sebanyak 35 kg dengan daya
kecambah 60%. Mengenai hubungan daya kecambah dan kebutuhan benih untuk tiap-tiap hektar
pertanaman padi dengan memakai persemaian basah dapat dilihat pada daftar table dibawah ini :
Tabel 7. Penyesuaian Kebutuhan Benih Per Hektar Dengan Daya Kecambah Untuk Pertanaman
Padi Yang Menggunakan Persemian Basah.
No Daya Kecambah
(%) Kebutuhan Benih per Hektar
Kg Liter
1 60 35 59,3
2. 64 33 55,9
3. 68 31 52,5
4. 72 29 49,1
5. 76 27,6 46,7
6. 80 26 44
7. 84 25 42,3
8. 88 23,8 40,3
9. 92 22,8 38,6
10. 96 21,8 36,9
11. 100 21 35,5
Sumber : Surowinoto et al., (1974), Bercocok Tanam Padi Sawah dengan Teknologi Baru, Dept.
Agronomi, IPB, Bogor, pp108.
2. Umur.
Umur kerbau atau traktor adalah tergantung kepada cara pemeliharaan serta beban pekerjaan
yang diberikan kepadanya. Pada umumnya seekor kerbau dapat dipekerjakan disawah kira-kira
selama 10 tahun atau 6,500 jam kerja. Sedang sebuah traktor tangan dapat dipekerjakan kira-kira
selama 5 tahun atau 6.000 jam dan sebuah traktor besar dapat melayani kira-kira selama 12
tahun atau 12.000 jam.
3. Keselamatan.
Sebuah traktor bisa diperoleh kembali apabila dicuri orang, tetapi seekor hewan setelah dicuri
kemungkinan lalu dijual atau disembelih.
4. Pemeliharaan.
Untuk traktor tidak diperlukan obat-obatan, rumput dan bahan penguat, tetapi hanya
memerlukan bahan bakar (bensin) dan minyak pelumas. Disamping itu
traktor tidak memerlukan bahan bakar apabila sedang istirahat, tetapi hewan harus diberi makan.
5. Menjalankan.
Untuk menjalankan traktor tangan diperlukan suatu keahlian.
6. Ongkos tiap-tiap satu tahun pekerjaan.
Ongkos tersebut akan ditentukan oleh banyaknya jam daya kuda yang diperlukan dan oleh harga
jam daya kuda.
7. Pemilikan tanah.
Pemilikan tanah yang kurang dari 8 hektar, apabila mengunakan traktor adalah tidak ekonomis.
2.4. Menanam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu menanam padi ialah :
1. Pola bertanam dan jarak tanam.
2. Cara-cara menanam.
Pola bertanam yang dipakai tanaman padi, pada umumnya menganut pola bertanam dalam
bentuk hubungan kwadrat atau persegi panjang, dengan jarak tanam yang berbeda-beda
tergantung kepada tinggi tempat, varietas padi yang ditanam, kesuburan tanah dan musim
bertanam. Jarak tanam yang dipakai ini dapat 20x20 cm, 25x25 cm, atau 30x30 cm, sehingga akan
menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman dalam bercocok tanam padi merupakan
salah satu factor yang perlu mendapat perhatian, karena factor ini turut menentukan tinggi-
rendahnya hasil gabah kering per satuan luas tanah, yaitu sangat erat hubungannya dengan
jumlah malai per satuan luas dan jumlah gabah per malai.
Antara jumlah malai per satuan luas dan jumlah gabah per malai terdapat suatu korelasi yang
negative artinya dengan bertambahnya jumlah malai per satuan luas (jarak tanam rapat) akan
diikuti dengan menurunnya jumlah gabah per malai.
Dalam hubungannya dengan kerapatan tanaman, kita dihadapkan kepada suatu dilemma, Yaitu
dengan bertanam lebih rapat, maka bibit dan biaya bertanam menjadi lebih besar dn
pemeliharaannya juga lebih sukar. Sedang dengan bertanam lebih lebar (jarang), kurang efisien.
Untuk menghadapi dilemma ini maka sangatlah penting adanya kerapatan bertanam, yang paling
menguntungkan (efisien) atau jarak tanam yang tepat. Jarak tanam yang tepat ini dapat
memberikan hasil yang tinggi, karena :
1. terdapat pembagian zat-zat hara dan sinar matahari yang lebih merata.
2. Jumlah anakan berada dalam keadaan yang menguntungkan (optimal).
3. proses pembungaan dan pemasakan merata.
4. dapat mencegah kerebahan.
5. pertumbuhan tanaman pengganggu dan serangan hama/penyakit relative lebih sedikit.
6. pemakaian benih lebih efisien.
7. jumlah malai persatuan luas adalah optimum dengan panjang malai yang merata.
Untuk varietas padi yang beranak sedikit biasanya akan lebih berhasil apabila ditanam dengan
jarak tanam yang rapat. Sedang varietas padi yang beranak banyak, memerlukan jarak tanam yang
lebih lebar untuk mencegah pertumbuhan yang saling menutupi.
Sebelum pekerjaan menanam padi dilakukan maka terlebih dahulu membuat larikan-larikan
tanaman sesuai dengan pola bertanam yang telah ditentukan. Pembuatan larikan tanaman
dilakukan setelah pupuk dasar disebar dipetakan sawah, yaitu pupuk fosfat dan kalium untuk
varietas unggul Nasional dan Urea untuk varietas unggul baru. Kemudian petakan sawah
diratakan dan selanjutnya dibuat larikan dengan arah membujur dan melintang dengan alat
caplak atau tali. Apabila petakan sawah sulit untuk dicaplak, maka dapat dipakai alat segitiga.
Bibit yang sebelumnya sudah dicelupkan kedalam larutan obat pemberantas hama lalu dibawa
kepetakan sawah dan kemudian ditanam dengan 2-3 batang per rumpun. Perlu diperhatikan
bahwa setelah selesai menanam air petakan sawah dibiarkan macak-macak selama 3-5 hari, untuk
mencegah hilangnya bibit akibat genangan air.
Pengaturan air selanjutnya akan diberikan dalam sub bab pemeliharaan tanaman.
a. Menyulam
Pekerjaan menyulam dilakukan kurang lebih setelah tanaman berumur 5-7 hari. Rumpun-rumpun
yang mati sebaiknya diganti dengan tanaman baru dari persemaian.
b. Menyiang
Pekerjaan menyiang tanaman padi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :
1. Penyiangan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 30 hari. Pada penyiangan pertama ini
waktunya diatur bersamaan dengan pemupukan Nitrogen kedua untuk varietas unggul baru dan
pemupukan Nitrogen kesatu untuk varietas unggul Nasional. Sebelum menyiang air dipetakan
sawah dikurangi sampai macak-macak, lobang-lobang pemasukan dan pengeluaran ditutup.
