12
12
BAB I
PENDAHULUAN
dkk., 2009). Retardasi mental baiknya diidentifikasi pada saat lahir atau
selama awal masa bayi.
Retardasi mental yang juga dikenal sebagai cacat intelektual,
merupakan penyakit kelainan gen. Penyakit ini ditandai dengan tingkat
fungsional intelektual di bawah rata-rata dan keterbatasan yang signifikan
dalam keterampilan hidup sehari-hari (Soetjiningsih dan Ranuh, 2016).
Gen RAB40AL telah dihubungkan dengan Sindrom Retardasi Mental
Martin-Probst X- Linked. Gen ini berperan dalam kejadian abnormalitas
dermatoglifi. Banyak penelitian di luar negeri yang telah mengidentifikasi
pola sidik jari ataupun sudut ATD pada retardasi mental. Salah satunya
penelitian Gaikwat dan Pandhare (2016), memaparkan bahwa terdapat
kekhasan pada sidik jari retardasi mental, dimana pola ulnar loop (59%)
lebih banyak ditemukan dibandingkan kelompok normal. Sedangkan untuk
sudut ATD, penelitian oleh Yamuna dan Dhanalaksmi (2017), bahwa
terjadi peningkatan sudut ATD pada retardasi mental. Untuk di dalam
negeri, penelitian dari Sufitni (2007) menjelaskan bahwa frekuensi pola
arch (3%) pada kelompok retardasi mental dan 0% pada kelompok
normal.
Dermatoglifi kini juga sudah sangat berkembang, khususnya dalam
eksplorasi gambaran pola sidik jari yang khas pada ras-ras atau negara di
dunia. Penelitian Bhasin (2007) melaporkan frekuensi pola whorl tertinggi
pada Mongoloid sebanyak 47%, diikuti Amerika Indian sebanyak 43%, di
Eropa yaitu 36% serta frekuensi paling rendah di Afrika yaitu 27%.
Sedangkan pola loop ditemukan frekuensi yang tertinggi di Afrika 64%,
diikuti Eropa 60%, Amerika Indian 52% dan terendah pada Mongoloid
51%. Frekuensi pola arch tertinggi di Afrika yaitu 9%, diikuti Amerika
Indian 5%, Eropa 4% dan Mongoloid hanya 4%.
Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi corak dan distribusi
dermatoglifi pada anak retardasi mental, sehingga diketahui apakah
terdapat pola sidik jari dan sudut ATD yang khas pada penderita tersebut.
Saat ini, belum ada laporan penelitian dermatoglifi pada anak retardasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Arch (Busur)
Arch merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garis-
garisnya datang dari satu sisi lukisan, mengalir atau cenderung
mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu, dengan bergelombang naik
ditengah-tengah. Arch terdiri dari:
A B C
Gambar 2.2. Pola Sidik Jari Plain Whorl (A), Plain Arch (B) dan Radial Loop (C)
Sumber: Romi dan Devi, 2013
2.1.7. Hubungan Sidik Jari dan Sudut ATD dengan Retardasi Mental
Perempuan dengan duplikasi Xq bermanifestasi fenotip abnormal
dari perwakan pendek, retardasi mental, dan dismorfis wajah. Namun, ada
perbedaan fenotip perempuan dengan duplikasi (X) karena terbatasnya
disomi fungsional untuk menduplikasikan material pada kromosom X,
perbedaan antar individu pada pola inaktivasi-X dan ekspresi gen mutan
resesif pada kromosom X aktif atau disrupsi gen oleh pengaturan kembali
kromosom.
Gen ZNF711 (OMIM 314990) mengkodekan protein zinc finger
dengan fungsi yang tidak diketahui. Ini memiliki domain potensial amino-
terminal yang diikuti oleh 12 domain Zn-C2H2 berturut-turut yang
berpotensi terlibat dalam aktivasi transkripsi dan pengikatan DNA khusus.
ZNF711 mencakup 7 ekson dan diekspresikan di area otak tertentu dan
pada jaringan saraf. Pada tahun 2009, Tarpey dkk. mengurutkan
pengkodean ekson dari kromosom X pada 208 keluarga dengan
keterbelakangan mental terkait-X. Mereka mengidentifikasi dua mutasi
pemotongan pada gen ZNF711 pada dua keluarga yang tidak terkait.
