Anda di halaman 1dari 4

Dasar Teori.

A. Kesanggupan Kardiovaskular

Kesanggupan kardiovaskular diperiksa dengan cara mengukur tekanan darah arteri


probandus setelah melakukan exercise yaitu naik turun bangku Harvard (Harvard Step Test).

Tes Harvard dapat digunakan untuk menentukan indeks kesanggupan badan


seseorang dalam melakukan aktivitas otot. Indeks kesanggupan badan seseorang, dapat
ditentukan melalui perhitungan cara lambat dan cepat, dapat diketahui bahwa indeks
kesanggupan badan sangat bergantung dari lamanya probandus mampu terus menerus
naik-turun bangku dan frekuensi denyut nadinya segera setelah ia melakukan aktivitas
tersebut. Semakin lama probandus mampu bertahan naik-turun bangku dan semakin cepat
frekuensi denyut nadinya pulih ke frekuensi normal, maka semakin baik pula
kesanggupannya. Kesanggupan badan seseorang dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan
Badan (IKB) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan cara lambat
dan cepat. Semakin besar nilai dari IKB seseorang maka kesanggupan badannya semakin
baik (Andrajati, Retnosari dkk., 2008).
Tes Harvard memiliki kelebihan dan kekurangannya, yaitu :
a. Kelebihan dari tes Harvard:
1. Peralatan yang minim
2. Mudah untuk dilakukan
3. Dapat dilakukan sendiri-sendiri
b. Kekurangan dari tes Harvard:
1. Tingkat stress yang tinggi
2. Tidak boleh untuk anak-anak
3. Dipengaruhi oleh variasi maksimum detak jantung (HR)
4. Hanya 60% hingga 80% korelasi dengan VO 2 max tes (Vanus, 2006).

Faktor yang dapat mempengaruhi kesanggupan kardiovaskuler seseorang antara


lain adalah beban kerja yang diberikan, kapasitas kerja dan frekuensi naik turun Harvard.
Pengaliran darah ke seluruh tubuh ketika beraktivitas, akan menyebabkan pembuluh darah
disekitar otot mengalami vasodilatasi (lebih besar) agar darah lebih banyak dialirkan.
Vasodilatasi ini akan berlanjut pada penurunan tahanan perifer. Selain itu peningkatan
kardiak output juga dipengaruhi oleh peningkatan aliran balik vena akibat dari
meningkatnya tonus otot karena pergerakan fisik dan penurunan tekanan intratorak.
Penurunan tekanan intratorak merupakan akibat dari reaksi tubuh yaitu inspirasi yang
dalam pemenuhan kebutuhan O2 untuk menghasilkan energi. Udara mengalir dari atmosfir
ke paru-paru juga karena tekanan di atmosfir lebih tinggi dibandingkan tekanan intratorak.
Karena penurunan tekanan ini maka tekanan pada vena pada bagian ekstremitas bawah
akan lebih tinggi sehingga akan meningkatkan aliran darah ke jantung.

Peningkatan kardiak output juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan
merangsang saraf simpatis sehingga denyut nadi meningkat. Perlu diketahui bahwa
perangsangan saraf simpatis akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pada
bagian tubuh yang lain kecuali pada pembuluh di disekitar otot yang telah diuraikan
sebelumnya. Berhubungan dengan kardiak output, dapat dijelaskan pula bahwa seorang
atlet dan orang biasa memilki kardiak output yang sama. Akan tetapi, yang membedakan
adalah pada kualitas volume sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan jantung setiap
kontraksi). Setiap kali jantung berkontraksi akan menghasilkan darah yang lebih banyak
dibandingkan orang biasa. Sehingga untuk menghasilkan kardiak output yang sama dengan
atlet, jantung orang biasa akan lebih banyak berkontraksi. Seperti yang kita ketahui kardiak
output didapatkan dari pengalian denyut jantung dengan volume sekuncup. Dari sini, kita
dapat menyimpulkan bahwa kontraksi jantung pada atlet lebih sedikit tetapi karena volume
sekuncup lebih banyak sehingga bisa menyamai kardiak output dari orang biasa yang
jantungnya lebih banyak berkontraksi, tetapi volume sekuncupnya lebih sedikit. Hal inilah
yang menjadi alasan mengapa tekanan darah atlit lebih rendah dibanding yang biasanya
(kontraksi jantung lebih sedikit) (Doohan ,2000).

Dalam sirkulasi sistemik, tekanan darah tertinggi terletak pada arteri dan terendah
di pembuluh darah kecil. Tekanan darah tertinggi di arteri dan jatuh terus seperti darah
mengalir melalui sistem sirkulasi. Penurunan tekanan terjadi karena energi yang hilang
akibat hambatan dari pembuluh darah. Resistensi terhadap aliran darah juga berasal dari
gesekan antara sel-sel darah. Peningkatan tekanan yang cepat terjadi saat ventrikel kiri
mendorong darah ke aorta dapat ditinggalkan sebagai denyut nadi, atau tekanan
gelombang, diteruskan melalui arteri berisi cairan dari sistem kardiovaskular. Gelombang
tekanan sekitar 10 kali lebih cepat dari darah itu sendiri (Doohan, 2000).

B. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, volume, dan laju
serta kekuatan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan
puncak terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio
tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari
100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80
mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).

Secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu tekanan darah sistolik (angka atas)
yaitu tekanan yang timbul akibat pengerutan bilik jantung sehingga ia akan memompa darah
dengan tekanan terbesar, dan diastolik (angka bawah) yang merupakan kekuatan penahan
pada saat jantung mengembang antar denyut, terjadi pada saat jantung dalam keadaan
mengembang (saat beristirahat). Tekanan darah normal (normotensi) sangat dibutuhkan
untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-zat gizi.
Tekanan darah ada dalam pembuuh darah, sedangkan tekanan darah tertinggi ada dalam
arteri terbesar (Martuti, 2009).

Secara umum tekanan darah yang ideal adalah 120/80 mmHg (sistolik/diastolik). Batas
normal adalah bila tekanan sistolik tidak lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik tidak
lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah termasuk kategori tinggi jika tekanan sistolik lebih dari
160 mmHg dan diastolik di atas 99 mmHg, dalam 3 kali pemeriksaan berturut11 turut selama
selang waktu 2-8 minggu. Menurut WHO, tekanan darah dianggap normal bila kurang dari
135/85 mmHg, dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, dan diantara nilai tersebut
digolongkan normal tinggi (Martuti, 2009).

Tabel Klasifikasi tekanan darah :


Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 100 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 90-99

Hipertensi stage 2 ≥ 160 ≥ 100

Dapus

Andrajati, Retnosari dkk. 2008. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Depok :
Departemen Farmasi FMIPA UI

Doohan, James. 2000. The Cardiovascular System and Exercise.


(http://www.biosbcc.net/doohan/sample/index.htm diakses tanggal 9 Desember 2018).

Martuti. 2009. Merawat dan Menyembuhkan Hipertensi. Bantul. : Kreasi Wacana

Smelzer, S.C., & Bare, B.G. 2002. Textbook of Medical-Surgical Nursing (10th ed.), Philadhelpia
: Lippincott Williams & Wilkins.

Vanus, Fitness. 2006. Harvard Step Test. (http://www.fitnessvenues.com/style.css, diakses pada


tanggal 9 Desember 2018).

Anda mungkin juga menyukai