Untuk mempercepat dan mempermudah pekerjaan menyiang, dapat dipakai dengan alat landak
atau yang sejenis dengan itu, tetapi tidak jarang pula dikerjakan dengan tangan. Sebaiknya
rumput yang mudah membusuk dibenamkan kedalam tanah, sedang yang sukar dapat dibuang
keluar petakan sawah. Setelah selesai penyiangan pertama, lobang–lobang pemasukan dan
pengeluaran tetap ditutup dan air tetap dipertahankan macak-macak selama 4 hari.
2. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman padi berumur 25 hari. Seperti halnya dengan
penyiangan pertama, maka waktu penyiangan kedua juga diatur bersaman dengan pemupukan
ketiga untuk varietas unggul Baru dan pemupukan kedua untuk varietas unggul Nasional. Sedang
caranya juga sama dengan penyiangan pertama hanya saja setelah selesai penyiangan kedua ini
air dipetakan sawah tetap dipertahankan sedalam 7 cm. Sampai lumpur-lumpur dipetakan sawah
mengendap kembali.
Pekerjaan menyiang tanaman padi ini mempunyai 2 tujuan, yaitu :
1. untuk membersihkan rumput-rumputan atau tanaman pengganggu lainnya yang merupakan
saingan bagi tanaman padi dalam mendapatkan air, unsur-unsur hara, sinar matahari dan ruang
hidup.
2. Melakukan pengolahan tanah secara ringan terhadap tanah yang pada periode tersebut sudah
mulai memadat.
c. Memupuk.
Yang dimaksud dengan pupuk ialah semua bahan yang mengandung unsur-unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Kandungan unsur-unsur hara tersebut dinyatakan dengan % unsur hara
yang dikandung didalamnya.
Dengan ditanaminya tanah-tanah sawah dengan padi secara terus-menerus, maka tanah lama
kelamaan akan kekurangan unsur-unsur hara, khususnya unsur-unsur hara essensiel. Hal ini
disebabkan karena adanya produksi bahan organic (jerami dan gabah) yang senantiasa selalu
terambil pada waktu panen . Untuk mengimbangi hilangnya unsur-unsur hara ini maka tanah
sawah perlu diadakan pemupukan, dengan tujuan memberikan zat-zat hara kedalam tanah untuk
memenuhi kebutuhan tanaman padi agar supaya diperoleh produksi yang dikehendaki.
Selain dari pemupukan, tanah sawah juga mendapatkan unsur-unsur hara yang berasal dari hasil
pelapukan batuan atau mineral dan penambahan silt serta garam-garam yang terbawa air irigasi.
Dibawah ini dicantumkan pula sebuah daftar mengenai unsur-unsur hara yang terambil pada
waktu panen
Tabel 8. Unsur-unsur Hara Yang Terserap Tanaman Padi Untuk Menghasilkan 4.074 kg/hektar.
Unsur Hara Jumlah Unsur hara dlm tanaman padi pada waktu panen (kg/ha) Juml. Unsur hara
diserap untuk Menghasilkan 44 Kg gabah kering
Jumlah seluruh tanaman Jumlah dalam bulir Jumlah seluruh tanaman Jumlah dalam bulir
N 90 48,0 0,83 0,44
P 20 13,0 0,18 0,10
K 219 11,0 2,02 0,10
Ca 34 12,0 0,31 0,11
Mg 25 9,0 0,23 0,08
Fe 12 1,6 0,11 0,01
Mn 12 2,3 0,11 0,02
Si 1,780 371,0 16,48 3,43
Dari daftar diatas ternyata bahwa untuk menghasilkan unsur-unsur N, P, dan K merupakan unsur
yang penting. Sedang Si kebanyakan pada jerami. Hal ini sesuai dengan fungsinya untuk
menguatkan jaringan-jaringan tanaman sehingga tidak mudah terserang hama atau penyakit.
Sebaliknya unsur N banyak yang terbawa oleh gabah pada waktu panen. Oleh karena itu tanah
sawah membutuhkan unsur N dan juga P dan K dalam jumlah yang cukup untuk mendapatkan
produksi padi yang tinggi.
Fungsi ketiga macam unsur tersebut pada tanaman padi antara lain :
1. Peranan unsur N
1. membuat bagian-bagian tanaman menjadi lebih hijau karena banyak mengandung chlorofil
yang penting dalam proses fotosintesa.
2. pempercepat pertumbuhan vegetatif yaitu tinggi tanaman dan pertunasan.
3. menambah ukuran daun dan besar gabah.
4. memperbaiki kuaalitas beras terutama kandungan proteinnya.
5. menyediakan bahan makanan bagi mikrobia yang bekerja menghancurkan bahan organic
tanah.
2. Peranan unsur P
1. merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan.
2. mengaktifkan proses pembentukan anakan.
3. mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko akibat dari keterlambatan waktu
tanam.
4. menambah nilai gizi dari beras dengan bertambahnya kadar P didalamnya.
3. Peranan unsur K
1. membantu perkembangan akar tanaman padi.
2. membantu proses pembentukan protein.
3. menambah daya tahan tanaman terhadap beberapa penyakit.
4. merangsang mengisinya gabah.
Karena besarnya pengaruh ketiga macam unsur tersebut terhadap pertumbuhan tanaman padi,
maka apabila terjadi salah satu dari ketiga unsur ini didalam tanah akan menimbulkan gejala-
gejala pada tanaman padi yang spesifik, yaitu :
1. Gejala Kekurangan Unsur N
1. daun-daun muda berwarna hijau pucat yang dimulai dari ujung daun.
2. daun-daun yang dewasa mengecil, tipis dan mula-mula berwarna kuning, kemudian coklat dan
akhirnya mengering.
3. tanaman kerdil.
4. anakan sedikit.
Dalam memupuk tanaman padi maka terdapat factor-faktor yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. macam pupuk yang diberikan.
2. dosis pupuk
3. waktu dan cara memupuk.
Mengenai macam pupuk yang diberikan dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu pupuk
anorganik (buatan) dan pupuk organic (alam). Yang disebut pupuk organic ialah pupuk yang
dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos.
Pupuk alam sebagai pupuk dasar yang diberikan 7-10 hari sebelum tanam dapat digunakan
sebanyak 10 ton setiap hektarnya, sedang untuk pupuk anorganik dilakukan sebanyak dua kali
yaitu pemupukan pertama pada umur 3-4 minggu setelah penyiangan dan pemupukan kedua
pada umur 6-8 minggu setelah penyiangan dengan dosis urea sebanyak 100 kg ZA atau 50 kg
urea/ha, 100 kg DS atau 75 kg TS/ha, dan 50-100 kg ZK/ha.
Untuk varietas padi unggul Nasional.
