Anda di halaman 1dari 31

ABSTRAK

Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia dari koloid
dan sistem koloid lahan gambut. Praktikan melakukan dua kali percobaan, yaitu tentang
koloid artifisial (buatan), dan koloid natural (alami). Dalam membuat larutan koloid artifisial
praktikan mencampurkan serbuk tanah dengan air, kemudian menyinari 200 ml larutan koloid
tersebut dengan senter baterai, mengukur pH awal larutan, dan menurunkan pHnya setelah
ditambahkan satu tetes asam klorida (HCl) 6M, setelah menambahkan tawas sebanyak 2,5
gram muncul endapan di permukaan gelas bekker dan menjadi lebih jernih. Larutan induk
yang digunakan sebagai koloid alami adalah air gambut. Dalam percobaan ini praktikan
memberikan perlakuan yang sama seperti sebelumnya, hanya saja tawas yang diberikan
sebanyak 5 g, hasilnya pada proses penyinaran menggunakan senter baterai ternyata
cahayanya diteruskan.
Jadi, partikel-partikel pada larutan koloid artifisial ukurannya lebih besar daripada
partikel-partikel pada larutan koloid alami, hal ini karena koloid artifisial dibuat dari serbuk
tanah yang kemungkinan telah banyak bercampur dengan bermacam-macam partikel,
sedangkan koloid natural terjadi secara alami. Untuk pH, koloid alami memiliki pH yang
lebih rendah saat ditambah HCl.
Sistem koloid banyak digunakan dalam berbagai industri seperti industri kosmetik,
makanan, dan farmasi. Penyebab sistem koloid sering digunakan karena sifat karakteristik
koloid yang sangat penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak
saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil

Kata kunci : dispersi, efek Tyndall, koagulasi, gerak Brown.

PERCOBAAN 5
KIMIA KOLOID: SIFAT FISIKOKIMIA KOLOID LAHAN GAMBUT

5.1 PENDAHULUAN

5.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia dari koloid dan
sistem koloid lahan gambut.

5.1.2 Latar Belakang


Kita telah sering menjumpai koloid di kehidupan sehari-hari. Contoh-conntoh koloid
yang sering kita temui seperti susu, tinta, agar-agar, shampoo, bahkan asap dan kabut
termasuk koloid yang bisa kita jumpai tiap hari. Pada industri kimia, seperti pemutihan gula
tebu yang masih berwarna. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan
melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Maka partikel-partikel koloid akan
mengabsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula berwarna putih.
Pada industri kimia lainnya, koloid sering menjadi kajian tersendiri karena
kepentingannya. Hal ini karena dalam industri tersebut diperlukan sistem koloid untuk
pembuatannya, seperti pada industri keju, pasta gigi, sabun, deterjen, dan sebagainya. Selain
dari itu, koloid juga berfungsi dalam penjernihan air, pemutihan gula, penggumpalan darah,
dan lain sebagainya.
Pada percobaan ini akan dipelajari tentang sifat-sifat fisik dan kimia dari koloid.
Kemudian untuk mempelajari perbedaan antara koloid buatan dengan koloid alami. Pada
percobaan ini akan dilakukan percobaan pada lahan gambut sebagai pengamatan tentang
koloid alami, yang kemudian diamati sistem dan perbedaannya dengan koloid buatan.

5.2 DASAR TEORI

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara
merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar
antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal
dari suatu partikel. Contoh dari sistem koloid adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk
warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang
lain, seperti mayonais, hairspray, jelly, dan lain-lain (Nabilah,2008).
Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu suspensi. Bila
suatu bahan berada dalam keadaan subdifisi ini. Bahan itu memperagakan sifat-sifat yang
menarik dan penting yang tidak merupakan cirri dari bahan dalam agregat yang lebih besar
(Keenan,1984: 455).
Larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi kasar mempunyai perbedaan dalam
beberapa hal. Pada jumlah fase,larutan sejati hanya mempunyai satu fase, sedangkan sistem
koloid dan suspensi kasar mempunyai dua fase. Dalam distribusi partikel larutan sejati
bersifat homogen, sedangkan sistem koloid dan suspensi kasar bersifat heterogen. Kemudian
dalam penyaringan,larutan sejati tidak dapat disaring, dan sistem koloid juga tidak dapat
disaring, kecuali dengan penyaring ultra, sedangkan suspensi kasar dapat disaring. Dan
terakhir, dalam kestabilan larutan sejati dengan sistem koloid mempunyai kestabilan yang
stabil (tidak memisah), sedangkan suspensi kasar memiliki kestabilan yang tidak stabil
(memisah) (Elaine,2006).
Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata atau
dengan mikroskop biasa, walaupun demikian, partikel ini dapat mempengaruhi cahaya
tampak, ukuran partikelnya yang cocok untuk menyebabkan cahaya tersebar dengan sudut-
sudut yang besar. Bila konsentrasi koloidnya besar, penyebaran cahayanya ini akan
menyebabkan larutan koloid kelihatan jenuh. Jadi, cahaya tak diteruskan, contohnya susu.
Sinar yang datang pada susu disebarkan oleh partikel-partikel koloid. Susu kemudian
diadsorpsi, sehingga tak diteruskan. Bila konsentrasi lebih kecil, dispensi koloidnya kelihatan
seperti awan dan bila diencerkan lagi bisa lebih terang (transparan) misalnya saja larutan
kanji yang encer akan kelihatan terang (Syukri,1999: 456).
Baik zat terdispersi maupun pendispersi dapat berbentuk gas, cairan ataupun padatan
(kecuali keduanya berbentuk gas, karena molekul gas tidaklah sebesar koloid), berikut jenis-
jenis dari koloid:
1. Sol (Fase terdispersi padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat.
Contoh: Paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair.
Contoh: Cat, tinta, tepung dalam air
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas.
Contoh: Debu di udara, asap pembakaran
2. Emulsi (Fase terdispersi cair)
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat.
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair.
Contoh: Susu, mayonais, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas.
Contoh: Hairspray, obat nyamuk
3. Buih (Fase terdispersi gas)
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat.
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair.
Contoh: Putih telor yang dikocok, busa sabun
(Elaine,2006).
Selain dari jenis-jenis koloid, terdapat juga sifat-sifat koloid:
1. Efek Tyndall
Untuk menentukan apakah suatu campuran merupakan larutan sejati atau koloid, sering
digunakan metode Efek Tyndall, jika cahaya melewati larutan sejati. Pengamat yang
melihatnya dari arah tegak lurus terhadap sinar tidak melihat cahaya. Tetapi dalam suspensi
koloid cahayanya dibaurkan ke segala arah dan dapat dilihat dengan mudah. Sifat ini mula-
mula dipelajari oleh Tyndall pada tahun 1869, dan dikenal sebagai efek Tyndall. Contoh lain
mengenai pembauran ialah oleh partikel debu dalam cahaya dari proyektor film dalam ruang
gelap (Petrucci,1987: 80).
Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan
sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya,
sedangkan pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-
partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan
sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati (Nabilah,2008).
2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi
tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid di bawah mikroskop ultra,
maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zig-zag.
Pergerakan zig-zag ini dinamakan Gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa
bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya
bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair
atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel
koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran
partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga
terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zig-zag atau Gerak Brown (Nabilah,2008).
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat Gerak Brown terjadi. Demikian
pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat Gerak Brown yang terjadi. Hal
ini menjelaskan mengapa Gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan
dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu
sistem koloid, maka semakin besar energy kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya Gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin
cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka Gerak Brown
semakin lambat (Nabilah,2008).
3. Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel (Catatan: Adsorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Pada permukaan partikel koloid terdapat gaya Van der Waals terhadap molekul atau ion lain
disekitarnya. Melekatnya zat lain pada permukaan koloid itu disebut adsorpsi. Suatu koloid
umumnya hanya mengadsorpsi ion positif atau ion negatif saja. Ion yang teradsorpsi dapat
membentuk satu atau dua lapisan. Contohnya koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena
permukaannya menyerap ion H+ dan koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya
menyerap ion S2 (Nabilah,2008).
4. Muatan Koloid (Sifat Listrik)
Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik sesuai dengan muatan
ion yang diserapnya. Muatan koloid dapat diketahui dengan mencelupkan batang elektroda.
Yang bermuatan positif akan tertarik (berkumpul) ke elektroda negatif, sedangkan yang
bermuatan negatif tertarik ke elektroda positif (Syukri,1999: 458).
5. Koagulasi Koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat
terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan (Nabilah,2008).
6. Koloid Pelindung, Dialisis dan Elektroforesis
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari
proses koagulasi. Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini
disebut proses dialisis. Elektroforesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang
bermuatan dengan menggunakan arus listrik (Nabilah,2008).
Jika suatu mikroskop optis difokuskan pada suatu dispensi koloid pada arah yang tegak
lurus pada berkas cahaya dan dengan latar belakang gelap, akan Nampak partikel koloid.
Bukan sebagai partikel dengan batas yang jelas, melainkan sebagai bintik yang berkilauan.
Dengan mengikuti bintik-bintik cahaya yang dipantulkan ini, orang dapat melihat bahwa
partikel koloid yang terdispersi ini bergerak terus-menerus secara acak menurut jalan yang
berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut
Gerakan Brown, menurut nama seorang ahli Botani Inggris, Robert Brown yang mempelajari
dalam tahun 1827. Sebab Gerakan Brown ini masih tak dimengerti sampai sekitar tahun
1905, ketika Albert Einstein menerbitkan analisis matematis mengenai gerakan ini. Einstein
menunjukkan bahwa suatu partikel mikroskopik yang melayang dalam suatu medium akan
menunjukkan suatu gerakan acak karena banyakanya tabrakan oleh molekul-molekul pada
sisi-sisi partikel itu tidak sama (Keenan,1984: 458).
Koloid seperti pada larutan kopi dan pada perairan rawa/gambut, bila dibiarkan dalam
waktu yang lama, tidak akan terjadi proses pemisahan ataupun pengendapan. Bahkan dengan
proses penyaringan/filtrasi, terkecuali engan proses membran kolid sukar berdifusi krena
ukurannya yang relatif besar. Larutan koloid biasanya keruh dan menyerakkan/memendarkan
sinar yng mengenai larutan tersebut. Partikel-partikel koloid mempunyai luas permukaan
yang sangat besar bila dibandingkan dengan larutan kasar dengan massa yang sama. Atas
dasar ini koloid mempunyai daya adsorbsi yang besar. Partikel-partikel koloid mempunyai
muatan listrik akibat penyerapan ion-ion dalam larutan. Muatan ini dapat positif atau negative
(Tim Dosen Teknik Kimia, 2011:47).

5.3 METODOLOGI PERCOBAAN

5.3.1 Alat dan Rangkaian Alat


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
 Gelas piala 500 ml
 Gelas piala 250 ml
 Gelas piala 200 ml
 Gelas piala 50 ml
 Gelas ukur
 Gelas arloji
 Pipet tetes
 Tabung reaksi
 Pengaduk gelas
 pH meter
 Mesin sentrifugal
 Senter baterai
 Sendok plastik

5.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
 Tepung kanji 15 ml
 Larutan HCl pekat
 Tawas 5 g
 Air rawa yang keruh
 Serbuk tanah/debu
5.3.3 Prosedur Kerja

5.3.3.1 Koloid Artifisial (Buatan)


1. Diambil gelas arloji, kemudian dimasukkan ke dalam neraca analitis, dan dikalibrasikan.
2. Diambil serbuk tanah 15 g, kemudian dimasukkan ke dalam neraca analitis, dan ditimbang di
atas gelas arloji.
3. Dimasukkan serbuk tanah ke dalam gelas piala 500 ml, ditambahkan 400 ml air, diaduk dan
diamati endapan.
4. Dipisahkan endapan dengan larutan dengan cara didekantir ke dalam gelas 500 ml. Larutan
ini sebagai larutan induk.
5. Dimasukkan larutan induk ke dalam gelas piala 200 ml.
6. Dilakukan penyinaran pada larutan (5) dengan senter baterai. Diamati jalannya sinar. Apakah
sinarnya diteruskan, diserap sebagian, atau diserap seluruhnya.
7. Diukur pH larutan (5), ditetesi HCl pekat sebanyak 2 tetes. Diamati penurunan pHnya dan
diamati perubahan yang terjadi.
8. Dimasukkan larutan induk ke dalam gelas piala 50 ml, ditambahkan tawas 2,5 g.
9. Diaduk dan ditunggu 20 menit. Diamati perubahan yang terjadi.
10. Diukur kanji sebanyak 15 ml pada gelas ukur, dicampur dan diaduk dengan larutan induk 100
ml dalam gelas piala 250 ml.
11. Dilakukan penyinaran pada larutan (9) dengan senter baterai. Diamati jalannya sinar. Apakah
sinarnya diteruskan, diserap sebagian,atau diserap seluruhnya.
12. Dimasukkan larutan induk pada 2 tabung reaksi, masing-masing hingga setengah tabung
reaksi.
13. Dilakukan sentrifuge pada 2000 rpm selama 15 menit. Diamati perubahan yang terjadi.

5.3.3.2 Koloid Alami


1. Dimasukkan air rawa yang keruh sebanyak 500 ml ke dalam gelas piala 500 ml. Larutan ini
sebagai larutan induk.
2. Dimasukkan larutan induk ke dalam gelas piala 200 ml.
3. Dilakukan penyinaran pada larutan (2) dengan senter baterai. Diamati jalannya sinar. Apakah
sinarnya diteruskan, diserap sebagian, atau diserap seluruhnya.
4. Diukur pH larutan (2), ditetesi HCl pekat sebanyak 2 tetes. Diamati penurunan pHnya dan
diamati perubahan yang terjadi.
5. Dimasukkan larutan induk ke dalam gelas piala 100 ml, ditambahkan tawas 5 g.
6. Diaduk dan ditunggu 20 menit. Diamati perubahan yang terjadi.
7. Diukur kanji sebanyak 15 ml pada gelas ukur, dicampur dan diaduk dengan larutan induk
100 ml dalam gelas piala 250 ml.
8. Dilakukan penyinaran pada larutan (6) dengan senter baterai. Diamati jalannya sinar. Apakah
sinarnya diteruskan, diserap sebagian, atau diserap seluruhnya.
9. Dimasukkan larutan induk pada 2 tabung reaksi, masing-masing hingga setengah tabung
reaksi.
10. Dilakukan sentrifuge pada 2000 rpm selama 15 menit. Diamati perubahan yang terjadi.
5.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4.1 Data Hasil Pengamatan