Sismani dkk. (2013) juga melaporkan seorang pasien dengan beberapa
kelainan bawaan yang memiliki duplikasi 14,8 Mb yang diwariskan dari
ibu sebelum melahirkan, yang mewarisi secara maternal 14,8 Mb Xq13.2-
q21.31 termasuk gen ZNF711.
Kode gen SRPX2 (OMIM 300642) untuk protein pengulang sushi
yang disekresikan dan diekspresikan dalam neuron otak manusia dewasa,
termasuk area rolandic pada kromosom Xq22. Mutasi pada gen SRPX2
telah diidentifikasi bertanggung jawab atas penyakit rolandik yang terkait
dengan dyspraxia oral dan dyspraxia speech dan keterbelakangan mental
pada keluarga di Prancis generasi ke-3.
Gen RAB40AL (OMIM 300405) telah dikaitkan dengan sindrom
retardasi mental Mar-tin-Probst X-linked (XRXSMP; OMIM 300519).
XRXSMP mencakup berbagai fenotipe termasuk gangguan pendengaran
sensorineural bawaan, keterbelakangan mental, perawakan pendek, hernia
umbilikal bawaan, dismorfisme wajah, gigi abnormal, puting susu jarak
Organik:
1. Faktor prakonsepsi
2. Faktor pranatal
Embriogenesis
Retardasi
mental
Abnormalitas
Dermatoglifi
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Eksklusi
1. Anak-anak yang memiliki cacat pada tangan yang
menyebabkan sidik jari dan telapak tangan tidak dapat
dicetak.
2. Orang tua atau wali yang tidak mengizinkan anaknya untuk
ikut serta dalam penelitian.
2. Sudut ATD
a. Ditempelkan telapak tangan pada bantalan stempel yang diberi
tinta secara merata sampai menutupi seluruh permukaaan
telapak tangan.
b. Diletakkan telapak tangan yang telah diberi tinta di atas kertas
observasi kemudian menekannya sehingga terbentuk sidik
telapak tangan.
c. Pada cetakan yang telah terbentuk di kertas observasi, tentukan
titik a, t, dan d.
d. Ditarik garis dari titik a, t, dan d.
e. Ukur sudut ATD yang terbentuk menggunakan busur.
B. Data sekunder
Data sekunder penelitian berupa hasil diagnosis retardasi mental
oleh dokter yang dilihat pada catatan rekam medik.
Populasi
Sampel
Analisa data
penelitian
Hasil dan
Pembahasan
Simpulan dan
Saran
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Distribusi pola sidik jari responden dapat dilihat pada tabel 4.3.
Distribusi dihitung berdasarkan jumlah jari tangan, yaitu sebanyak 780
jari tangan.
Tabel 4.3. Distribusi Pola Sidik Jari pada Anak Retardasi Mental
Pola Sidik Jari Frekuensi (n) Persentase (%)
Simple Arch 11 1,4
Tented Arch 32 4,1
Ulnar Loop 455 58,3
Radial Loop 12 1,5
Simple Whorl 204 26,2
Central Pocket Whorl 31 4
Accidental Whorl 6 0,8
Double Loop Whorl 29 3,7
Total 780 100
Pola sidik jari pada anak retardasi mental di Yayasan Bina Autis
Mandiri dan Yayasan Pembinaan Anak Cacat Palembang meliputi ke-
delapan pola sidik jari yaitu, simple arch, tented arch, ulnar loop,
radial loop, simple whorl, central pocket whorl, accidental whorl dan
double loop whorl. Pola sidik jari diperoleh dari lima jari tangan kanan
dan lima jari tangan kiri. Sehingga dari 78 responden didapatkan 780
pola sidik jari. Pola sidik jari terbanyak yaitu pada pola ulnar loop
sebanyak 455 jari tangan (58,3%). Sedangkan frekuensi terendah yaitu
pada pola accidental whorl sebanyak 6 jari tangan (0,8%).
Tabel 4.4. Distribusi Kombinasi Pola Sidik Jari per Sepuluh Jari
Tangan pada Setiap Anak Retardasi Mental
Jumlah Pola Sidik Jari per Sepuluh Jari Frekuensi Persentase
Tangan (Orang) (%)
1 pola UL 8 10,3
SW 1 1,3
2 pola SW + UL 11 14,1
UL + TA 4 5,1
SW + RL 1 1,3
SA + TA 1 1,3
UL + CPW 3 3,7
UL + DLW 1 1,3
UL + RL 4 5,1
SW + DLW 1 1,3
UL + SA 1 1,3
3 pola DLW + UL + SW 11 14,1
SW + UL + CPW 14 17,9
SW + RL + UL 1 1,3
UL + RL + TA 1 1,3
UL + SW + TA 2 2,5
SA + UL + TA 1 1,3
SW + AW + UL 2 2,5
UL + DLW + TA 1 1,3
UL + TA + CPW 1 1,3
UL + SA + SW 1 1,3
4 pola SA + TA + UL + SW 1 1,3
SW + RL + AW + DLW 1 1,3
SW+ UL + RL + CPW 1 1,3
SW + UL + DLW + CPW 1 1,3
5 pola TA + CPW + SW + UL + RL 1 1,3
AW + SW + CPW + DLW + UL 1 1,3
SW + RL + UL + TA + DLW 1 1,3
Total 78 100
Keterangan:
SA: Simple arch
TA: Tented arch
UL: Ulnar loop
RL: Radial loop
SW: Simple whorl
CPW: Central pocket whorl
AW: Accidental whorl
DLW: Double loop whorl
Hasil serupa juga didapatkan untuk sudut ATD pada palmar kiri,
yaitu frekuensi terbanyak pada sudut 35o-50o berjumlah 59 orang
(75,6%) dan frekuensi paling sedikit sudut >50o sebanyak 6 orang
(7,7%).
4.2. Pembahasan
Hasil penelitian diperoleh data usia anak retardasi mental yang tertinggi
adalah rentang usia 11-15 tahun yaitu 39,74%. Menurut Sadock dkk (2010)
bahwa insiden tertinggi retardasi mental yaitu pada anak usia sekolah dengan
usia puncak 10 hingga 14 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut
mereka telah dihadapkan kepada tugas belajar akademik yang memerlukan
kemampuan kognitif, sehingga pada usia 10-14 tahun anak retardasi mental
sering dijumpai akibat ketidakmampuan mereka mengikuti proses belajar
dengan baik layaknya anak normal.
Nilai IQ anak retardasi mental pada penelitian ini diperoleh frekuensi
tertinggi pada kategori IQ ringan sebanyak 47 orang (60,3%) dan terendah
pada kategori berat dan sangat berat (0%). Menurut Soetjiningsih (2016)
bahwa insiden retardasi mental di Indonesia sebesar 1-3% dari jumlah
penduduk dengan kriteria retardasi mental ringan 80%, retardasi mental
sedang 12% dan retardasi mental berat 1%. Pada penelitian ini tidak
ditemukan retardasi mental berat dan sangat berat kemungkinan karena
kebanyakan dari mereka mempunyai keterbatasan dalam gerak fisik, ada yang
tidak dapat berjalan dan tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan,
mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit
menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala, sehingga mereka tidak
disekolahkan di YPAC dan YBAM karena tidak mampu untuk mengikuti
proses belajar di sekolah.
Dari identifikasi pola sidik jari pada kesepuluh jari anak retardasi
mental, diperoleh hasil pola sidik jari dengan frekuensi tertinggi yaitu pola
ulnar loop sebanyak 455 jari tangan (58,3%) sedangkan terendah pada pola
accidental whorl sebanyak 6 jari tangan (0,8%). Hasil ini serupa dengan
distribusi persentase pola sidik jari pada orang normal yaitu sekitar 5%
dengan pola arch, 25- 30% merupakan pola whorl, dan 65-70% adalah pola
sidik jari loop (Suryo, 2016). Hal ini kemungkinan adanya faktor genetik dan
lingkungan, walaupun dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis lanjutan
bagaimana pewarisan sifat pola sidik jari dan bagaimana lingkungan
mempengaruhinya. Penelitian oleh Bhagwat dan Mesram (2013) yang
memaparkan bahwa terjadi peningkatan pola ulnar loop (68,4%) dan
penurunan pola whorl (23,65%) pada anak retardasi mental. Gaikwat dan
Pandhare (2016) juga memberikan hasil serupa yaitu adanya peningkatan
yang signifikan dalam pola ulnar loop (59%) dan pengurangan pola whorl
(31%) pada retardasi mental dibandingkan dengan anak normal yaitu ulnar
loop (51,6%) dan whorl (42%). Penelitian di Sumatra Utara oleh Sufitni
(2007) memaparkan bahwa persentase pola sidik jari yang paling banyak
pada anak retardasi mental yaitu ulnar loop (60%). Beberapa hasil penelitian
diatas menunjukkan penurunan pada frekuensi whorl tanpa
mengklasifikasikan jenis whorl itu sendiri, dimana hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan yaitu pola whorl yang mengalami penurunan
frekuensi tersebut adalah tipe accidental whorl. Saat ini penelitian tentang
sidik jari masih sedikit (Dhall dan Kapoor, 2016; Nugraha dkk, 2009;
Nazarabadi dkk, 2007). Kebanyakan penelitian tentang pola sidik jari hanya
membahas 3 pola dasar saja dari 8 pola yang ada, khususnya tentang retardasi
mental. Rata-rata pola sidik jari pada tangan manusia umumnya sekitar 5%
dengan pola arch, 25- 30% merupakan pola whorl, dan 65-70% adalah pola
sidik jari loop (Suryo, 2016). Penelitian Bhasin (2007) melaporkan frekuensi
pola whorl tertinggi pada Mongoloid sebanyak 47%, diikuti Amerika Indian
sebanyak 43%, di Eropa yaitu 36% serta frekuensi paling rendah di Afrika
yaitu 27%. Sedangkan pola loop ditemukan frekuensi yang tertinggi di Afrika
64%, diikuti Eropa 60%, Amerika Indian 52% dan terendah pada Mongoloid
51%. Frekuensi pola arch tertinggi di Afrika yaitu 9%, diikuti Amerika
Indian 5%, Eropa 4% dan Mongoloid hanya 4%.
Pola sidik jari setiap manusia unik dan tidak pernah berubah hingga
hayatnya (Jain dkk, 2002; Eboh, 2017). Sidik jari termasuk pewarisan sifat
genetik dari orang tua, namun dalam penelitian ini tidak dibahas tentang
pewarisan sifat. Setiap individu memiliki variasi pola sidik jari yang berbeda-
beda karena pada dasarnya pembentukan pola sidik jari melibatkan banyak
gen (poligenik) sehingga tidak akan ada individu yang memiliki pola yang
sama bahkan kembar identik sekalipun (Suryo, 2016; Ho dkk, 2016). Dari hal
itu maka seorang individu bisa saja memiliki 1 macam pola sidik jari atau
lebih di kesepuluh jarinya. Pada anak retardasi mental di penelitian ini,
ternyata variasi pola sidik jari terbanyak per-sepuluh jarinya yaitu simple
whorl, ulnar loop, dan central pocket whorl (17,9%). Data ini menunjukkan
bahwa dominansi pola di kesepuluh jari individu anak retardasi mental yaitu
pola ulnar loop dan whorl. Hal ini kemungkinan karena pola dasar
dermatoglifi manusia semuanya berpola ulnar loop, namun ada tujuh gen lain
yang turut berperan, sehingga terjadi variasi pola dermatoglifi (Chastanti,
2009). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Gaikwad dan Pandhare (2016)
bahwa urutan persentase pola sidik jari anak retardasi mental yaitu ulnar loop
(59%) dan whorl (31%).
Telah diketahui dari berbagai literatur bahwa pola sidik jari yang
menyimpang sangat kuat hubungannya dengan abnormalitas kromosom atau
penyakit genetik, khususnya penelitian tentang retardasi mental (Schaumann
dan Opitz, 1991). Menurut Jin dkk (2015), mutasi gen RAB40AL (OMIM
300405) telah dikaitkan dengan abnormalitas dermatoglifi. Mutasi ini terjadi
saat embriogenesis pada kehamilan dalam rentang minggu ke 6-8 sampai
minggu ke-21, sehingga kemungkinan adanya mutasi gen tersebut
menyebabkan abnormalitas dermatoglifi berupa peningkatan frekuensi pola
ulnar loop dan penurunan pola accidental whorl pada anak retardasi mental.
Namun sampai sekarang belum diketahui dengan jelas dimana letak gen-gen
yang mengatur dermatoglifi. Beberapa kelainan pada autosom maupun
kelainan pada kromosom seks, sama-sama memberikan kelainan pada
dermatoglifi (Bala dkk, 2015).
Hasil pengukuran sudut ATD pada masing-masing palmar kanan dan
kiri memiliki hasil yang sama yaitu frekuensi tertinggi pada sudut 35o-50o
dan terendah pada sudut >50o, nilai rata-rata sudut ATD untuk palmar kanan
yaitu 40,38o dan palmar kiri sebesar 41,26o. Berdasarkan kategorinya, baik
retardasi mental ringan maupun sedang menunjukkan hasil yang sama yaitu
frekuensi tertinggi pada besaran sudut 35o-50o. Hasil ini berbeda dengan
penelitian oleh Bhagwat dan Mesram (2013) dimana nilai rata-rata untuk
sudut ATD meningkat pada anak laki-laki retardasi mental (kanan 51,79o dan
kiri 51,03o) dan perempuan (kanan 50,15o dan kiri 51,68o) dibandingkan
dengan anak laki-laki normal (kanan 43,77o dan kiri 43,61o) dan perempuan
(kanan 43,59o dan kiri 43,92o). Vashist dkk (2009) juga menjelaskan bahwa
beberapa kasus retardasi mental menunjukkan sudut ATD kisaran <30o
sampai >65o. Penelitian lain oleh Yamuna dan Dhanalaksmi (2017)
memaparkan adanya peningkatan nilai rata-rata sudut ATD secara statistik
pada anak-anak retardasi mental, yaitu palmar kanan (80,31o) dan kiri
(76,61o). Rata-rata sudut ATD pada populasi normal adalah antara 35°–50°
(Aida, 2014).
Perbedaan dermatoglifi terjadi pada setiap etnik dan ras. Proses difusi
genetik pada karakteristik fisik dermatoglifi terjadi secara bertahap antara dua
etnis yang berbeda yang kemudian akan menyebabkan pertukaran ciri fisik
(Zhang dkk, 2010; Bruin, 2014). Besaran sudut ATD cenderung menurun
seiring bertambahnya usia karena telapak tangan tumbuh lebih panjang
daripada lebarnya. Ukuran sudut ATD juga dipengaruhi oleh penempelan
telapak tangan di kertas observasi saat pola dicetak. Tekanan yang diberikan
saat telapak tangan tercetak juga bisa mempengaruhi sudut ATD (Bala dkk,
2015; Phankale dkk, 2012). Sudut ATD pada penelitian ini memiliki hasil
yang berbeda dengan penelitian sebelumnya dimungkinkan karena banyaknya
faktor yang mempengaruhi, seperti etnis, ras, usia sampel dan teknis saat
penelitian, sehingga tidak menunjukkan suatu kekhasan sudut ATD pada anak
retardasi mental.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Klasifikasi retardasi mental pada penelitian ini yaitu retardasi mental
ringan (60,3%), sedang (39,7%) serta berat dan sangat berat masing-
masing 0%.
2. Distribusi pola sidik jari pada anak retardasi mental yaitu ulnar loop
(58,3%), simple whorl (26,2%), tented arch (4,1%), central pocket whorl
(4%), double loop whorl (3,7%), radial loop (1,5%), simple arch (1,4%),
dan accidental whorl (0,8%).
3. Distribusi besar sudut ATD anak retardasi mental pada palmar kanan yaitu
sudut <35o sebesar 17,9%, sudut 35o-50o sebesar 76,9%, dan sudut >50o
sebesar 5,2%, sedangkan pada plamar kiri yaitu sudut <35o sebesar 16,7%,
sudut 35o-50o sebesar 75,6 %, dan sudut >50o sebesar 7,7%.
4. Frekuensi pola sidik jari tertinggi pada anak retardasi mental didapatkan
pola ulnar loop (58,3%) dan terendah pola accidental whorl (0,8%).
Sedangkan untuk sudut ATD dalam penelitian ini tidak menunjukkan hasil
yang khas, dimana frekuensi tertinggi pada sudut 35 o -50 o (kanan 76,9%
dan kiri 75,6%)
5.2. Saran
1. Dilakukan penelitian dermatoglifi dengan jumlah sampel yang lebih
banyak agar pola sidik jari yang didapatkan juga lebih bervariasi.
2. Dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan kelompok kontrol
sebagai pembanding.
3. Dilakukan penelitian dengan mengelompokkan sampel berdasarkan ras
dan etnis.
DAFTAR PUSTAKA
Aida, N. 2014. Analisis sudut atd pada narapidana. 3(1) : 27-33. Available at
jbioua.fmipa.unand.ac.id/index.php/jbioua/article/download/110/102.
Diakses pada tanggal 1 Agustus 2017.
Bala, A., Deswal, A., Sarmah, P.C., Khandalwal, B., dan Tamang, B.K. 2015.
Palmar dermatoglyphics patterns in diabetes mellitus and diabetic with
hypertension patients in Gangtok region. International Journal of
Advanced Research, Volume 3, Issue 4, 1117-1125. Available at
www.journalijar.com. Diakses pada tanggal 16 Januari 2018.
Bhat, M., Mukhdoomi, M.A., Shah, B.A., dan Ittoo, M.S. 2014. Dermatoglyphics:
in health and disease - A Review. International Journal of Research in
Medical Sciences 2(1):31-37 . Available at www.msjonline.org. Diakses
pada tanggal 1 Agustus 2017.
Bhavana, D., Ruchi, J., dan Prakash, T. 2013. Study of finger print patterns in
relationship with blood group and gender – a statistical review. Vol. 1(1),
15-17. Available at www.isca.in. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2017.
Bruin, E.I., Graham, J.H., Louwerse. A., dan Huizink, A.C. 2014. Mild
Dermatoglyphic Deviation in Aldocents with Autism Spectrum Disorders
and Average Intellectual Abilities as Compared to Typically Developing
Boys. Autism Research and Treatment. 1-5. Available at
https://www.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses pada tanggal 17 Januari 2018.
Campbell, E.D. 2017. Biometrics future and profit. Biometric Journal. Available
at http://stat,tamu.edu/Biometrics/28/04/20 05. Diakses pada tanggal 3
Agustus 2017.
Chastanti, I. 2009. Pola Multifaktor Sidik Jari pada Penderita Obesitas Di Daerah
Medan dan Sekitarnya. Available at http://repository.usu.ac.id. Diakses
pada tanggal 11 Januari 2018.
Cummins, H., and Midlo. 1926. Palmar and plantar epidermal ridge
configurations. American Journal of Physical Anthropology. 471-502.
Available at www.iosrjournals.org. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2017.
Dhall, J.K. dan Kapoor, A.K. 2016. Fingerprint Ridge Density as a Potential
Forensic Anthropological Tool for sex Identification. Journal of Forensic
Sciences 61(2): 424-429.. Available at
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26418279. Diakses pada tanggal 12
Januari 2018.
Eboh, D.E.O. 2017. Fingerprint patterns in relation to gender and blood group
among students of Delta State University, Abraka, Nigeria. Journal of
Experimental and Clinical Anatomy Vol. 12 Issue 2. Available at
http://www.jecajournal.org. Diakses pada tanggal 18 januari 2018.
Jain, A.K., Prabhakar, S., dan Pankanti, S. 2002. On the similarity of identical
twin fingerprints. The Journal of Pattern Recognition Society, 35, 2653–
2663. Available at biometrics.cse.msu.edu. Diakses pada tanggal 13
Januari 2018.
Jin, Z., Yu, L., Geng, J., Wang, J., Jin, X., dan Huang, H. 2015. A novel 47,2 Mb
duplication on chromosomal bands Xq21.1-25 associated with mental
retardation. GENE-40493;No. of pages:5;4C: 2, 3. Available at
http://www.elsevier.com/locate/gene. Diakses pada tanggal 17 September
2017.
Kiran, K., Rai, K., dan Hegde, A.M. 2010. Dermatoglyphics as a noninvasive
diagnostic tool in predicting mental retardation. Vol 2. Available at
www.ispcd.org. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2017.
Lakshmana, N., Nayyar, A.S., Pavani, B.V., Ratnam, M.V.R., dan Upendra, G.
2017. Revival of dermatoglyphics: syndromes and disorders, a review.
Advances in Human Biology Vol 7:2-7. Available at
http://www.aihbonline.com/text.asp?2017/7/2/1/199528. Diakses pada
tanggal 5 Agustus 2017.
Mulvihill, J.J., dan Smith, D.W. 1969. The genesis of dermatoglyphics. The
Journal of Pediatrics, 75(4), 579 – 589. Available at
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/4309281. Diakses pada tanggal 2
Agustus 2017.
Nugraha, Z.S., Alnur, A., & Hastuti, J. 2009. Pola sidik jari anak-anak sindrom
down di SLB bakhti kencana dan anak-anak normal di Sd Budi Mulia dua
yogyakarta. Jurnal kedokteran dan kesehatan Indonesia. Available at
http://journal.uii.ac.id. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2017
Phankale, S.V., Mahajan, A.A., dan Doshi, M.A. 2012. Study of ‘atd’ Angle as
Dermatoglyphic Feature in Bronchial Asthma. International Journal of
Health Sciences and Research Vol.2; Issue: 4. Available at www.ijhsr.org.
Diakses pada tanggal 16 Januari 2018.
Robinson, G.C., Miller, J.R., Cook, E.G., dan Bluma. 1966. Broad Thumbs and
Toes and Mental Retardation. American Journal of Diseases of Children
Vol 111. Available at www.iosrjournals.org. Diakses pada tanggal 16
September 2017.
Sadock, Benjamin J, Virginia A. Sadock. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar
Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta : EGC
Soman, M.A., Avadhani, R., Nallathamby,R., Jacob, M. dan Josep C.C. 2015.
Fingerprint Pattern Characteristics Of Intellectually Disabled Children -
An Original Study. Nitte University Journal of Health Science Vol. 5,
No.1. Available at nitte.edu.in/journal/december2014/FPCO.pdf . Diakses
pada tanggal 16 September 2017.
Sufitni. 2007. Pola sidik jari pada kelompok retardasi mental dan kelompok
normal. Majalah Kedokteran Nusantara 40(3): 180-191. Available at
scholar.unand.ac.id. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2017.
Zhang, dkk. 2010. Dermatoglyphics from all chinese ethnic groups reveal
geographic patterning. Volume 5, issue 1. Available at www.plosone.org.
Diakses pada tanggal 18 Januari 2018.
LAMPIRAN 1
DATA SPSS
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 7 2 2.2 2.6 2.6
8 9 10.1 11.5 14.1
9 6 6.7 7.7 21.8
10 8 9.0 10.3 32.1
11 11 12.4 14.1 46.2
12 5 5.6 6.4 52.6
13 6 6.7 7.7 60.3
14 4 4.5 5.1 65.4
15 5 5.6 6.4 71.8
16 6 6.7 7.7 79.5
17 7 7.9 9.0 88.5
18 5 5.6 6.4 94.9
19 2 2.2 2.6 97.4
21 1 1.1 1.3 98.7
24 1 1.1 1.3 100.0
Total 78 87.6 100.0
Missing System 11 12.4
Total 89 100.0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SA 3 3.4 3.8 3.8
TA 3 3.4 3.8 7.7
UL 39 43.8 50.0 57.7
SW 26 29.2 33.3 91.0
CPW 3 3.4 3.8 94.9
AW 1 1.1 1.3 96.2
DLW 3 3.4 3.8 100.0
Total 78 87.6 100.0
Missing System 11 12.4
Total 89 100.0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SA 2 2.2 2.6 2.6
TA 1 1.1 1.3 3.8
UL 49 55.1 62.8 66.7
RL 3 3.4 3.8 70.5
SW 20 22.5 25.6 96.2
CPW 1 1.1 1.3 97.4
DLW 2 2.2 2.6 100.0
Total 78 87.6 100.0
Missing System 11 12.4
Total 89 100.0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TA 1 1.1 1.3 1.3
UL 60 67.4 76.9 78.2
RL 1 1.1 1.3 79.5
SW 14 15.7 17.9 97.4
CPW 1 1.1 1.3 98.7
DLW 1 1.1 1.3 100.0
Total 78 87.6 100.0
Missing System 11 12.4
Total 89 100.0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TA 2 2.2 2.6 2.6
UL 31 34.8 39.7 42.3
RL 1 1.1 1.3 43.6
SW 34 38.2 43.6 87.2
CPW 8 9.0 10.3 97.4
DLW 2 2.2 2.6 100.0
Total 78 87.6 100.0
Missing System 11 12.4
Total 89 100.0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SA 1 1.1 1.3 1.3
TA 4 4.5 5.1 6.4
UL 48 53.9 61.5 67.9
RL 2 2.2 2.6 70.5
SW 21 23.6 26.9 97.4
CPW 1 1.1 1.3 98.7
DLW 1 1.1 1.3 100.0
Total 78 87.6 100.0
Missing System 11 12.4
Total 89 100.0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SA 2 2.2 2.6 2.6
TA 7 7.9 9.0 11.5
UL 44 49.4 56.4 67.9
SW 14 15.7 17.9 85.9
AW 2 2.2 2.6 88.5
DLW 9 10.1 11.5 100.0
Total 78 87.6 100.0
Missing System 11 12.4
Total 89 100.0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TA 5 5.6 6.4 6.4
UL 45 50.6 57.7 64.1
RL 2 2.2 2.6 66.7
SW 20 22.5 25.6 92.3
CPW 1 1.1 1.3 93.6
AW 1 1.1 1.3 94.9
DLW 4 4.5 5.1 100.0
Total 78 87.6 100.0
Missing System 11 12.4
Total 89 100.0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SA 2 2.2 2.6 2.6
TA 3 3.4 3.8 6.4
UL 56 62.9 71.8 78.2
SW 13 14.6 16.7 94.9
AW 1 1.1 1.3 96.2
DLW 3 3.4 3.8 100.0
Total 78 87.6 100.0
Missing System 11 12.4
Total 89 100.0
10. Tabel SPSS distribusi pola sidik jari manis tangan kiri
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SA 1 1.1 1.3 1.3
TA 4 4.5 5.1 6.4
UL 31 34.8 39.7 46.2
RL 3 3.4 3.8 50.0
SW 27 30.3 34.6 84.6
CPW 11 12.4 14.1 98.7
AW 1 1.1 1.3 100.0
Total 78 87.6 100.0
Missing System 11 12.4
Total 89 100.0
11. Tabel SPSS distribusi pola sidik jari kelingking tangan kiri
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid TA 2 2.2 2.6 2.6
UL 52 58.4 66.7 69.2
SW 15 16.9 19.2 88.5
CPW 5 5.6 6.4 94.9
DLW 4 4.5 5.1 100.0
Total 78 87.6 100.0
Missing System 11 12.4
Total 89 100.0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid RINGAN 47 52.8 60.3 60.3
SEDAN
31 34.8 39.7 100.0
G
Total 78 87.6 100.0
Missing System 11 12.4
Total 89 100.0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <35 14 15.7 17.9 17.9
35-50 60 67.4 76.9 94.9
>50 4 4.5 5.1 100.0
Total 78 87.6 100.0
Missing System 11 12.4
Total 89 100.0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid <35 13 14.6 16.7 16.7
35-50 59 66.3 75.6 92.3
>50 6 6.7 7.7 100.0
Total 78 87.6 100.0
Missing System 11 12.4
Total 89 100.0
LAMPIRAN 2
Assalamualaikum w.w.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Wassalamualaikum w.w.
Peneliti
LAMPIRAN 3
SURAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Nama Anak :
Umur Anak :
( )
LAMPIRAN 4
LEMBAR OBSERVASI
LAMPIRAN 5
A B
C
Gambar 5.1: Pengolesan lipstik pada ujung jari (A); Penempelan palmar pada bantalan cap (B);
Penempelan jari tangan pada lembar obsevasi.
Gambar 5.2: Contoh cetakan pola sidik jari dari sampel yang terbentuk pada lembar observasi
Gambar 5.3: Contoh cetakan telapak tangan kanan (foto kanan) dan telapak tangan kiri (foto kiri)
pada lembar observasi untuk menghitung besar sudut ATD dari sampel
Gambar 5.4: Contoh cetakan pola sidik jari dari kesepuluh jari sampel yang terbentuk pada lembar
observasi