1. ½ bagian dari dosis yang telah ditentukan, diberikan pada waktu periode beranak yaitu pada
waktu umur 4 minggu setelah tanam, bersamaan dengan pekerjaan penyiangan pertama.
2. ½ bagian atau sisa dari dosis yang telah ditentukan, diberikan pada waktu periode
pembentukan primordial yaitu pada waktunya dengan pekerjaan penyiangan kedua.
Mengenai cara pemberian pupuk Nitrogen ada 2 cara, yaitu :
1. Deep placement, yaitu dengan cara menempatkan bola Lumpur berisi pupuk Nitrogen pada
kedalaman tertentu dibawah tanah. Cara ini adalah kurang praktis sehingga jarang-jarang
dilakukan.
2. Disebar kemudian dibenamkan kedalam tanah. Dengan cara ini kehilangan N adalah kecil
karena pupuk Nitrogen langsung dimasukan kedalam lapisan reduksi sehingga NH4 dapat
dimanfaatkan oleh tanaman lebih banyak. Akan tetapi apabila hanya disebar saja tanpa
dibenamkan, maka pupuk Nitrogen akan berada pada lapisan oksidasi dan pada zone ini semua
persenyawaan N dalam bentuk NH4 akan dirombak menjadi NO3- akan dirombak menjadi gas
Nitrogen, melalui proses denitrifikasi.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka agar supaya cara pemupukan Nitrogen pada
tanah-tanah sawah lebih bermanfaat perlu diperhatikan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Sebelum memupuk air dipetakan sawah dikurangi sampai keadaan macak-macak, agar supaya
tersebar merata ditanah dan cepat terombak menjadi NH4+.
2. Semua lobang-lobang pemasukan dan pembuangan air harus ditutup, untuk menjaga agar
supaya pupuk tidak hanyut oleh aliran air.
3. Setiap kali selesai memupuk, petakan sawah jangan diairi dulu selama 3 hari, agar supaya
pupuk dapat bereksi sebaik-baiknya dengan tanah.
4. Cara menyebar pupuk yaitu mengikuti barisan tanaman, sejauh 1,5-2,0 meter, sehingga dapat
tersebar rata
b. Pupuk Fosfat
Dari hasil-hasil penelitian ternyata bahwa tanaman padi pada umumnya tidak bereaksi positip
terhadap pemupukan P. Oleh karena itu penelitian mengenai pemupukan P pada padi sawah
jarang-jarang dilakukan. Unsur P yang tersedia didalam tanah, diambil oleh tanaman padi dalam
bentuk HPO42- dan H2PO4- dan dipengruhi oleh kadar P dalam tanah, reaksi tanah, dosis, waktu
dan cara pemupukan.
Fosfat yang cukup dalam tanah perlu untuk penyerapan N dan apabila fosfat tersedia terbatas,
tanaman tidak tumbuh secara normal sehingga hasilnya menjadi berkurang. Adanya
penggenangan pada tanah-tanah sawah, biasanya akan meningkatkan jumlah fosfat yang
tersedia. Hal ini disebabkan adanya proses reduksi dari ferri fosfat yang tidak larut menjadi ferro
fosfat yang larut. Oleh karena itu penggunaan fosfat akan lebih baik pada tanah-tanah tergenang
(sawah) dari pada tanah-tanah kering.
Fosfat dalam tanah dengan mudah dapat bereaksi dengan unsur-unsur mineral tanah. Pada
tanah-tanah sawah yang asam atau alkalis sekali, relative sedikit fosfat yang tersedia bagi
tanaman. Pada pH yang rendah, kurang dari 5.0 fosfat akan diikat oleh unsur-unsur Fe dan Al
sehingga kurang tersedia bagi tanaman. Demikian pula pada pH yang tinggi (alkalis), lebih dari 8,0
fosfat akan diikat oleh Ca. Tersedianya fosfat yang optimal yaitu pada pH antara 6,0-7,0.
Macam-macam pupuk fosfat yang penting untuk tanaman padi antara lain : Superfosfat tunggal
(ES), Superfosfatrangkap (DS), Superfosfat tipel (TSP) dan Kalium magnesium fosfat (F.M.P.),
masing-masing dengan kandungan P2O5 20, 38-48, dan 19 %. Sedang dosis umum untuk tanaman
padi adalah 20-30 KG. P2O5 per hektar atau 45-60 kg TSP atau 70-100 kg DS per hektar, baik
untuk varietas padi unggul Baru maupun unggul Nasional.
Pupuk fosfat diberikan pada waktu satu hari sebelum tanam atau pada saat akan menanam
dengan dimasukkan kedalam Lumpur, pemberian pupuk fosfat yang jauh lebih awal ini
dimaksudkan agar suaya setelah penggenangan akan terjadi proses reduksi sehingga pada waktu
fase pertumbuhan vegetatif aktif, jumlah fosfat yang tersedia sudah cukup banyak.
Perlu pula diingat bahwa sebelum memupuk, semua lobang-lobang pemasukan dan pembuangan
air harus ditutup. Dan selama 3 hari setelah tanam petakan sawah jangan diairi.
c. Pupuk Kalium.
Pengaruh dari unsur Kalium terhadap tanaman padi, pada umumnya tidaklah sejelas pengaruh
pupuk Nitrogen dan Fosfat. Oleh karena itu didalam program intensifikasi (Bimas/Inmas). Jarang-
jarang atau tidak pernah dianjurkan pemupukan Kalium. Hal ini disebabkan karena tanah sawah
masih dianggap cukup banyak mengandung unsur K yang diperoleh dari tanah, jerami yang
dikembalikan ke sawah dan dari air irigasi. Sebenarnya kebutuhan tanaman padi akan Kalium
justru lebih besar dari pada Nitrogen dan Fosfat. Akan tetapi sebagian dari Kalium ini adalah untuk
pembentukan jerami dan sekam kira-kira 80-90 % dari jumlah Kalium yang tersedia didalam
tanah.
Macam-macam pupuk Kalium yang dapat diberikan pada tanaman padi ialah Kalium chloride
(KCl), Kalium sulfat (K2SO4) dan Kalium magnesium sulfat (KMg(SO4), masing-masing dengan
kandungan K2O 52-55, 45-52, dan 25 %. Sedang dosis yang dianjurkan ialah 50 Kg K2O per hektar
atau setara dengan 100 kg Kalium sulfat (ZK) atau Kalium chlorida (KCl) Waktu dan cara
pemberiannya adalah sama dengan pupuk fosfat.
d. Pupuk majemuk.
Yang dimaksud dengan pupuk majemuk ialah suatu jenis pupuk yang mengandung dua atau lebih
unsur-unsur hara. Untuk menyatakan kandungan suatu unsur didalam pupuk tersebut diberikan
kode yang menyatakan proses dari unsur yang dikandung didalamnya. Misalnya Rustika Yellow
dengan 15-15 -15 berarti pada tiap-tiap 100 Kg pupuk tersebut, mengandung 15 Kg N, 15 Kg P2O5
dan 15 Kg K2O. Atas dasar macam dan jumlah unsur-unsur yang dikandung maka dikenal
bermacam-macam pupuk majemuk, antara lain :
1. Pupuk NP
a. Amofos (16-20-0)
b. Amofos (11-48-0)
c. Diamofos (20-50-0)
d. Leunafos (20-20-0)
2. Pupuk NK
a. kalium amoniumchlorida (13-0-22)
b. kalium nitrat (13-0-44)
c. Natriumkaliumnitrat (15-0-15).
3. Pupuk PK.
a. kaliumetafosfat (0-60-40)
b. Monokaliumfosfat (0-32-34)
4. Pupuk NPK
a. Amofoska I (12-24-12)
b. Amofoska II (10-20-15)
c. Amofoska III (10-20-15)
d. Nitrofoska I (18-13-22)
e. Nitrofoska II (15-11-27)
Sedang cara pengairan yang mana yang akan dipakai adalah tergantung kepada keadaan
setempat dan persediaan air.
Kebutuhan air untuk tanaman padi tiap-tiap satu hektar rata-rata adalah 1 liter per detik, dengan
perincian sebagai berikut :
a. pembibitan selama 2 minggu : 0,6 I/detik/Ha.
b. pengolahan tanah 4 minggu : 1,2 I/detik/Ha.
c. penanaman selama 2 minggu : 0,6 I/detik/Ha.
d. pertumbuhan selama 12 minggu : 0,6 I/detik/Ha.
e. pemasakan selama 2 minggu : tidak diairi.
Untuk memperoleh hasil panen yang diharapkan maka cara mengatur air pengairan adalah
sebagai berikut :
1. Untuk Varietas Unggul Baru :
a. Setelah bibit ditanam atau setelah pemupukan N pertama, selama 3 hari petakan sawah tidak
diairi tetap dibiarkan dalam keadaan macak-macak.
b. Mulai 4-14 hari setelah tanam, diberi pengairan setinggi 7-10 Cm. agar supaya temperature
tanah tidak menjadi naik yang dapat mengakibatkan tanaman layu.
c. Mulai 15-30 hari setelah tanam, petakan sawah digenangi terus setinggi 3-5 Cm. Genangan air
yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan anakan, sedang apabila kekurangan air pada
periode ini akan mengurangi jumlah anakan. Oleh karena itu periode ini disebut peride kritis
pertama.
d. Kemudian air dikurangi sampai macak-macak selama 5 hari yaitu mulai 30 sampai 35 hari
setelah tanam, untuk melakukan pemupukan N yang kedua.
e. Mulai 35-50 hari setelah tanam, petakan sawah digenangi lagi selama 15 hari, sedalam 5-10
Cm.
f. Kemudian air dikurangi sampai macak-macak selama 5 hari yaitu mulai 50 sampai 55 hari
setelah tanam, untuk melakukan pemupukan N yang ketiga.
g. Pada umur 55 hari sampai pertanaman berbunga serempak digenangi air terus menerus
sedalam 10 cm. kekurangan air pada peride ini dapat menyebabkan pembentukan malai dan buah
terhambat sehingga mengakibatkan kehampaan. Periode ini disebut kritis kedua.
h. Pada waktu 7-10 hari sebelum panen petakan sawah dikeringkan.
2. Untuk Varietas Unggul Nasional
a. Setelah bibit ditanam, selama tiga hari petakan sawah jangan diairi, tetapi dibiarkan dalam
keadaan macak-macak.
b. Mulai umur 4-14 hari setelah tanam, diberi pengairan setinggi 7-10 cm.
c. Mulai umur 15-30 hari setelah tanam, petakan sawah digenangi terus-menerus setinggi 3-5 cm
d. Dari umur 30-35 hari setelah tanam, petakan sawah dikeringkan untuk melakukan pemupukan
N yang pertama.
e. Mulai umur 35-50 hari setelah tanam, petakan sawah digenangi lagi sedalam 5-10 cm
f. Mulai umur 50-55 hari setelah tanam, petakan sawah dikeringkan sampai macak-macak, untuk
melakukan pemupukan N yang kedua.
g. Mulai umur 55-65 hari setelah tanam, petakan sawah digenangi lagi setinggi 10 cm
h. Mulai umur 65-70 hari setelah tanam, petakan sawah dikeringkan sampai macak-macak
i. Mulai umur 70-pengisian gabah, petakan sawah digenangi terus-menerus, sedalam 10 cm.
j. Mulai umur 7-10 hari sebelum panen, petakan sawah dikeringkan
Pada periode-periode tertentu dalam pengaturan air pengairan ini terdapat waktu-waktu dimana
petakan sawah harus dikeringkan sampai keadaan macak-macak. Tindakan ini dimaksudkan untuk
:
1. Memberi kesempatan kepada akar-akar padi memperoleh keadaan aerasi yang baik, sehingga
perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman lebih baik.
2. Menaikkan temperature tanah, sehingga akan menstimulir kegiatan mikrobia tanah dalam
proses perombakan bahan organic.
3. Menghilangkan gas-gas beracun yang timbul seperti H2S, CH4, sebagai akibat adanya proses
reduksi.
4. Membatasi perpanjangan ruas-ruas batang sehingga tanaman tidak mudah roboh.
5. Mengurangi jumlah anakan yang tidak berkembang dengan baik
6. Menyeragamkan pemasakan buah
Tidak semua pertanaman padi sawah selalu mendapatkan air pengairan secara teratur. Kadang-
kadang dijumpai di suatu daerah pada suatu waktu pertanaman padi yang menderita kekeringan.
Akan tetapi tidak jarang di daerah yang lain dijumpai pertanaman padi yang selalu mendapatkan
air pengairan yang cukup sepanjang tahun. Semua keadaan seperti ini adalah tergantung kepada
keadaan air di daerah tersebut serta cara-cara pengaturannya, sehingga dikenal adanya beberapa
daerah Pertanian, yaitu :
1. Daerah Pertanian dengan pengairan tidak teratur, sehingga semua pengaturan pengairannnya
diusahakan secara gotong-royong oleh desa dan petani.
2. Daerah Pertanian dengan pengairan setengah teknis, sehingga penampungan dan pengambilan
airnya dari sungai oleh dinas pengairan setempat dengan bangunan pengairan yang permanent
atau semi permanent, tetapi belum dapat diukur secara tepat, sedang pembagian airnya kebawah
tetap diatur oleh petani secara gotong-royong.
3. Daerah Pertanian dengan pengairan secara teknis, sehingga segala sesuatu pengaturan
pengairannnya diatur oleh dinas pengairan dengan terukur tepat dan pembagian serta
penyalurannya ke sawah diatur oleh petani.
Daerah-daerah Pertanian dengan pengairan secara teknis maupun setengah teknis disebut daerah
pengairan. Daerah pengairan ini dibagi lagi menjadi tiga daerah, yaitu :
1. Daerah pengairan primer, dengan saluran airnya disebut saluran primer atau saluran induk.
2. Daerah pengairan sekunder, dengan saluran airnya disebut saluran sekunder.
3. Daerah pengairan tersier, dengan saluran airnya disebut saluran tersier yang memberikan air
langsung kepetakan sawah-sawah.
Hama dan penyakit tanaman padi serta tumbuhan pengganggu yang tumbuh diantaranya,
merupakan salah satu factor yang penting yang ikut menentukan tinggi rendahnya hasil panen.
Kerusakan tanaman padi yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit pada umumnya berkisar
antara 5-10 %, walaupun kadang-kadang dijumpai pula adanya kerusakan sampai mencapai 100
%. Rumput sebagai tumbuhan penganggu juga dapat menurunkan hasil panen kurang lebih
sampai 36 %. Oleh karena itu untuk mengamankan produksi padi, diperlukan adanya pegendalian
hama dan penyakit serta tumbuhan penganggu (gulma). Untuk tiap-tiap hama dan penyakit serta
tumbuhan penganggu (gulma) ini sesuai dengan sifat-sifatnya diperlukan cara-cara pengendalian
yang kadang-kadang berbeda-beda. Bermacam-macam cara pengendalian pada umumnya dapat
digolongkan menjadi :
1. Secara fisik atau mekanik
Yaitu cara pengendalian dengan menggunakan factor-faktor fisik dan cara-cara mekanik. Misalnya
pada pengendalian hama gudang dengan pengaturan udara dan kelembaban, pengendalia hama
tikus dengan cara gropyokan dan lain-lainnya.
2. Secara Kimiawi
Yaitu cara pengendalian dengan menggunakan pestisida baik yang disebar pada tanamannya,
langsung dikenakan pada hamanya maupun dengan menggunakan umpan yang beracun.
3. Secara Biologi/ Hayati
Yaitu cara pengendalian dengan menggunakan factor-faktor musuh hama/ penyakit (parasit/
predator) yang bersangkutan untuk mengurangi populasi hama atau penyakit. Misalnya hama
ganjur (Pachydiplosis oryzae dikendalikan dengan parasitnya, Platygaster oryzae).
4. Cara Bercocok Tanam
Yaitu cara pengendalian dengan menggunakan cara-cara bercocok tanam sedemikian rupa
sehingga hama penyakit dan tumbuhan penganggu tidak mendapat kesempatan untuk merusak
tanaman sehingga jumlahnya tetap rendah.
5. Menanam varietas-varietas padi yang resisten terhadap serangan hama atau penyakit
Tabel 8. Beberapa insektisida yang biasa dipakai untuk mengendalikan hama pada tanaman padi
Dalam pengendalian hama padi, dipakai beberapa alat semprot (sprayer) yang mempunyai
peranan untuk membago-bagi cairan obat yang bervolume besar menjadi butiran-butiran yang
bervolume lebih kecil. Alat-alat semprot yang bnyak dipakai adalah :
1. Compressed Air Sprayer
Di Indonesia sering dikenal sebagai alat semprot otomatis. Alat semprot ini mempunyai kapasitas
tangki antara 10-15 liter, dimana disesuaikan dengan tenaga manusia yang membawanya. Sedang
kemampuan pompa untuk menghimpun tenaga/ tekanan adalah 5-6 atmosfer. Dari tangki keran
dihubungkan dengan slang karet dan tongkat semprot berikut nozzlenya. Macam-macam merk
yang dikenal dari alat semprot ini adalah kyoritsu, arimatsu, birchyemer.
2. Knap Sack Sprayer
Alat semprot ini memakai pompa hidrolik. mempunyai kapasitas tangki antara 10-15 liter. Disebut
pula sebagai alat semprot semi otomatis. Macam-macam merk yang dikenal dari alat semprot ini
adalah saval, kyoritsu, arimatsu.
3. Power Sprayer
Alat semprot tersebut juga memakai pompa hidrolik. Hanya saja apabila knap sack sprayer
pemompaan udara digerakkan oleh tangan, maka power sprayer digerakkan oleh motor.
mempunyai kapasitas tangki yang lebih besar dari pada knap sack sprayer. Demikian pula
banyaknya cairan yang disemprotkan adalah lebih banyak daripada alat semprot punggung. Pada
waktu cairan keluar dari nozzle, butiran-butiran akan dipecah lagi menjadi butiran yang lebih
halus oleh suatu arus udara yang ditimbulkan oleh kipas yang terdapat dalam motor sprayer.
Kipas udara ini digerakkan bersama-sama dengan gerakan pemompaan hydrolik oleh motor.
Dalam melakukan pengendalian hama, perlu memperhatikan hal-hal sebgai berikut :
1. Simpanlah bahan-bahan pengendalian hama ditempat semula dan jika mungkin disimpan di
dalam botol atau kaleng yang tertutup. Berilah etiket yang jelas yang menerangkan bahwa bahan
tersebut adalah beracun.
2 Tempat menyimpan obat pemberantas hama harus agak jauh dari ruangan yang didiami atau
dari tempat menyimpan bahan makanan.
3. Jangan minum, makan atau merokok swaktu bekerja dengan obat-obatan pemberantas hama.
4. Pada waktu menyemprot, seluruh badan sebaiknya tertutup oleh pkaian.
5. Setelah bekerja, cucilah tangan dan badan dengan sabun sampai bersih, kemudian segera ganti
pakaian yang bersih.
6. Apabila tangan atau bagian badan lainya terdapat luka yang terbuka, sebaiknya jangan bekerja
dengan obat-obatan tersebut.
7. Dalam mencampur obat dengan air, bekerjalah dengan hati-hati jangan sampai mengenai kulit
badan dan sebaiknya pakailah sarung tangan.
8. Janganlah menyemprot berlawanan dengan arah angina dn sewaktu menyemprot pakailah
penutup hidung.
9. Jangan membung tempat bekas obat pemberantas hama. Sebaoknya dibakar atu dirusak
kemudian dibenamkan.
Apabila pada suatu saat terjadi keracunan obat-obat pembrantas hama, maka tindakan yang
segera perlu dilakukan ialah :
1. Segera memanggil dokter atau bawa sipenderita ke poliklinik yang terdekat dan beri tahu nama
obat yang menyebabkan keracunan.
2. Apabila racun tersebut sampai termakan, maka sambil menunggu dokter, diusahakan agar si
penderita dapat muntah untuk meringankan keracunan.
3. Apabila usaha untuk muntah tidak berhasil, berilah sipenderita dengan air garam (1 gelas air
dengan 2 sendok the garam dapur ).
4. Apabila si penderita sampai menjadi tidak sadar, janganlah sekali-kali beri minum atau
diusahakan untuk muntah tetapi tunggulah sampai sadar kembali.
5. Apabila si penderita tetap belum sadar, maka tidurkanlah terlentang dengan letak kepala
miring, kemudian tanggalkan dan lepaskanlah segera pakaian yang terkena bahan racun serta
alat-alat yang mengikat badan.
6. Janganlah sekali-kali memberi air susu atau minuman air lain yang berlemak. Akan tetapi
berilah Norit sebanyak 50 gram untuk ½ liter air apabila telah muntah. Setengah jam setelah
terjadi keracunan, tidak boleh diusahakan pemuntahan lagi, dan sebgai gantinya berilah
sipenderita minum sebanyak mungkin dengan ditambah putih telur.
7. Apabila hasil penolongan pertama masih meragukan, sebaiknya bawalah si penderita ke dokter.
8. Apabila kulit badan yang terkena racun, tanggalkan segera pakaian dan cucilah dengan bersih.
Tetapi apabila mata yang terekena racun, maka cucilah segera dengan air bersih selama 15 menit.
9. Perlu diketahui bahwa ternak dan ikan sangat peka terhadap obat-obat pemberantas hama.
Oleh karena itu janganlah mencuci alat-alat semprot atau alat-alat lain disembarang tempat
(kolam, sungai, atau tempat-tempat mandi ). Demikan pula air bekas cucian tidak boleh dibuang
disembarang tempat.
10. Apabila sedang bekerja kemudin terasa kurang enak badan, sebaiknya hentikanlah pekerjaan
tersebut, dan pergilah kepoliklinik untuk diperiksa. Beritahulah obat-obat apa yang dipergunakan.
Serangan yang ditimbulkan oleh masing-masing penggerak batang padi adalah hampir sama.
Serangan pada saat sebelum berbunga disebut “sundep”, sedang serangan yang terjadi selama
fase pembungaan, yang menghasilkan bulir-bulir padi kosong/hampa, berwarna putih keabu-
abuan, disebut “ beluk”.
Serangan sundep ditandai dengan adanya daun-daun muda dari batang utama maupun dari
anakan menjadi layu, kemudian menggulung, mengering dan akhirnya mati. Hal ini disebabkan
karena sambil makan batang sebelah dalam, ulatnya juga mengerat bagian pangkal batang.
Tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya serangan penggerak batang padi, ialah :
a. Adanya kelompok telur yang terdapat dipermukaan daun, baik sebelah atas maupun sebelah
bawah.
b. Nampak adanya kupu-kupu yng berterbangan kesana kemari maupun yang terapung
dipermukaan air.
c. Terdapatnya ulat pada lobang-lobang tanaman padi apabila batangnya dibelah.
d. Daun-daun yang termuda mengkerut atau mengecil, karena kekurangan air sebagai akibat
pangkal batang yang sudah terpotong.
e. Terdapat adanya gejala-gejala sundep atau beluk.
Hama penggerak batang padi dapat diberantas dengan cara-cara kimiawi maupun mekanis.
Secara kimiawi dipakai insektisida sistemik dan insektisida kontak. Sedang secara mekanis
dilakukan dengan jalan :
a. Membakar jerami setelah panen, untuk memberantas ulat penggerek batang padi atau
kepompong.
b. Menggenangi tanah-tanah sawah sesudah panen agar supaya ulat dan kepompongnya mati.
c. Membersihkan rumput-rumput yang tumbuh dipematang sawah yang kemungkinan dapat
dipakai sebagai tanaman inangnya.
d. Menanam varietas-varietas padi yang tahan terhadap sundep dan beluk.
Sebagai insektisida sistemik yang banyak dipakai untuk memberantas hama penggerek batang
padi ialah gamma BHC-6G Agrocida, Sandoz 6626-5G, Sividol 8-8G. Diantaranya yang paling efektif
adalah gamma BHC-6G, karena insektisida tersebut mempunyai pengaruh lanjutan yang lama
yaitu sampai 35 hari. Disamping itu juga mempunyai daya keracunan yang rendah bagi hewan.
Cara pemakaian gamma-BHC yang terbentuk butiran adalah sebagai berikut :
a. Genangilah petakan sawah sampai setinggi 5 cm, kemudian sebarlah obat tersebut sampai
merata.
b. Setelah selesai ditabur, air dipetakan sawah dipertahankan selama 4 hari.
c. Waktu dan dosis pemakaian dapat diberikan sbb :
- 15 hari setelah tanam dengan dosis 1 Kg bahan aktif per hektar atau 17 Kg gamma-BHC.
- 30 hari setelah tanam dengan dosis 2 Kg bahan aktif per hektar atau 30 Kg gamma-BHC.
- 75 hari seelah tanam dengan dosis 3 Kg bahan aktif per hektar atau 50 Kg gamma-BHC.
Untuk insektisida kontak, banyak dipakai Endrin 19,2 e.c. dan Diazinon (Basudin 60), dengan cara-
cara pemakaian sebagai berikut :
Tabel 9. Dosis Pemakaian Insektisida Kontak Untuk Padi Sawah Seluas Satu Hektar
No. Umur Tanaman (dari sebar) Tempat Jumlah campuran obat dan air pada konsentrasi 2 cc/lt
air
1. 15 hari Persemaian 20 liter/0,05 ha
2. 25 hari Sawah 500 liter/ha
3. 65 hari Sawah 750 liter/ha
4. 95 hari Sawah 1.000 liter/ha
2. Hama Putih (Nymphula depunctalis)
Serangan hama ini mudah dilihat dengan ditandai adanya daun-daun disana sini yang nampak
putih, tembus cahaya. Hal ini disebabkan karena bagian daun yang hijau habis dimakan ulat.
Disamping itu terdapat pula daun-daun yang menempel pada batang atau diatas air, yang
didalamnya terdapat ulat. Ult tersebut berwarna kuning pucat atau hijau muda. Pengendaliannya
dapat dilakukan dengan penyemprotan dengan insektisida kontak (Endrin 19,2 e.c. atau Diazinon)
seperti pada penggerek batang padi.
3. Hama Ganjur (Pachydiplosis oryzae)
Hama ini menyebabkan matinya titik tumbuh karena dimakan/dirusak ulat. Adanya serangan
hama ini ditandai dengan gejala menggulungnya daun-daun muda seperti bulu landak atau daun
bawang, berwarna putih kekuning-kuningan. Hama tersebut menyerang tanaman padi sebelum
berbunga. Pengendalinnya dapat digunakan gamma BHC tepung, Endrin 19,2 e.c. dan Diazinon.
4. Hama Wereng
Hama wereng sebenarnya terdiri dari beberapa jenis serangga yang mempunyai gejala yang sama.
Kerusakan yang ditimbulkan karena serangga tersebut mengisap cairan dari daun dan batang
padi. Serangga pen:yebabnya berdasarkan cara hidupnya dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu :
a. Plant-hopper atau wereng batang padi, yaitu yang hidupnya dibagian bawah tanaman
b. Leaf-hopper atau wereng daun padi, yaitu yang hidupnya pada daun-daun padi (bagian atas
tanaman).
Yang termasuk golongan Plan-hopper adalah Nilaparvata lugens dan Sogatella furcifera, sedang
yang termasuk goglongan leaf-hopper adalah Nephotetic aficalis, Nephotetic inpictiacepts,
Inazuma dorsalis, dan Thaia sp. Dari bermacam-macam serangga ini yang banyak menimbulkan
kerusakan pada tanaman padi adalah Nephotetic aficalis dan Nilaparvata lugens. Secara spesifik
serangga tersebut mempunyai sifat jalannya miring apabila diganggu dan pandai meloncat. Jenis-
jenis ini dapat menimbulkan penyakit-penyakit virus, seperti tungro, kerdil kuning.
Adanya serangan ditandai dengan gejala-gejala:
1. Pada batang yang muda, banyak terdapat becak-becak berwarna cokelat lalu menguning,
kemudian membusuk.
2. Pada tanaman yang tua, serangan tidak menyebabkan kematian tetapi buah padinya banyak
yang hampa.
Pengendalian terhadap hama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan memakai obat Sevin,
Basudin 60, Folidol, dan Thimet.
6. Ulat Tentara (Army Worm)
Hama ini biasanya timbul setelah musim kemarau yang panjang dan kadang-kadang dapat
menimbulkan kerusakan yang besar. Salah satu tanda dari hama ini adalah menyerng tanaman
padi dengan secara tiba-tiba, demikian pula hilangnya dari petakan sawah. Sifat yang spesifik dari
hama tersebut ialah kebiasaan berpindah-pindah tempat dalam jumlah yang besar, menyerupai
tentara. Kerusakan yang ditimbulkan karena ulat-ulatnya yang makan daun sehingga habis sama
sekali.
Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan memakai obat Sevin, DDT, Baudin 60,
Malathion, dan Folidol.
Penyebab hama tersebut ialah ulat tentara coklat hitam (Spodoptera mauritia), ulat tentara
bergaris kuning (Lphygma exempta) dan ulat tentara kelabu (Pseudoletia unipuncta).
b. Fimbristylis miliaceae V.
Adas-adasan, sunduk welut, Tumbaran (Jawa)
3. Tumbuhan Dikotil
Tumbuhan ini pada umumnya berdaun lebar dan berurat seperti jaringan.
Contoh :
a. Ageracum conyzoides L.
Wedusan, Bandotan (Jawa), Babadotan, Jukut bau (Sunda)
b. Phyllanthus niruri L.
Meniran (Jawa), Memeniran (Sunda).
Cara-cara pengendalian terhadap tumbuhan pengganggu ini dapat dilakukan dengan jalan
mengatur :
1. Pengolahan tanah yang intensif
Pengolahan tanah yang dikerjakan dengan baik, akan mengurangi populasi tumbuhan
pengganggu, sehingga penyiangannya menjadi lebih mudah dan biayanya lebih murah.
2. Penyiangan
Penyiangan secara mekanis akan lebih efisien daripada dengan tangan. Untuk mempermudah
penyiangan secara mekanis, sebaiknya cara bertanamnya dalam bentuk barisan. Disamping itu air
irigasi juga harus tersedia dalam keadaan cukup, sehingga rotary weeder dapat bekerja secara
efektif.
Berapa kali penyiangan harus dilakukan adalah tergantung pada banyak dan sedikitnya rumput
yang tumbuh serta tersedianya air irigasi. Biasanya penyiangan akan lebih mudah dikerjakan pada
umur 20-40 hari setelah tanam.
Rotary weeding biasanya dapat dikombinasikan dengan hand weeding. Akan tetapi apabila hanya
dilakukan dengan hand weeding, sebaiknya dilakukan sebelum umur 30 hari setelah tanam.
Percobaan di IRRI menunjukkkan bahwa dengan hand weeding diperlukan waktu 120 jam per
hektar. Sedang dengan rotary weeding diperlukan 70 jam per hektar.
3. Mengatur Pengairan
Bila air irigasi tersedia cukup banyak dan mudah diperoleh, sebaiknya dilakukan pengairan
semenjak tanaman padi masih muda, dengan maksud untuk mencegah tumbuhnya tumbuhan
pengganggu lebih banyak terutama golongan grasses.
Dalamnya air pengiran paling sedikit 2,51 cm dan dapat divariasikan 5-10 cm, sesuai dengan
tingginya tanaman padi. Mengairi sawah sebaiknya dimulai 3-4 hari setelah tanam, dapat
mencegah tumbuhnya tumbuhan pengganggu.
4. Penggunaan bahan-bahan kimia (herbisida)
Herbisida yang biasa dipakai untuk memberantas tumbuhan pengganggu adalah 2,4 D, 2,4,5-T,
MCPA, Stam F-34, dan lain-lain.
1. Panen
Bilamanakah padi itu dapat dipanen, adalah tergantung kepada beberapa faktor, antara lain
varietas padi yang ditanam, keadaan iklim dan cara-cara bercocok tanam. Panen harus segera
dilakukan apabila buah padi sudah cukup dianggap masak, kurang lebih 80 % dari hamparan padi
telah masak. Panen yang kurang tepat pada waktunya akan dapat menurunkan kualitas dari
gabah maupun beras.
Sebagai pedoman untuk menentukan saat panen dapat dilakukan dengan cara :
1. Menghitung umur tanaman mulai fase pembungaan. Berdasarkan umur ini maka panen dapat
dilakukan :
a. Pada umur 30-35 hari setelah berbunga merata. Panen pada saat periode ini mengakibatkan
berat 1.000 butir gabah bertambah tetapi kwalitasnya menurun.
b. Pada umur 25-30 hari setelah berbunga merata. Panen pada saat periode ini mengakibatkan
prosentase beras kepala bertambah tetapi ada kemungkinan produksinya menurun.
2. Menghitung kadar air dari bulir-bulr. Saat panen yang tepat dapat dilakukan apabila kadar air
dari bulir-bulir padi berkisar antara 23-27 %.
Pengeringan padi atau gabah dapat dikakukan dengan cara alami yaitu dengan cara
mekanis/buatan dengan menggunakan alat-alat pengering type bak, kontinyu dan lister.
