(PHYSICIAL FITNESS)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Latihan ini bertujuan untuk menetapkan indeks kesanggupan tubuh, baik
kesanggupan otot, kesanggupan kardiovaskular, maupun respirasi, dengan berbagai cara,
dan menggolongkan orang percobaan ke dalam golongan hiperreaktor (penurunan
reaktivitas vaskular terhadap efek vasokontraksi) atau hiporeaktor (penurunan reaktivitas
vaskular terhadap efek vosokontraksi).
Perubahan besar pada aliran darah dapat disebabkan oleh naik atau turunnya
rangsangan simpatis pada pembuluh darah tepi. Hambatan rangsangan simpatis akan
meningkatkan dilatasi pembuluh dan dapat meningkatkan aliran darah sebanyak 2x lipat
atau lebih. Sebaliknya, rangsangan simpatis yang sangat kuat dapat menimbulkan
konstriksi pembuluh begitu kuat, sehingga aliran darah dapat menurun sampai nol dalam
waktu singkat meskipun tekanan arteri tinggi. (Ganong, 2002)
Curah jantung sangat bervariasi bergantung pada tingkat aktifitas tubuh. Oleh karena
itu, faktor-faktor seperti tingkat metabolisme tubuh apakah seseorang sedang dalam
keadaan berkuat, umur, dan ukuran tubuh juga beberapa faktor lainnya. (Guyton, 1997)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesanggupan kardiovasekuler :
1. Genetik
Daya tahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh factor genetik yakni sifat-sifat spesifik
yang ada dalam tubuh seseorang dari sejak lahir. pengaruh genetic terhadap kekuatan
otot dan daya tahan otot pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot
yang terdiri dari serat merah dan serat putih.
2. Umur
Daya tahan kardiovaskuler menunjukkan suatu tendensi meningkat pada masa anak-
anak sampai sekitar dua puluh tahun dan mencapai maksimal di usia 20 sampai 30
tahun (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994). Daya
tahun tersebut akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia, dengan
penurunan 8-10% perdekade untuk individu yang tidak aktif, sedangkan untuk individu
yang aktif penurunan tersebut 4-5% perdekade (Sharkey, 2003).
3. Jenis kelamin
Daya tahan kardiovaskuler pada anak-anak, antara pria dan wanita tidak berbeda,namu
setelah masa pubertas terdapat perbedaan, karena wanita memiliki jaringan lemak yang
lebih banyak dan kadar hemoglobin lebih rendah disbanding dengan pria.
4. Kegiatan fisik
Kegiatan yang mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani,Latihan yang
bersifat aerobic yang di lakukan secara teratur akan meningkatkan dayatahan
kardiovaskuler dan dapat mengurangi lemak tubuh . Dengan melakukan latihan
olahraga atau kegiatan fisik yang baik dan benar berarti seluruh organ dipicu untuk
menjalankan fungsinya sehingga mampu beradaptasi terhadap setiap beban yang
diberikan.
5. Satus gizi
Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot
berkontraksi dan daya tahan kardiovasekuler.
B. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang di perlukan agar darah mengalir didalam
pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah yang dengan
lancer mengalir keseluruh tubuh berfungsi sebagai media angkut oksigen serta zat-zat lain
yang di perlukan bagi kehidupan sel – sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai
sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidal berguna lagi bagi jaringan tubuh
Istilah tekanan darah berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran tubuh sistemik
didalam tubuh manusia. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung
menguncup (systole). Adapun tekanan darah diastoik adalah tekanan darah pada saat
jantung mengendor kembali (diastole). Dengan demikian jelaslah bahwa tekanan darah
sistolik selalu lebih tinggi dari pada tekanan diastolik. (Gunawan, 2007)
Perubahan fungsi sistolik dan diastolik menimbulkan efek yang berbeda pada
jantung. Apabila kontraksi sistolik berkurang terjadi pengurangan primer isi sekuncup .
Fungsi diastolik juga mempengaruhi isi sekuncup, tetapi dengan cara yang berbeda.
Faktor-faktor yang dalam keadaan normal beroprasi untuk mengatur volume diastolik
akhir, yaitu seberapa besar otot jantung teregang. Peningkatan tekanan intraperikardium
membatasi seberapa banyak ventrikel dapat diisi. (Ganong, 2002)
C. Perubahan Pada Pernafasan
Pada saat latihan frekuensi pernafasan akan meningkat. Meskipun demikian
frekuensi pernafasan tidak akan dapat dipakai sebagai alat ukur intensitas latihan., karena
pernafasan dapat dimanipulasikan oleh seseorang pernafsan secara sadar dapat dipercepat,
di perlambat atauatau diperdalam oleh kemauan seseorang. Akan tetapi jika pernafasan
tidak dikendalikan secara sadar akan di atur secara otomatis oleh system saraf autonom.
Harvard Step Test adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui kesanggupan kardio
vaskuler seseorang, dengan naik turun bangku Harvard yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan tubuh seseorang untuk menyesuaikan terhadap beban kerja dan nadi pulih
asal dari kerja tersebut (pulse recover). Keuntungan dari tes Hardvard:
Hampir semua peserta tes dapat melakukan gerakannya, pada segala golongan umur
dan tingkat kebugaran jasmani yang berbeda – beda
Pengawasan dan penyelenggaraan relatif mudah
Faktor bahaya sangat sedikit kemungkinannya dan apabila tes ini dikerjakan dengan
benar hasil dari tes ini cukup bermanfaat
Bangku harvard adalah alat yang paling sederhana, murah dan mudah dibuat. Alat
ini tidak memerlukan listrik dan kalibrasi serta mudah dibawa kemana – mana. Oleh
sebab itu, alat ini paling praktis dipergunakan dalam kerja lapangnan. (Anonim.
2011)
2. Bahan
a. Air
b. Es
3. Cara kerja
a. Harvard Step Test
1. Orang Percobaan (OP) berdiri menghadap bangku setinggi 19 inci sambil
mendengarkan detakan metronom dengan frekuensi 120/menit.
2. OP menempatkan salah satu kakinya di bangku tepat pada suatu detakan
metronom.
3. Pada detakan berikutnya kaki lainnya dinaikkan ke bangku sehingga orang
percobaan berdiri tegak diatas bangku.
4. Pada detakan ketiga keki yang pertama kali naik diturunkan.
5. Pada detakan keempat kaki yang masih diatas bangku diturunkan pula sehingga OP
berdiri tegak lagi di depan bangku.
6. Siklus tersebut diulang terus menerus sampai OP tidak kuat lagi tetapi tidak lebih
dari lima menit. Catatlah berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan
menggunakan stopwatch.
7. Segera setelah itu OP disuruh duduk. Hitung dan catatlah frekuensi denyut nadinya
selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-masing dari 1’ – 1’30”, dari 2’ – 2”30”
dan dari 3’ – 3’30”.
8. Hitung indeks kesanggupan OP serta berikan penilaiannya menurut cara berikut:
a. Cara lambat:
𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 100
Indeks kesanggupan badan = 2 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 30 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Penilaian : Kurang dari 55 = kesanggupan kurang
55 – 64 = kesanggupan sedang
65 – 79 = kesanggupan cukup
80 – 89 = kesanggupan baik
Lebih dari 90 = kesanggupan sangat baik
b. Cara cepat
𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 100
Indeks kesanggupan badan = 5.5 𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 30 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎
c. Dengan daftar
Lamanya Pemulihandenyutnadidari 1 menithingga 1,5 menit
Percobaan
40- 45- 50- 55- 60- 65- 70- 75- 80- 85- 90-
44 49 54 59 64 69 74 79 84 89
0 - 29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
030-059 20 15 15 15 15 10 10 10 10 10 10
10 - 129 30 30 25 25 20 20 20 20 15 15 15
130-159 45 40 40 35 30 30 25 25 25 20 20
20 - 229 60 50 45 45 40 35 35 30 30 30 25
230-259 70 65 60 55 50 45 40 40 35 35 35
30 - 329 85 75 70 60 55 55 50 45 45 40 40
330-359 100 85 80 70 65 60 55 55 50 45 45
Petunjuk :
Cari baris yang berhubungan dengan lamanya percobaan
Cari lajur yang berhubungan dengan banyaknya denyut nadi selama 30’ pertama
Indeks kesanggupan badan terdapat dipersilangan baris dan lajur
Penilaian baik dengan rumus maupun dengan daftar :
Kurang dari 50 = Kesanggupan kurang
50 – 80 = Kesanggupan sedang
Lebih dari 80 = Kesanggupan baik
c. Percobaan Lorenz
1. Tentukan denyut nadi setelah duduk selama lima menit
2. OP melakukan kegiatan jongkok-berdiri 20 kali dengan lutut membuka keluar
selama 20 detik
3. Setelah duduk kembali tentukan frekuensi nadi setelah menit pertama, kedua,
ketiga dst (cukup dihitung tiap 30”) sampai kembali pada frekuensi denyut nadi
semula
Penilaian : Pemulihan setelah 2 menit = Kesanggupan baik
2 – 3 menit = Kesanggupan sedang
Lebih dari 3 menit = Kesanggupan kurang
Kategori Umur
13-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60
Jelek Pria >15:31 >16:01 >16:31 >17:31 >19:01 >20:01
Sekali Wanita >18:31 >19:01 >19:31 >20:01 >20:31 >21:01
Jelek Pria 12:11-15:30 14:01-16:00 14:44-16:20 15:36-17:30 17:01-19:00 19:01-20:00
Wanita 16:55-18:30 18:30-19:00 19:01-19:30 19:31-20:00 20:01-20:30 21:00-21:30
Sedang Pria 10:49-12:10 12:01-14:00 12:31-14:45 13:01-19:30 14:31-17:00 16:16-19:10
Wanita 14:31-16:54 15:55-18:30 16:31-19:00 17:31-19:30 19:01-20:00 19:31-20:30
Baik Pria 09:41-10:48 10:46-12:00 11:01-12:30 11.31-13:00 12:31-14:30 14:00-15:20
Wanita 12:30-14:30 13:31-15:54 14:31-16:30 15:56-17:30 16:31-19:03 17:31-19:30
Baik Pria 08:37-09:40 09:45-10:45 10:00-11:00 10.30-11:30 11:00-12:30 11:15-13:50
Sekali Wanita 11:50-12:29 12:30-13:30 13:00-14:30 13:45-15:35 14:30-16:30 16:31-17:30
Luar Pria <08:37 <09:45 <10:00 <10:30 <11:00 <11:30
Biasa Wanita <11:50 <12:30 <13:00 <13:45 <14:30 <16:30
V. PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa setiap manusia
mempunyai kesanggupan tubuh yang berbeda-beda. Ini disebabkan karena secara
fisiologis mempunyai kesamaan, tetapi daya tahan setiap individu manusian dalam
melakukan aktivitas atau kegiatan berbeda-beda. Factor usia, jenis kelamin, dan
kebiasaan dapat mempengaruhi kesanggupan tubuh, baik kesanggupan otot, kesanggupan
kardivaskular maupun kesanggupan respirasi. Latihan fisik yang teratur dan terukur
disertai gizi yang cukup dapat meningkatkan kebugaran seseorang. Adapun pembahasan
dari beberapa percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Harvard Step Test
Percobaan ini merupakan salah satu percobaan yang digunakan untuk mendeteksi
adanya kelainan kardiovaskular. Semakin cepat denyut jantung kembali normal, maka
semakin bugar orang tersebut. Indeks kesanggupan badan OP dalam percobaan ini
tergolong ke dalam kesangguan kurang yaitu 43. Kesanggupan ini sangat bergantung
dari lamanya OP mampu turun naik bangku Harvard dan waktu yang dibutuhkan
hingga frekuensi denyut jantungnya kembali normal. Indeks kesanggupan yang
rendah menunjukkan bahwa oksigen yang diserap oleh tubuh tidak memenuhi
kebutuhan aktivitas. Frekuensi denyut jantung menjadi lebih cepat apabila aktivitas
yang dilakukan cukup berat, selain itu meningkatnya frekuensi denyut jantung juga
disebabkan oleh adanya pengaruh rangsang saraf simpatis yang dapat merubah
kecepatan denyut jantung dan kontraksi jantung. Fase istirahat yang dilakukan setelah
melakukan aktivitas tersebut dapat menyebabkan frekuensi denyut nadi kembali
seperti keadaan normal dalam beberapa waktu.
b. Percobaan Menahan Nafas
Percobaan menahan nafas ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kapasitas paru-paru dalam menyimpan cadangan O2. Pada percobaan ini OP
mempunya kesanggupan kurang yaitu rerata dari 3 kali percobaan adalah 25 detik
(kurang dari 50 detik). Hal ini menunjukkan bahwa OP tidak memiliki kapasitas
paru-paru yang besar. Menahan nafas akan memicu kerja otot jantung dalam
berkontraksi, semakin lama menahan nafas maka semakin cepat jantung berdetak dan
disertai dengan besarnya denyut nadi.
c. Percobaan Lorenz
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama frekuensi denyut nadi OP
akan kembali pada keadaan basal setelah melakukan aktivitas fisik yaitu jongkok-
berdiri. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk frekuensi denyut nadi kembali
pada keadaan basal, maka semakin buruk kesanggupan OP tersebut. Percobaan ini
berhubungan dengan kebutuhan otot akan oksigen. Ketika melakukan aktivitas fisik,
otot manusia membutuhkan asupan oksigen yang lebih banyak, sehingga sebagai
konsekuensinya jantung memompa darah lebih cepat. Dalam percobaan ini,
kesanggupan OP dinyatakan kurang karena membutuhkan waktu lebih dari 3 menit
untuk kembali pada keadaan basal yang dimana hal ini menunjukkan kemampuan
jantung dalam memompa darah dan kembali pada keadaan basal adalah kurang.
d. Test Lari 1,5 Mile Cooper
Pada percobaan ini tujuannya adalah untuk mengetahui kesanggupan badan
dalam melakukan aktivitas berat yang ditentukan menggunakan tabel berdasarkan
waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 1,5 Mile. Pada percobaan ini, OP
adalah OP memerlukan waktu 9 menit 45 detik untuk menempuh jarak 1,5 mile dan
berdasarkan tabel, dapat ditarik kesimpulan bahwa OP memiliki kesanggupan badan
yang baik.
e. Test Peninggian Tekanan Darah Dengan Pendinginan (Cold Pressure Test)
Percobaan ini merupakan tes peningkatan tekanan darah dengan pendinginan
yang dilakukan dengan cara memberikan rangsang pendinginan pada tangan yaitu
diletakkan di dalam suatu wadah berisi air es bersuhu 4C selama kurang lebih 20
menit. Selama proses tersebut, dilakukan tes pengukuran tekanan darah pada lengan
yang berlawanan. Perbedaan tekanan darah saat intervensi dan saat tekanan basal
menunjukkan aktivitas vascular dimana pada OP dapat digolongkan pada golongan
hiporeaktif karena kenaikan tekanan darah OP sistolik dibawah 20mmHg dan tekanan
diastolic dibawah >15mmHg, pada OP didapatkan kenaikan tekanan darah sistolik
dan diastolic masing-masing 10 mmHg.
f. Indeks Jantung
Pada percobaan indeks jantung, OP mempunyai indeks jantung sebesar 2,98 L.
Nilai indeks jantung dipengaruhi oleh curah jantung dan luas permukaan tubuh,
dimana curah jantung berbanding terbalik dengan luas permukaan tubuh. Luas
permukaan tubuh dapat dihitung dari tinggi badan dan berat badan seseorang.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Setiap individu memiliki daya tahab/ kesanggupan tubuh yang berbeda-beda.
2. Kesanggupan tubuh dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, temperature dan
kebiasaan untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak tenaga.
3. Besar kecilnya nilai indeks jantung, dipengaruhi oleh tinggi dan berat badan
seseorang.
4. OP termasuk ke dalam golongan hiporeaktor pada percobaan Cold Pressor Test
karena tekanan sitolik dan diatoliknya menurun hingga 10mmHg.
b. Saran
Setiap orang memiliki daya tahan/kesanggupan tubuh yang berbeda-beda, oleh
karena itu diperlukan latihan fisik ataupun olahraga yang cukup dan teratur serta
asupan gizi yang baik agar seseorang dapat memiliki kesanggupan tubuh yang baik.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Gunawan Lany, 2007. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Cetakan ke – 8. Penerbit Kanisius :
Yogyakarta.
Guyton. 1997. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC
Sharkey, Brian.2003. Kebugaran Dan Kesehatan Edisi I. Jakarta: Raja Grafindo Persada