5.4.4.1 Koloid Artifisial (Buatan)


Tabel 5.4.4.1 Hasil Pengamatan Koloid Artifisial (Buatan)
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Membuat larutan koloid: - Massa serbuk tanah =15 g.
- Menimbang serbuk tanah - Volume air = 400 ml.
- Memasukkan dan menambahkan air ke
dalam gelas piala 500 ml.
2. Memisahkan endapan dengan larutan - Volume larutan 400 ml
dengan cara didekantir ke dalam gelas - Larutan berwarna coklat
piala 500 ml. Larutan ini sebagai larutan gelap di bagian bawah, dan
induk. coklat terang di bagian atas.
3. Mengambil larutan induk Volume larutan induk= 200 ml.
4. Menyinari larutan induk dengan senter Cahaya sinarnya diserap
baterai. seluruhnya.
5. Mengukur pH larutan induk. pH larutan induk = 7,5
6. Menambahkan larutan HCl pekat pH turun menjadi = 5,15
sebanyak 2 tetes.
7. Mengambil larutan induk, lalu - Volume larutan induk 50 ml.
memasukkan ke dalam gelas piala 50 ml, - Larutan tetap keruh dan di
dan menambahkan tawas 2,5 g. bawah larutan terdapat
Mendiamkan selama 20 menit. endapan.
8. Mengukur kanji pada gelas ukur. Volume kanji 15 ml.
9. Mencampur kanji dengan larutan induk Larutan berubah menjadi putih
100 ml ke dalam gelas piala 250 ml, susu.
kemudian mengaduk larutannya.
10. Menyinari larutan dengan senter baterai. Cahaya sinarnya diserap
sebagian.
11. Memasukkan larutan induk pada 2 Air menjadi bening, dan
tabung reaksi masing-masing hingga endapan terpisah dengan
setengahnya. Memasukkan kedua tabung larutan ke bawah.
reaksi ke dalam mesin sentrifugal dan
melakukan sentrifuge pada 2000 rpm
selama 15 menit.

5.4.4.2 Koloid Alami


Tabel 5.4.4.2 Hasil Pengamatan Koloid Alami
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Mengambil air rawa yang keruh dan Volume air rawa 500 ml.
memasukkan ke dalam gelas piala 500
ml. Larutan ini induknya.
2. Mengambil dan memasukkan larutan Volume larutan induk 200 ml.
induk ke dalam gelas piala 200 ml.
3. Menyinari larutan induk dengan senter Cahaya sinarnya diteruskan.
baterai.
4. Mengukur pH larutan induk. pH larutan induk = 7,20
5. Menambahkan larutan HCl pekat pH turun menjadi = 3,48
sebanyak 2 tetes.
6. Mengambil larutan induk,lalu - Volume larutan induk 100 ml
memasukkan ke dalam gelas piala 100 - Larutan tetap keruh, tetapi tak
ml, dan menambahkan tawas 5 g. ada endapan.
Mendiamkan selama 20 menit.
7. Mengukur kanji pada gelas ukur. Volume kanji 15 ml.
8. Mencampur kanji dengan larutan induk Larutan berubah menjadi putih
100 ml ke dalam gelas piala 250 ml. susu.
9. Menyinari larutan dengan senter baterai. Cahaya sinarnya diserap
sebagian.
10. Memasukkan larutan induk pada 2 Air menjadi bening, dan
tabung reaksi masing-masing hingga endapan menghilang.
setengahnya. Memasukkan kedua tabung
reaksi ke dalam mesin sentrifugal dan
melakukan sentrifuge pada 2000 rpm
selama 15 menit.

5.4.2 Pembahasan

5.4.2.1 Koloid Artifisial (Buatan)


Pada percobaan ini dilakukan pembuatan larutan koloid dengan menggunakan
campuran dari serbuk tanah dan air. Setelah larutan dibuat, ketika dilakukan penyinaran pada
larutan, ternyata sinar senter diserap seluruhnya. Hal ini terjadi karena adanya Efek Tyndall,
yaitu sifat jika seberkas cahaya dilewatkan maka cahaya tersebut akan disebarkan atau
dihamburkan. Pada larutan koloid buatan dari serbuk tanah tadi,akibat dari serbuk tanah maka
larutannya berwarna coklat keruh, karena partikel-partikel pada serbuk tanah tadi masih
tergolong relatif besar, sehingga cahaya yang iberikan diserap seluruhnya oleh larutan.
Ketika pengukuran pH pada larutan koloid buatan tadi, angka pH yang ditunjukkan
tidak tetap (selalu berubah-ubah). Hal tersebut terjadi karena sifat koloid yang biasa disebut
Gerak Brown, yaitu partikel koloid yang selalu bergerak lurus ke segala arah, karena sifat
koloid yang selalu bergerak ke segala arah tersebut pH yang ditunjukkan berubah-ubah.
Dengan mencari pH stabilnya,
akhirnya didapat pHnya adalah 7,5. pH tersebut menunjukkan bahwa larutan koloid
buatan tersebut bersifat netral. Tapi, ketika larutan ditambahkan larutan HCl sebanyak 2 tetes,
pH larutan turun menjadi 5,15 dan larutan berubah menjadi bersifat asam. Penurunan pH
tersebut terjadi karena adanya gaya adsorpsi dari larutan koloid. Larutan koloid tersebut
menyerap ion H+ yang berasal dari larutan HCl, sehingga larutan menjadi bersifat asam.
Pada penambahan tawas pada larutan koloid menghasilkan larutan koloid yang sedikit
lebih jernih dan terbentuk endapan. Penambahan tawas tersebut membuat koloid menjadi
tidak stabil. Tawas jika dilarutkan dalam air akan membentuk aluminium hidroksida yang
dapat melepaskan ion Al3+ dalam air. Ion positif inilah yang akan menetralkan ion-ion negatif
koloid dalam larutan, sehingga penyerapan terhadap ion Al3+ akan mengakibatkan terjadinya
penggumpalan partikel koloid, atau yang biasa disebut peristiwa koagulasi. Akibat dari tidak
adanya kestabilan ini, maka terjadilah endapan. Berikut reaksi yang terjadi:
Al2(SO4)3 + 6H2O → 2Al(OH)3 + 3H2SO4
Pada penambahan 15 ml kanji pada larutan koloid, larutan menjadi lebih kental dan
pekat dan larutan berubah menjadi putih susu. Hal ini terjadi karena larutan kanji sudah
merupakan koloid, sehingga ketika dicampurkan larutan koloid menjadi semakin koloid.
Ketika dilakukan penyinaran terhadap larutan tersebut,cahaya diserap sebagian. Hal ini
terjadi karena partikel-partikel larutan koloid sebelumnya relatif besar berkurang menjadi
lebih kecil karena terjadinya penggumpalan antara larutan koloid dengan kanji.
Kemudian pada tahap akhir, larutan koloid buatan dimasukkan dalam 2 tabung reaksi
untuk dimasukkan dalam mesin sentrifugal yang kemudian disentrifuge dengan kecepatan
2000 rpm selama 15 menit. Fungsi dari mesin sentrifugal sendiri merupakan pemisahan
berdasarkan gravitasi, memanfaatkan gaya sentrifugal dimana analit dalam sampel dapat
dipisahkan dengan gaya gravitasi yang menarik endapan ke dasar tabung. Pada dasarnya
prinsip sentrifuge yaitu memisahkan partikel berdasarkan berat jenisnya. Setelah larutan
koloid tadi disentrifuge, larutan menjadi sangat bening dan terdapat endapan di dasar tabung
reaksi. Hal ini sesuai dengan prinsip kerja sentrifuge, yaitu partikel yang lebih berat jatuh ke
dasar tabung reaksi dan akhirnya menjadi endapan.

5.4.2.2 Koloid Alami


Pada percobaan ini,digunakan larutan koloid alami yaitu air rawa yang keruh. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya sistem koloid pada air rawa tersebut, maka diperlukan
penyinaran. Saat dilakukan penyinaran, cahayanya ternyata diteruskan. Hal ini disebabkan
konsentrasi fase terdispersi pada air rawa lebih kecil daripada koloid buatan. Selain itu, pada
koloid buatan,partikel-partikelnya lebih besar dibanding koloid alami. Hal tersebut
dikarenakan pada koloid buatan proses pada pengadukannya kurang sempurna, sehingga
partikel-partikelnya masih terbilang besar. Berbeda dengan air rawa yang merupakan koloid
alami, pada koloid alami terjadi pelarutan sempurna (alami), sehingga partikel yang
dihasilkan lebih kecil.
Ketika pengukuran pH pada air rawa tersebut, berbeda dengan koloid buatan, karena
koloid alami telah mengalami pelarutan sempurna, maka Gerak Brown yang terjadi tidak
terlalu banyak, sehingga pH yang ditunjukkan tidak berubah-ubah, dan diperoleh pH sebesar
7,20. Ini berarti larutan bersifat netral seperti koloid sebelumnya yang pHnya belum
diturunkan. Kemudian ketika larutan ditambahkan 2 tetes HCl, pH larutan menurun banyak
menjadi 3,48. Terjadinya penurunan tersebut dikarenakan sifat adsorpsi koloid pada air rawa
yang sangat kuat, sehingga pH larutan menurun banyak dan akhirnya menjadi bersifat sangat
asam.
Saat air rawa ditambahkan tawas, hal yang terjadi sama persis dengan yang terjadi
pada koloid buatan pada saat ditambahkan tawas, yaitu larutan menjadi lebih jernih dan
terbentuk endapan akibat dari penggumpalan partikel-partikel koloid. Kemudian, saat air
rawa ditambahkan kanji, juga terjadi hal yang sama seperti pada koloid buatan, yaitu larutan
menjadi lebih kental dan pekat. Berbedanya,karena partikel-partikel koloid alami dari awal
lebih kecil, maka pada saat ditambahkan kanji menjadi lebih kecil lagi. Tapi, pada saat
dilakukan penyinaran cahaya diserap sebagian seperti pada koloid buatan pada saat
ditambahkan kanji.
Seperti pada koloid buatan, larutan koloid air rawa juga dilakukan sentrifuge untuk
mempercepat koagulasi dengan cara memisahkan partikel berdasarkan berat jenisnya. Setelah
dilakukan sentrifuge pada larutan, hasil yang didapat yaitu larutan menjadi bening dan tak
ada sedikitpun endapan. Tak adanya endapan dikarenakan koloid alami mengandung partikel
tanah yang sangat sedikit karena telah terjadi pelarutan yang sempurna hingga partikel larut
di dalam larutan koloid alami tersebut.
5.5 PENUTUP

5.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah:
1. Ada beberapa sifat koloid, yaitu seperti Efek Tyndall, Gerak Brown, adsorpsi, dan koagulasi.
2. Pada koloid buatan, cahaya diserap seluruhnya, sedangkan pada koloid alami cahaya
diteruskan.
3. Pada koloid buatan ataupun koloid alami, saat ditambahkan tawas larutan menjadi bening.
4. Jika ditambahkan HCl pekat baik pada koloid buatan atau koloid alami, pH keduanya
mengalami penurunan.
5. Pada koloid buatan ataupun koloid alami, saat ditambahkan kanji larutan menjadi lebih
kental dan pekat.
6. Untuk mempercepat proses koagulasi larutan maka bisa dilakukan dengan mesin sentrifugal.

5.5.2 Saran
Dalam melakukan percobaan,sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengamati setiap
perubahan yang terjadi pada setiap tahap. Praktikan juga harus hati-hati dalam penggunaan
bahan yang tergolong berbahaya. Dan yang paling penting, seorang praktikan harus fokus
terhadap percobaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Elaine.2006.”Pengertian dan Jenis-Jenis Koloid”.


www.sistemkoloid11.blogspot.com
diakses pada 29-09-2011.

Keenan,C.W,dkk.1984.”Kimia Untuk Universitas”.Erlangga: Jakarta.

Nabilah.2008.”Koloid”.
www.nabilahfirest.multiply.com
diakses pada 29-09-2011.

Petrucci,Ralph H.1987.”Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern”.

Syukri,S.1999.”Kimia Dasar 2”.ITB: Bandung.

Tim Dosen Teknik Kimia.2011.”Penuntun Praktikum Kimia Dasar”.Universitas Lambung


Mangkurat:Banjarbaru.

NB: File diatas ada beberapa yang dihilangkan seperti gambar, karena tidak bisa
copy paste langsung. Namun bagi kawan-kawan yang ingin mendownload filenya bisa
mendownload file yang aslinya dengan gambar. Silakan download disini
Percobaan 5 Kimia Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pergeseran garis pantai disebabkan adanya pembentukan sistem koloid yang disebut
proses pengendapan koloid. Terbentuknya delta pada muara sungai juga merupakan proses
pembentukan koloid. Di udara terdapat berbagai macam sistem koloid misalnya polutan padat
yang terdispersi dalam udara, yaitu asap dan debut. Kabut juga termasuk dalam sistem koloid.
Jadi, Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan suspensi. Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam
medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersikan disebut medium dispersi. Pada percobaan kali ini memiliki
tujuan untuk mengetahui cara pembuatan beberapa jenis koloid secara kondensasi dan
dispersi.
Supaya memiliki pengetahuan tentang sistem koloid, penulis melakukan percobaan
kali ini dengan beberapa percobaan seperti pembuatan sol Fe(OH)3, pembuatan sol belerang,
pembuatan gel agar –agar dan pembuatan emulsi minyak dalam air.

B. TUJUAN
Membuat sistem koloid dengan bahan – bahan yang ada di sekitar kita.

C. LANDASAN TEORI
SISTEM KOLOID

Koloid atau dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan ukuran
partikel yang lebih besar dari laritan tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran partikel
antara 1nm-100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang tetapi dapat diamati
dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.

SUSPENSI, LARUTAN, DAN KOLOID


1. Suspensi, merupakan sistem dispersi dengan partikel yang berukuran relatif besar tersebar
merta di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran
yang heterogen.
2. Larutan, merupakan system dispersi yang ukuran partikel-pertikelnya sangat kecil, sehingga
tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi
walaupun menggunkaan mikroskop ultra.
3. Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan sistem
dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tetapi lebih kecil dari suspensi.