Pengeringan secara alami yang menggunakan sumber panas matahari, banyak dilakukan di
daerah-daerah tropis. Pengeringan secara ini tidak memerlukan banyak alat-alat pengering,
karena cukup dengan sebuah lantai penjemuran dari ubin atau geribig (anyaman bamboo) dan
dengan tenaga kerja yang cukup. Pengeringan diatas lantai ubin harus sering dibolak balik untuk
menghindari pengaruh buruk sebagai akibat naiknya suhu lantai penjemuran yang dapat
mencapai sampai 60o-70o C. Kenaikan suhu lantai ini dapat menyebabkan penguapan air dari
gabah terlalu cepat sehingga dapat mengakibatkan keretakan. Padahal gabah yang retak dapat
menurunkan kwalitas beras.
Hasil panen yang berbentuk gabah, pengeringannya dapat berlangsung 2-3 hari asalkan cuaca
pada waktu itu tidak berawan. Sedang yang berbentuk padi, pengeringannya berlangsung sampai
7-10 hari. Cara-cara pengeringan untuk hasil panen berbentuk padi dapat diatas lantai atau diatas
rak dalam ikatan yang ditumpuk dengan memakai tonggak dengan ikatan-ikatan padi yang
didirikan. Pengeringan ini dapat dilakukan di halaman rumah, di pematang sawah, di tepi jalan,
dengan alas jerami kering atau tikar.
Pengeringan secara buatan (artificial) biasanya dilakukan dinegara-negara yang sudah maju,
terutama dinegara-negara yang cuacanya tidak memungkinkan dilakukan pengeringan secara
alami. Di Indonesi pengeringan secara ini belum banyak dilakukan oleh petani.
Dasar dari pada pengeringan secara buatan ialah mengusahakan terjadinya evaporasi air dari
gabah/padi. Penguapan tersebut dapat terjadi apabila tekanan uap dalam gabah/padi lebih tinggi
dari pada tekanan uap dari udara sekelilingnya. Dan proses pengeringan baru akan terhenti
apabila telah dicapai keseimbangan antara kedua tekanan uap itu.
Dibanding dengan pengeringan secara alami, maka pengeringan secara buatan mempunyai
keuntungan-keuntungan :
1. Memungkinkan panen lebih awal sehingga mengurangi kerusakan atau kehilangan karena
cuaca buruk.
2. Setiap saat dapat dilakukan karena tidak tergantung pada keadaan cuaca seperti pada
pengeringan secara alami.
3. Pengeringan secara buatan berjalan lebih cepat yaitu hanya beberapa jam saja.
4. Cara bekerjanya dapat dikntorl dengan teliti, sehingga kadar air gabah/padi dapat ditekan
mendekati ketentuan yang dikehendaki. (13-14%).
Setelah gabah/padi dikeringkan, maka diperlukan tempat penyimpanan sambil menunggu saat
yang baik untuk dijual atau digiling menjadi beras. Untuk mempertahankan mutu gabah atau padi
tetap tinggi, penyimpanan perlu dilakukan dengan cara yang baik dan pada gudang yang
memenuhi syarat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan gabah atau padi, ialah :
1. Gudang penyimpanan harus memenuhi syarat-syarat :
a. Cukup luas dan cukup ruangan.
b. Cukup ventilasi untuk menjamin sirkulasi udara yang baik.
c. Bebas dari hama serangga maupun tikus.
d. Bersih dan mudah dibersihkan.
e. Dibuat dari bahan-bahan yang kuat.
f. Bangunannya cukup tinggi.
2. Gudang penyimpanan agar dekat dengan tempat pengeringan, untuk pengeringan kembali
bilamana perlu.
3. Tidak boleh dekat dengan tempat penyimpanan pupuk atau insektisida.
4. Karung-karung atau tempat penyimpanan lainnya diatur sedemikian rupa sehingga merupakan
susunan yang baik.
5. Susunan tempat penyimpanan diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan pengambilan.
Tergantung pada bentuk hasil panen, gabah atau padi, maka tempat penyimpananya dapat
berupa karung goni, kaleng minyak tanah atau ruangan biasa. Penyimpanan gabah dirumah-
rumah petani yang biasanya jumlahnya relative sedikit, dapat didalam karung, sedang kalau padi
didalam ruangan.
Untuk penyimpanan didalam karung goni, sebaiknya karungnya harus bersih dan jangan memakai
karung-karung bekas untuk menjaga kemungkinan terjadinya infeksi dari karung berkas tersebut.
Karung yang berisi gabah disusun dalam tumpukan yang teratur dan dalam ukuran yang sama,
untuk mempermudah pengawasan dan pemberantasan hama gudang. Susunan karung dibuat
sedemikian rupa sehingga yang lama terletak disebelah atas dan yang baru disebelah bawah.
Sedang bentuk tumpukannya dibuat berselang seling yang satu membujur dan diatasnya
melintang, untuk mencegah kekeringan. Perlu diperhatikan bahwa tumpukan karung tidak boleh
menyentuh lantai untuk mencegah kerusakan oleh binatang pengerat.
Tempat penyimpanan karung, biasanya didalam gudang baik yang bersifat permanent maupun
yang semipermanent, asalkan syarat-syaratnya sudeh dipenuhi. Untuk penyimpanan dalam
kaleng minyak tanah, diusahakan agar supaya kalengnya dapat ditutup rapat. Biasanya gabah
yang masih hangat dari penjemuran/pengeringan, segera dimasukkan kedalam kaleng tersebut
secukupnya (kira-kira 12 Kg). Untuk menjaga mutu gabah maka perlu diberi kpas yang telah
ditetesi 1 cc CS2. Kemudian tutuplah kaleng tersebut rapat-rapat sehingga tidak ada kemungkinan
perembesan udara dari luar. Untuk ini biasanya tutup kaleng disegel dengan paraffin yang telah
dicairkan terlebih dahulu. Dengan penyimpanan seperti ini mutu gabah dapat dipertahankan
sampai lebih dari satu tahun.
Penyimpanan dalam bentuk lain yang banyak digunakan oleh petani ialah dalam silo. Alat
penyimpanan seperti ini dibuat dari papan kayu yang kuat didalamnya dilapisi denga seng.
Biasanya untuk menyimpan gabah dengan jalan dimasukkan dari sebelah atas dan setelah penuh
kemudian ditutup. Sedang untuk mengambil gabahnya apabila diperlukan, dapat dengan
membuka penutup lubang pengeluaran yang ada dibagian bawah.
Disamping silo, sering juga penyimpanan dilakukan didalam ruangan biasa, khususnya di
peruntukan hasil panen yang berbentuk padi. Lantai ruangan biasanya dibuat dari semen dengan
ketinggian ½ meter dari tanah. Cara penyimpanannya dengan jalan ditumpuk dalam bentuk
persegi panjang atau bujur sangkar berukuran 2x 2 m.
Reaksi: