Anda di halaman 1dari 9

PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.

Kep Universitas Jember 2019

Gambaran Tingkat Spiritualitas pada di Wisma UPT


Pelayanan Sosial Trsna Werdha (PSTW) Jember
Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur
(Spirituality
Level Overview at the Wisma Trsna Werdha Social
Service Unit (PSTW) Jember, Jember Regency, East Java
Province)
Sri Ariani, S.Kep. Siti Aisyah, S.Kep. Dewi Rizki Apriliani, S.Kep. Latifa Aini S.,
M.Kep., Sp.Kom

Fakultas Keperawatan
Universitas Jember

e-mail : latifa_as.psik@unej.ac.id

ABSTRAK

Pendahuluan: usia lanjut atau lansia merupakan tahap akhir daur kehidupan
manusia, dimana seseorang dikatakan telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Penurunan usia lebih rentan mengalami penurunan fisik dan psikis, sehingga lansia
mudah terserang penyakit dan masalah ansietas, berduka, serta bunuh diri. Hal ini
dapat diatasi dengan kehidupan spiritualitas yang kuat. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui spiritualitas lansia di UPT PSTW Jember. Metode: Desain penelitian
ini menggunakan deskriptif sederhana dengan populasi yakni lansia yang berada di
UPT PSTW Jember. Teknik pengambilan sampel yaitu kuota sampling diperoleh
78 lansia. Kuesioner yang digunakan yaitu Daily Spiritual Expreriance Scale
(DSES). Analisa data penelitian ini menggunakan analisa univariat. Hasil:
penelitian ini menunjukkan bahwa pada variabel jenis kelamin lebih banyak
perempuan daripada laki-laki sebanyak 45 orang (57,7%). Responden berstatus
cerai mati sebanyak 45 orang (57,7%). Tingkat pendidikan responden paling
banyak tidak tamat SD sebanyak 36 orang (46,2%). Wisma responden paling
banyak berada di wisma Mawar sebanyak 13 orang (16,7%). Pembahasan: lansia
memiliki kemampuan untuk mempertahankan fisik dan psikisnya dengan
melakukan kegiatan spiritual. Kegiatan ini memberikan kondisi positif dalam
memperbaiki kesehatan lansia. Kesimpulan dan saran: lansia juga memiliki
kemampuan dalam hal spiritual dan meningkatkan keagamaan dalam mendekatkan
diri kepada Tuhan. Diharapkan bagi semua pihak untuk dapat mengontrol dan
mempertahankan kegiatan spiritualitas lansia.

ABSTRACT

Introduction: elderly or elderly is the end of human life, where a person is


considered to have reached the age of more than 60 years. For the sake of physical,
psychological, the landscape is susceptible to illness and anxiety problems,
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2019

grieving, and resistance. This can be overcome by a strong spiritual life. The
purpose of this study was to study the spirituality of the elderly at UPT PSTW
Jember. Method: The design of this study used a simple descriptive with an elderly
population residing in UPT PSTW Jember. The sampling technique is sampling
quota obtained by 78 elderly. The questionnaire used was the Daily Spiritual
Expansion Scale (DSES). Analysis of this research data using univariate analysis.
Results: This study showed that there were 45 female sexes with more females for
men (57.7%). The number of divorced respondents was 45 people (57.7%). The
highest education level of respondents who did not complete elementary school was
36 people (46.2%). The most number of respondent's houses is in Mawar
homestead, 13 people (16.7%). Discussasan: the elderly have the ability to maintain
their physical and psychological health through spiritual activities. This activity
provides a positive condition in improving the health of the elderly. Conclusions
and suggestions: the elderly also have spiritual abilities and improve religion in
connecting themselves to God. It is hoped that for all parties to be able to regulate
and maintain the spirituality activities of the elderly.

PENDAHULUAN

Usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun,
usia lanjut dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia
tersebut (Maryam dkk., 2008). Proses penuaan akan berdampak pada berbagai
aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun kesehatan. Ditinjau dari aspek
kesehatan, dengan semakin bertambahnya usia maka lansia lebih rentan terhadap
berbagai keluhan fisik, baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit
(Kemenkes, 2014).
Berdasarkan data Susenas 2014, jumlah rumah tangga lansia sebanyak
16,08 juta rumah tangga atau 24,50 persen dari seluruh rumah tangga di Indonesia.
Rumah tangga lansia adalah yang minimal salah satu anggota rumah tangganya
berumur 60 tahun ke atas. Jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa,
setara dengan 8,03 persen dari seluruh penduduk Indonesia tahun 2014. Jumlah
lansia perempuan lebih besar daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan
dibandingkan 9,47 juta lansia laki-laki. Adapun lansia yang tinggal di perdesaan
sebanyak 10,87 juta jiwa, lebih banyak daripada lansia yang tinggal di perkotaan
sebanyak 9,37 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2015).Meningkatnya jumlah lansia
di Indonesia sebesar 5,3 juta pada tahun 2000 menjadi 23 juta pada tahun 2010
menandakan usia harapan hidup di Indonesia juga meningkat. (Kemenkes, 2013).
Lansia menderita sedikitnya satu penyakit kronis, namun banyak di
antaranya yang menderita lebih dari satu. Selain berbagai penyakit kronis, lansia
juga mengalami masalah psikososial diantaranya adalah memiliki ketidakmampuan
fisik, seperti depresi, ansietas, alkoholisme, dan bunuh diri yang terjadi bersamaan,
namun belum di dokumentasikan secara pasti. Berduka, nyeri, dan kontrol
kehilangan kendali mempengaruhi integritas pribadi lansia. Hal ini dapat di
netralisir atau dihilangkan dengan kehidupan spiritualitas yang kuat (Stanley &
Beare, 2012). Spiritualitas adalah perasaan tentang betapapun buruknya, selalu ada
jalan keluar, ada rencana agung yang membimbing seluruh kehidupan. Selain itu
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2019

spiritualitas terkait dengan kepedulian, harapan, kebaikan, cinta, dan optimisme


yang merupakan kepercayaan dasar pada ekstitensi hal-hal tersebut (Hendrawan,
2009).
Spiritual merupakan aspek yang di dalamnya mencakup aspek-aspek yang
lain, yaitu fisik, psikologi dan sosial. Spiritualitas merupakan hubungan yang
memiliki dua dimensi, yaitu antara dirinya, orang lain dan lingkungannya, serta
dirinya dengan Tuhannya (Hamid, 2009). Faktor yang memengaruhi kesehatan
spiritual seseorang adalah pertimbangan tahap perkembangan, keluarga, latar
belakang etnik dan budaya, agama dan pengalaman hidup sebelumnya (Taylor dkk,
2011). Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana
spiritualitas labsia yang ada di UPT PSTW Jember.

METODOLOGI
Desain penelitian yang digunakan deskriptif sederhana. Deskriptif
sederhana yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo,
2012). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di UPT PSTW
Jember dengan teknik pengambilan sampel yaitu kuota sampling diperoleh 78
lansia. Kuota sampling adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono,
2015). Teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan
dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum
tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit
sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data dihentikan. Populasi
yang diambil sebagai sampel yaitu yang memenuhi kriteria inklusi: lansia yang
bersedia menjadi responden, dan eksklusi: lansia dengan gangguan intelektual
berat; tidak mampu berkomunikasi; dan lanisa dengan yang tidak kooeratif.
Kuesioner yang digunakan yaitu daily spiritual expreriance scale (DSES)
yang sudah dilakukan uji valitas oleh Underwood dan Teresi (2002) dengan nilai r
tabel 0,2104. Hasil uji validitas didapatkan r hitung antara 0,36-0,83. Demikian
kuesioner DSES dapat dikatakan valid. Kuesioner DSES diberikan dalam bentuk
bahasa Indonesia oleh Underwood (2006) sehingga tidak perlu dilakukan back
translation untuk kuesioner ini. Uji reabilitas kuesioner DSES pada terjemahan
Bahasa Indonesia Cronbach’s Alpha 0,79 (Mu’in dan Wijayanti, 2015). Koefisien
reabilitas instrumen menurut Guilford dan Spearman Brown dikatakan reliabel
apabila Cronbach’s Alpha > 0,60 (Bahri dan Zamzam, 2014). Kesimpulan dari
instrumen DSES dapat dikatakan reliabel untuk mengukur spritualitas.
Analisa data penelitian ini meliputi analisa univariat. Tujuan dari analisa
univariat adalah untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel yang diteliti
(Hastono, 2007). Analisa data disajikan menggunakan distribusi frekuensi dalam
bentuk persentase dan narasi meliputi karakteristik responden serta gambaran
tingkat spiritualitas lansia.

HASIL
Karakteristik Lansia
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2019

Tabel1 DistribusiKarakteristik Responden meliputi Jenis Kelamin, Status


Pernikahan, PendidikanDan Wisma di UPT PSTW Jember Kabupaten
Jember dapat dilihat pada Tabel 1.

Variabel Jumlah (n) Presentase (%)


1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 33 42,3
b. Perempuan 45 57,7
Total 78 100
2. Status Pernikahan
a. Menikah 11 14,1
b. Belum Menikah 11 14,1
c. Cerai 11 14,1
d. Cerai mati 45 57,7
Total 78 100
3. Pendidikan
a. Tidak tamat SD 36 46,2
b. SD 28 35,9
c. SLTP/SMP 5 6,4
d. SLTA SMA 9 11,5
Total 78 100
4. Wisma
a. Mawar 13 16,7
b. Melati 6 7,7
c. Sedap malam 9 11,5
d. Saroja 6 7,7
e. Teratai 10 12,8
f. Cempaka 10 12,8
g. Sakura 9 11,5
h. Seruni 6 7,7
i. Dahlia 9 11,5
Total 78 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada variabel jenis kelamin lebih banyak


perempuan daripada laki-laki sebanyak 45 orang (57,7%). Responden berstatus
cerai mati sebanyak 45 orang (57,7%). Tingkat pendidikan responden paling
banyak tidak tamat SD sebanyak 36 orang (46,2%). Wisma responden paling
banyak berada di wisma Mawar sebanyak 13 orang (16,7%).

Spiritualitas
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2019

Tabel2 DistribusiTingkat Spiritualitas pada Lansia di UPT PSTW Jember


Kabupaten Jember (n=78)
Variabel Jumlah (n) Presentase (%)
Spiritualitas
a. Spiritualitas rendah 5 6,4
b. Spiritualitas sedang 19 24,4
c. Spiritualitas tinggi 54 69,2
Total 78 100

PEMBAHASAN
A. Jenis Kelamin
Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa lansia perempuan (57,2%) lebih
banyak dari pada daripada lansia laki-laki. Hasil penelitian ini relelevan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Muhtar dkk. (2018) yang menggambarkan lansia
perempuan sebanyak 65,1 dan laki-laki 34,9%. Penelitian yang dilakukan Jafari
(2014) juga memaparkan sebanyak 69,5% responden adalah perempuan.
Data ini sesuai dengan data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur yang
memaparkan jumlah populasi perempuan usia diatas 60 tahun sebanyak
2.745.479 jiwa dan jumlah populasi lakilaki usia diatas 60 tahun sebanyak
2.328.804 jiwa. Selain itu menurut United Nations Department of Economic
and Social Affairs, Population Division (2017) memaparkan jika perempuan
cenderung hidup lebih lama dibandingkan laki-laki, usia harapan hidup wanita
sebesar 4,6 tahun melebihi usia harapan hidup laki-laki. Kondisi ini
mengakibatkan keberadaan penduduk lansia perempuan akan cenderung lebih
banyak daripada penduduk lansia laki-laki.
Penelitian yang dilakukan oleh Virginia (2018 dalam Muhtar, 2018)
memaparkan jika alasan mengapa usia wanita cenderung lebih lama
dibandingkan pria disebabkan karena kondisi tubuh wanita lebih kuat pada
beberapa keadaan tertentu selain itu kondisi otot jantung wanita lebih kuat
dibandingkan pria hal ini dikarenakan perbedaan pola gaya hidup antar pria dan
wanita, kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol menjadi salah satu
pemicu pria cenderung memiliki masalah terkait p
B. Status pernikahan
Pada penelitian ini ditemukan paling panyak lansia cerai mati (57,7%). Data
dari Susenas 2017 jumlah lansia yang menikah sebanyak 59,82%, lansia yang
cerai hidup sebanyak 2,30% dan lansia yang cerai mati sebanyak 36,85% (BPS,
2018). Lansia dengan usia diatas 60, sehingga tidakdipungkiri jika lansia sudah
harus siap untuk kehilangan pasangannya.
Lansia rentan mengalami kesepian, akibat kepergian salah satu
pasangannya. Peran pukungan pasangan yang diberikan akan memberikan
dampak positif bagi individu yang sakit atau yang mengalami masalah
kesehatan, dukungan yang diperoleh akan mempercepat proses pemulihan,
meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan tingkat stress dan ganggungan
psikologis (Taylor dkk., 2011).
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2019

C. Pendidikan
Hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa paling tinggi lansia tidak tamat
SD senyak 46,2%. Penelitian ini relevan dengan data dari Sakernas (2017)
memaparkan bahwa jumlah Lansia yang tidak sekolah dan tidak tamat SD
54,32% (BPS, 2018). Dapat disimpulkan bahwa lansia paling tinggi memiliki
tingkat pendidikan rendah.
Lansia di UPT PSTW Jember paling banyak berasal dari desa. Berbeda
dengan penduduk lansia di pedesaan, biasanya bekerja lebih mementingkan
terpenuhinya kebutuhan saat ini tanpa berfikir pendidikan tinggi akan membuat
masa tuanya lebih baik dalam pekerjaan (BPS, 2018).
D. Wisma
Lansia pada penelitian ini paling banyak berada di wisma mawar. Wisma
ini merupakan lansia dengan partial care. Lansia di wisma ini mendapat
bantuan pada sebagian kecil aktivitasnya.
E. Tingkat Spiritualitas
Pada penelitian ini sebagian besar lansia berada pada tingkat spiritual tinggi
(62,2%). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Muhtar dkk. (2018)
bahwa sebagian besar kategori spiritualitas lansia baik (53,5%). Penelitian
sebelumnya juga menyebutkan bahwa 52,6% memiliki spiritual yang tinggi
(Yuzefo dkk., 2015).
Lansia yang mengidap suatu penyakit dapat mengalami penurunan fungsi
kesehatan dan kekuatan fisik, spiritualitas dipercaya memilki berbagai efek
terhadap kesehatan dengan berbagai mekanisme. Ekstensial dan kepercayaan
beragama dapat memberikan penjabaran, harapan dan kenyamanan untuk
bertahan dalam situasi yang ekstrim dengan memberikan penjelasan dan
penerimaan terhadap penyakit yang diderita dan membantu lansia untuk
berpegang teguh dengan nilai-nilai mereka (Davison and Jhangri, 2010). Selain
itu spiritualitas telah diidentifikasi sebagai hal yang penting pada lansia karena
berpengaruh positif terhadap kesehatan diri lansia (Daaleman, 2004 dalam
Griffin dkk., 2007).
Spiritualitas pada lansia adalah aspek yang paling penting dalam perawatan,
karena merupakan obat yang baik untuk setiap permasalahan dan kekecewaan
akibat dari penuaan yang dialami lansia seperti penurunan fungsi fisik dan
kesehatan. Menurut Health Association of Niagara Country, Inc (HANCI), fisik
yang optimal, emosi yang stabil dan kesejahteraan spiritual adalah tujuan dari
perawatan pada lansia (Carson and Koenig, 2008).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
a. Berdasarkan karakteristik responden lansia di UPT PSTW Jember
Kabupaten Jember didapatkan bahwa jenis kelamin terbanyak perempuan
sebanyak 45 orang (57,7%). Status perkawinan terbanyak yakni cerai mati
sebanyak 45 orang (57,7%). Tingkat pendidikan responden paling banyak
yaitu tidak tamat SD sebanyak 36 orang (46,2%), dan wisma responden
paling banyak berada di wisma mawar sebanyak 13 orang (16,7%);
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2019

b. Frekuensi spiritualitas paling banyak berada pada kategori spiritualitas


tinggi sejumlah 54 orang (69,2%).

SARAN
a. Bagi Peneliti
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan jumlah sampel yang lebih
banyak serta meneliti faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap
spiritualitas. Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti
hubungan antara karakteristi responden dengan spiritualitas.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi literatur dalam proses pembelajaran mengenai
spiritualitas pada mata kuliah keperawatan paliatif dan menjelang ajal.
c. Bagi Pihak UPT PSTW Jember
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat memberikan informasi
mengenai spiritualitas yang tinggi pada lansia di UPT PSTW Jember
Kabupaten Jember sehingga pihak dari UPT PSTW Jember dapat
memberikan edukasi mengenai pentingnya spiritualitas kepada klien untuk
memaksimalkan mekanisme koping lansia
d. Bagi Profesi Keperawatan
Perawat diharuskan mengkaji secara holistik termasuk aspek spiritualitas
pada lansia diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
spiritualitas sehingga dapat meningkatkan mekanisme koping pasien DM
tipe 2.
e. Bagi Masyarakat
Pasien, keluarga dan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan
spiritualitas sebagai pemecahan masalah sehingga koping lansia menjadi
lebih baik.
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2019

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik penduduk lanjut usia 2014. Badan Pusat
Statistik, Jakarta-Indonesia. xxii+264 hlm.

Bahri, S dan Zamzam, F. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Berbasis SEM-Amos.


Yogyakarta: Deepublish. https://books.google.co.id. [Diakses pada 24 Maret
2019].

BPS. 2017. Profil penduduk lanjut usia provinsi jawa timur 2017. Surabaya: PT
Sinar Multi Indoprinting.

Carson, V.B dan Koenig, H. 2008. Spirituality : Defining The Indefinable And
Reviewing Its Place in Nursing, in: Spiritual Dimensions of Nursing Practice.
America: Templeton Foundation Pres.

Griffin, M.T.Q., Lee, Y.-H., Salman, A., Seo, Y., Marin, P.A., Starling, R.C.,
Fitzpatrick, J.J. 2007. Spirituality and well being among elders: differences
between elders with heart failure and those without heart failure. Clin. Interv.
Aging. 2: 669–675.
Hamid, A. Y. S. (2009). Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:
EGC.

Hendrawan, S. 2009. Spiritual Management: From Personal Enlighttenment


Toward God Corporate Governance. Bandung: Mizan Pustaka.

Jafari, Najmeh, Farajzadegan, Z., Loghmani, A., Majlesi, M., Jafari, Noushin, 2014.
Spiritual Well-Being and Quality of Life of Iranian Adults with Type 2
Diabetes. Evid. Based Complement. Alternat. Med. 2014: 1-8.

Kemenkes. (2013). Gambaran kesehatan lanjut usia di Indonesia.

Kemenkes. 2014. Situasi Dan Analisa Lanjut Usia. 2014.

Maryam, R. Si., M. F. Ekasari, Rosidiawati, A. Jubaedi, dan I. Batubara. 2008.


Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Muhtar, T. A, A. A. Ilmi,dan Syisnawati. 2018. Gambaran Tingkat Spiritualitas


Lansia Dengan Diabetes Melitus Di Kec.Panakukang. Journal of Islamic
Nursing. 3 (1): 1-10.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Stanley, M., Beare, Patricia. (2012). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep Universitas Jember 2019

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.

Taylor, C. R., Lillis, C, LeMone P & Lynn, P. (2011). Fundamentals of nursing:


The art and science of nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Taylor, S.E., 2015. Health psychology, Ninth edition. ed. McGraw-Hill Education.
New York.

Underwood, L. G. 2006. Ordinary Spiritual Experience: Qualitative Research,


Interpretive Guidelines, and Population Distribution for the Daily Spiritual
Experience Scale. Archive for the Psychology of Religion/ Archivfür Religions
psychologie. 28(1): 181-218 http://www.dsescale.org/OrdSpirExp.pdf.
[Diakses pada 24 Maret 2019].

Underwood, L. G. dan Teresi, J. A. 2002. The Daily Spiritual Experience Scale:


Development, Theoretical Description, Reliability, Exploratory Factor
Analysis, and Preliminary Construct Validity Using Health-Related Data.
Annals of Behavioral Medicine. 24(1): 22-33
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12008791. [Diakses pada 24 Maret
2019].

United Nations Department of Economic and Social Affairs, Population Division,


2017. World Population Ageing Highlights. United Nations, New York.

Yuzefo, M.A., Sabrian, F., Novayelinda, R., 2015. Hubungan Status Spiritual
Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia. JOM 2 (1): 1266-1274.

Anda mungkin juga menyukai