Larutan Koloid Suspensi


(Dispersi Molekuler) (Dispersi Koloid) (Dispersi Kasar)

S Secara mikroskopis
Homogen, tak dapat dibedakan bersifat homogen, tetapi
walaupun menggunakan mikroskop heterogen jika Heterogen.
ultra. diamati dengan
mikroskop ultra.

Semua partikel berdimensi P Partikel berdimensi Salah satu atau semua


(panjang, lebar, atau tebal) kurang dari anatara 1nm sampai dimensi partikel besar
1nm. 100nm. dari 100nm.

Satu fasa. D Dua fasa. Dua fasa.


Stabil. P Pada umunya stabil. Tidak stabil.
Ti Tidak dapat disaring,
Tidak dapat disaring. kecuali dengan Dapat disaring
penyaringan ultra.
Contoh:
Air Sungai yang
Contoh: Contoh: keruh, campuran air
Larutan gula, larutan garam, alkohol Sabun, susu, santan, jeli, dengan pasir,
70%, larutan cuka, airlaut, udara yang selai, mentega, dan campuran kopi
bersih, dan bensin. mayones. dengan air, dan
campuran minyak
dengan air

JENIS-JENIS KOLOID
Sistem koloid terdiri atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium
dispersi). Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya. Koloid dapat dibedakan
menjadi 4 jenis sebagai berikut:

1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol.
Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi
berupa zat cair, disebut aerosol cair. Banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti hair
spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol
diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).

2. Sol
Sistem koloid dari pertikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid
jenis sol banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.

3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat
terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat
digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam
minyak (A/M).

4. Buih
Sistem koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya
dengan emulsi,untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih.

SIFAT-SIFAT KOLOID

1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu
disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar.
Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya,maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu
terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk
dapat menghamburkan sinar tersebut.Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya
relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop
ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk
zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid,
semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid,
semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit
diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga
dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik
yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

3. Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan :
Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam
suatu partikel).

Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:

Pemutihan gula tebu.


Norit.
Penjernihan air.

4. Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel
koloid bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan
partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode. Prinsip kerja
elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil industri dengan alat Cottrell.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
LARUTAN HOMOGEN DAN HETEROGEN

1. Larutan homogen, adalah jenis larutan yang antara zat terlarut dan zat pelarut menyatu dan
tidak dapat di bedakan, meskipun menggunakan mikroskop ultra.

2. Larutan heterogen, adalah jenis larutan yang antara zat terlarut dan zat pelarut menyatu dan
dapat di bedakan, meskipun secara kasat mata.

D. ALAT DAN BAHAN


a. Alat:
Gelas beker - Pipet tetes
Spiritus - Lumpang dan alu
Spatula - Penjepit
Rak tabung reaksi

b. Bahan:
Larutan FeCl3
Air suling
Serbuk belerang
Agar - agar powder
Minyak tanah
Gula pasir

E. CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan
2. Pembuatan sol Fe(OH)3
a. Panaskan 50ml air suling dalam gelas beker sampai mendidih dan tambahkan 25 tetes larutan
FeCl3, amati perubahan yang terjadi
3. Pembuatan sol belerang
a. Campurakan 1 sendok gula dan 1 sendok belerang dalam lumping, lalu gerus sampai halus.
Ambil 1 sendok teh campuran dengan sisanya dibuang kemudian tambahkan 1 sendok gula
dan gerus hingga halus. Lakukan sampai 4 kali. Tuangkan sedikit campuran terakhir dalam
gelas beker dan tambahkan 50ml air suling kemudian aduklah.
4. Pembuatan gel agar – agar
a. Isilah tabung reaksi dengan air sampai setengah tabung. Tambahkan 1 sendok spatula agar –
agar dan aduklah, panaskan sampai mendidih kemudian dinginkan.
5. Pembuatan emulsi minyak dan air
a. Masukan 5ml air, tambahkan 1ml minyak tanah dalam tabung eaksi, goncangkan kemudian
letakan dalam rak tabung.masukan 5ml air, 1ml miyak tanah dan 1ml larutan detergen.
Goncangkan kemudian letakan pad arak tabung. Perhatikan apa yang terjadi.
BAB II
ISI
A. HASIL PENGAMATAN
NO Percobaan Hasil Pengamatan
1. Pembuatan sol Fe(OH)3 Campuran air mendidih dengan FeCl3 menjadi
lebuh kental dan Fe(OH)3 warnanya coklat
kemerahan.
2. Pembuatan sol belerang Membentuk campuran yang berwarna putih
keruh dan setelah dibiarkan agak lama ada
endapan pada bagian bawah campuran.
3. Pembuatan gel agar – agar Setelah didinginkan atau dibiarkan sejenak,
menjadi padat seperti gel dan warnanya coklat
kemerahan.
4. Pembuatan emulsi minyak dan air -Air dan minyak tanah tidak tercampur, dan
minyak tanah berada diatas air.
-Minyak tanah dapat tercampur dengan air
dengan bantuan detergen.
B. ANALISIS DATA
1. Percobaan pembuatan sol Fe(OH)3
Pada percobaan pertama dalam pembuatan sol Fe(OH)3. Langkah pertama adalah
dengan menuangkan 50 ml air suling ke dalam gelas beker yang dipanaskan hingga
mendidih. Setelah itu menambahkan 25 tetes larutann FeCl3. Pemanasan tersebut ditujukan
untuk mempercepat proses pendispersian.Warna coklat kemerahan menunjukan bahwa sol
Fe(OH)3 sudah terbentuk. Berdasarkan uraian di atas pembuatan sol Fe(OH)3 menggunakan
cara kondensasi, yaitu reaksi hidrolisis. Karena koloid tersebut dibuat dengan menambahan
air dan garam FeCl3.

2. Percobaan pembuatan sol belerang


Pada percobaan kedua dalam pembuatan sol belerang. Langkah pertama adalah dengan
mencampurkan 1 sendok gula pasir dan 1 sendok belerang ke dalam lumpang dan digerus
sampai halus. Kemudian campuran tersebut diambil 1 sendok untuk digerus lagi dengan 1
sendok gula pasir, kegiatan tersebut dilakukan hingga 4 kali. Campuran terakhir dituangkan
sedikit ke dalam gelas kimia yang berisi air suling 50 ml kemudian diaduk. Belerang
memiliki sifat hidrofob sehingga belerang tidak dapat larut dalam air.Pada pembuatan sol
belerang kita lakukan dengan cara dispersi yaitu dengan pemecahan partikel kasar menjadi
partikel koloid melalui cara penghalusan dan mengaduknya dalam air.

3. Percobaan pembuatan gel agar – agar


Pada percobaan ketiga dalam pembuatan agar-agar. Langkah yang pertama, agar-agar
bubuk diambil 1 spatula kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi air suling
setengah tabung. Tabung tersebut dipanaskan di atas spiritus menggunakan penjepit tabung
sampai mendidih. Selanjutnya ditunggu hingga dingin. Proses pemanasan pada pembuatan
agar-agar dimaksudkan agar butir-butir kasar endapan agar-agar dapat menjadi partikel
koloid. Dari hasil pengamatan maka agar-agar tergolong jenis kolid emulsi padat dengan fase
terdispersi cair dan medium pendispersi padat. Cara pembuatan agar-agar termasuk dalam
cara dispersi dengan cara peptisasi karena dari butir-butir kasar agar-agar membutuhkan zat
pemecah yang berupa air agar dapat menjadi partikel koloid.

4. Percobaan pembuatan emulsi minyak dan air


Pada percobaan keempat dalam pembuatan emulsi minyak dan air. Langkah yang
dilakukan pertama adalah dengan memasukkan 5 ml air suling dan 1ml minyak tanah ke
dalam tabung reaksi lalu digoyang-goyangkan dan diamati. Selanjutnya memasukkan 5 ml air
suling, 1 ml minyak tanah dan 1 ml larutan detergen ke dalam tabung reaksi lalu digoyang-
goyangkan dan diamati. Air jika ditambahkan dengan minyak tergolang dalam jenis koloid
emulsi karena melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika
dicampurkan. Namun saat ditambahkan dengan detergen, air dan nminyak dapat bercampur
karena adanya zat emulator yang berupa detergen.

C. JAWABAN PERTANYAAN
a. Pertanyaan:
1. Mengapa pembuatan sol Fe(OH)3 digolongkan sebagai cara kondensasi? Tuliskan reaksinya.
2. Apa yang dimaksud sol? Berikan contohnya.
3. Apa yang dapat diamati pada pemanasan agar-agar, dan bagaimana jika sudah dingin?
4. Apa yang dimaksud emulsi? Apa fungsi sabun pada pembuatan emulsi?

b. Jawaban:
1. Pembuatan sol Fe(OH)3 digolongkan sebagai cara kondensasi karena merupakan
penggabungan partikel yang berasal dari air dengan partikel yang berasal dari FeCl3 melalui
pemanasan sehingga membentuk Fe(OH)3 sebagai sistem koloid.
2. Sol ialah koloid dengan zat terdispersinya padat. Berdasarkan fase mediumnya sol dibagi
menjadi 3 yaitu:
a. Sol padat (padat-padat)
Sol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat padat.
Contoh: logam paduan,kaca berwarna,intan hitam dan baja.
b. Sol cair (padat-cair)
Sol cair atau disebut sol adalah jenis koloid dengn zat fase padat terdispersi dalam zat fase
cair.
Contoh: cat,tinta,dan kanji
c. Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas.
Contoh: asap dan debu
3. Yang dapat diamati pada pemanasan agar-agar adala perubahan bentuk larutan yang
terbentuk setelah pemanasan agar – agar dihentikan. Dan ketika sudah dingin, agar - agar
akan berbtekstur diamana hal tersebut merupakan penggumpalan dari sol menjadi gel dan
apabila ditinjau dari terdispersinya agar-agar terdispersi dalam air.
4. Emulsi adalah sistem koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya zat cair.
Fungsi sabun dalam pembuatan emulsi minyak dan air adalah berperan sebagai zat emulgator
yang akan membuat minyak dan air yang tadinya tidak dapat bercampur menjadi dapat
bercampur.
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Ada beberapa cara dalam membuat koloid, yaitu cara kondensasi dan cara dispersi.
Cara kondensasi yaitu dengan menggabungkan partikel-partikel halus menjadi lebih
kasar melalui suatu reaksi kimia. Dalam percobaan ini dapat dilakukan dengan cara
hidrolisis .Sedangkan cara dispersi yaitu dengan memecah partikel-partikel kasar
menjadi partikel yang lebih halus atau partikel koloid.
2. Pembuatan sol Fe(OH)3 digolongkan sebagai cara kondensasi karena merupakan
penggabungan partikel yang berasal dari air dengan partikel yang berasal dari FeCl3
melalui pemanasan sehingga membentuk Fe(OH)3 sebagai sistem koloid.
3. Pada pembentukan sol belerang belerang harus dihaluskan dan dilarutkan bersama
gula karena belerang tidak larut dalam air. Fungsi gula pada proses ini adalah sebagai
zat yang membantu belerang membentuk koloid di dalam air karena sifat gula yaitu
akan membentuk larutan di dalam air.
4. Agar-agar tergolong jenis kolid emulsi padat dengan fase terdispersi cair dan medium
pendispersi padat
5. Air tidak akan pernah bercampur dengan minyak karena adanya perbedaan massa
jenis.Massa jenis minyak yang lebih kecil dari air membuat minyak akan selalu
berada di atas air.Detergen/sabun dapat membuat air dan minyak membentuk emulsi
karena gugus polar pada minyak memiliki sifat hidrofil sedangkan gugus nonpolarnya
akan menarik minyak dan mendispersikannya ke dalam air sehingga membentuk
sistem koloid.
6. Pada pembuatan sol belerang dan emulsi minyak digolongkan sebagai pembuatan
koloid dengan cara dispersi karena partikel kasar/tidak stabil (belerang dan minyak)
dipecah menjadi partikel koloid yaitu sol belerang dan emulsi minyak

B. SARAN
Dalam praktikum ini, diaharapkan siswa agar:
1. Melakukan praktikum dengan sungguh – sungguh agar pengamatan berhasil
2. Selalu menjaga keamanan dan kerapian laboratorium dengan meletakan peralatan lab sesuai
tempat yang ditentukan
3. Menuci peralatan praktikum sesudah maupun sebelum menggunakannya untuk menjaga
kebersihannya.
C. DAFTAR PUSTAKA
Kamaludin, Agus.2009. Cara Cepat Kuasai Konsep Kimia dalam 8 jam. Yogyakarta: Andi.
Retnowati, Priscilla. 2008. Seribu Pena Kimia untuk SMA/Ma Kelas XI. Semarang:
Erlangga.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/pengelompokan-koloid/
http://kimia.upi.edu/staf/nurul/Web%202011/0901979/jenis.htm
KIMIA KOLOID

A.Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah :


1. Mempelajari sifat koloid.
2. Mengamati perubahan NaCl dan air susu dengan penyinaran senter.
3. Mengamati perubahan NaCl dan susu dengan perlakuan sentrifuge.
4. Mengamati perubahan NaCl dan susu dengan penambahan HCl pekat.
5. Mengamati perubahan NaCl dan susu dengan penambahan tawas.

B. Teori Dasar

a. Pengertian koloid.
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan campuran
kasar. Meskipun secara makrokopis koloid tampak homogen, tetapi koloid digolongkan ke
dalam campuran heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat stabl dan tidak dapat
disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm – 100 nm. Sistem koloid terdiri atas
terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut
fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium
dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi
bersifat kontinu. (Keenan, 1984)

Dalam campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom, ataupun ion
disebarkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi koloid dapat
dihamburkan atau disebarkan dalam suatu medium sinambung, sehingga dihasilkan suatu
disperse ( sebaran ) koloid atau sistem koloid. Selai, mayones, tinta cina, susu dan kabut
merupakan contoh yang dikenal. Dalam sistem-sistem semacam itu, partikel koloid dirujuk
sebagai zat terdispersi( tersebar ) dan materi kontinu dalam mana partikel itu tersebar disebut
zat pendispersi atau medium pendispersi. (Arsyad, 2001)

Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium
pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Sol adalah system koloid yang
fase tedispersinya berupa zat padat dan medium pendispersinya berupa zat cair atau zat padat.
Bila medium pendispersinya berupa zat padat disebut sol padat. Sedangkan emulsi adalah
system koloid yang fase terdispersinya berupa zat cair dan medium pendispersinya berupa zat
cair atau zat padat. Bila medium pendispersinya berupa zat padat dikenal dengan emulsi
padat. Beberapa emulsi (fase terdispersi cair dan medium pendispersi cair) membentuk
campuran yang kurang stabil. Misalnya minyak dengan air, setelah dikocok akan diperoleh
campuran yang segera memisah jika didiamkan. Emulsi yang semacam itu memerlukan suatu
zat pengemulsi (emulgator) untuk membentuk suatu campuran yang stabil.

C. Sifat – Sifat Koloid

1. Efek Tyndall
Partikel debu, banyak diantaranya terlalu kecil untuk dilihat, akan nampak sebagai titik-titik
terang dalam suatu berkas cahaya. Bila partikel itu memang berukuran koloid, partikel itu
sendiri tidak nampak; yang terlihat ialah cahaya yang dihamburkan oleh mereka. Hamburan
cahaya itu disebut efek tyndall. Ini disebabkan oleh fakta bahwa partikel kecil
menghamburkan cahaya dalam segala arah.

Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan dispersi koloid dan suatu larutan biasa,
karena atom, molekul, ataupun muaatan yang berbeda dalam suatu larutan tidak
menghamburkan cahaya secara jelas dalam contoh-contoh yang tebalnya tak seberapa.
Penghamburan cahaya tyndall dapat menjelaskan betapa buramnya dispersi koloid. Misalnya,
meskipun baik minyak zaitun maupun air itu tembus cahaya, dispersi koloid dari kedua zat
ini nampak seperti susu.

2. Gerak Brown
Jika suatu mikroskop optis difokuska pada suatu dispersi koloid pada arah yang tegak lurus
pada berkas cahaya dan dengan latar belakang gelap, akan nampak partikel-partikel koloid,
bukan sebagai partikel dengan batas yang jelas, melainkan sebagai bintik yang berkilauan.
Dengan mengikuti bintik-bintik cahaya yang dipantulkan ini, orang dapat melihat bahwa
partikel koloid yang terdispersi ini bergerak terus-menerus secara acak menurut jalan yang
berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut
gerakan brown, menurut nama seorang ahli botani Inggris, Robert Brown, yang
mempelajarinya dalam tahun 1827.

3. Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat lain, seperti ion
H+ dan OH- dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya adsorpsi, minimum harus ada
dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat, dan zat yang menarik
disebut adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion ada permukaan partikel koloid maka
partikel koloid dapat bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang
mengelilinginya.

Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada
permukaannya.Oleh karena itu partikel koloid bermuatan listrik.Penyerapan pada permukaan
ini disebut dengan adsorpsi. Contohnya sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif
sehingga bermuatan positif dan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan
negatif. Pemanfaatan sifat adsorpsi koloid dalam kehidupan antara lain dalam proses
pemutihan gula tebu, dalam pembuatan norit (tablet yang terbuat dari karbon aktif) dan dalam
proses penjernihan air dengan penambahan tawas.

4. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid.Koloid distabilkan oleh
muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan, maka kestabilannya akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat
terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahakan ke dalam system koloid.
Apabila arus listrik dialirkan cukup lama kedalam sel elektroforesis, maka partikel koloid
akan digumpalkan ketika mencapai electrode. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit
terjadi karena koloid bermuatan positif menarik ion negative dan koloid bermuatan negative
menarik ion positif. Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Jika selubung
itu terlalu dekat, maka selubung itu akan menetralkan koloid sehingga terjadi koagulasi.

System koloid dapat dibuat dengan menggabungkan ukuran partikel-partikel larutan sejati
menjadi berukuran partikel koloid atau dinamakan kondensasi. Selain itu juga dapat dibuat
dengan cara menghaluskan ukuran partikel suspense kasar menjadi berukuran partikel koloid,
cara ini dinamakan dispersi.

1. Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi, partikel-partikel fase terdispersi dalam larutan sejati yang berupa
molekul atom atau ion diubah menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Pembuatan koloid
dengan cara kondensasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara fisika.
Cara ini juga dapat dilakukan melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis,
dan dekomposisi rangkap atau dengan pergantian pelarut.

2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur bredig).

a. Cara Mekanik
Menurut cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan
suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.

b. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan suatu zat pemeptasi (pemecah).Zat pemeptasi memecahkan butir-butir kasar menjadi
butir-butir koloid.
Contoh: agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-
lain.

c. Cara Busur Bredig


Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol – sol logam.

5. Koloid Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Dilain
pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan
mmenambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung akan
membungkus partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok.

6. Dialisis
Pemisahan muatan dari koloid dengan difusi lewat pori-pori suatu selaput semipermeabel
disebut dialisis. Pori-pori itu biasanya berdiameterkurang dari 10 Å dan membiarkan
lewatnya molekul air dan muatan-muatan kecil. Selaput hewani alamiah, kertas perkamen,
selofan dan beberapa plastic sintetik merupakan bahan selaput yang sesuai. Partikel-partikel
yang melewati membran agaknya berlaku demikian tidak sekedar berdasarkan difusi acak.
Mereka teradsorpsi pada permukaan membran dan bergerak dari letak ( site ) adsorben yang
satu ke yang lain pada waktu mereka bergerak melewati pori-pori itu. ( Oxtoby, 2001)

D. Cara Pembuatan Koloid

1. Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel – partikel halus ( molekuler ) menjadi partikel
yang lebih besar. Pembuatan koloid dengan cara ini dilakukan melalui :
a.Cara Kimia
Partikel koloid dibentuk melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi hidrolisis, reaksi reduksi
oksidasi, atau reaksi subtitusi.
- Hidrolisis : Merupakan reaksi suatu zat dengan air
- Reaksi Redoks : Merupakan reaksi yang disertai perubahan biloks
- Reaksi Subtitusi : Merupakan reaksi penggantian

b. Cara Fisika
Dilakukan dengan jalan menurutkan kelarutan dari zat terlarut, yaitu dengan jalan
pendinginan atau mengubah pelarut sehingga terbentuk satu sol koloid.

2. Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel – partikel kasar
menjadi partikel yang lebih halus/lebih kecil dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau
dengan loncatan bunga listrik ( listrik busur breding ).

a.Cara Mekanik
Dengan cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan medium dispersi.Contoh : Sol
belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama – sama dengan suatu zat inert
(seperti gula pasir ) kemudian mencampur serbuk halus dengan air

b. Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah membuat koloid dari butir – butir kasar atau
dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi ( pemecahan ). Contoh : Agar –
agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin dan lain – lain. (Oxtoby,
2001)

7. Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena partikel koloid bermuatan listrik.
Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Jika dua batang
elektrode dimasukkan kedalam sistem koloid dan kemudian dihubungkan dengan sumber
arus searah, maka partikel koloid akan bergerak kesalah satu elektrode tergantung pada jenis
muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedang
koloid bermuatan positif akan bergerak ke katode (elektrode negatif).

Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid.Jika partikel koloid
berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika partikel koloid
berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Peristiwa elektroforesis ini
sering dimanfaatkan kepolisian dalam identifikasi/tes DNA pada jenazah korban
pembunuhan/ jenazah tak dikenal

C. Alat dan bahan


Alat
No Nama Ukuran Jumlah
1. Gelas Kimia 500 ml 1 buah

2. Gelas Kimia 200 ml 2 buah


3. Tabung Sentrifuge 1 buah
4. Alat sentrifuge 1 buah
5. Kertas saring secukupnya
6. Lampu senter 1 buah
7. Corong 1 buah
8. Gelas ukur 20 ml 1 buah
9. Batang pengaduk 1 buah
10. pH meter 4 lembar

Bahan
No. Nama Jumlah
1. Garam dapur 10 gr
2. HCl pekat Secukupnya
3. Tawar 2 gr
4. Air susu 100 mL
5. Aquades 100 mL
6. Kertas saring Secukupnya

D. Prosedur
Larutkan 10 gram garam dapur dengan 100 mL aquades yang telah disiapkan terlebih dahulu.
Campuran ini di misalkan sebagai campuran (A). Sinari campuran (A) dengan senter
perhatikan jalan sinar yang terjadi. Masukan 20 mL campuran(A) kedalam gelas ukur dan
saring dengan kertas saring yang telah disiapkan. Amati fitrat yang diperoleh. Masukan
campurn(A) kedalam tabung sentrifuge hingga terisi dua pertiganya. Sentrifuge selama 15
menit dengan kecepatan 2000 rpm. Amati perubahan yang terjadi pada campuran. Ukur pH
campuran(A) sebanyak dua satuan dengan cara menmbahkan HCl pekat. Amati hinggga
terjadi perubahan. Masukan Campuran (A) awal sebanyak 20 mL kedalam gelas kimia 200
mL dan tambahkan tawas satu gram diamkan selama 20 menit. Amati perubahan yang terjadi

Siapkan 100 mL susu cair, campuran ini disebut sebagai campuran (B). Sinari
campuran(B) dengan lampu senter kemudian amati jalannya sinar. Masukan 20 mL
campuran(B) kedalam gelas ukur dan saring dengan kertas saring yang telah
disiapkan. Amati fitrat yang diperoleh. Masukan campurn(B) kedalam tabung
sentrifuge hingga terisi dua pertiganya. Sentrifuge selama 15 menit dengan
kecepatan 2000 rpm. Amati perubahan yang terjadi pada campuran. Ukur pH
campuran(B) sebanyak dua satuan dengan cara menmbahkan HCl pekat. Amati
hinggga terjadi perubahan. Masukan Campuran (B) awal sebanyak 20 mL kedalam
gelas kimia 200 mL dan tambahkan tawas satu gram diamkan selama 20 menit.
Amati perubahan yang terjadi. Bandingkan campuran (A) dan campuran (B) dalam
setiap percobaan yang dilakukan.
E. Hasil pengamatan
Perlakuan Campuran (A) Campuran (B)
Penyinaran dengan senter Partikel di teruskan Partikel di hamburkan
Air sedikit keruh Susu berwarna putih kental
Penyaringan (kertas Filtrat larutan jernih Filtrat larutan putih cair
saring) Terdapat residu pada kertas Residu menempel pada
saring kertas
Sentrifuge Terdapat sedikit gumpalan Terdapat sedikit gumpalan
Gumpalan berwarna keruh Gumpalan berwarna putih
pekat
Penambahan HCl pekat pH awal yaitu 6 pH awal yaitu 6
pH setelah penambahan 1 pH setelah penambahan 5
Penambahan tawas Sedikit lebih jernih Terdapat gumpalan susu
Tawas tidak larut sebagian

F. Pembahasan
Nama : Calvin Angel Mandas
Nim : 1157070022

Pada praktikum ini membahas beberapa sifat koloid. Percobaan pertama pada campuran A
partikel cahaya diteruskan sedangkan pada campuran B partikel di hamburkan, hal ini
dikarenakan campuran B merupakan larutan koloid yang partikelnya lebih besar sehingga
sinarnya memantulkan kesegala arah peristiwa ini dinamakan dengan efek tyndall.

Percobaan berikutnya yaitu pada campuran A terdapat sedikit residu warna filtrasi lebih
jernih dan pada campuran B terdapat residu yang lebih terlihat oleh kasat mata, filtrasi
menjadi lebih. Hal ini dikarenakan partikel campuran lebih cair dari sebelumnya dan volume
pun lebih sedikit. Pada penyaringan yang dilakukan, terlihat jelas bahwa campuran A lebih
cepat tersaring dari pada campuran B. Hal ini disebabkan karena adanya gaya berat partikel –
partikel koloid yang terdapat pada larutan susu tersebut. Pada larutan garam, terdapat sedikit
residu ketika larutan tersebut disaring dengan kertas saring. Hal ini disebabkan karena garam
telah bercampur secara homogen dengan pelarutnya yaitu aquades.

Selanjutnya percobaan dengan sentrifuge.Untuk campuran A tidak mengalami perubahan.


Sedangkan pada campuran B mengalami sedikit perubahan, supernatan terpisah dengan
residu, supernatan permukaannya diatas, residu dibawah. Dalam pecobaan ini tidak terlalu
baik karena perubahan sangat kecil sehingga tidak dapat dinyatakan berhasil.

Kemudian percobaan dengan penambahan HCl pekat. Campuran A sebelum ditambah HCl
mempunyai kadar PH 6 setelah ditambah HCl pH campuran A menjadi 1. Sedangkan
campuran B sebelum ditambah HCl mempunyai kadar pH 6 juga setelah ditambah HCl pH
menjadi 5.

Percobaan terakhir yaitu penambahan tawas. Untuk campuran A tidak terlalu banyak
mengalami perubahan, sedangkan untuk campuran B terdapat gumpalan-gumpalan di
dinding gelas kimia dan campuran menjadi lebih kental. Hal ini disebabkan karena terjadinya
sifat koagulasi atau penggumpalan karena tawas menggumpalkan partikel dari susu.

G. Kesimpulan

Dari semua percobaan yang telah dicoba dapat diketahui bahwa campuran B (susu
cair) merupakan koloid sedangkan campuran A (garam dapur) bukan koloid. Kimia
koloid / system koloid adalah suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang
bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar.
Adapun koloid mempunyai banyak sifat diantaranya efek tyndall, gerak brown,
adsorpsi, elektroforesis, koagulasi, koloid pelindung dan dialysis. Hasil dari
percobaan yang telah diuji ada beberapa yang mengalami perubaan sifat koloid dan
dari sampel percobaan susu merupakan koloid sedangkan garam dapur bukan
koloid.

Daftar Pustaka

Tim.Lab Kimia DasarII. 2016. ModulPraktikum Kimia DasarII. Bandung :UIN SGD
Syukri.S. 1999.Kimia dasar 2. Bandung. ITB.
Keenan.C.W. 1984. Kimia UntukUniversitas. Jakarta. Erlangga.
www.academia.edu (akses 28 Februari 2016)
https://sifat-sifat-kimia-koloid.html?m=1 (akses 03 Maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai