Anda di halaman 1dari 79

Jaras Dopamin Sentral

Mengetahui dan memahami jaras (pathway) dopamin sentral sangatlah penting


bagi orang yang bergerak di bidang psikofarmakologi. Dengan mengetahui hal
tersebut akan memudahkan kita dalam memahami cara kerja obat psikotropik
khususnya antipsikotik.

1
Saat ini ada 4 jaras neurotransmiter dopamin sentral yang diketahui (menurut
Stahl) yaitu:
(1) jaras nigro-striatal
(2) jaras mesolimbik
(3) jaras mesokorteks dan
(4) jaras tuberoinfundibuler.
Jaras nigrostriatal, bermula dari substansia nigra menuju striatum ganglia
basalis. Jaras ini mengatur pergerakan pada manusia. Obat antipsikotik,
khususnya generasi I atau atipikal bekerja dengan jalan memblok total (tidak
selektif) reseptor dopamin (khususnya D2 receptor) di pasca sinaps neuron.
Akibat bloking ini maka secara klinis terlihat pergerakan pasien akan terganggu
sehingga muncul gejala yang dinamakan EPS (extra-piramidal syndrome). Gejala
EPS ini mulai dari yang paling ringan dan akut seperti distonia akut, trias
parkinsonism, akathisia sampai yang dalam bentuk paling berat dan kronis yaitu
diskinesia tardif.
Jaras Mesolimbik, bermula dari area tegmental midbrain ventral menuju ke
nukleus accumbens, yang merupakan salah satu bagian dari sistem limbik
yang mengatur perilaku, sensasi yang menyenangkan, rasa euforia pada drug
abuse, juga waham dan halusinasi pada penderita psikosis (gejala positif).
Jaras Mesokorteks, bermula dari area tegmental midbrain ventral, namun
aksonnya menuju korteks limbik. Jaras ini bertanggungjawab terhadap
simptom positif dan negatif psikotik dan juga efek samping kognitif akibat
pemakaian obat antipsikotik (gejala negatif).
Jaras Tuberoinfundibuler, bermula dari hipotalamus menuju kelenjar
hipofisis anterior. Jaras ini bertanggungjawab terhadap pengontrolan sekresi
prolaktin. Neurotransmiter dopamin sentral berfungsi menginhibisi sekresi
prolaktin. Bila fungsi ini terganggu sebagai akibat bloking obat antipsikotik
khususnya yang konvensional, maka kadar prolaktin dalam darah akan
meningkat (terjadi hiperprolaktinemia). Secara klinis akan menunjukkan gejala
amenorrhoe, ginekomastia dll.

2
MISTERI OTAK & JIWA
Misteri Tiada Akhir
Misteri tentang Jiwa dan Ruh adalah misteri sepanjang sejarah kemanusiaan.
Berbagai sudut pandang telah dikembangakan untuk memahami jiwa dan Ruh.
Namun tidak pernah memuaskan. jiwa dan Ruh selalu menyisakan sesuatu yang
di luar kefahaman kita. Kini, kita mencoba membahas rahasia itu dari sudut
pandang yang lebih holistik, mudah-mudahan bisa melengkapi wacana selama
ini. Dan, kemudian menjadikan persepsi kita terhadap Ruh dan jiwa lebih baik.
Meskipun, tentu saja, butuh penyempurnaan lebih lanjut. Dalam diskusi ini, kita
mencoba membahas jiwa dan Ruh dalam tiga sudut pandang secara
komprehensif, yaitu informasi Al-Qur’an, sains, dan filsafat. Saya ingin
mengajak pembaca untuk lebih mencermati informasi dan analisa-analisa yang
berasal dari sains tentang keberadaan Jiwa. Untuk itu, kita akan banyak berbicara
tentang Otak yang memang dicurigai banyak berperan dalam berfungsinya Jiwa
dan Ruh.
1. STRUKTUR & FUNGSI OTAK
Ada kecurigaan yang masih perlu dikaji lebih mendalam, bahwa jiwa berada di
balik struktur otak manusia. Kenapa ada kecurigaan seperti itu? Karena dalam
berbagai data klinis yang dicermati oleh para dokter jiwa maupun saraf,
menunjukkan kaitan sangat erat antara kualitas Jiwa dengan kualitas otaknya.
Jika otak seseorang mengalami gangguan secara medis, atau mengalami
kerusakan, maka diperoleh kenyataan bahwa orang tersebut juga mengalami
gangguan Jiwa seiring dengan bagian yang mengalami kerusakan.
Sebagai contoh, saya punya seorang kawan yang mengalami gangguan pada sel
otaknya. Karena kecelakaan sepeda motor, ia mengalami kerusakan sel
penciumannya. Sejak saat itu, dia tidak pernah bisa membau aroma apa pun lewat
hidungnya. Baginya aroma nasi soto tidak berbeda dengan aroma nasi rawon atau
nasi timlo.
Dia sempat mengeluhkan kepada saya, betapa tidak enaknya mengalami
gangguan semacam itu. Secara sepintas, anda mungkin bertanya-tanya apa
kaitannya dengan jiwa. Sebenarnya fungsi penciuman (kefahaman terhadap
aroma) adalah sebagian dari fungsi Jiwa.
Sebagaimana mata, telinga dan indera lainnya. Karena panca indera adalah alat
untuk berkomunikasi dengan dunia di luar tubuh seseorang. Jika ia rusak, maka
kualitas Jiwanya juga menjadi terganggu.

3
Contoh yang lebih jelas terlihat dari kasus kedua yang dialami oleh seorang
famili saya. Suatu ketika, famili saya ini terkena serangan stroke di suatu acara
syukuran. Karena makan sate dan makanan berkolesterol tinggi lainnya, besok
paginya ia terkena serangan ‘penyakit stroke’ yang berbahaya itu.
Apa yang terjadi? Dia mengalami kerusakan pada bagian otak yang terkait
dengan sel-sel memori bahasanya. Maka sejak saat itu, dia tidak ingat pada
perbendaharaan kata-kata yang telah dipunyainya sejak kecil. Baik bahasa
Indonesia, Jawa, Madura, Inggris, mau pun bahasa lain yang dia pernah bisa.
Dia tahu, faham dan mengenal suatu benda, tapi tidak pernah bisa menyebut
namanya. Ia selalu salah dalam menyebut nama benda apa saja. Bahkan juga
tidak bisa menyebut nama saya. Padahal saya tahu pasti, dia masih mengenal
saya. Bahkan, untuk menyebut nama istri dan anaknya pun dia lupa! Kalau pun
dia berusaha berbicara, kata-kata yang dia ucapkan itu tidak bisa dimengerti sama
sekali.
Dia sangat menderita secara kejiwaan, karena apa yang dia maksudkan tidak bisa
tersampaikan lewat bahasa. Saya kira, kini anda mulai bisa merasakan apa yang
saya maksudkan. Bahwa kerusakan struktur otak ternyata memberikan gangguan
pada kualitas Jiwa seseorang secara nyata.
Dia tidak gila, tetapi mengalami gangguan kualitas Jiwa. Untuk mengatasi
kesehatannya, famili saya itu ditangani oleh beberapa dokter, di antaranya adalah
dokter saraf dan dokter Jiwa. Pada kasus kasus yang lebih berat, Schizophrenia
alias gila, para dokter saraf ternyata juga menemukan kerusakan pada sel-sel otak
si penderita.
Ada bagian-bagian otak yang bertanggung jawab pada emosi, rasa malu, sadistis,
perilaku tidak terkontrol, dan lain sebagainya mengalami kerusakan serius. Dan
kemudian ditandai dengan dilepaskannya zat-zat kimiawi tertentu di dalam
tubuhnya.
Pengobatannya, ternyata bisa dilakukan secara fisik dengan memberikan obat-
obat tertentu yang mengendalikan munculnya zat-zat pencetus ‘kegilaan’
tersebut. Dengan demikian, terbukti bahwa gangguan Jiwa sangat erat kaitannya
dengan kerusakan struktur otak seseorang.
Dulu, bidang kesehatan yang menangani penyakit Jiwa ditangani oleh seorang
dokter penyakit Jiwa. Tapi kini, ditangani oleh dua bidang kesehatan yang
berbeda yaitu dokter saraf dan dokter Jiwa (psikiater).
Dokter saraf menangani gejala-gejala fisiknya, sedangkan psikiater lebih kepada
fungsi Jiwa alias psikis yang bersifat abstrak. Dalam ilmu kedokteran disebut
sebagai Struktural (fisik) dan Fungsional (psikis).

4
Agar kita memiliki gambaran yang lebih konkret tentang struktur otak dalam
kaitannya dengan fungsi jiwa, berikut ini marilah kita cermati organ terpenting
yang ada di dalam kepala manusia itu. Otak manusia adalah jaringan lunak yang
beratnya sekitar 0,5 kilogram. Otak manusia berisi sekitar 100 miliar sel yang
tersusun secara sangat canggih.
Miliaran sel itu memiliki fungsi kompleks sebagai pusat pengendali seluruh
aktivitas manusia. Mulai dari sekadar menerima sinyal-sinyal dari berbagai
sensor di badan kita, sampai pada proses pemahaman, analisa, membuat
keputusan, dan kemudian melakukan gerakan motorik. Ya, di dalam otak inilah
seluruh aktivitas manusia berpusat.
Seluruh panca indera kita dikendalikan oleh otak. Jika, sel-sel otak yang
berkaitan dengan panca indera itu rusak, maka fungsi indera kita juga bakal rusak
atau tidak berfungsi normal. Katakanlah fungsi penglihatan. Meskipun organ
mata kita sehat wal afiat, tetapi kalau sel-sel pusat penglihatan kita yang berada
di Kulit Otak bagian belakang mengalami kerusakan, kita juga tidak akan bisa
melihat.
Padahal mata kita masih melek. Lensa dan retinanya juga masih bagus. Saraf
penghubung mata dengan otak juga sempurna. Semua itu menjadi tidak berarti,
ketika sel-sel visual di otak kita rusak. Seluruhnya menjadi tidak berfungsi.
Demikian pula dengan pendengaran. Komponen-komponen organ telinga semua
bagus, mulai dari daun telinga, gendang telinga, sampai kepada ‘kabel’ saraf
penghubung ke pusat pendengarannya. Tapi kalau sel-sel di pusat pendengaranya
(kulit otak samping kiri) yang rusak, maka semua itu menjadi tidak berguna.
Suara tetap tertangkap oleh telinga, kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik
sampai ke otak. Tapi otak tidak bisa memahami suara itu, karena sel-sel
pendengarannya mengalami kerusakan. Dan seterusnya demikian pula yang
terjadi jika pusat penciuman, pusat perabaan, dan pusat perasanya yang rusak.
Selain mengendalikan panca indera, dan sebagai pusat pemahamannya,. Otak
juga mengendalikan seluruh gerakan organ-organ tubuh. Gerakan tangan, kaki,
kepala, dan seluruh otot atau persendian dikendalikan dari otak.
Orang-orang yang terkena serangan stroke, dan kemudian mengalami kerusakan
di pusat kendali gerakan itu, dia bakal mengalami kelumpuhan. Ada yang lumpuh
separuh ada juga yang lumpuh total, seiring dengan tingkat keparahannya.
Rangkaian kerja motorik itu berada di kulit otak bagian depan. Lebih jauh, otak
juga menjadi pusat bahasa. Mulai dari memori perbendaharaan kata, pemahaman,
sampai pada proses verbalnya. Pusat bahasa ini menempati wilayah yang sangat
luas di otak manusia. Di antaranya daerah yang mengendalikan lidah dan tangan.

5
Keduanya terkait dengan aktivitas bahasa, yaitu berbicara dan menulis. Ini
menunjukkan bahwa otak manusia memang didesain oleh Allah untuk banyak
berinteraksi dengan bahasa. Struktur otak yang demikian ini tidak dimiliki oleh
makhluk lain, selain manusia.
Wilayah bahasa sangat khas pada manusia. Karena dengan bahasa itulah manusia
menampilkan peradabannya. Manusia bisa menulis dan menyampaikan sejarah
peradabannya dengan bahasa. Manusia menelurkan karya-karya besarnya juga
dengan bahasa.
Manusia bisa merumuskan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dengan bahasa.
Bahasa menunjukkan betapa manusia adalah makhluk yang paling sempurna di
muka bumi. Lebih jauh, otak juga mengendalikan fungsi -fungsi yang lebih luhur
dalam kehidupannya. Salah satunya adalah yang berkaitan dengan emosi.
Rasa senang, bahagia, sedih, menderita, benci dan kasih sayang, semuanya
dikendalikan oleh pusat ingatan emosi di bagian otak yang disebut amygdala.
Sedangkan pusat ingatan yang bersifat rasional berada di bagian otak yang
disebut Hippocampus.
Kalau dipetakan mengikuti wilayahnya, maka otak manusia bisa dibagi menjadi
tiga bagian besar.
Wilayah I, adalah kulit otak (cortex cerebri), bagian terluar dari otak. Wilayah
ini menjadi basis dari aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan rasional
seseorang.
Mulai dari kemampuan menerima rangsang panca indera, memahaminya,
menganalisa, dan kemudian merespon secara motorik. Kehebatan peradaban
manusia dalam hal sains dan teknologi, seperti yang berkembang pesat di abad-
abad terakhir ini adalah hasil berpikir rasional dari kulit otak.
Manusia bisa membuat berbagai peralatan elektronik, komputer, robot, senjata
pemusnah masal, pesawat ruang angkasa, dan lain sebagainya, hanyalah sebagian
dari kehebatan kerja kulit otak tersebut.
Wilayah II, adalah sistem limbik dan bagian lain di tengah otak yang masih
sangat misterius. Wilayah ini bertanggung jawab terhadap fungsi luhur yang
sangat erat terkait dengan emosi seseorang. Sikap jujur, adil, pemaaf,
mencintai, membenci, sedih, gembira, dan menderita diatur mekanismenya di
wilayah bagian tengah otak ini.
Termasuk di dalamnya adalah amygdala sebagai pusat ingatan emosi. Ada
beberapa komponen otak yang terlibat dalam sistem pengaturan ‘fungsi luhur’
ini. Di antaranya adalah Gyrus Cingulata, Thalamus, Hippocampus, Nudeus
Basal, Prefrontal Cortex, dan amygdala.

6
Tiga di antaranya ternyata berada di wilayah I, yaitu kulit otak yang berperan
dalam aktivitas rasional. Sedangkan selebihnya, berada di bagian bawah kulit
otak, atau bagian yang berkait dengan emosi. Jadi mekanisme sistem limbik yang
sistem mengatur fungsi luhur Limbik itu, ternyata melibatkan dua fungsi otak
sekaligus yaitu fungsi rasional di kulit otak dan fungsi emosi di bagian lebih
dalam otak.
Artinya, munculnya rasa kasih sayang, keadilan, pemaaf, mendendam, rasa
bersalah, sedih dan gembira itu bukan hanya bersifat emosional belaka, tetapi
juga melibatkan pikiran-pikiran rasional kita. Sistem limbik ini juga mengatur
alam bawah sadar.
Di dalam sistem ini tersimpan memori universal tentang kebaikan, keburukan,
keadilan, kejujuran, dan segala sifat-sifat yang dianggap baik atau buruk oleh
manusia.Tanpa belajar pun semua manusia tahu tentang rasa sedih, bahagia,
kasih sayang, menderita, dan lain sebagainya. ‘Ingatan’ tentang semua rasa
universal itu telah tersimpan memorinya di dalam sistem limbik.
Kenapa orang tertawa, ketika mendengar atau melihat sesuatu yang lucu? Atau,
kenapa kita menjadi berduka, ketika mendengar atau melihat sesuatu yang
menyedihkan? Semua itu, karena sudah ada memori tentang perasaan universal
manusia tersebut di dalam memori sistem limbik.
Kita tidak perlu belajar tentang rasa universal itu. Manusia secara kolektif telah
memilikinya di bagian tengah otaknya, yang terkait dengan fungsi luhur sebagai
manusia. Tidak peduli dia berbangsa dan berbahasa apa, dia pasti tahu seseorang
itu sedang menangis karena sedih atau karena bahagia.
Dia sedang tertawa karena senang ataukah sekadar menutupi kekecewaannya. itu
adalah bahasa universal umat manusia. Jadi ke dalam sistem limbik itu Allah
telah mengilhamkan rasa sedih dan gembira, rasa berani dan takut, rasa puas dan
kecewa, rasa tentram dan gelisah, rasa sombong dan rendah hati, bahagia dan
sengsara, dan beragam nilai-nilai kebaikan dan keburukan.
Sistem nilai itulah yang menjadi acuan dan tolak ukur bagi otak untuk
mengatakan apakah sesuatu itu tergolong baik ataukah jelek. Dan kemudian,
menjadi acuan apakah sesuatu itu membahagiakan ataukah menyengsarakan.
Kemudian, berdasarkan ‘memori rasa’ di dalam sistem limbik itu, muncul
perintah lewat sistem endokrin (kelenjar hormon, enzim, dlsb) yang berpengaruh
kepada seluruh organ tubuh seperti jantung berdenyut lebih kencang atau
melembut, berkeringat dingin atau tidak, tangan gemetaran, dan seterusnya.
Secara lebih jelas akan kita bahas pada bagian-bagian berikutnya.

7
Wilayah III, adalah yang berkait dengan fungsi dasar kehidupan. Wilayah itu
meliputi batang otak dan otak kecil. Disinilah pusat pengaturan denyut
jantung, pernafasan, tekanan darah, termasuk pengaturan keseimbangan dan
kehalusan gerakan dilakukan.
Selain ketiga wilayah secara global tersebut, saya kira kita perlu mengetahui
beberapa bagian di dalam otak yang memiliki peran penting dalam pengendalian
kehidupan seseorang.
Thalamus. Ini adalah bagian yang terdapat di otak depan, berfungsi mengatur
proses masuknya informasi dari luar otak menuju ke kulit otak.
Selain itu juga mengatur proses terjadinya gerakan organ-organ tubuh lewat
koordinasi kulit otak dan otak kecil. Di bagian ini terjadi persimpangan saraf-
saraf sensorik yang masuk ke otak.
Hypothalamus. Berada di bawah Thalamus.Ia berfungsi mengatur kestabilan
suhu badan, rasa lapar dan haus, kegiatan seksual, dan berbagai aktivitas
badan lainnya termasuk proses pertumbuhan dan menstruasi pada perempuan
yang dikendalikan secara hormonal.
Hippocampus. Inilah bagian yang berfungsi untuk menyimpan memori
rasional. Terutama ingatan-ingatan jangka pendek. Hippocampus berbentuk
seperti huruf C, dan terletak di tengah otak. Ia sebenarnya merupakan bagian dari
kulit otak yang menjulur ke bagian dalam otak. Karena itu, fungsinya terkait erat
dengan proses rasional kulit otak.
Akan tetapi, Hippocampus ini juga berperan dalam sistem limbik yang menjadi
pusat fungsi luhur manusia. Inilah bagian yang memberikan pertimbangan
rasional kepada fungsi luhur manusia. Bukan hanya emosional seperti yang
diperankan oleh amygdala.
Neurotransmiter. Ini adalah zat kimia di dalam otak yang berfungsi membawa
pesan antar sel saraf. Zat-zat pembawa pesan ini diproduksi di dalam sel-sel
saraf yang ada di otak, ketika pesan dari otak harus ditransmisikan ke bagian-
bagian lain. Hampir seluruh kegiatan otak memanfaatkan neurotransmiter untuk
menyampaikan pesan.
Dengan membahas struktur dan fungsi otak ini, kita memperoleh suatu gambaran
bahwa ternyata fungsi kehidupan manusia dikendalikan oleh jaringan lunak yang
berada di dalam kepala itu. Otak bagaikan pusat pemerintahan yang
mengendalikan seluruh wilayah yang menjadi otoritasnya.
Mulai dari menangani informasi yang masuk lewat panca indera, memahaminya,
menganalisa, membuat keputusan, sampai pada merespon lewat gerakan anggota
tubuh kita, semua itu diperintah lewat mekanisme otak.

8
Bahkan, rasa senang, sedih, gembira, mencintai, dan berbagai perasaan
kemanusiaan, semua juga berada dan bersumber di otak manusia. Kita lantas
bertanya-tanya, kalau begitu apakah Jiwa kita berada di otak itu? Atau bahkan,
jangan-jangan, ya otak itu yang disebut Jiwa?
Kenapa bertanya demikian? Sebab, sebagaimana telah kita bahas di depan,
bahwa kerusakan sel-sel otak bisa menyebabkan Jiwa seseorang terganggu
bahkan mengalami kegilaan. sampai disini kita memperoleh alasan yang kuat
untuk menaruh kecurigaan semacam itu.
Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita menelusuri lebih jauh fungsi otak
itu. Barangkali, dengan memahami mekanisme kerjanya kita bakal memperoleh
gambaran lebih baik tentang fungsi otak tersebut.
Dan kemudian bisa memperoleh jawaban atas pertanyaan di atas: benarkah Jiwa
ada di dalam otak? Atau mungkin berada di balik otak? Atau, bahkan otak itu
sendirilah yang disebut Jiwa?
2. MEKANISME KERJA OTAK
Otak manusia dengan segala sistem sarafnya terbentuk tidak sekaligus. Ia tumbuh
dan terbentuk secara berangsur angsur sejak dari dalam perut ibu sampai
beranjak dewasa.
Otak dan sistem saraf secara berkelanjutan mengalami penyempurnaan. Artinya,
kemampuan dan kedewasaan otak terus mengalami perkembangan seiring
dengan waktu dan tumbuh kembangnya si manusia.
Awal mulanya manusia hanya berasal dari 1 sel saja, yaitu Stem Cell. Dari 1 sel
yang berisi sifat-sifat ayah dan ibunya itulah terjadi perkembangan menuju pada
terbentuknya manusia dengan kompleksitas yang sangat luar biasa.
Satu sel membelah menjadi 2 sel, menjadi 4 sel, menjadi 8 sel dan seterusnya
sampai bermiliar-miliar sel tubuh manusia. Dan yang menakjubkan, dari satu sel
itu lantas berkembang menjadi sel-sel yang berbeda-beda bentuk dan fungsinya.
Ada sel yang membelah dan berkembang ke arah pembentukan kepala. Ada yang
membentuk badan dan anggota tubuh. Ada yang membentuk tulang belulang
dengan segala bentuk dan fungsinya. Ada yang mengarah ke bentuk otot, darah,
jantung, paru paru, ginjal, mata, otak, dan lain sebagainya.
Sangat aneh memang! Darimana datangnya perintah untuk berkembang menjadi
sel-sel yang berbeda tersebut. Apakah anda bisa melihat perbedaan antara sel
darah merah dengan sel tulang, dengan sel daging, dan sel otak? Tentu saja,
secara sepintas kita langsung bisa membedakannya.
Ya, berbagai macam sel itu sangatlah berbeda bentuk maupun fungsinya. Kenapa
bisa terjadi demikian, bahwa satu sel bisa berkembang menjadi sel-sel yang
9
berbeda dan lantas ’secara ajaib’ membentuk jaringan, kemudian menjadi organ-
organ yang berbeda-beda bentuk dan fungsinya? Siapakah yanag mengatur
semua itu? Bukankah manusia belum terbentuk sempurna, dan masih berupa
‘cikal bakal’ yang belum memiliki kesadaran atau pun kemauan?
Pastilah dia tidak bisa memerintah sel-sel itu untuk membelah dan membentuk
organ-organ tubuhnya sendiri. Ternyata di dalam Stem Cell tesebut ada suatu
program yang sangat canggih yang memberikan perintah kepada sel-sel itu untuk
membelah dan membentuk jaringan serta organ-organ tubuh manusia.
Lebih jauh kita akan membahasnya di bagian berikutnya. Dalam kesempatan ini
saya hanya ingin menginformasikan kepada anda bahwa sistem saraf dan otak
manusia diperkirakan mulai terbentuk sebelum hari ke 18 berkembangnya janin
di dalam perut sang ibu.
Sejak saat itu sampai dengan hari kelahiran, sistem saraf dan otak manusia
berkembang luar biasa cepatnya. Setiap menitnya, sel saraf di otak janin itu
bertambah sekitar 25.000 sel. Dan begitulah seterusnya sampai menjelang
kelahirannya sel otak bayi telah mencapai sekitar 100 miliar sel saraf!
Selain sel saraf itu, di otak juga terdapat sel-sel penunjang yang berjumlah dua
kali lipatnya, sekitar 200 miliar sel yang disebut sebagai glia. Sel-sel saraf
berfungsi untuk menerima berbagai macam pesan, mengolahnya, dan
mengeluarkan pesan-pesan.
Sedangkan sel glia berfungsi untuk menunjang kelancaran dan keamanan proses-
proses yang terjadi di dalam sel-sel saraf. Jadi dalam waktu sekitar 9 bulan itu
telah terjadi proses pembangunan sistem saraf otak dan penunjangnya dengan
melibatkan sekitar 300 miliar sel.
Dan, sungguh sangat menakjubkan, sel-sel saraf itu membentuk sirkuit yang
sangat rumit dan kompleks yang kemudian menjadi pusat kendali kehidupan
manusia. Jutaan kali lebih rumit dan canggih dibandingkan dengan komputer
terhebat abad ini.
Sirkuit sel-sel saraf otak itu membentuk jaringan yang saling terkait dalam
fungsinya. Tidak bisa dipisah-pisahkan. Kerusakan satu sel saja akan
menimbulkan problem besar dalam fungsi otak tersebut, karena sel-sel saraf otak
tidak bisa diperbarui kembali sebagaimana jaringan lain.
Namun demikian, perkembangan saraf otak itu tidaklah berhenti pada saat bayi
terlahir. Karena, kelahiran itu baru titik awal berfungsinya sistem saraf tersebut.
Dan kemudian berkembang terus menuju kesempurnaan sampai usia dewasa.
Memang perkembangan paling cepat adalah di masa pertumbuhan janin sampai
masa kanak-kanak. Setelah itu, meskipun tetap berkembang, tetapi melambat

10
kecepatannya, seiring dengan usia. Setelah masa pembentukan janin di dalam
rahim, masa kanak-kanak adalah masa yang paling kritis dalam pembentukan
sistem saraf otak manusia.
Anak-anak yang terlahir dengan cacat penglihatan Misalnya, tenyata sel-sel saraf
yang berkaitan dengan penglihatannya tidak berkembang. Sel-sel di retina mata
memang berkembang pesat sesudah bayi lahir ke dunia.
Jika bayi, sesudah lahir, matanya ditutup tidak boleh melihat sampai beberapa
lama, maka sel-sel di retina matanya tidak akan terbentuk, dan kemudian sel-sel
saraf otaknya juga menjadi mengecil, dan tidak berfungsi.
Otak bagian depan yang bertanggung jawab terhadap kecerdasan anak,
berkembang pesat pada usia 6 - 12 bulan. Jika sel-sel saraf di daerah ini
berkembang secara baik, maka anak akan memiliki kecerdasan tinggi, emosinya
matang, penguasaan bahasanya baik, dan memiliki ketrampilan yang bagus.
Wilayah bahasa di otak anak-anak juga mengalami pemantapan pada usia sekitar
8 bulan. Sistem saraf terbentuk dengan sangat khas, bersamaan dengan
berkembangnya daerah otak yang disebut cortex prefrontal. Ini daerah yang
sangat berhubungan dengan kesadaran dan konsep diri seseorang.
Pada usia 8 tahun, anak-anak mengalami pemantapan atau keseimbangan fungsi
otak kanan dan kiri. Kedua belahan otak itu memiliki mekanisme yang berbeda
di dalam berpikir. Otak kanan cenderung berpikir intuitif dan artitistik.
Sedangkan otak kiri berpikir secara logis, rasional dan analitis.
Pembelajaran matematika, misalnya, lebih banyak menggunakan otak sebelah
kiri. Demikian pula pembelajaran sains, dan tatabahasa. Sedangkan pembelajaran
seni musik, seni tari, berfantasi dan semacamnya menggunakan mekanisme otak
kanan.
Jika kedua fungsi belahan otak berjalan secara seimbang, maka anak akan
memiliki potensi kecerdasan yang matang, secara intelektual maupun emosional.
Pemantapan itu terjadi pada usia sekitar 8 tahun.
Pada masa janin, bayi, sampai anak-anak, sel-sel saraf akan terbentuk dan
ditempatkan pada posisi-posisi yang tepat di kedua belahan otak itu. Baik
hubungan-hubungan antar sel saraf, maupun sirkuit secara keseluruhan.
Jika pada masa ini terjadi kesalahan penempatan dan pembentukan sirkuit saraf
otak, maka akan terjadi kerusakan yang parah di sistem saraf otak itu dan
menjadikan otak tidak berfungsi secara baik, karena sirkuit-siruitnya tidak
terbentuk.
Tapi, jika pembentukan sirkuit berjalan tepat, maka sel-sel saraf itu tinggal
memperbesar ukurannya saja, di kemudian hari. Keandalan sistem saraf sangat
11
ditentukan oleh ukuran sel-sel sarafnya. Semakin besar selnya, panjang
julurannya, dan luas sirkuitnya, maka semakin bagus fungsinya.
Tapi semakin kecil selnya, pendek julurannya, dan sempit sirkuitnya, maka
fungsinya akan semakin jelek. Sebagaimana sel-sel penglihatan yang tidak
berkembang pada bayi, yang saya contohkan di atas.
Bagian otak yang disebut amygdala ingatan yang bertanggung jawab pada emosi
juga berkembang pada usia anak-anak, yaitu sekitar 3 tahun. Jadi anak-anak yang
tidak terbentuk emosinya dengan baik pada usia itu biasanya akan memiliki
kendala kematangan emosional saat dewasa.
Sementara itu, ingatan rasional pada anak baru berkembang sesudah usia 3
tahun. Karena itu pendidikan di masa kanak-kanak lebih mengedepankan
pendekatan emosional ketimbang rasional. Sesuai dengan bagian otak yang sudah
berkembang.
Dan seterusnya, sel-sel saraf masih berkembang sampai masa dewasa. Setiap kita
melatih kemampuan baru, baik dalam segi bahasa, matematika, maupun
ketrampilan fisik, maka sel-sel saraf otak kita yang berkaitan dengan
pengendalian ketrampilan itu bakal berkembang, bertambah tebal, dan
membentuk sirkuit-sirkuit baru.
Maka, otak kita menjadi semakin membesar, dan berlipat-lipat di permukaannya.
Semakin banyak lipatan-lipatan pada otak seseorang, maka itu menunjukkan
semakin cerdas dia. Otak mengendalikan seluruh aktivitas kehidupan manusia
dengan tiga cara, yaitu sinyal sinyal listrik lewat serabut-serabut saraf, zat-zat
kimiawi yang disebut neurotransmiter, dan hormon-hormon yang dilepaskan ke
dalam darah.
Kepada tiga hal itulah aktivitas manusia bertumpu. Kekacauan pada salah satu
dari tiga hal itu akan menyebabkan kekacauan atau bahkan kelumpuhan pada
aktivitas manusia. Sinyal listrik adalah cara tercepat yang dimiliki oleh
mekanisme otak dan saraf.
Setiap memberikan perintah kepada organ atau bagian lain, otak selalu
mengirimkan pesan-pesan lewat sinyal listrik. Seperti pulsa-pulsa telepon saja
layaknya. Atau, seperti remote control televisi, tapi lewat ‘kabel’ saraf.
Kecepatan pesan dari otak menuju organ-organ yang dikendalikan itu sangatlah
tinggi, 120 meter per detik. Jadi kalau anda memiliki tinggi 160 cm, maka
kecepatan pesan dari otak sampai di ujung kaki anda hanya butuh waktu sekitar
1/75 detik saja.

12
Karena itu, kaki bisa langsung anda gerakkan seketika, saat otak anda
berkehendak. Ini memungkinkan anda tidak meleset saat menendang bola, di
sebuah pemainan sepak bola.
Bayangkan jika respon anda tidak secepat itu, maka seorang pemain bola bakal
bolak-balik meleset menendang bola yang tertuju kepadanya.
Atau, barangkali seorang kiper akan selalu gagal menangkap bola yang mengarah
ke gawangnya. Kecepatan respon yang demikian tinggi, ditentukan oleh kualitas
‘kabel’ dan sistem perkabelannya, yang menghubungkan antara otak sebagai
pusat kendali dengan organ-organ di seluruh tubuh kita.
Demikianlah sistem saraf bekerja. Jika sistem perkabelannya jelek, alias susunan
sarafnya jelek, maka kecepatan perintah itu juga akan terganggu. Atau bahkan
mengalani kemacetan.
Demikian pula jika kualitas kabelnya buruk, kecepatan sinyal listrik itu juga akan
menurun. Salah satu keanehan pada sistem saraf ini adalah pada kualitas
kabelnya. Biasanya, agar kecepatan sinyal listrik itu tinggi, dipilihlah kabel dari
bahan logam yang bagus, katakanlah tembaga, atau platina yang memiliki daya
hantaran listrik tinggi.
Namun pada sistem saraf ini ‘kabel’ yang dipilih justru terbuat dari bahan
isolator, yang terdiri dari lemak, protein dan air. Itulah bahan serat-serat saraf
manusia. Namun demikian, teryata memiliki daya hantaran listrik yang sangat
bagus. Bahkan jauh lebih bagus dari logam-logam konduktor yang kita kenal.
Kalau logam-logam konduktor digunakan sebagai kabel, maka dipastikan akan
terjadi losses. Pada jarak tertentu kualitas sinyal itu akan turun. Dan kemudian
diperlukan booster untuk meningkatkan kembali kekuatan sinyalnya.
Tapi yang terjadi pada serat-serat saraf itu sungguh sangat menakjubkan. Tidak
terjadi penurunan sinyal-sinyal listrik, karena sepanjang serabut saraf itu sel-
selnya juga berfungsi sebagai booster.
Jadi sinyal pesan itu sampai kepada tujuannya dengan sempurna, bahkan kadang
lebih kuat. Barangkali manusia perlu menyelidiki sistem saraf ini lebih jauh,
untuk menciptakan sistem telekomunikasi yang canggih dan mutakhir.
Tidak menggunakan bahan- bahan logam dan booster, melainkan meniru yang
ada di dalam sistem saraf tersebut. Perkembangan terakhir teknologi komunikasi
adalah menggunakan serat optik yang jauh lebih baik dari bahan konduktor.
Namun saya kira, secara integral masih kalah dengan sistem saraf yang ada di
dalam tubuh manusia. Sistem hantaran sinyal listrik di dalam sistem saraf itu
semakin bagus, ketika serabut sarafnya, melebar, julurannya semakin banyak,
dan myelin (bahan pembungkus saraf) nya makin tebal.
13
Agak aneh memang, justru di daerah yang pembungkus sarafnya tebal kecepatan
sinyal listrik itu malah bertambah tinggi. Bahkan sinyal-sinyal itu bisa melompat-
lompat dengan sangat cepat.
Dan justru di daerah yang pembungkus sarafnya tipis, sinyal listriknya berjalan
perlahan. Karena itu untuk mengetahui apakah sistem saraf seseorang
berkembang baik atau tidak, cukup mengamati ketebalan sel saraf dan myelin
nya, serta jumlah juluran-julurannya yang membentuk sirkuit.
Semakin tebal sel saraf dan myelin nya, serta tambah banyak julurannya, serta
luas sirkuitnya, maka sistem sarafnya pasti tambah bagus. Sel-sel saraf itu seperti
plastik yang bisa mulur mungkret jika sering dipakai, sel-sel saraf tesebut akan
membesar, menebal dan memanjang.
Tapi jika tidak pernah dipakai, sel saraf kita bakal mengecil, menipis, dan
kemudian menghilang. Jadi kita tinggal memilih, apakah kita selalu
menggunakannya untuk beraktivitas, dan semakin pintar & terampil, ataukah kita
tidak pernah memakainya, dan kemudian sel-sel itu bakal menghilang, dan kita
menjadi orang yang bodoh!
Selain lewat sinyal-sinyal listrik, otak memerintah organ-organ dengan
menggunakan neurotransmiter. Ini adalah zat kimiawi pembawa pesan.
Neurotransmiter ini diproduksi oleh sel-sel di ujung-ujung saraf otak seiring
dengan sinyal-sinyal listrik yang melewatinya. Neurotransmiter itu kemudian
dilepaskan menuju sel-sel sebelahnya, diterima oleh zat lain yang disebut
reseptor (penerima).
Jika reseptornya cocok dengan neurotransmiter, maka proses mengalirnya pesan
itu akan berlanjut sampai ke organ yang dituju. Puluhan jenis neurotransmiter
yang sudah diketahui fungsinya oleh manusia.
Namun secara garis besar Neurotransmiter dikelompokkan ke dalam 3
golongan besar, yaitu:
(1). Kelompok Asam Amino seperti GABA dan Glutamat,
(2) Kelompok Biogenic Amin, seperti dopamin, ad renalin, dan noradrenalin,
(3) Kelompok peptida seperti nitrit oksida.
Masing-masing neurotransmiter itu memainkan peranan yang berbeda-beda
dalam menyampaikan pesan otak kepada organ-organ.
Sebagai contoh,:
- kalau suatu ketika anda sedang cemas atau marah memuncak, maka
anda akan berkeringat dingin, jantung berdenyut lebih kencang berdebar-
debar, dan kadang badan terasa lemas. Ini adalah efek dari dilepaskannya
adrenalin atas perintah otak. Adrenalin disebut juga epinefrin.
14
- jika anda sedang gembira, maka perasaan gembira itu itu dipicu oleh
lepasnya neurotransmiter bernama enkefalin.
- Jika, anda mampu bergerak tangkas trengginas, maka otak anda sedang
memainkan neurotransmiter GABA. Jumlahnya sedang turun.
Sebaliknya jika jumlah GABA naik, maka seseorang menjadi malas.
- Bagi orang-orang yang sedang kehilangan mood nya, menjadi kurang
daya konsentrasinya, neurotransmiter serotonin nya lagi turun.
- Seseorang bisa mengalami kegilaan disebabkan oleh ulah norepinefrin,
serotonin dan dopamin yang bekerja pada sistem kognisi, sistem
koordinasi gerakan otot, dan kewaspadaan seseorang.
Jadi, kita melihat betapa pentingnya peran neurotransmiter dalam kehidupan
seseorang. Ia adalah Salah satu aktor utama dalam sistem kehidupan manusia,
bersama dengan sinyal-sinyal listrik di serabut saraf dan hormon.
Ya, hormon adalah aktor ketiga di dalam penyampaian pesan dari otak ke
seluruh badan. Jika sinyal listrik dan neurotransmiter bekerja di sepanjang saraf,
maka hormon dilepaskan lewat darah. Zat ini dilepaskan oleh kelenjar hipofise
di otak bagian depan atas perintah Hippothalamus.
Pada kasus orang marah atau cemas, hormon ikut berperan di dalamnya. Ketika
anda cemas berlebihan, maka sistem limbik di otak anda akan bereaksi cepat
memerintahkan Hippothalamus melepaskan hormon CRF (Corticotrophin
Releasing Factor). CRF tersebut lantas meluncur menuju hipofise di bagian
bawah Hippothalamus, dan memancing keluarnya hormon lain, ACTH
(Adrenocorticotrophin Hormone).ACTH ini lantas masuk ke dalam aliran darah,
dan kemudian menuju kelenjar anak ginjal. Di sana ACTH melepaskan hormon
Cortisol yang merangsan saraf simpatis mengeluarkan adrenalin.
Saat itulah anda akan merasakan jantung anda berdebar-debar, berkeringat
dingin, gemetaran, sampai ingin kencing. Tidak berhenti sampai di situ, cortisol
juga bakal mempengaruhi organ-organ lainnya.
Salah satunya, dia akan menyerang Hippocampus sebagai pusat ingatan rasional
anda. Jika itu terjadi, maka anda akan gugup dan lupa segala yang ada di dalam
benak. Lagu yang sudah hafal pun kadang jadi lupa ketika anda sedang gugup di
atas panggung.
Selain itu, rasa lapar dan haus juga diatur secara hormonal oleh kelenjar hipofise.
Demikian pula berbagai mekanisme pencemaan sepanjang usus, sangat
dipengaruhi oleh kerja sistem hormonal. Sistem hormonal, diketahui sangat
terkait dengan ketenangan dan kemampuan mengendalikan diri seseorang.

15
Jika seseorang gelisah berlebihan misalnya, tiba-tiba perutnya terasa mulas. Ini
pun dikarenakan kerja sistem hormonal. Berbagai macam mekanisme yang
berkaitan dengan seksualitas, juga diatur secara hormonal.
Mulai dari kematangan sel telur seorang wanita, produksi sperma pada pria,
kenikmatan seksualitas, sampai pada kelahiran seorang bayi, semuanya
melibatkan sistem hormonal yang kompleks.
Jadi, kini bertambah lagi kefahaman kita tentang proses-proses penting dalam
pengendalian diri seorang manusia oleh otaknya. Otak melakukan peran sangat
penting mengontrol segala aktivitas seseorang lewat tiga aktor utama, yaitu
sinyal-sinyal listrik, neurotransmiter, dan hormon.
Apakah anda semakin bisa merasakan bahwa keberadaan Jiwa sangat terkait
dengan struktur dan fungsi otak? Ataukah sebaliknya? Atau malah menjadi ragu?
Untuk memantapkan pemahaman, marilah kita bahas bagian-bagian selanjutnya,
yang akan memberikan gambaran dari sudut pandang yang berbeda.

Mimpi Semalam
Oleh Silvia Iskandar

"Eh, kamu percaya sama mimpi gak?", tanya Ipul.


"Dulu iya, sekarang nggak, mimpi itu cuma bunga
tidur, lagi. Emangnya kenapa?", jawabku lagi.
Ipul yang biasanya ceria hari ini tampak tak
bersemangat.
"Semalem aku mimpi aneh...pas bangun nggak enak
rasanya, sekarang juga masih kepikiran..sedih deh
aku...", sambung Ipul sambil menghela napas dalam-
dalam.
"Hah...emang kamu mimpi apaan?", mau tak mau kasihan juga aku melihatnya.
"Semalem aku mimpi hampir nikah sama cewek yang selama ini aku suka diem-
diem, kartu undangannya udah dicetak segala. Belakangan ketahuan itu kartu
salah cetak, aku gak jadi mendapatkan dia...."
" Hah!! Hua ha ha ha ha ha...hua ha ha hue hehe ..." Aku tak kuasa menahan tawa
mendengar mimpi Ipul yang agak konyol.
"Jahat kamu, Vi. Kok tega amat ngetawain temen yang lagi kesusahan." Suara
Ipul yang memelas menghentikan tawa geliku. Wajah Ipul tampak begitu suram

16
dan buram, apalagi kalau dilihat dari balik air mataku yang sempat keluar waktu
tertawa geli.
"Pul, mimpi itu bukannya cuma bunga tidur, tapi juga cuma sekedar efek
samping dari kerja neurotransmitter di dalam otak waktu kamu lagi tidur."
"Ah..tapi mimpiku semalem itu bener-bener jelas, Vi." Ipul menyanggah
pernyataanku dengan gigih.
"Begini nih ya...", langsung saja aku mendayagunakan secarik kertas yang ada di
meja.

"Nah Pul, ini


ceritanya kamu tidur dari jam 12 malem dan bangun jam setengah sembilan nih
ya.", kuputar sketsaku menghadapi Ipul supaya ia dapat melihat dengan jelas.
"Hmm...", gumam Ipul.
"Sebenernya kamu udah menjalani beberapa siklus tidur walaupun kamu sama
sekali tidak terbangun. Satu siklus itu dimulai dari keadaan sadar/bangun
(bagian yang hitam), tahap REM (Rapid Eye Movement, bagian yang biru) di
mana bola mata kamu bergerak-gerak walaupun masih dalam keadaan
terpejam, terus tingkat kesadaran kamu semakin turun dan masuk ke tidur
tingkat 1, 2, 3 dan 4. Nah.., bersamaan dengan turunnya tingkat kesadaran,
tidurmu makin lelap."
"Terus ?" lanjut Ipul.
"Nah...satu siklus ini berlangsung selama 90 menit, pernah denger nggak orang
bilang lebih baik kalau tidur jumlah jamnya ganjil ?"
"Ooooo...iya ya iya..pernah!" Mata Ipul membelalak senang dan ia mengangguk-
angguk dengan semangat.
"Iya, inilah alasannya, karena satu siklus itu 90 menit, kalau misalnya pagi-pagi
kamu terbangun setengah jam sebelum wekermu berbunyi, terus kamu
pikir...tidur lagi ah....itu nggak baik."
"Ooo..iya ya, kalau tidur setengah jam, justru pas aku lagi lelap-lelapnya ya?
Otakku lagi siap-siap masuk tidur tahap 3 dan 4 ya?" Ipul memelototi grafik yang
kugambar seraya mengangguk-angguk mengerti.
17
"Tul, pinter juga kamu Pul........kadang-kadang ! He he he..."
"Ah...kamu ngetawain aku melulu..terus apa hubungannya penjelasanmu ini
sama mimpiku semalem?"
"Nah...mimpi itu kebanyakan terjadi pas tahap REM yang biru ini Pul."
"Lho..kalau dilihat dari tingkat kesadaran, mimpi itu justru terjadi pada saat tidur
kita belum terlalu lelap ya?"
"Iyaaa! Mangkanya, kalau mimpi, kita kadang-kadang suka terbangun! Ya karena
itu, masih dalam tahap tidur yang belum terlalu lelap!" Senang juga aku melihat
Ipul yang antusias mendengar penjelasanku dan tampak segar kembali.
"Tapi..bukan berarti tiap kali kita masuk tahap REM terus kita mimpi. Dan ini nih
yang paling aku pengen kasih tahu kamu biar gak murung mikirin mimpimu
semalem."
"Apaan?" Tanya Ipul tak sabar.
"Cuma mimpi terakhir yang bisa kamu ingat setelah bangun! Mimpi-mimpi lain
yang terjadi pada tahap-tahap REM di siklus-siklus sebelumnya tidak akan kamu
ingat lagi!"
"Kok bisa gitu?"
"Gini lho..pada saat seseorang sadar, kadar noradrenalin dan serotonin di
dalam otak cukup tinggi, tapi begitu tidur, kadarnya berkurang setengah dan
bahkan hampir nggak ada sama sekali pada tahap REM. Noradrenalin dan
serotonin itu adalah neurotransmitter yang digunakan pada saat kita
berkonsentrasi untuk melakukan sesuatu atau waktu kita mau mengingat
sesuatu."

"Ooo..jadi pas kita mimpi di tahap REM, neurotransmitter yang membantu kita
untuk menyimpan ingatan di otak itu absen nih ceritanya ya?"
"Tullllll...mereka lagi sibuk membenahi dirinya sendiri, mereka kan juga perlu
istirahat!!" jawabku semangat.

18
"Jadi maksudmu, mungkin aja aku semalem mimpi 3-4 kali, tapi yang aku inget
cuma yang terakhir gitu?" kening Ipul berkerut sedikit.
"Iyaaa...karena pada saat kamu bangun dan masuk tahap kesadaran, noradrenalin
dan serotonin juga ikut bangun dan membanjiri otakmu lagi. Jadi cuma mimpi
terakhir yang kamu lihat paaaaaaaas sebelum kamu bangun itu doang yang bisa
kamu inget Pul!!"
"Oooo..jadi kebetulan aja itu mimpi aku liat di tahap REM terakhir, kalau nggak
juga aku nggak inget ya?"
"Iya..apalagi karena pagi-pagi noradrenalin dan serotonin itu belum bekerja
penuh, kalau misalnya kamu tadi pagi telat bangun terus buru-buru ngapa-
ngapain, kamu akan lupa sama mimpimu itu, makanya mimpi itu bener-bener
cuma bunga tidur kok!"
"Wahh...iya ya...aku jadi ngerti soal mimpi nih. Ayo kamu harus tulis buat
pembacamu di chem-is-try.org!" Ipul mengambil kertas yang berisi grafik yang
kugambar tadi dan menyimaknya sekali lagi.
"He he he, ntar deh kalau ada waktu pasti aku bagi nih informasi. Tapi yang
penting kamu udah bisa ceria lagi dan nggak mikirin mimpimu yang aneh itu,
kan?"
"Mikirin mimpinya sih nggak lagi, tapi mikirin orangnya iya, pas aku lagi sadar!!
He he he he..."

Neurotransmitter : zat penghantar di dalam sistem saraf


Referensi: OUCH Research Libray

Dopamin:
tabir masa depan cinta dan perilaku manusia
Bayangkan, anda memasuki ruangan dokter sambil membawa kartu cerdas berisi
seluruh informasi genetik tubuh anda yang telah dikode dan diamankan dengan
nomor PIN seperti anda membuka ATM. Dengan melihat data-data informasi
genetik anda yang unik, dokter dapat menentukan obat yang tepat dalam dosis
yang akurat secara efisien sesuai dengan kondisi anda tanpa khawatir akan
terjadinya ADR (Adverse Drug Reaction), efek samping maupun ketidaktepatan
pemilihan obat. Keadaan tersebut merupakan impian para ilmuwan yang
bergerak di bidang farmakogenetik, suatu ilmu yang menghantarkan manusia

19
pada “pengobatan individual/pengobatan butik” berdasarkan pemetaan
lengkap seluruh gen yang dimiliki tubuh manusia.
Para ilmuwan di bidang biologi molekuler yang tergabung dalam Human
Genom Project (HGP) telah mengumumkan hasil sekuensing sekitar 100.000
gen manusia tertanggal 26 juni 2000. Farmakogenomik mencari korelasi yang
belum terungkap antara pola-pola genom dengan manifestasi klinis. Sebuah
korelasi yang jika terungkap akan dapat memberikan kemudahan bagi para
dokter dan ahli farmasi untuk membuat keputusan yang tepat, rasional serta
menurunkan angka probabilitas kesalahan pemberian obat, kesalahan dosis,
maupun resiko efek samping karena penggunaan metode trial-and-error.
Tak ingin jauh berbeda dari impian para pharmacogenomist, para neuroscientist
yang meneliti dopamin -zat kimia otak yang secara alami disintesis terutama
dalam jaringan saraf dan kelenjar adrenal- semakin gencar menelusuri
mekanisme dan jalur-jalur biokimia yang terkait dengan si penghantar signal
antar saraf sekaligus neurohormon itu.
Sebagai neurotransmitter, dopamin menghantarkan pesan dari satu sel saraf
ke sel saraf yang lain sedangkan sebagai neurohormon, dopamin bekerja
menghambat pelepasan prolaktin dari lobus anterior pituitary.
Para neurophysiologist, computer scientist, psychologist, dan economist yang
berkolaborasi dalam studi interdisiplin di jurnal Nature vol. 9, agustus 2006,
mengemukakan hipotesa mengenai sel saraf dopamin otak tengah sebagai
pengkode dalam menentukan pengambilan keputusan. Menggunakan monyet
macaque (Macaca fasicularis) sebagai binatang percobaan, G. Morris et al.
melaporkan analisis hasil penelitian mereka yang menunjukkan bahwa sel saraf
dopamin dalam perilaku primata membawa sinyal yang berguna untuk
mempelajari kemungkinan reward dan probabilitas pengambilan keputusan
atas adanya reward tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa sel saraf dopamin
mengkode aksi yang akan dilakukan ketika suatu reward diberikan. Peran
utama dopamin sebagai pusat reward reinforcement dan motivasi perilaku adalah
daya pikat utama molekul ini sehingga membuat para ilmuwan bergabung dalam
studi interdisiplin untuk mempelajari lebih dalam mengenai jalur-jalur dopamin.
Secara sederhana, reward adalah segala sesuatu dimana makhluk hidup akan
berusaha melakukan kerja untuk mendapatkannya. Contohnya: makanan dan
seks. Fenomenanya dinamakan brain stimulation reward (BSR). Hal yang
menarik dalam eksperimen BSR ialah bahwa reward itu sendiri tidak akan
memberikan rasa kepuasan. Penelitian BSR digalakkan untuk menghantarkan
pemahaman mengenai bagaimana otak secara keseluruhan mengatur dirinya
sendiri untuk membentuk sebuah perilaku.

20
Terkait dengan ini, sel saraf dopamin akan diaktivasi ketika suatu rangsangan
reward muncul. Dopamin dipercaya oleh para ilmuwan sebagai zat kimia yang
ikut bertanggung jawab menentukan perilaku pengambilan keputusan oleh otak.
Ketika suatu rangsangan reward yang sama muncul kembali, ada sebuah
keterulangan perilaku untuk merespon. Hal ini menyebabkan penelitian
dopamin dianggap sebagai salah satu kunci dalam mengungkapkan proses
learning and memory. Dapat anda bayangkan, bahwa sesungguhnya sebuah
keinginan, sebuah pemikiran, bahkan sebuah perilaku, dapat ditebak dan
dipetakan dengan mempelajari rangkaian molekul-molekul dalam otak.
Menelusuri fungsi dopamin selanjutnya, molekul ini berperan dalam banyak
perilaku manusia dalam kehidupan. Mulai dari kecanduan, psikosis, kegelisahan,
perubahan mood sampai perilaku abnormal akibat ketidakseimbangan kadar
dopamin dalam otak.
Cinta dan Dopamin
Jika anda jatuh cinta, maka rasa `pleasure feelings` yang anda rasakan adalah
peran dopamin. Bersama dengan meningkatnya kadar adrenalin yang
mempercepat denyut jantung, serta rendahnya kadar serotonin yang
menyebabkan rasa obsesif (kepemilikan), dopamin memberikan efek
membahagiakan, meningkatan energi, menurunkan nafsu makan, dan
mengurangi konsentrasi.
Kolaborasi anthropologist, physiologist dan neuroscientist dalam The Journal of
Comparative Neurology vol. 493 oktober 2005 melaporkan hasil riset mereka
menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI) untuk
memperhatikan otak 17 orang wanita dan pria saat mereka sedang
memperhatikan foto lawan jenis yang disukainya. Data hasil scan menunjukkan
bahwa adanya peningkatan aliran darah dalam otak serta adanya peningkatan
kadar reseptor dopamin dalam area caudate nucleus dan ventral tegmental
area (VTA) sebelah kanan. Menurut Dr. Helen Fisher dari Rutgers University
dalam jurnal yang sama mengatakan bahwa apa yang nampak dalam alat scan
tersebut adalah suatu keinginan biologis untuk fokus terhadap satu objek.
Tingginya kadar dopamin diasosiasikan dengan meningkatnya perhatian,
hiperaktivitas, keresahan dan perilaku goal-oriented. Dengan kata lain,
seseorang yang berada dalam situasi ini akan terfokus kepada pasangannya dan
kurang perhatian terhadap hal yang lainnya.
Dalam jangka waktu tertentu setelah hubungan intens/aktivitas seksual,
oksitosin dan vasopressin akan mempengaruhi jalur-jalur dopamin dan
adrenalin, sehingga menyebabkan kadar kedua molekul ini menurun.
Mekanisme ini dipercaya menyebabkan `pleasure feelings` memudar setelah
21
beberapa lama hubungan intens atau terjadinya aktivitas seksual. Sebuah tim
kolaborasi ilmuwan dari Universitas Pisa di Italia menyebutkan bahwa, studi
menunjukkan `pleasure feelings` dan `passionate` akan memudar dan hampir-
hampir hilang setidak-tidaknya 2 tahun setelah hubungan intens antar
pasangan terjadi. Perubahan kadar `kimia cinta` berupa dopamin,
adrenalin, norepinephrin, dan phenylethylamin adalah penyebabnya
sehingga suatu reward akan lebih ditanggapi secara rasional daripada
mengandalkan aktifitas hormonal.
Candu dan Dopamin
Love ‘as addictive as cocaine` begitu komentar para neuroscientist yang memang
bisa dibuktikan oleh mekanisme molekuler. Diatas telah disebutkan bahwa
`pleasure feelings` saat jatuh cinta merupakan ulah dopamin. Begitu pula
mekanisme kecanduan yang diberitakan oleh Eric J. Nestler dalam Jurnal Nature
Neuroscience oktober 2005. Mekanisme kecanduan terkait erat dengan jalur
mesolimbic dopamin yang meliputi dopaminergic sel saraf di VTA serta daerah
limbic forebrain, terutama nucleus accumbens (NAc). Jalur VTA-NAc ini
adalah jalur terpenting dalam efek akut sistem reward dalam semua jenis
adiksi obat.
Beberapa jenis obat dan senyawa yang menyebabkan adiksi diantaranya ialah
amfetamin, kokain, opiat, alkohol dan nikotin. Senyawa seperti kokain
misalnya, dapat menyebabkan beberapa ribu kali peningkatan kadar dopamin
dalam otak. Hal ini akan menyebabkan kecanduan dan perasaan ingin
mendapatkan `pengalaman rasa` yang sama. Gangguan pada ketersediaan
dopamin maupun jumlah reseptor dopamin akan dapat menyebabkan
abnormalitas perilaku dan aktifitas gerak.
Beberapa area otak yang terkait dengan jalur VTA-NAc juga essensial dalam
mekanisme reward dan perubahan reward secara kronik dalam kaitannya
dengan adiksi. Area yang dimaksud adalah amygdala, hippocampus,
hipotalamus, dan beberapa wilayah di korteks frontal. Beberapa area ini
adalah bagian penting dari sistem penyimpanan memori di otak. Hal ini
menghantarkan kepada pemahaman bahwa aspek-aspek penting dalam
mekanisme adiksi sangat terkait dengan memori.
Selanjutnya ada suatu indikasi bahwa jalur VTA-NAc dan beberapa wilayah
sistem limbik tersebut juga memediasi efek `natural addiction` terhadap
`natural rewards` seperti makanan, seks dan interaksi sosial. Dalam jurnal
Molecular Psychiatry, Volkow, N. D et al. melaporkan bahwa ditemukannya
abnormalitas yang serupa dari hasil scan penampakan otak untuk kecanduan
obat dan kecanduan alamiah (natural addiction). Meskipun demikian,
22
penelitian lebih lanjut untuk mekanisme kecanduan alamiah ini masih perlu
dilakukan, mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi dan heterogennya
sindrom klinik yang muncul.
Eisch, A.J. dalam Progress in Brain Research melaporkan bahwa setelah
pemakaian secara kronik, beberapa obat yang memiliki efek candu
berkecenderungan untuk mengurangi neurogenesis (pembentukan sel saraf
baru) di otak daerah dentate gyrus hippocampus orang dewasa. Sampai saat ini
fungsi neurogenesis hippocampal orang dewasa merupakan subjek yang masih
sangat kontroversial. Pembentukan sebuah sel saraf baru dipercaya
merupakan hal yang esensial dalam pembentukan sebuah memori baru.
Penemuan selanjutnya untuk memperkuat bukti bahwa penggunaan obat-obat
tertentu secara kronik dapat mereduksi neurogenesis masih dinantikan.
Penemuan tersebut akan berguna untuk menjawab pertanyaan mengenai
mekanisme abnormalitas perilaku yang menyimpang dan ingatan yang berkurang
dari banyak kasus kecanduan.
Candy dan dopamin
Jika anda menginginkan sebuah permen yang pernah anda rasakan sebelumnya,
reward yang ditimbulkan ketika anda ingin merasakan nikmatnya pengalaman
mengunyah permen tersebut juga adalah peran dopamin. Ketika manusia lapar
dan melihat makanan, sel-sel dopamin akan teraktivasi. Kalau anda memakan
makanan yang sangat lezat dan pada waktu yang lain anda melihatnya kembali,
sel-sel dopamin anda akan teraktivasi hingga mengumpul dan menjenuh. Riset
selanjutnya dalam kaitan antara dopamin dan makanan dilaporkan oleh Volkow.N
et al. dari Brookhaven National Laboratory yang membawa kemungkinan baru
dalam strategi pengobatan obesitas/ kegemukan. Ditemukan adanya abnormalitas
kadar reseptor dopamin dalam otak orang-orang yang kegemukan. Dengan
menggunakan PET (Positron Emission Topography) dan senyawa radioaktif,
dilakukan pengukuran kadar reseptor dopamin dalam otak 10 orang pasien
obesitas dan 10 orang dengan berat normal. Hasilnya menunjukkan kadar
reseptor dopamin yang lebih rendah pada pasien obesitas dibandingkan
dengan orang normal. Gene-Jack Wang dari laboratorium yang sama
mengemukakan bahwa cara memperbaiki kembali fungsi dopamin dimungkinkan
sebagai salah satu strategi dalam pengobatan pasien obesitas.
Crazy dan Dopamin
Ingatkah anda pada kegilaan nobelis DR. John Nash dengan tokoh halusinasinya
yang di abadikan dalam film `Beautiful mind`? Pada pasien schizophrenia,
kadar dopamin meningkat berlebihan, sehingga menyebabkan otak
berhalusinasi. Schizophrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim

23
dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik
diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi
(keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang
pancaindra). Psikiater asal Scandinavia, Dr. John Carlson, menyebutkan bahwa
banyak ilmuwan top dunia dalam sejarah ternyata mengidap Schizophrenia. Riset
di laboratorium dengan menggunakan aneka macam tehnik kedokteran nuklir
diantaranya pemakaian radioisotop untuk menentukan bagian-bagian pada otak
yang berkaitan dengan schizophrenia semakin digalakkan. Riset dipusatkan pada
penelusuran mekanisme dan daya kemampuan otak untuk menimbulkan
dopamin. Menurut dugaan, abnormalitas pada schizophrenia terjadi dalam
bentuk rantai panjang serta komplek yang dimulai dengan perubahan pirosin
menjadi dopa, dopa menjadi dopamin, dan dopamin menjadi noradrenalin.
Masing-masing mata rantai ini terjalin menggunakan enzim yang spesifik. Ketika
adanya gangguan saat proses konversi kritis ini berlangsung, maka
memungkinkan terbentuknya ketidakseimbangan kadar dopamine sehingga
menimbulkan gangguan perilaku dan mental.
Lain halnya dengan Parkinson, kadar dopamin pada pasien yang menderita
penyakit ini menurun berlebihan, sehingga menyebabkan otot motorik
kehilangan fungsi normalnya. Gejala yang ditimbulkan akan berupa
tremor/dyskinesia (distorsi dalam menjalankan otot volunter). Arvid Carlsson,
ilmuwan asal Swedia, adalah orang yang mengarahkan pemahaman mengenai
dopamin dan penyakit parkinson. Ia membuktikan bahwa di dalam daerah
ganglia basalis otak manusia terdapat kadar yang tinggi dopamin. Sebelumnya,
para ilmuwan masih meyakini bahwa dopamin hanyalah suatu prekursor bagi
neurotransmitter noradrenalin. Carlsson berhasil mematahkan anggapan ini,
karena ia menemukan bahwa dopamin terkonsentrasi di daerah otak yang lain
dari tempat noradrenalin, sehingga ia berkesimpulan, dopamin adalah
neurotransmitter tersendiri yang terpisah dari noradrenalin. Atas penemuannya
ini, ia dianugrahi nobel di bidang kedokteran tahun 2000.
Riset Carlsson mengenai dopamin meningkatkan pemahaman mengenai obat-
obat Parkinson dan beberapa obat lain. Ia berhasil menunjukkan obat-obat
antipsikotik yang banyak dipakai untuk mengobati pasien skizofrenia,
mempengaruhi transmisi sinaptik dengan memblok reseptor-reseptor dopamin.
Temuan Carlsson juga memiliki makna penting bagi pengobatan depresi, salah
satu penyakit kejiwaan yang paling banyak dialami manusia. Ia berkontribusi
bagi pengembangan obat-obat antidepresi generasi baru, yaitu kelompok SSRI
(Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) seperti Prozac (flouxetine) yang sempat
terlaris di Amerika (pada awal tahun 1990-an mencapai omzet 1 milyar dollar
AS, walaupun kemudian popularitasnya mulai menurun karena diperdebatkan
24
sebagai “kapsul kepribadian”, yang membuat pasien yang meminumnya seolah-
olah mengalami perubahan kepribadian).
Selain Schizophrenia dan Parkinson, ketidakseimbangan kadar dopamin dalam
otak juga diduga mempunyai korelasi dengan penyakit Attention-
Deficit/Hyperactivity Disorders (ADHD) dan autisme, dimana keduanya
memberikan gejala abnormalitas pada perilaku pasien.
Tulisanku Dopaminku
Bagaimana seorang pelukis handal dapat melukis wajah seorang gadis memikat
hati yang lama tak ditemuinya atau bagaimana seorang penulis merincikan
kembali pemandangan gunung Fuji dengan sentuhan emosi dan cuaca saat itu.
Kedua kejadian tersebut berkaitan erat dengan sistem reward dan memori.
Menulis seperti halnya melukis, dimana keduanya menaburkan ingatan-ingatan
akan kata maupun bentuk rupa. Ketika anda melukis, anda menggunakan banyak
area di otak bagian belakang tempat korteks visual dimana suatu gambar
dibentuk. Baik dengan kuas maupun pena, imagi-imagi akan keluar dari lokus-
lokus memori.
Suatu memori mengkorelasikan anda tidak hanya kepada bentuk gambar masa
lalu, namun juga bentuk emosi masa lalu. Riset-riset untuk mengungkap misteri
penyimpanan memori menjadi topik bahasan yang menarik untuk para ilmuwan.
Perlombaan mengkorelasikan kimia otak seperti dopamin, noradrenalin, ratusan
enzim dan ribuan gen-gen pengkode menjadi tema-tema di laboratorium
neuroscience tersebar di berbagai negara.
Pengungkapan tabir mekanisme dopamin bermanfaat untuk strategi
penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas dopamin.
Disamping berperan penting untuk mengenali wilayah abu-abu misteri proses
daya ingat, penyimpanan memori, penentuan sebuah keputusan hingga
membentuk suatu kebiasaan perilaku.
Andaikata mekanisme jalur-jalur dopamin dalam otak manusia terungkap
transparan, bukan tidak mungkin suatu saat nanti akan ada pasien meminta dokter
untuk memberikan resep meningkatkan `pleasure feelings` setelah 3-4 tahun usia
pernikahan, dimana kadar `love chemistry` saat itu telah menurun. Di lain sisi,
bisa jadi masyarakat membutuhkan parameter tambahan berupa pengukuran
kadar dopamin sebagai salah satu syarat kandidat presiden. Para pengusaha
mempunyai cara yang lebih mudah untuk meningkatkan kinerja para anak
buahnya dalam mengambil keputusan, para psikolog harus berfikir lebih keras
untuk menjadi lebih cerdas menanggulangi berbagai masalah baru dalam perilaku
manusia, dan para sastrawan akan sibuk merekonstruksi kembali definisi dan
makna cinta.
25
Daftar bacaan:
1. Keeping the memories flowing. Nature neuroscience 9, 1199-1200
(2006)
2. Midbrain dopamine neurons encode decisions for future action. Nature
Neuroscience 9, 1057-1063 (2006)
3. Choice values. Nature neuroscience 9, 987-988 (2006)
4. Prefrontal cortex and decision making in a mixed-strategy game. Nature
neuroscience 7, 404 - 410 (2004)
5. Lust und Liebe (Lust and love): is it more than chemistry? G Froböse
and R Froböse, translated by M Gross, Cambridge UK, RSC (2006)
6. Is there a common molecular pathway for addiction? Nature
Neuroscience 8, 1445 - 1449 (2005).
7. (Romantic love: An fMRI study of a neural mechanism for mate choice).
The journal of Comparative Neurology vol. 493, issue 1. 58-62 (2005)
8. Dopamine in drug abuse and addiction: results from imaging studies and
treatment implications. Mol. Psychiatry 9, 557-569 (2004)
9. Love, Actually. Nature 427, 396-397 (29 January 2004)
10. Physiology Nobel: Celebrating the Synapse. Science Magazine vol. 290.
no. 5491, p. 424. (20 October 2000)

Banjir Katekolamin
Sesuatu yang berlebihan cenderung mendatangkan keburukan daripada kebaikan.
Bencana alam seperti kebakaran hutan, pemanasan global dan banjir terjadi
dikarenakan ada sesuatu hal yang berlebihan sehingga munculnya
ketidakseimbangan di alam. Dalam skup jagad raya kecil seperti tubuh,
ketidakseimbangan kadar-kadar molekul dapat terjadi. Tak urung ketika suatu
rangsangan berupa kondisi, situasi, perkataan maupun tindakan yang dianggap
tidak menyenangkan oleh otak, respon berupa emosi dapat menguasai urat nadi
dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun. Fenomena kekalahan jalur impuls neuron
menguasai wilayah korteks dibandingkan jalur impuls neuron menguasai wilayah
sistem limbik ini dapat mengakibatkan penyakit dan bencana dalam diri sendiri
sehingga menimbulkan penyakit-penyakit ringan sampai berat dari mulai menjadi
terbiasa berfikir negatif, cenderung emosional, munculnya gejala penyakit darah
tinggi, stress, sampai serangan jantung.

26
Sebuah emosi terjadi dimulai dari dalam struktur otak berukuran 2 keping biji
almond yang dinamakan amigdala. Amigdala bertanggungjawab untuk
mengidentifikasi ancaman dari luar, ancaman keamanan, dan memberikan
semacam `alarm` ketika sebuah ancaman sepertinya membutuhkan
penanganan. Respon Amigdala sangatlah cepat terhadap ancaman ini. Amigdala
akan memberikan respon sebelum wilayah korteks (bagian dari otak yang
bertanggungjawab terhadap rasionalitas dan keputusan) dapat memproses
kerasionalan reaksi tubuh. Bisa dikatakan, otak memiliki sistem elektrikal
sedemikian hingga tubuh bereaksi menggunakan amigdala sebagai pusat emosi
lebih cepat daripada tubuh menyadari apa yang dilakukan. Namun ini bukanlah
sebuah alibi untuk setiap orang dapat melakukan sesuatu berdasarkan emosi
dibandingkan rasionalitas, karena seseorang dapat mengontrol impuls agresivitas
dan kemarahan dengan sebuah kebiasaan perilaku yang menyebabkan kecepatan
respon korteks meningkat sehingga seseorang menjadi lebih rasional, tenang dan
stabil dalam mengontrol emosi.

Gambar 1. Amigdala

27
`Luapan Katekolamin`
Setiap sel terjalin indah membentuk satu rangkaian tubuh. Sebuah emosi yang
terjadi dalam suatu tubuh, merupakan emosi seluruh sel. Ketika suatu tubuh
sedih, maka seluruh sel akan `ikut sedih`. Tungkai kaki, tangan melemah. Sel-sel
darah merah akan sebagian meninggalkan wajah, pori-pori muka akan mengecil,
Wajah akan terlihat lebih pucat dan sendu. Kelopak mata menurun, otot pipi,
tungkai hidung, rahang melemah. Terjadi depresi dan eversi bibir bagian bawah
dan umumnya diikuti dengan jatuhnya tetes-tetes air mata dari kelenjar lakrimal.
Begitu pun yang terjadi ketika suatu tubuh marah. Seluruh sel dalam tubuh
tersebut sebetulnya `ikut marah`, Otot corrugator supercilii, occipitofrontalis, dan
orbicularis oculi berkontraksi lalu mengernyitkan alis, otot masseter berkontraksi
sehingga mulut menegang, otot tubuh akan meregang, lubang hidung
mengembang, dan mata menyala. Di dalam otak, neurotransmitter yang
dinamakan katekolamin dilepaskan dalam jumlah besar, menyebabkan sel tubuh
mengalami peningkatan energi yang terjadi selama beberapa menit. Peningkatan
energi ini terjadi dibalik keinginan yang biasanya diikuti dengan aksi fisik. Pada
saat yang bersamaan denyut jantung, tekanan darah dan kecepatan nafas pun
meningkat. Wajah akan kebanjiran aliran darah sebagaimana ia membanjiri
tungkai kaki dan lengan dalam penyiapan aksi fisik. Fokus perhatian akan
menyempit dan menjadi terpusat pada satu target. Tinggal menunggu ya atau
tidaknya aksi fisik diberlakukan.
Katekolamin adalah senyawa yang di buat dari asam amino tirosin,
diproduksi di dalam sel-sel kromafin medulla adrenal dan jaringan saraf
postganglion dari sistem saraf simpatis. Katekolamin dapat larut dalam air
dan dapat terikat protein plasma 50% sehingga mereka dapat bersirkulasi
dalam darah. Katekolamin yang paling banyak ditemukan dalam tubuh ialah
epinefrin (biasa dikenal sebagai adrenalin), norepinefrin (noradrenalin) dan
dopamin.
Tingginya kadar katekolamin dalam darah diasosiasikan dengan stress yang
bisa datang dari reaksi psikologis dalam diri sendiri atau tekanan dari
lingkungan luar seperti bising, suasana yang tak nyaman, kondisi yang sulit,
dan lain sebagainya. Kadar katekolamin yang sangat tinggi (dikenal juga
sebagai toksisitas katekolamin) dapat terjadi akibat dari stimulasi atau
kerusakan sel-sel saraf di batang otak. Beberapa obat seperti tolcapone (COMT-
inhibitor pusat) dapat pula meningkatkan kadar katekolamin. Dua jenis
katekolamin, yaitu dopamin dan epinefrin, berfungsi juga sebagai
neurotransmitter di sistem saraf pusat disamping sebagai hormon dalam sirkulasi
darah.

28
Katekolamin memfasilitasi reaksi fisik yang berkenaan dengan persiapan aksi
otot mencakup peningkatan denyut jantung dan paru-paru, penghambatan
kerja lambung dan usus halus, konstriksi pembuluh darah di banyak wilayah
tubuh, inhibisi kelenjar air mata, pembesaran pupil mata, relaksasi kandung
kemih, dan penghambatan ereksi. Katekolamin menyebabkan fisiologi tubuh
secara umum merubah diri untuk menyesuaikan menghadapi aktivitas fisik.
Menanggul `luapan katekolamin`
Membiasakan untuk duduk dari posisi berdiri ketika dalam keadaan emosi
ternyata dapat menurunkan ketegangan. Dalam jurnal Gait & Posture vol. 25,
Februari 2007, Allain et.al. memberitakan bahwa peningkatan tensi otot tulang
belakang akan menurunkan derajat kesigapan postural sehingga menyebabkan
respon tubuh melemah. Telah diketahui sebelumnya bahwa saat duduk, bagian
lumbar dari tulang belakang menekuk sehingga menurunkan ketegangan otot-otot
kaki dan tangan. Beberapa akar saraf berasal dari lumbar 1 sampai 5 tulang
belakang. Akar-akar saraf ini akan bersatu dan membentuk saraf tunggal
terpanjang pada tubuh manusia, yaitu saraf sciatic. Saraf sciatic mempersarafi
hampir seluruh jaringan kulit kaki dan otot dari tungkai kaki sampai ke mata
kaki. Saat seseorang duduk dari keadaan berdiri dalam suatu kondisi emosi,
minimal 20% energi diturunkan, sebanyak energi yang tersimpan jika suatu
pekerjaan dilakukan dengan duduk dibandingkan berdiri.

29
Gambar 2. Saraf Sciatic pada tungkai dan posisi lumbar
30
Duduk dapat merelaksasi otot-otot dan regulasi aliran darah sehingga secara
tidak langsung, aliran impuls saraf menuju wilayah prefrontal cortex akan
berjalan lebih cepat. Prefrontal cortex berfungsi sebagai pemproses rasionalitas
dan pengambil keputusan. Ketika amygdala mengontrol emosi, prefrontal cortex
mengendalikannya dalam proporsi seimbang. Saat emosi, kadar katekolamin
tinggi dalam prefrontal cortex, yang menyebabkan fungsi-fungsi wilayah otak ini
tidak berjalan penuh. Dengan duduk, terjadi peredaan ketegangan dan emosi
dimana kadar katekolamin menurun sehingga bagian otak ini dapat berfungsi
dengan baik.
Optimalisasi kadar katekolamin
Prefrontal cortex (PFC) yang berlokasi di otak bagian depan bertugas
memproses suatu rangsangan untuk diolah, ditelaah berdasarkan informasi
dan pengalaman yang pernah terekam dalam memori. Kemampuan untuk
menghambat tingkah laku yang tidak sesuai, pengaturan fokus, memonitor
aksi, perencanaan dan mengorganisir aksi masa depan juga bagian dari tugas
PFC.

Gambar 3. Prefrontal Cortex

31
Kerusakan pada PFC dapat menyebabkan gejala kelupaan, distraktibilitas,
impulsivitas, dan disorganisasi. Pasien dengan kerusakan PFC lebih mudah
terdistorsi, punya konsentrasi yang buruk, tidak bisa mengkoordinasikan
pekerjaan, dan lebih sensitive terhadap interferensi.
Katekolamin memiliki pengaruh esensial dalam fungsi PFC. Tingginya
kadar dua jenis katekolamin, yaitu dopamin dan norepinephrine, dalam PFC
akan menurunkan kemampuan regulasi fokus dan penyimpanan memori, Hal
ini menjelaskan mengapa seseorang yang berada dalam keadaan emosi tidak
dapat mengontrol perilakunya, tidak dapat fokus maupun berfikir jernih.
Suatu tubuh yang tidak terbiasa meredam luapan kadar katekolamin ke dalam
daerah PFC, akan lebih dikuasai oleh emosi yang dapat mengakibatkan suatu
tindakan emosional yang tidak masuk akal, cenderung destruktif dan tidak
efektif.
Studi Neuropsikologi dan penampakan otak menunjukkan bahwa ditemukannya
penurunan fungsi PFC pada pasien-pasien dengan tingkah laku abnormal seperti
pasien Attention Deficit Hyperactivity Disorders (ADHD) dan autisme. Riset
pada hewan mengindikasikan bahwa PFC sangat sensitive terhadap lingkungan
neurokimia. Sedikit saja perubahan modulasi katekolamin pada sel-sel PFC dapat
menurunkan kemampuan PFC dalam mengontrol perilaku. Efek optimal dari
norepinefrin dan dopamin sangat esensial untuk fungsi PFC dapat bekerja dengan
baik.
Pengobatan yang paling efektif untuk ADHD memfasilitasi transmisi
katekolamin dan mempunyai aksi terapeutik dengan mengoptimasikan aksi
katekolamin di PFC. Studi lain menggunakan Magnetoencephalography
(MEG) dan Electroencephalography (EEG) menunjukkan bahwa teknik
penenangan diri dapat meningkatkan aktifitas frontal cortex. Sepertinya hal ini
memiliki korelasi yang erat dengan keoptimalisasian kadar katekolamin di bagian
korteks. Ketidakseimbangan katekolamin dapat menurunkan fungsi PFC dalam
pengambilan keputusan. Sedangkan transmisi katekolamin yang optimal dapat
memperkuat regulasi PFC untuk memulihkan fokus, tingkah laku dan
menurunkan gejala-gejala ADHD.
Ketika sebuah ketidakseimbangan kondisi di respon dengan ketidakseimbangan
kadar senyawa katekolamin, Bukan hanya pelajaran dan memori yang tidak
membekas, namun sepertinya akan menjalarkan ketidakseimbangan lainnya
dalam suatu jalinan tubuh dan menghantarkan pada penyakit-penyakit otak dan
kejiwaan. PFC menyediakan fungsi eksekutif pengambilan keputusan. Sangat
menarik untuk mencatat bahwa fungsi eksekutif ini menjadi sangat penting dalam
era informasi dimana otak dibombardir oleh banyaknya informasi, rangsangan,

32
nilai-nilai yang menyudutkan dan menuntut kemampuan untuk mengorganisasi,
mengatur serta menata arus-arus informasi menjadi sebuah perilaku yang efektif.
Saat emosi, duduklah!. Kedengarannya semudah membalik telapak tangan.
Namun mekanisme merubah jalur emosi dan fikiran negatif menjadi berfikir
positif dan terbiasa tenang, melibatkan banyak faktor psikologis dan
membutuhkan perjalanan waktu sehingga luapan suatu molekul dapat
ditanggulangi bersama seluruh komponen sel-sel yang telah terkoordinasi
membiasakan dirinya memutuskan untuk tenang dan rasional.

Daftar bacaan
1. Allain et.al., Does postural chain muscular stiffness reduce postural steadiness
in a sitting posture?, Journal Gait & Posture vol. 25, Issue 2 (February 2007).
2. Yamamoto Shin et al., Medial Prefrontal Cortex and Anterior Cingulate Cortex
in the Generation of Alpha Activity Induced by Transcendental Meditation: A
Magnetoencephalographic Study, Journal of Acta Med. Okayama, vol. 60, No.
1, pp. 51-58 (2006).
3. Amy F.T., Arnstena, Neurobiology of Executive Functions: Catecholamine
Influences on Prefrontal Cortical Functions, Biological Psychiatry Vol. 57,
Issue 11, pp 1377-1384, (1 June 2005).
4. Thompson-Schill et al., Effects of frontal lobe damage on interference effects
in working memory, Cogn Affect Behav Neurosci 2, pp. 109–120, (2002).
5. Kandel, Eric, and Larry Squire, Memory: From Mind to Molecules. New York:
Scientific American Library, (2000).
6. Anderson et al., Impairment of social and moral behavior related to early
damage in human prefrontal cortex, Nature Neuroscience 2, pp. 1032–1037,
(1999).
7. Sara Wardhani, mahasiswa program master di Graduate School of
Pharmaceutical Sciences, Department of Molecular Pharmacology, Tohoku
University, Japan. Email: sarah-wh@mail2.pharm.tohoku.ac.jp
8. pic:http://www.humanillnesses.com/Behavioral-Health-Fe-Mu/Memory.html,
http://w1.1396.telia.com/~u139600392/,
http://www.the-comfort-shop.co.uk/ecommerce/lower_back_pain.htm,
http://www.brainexplorer.org/glossary/prefrontal_cortex.shtml

33
Para Pengemudi Pikiran
Pikiran kita terisi oleh sejumlah imagi, suara, warna, rasa, corak, aroma,
deretan aksara dan angka-angka yang dirangkaikan dalam sebuah
mesin bernama otak yang kemudian memberikan suatu perintah untuk
melakukan perilaku. Bukan hanya manusia, hewan dari tingkatan
tertinggi seperti kera sampai organisme hidup terkecil dianugrahi insting
untuk membuat suatu pilihan-pilihan perilaku berdasarkan kapasitasnya
masing-masing dalam berfikir dan bertindak. Sudah hukum alam bahwa
mereka yang lebih tangguh, yang dapat mengemudikan diri dan keadaan,
akan lebih bertahan hidup dan menjadi pengontrol keadaan tersebut.
Belum lama, ilmuwan dari Oxford telah menemukan sebuah tipe parasit
yang menginfeksi tikus. Parasit yang bernama Toxoplasma gondii (T.
gondii) ini tidak menyakiti tikus, tetapi membunuhnya secara tidak
langsung dengan mengontrol pikiran tikus!. Bagaimana bisa sebuah parsit
yang hanya berdiameter sekitar 10 - 20 μm dapat menjadi kemudi seekor
tikus dengan berat badan sekitar 200 gram?, bagaimana pula sebuah
parasit tanpa struktur otak dan sistem saraf bisa mempengaruhi seekor
tikus yang notabene berotak?.
Kondisi ini membuat para ilmuwan di bidang neurology, parasitologi dan
psikologi beramai-ramai melakukan riset untuk menelusuri mekanisme
dan pembuktian hipotesa atas sebuah parasit yang dapat mempengaruhi
mamalia berstruktur otak mirip manusia. Adalah Stibbs, H dalam jurnal
annals of tropical medicine and parasitology yang melaporkan bahwa T.
gondii meningkatkan kadar dopamin dalam otak tikus, sehingga
dengan suatu mekanisme seluler yang sampai saat ini belum diketahui,
mengemudikan pikiran tikus dengan merubah perilaku tikus menjadi
tidak takut terhadap kucing sehingga meningkatkan probabilitas tikus
tersebut untuk dimakan kucing.
Tikus yang normal mempunyai kemampuan untuk mendeteksi bau air seni
kucing dan dengan sangat hati-hati menghindari area-area yang dilalui
oleh kucing. Mereka sangat sensitive terhadap bau ini sehingga ilmuwan
seringkali menggunakan air seni kucing untuk mengetes reaksi panik
tikus. T. gondii mengemudikan pikiran kucing bukan hanya dengan
membuat tikus menjauhi bau air seni kucing, namun juga membuatnya
34
mendekati bahkan mencari area-area dimana air seni kucing berada.
Keadaan ini tentu saja tidak akan menguntungkan bagi tikus, namun bagi
T. gondii, tikus merupakan suatu inang perantara untuk kemudian
melangsungkan siklus hidupnya di usus kucing.
Sebagai bagian dari siklus hidupnya, T. gondii ini menyusuri saluran
pencernaan kucing. dan hidup di dalamnya. Untuk menginfeksi inang lain,
T. gondii keluar bersamaan dengan feses kucing. T. gondii dalam bentuk
oosit dapat bertahan hidup beberapa tahun dalam lingkungan luar dan
resisten terhadap banyak desinfektan. Oosit melanjutkan siklus hidup di
inang selanjutnya seperti burung, anjing, babi, domba dan manusia. Oosit
di tubuh manusia berubah bentuk menjadi tachyzoid yang kemudian
bermigrasi ke otot dan otak. T. gondii juga dapat hidup dalam jaringan-
jaringan lain seperti nodus limfa, retina, miokardium paru-paru dan hati.
Ketika sistem imun tubuh turun, T. gondii dapat memperburuk kondisi
tubuh dan menyebabkan berbagai penyakit. Disamping itu, sudah lama
diketahui bahwa T. gondii dapat mengakibatkan keguguran pada janin dan
cacat kongenital. Parasit ini mampu melewati plasenta wanita hamil,
menyerang sistem kekebalan tubuh bayi yang belum sempurna dan
merusak secara permanen sistem saraf pusatnya. Hal ini dapat
menyebabkan kebutaan bahkan sampai membunuh cabang bayi.
Riset tentang T.gondii yang dilakukan para ilmuwan selanjutnya
berdasarkan pada pertanyaan, jika T. gondii dapat mengontrol pikiran
tikus, bagaimanakah efeknya pada manusia?. Para ilmuwan menaruh
perhatian dalam hal ini mengingat otak tikus dan otak manusia
mempunyai banyak persamaan disamping neurotransmitter yang
mempengaruhi perilaku tikus dan manusia juga tidak berbeda. JG
Montoya et al., (Juni 2004) memberitakan bahwa lebih dari sepertiga
populasi penduduk dunia membawa parasit Toxoplasma dalam tubuhnya.
National Health and Examination Survey US (2004-2005) menemukan
bahwa 33.1% dari penduduk US di atas 12 tahun terdeteksi memiliki
Toxoplasma-specifik IgG antibody dalam tubuhnya (Jones JL et al, nov
2003). Di Perancis, sekitar 88% penduduknya adalah carrier, di Jerman,
Belanda dan Brazil, prevalensinya masing-masing sekitar 80%, lebih dari
80% dan 67%. Di Inggris, sekitar 22% carrier, di Jepang 7%, sedang di
Korea utara hanya 4,3% penduduknya terinfeksi parasit ini (Nguyen T et
al. 1994, Jones et al. 2001).
35
Jaroslav Flegr, parasitologist dari universitas Charles di Prague,
memberitakan pengaruh parasit Toxoplasma terhadap ibu hamil. Ia
menganalisis clinical record 1803 bayi yang lahir dari ibu hamil yang
sebelumnya telah terinfeksi T. Gondii. Ditemukan adanya peningkatan
probabilitas kelahiran bayi laki-laki lebih besar daripada bayi perempuan.
Didiuga probabilitas kelahiran bayi laki-laki dan perempuan dipengaruhi
oleh kadar antibody di dalam tubuh ibu. Hal ini dimungkinkan karena
toxoplasmosis yang diasosiasikan dengan imunosupresi dan
imunomodulasi sepertinya dapat meningkatkan ketahanan embrio laki-
laki. Di jurnal yang lain, Flegr mencoba melakukan pengukuran
menggunakan 16PF questioner dan Cloninger`s TCI kepada orang-orang
yang positif terinfeksi Toxoplasma. Ditemukan adanya perbedaan respon
lokomotor/gerak dari mereka yang terinfeksi dibandingkan dengan yang
tidak terinfeksi.
Studi lain memberitakan mengenai kaitan antara toxoplasmosis dengan
insiden kecelakaan. Ditemukan bahwa insiden kecelakaan yang terjadi di
wilayah Prague, Czech Republic, dialami oleh orang-orang yang terinfeksi
Toxoplasma 2.65 lebih besar (C.I.95= 1.76–4.01) daripada orang-orang
yang tidak terinfeksi Toxoplasma. Diduga Toxoplasma mengakibatkan
melambatnya respon tubuh terhadap suatu rangsang/reaksi (Havlicek et al
2001). Jika ada data yang lebih banyak dan mencakup insiden di wilayah
yang lebih luas, serta memasukkan berbagai parameter seperti genetika,
jenis kelamin, dan keadaan iklim (Toxoplasma lebih bertahan hidup di
iklim tropis), kaitan antara toxoplasmosis dengan insiden kecelakaan bisa
menjadi suatu indikasi bahwa toxoplasma termasuk salah satu parameter
yang patut diperhitungkan bahaya latennya.
Lain halnya dengan Dr. E. Fuller Torrey (Associate Director Laboratory
Research Stanley Medical Research Institute). Meningkatnya kadar
dopamin pada tikus, yang mempengaruhi perilaku tikus membuatnya
membuat sebuah korelasi antara Toxoplasma dan schizophrenia pada
manusia. Ia melaporkan bahwa infeksi T. gondii diasosiasikan dengan
kerusakan astrocytes, glial cells yang mengelilingi dan menyuplai
makanan pada sel saraf. Tikus terinfeksi T. gondii yang diberikan sejumlah
obat penenang (antipsikosis) yang biasa diberikan kepada pasien
schizophrenia, mengalami peningkatan perilaku ketakutan akan air seni
kucing. Hal ini menunjukkan kemungkinan bahwa adanya kemiripan
36
mekanisme antara penyakit schizophrenia dengan penyimpangan perilaku
penderita toxoplasmosis. Ditemukan pula wanita hamil dengan kadar
antibodi yang tinggi terhadap toxoplasma, akan berkecenderungan
melahirkan anak yang probabilitas mengidap schizophrenianya lebih
tinggi. Penelitian pada sel manusia terinfeksi Toxoplasma yang ditaruh di
dalam cawan petri, berespon terhadap haloperidol (obat antipsikotik untuk
mengobati schizophrenia) dan terbukti dapat menghentikan pertumbuhan
toxoplasma. Penelitian-penelitian ini menyokong hipotesa bahwa
abnormalitas neurotransmitter dopamin memegang peran dalam
toxoplasmosis, disamping memberikan suatu jalan alternatif untuk
kombinasi pengobatan toxoplasma menggunakan obat dengan struktur
molekul serupa dengan beberapa obat schizophrenia.
Studi terhadap tikus yang terinfeksi T. gondii menyediakan beberapa
kemungkinan atas pengaruhnya terhadap perilaku manusia. Walaupun
mekanisme modifikasi tingkah laku masih sangat bervariatif, namun
meningkatnya kadar dopamin dalam otak tikus yang terinfeksi T. gondii
memberikan kemungkinan bahaya laten pada manusia yang terinfeksi T.
gondii. Studi dilakukan pada manusia yang didiagnosa toxoplasmosis
selama 14 tahun menggunakan metode Cattell’s 16 PF questionnaire.
Observasi ini dilakukan pada 230 orang wanita terinfeksi laten toxoplasma
dibandingkan dengan wanita normal (Flegr et al 2000). Penelitian
dilakukan 27–178 bulan setelah test serologis toxoplasma pertama positif
terdeteksi. Beberapa faktor yang dinamakan A (affectothymia), G
(kekuatan superego tinggi), H (parmia), dan L (protension) diuji. Hasilnya
menunjukkan korelasi antara durasi toxoplasmosis, faktor G (kekuatan
superego tinggi) dan Q3 (sentimen diri yang tinggi).
Orang yang terinfeksi Toxoplasma cenderung lebih extrovert, dan sedikit
kurang peduli terhadap keadaan sosial. Wanita yang terinfeksi memiliki
tingkat intelegensia yang meningkat, lebih hangat and easy-going,
sedangkan pria yang terinfeksi menunjukkan tingkat intelegensia yang
rendah, keinginan terhadap hal baru yang rendah, dan temperamen yang
buruk (Flegr et al 1996). Penurunan ego yang tinggi juga ditemukan pada
pria yang terinfeksi toxoplasma dengan derajat yang tergantung dari
lamanya terinfeksi. Parasit ini dinilai meningkatkan kemampuan
intelegensia wanita hamil dengan infeksi laten T. gondii (Flegr & Havlicek
1999). Sementara satu studi dilakukan pada 857 wajib militer di Republik
37
Czech dan dilaporkan penurunan IQ beserta kemampuan verbal pada
individu-individu yang terinfeksi T. gondii (Flegr et al 2003).
Peneliti dari Sydney University of Technology infectious disease, Nicky
Boulter, dalam sebuah artikel yang muncul di Australasian Science edisi
January/February 2007 mengatakan bahwa infeksi Toxoplasma
memberikan kemungkinan perubahan tergantung pada jenis kelamin dari
orang yang terinfeksi. Perubahan personalitas lebih kentara pada mereka-
mereka yang telah membawa toxoplasma dalam tubuhnya dalam jangka
waktu yang lebih lama.
Parasit dan Budaya
Lebih lanjut, Proceedings of the Royal Society of London tertanggal 1
Agustus 2006 melaporkan sebuah paper berjudul “Dapatkah parasit otak,
Toxoplasma gondii, mempengaruhi kebudayaan manusia?” Kevin
Lafferty, pengarang paper ini, ahli biologi dari University of California,
Santa Barbara membuat tiga observasi: Pertama, ditemukannya variasi
infeksi Toxoplasma di setiap negara. Rata-rata infeksi T.Gondii berbeda-
beda di setiap negara. Korea utara mempunyai prevalensi hanya 4.3%,
sementara Brazil 66.9%. Perbedaan ini dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor, dari mulai gaya makan (pemakan daging, sayuran, steak, akan
berbeda) sampai pada iklim yang mempengaruhi suatu wilayah (oosit T.
gondii dapat bertahan hidup lebih lama di iklim tropis). Yang kedua,
terdapat penelitian yang memberikan data bahwa infeksi Toxoplasma
memberikan kemungkinan perubahan personalitas tergantung pada jenis
kelamin dari orang yang terinfeksi. Yang ketiga, dengan adanya
kemungkinan perubahan personalitas, para ilmuwan mencoba
mengkorelasikan antara prevalensi T.gondii pada sebuah wilayah dengan
perkembangan kebudayaannya.
Kebudayaan di suatu daerah terbentuk oleh gabungan-gabungan
personalitas dan karakter orang-orang yang mendiami wilayah tersebut.
Para ilmuwan menseleksi beberapa kunci personalitas manusia yang
ditemukan pada orang-orang terinfeksi Toxoplasma (ada lima faktor kunci
penentu personalitas, Goldberg, 1993), salah satunya ialah neuroticism
(kecenderungan untuk berada dalam fase emosi negatif). Lafferty
mengatakan bahwa pada negara-negara dimana kadar Toxoplasmanya
meningkat, kondisi ini akan menjadi semakin jelas kentara. Ia
38
mengumpulkan data dari studi pada 39 negara-negara tersebar di 5 benua,
mengkoreksi beberapa faktor variasi termassuk GDP perkapita suatu
negara. Ia menemukan korelasi signifikan antara kadar infeksi toxoplasma
yang tinggi dan dengan tingkat neuroticism yang tinggi, sehingga orang-
orang yang berada di wilayah tersebut cenderung lebih sensitive dan
emosional.
Toxoplasma dapat mempengaruhi elemen spesifik dari kebudayaan
manusia. Toxoplasma diasosiasikan dengan perubahan perilaku yang
bertolak belakang antara wanita dan pria. Akan tetapi baik pria dan wanita
akan meningkat perihal neuroticism. Analisis Lafferty menemukan bukti
bahwa negara-negara dengan prevalensi Toxoplasma yang tinggi
mempunyai kecenderungan neuroticism yang tinggi. Negara-negara barat
dengan tingkat prevalensi tinggi memberikan dimensi kebudayaan
neurotic walaupun akan bisa terbentuk banyak parameter dari
kemungkinan pengaruh Toxoplasma. Respon yang berbeda terhadap
parasit oleh pria dan wanita dapat pula memberikan efek budaya yang
berbeda (Lafferty 2006).
Disamping itu iklim memperngaruhi derajat infeksi Toxoplasma di suatu
wilayah, sehingga variasi geografik pun menjadi suatu parameter yang
menentukan. Telur parasit dapat hidup lebih lama di lingkungan yang
lembab, wilayah ketinggian yang rendah. Kebiasaan pola menyiapkan
makanan yang tidak bersih, pemeliharaan binatang yang tak terawat, dapat
juga meningkatkan derajat infeksi Toxoplasma di suatu wilayah.
Toxoplasmosis laten yang dapat bertahan hidup lama sebagai cysts pada
jaringan otak dan otot, memang tidak mempengaruhi kesehatan manusia.
Akan tetapi, subjek-subjek yang terinfeksi, diidentifikasi memiliki
kecenderungan aktifitas psikomotor yang menurun dan memiliki
personalitas yang berbeda dengan mereka yang tidak terinfeksi
toxoplasma. Mekanisme efek ini memang belum diketahui. Namun
diduga, kenaikan kadar dopamin dalam otak yang diinduksi oleh parasit
ini menjadi suatu penyebabnya meskipun penelitian lebih jauh masih terus
dilakukan.
Pertanyaan apakah parasit yang bertahan hidup dalam tubuh manusia
dalam sekian dekade dapat mempengaruhi personalitas manusia apalagi
budaya memang masih dalam wacana dan membutuhkan penelitian lebih
lanjut. Namun saat ini disinyalir bahwa Toxoplasmosis termasuk salah
39
satu faktor dari banyak faktor lain seperti lingkungan, iklim, genetika,
interaksi manusia, filosofi, sejarah dan lain-lain, yang dapat
mempengaruhi personalitas dan kebudayaan manusia. Sekecil apapun
upaya untuk mengontrol infeksi patogen dari parasit ini menjadi bermakna
untuk meminimalisasi pengaruhnya terhadap manusia.
Mereka menginvasi dan menjadi kemudi
Selain T. gondii, ada sejumlah parasit mikroskopis dan organisme yang
mempengaruhi organisme lain. Parasit Dicrocoelium dendriticum
misalnya, dapat mengemudikan perilaku semut untuk berkecenderungan
berada di tempat-tempat yang meningkatkan probabilitas semut untuk
dimakan oleh serangga yang lebih besar.
Ada juga parasit yang mengemudi pikiran ikan. Euhaplorchis
californiensis menyebabkan perilaku ikan berkecenderungan untuk
berenang dekat dengan permukaan air dengan tingkah yang lebih lincah
dan atraktif sehingga meningkatkan probabilitas mereka untuk dimangsa
burung. Burung tersebut kemudian akan menjadi inang untuk parasit
melanjutkan siklus hidupnya.
Trichastrongylidae sp., sejenis cacing yang hidup dalam tubuh belalang,
menyebabkan inangnya terbunuh dengan mensabotase sistem saraf pusat
belalang sedemikian hingga belalang melompatkan diri ke dalam kolam
sampai tenggelam. Keadaan ini menguntungkan cacing untuk dapat
melanjutkan siklus hidupnya di dalam lingkungan akuatik.
Contoh lain ialah Plasmodium gallinaceum, diketahui sebagai virus
protozoa yang menggunakan nyamuk sebagai vektor dan menyebabkan
penyakit malaria. Yang sedang menjadi observasi ilmuwan saat ini ialah,
bagaimana virus ini menyebabkan perubahan perilaku menghisap darah
dari nyamuk. Seekor nyamuk akan mencari mangsanya sampai volume
darah yang dibutuhkan mencukupi batas tampung. Ketika sudah mencapai
batas, ia akan berhenti menggigit. Riset menunjukkan bahwa nyamuk
yang menghisap darah mengandung plasmodium gallinaceum, akan
menjadi lebih aktif dalam mencari mangsa, sehingga memberikan waktu
yang lebih panjang untuk plasmodium bereplikasi. Diduga kuat bahwa
plasmodium memang mempengaruhi sistem saraf. Karen A. et al., (okt.
2005) memperkuat hipotesa ini dengan hasil risetnya yang menunjukkan

40
bahwa plasmodium dapat mempengaruhi kompleksitas lagu dan
perkembangan neuron pada burung.
Kasus yang banyak juga ditemukan ialah pada penyakit rabies. Hewan
yang terinfeksi virus ini memperlihatkan perubahan di dalam perilaku,
menjadi lebih agresif dan lebih ganas menggigit. Pada manusia, virus
Rabies yang hidup di otak juga dapat mempengaruhi perilaku. Beberapa
jurnal menyebutkan perubahan personalitas manusia yang terkena rabies
sangat bervariasi, dari mulai halusinasi, insomnia, kejang-kejang,
disorientasi, sampai kasus abnormalitas perilaku yang menunjukkan gejala
menakutkan.
Fenomena-fenomena tersebut diatas adalah sebuah contoh yang dramatis
bagaimana suatu makhluk hidup mempertunjukkan perilaku yang tidak
biasanya dibawah kendali makhluk hidup lain yang secara anatomi
derajatnya lebih rendah dan bisa jadi tidak memiliki otak atau sebuah
sistem saraf. Fenomena organisme mengendalikan kadar molekul otak
tersebut kemudian membuat suatu mata rantai hingga mempengaruhi
makhluk hidup tingkat tinggi seperti manusia dan mempengaruhi pola-
pola perilaku bahkan sampai disinyalir dapat merubah suatu budaya.
Sehingga jika para motivator ulung kerapkali menyebutkan `If you don’t
master your life, somebody else will!`, sepertinya wajar kalau para
neuroscientist akan lebih suka menyebutkan, `If you don’t control your
mind, someone else will!`.
Daftar bacaan:
1. Toxoplasma gondii infection lower anxiety as measured in the
plus-maze and social interaction tests in rats, a behavioral analysis. J.
Behavioral brain research. Vol.177 issue 1, (12 february 2007).
2. Jaroslav Flegr. Women infected with parasite Toxoplasma have
more sons, Naturwissenschaften, (August 2006).
3. Lafferty, Kevin D. “Can the common brain parasite, Toxoplasma
gondii, influence human culture?”. Proceedings of the Royal Society of
London (1 august 2006)
4. Look what the cat dragged in: do parasites contribute to human
cultural diversity? J. Behavioral Processes Vol. 68, issue 3, (31 march
2005).

41
5. Jeffrey D. Kravetz et al., Toxoplasmosis in pregnancy. The
American Journal of Medicine. Vol. 118, Issue 3, Pages 212-216 (March
2005).
6. “Malaria Parasite Makes You More Attractive (To Parasites)”
New York Times, (August 9, 2005).
7. Karen A. et al., Parasites affect song complexity and neural
development in a songbird. Proceedings of the Royal Society B:
Biological Sciences. Vol. 272, No. 1576 (October 07, 2005)
8. Montoya J, Liesenfeld O. “Toxoplasmosis”. The Lancet Volume
363, Issue 9425, Pages 1965-1976, (12 June 2004)
9. Flegr, J., et al., Decreased level of psychobiological factor novelty
seeking and lower intelligence in men latently infected with the
protozoan parasite Toxoplasma gondii dopamine, a missing link between
schizophrenia and toxoplasmosis? Biol. Psychol. 63, 253–268 (2003).
10. Jones J, Kruszon-Moran D, Wilson M. “Toxoplasma gondii infection in
the United States, 1999-2000″. Emerg Infect Dis 9 (11): 1371-4. PMID
14718078 (2003).
11. Flegr, J., Havlicek, J., Kodym, P., Maly, M., Smahel, Z. Increased risk of
traffic accidents in subjects with latent toxoplasmosis: a retrospective
case-control study. BioMed. Central Infect. Dis. 2. (2002).
12. Flegr, J., et al., Correlation of duration of latent Toxoplasma gondii
infection with personality changes in women. Biol. Psychol. 53, 57–68
(2000).
13. Berdoy, M et al., Fatal Attraction in Rats Infected with Toxoplasma
gondii. Proceedings of the Royal Society of London, B267:1591-1594
(2000).
Sara Wardhani, mahasiswa program master di Graduate School of
Pharmaceutical Sciences, Department of Molecular Pharmacology,
Tohoku University, Japan. Email: sarah-wh@mail2.pharm.tohoku.ac.jp

42
Caffein dalam makanan
Kopi.
Didalam kopi terdapat zat yg disebut cafein apa sih sebenarnya cafein dan
bagaimana dia bisa mempengaruhi tubuh kita?.
Secara kedokteran caffein dikenal sebagai trimethylxanthine
(C8H10N4O2). Bila dipisahkan maka secara fisik akan kita dapatkan bubuk
berwarna putih kristal dan berasa sangat pahit.
Secara kedokteran caffein ini berguna sebagai stimulasi jantung dan
juga meningkatkan produksi urine, secara awam banyak orang
mengunakan caffein yg terdapat dalam kopi sebagai peningkat energy
dan penahan kantuk. Rasa ini dapat diperoleh karena adanya stimulasi
yg didapatkan oleh jantung.
Caffein seperti juga nikotin yg terdapat dalam rokok juga merupakan zat
addictive, mempunyai mekanisme yg mirip mirip dengan amphetamine,
cocaine, dan heroin yg menstimulasi otak, walaupun mempunyai
mekanisme yg sama dengan amphetamin, cocaine, dan heroin namun
stimulasi yg diberikan lebih ringan.
Caffein dalam makanan
Secara alamiah caffeine ditemukan berbagai tumbuhan, termasuk biji kopi,
daun teh (biasa dikenal teain), biji coklat. Secara buatan caffeine juga
terkandung dalam cola (cocacola, pepsi dan lainnya), coklat (6 mg per
ons), teh (70 mg per 6 cangkir gelas).
Caffeine menyebabkan tidak tidur
Kenapa kita tidak tidur kalau kita banyak mengkomsumsi caffeine?
Untuk tidur didalam otak ada zat adenosine yg secara alami oleh tubuh,
adenosine ini akan berikatan dengan reseptor nya yg terdapat didalam
otak, dengan ini akan menyebabkan berkurangnya aktifitas sel otak
selain itu dia akan menyebabkan pembuluh darah melebar.
Bagi sel saraf yg terdapat di otak caffeine mirip dengan adenosine, hal
ini mengakibatkan reseptor adenosine diikat oleh caffeine, oleh karena

43
itu sel syaraf yg terdapat diotak bukan menurun aktifitasnya malahan
meningkat aktifitasnya nah kebalikan dari pada adenosine caffeine
menyebabkan vasokonstriksi (pengecilan pembuluh darah) diotak,
dalam kedokteran efek ini juga digunakan pada orang yg suka sakit kepala
yg diakibatkan vascular headache.
Dengan meningkatnya aktifitas syaraf secara drastis, maka kelenjar
pituitary mengira adanya sesuatu yg emergency telah terjadi, maka dia
memerintahkan dilepaskannya adrenalin (epinephrine) kedalam darah,
adrenalin menyebabkan pupil melebar, saluran nafas melebar
(epinephrine suka digunakan pada orang dengan asma akut),
meningkatnya detak jantung, vasokonstriksi pembuluh darah dalam
tubuh sehingga tekanan darah meningkat, mengurangnya aliran darah
keperut, hati melepaskan cadangan glukosa kedalam pembuluh darah
untuk sebagai sumber tenaga. Hal ini menjelaskan mengapa kalau
anda meminum kopi dengan jumlah yg cukup banyak tangan anda
menjadi dingin, detak jantung meningkat dan ada perasaan segar.
Caffeine juga meningkatkan dopamine dengan mekanisme yg mirip
dengan amphetamin (dengan cara memanipulasi dopamin reuptake).
Dopamin adalah neurotransmiter, yg dibeberapa bagian otak
memnyebakan rasa "bahagia".
Nah sekarang anda bisa mengerti mengapa kalau anda kurang tidur dan
anda meminum kopi anda akan bisa meningkatkan sementara kemampuan
anda. Karena caffeine memblok reseptor adenosine sehingga anda merasa
terjaga, dan melepaskan adrenaline, dan menapulasi dopamine sehingga
anda merasa lebih baik.
Sayangnya efek ini hanya sementara dimana kalau efek itu menghilang
anda akan merasa mengantuk lagi dan sedikit depresi, kalau anda
meminum kopi lagi anda akan mendapatkan effek yg sama, tetapi apakah
anda akan selalu meminum kopi?, secara kesehatan ini tidak baik
karena akan menyebabkan tubuh anda selalu "siaga" secara terus
menerus sepanjang hari, hal ini akan menyebabkan anda menjadi gampang
marah, gugup.
Yg terpenting caffeine secara jangka panjang berefek pada tidur anda.
Reseptor Adenosine penting untuk tidur, terutama kualitas tidur anda, half
life caffeine di dalam tubuh selama 6 jam. itu bearti kalau anda meminum
44
kopi di dengan cangkir besar dengan 200 mg caffeine pada jam 3 siang
pada jam 9 malam basih tersisa 100 mg caffeine yg masih tersisa dalam
tubuh anda, mungkin anda bisa tertidur tetapi kualitas tidur anda akan
berkurang. Akibatnya pada pagi berikutnya anda akan merasakan lebih
lelah daripada pagi sebelumnya, sehingga anda merasa "membutuhkan"
kopi lagi dipagi hari, hal ini berulang terus tiap hari. Bila siklus ini sudah
dilakukan selama bertahun tahun dan anda menghentikannya mendadak,
maka anda akan merasakan lelah berlebihan, depresi, dan lebih parahnya
sakit kepala karena pembuluh darah otak yg melebar (karena tubuh sudah
terbiasa dengan adanya caffeine).

Bagaimana Pikiran Mempengaruhi Kesehatan Kita ?

lmu yang mengkaji hubungan antara pikiran – tubuh disebut dengan berbagai
nama, diantaranya psikoneuroimunologi, psikofisiologi atau ada yang
menyebutnya neuropsikologi.
Pada dasarnya semua itu mempelajari bagaimana pikiran, perasaan
mempengaruhi sistem saraf dan selanjutnya mempengaruhi fungsi tubuh. Satu
cara untuk menggali interaksi ini adalah dengan mengukur pengaruh stress.
Pengukuran yang umum adalah dengan mengukur kadar kortisol (hormon
stress), fungsi imun, perbaikan luka, reaktifitas kardiovaskular (seberapa
cepat dan seberapa tinggi tekanan darah seseorang serta denyut jantungnya
dapat berespon terhadap stress). Banyak penelitian menunjukkan bagaimana
stress secara negatif mempengaruhi sistem yang bekerja dalam tubuh. Perawatan
dalam waktu lama secara signifikan menurunkan fungsi imun. Istri yang
ditinggalkan suaminya meninggal, butuh waktu setahun untuk memulihkan
kesehatannya. Korban pemerkosaan dan orang yang mengalami stress pasca
trauma menunjukkan peningkatan reaktifitas kardiovaskular serta fungsi kortisol
yang abnormal. Luka yang hanya sebesar 3,5 mm butuh waktu penyembuhan
selama 3 hari jika sedang menghadapi hari-hari ujian.
Pada kondisi sebaliknya, bermain kartu dengan teman beberapa jam dapat
meningkatkan fungsi imun, tertawa dari hati dapat meningkatkan imunitas
selama 12 jam sesudahnya. Latihan menurunkan reaktifitas kardiovaskular.
Massage dan mendengarkan musik yang tenang, dapat menurunkan kadar
kortisol.

45
Secara umum, stress, kehilangan, perawatan dalam waktu lama, kesepian, marah,
trauma, hubungan rumah tangga yang bermasalah akan memberikan efek negatif
dan lebih lanjut akan berpengaruh negatif pula terhadap fungsi tubuh. Tapi, para
peneliti juga memastikan bahwa kita juga bisa secara positif mempengaruhi
kesehatan kita dengan cinta, persahabatan, kehidupan spiritual, pandangan
positif, meditasi, yoga, musik, seni atau memelihara hewan peliharaan.
Di dalam tubuh kita terdapat suatu senyawa kimiawi yang disebut
neurotransmitter, yaitu suatu senyawa yang bertugas mengirimkan sinyal melalui
sistem syaraf. Senyawa kimia ini berada di otak, tepatnya di akhiran sel syaraf.
Tapi juga dapat ditemukan di organ lainnya, seperti di jantung, usus, sistem imun.
Neurotransmitter dapat berdifusi ke dalam jaringan dan darah. Jika ingin
dianalogikan, sistem syaraf itu sebagai suatu jaringan kabel telpon, mampu
menyalurkan berbagai informasi dari satu tempat ke berbagai tempat lain dalam
tubuh. Inilah alasan kenapa respon yang terjadi di tubuh kita dapat terlihat di
berbagai tempat yang berbeda di tubuh. Kenapa depresi, yang berhubungan
dengan rendahnya kadar serotonin (sebuah neurotransmitter) di otak, juga
menyebabkan penurunan fungsi imun dan penurunan fungsi usus besar. Dan
kenapa antidepresan mempunyai efek samping pada sistem gastrointestinal.
Kenapa terkadang perut terasa tidak enak ketika kita sedang cemas ? Karena
neurotransmitter yang ada di usus dapat merupakan refleksi dari apa yang terjadi
di kepala.
Penemuan neurotransmitter, sitokin, limfokin, peptide dan hormon beserta
hubungan timbal baliknya terus meningkat setiap hari. Begitu juga, bagaimana
senyawa-senyawa tersebut mempengaruhi berbagai kejadian dalam hidup kita
dan bagaimana tubuh kita memilih untuk berespon terhadap kejadian tersebut
telah berhasil dipahami.
Dulu kita memandang sistem imun sebagai suatu kekuatan pasif, menunggu
menghadapi musuh, seperti bakteri, masuk menginvasi tubuh kita. Ternyata tidak
cuma sebatas itu. Sistem imun merupakan sistem yang terintegrasi dalam tubuh.
Reseptor kortisol yang ada di sel imun adalah jawaban dari bagaimana stress
berpengaruh terhadap sistem imun dan reseptor neurotransmitter di sel imun
adalah jawaban bagaimana mood mempengaruhi sistem imun. Oleh karena itu,
jelaslah bagaimana stress dan mood bisa berpengaruh terhadap kesehatan kita.
Bisakah kita mempengaruhi proses fisiologi dalam tubuh ? Semenjak
ditemukannya respon relaksasi, yaitu pada pernapasan yang tenang dapat
menurunkan tekanan darah, ditemukan juga bukti yang cukup bahwa kita bisa
mempengaruhi proses fisiologi tubuh kita. Bagaimana hal ini dapat terjadi ? Kita
harus melihat kembali bagaimana kerja dasar otak kita. Jika kita tidak kidal, sisi
otak sebelah kiri, yang memegang peran dalam berpikir linear, seperti logika dan
46
matematika, lebih berkembang. Sedangkan sisi yang kanan lebih berhubungan
dengan kreatifitas, gambar atau hubungan antar objek. Sisi kanan otak ini
mempunyai koneksi yang padat dengan sistem limbik dan amigdala, bagian dari
otak yang penting dalam emosi juga memori yang didapat dari panca indera kita.
Sistem limbik ini selanjutnya mempunyai hubungan dengan hipotalamus. Pada
salah satu jalur, hipotalamus mempengaruhi sistem nervus otonom, dimana
ingatan yang menyenangkan diterjemahkan menjadi sinyal yang memerintahkan
untuk menurunkan denyut jantung, tekanan darah, respirasi dan merelaksasi
tonus otot. Sedangkan pada jalur yang lain, hipotalamus mengirim sinyal ke
glandula pituitary, yang mengontrol hormon tubuh. Sinyal ini diterima glandula
pituitary sebagai perintah untuk menurunkan kortisol,yang dikenal sebagai
hormon stress. Pada gilirannya, hormon tersebut akan memberikan feed back
positif kepada sistem imun untuk berfungsi optimum. Begitulah bagaimana kita
mempengaruhi proses fisiologi tubuh kita. Melalui pikiran.
Kejadian tersebut terjadi terus-menerus secara spontan setiap hari. Hebatnya lagi,
kita juga dapat membuat kesan tanpa harus ada image yang nyata ada di hadapan
kita. Karena pikiran tidak dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang
hanya imajinasi belaka. Penelitian pada hasil scan otak menunjukkan ketika kita
melihat gambar sebuah pohon atau ketika kita hanya membayangkan sebuah
pohon, area otak yang sama menggambarkan pola yang sama pula. Jadi dapat
saja terjadi kita sakit karena berpikir ada penyakit dalam tubuh kita padahal
sebenarnya penyakit itu tidak ada. Begitu juga sebaliknya. Ketika ada suatu
penyakit dalam tubuh kita namun kita tidak berpikir kita sakit, bisa jadi kita tidak
akan benar-benar jatuh sakit atau sakit yang kita derita tidak akan segera menjadi
parah. Beberapa penelitian berhubungan dengan hal ini telah dilaporkan. Yang
cukup sering adalah pada pasien kanker. Pada pasien yang diberikan pengobatan
serta dorongan tentang penyakit yang dideritanya, diberi keyakinan bahwa
penyakitnya tidak akan mematikan dan pasien tersebut yakin dan percaya akan
hal itu, kemudian ia mampu terus mengembangkan pikiran positifnya, didapat
besar sel kanker dalam tubuhnya mengecil bahkan ada yang hilang sama sekali.
Namun pada pasien yang tidak percaya bahwa dia akan baik-baik saja, pasien
tersebut pun tidak bertahan hidup lama.
Hasil dari proses fisiologi yang sama dapat berubah oleh pikiran yang kita miliki
sewaktu proses masih berlangsung. Misalnya, seorang wanita sudah terlanjur
berpikir bahwa dirinya mandul. Dia berpikir, “Saya tidak mungkin bisa hamil”.
Padahal sebenarnya tidak. Dan pada akhirnya dia benar-benar tidak hamil, dan itu
bukan karena dia infertile tapi hanya karena pikirannya. Keadaan ini tidak jarang
dialami oleh banyak orang.

47
Pikiran dan emosi dapat menimbulkan penyakit sungguhan. Dan fenomena ini
sebenarnya amat sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang
yang datang ke praktek dokter karena gangguan-gangguan psikogenik (gangguan
akibat emosi). Mereka datang dengan berbagai keluhan yang sangat variatif
namun setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan, dokter tidak dapat
mendiagnosis penyakit yang diderita si pasien. Walhasil dokter akan mengirim
pasien ke laboratorium untuk menjalani serentetan pemeriksaan, yang sebenarnya
tidak perlu, dengan ‘harapan’ akan menemukan ‘sesuatu’ yang abnormal. Hal
demikian tidak jarang terjadi karena memang tidak mudah membedakan antara
penyakit yang disebabkan oleh masalah tubuh dengan yang disebabkan oleh
stress emosi. Seperti telah dijelaskan di atas, hormon dan neurotransmitter yang
berperan dalam timbulnya stress dapat menimbulkan efek di berbagai tempat di
tubuh kita.
Jadi, kenapa begitu mudah bagi kita untuk memahami pikiran negatif kita akan
memberi pengaruh yang negatif bagi diri kita sendiri tapi menjadi sangat sulit
untuk mempercayai pikiran positif kita juga punya kekuatan yang sama ?

Farmakogenomik; Analisis Genetik Untuk


Masa Depan Dunia Pengobatan
Bayangkan, anda memasuki ruangan dokter sambil membawa kartu cerdas
berisi seluruh informasi genetik tubuh anda yang telah dikode dan
diamankan dengan nomor PIN seperti anda membuka ATM. Dengan
melihat data-data informasi genetik anda yang unik, dokter anda dapat
menentukan obat yang tepat dalam dosis yang akurat secara efisien sesuai
dengan kondisi anda tanpa khawatir akan terjadinya ADR (Adverse Drug
Reaction), efek samping maupun ketidaktepatan pemilihan
obat.Keadaan tersebut merupakan impian para ilmuwan yang bergerak di
bidang farmakogenetik, suatu ilmu yang menghantarkan manusia pada
“pengobatan individual/pengobatan butik” berdasarkan pemetaan
lengkap seluruh gen yang dimiliki tubuh manusia. Para ilmuwan di
bidang biologi molekuler yang tergabung dalam Human Genom Project
(HGP) telah mengumumkan hasil sekuensing sekitar 100.000 gen
manusia tertanggal 26 juni 2000. Namun belakangan diumumkan di jurnal
48
online 4 juli 2001 (www.wv-
inbre.net/bioinformatics/Human_Genome_News) bahwa gen manusia
berjumlah sekitar 35.000, sekitar 1/3 lebih sedikit dari perkiraan
sebelumnya. Hasil analisis mengatakan bahwa kekompleksan tubuh
manusia tidak tergantung oleh berapa banyaknya gen manusia, namun
berapa banyaknya variasi protein yang bias dibuat oleh gen yang ada.
Mengikuti keberhasilan HGP tersebut, dilakukan juga program analisis
keragaman genetik individu yang dinamakan Single Nucleotide
Polymorphisms (SNPs). SNP terjadi bila satu jenis nukleotida dalam posisi
tertentu tersubsitusi dengan jenis nukleotida lainnya pada individu lain
(gambar 1). Sebagian besar perbedaan manusia dipengaruhi oleh adanya
perbedaan SNPs yang terjadi pada genomnya, dan seringkali dihubungkan
dengan adanya perbedaan dalam predisposisinya dalam penyakit tertentu
ataupun respon tubuhnya terhadap penggunaan obat. Telah diidentifikasi
1,4 juta lokasi dimana SNPs ditemukan dalam gen manusia. Diperkirakan
terdapat sekitar 11 juta SNPs pada populasi manusia dengan rata-rata satu
dalam 1.300 pasangan basa. Keberhasilan program SNPs berdampak
sangat besar dalam dunia pengobatan.
SNPs dapat menyediakan data lengkap mengenai karakteristik asal
manusia yang tersimpan dalam gen-gen yang telah dipetakan. Data
lengkap gen akan mampu membuat revolusi di dunia pengobatan dengan
membantu proses penyelusuran lokasi kromosom-kromosom penyebab
penyakit yang berhubungan dengan sekuens gen. Data SNPs akan
membuka tabir keseluruhan proses biokimiawi yang tersimpan dalam
tubuh manusia.
Dengan teknologi bioinformatika melalui biochip-DNA, informasi genetik
ini dapat di analisis untuk menentukan respon individual terhadap obat.
Respon ini mencakup nasib obat di dalam tubuh (farmakokinetik:
absorbsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi, dan farmakodinamik:
disposisi obat dan interaksi obat dengan molekul biologi sebagai target
reaksinya). Pengetahuan yang spesifik mengenai respon individual ini
selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan khasiat obat serta efek
sampingnya yang berbeda-beda antar individu.
Disiplin ilmu farmakogenomik berakar dari farmakogenetik, suatu bidang
ilmu yang telah dikenal lebih dari 50 tahun yang lalu. Farmakogenomik

49
mencakup studi mengenai keseluruhan genom manusia, sementara genetik
merupakan studi mengenai gen individual. Farmakogenomik mengamati
respon obat terhadap keseluruhan genom, sedangkan farmakogenetik
mengidentifikasi interaksi antara obat dan gen individual.
Farmakogenomik mencari korelasi yang belum terungkap antara pola-pola
genom dengan manifestasi klinis. Sebuah korelasi yang jika terungkap
akan dapat memberikan kemudahan bagi para dokter dan ahli farmasi
untuk membuat keputusan yang tepat dan rasional serta menurunkan
angka probabilitas kesalahan pemberian obat, kesalahan dosis maupun
ADR (adverse drug reaction) karena penggunaan metode trial-and-
error.Metode trial-and-error dengan pendekatan one-drug-fits-all yang
dilakukan dalam penatalaksanaan pasien seringkali memberikan hasil
yang tidak efektif dan efisien, membuang waktu, tingginya biaya yang
dikeluarkan, dan yang terpenting, gagalnya terapi. Analisis
farmakogenomik membantu mengidentifikasi pasien yang memetabolisme
obat tertentu secara abnormal. Penderita seperti ini umumnya
memetabolisme suatu obat tertentu dengan cepat sehingga tidak berefek
terapi (terhadap sistem yang dituju). Respons yang berbeda-beda inilah
yang dipelajari dalam ilmu farmakogenomik dan farmakogenetik sebagai
bagian dari perkembangan ilmu biologi molekuler. Saat ini telah
ditemukan dalam sejumlah populasi di Indonesia yang tidak memiliki
enzim tertentu di hatinya. Enzim ini berfungsi untuk mengkonjugasikan
obat tertentu. Berdasarkan hal itu, dianggap perlu adanya pemilihan
pengobatan secara khusus (fungsi farmakogenomik) dengan variasi 15-50
% populasi. Meski demikian, sistem “pengobatan individual” tidak hanya
untuk kuratif, tetapi juga preventif. Dengan data gen yang sudah
dikumpulkan, bisa diketahui seseorang atau suatu populasi berisiko atau
tidak terhadap penyakit tertentu. Kalau ternyata dari data genetik tersebut
misalnya seseorang rentan terhadap penyakit jantung atau kanker usus
besar, maka sejak dini individu bersangkutan sudah bisa diingatkan agar
mengatur pola makan maupun aktivitas fisiknya. (Marzuki.S, 2005).Di
Amerika Serikat, menurut Penelope Manasco, wakil president First
Genetik Trust,
Illinois yang menangani data genetik dan bioinformatik, saat ini efektifitas
obat dalam penatalaksanaan pasien berada dalam range 30-50 %. Hal ini
suatu hal yang mengkhawatirkan untuk obat tertentu seperti berbagai
50
macam antidepresi dimana pemilihan obat yang tepat memakan waktu 6
-12 bulan. Dengan harapan ilmu farmakogenomik, probabilitas
keefektifitasan obat akan dapat meningkat menjadi 70-80 %. 

Ekspresi Gen dan Chip DNA


Suatu materi genetik bernama genom terdiri dari satu set kumpulan gen-
gen lengkap makhluk hidup yang dapat menurunkan protein tertentu yang
dibutuhkan tubuh. Protein-protein tersebut yang dalam tingkat seluler
bekerja secara terorganisasi dan terintegrasi satu dengan yang lainnya
hanya tersedia (disintesis) jika dibutuhkan oleh tubuh dan akan segera
dihilangkan jika tidak dibutuhkan. Adanya pergeseran atau perubahan baik
senyawa dan jumlah protein yang abnormal akan menghasilkan kelainan
atau penyakit.
Perbedaan pola penyediaan protein atau yang biasa disebut ekspresi gen,
bervariasi antar individu. Namun perbedaan-perbedaan yang ada masih
dalam batas kenormalan fungsi sel secara keseluruhan sehingga masih
akan kelihatan kewajarannya. Ekspresi gen yang berbeda dalam hal
fenotip akan memberikan perbedaan antar individu dalam bentuk fisik,
kepekaan terhadap rangsang, penyakit bawaan, dan lain sebagainya.
Sedangkan ekspresi gen yang berbeda dalam genotip akan memberikan
perbedaan dalam sifat dan karakter seseorang. Bank data genom dapat
menyediakan informasi lengkap mengenai segala hal yang berkaitan
dengan genotip seseorang. Ekspresi gen dari masing-masing individu akan
merujuk pada bank data tersebut.
Pengembangan teknologi Chip DNA menjanjikan analisis pola-pola
ekspresi sejumlah besar gen yang dimiliki manusia. Teknik ini
memungkinkan analisis ekspresi genetik secara holistic yang
mencerminkan respon terhadap suatu obat yang meliputi farmakokinetik,
farmakodinamik dan efek samping. Dinamakan chip-DNA karena
teknologi ini menggunakan lempengan kecil (chip) yang diatasnya terbuat
dari kaca dimana bagian atasnya ditata ribuan bahkan puluhan ribu jenis
gen dalam fragmen DNA. Chip DNA yang memuat fragmen DNA dari
ribuan jenis gen digunakan untuk menganalisis ekspresi gen dari suatu
jenis sel dengan metode hibridisasi (gambar 3).

51
Jika data lengkap SNPs sudah didapatkan, seluruh gen yang dimiliki oleh
manusia sudah dikenali, maka seluruh data ini dapat dimasukkan ke dalam
sebuah chip DNA, sehingga akan dapat menganalisis ekspresi gen yang
terdapat dalam sel manusia. Teknologi ini dapat membantu identifikasi
seluruh sifat yang melekat pada diri seseorang, melakukan diagnosis,
monitor serta memprediksi suatu penyakit, menemukan dan
mengembangkan obat baru serta menentukan pilihan obat yang paling
tepat untuk suatu penyakit dan pasien tertentu. Diperkirakan 1 atau 2
tahun ke depan, seluruh gen manusia diproyeksikan dan telah dapat ditata
dalam sebuah chip DNA. Chip inilah yang akan menghantarkan kita
kepada suatu pengobatan individual berdasarkan disiplin ilmu
farmakogenomik. Dalam perkembangan selanjutnya, farmakogenomik
diharapkan mampu mengidentifikasi sejumlah besar jenis penyakit yang
muncul karena kelainan ekspresi gen disamping mengidentifikasi
kemungkinan resiko penyakit-penyakit tertentu seperti kanker, jantung dan
hemofilia.
Saat ini masyarakat ilmuwan dunia yang tergabung dalam berbagai grup,
baik perusahaan komersial maupun perguruan tinggi, telah berupaya untuk
mengembangkan teknologi tersebut. Affymetrix, sebuah perusahaan di
bidang teknologi chip DNA, telah mampu memproduksi sebuah chip yang
memuat lebih dari 60.000 jenis gen dalam bentuk fragmen DNA. Dua
belas ribu di antaranya adalah gen-gen yang sudah dikenali berpengaruh
terhadap kesehatan dan pengobatan. Sementara itu, pemanfaatan chip
DNA untuk analisis ekspresi gen manusia juga telah banyak dilakukan.
Sebagai contoh misalnya Stanford University dan National Cancer
Institute telah memanfaatkan teknologi ini untuk analisis klasifikasi tumor
menggunakan chip DNA yang memuat lebih dari 30.000 jenis gen. Takara,
sebuah perusahaan bioteknologi di Jepang juga telah mengembangakan
teknologi ini melalui pengembangan instrumentasi dan metodologi untuk
diagnosis kanker. Saat inipun Takara beserta beberapa perusahaan
biomedical juga melakukan program analisis genomik (Dragon genomics)
terhadap beberapa spesies dari laut yang ditujukan untuk pengembangan
obat (Meiyanto. E).
Manfaat aplikasi farmakogenomik
Aplikasi ilmu farmakogenomik akan dapat berdampak besar terhadap
pengobatan. Farmakogenomik dapat membuat pengobatan lebih
52
spesifik/individual setiap pasien tergantung dari karakteristik gennya
masing-masing. Industri farmasi mempunyai peluang pula untuk membuat
obat-obatan yang lebih spesifik dan tepat berdasarkan populasi individu
yang gennya sama. Informasi genetik yang tersedia setiap individu akan
menyebabkan pengobatan lebih cepat dan akurat dimana reaksi efek
samping obat dapat dihindari. Dosis obat juga akan lebih spesifik untuk
pasien tergantung kondisi dan informasi genetiknya. Manfaat lainnya
adalah dapat dihasilkannya vaksin yang lebih baik. Seperti diketahui
bahwa vaksin dibuat dari materi genetic, DNA atau RNA, sehingga vaksin
yang spesifik dapat dibuat untuk sekelompok populasi manusia dengan
gen yang serupa. Pengembangan obat baru selain vaksin pun telah dimulai
dengan pendekatan farmakogenomik. Bahkan telah dilakukan teknologi
prosekuensing yang mencakup sejumlah riset farmakogenomik seperti
mencari genotip untuk mengidentifikasikan infeksi pathogen dan status
resistensi obat, untuk memperkirakan kemungkinan penyakit, prognosis
atau progresi; dan melalui analisis obat-gen, transporter untuk
memprediksi khasiat obat dan efek sampingnya.
Farmakogenomik dan Industri Farmasi
Industri farmasi telah melihat cerahnya prospek “pengobatan individual”
ini. Brian Spear, Farmakogenomik Laboratorium Abbott Park Illinois 2003
pada pertemuan Science Board Advisory Committee dengan FDA
mengatakan: “Saat ini farmakogenomik merupakan suatu standar dari
penemuan dan pengembangan obat dalam setiap perusahaan yang
melakukan riset untuk penemuan obat baru”. Harapan terhadap aplikasi
farmakogenomik dan teknologi genom lainnya adalah dapat menghasilkan
paradigma baru dalam dunia pengobatan dengan biaya yang lebih rendah,
probabilitas kegagalan terapi yang lebih rendah, revitalisasi produk-
produk yang sudah ada serta sebagai pendekatan “portofolio” dalam
perkenalan ke agen baru dengan ketersediaan obat-obat dalam formulasi
yang berbeda, inovatif, dan spesifik khasiat dan keamanannya dalam
populasi fenotip tertentu.
The Boston Consultating Group 2001 melaporkan bahwa suatu pembuatan
obat dengan metode lama dari penemuan sampai dengan bias diasarkan
menghabiskan biaya US$ 880 juta dan waktu 15 tahun, sedangkan dengan
pendekatan farmakogenomik, biaya dan waktu tersebut bisa ditekan
menjadi US$ 300 juta selama 2 tahun. Mereka optimis bahwa
53
farmakogenomik dapat menjadi alat untuk meningkatkan produktifitas
pengembangan obat. Disamping itu banyak perusahaan farmasi sekarang
telah menggunakan farmakogenomik untuk menyeleksi partisipan dalam
uji klinik.  
Tantangan dan Permasalahan Etika
Farmakogenomik merupakan ilmu yang masih sangat belia. Beberapa
tantangan harus dihadapi sebelum hasil dan manfaatnya didapatkan. Salah
satunya adalah adalah kompleksitas penemuan variasi gen yang
mempengaruhi respon obat. Jutaan SNPs harus diidentifikasi dan
dianalisis untuk menentukan keterlibatannya (jika ada) terhadap respon
obat. Proses yang rumit selanjutnya adalah masih terbatasnya pengetahuan
kita untuk menentukan gen mana yang terlibat dalam setiap respon obat
karena banyaknya gen yang menimbulkan respon yang mirip.
Memecahkan kerumitan ini merupakan hal yang memakan waktu lama.
Tantangan lainnya berupa keterbatasan alternatif obat yang dapat
digunakan. Hanya satu atau dua dari obat-obatan yang tersedia yang dapat
digunakan pada kondisi tertentu. Jika pasien mempunyai variasi gen
tertentu yang memperlihatkan kecenderungan untuk tidak bisa
menggunakan obat-obatan tertentu, maka ada kemungkinan mereka tidak
dapat diobati oleh obat-obat yang tersedia/ tidak ada obat-obatan yang
sesuai dengan gennya.
Di lain pihak, di sisi industri farmasi, saat ini banyak perusahaan farmasi
yang sudah cukup sukses dengan metode pembuatan obat "one size fits
all". Mengingat sangat mahalnya biaya pembuatan obat sampai dengan
siap dipasarkan, apakah perusahaan-perusahaan ini bersedia untuk
membuat obat alternative yang hanya melayani segelintir populasi?
Mendidik para petugas kesehatan terhadap ilmu farmakogenomik juga sisi
lain yang menarik. Mereka harus lebih memahami ilmu genetic sehingga
dapat memberikan pelayanan dan rekomendasi obat yang tepat utuk
kondisi pasien yang sama namun genetiknya berbeda. Seiring dengan
berjalannya waktu, tantangan dan hambatan ini akan dapat ditanggulangi
secara bertahap.Pada masa mendatang, pemetaan seluruh genom manusia
akan sangat dirasakan manfaatnya karena akan terbukti bahwa pengobatan
dan obat-obatan menjadi lebih efektif dan efisien.

54
Farmakogenomik berupaya mencari cara yang optimal untuk menyeleksi
terapi obat yang tepat, meningkatkan khasiat dan keamanan obat yang
spesifik setiap individu, mengefesiensikan waktu dan biaya yang
dikeluarkan, meningkatkan derajat kesembuhan dan keberhasilan
pengobatan serta menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas.
Walaupun saat ini belum banyak yang bisa diaplikasikan secara langsung
terhadap pasien, farmakogenomik akan memainkan peranan yang sangat
besar untuk masa depan dunia pengobatan dan kesehatan.

Kokain Jadi Gelombang Ketiga


Epidemi Narkotika
Al Bachri Husin Dokter-Psikiater, Ahli Adiksi di Jakarta

Sebagian orang menganggap efek


kokain pada tubuh hanya sebentar
dan tidak berbahaya. Ini mitos yang
sengaja dikembangkan pengedar
kokain. Faktanya, kokain memberi
efek samping yang serius, bahkan
menimbulkan kematian

TAHUN 1969 ketika pertama kali dilaporkan satu kasus pencandu morfin
oleh Sanatorium Dharmawangsa Jakarta ke Departemen Kesehatan RI,
banyak orang tidak menyangka kalau suatu saat Indonesia bisa menjadi
surga bagi pencandu-pencandu narkotika dan psikotropika.
Sekarang, beragam jenis narkotika dan psikotropika ilegal ada di pasar gelap.
Dari minuman alkohol berkadar tinggi, berbagai pil penenang (sedatif-hipnotik),
halusinogenik (LSD, PCP, mushroom), zat cair yang mudah menguap (lem,
aseton), ATS (amphetamine tipe stimulan) seperti sabu dan ecstasy, sampai

55
narkotika jenis ringan (marijuana, budha stick) hingga berat (heroin, fentanyl,
crack), relatif mudah didapatkan.
Penggunaan narkotika ganja (kanabis) sudah lama dikenal di berbagai daerah di
Indonesia sejak sebelum perang kemerdekaan. Penggunaan dan penyalahgunaan
ganja tersebut dapat dianggap sebagai gelombang pertama epidemi narkotika.
Gelombang pertama epidemi narkotika ganja tidak menunjukkan keadaan
eksplosif, karena pasokannya dapat diperoleh dari tanaman perdu di dalam
negeri.
Penggunaan heroin (atau putau), sejenis narkotika dengan potensi ketergantungan
tergolong sangat kuat, puncaknya terjadi awal tahun 2000. Sebenarnya
gelombang kedua epidemi narkotika karena masuknya heroin ke Indonesia
dimulai pertengahan 1995-an, dan tak kunjung reda hingga kini. Pemerintah telah
membentuk Badan Koordinasi Pelaksana Inpres Nomor 6/71, Badan Koordinasi
Narkotika Nasional sampai Badan Narkotika Nasional (BNN)-semuanya
langsung di bawah presiden, namun pasokan dan peredaran ilegal narkotika tidak
pernah surut.
Awal Agustus 2003 Marco Morena, asal Brasil, mencoba memasukkan 13,7
kilogram kokain melalui Bandar Udara Soekarno-Hatta; Desember 2003 Juri
Angione, asal Italia, berusaha menyelundupkan 5,6 kilogram di Denpasar. Akhir
bulan lalu Rodrigo Gularte, asal Brasil, mencoba menyelundupkan enam
kilogram kokain melalui Bandara Soekarno-Hatta. Kalau pada tahun 2002 kokain
yang disita hanya 2.314 gram, pada tahun 2003 angkanya naik 14 kali lipat
menjadi 28.556 gram (Kompas, 3/9). Ini berarti gelombang ketiga epidemi
narkotika kokain telah dimulai.
Selain peredaran ganja dan heroin, berbagai jenis psikotropika ilegal (ecstasy,
metamfetamin) dan zat adiktif lainnya juga banyak diperjualbelikan. Selama tiga
sampai empat tahun terakhir prekursor (bahan kimia pemula yang dapat
digunakan membuat narkotika dan psikotropika ilegal) masuk ke Indonesia
secara sporadis, tanpa kendali memadai. Maka, Indonesia bisa menjadi salah satu
tempat pemasaran sekaligus produsen narkotika dan psikotropika ilegal dunia.
Kokain dan crack
Kokain berasal dari daun kering tanaman koka (Erythroxylon coca) yang
tumbuh di daerah timur laut pegunungan Andes, Amerika Selatan. Setiap
tahun satu negara di Amerika Selatan menghasilkan sekitar 40-60 ton daun
koka kering. Daun koka kering dibuat pasta dan dicampur prekurso
menghasilkan kokain.
Di kalangan pencandu narkotika, kokain bukan "barang baru" dan telah dikenal
sejak tahun 1990-an. Berbeda dengan sifat dua jenis narkotika pendahulunya
56
(ganja dan heroin), kokain adalah sejenis stimulansia (perangsang). Kokain
merangsang sistem kerja otak hingga mengganggu proses reabsorpsi Dopamin
(DA), senyawa kimiawi pembawa pesan yang dikaitkan dengan kenikmatan
dan gerakan motorik.
Jadi konsumen kokain menunjukkan gejala euforia (senang berlebihan), over-
optimisme, energik, dan sangat aktif. Kokain adalah sejenis zat adiktif yang
mempunyai kekuatan ketergantungan luar biasa ampuh. Orang yang
menggunakan kokain tidak mampu mengendalikan keinginannya untuk
menggunakannya lagi, lagi, dan lagi.
Di pasaran gelap kokain dijual dalam dua jenis, yaitu garam kokain hidrokhlorid
dan free base. Kokain hidrokhlorid berbentuk tepung kristal berwarna putih dan
larut dalam air. Nama julukan kokain di pasaran beragam, antara lain "coke", "C"
atau "snow". Untuk mendapatkan jumlah lebih banyak, kokain dicampur tepung
gula, bedak talk atau jenis stimulans lain seperti met-amfetamin (sabu). Kokain
hidrokhlorid disalahgunakan pencandu melalui suntikan atau hirupan hidung
(sniffing, snorting).
Crack, julukan sejenis kokain yang diproses dari kokain hidrokhlorid menjadi
free-base cocaine. Sebutan crack diduga berasal dari bunyi "krek, krek" yang
keluar ketika butir-butir kristal kokain dipanaskan (terutama akibat pemanasan
soda-kue). Crack disukai pencandu kokain karena harganya relatif murah,
digunakan dengan peralatan lebih modis, serta efeknya cepat tercapai. Efek itu
hanya dirasakan lima sampai 15 menit sehingga pencandu akan mengulanginya
untuk mendapatkan efek yang diinginkan.
Populasi pengguna kokain saat ini masih terbatas, terutama sebab harganya
relatif mahal sekitar ratusan ribu rupiah per gram. Keadaan ini mengingatkan kita
pada fase awal heroin (putau) dipasarkan di Indonesia. Mulanya mahal, namun
hanya dalam waktu singkat bisa dipasarkan paket murah sehingga mampu dibeli
masyarakat pengguna berpenghasilan menengah-bawah. Ini dimungkinkan
karena strategi pemasaran narkotika/psikotropika ilegal adalah bagaimana
membuat semua pencandu pemula bisa menikmatinya.
Proses adiksi
Selain DA pada otak, kokain juga mengganggu norepinefrin (NE) dan
epinefrin (E). Ketiganya disebut sebagai neurotransmiter untuk kokain.
Pada keadaan normal, DA, NE, dan E memberikan efek stimulansia alami
pada otak. Setiap zat narkotika mempunyai neurotransmiter yang berbeda.
Sel-sel otak menyimpan neurotransmiter tersebut, mengatur
ketersediaannya dan melepaskannya bila diperlukan.

57
Kokain yang masuk ke tubuh mengganggu sistem regulasi neurotransmiter
dalam sel otak, dan memaksa sel-sel otak melepas DA, NE, dan E. Pelepasan
cepat dari neurotransmiter menimbulkan "gitting". Penggunaan kokain yang
terus-menerus menyebabkan otak kehabisan stok neurotransmiter dan
kedudukannya digantikan kokain. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya
toleransi yang "memaksa" pencandu terus-menerus menaikkan dosis kokain.
Lebih lanjut pengguna kokain juga menunjukkan perubahan tingkah laku. Di
samping rasa senang berlebihan, mereka juga menunjukkan rasa sedih berlebihan
(depresi) pada saat pengaruh kokain berkurang dalam tubuh. Mereka suka
berceloteh, ngomong, dan cerewet. Konsentrasi, tindakan kompulsi dan
kewaspadaan berlebihan, serta adanya perubahan dalam potensi seksual.
Perasaan humor menghilang, timbul tingkah laku antisosial, halusinasi dan
gangguan tidur (insomnia). Secara klinis pengguna kokain menunjukkan ambisi
berlebihan.
Sebagian orang menganggap efek kokain pada tubuh hanya sebentar dan tidak
berbahaya. Ini mitos yang sengaja dikembangkan pengedar kokain. Faktanya,
kokain memberi efek samping yang serius, bahkan menimbulkan kematian. Efek
samping kokain antara lain meningkatnya tekanan darah, berkeringat, detak
jantung menjadi cepat dan berlebih, suhu badan meningkat, mual, muntah dan
sakit perut, sakit kepala dan kehilangan nafsu makan.
Penggunaan suntikan kokain menyebabkan berbagai infeksi, seperti radang hati,
radang saluran napas sampai pneumonia, radang selaput jantung dan HIV/AIDS.
Banyak gangguan jiwa yang disebabkan penggunaan kokain. Sebagian besar
pengguna kokain tidak mau datang ke fasilitas kesehatan. Andaikan mau, mereka
tidak berterus terang mengatakan kebiasaannya kecuali sudah terpaksa. Mereka
biasanya hanya mengeluhkan kondisi fisiknya.
Kini di Amerika Serikat masalah akibat penggunaan kokain mendominasi
problem peredaran narkotika ilegal. Lebih dari 45 persen pencandu narkotika
yang datang ke fasilitas kesehatan pernah menggunakan kokain sebagai zat
primernya.
Perilaku pengguna kokain erat kaitannya dengan masalah kriminal. Selain karena
peredarannya sendiri bersifat kriminal, kokain menyebabkan orang menjadi
agresif, gelisah, dan berperilaku antisosial. Pemahamannya terhadap nilai moral
berubah dan mereka seringkali bertindak melanggar peraturan, hingga kerap
terlibat bentrok dengan otoritas legal (polisi dan masyarakat). Tidak heran kalau
angka kriminalitas merupakan salah satu indikator yang menunjukkan adanya
peningkatan peredaran kokain di suatu negara.
Upaya bersama
58
Keberhasilan Bea dan Cukai, kepolisian, dan Badan Narkotika Nasional
menangkap pemasok kokain perlu mendapat pujian. Namun, jaringan
peredaran kokain masih belum terungkap, sebab pengedar kokain tidak
mungkin bekerja sendiri.
Kokain yang berhasil disita baru sekitar satu persen dari jumlah kokain yang
berhasil beredar di Indonesia secara ilegal!
Bila pemerintah dan masyarakat tidak bersungguh-sungguh melakukan upaya
pencegahan, Tanah Air akan menjadi korban berikutnya seperti yang terjadi di
Nikaragua, Kolumbia, dan negara Amerika Selatan lainnya. Kokain dan crack
akan membanjiri Indonesia. Cegah tangkal tidak bisa dijalankan hanya oleh
pemerintah, jadi peran serta masyarakat sangat berguna.
Diperlukan program penanggulangan yang melibatkan semua strata masyarakat,
bukan semata-mata karena perintah dari menara gading. Sudah saatnya
mengantisipasi meningkatnya tindak kriminal (kekerasan, perkelahian antar-
gangster, penyusupan anggota sindikat) dan melakukan assessment atau
penilaian periodik terhadap program berjalan. "Persiapan menyambut" datangnya
puncak gelombang ketiga epidemi narkotika kokain harus sudah dilakukan.
Apalagi mengingat kokain adalah bisnis berbahaya yang menggiurkan.*

59
60
MODEL – MODEL TRITMEN
UNTUK KECANDUAN NARKOBA
Maria T Ametembun, SH
DRUG PREVENTION AND TREATMENT PROGRAM,
DEPT. Mental Health Johns Hopkins University, Maryland (Humphrey Fellow)

Dunia riset AS masih mencanangkan banyak penelitian baik tentang tritmen.


Sebagian penelitian itu mempertanyakan tentang efektivitas tritmen baik non-
drug atau dengan drug. Kita bisa belajar dari mereka.
Salah satu tujuan penulisan model-model tritmen ini dalah untuk memberikan
gambaran umum tentang konsep filosofis dibelakang pemilihan sebuah model.
Hanya dengan mengerti asal usul dan dasar pemikiran sebuah model tritmen,
kita dapat mengevaluasi tingkat keberhasilan dan efektifitas sebuah program
rehabilitasi.
Dalam pertemuan tentang pemetaan respon terhadap tritmen di dunia alkohol dan
penyalahgunaan obat-obatan yang diadakan oleh WHO dibentuk kesepakatan
bersama bahwa tritmen alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan sangat
bervariasi di perlbagai penjuru dunia.(Moskow, 1991).
Hampir sepuluh tahun kemudian, National Institute of Drug Abuse (NIDA),
sebagai lnstitut di bidang Drug Abuse tertinggi di AS menyatakan bahwa " tidak
ada satu model tritmen yang cocok untuk semua orang". Ada banyak ragam
obat-obatan (dari ganja, alkohol sampai kokain, shabu-shabu, dll).
Demikian juga dalam hal tritmen. Keanekaragaman tritmen tergantung
keanekaragaman obat-obatan yang disalahgunakan. Bahkan tritmen juga
tergantung karakteristik dari si pengguna.
Masalah yang berkaitan dengan kecanduan seseorang juga sangat bervariasi.
Orang yang kecanduan obat-obatan datang dari berbagai latar belakang.
Banyak yang menderita kesehatan mental, mempunyai masalah dengan
pekerjaan, masalah sosial, dll. Penyimpangan perilaku sosial mereka
membuat penanganan menjadi lebih sulit. NIDA banyak melakukan penelitian.
Di bidang program tritmen dan penelitian ilmiah tentang drugs, termasuk drugs
yang dipakai untuk melakukan tritmen secara medis, misalnya : metadone,
naltrexone and Burphenorphine.

61
Tritmen terhadap penyalahgunaan dan penyalahguna obat-obatan harus
meliputi baik terapi tingkah laku(konseling, terapi kognitif, terapi sosial),
terapi medis, terapi keagamaan atau kombinasi dari semua terapi. Kita harus
ingat bahwa tritmen merupakan proses. Jarang ada tritmen yang berhasil
hanya dalam satu waktu penanganan.
Mengapa orang yang kecanduan obat-obatan tidak dapat menghentikan kebiasaan
mereka ? Ini adalah inti dari kecanduan. Adiksi adalah perilaku yang terus
dilakukan walaupun mereka tahu konsekuensi akibat perbuatan mereka.
Hal ini membuat tritmen menjadi lebih sulit. Maka banyak model tritmen yang
ditawarkan. Dengan penawaran ini, kita berharap agar salah satu model tritmen
akan tepat untuk orang-orang tertentu. Saya memakai istilah penawaran sebab
pemulihan sulit dipaksakan. Pengalaman menunjukkan bahwa dalam sistem
pemaksaan di bawah keputusan hakim pun, kambuh tetap merupakan fenomena
yang sulit diatasi.
Kriteria Efektivitas
Tujuan utama adalah abstinansi, yaitu bebas dari obat yang disalahgunakan.
Tetapi tujuan jangka panjang adalah mengembalikan individu ke fungsi sosialnya
sehingga ybs bisa kembali menjadi anggota masyarakat yang produktif. .Sisi lain
yang harus kita perhitungkan adalah harga kerugian yang kita sebagai bangsa
harus ikut menanggung. Ketidakmampuan seseorang karena kecanduan membuat
tingkat produktifitasnya menurun. Secara makro, masyarakat juga menanggung
kerugian. Efektivitas tritmen dapat dihitung dengan rupiah. Hal ini akan
mendukung kearah pengambilan keputusan secara politis di lembaga-lembaga
tinggi negara.
Model – Model Tritmen
Model adalah aktivitas tertentu yang dipakai untuk melepaskan kecanduan dan
mendukung perubahan perilaku (Institute of Medicine, 1990).
Sebelum saya menjabarkan beberapa model tritmen, saya ingin menekankan
bahwa detoksifikasi bukan tritmen tetapi awal dari tritmen. Detoksifikasi
tersedia bagi pencandu heroin, benzidiazepine, alkohol, barbiturares dan
sedatives lainnya. Tapi detoksifikasi hanya bertujuan membantu meringankan
proses withdrawa l. Ia tidak menghentikan kecanduan.
1. Model Moral
Model yang sangat umum dikenal oleh masyarakat kita adalah model agamis /
moral. Model ini menekankan tentang dosa, kelemahan individu. Program
tritmen yang berdasarkan model ini banyak dikenal di masyarakat kita.

62
Model ini dipakai jika masyarakat masih memegang nilai-nilai keagamaan /
moral dengan kuat. Model ini membidani konsep "war on drug" jaman Presiden
Nixon. Model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang
diajarkan oleh agama. Model ini membenarkan kekuatan hukum untuk
berperang melawan penyalahgunaan obat-obatan. Salah satu program yang
ternama yang berasal dari model ini adalah Alkoholik Anonimus dengan program
12 Langkah walaupun mereka tidak secara eksplisit memakai nama Tuhan tetapi
mempergunakan istilah Kekuatan yang Lebih Besar (The Higher Power).
Salah satu kritik terhadap konsep "War on Drug" adalah dualisme antara
keinginan berperang melawan pecandu yang dilain pihak adalah anggota
keluarga sendiri. Bagaimana kita berperang dengan kakak, adik atau anak
sendiri ?
Di AS konsep ini tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Saat ini konsep
yang dipakai di AS adalah konsep adiksi adalah penyakit otak (brain disease).
Saya akan membahas konsep ini di artikel berikutnya.
2. Model adiksi sebagai penyimpangan sosial.
Berikut ini saya akan membahas model-model lain. Seperti yang kita ketahui,
beberapa tahun terakhir ini model tritmen dengan program teraputik komunitas
mulai banyak diterapkan. Model ini memakai konsep penyimpangan sosial
(social- disorder) sebagai dasar tritmen. Baik struktur dan proses dalam TC
semua mengarah ke arah perubahan dari penyimpangan sosial ke arah perilaku
sosial yang layak. Kebanyakan penyalahguna obat-obatan melakukan tindakan a-
sosial termasuk tindakan kriminal.
Model ini memusatkan tritmen bukan pada obat-obatan yang disalahgunakan
tetapi perilaku ybs. Di DayTop New York, pusat TC yang mulai banyak
diadaptasi di Malaysia, Singapore dan Indonesia, terapi dilakukan untuk
mengambalikan fungsi sosial mereka. Bahkan, dalam ceramah ata u seminar
dan terutama group terapi (encounter-group), mereka memfokuskan diri pada
tingkah laku adiktif, bukan jenis obat yang dipakai.
Model ini banyak diterapkan di lembaga tritmen yang memfokuskan diri pada
mereka yang harus menjalankan masa hukuman di bawah juridiksi pengadilan.
Ketika saya melakukan studi lapangan di Meadow Run (Jan 2003), salah satu
fasilitas untuk orang dewasa di negara bagian New York, 90% resident adalah
mereka yang dikirim oleh hakim untuk menjalani masa penahanan. TC
menekankan pada pertanggungjawaban sosial sehingga kesalahan satu orang
ditanggung bersama (Peter pays for Paul).

63
Keunikan model ini adalah dalam fungsi komunitas sebagai agen perubahan.
Segala aktivitas dilakukan oleh para residen. Kedudukan konselor hanyalah
untuk memastikan bahwa program yang berjalan harus mendukung struktur yang
ada. Psikiatrit dan dokter hanya diperlukan jika ada gangguan mental atau
gangguan fisik. Bantuan pekerja sosial diperlukan untuk mengurus masalah
sosial seperti hubungan dengan pengadilan, pencarian pekerjaan, dll. Kontrol
sosial dilakukan oleh para konsuler yang adalah mantan pecandu.
DayTop International mengklaim bahwa 88% dari lulusan program mereka (kira-
kira 130.000 orang) tidak menggunakan obat-obatan setelah 5 tahun
menyelasaikan program TC. Hal ini berarti bahwa efektivitas tidak berarti bebas
obat selamanya. Data persentasi ini hanya menunjukkan bahwa para lulusan itu
dianggap berhasil karena tidak kambuh. Tetapi Day Top tidak memberikan
gambaran utuh tentang produkstivitas dan fungsionalitas dari para lulusan.
Apakah mereka seemua bebas dari obat pilihan utama mereka dan tidak beralih
ke kecanduan lain (seperti : seks, judi, alkohol, rokok, dll).
Saya sengaja membahas masalah model tritmen dan efektifitas karena konsep
sukses dan gagal menurut model tritmen ini berbeda dengan konsep keberhasilan
yang dipakai model lain.
3. Model Penyakit / gangguan kesehatan
Model lain yang banyak dipakai adalah model biologis. Konsep ini berakar dari
teori tentang fisiologis atau metabolisme yang tidal normal umumnya karena
faktor etiologis atau keturunan. Ada dua macam model tritmen yang
berdasarkan konsep ini.
Konsep pertama adalah konsep menyembuhkan kecanduan obat dengan
memakai obat lain. Contohnya adalah model tritmen metadon untuk pecandu
opiat. Tritmen ini didasarkan pada teori bahwa kecanduan opiat adalah hasil dari
defisiensi metabolik. Defisiensi ini diluruskan dengan memberikan metadon
(Dole and Nyswander, 1967). Tritmen medis ini yakin akan adanya kesalahan
metabolisme dophamine yang harus dikoreksi. Tritmen lain adalah adalah
pemakaian naltrexone sebagai anatgonis dari narkotika. Saat ini pemerintah AS
telah menyetujui Burphenorphine sebagai alternatif dari metadon. Riset
menunjukkan bahwa metadon tidak terlalu mendatangkan hasil yang
dicanangkan.
Disisi lain, konsep adiksi sebagai penyakit membuahkan teori lain tentang
tritmen. Dari model biologis ini, lahir konsep dis-ease. (disease – model
mempunyai dua arti : disease sebagai penyakit dan dis-ease sebagai rasa tidak
nyaman). Di AS konsep ini mulai dianut sejak tahun 1960-an dan disebut

64
gerakan alkoholisme.(Room, 1983). Konsep ini menyatakan bahwa kecanduan
alkohol identik dengan penyakit diabetis atau penderita gangguan jantung.
Penyakit timbul bukan akibat kesalahan penderita. Konsep ini menekankan
bahwa seorang alkoholik adalah penderita penyakit alkohol. Jika seorang
penderita penyakit gula dilarang mengkomsumsi gula, maka penderita penyakit
alkohol tidak boleh mengkomsumsi alkohol.
Tritmen untuk konsep penyakit ini berbeda dengan tritmen yang melihat adiksi
sebagai penyimpangan sosial. Dalam tritmen ini, pecandu dianggap pasien.
Konselor adalah "dokter". Pasien direhabilitasi dengan konsep alergi.
Mereka mempunyai alergi terharap alkohol sehingga mereka tidak boleh
mengkomsumsi alkohol seumur hidup. Karena konsep tidak boleh minum atau
nge-drug seumur hidup itu sangat sulit, maka konsep adiksi sebagai penyakit
mementingkan perkumpulan (fellowships) dari mereka yang mempunyai
(penyakit) alkohol., narkotik, atau kecanduan lain untuk menjadi pendukung satu
sama lain. Pertemuan seperti ini dapat ditemukan dalam Alkoholik Anonimus,
Narkotik Anonimus atau grup anonimus lainnya.
Konsep adiksi sebagai penyakit membenarkan teori bahwa ketergantungan
adalah masalah utama. Sedangkan konsep adiksi sebagai penyimpangan sosial
melihat masalh pribadi dan sosial sebagai masalah utama. Ketergantungan ( baca:
kecanduan dan masalah obat) adalah masalah kedua.
4. Model Psychologis
Model ini membenarkan teori psikologis bahwa kecanduan adalah buah dari
emosi yang tidak berfungsi selayaknya atau konflik, sehingga pecandu
memakai obat pilihannya untuk meringankan atau melepaskan beban
psikologis itu (Mc Lellin, Woody and O'Brien, 1979). Model ini mementingkan
penyembuhan emosi. Jika emosi dapat dikendalikan maka ybs tidak akan
memopunyai masalah dengan obat-obatan.
Tritmen model ini banyak dilakukan dalam konseling pribadi baik dalam pusat
rehabilitasi atau terapi pribadi. Model ini dipakai oleh beberapa fiasilitas di
negara kita.
5. Model kebudayaan dan sosial
Model ini menyatakan bahwa kecanduan adalah hasil sosialisasi seumur
hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Ada pernyataan
terkenal dari seorang pasien di Kentucky. Ketika dokter bertanya mengapa dia
memakai heroin, pasien itu menatap sang dokter sesaat. Kemudian dia menjawab
: " Kalau dokter seusia saya dan hidup di lingkungan rumah saya, dokter juga
akan melakukan hal yang sama".
65
Keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai "lingkungan
sosial dan kebudayaan tertentu". Risetmenunjukkan bahwa pemakaian alkohol
oleh anggota keluarga tertentu adalahhasil dari masalah di keluarga ybs. Model
ini banyak menekankan prosestritmen untuk anggota keluarga dari pecandu.
Kelompok Alanon, atau naranonmemakai konsep ini sebagai model tritmen
mereka.
Penutup
Akhir-akhir ini semakin banyaknya tritmen dan pusat rehabilitasi diJakarta
khususnya dan kota -kota lain pada umumnya. Kita perlu mengenal lebihjauh
tentang konsep model ini sehingga pelayanan tritmen akan lebihmenyesuaikan
kebutuhan residen atau pasien. Selain itu informasi tentangmodel-model tritmen
harus disampaikan pada orang tua / keluarga sehinggaproses pemulihan dapat
diteruskan di lingkungkan keluarga setelah tritmenselesai.
Baltimore, April. 12. 2003.BNN
Kepustakaan :
1. Principles of Drug Addiction treatment, A research-Based Guide, National
institute of drug abuse, US, 1999.
2. Mandell, Wallace, in : Subtance Dependence Treatment and Management
techniques, WHO & Johns Hopkins University , revisi, 1991
3. Therapeutic Community, Phoenix House, NY – Guideline for TC.
4. Therapeutic Community, Day Top New York ( broschure).
5. Institute of Medicine, Broadening the Base of Treatment for Alcohol Problems,
Washington DC, National Academi Press, 1990
6. WHO, consultation meeting on mapping the treatment response to]alcohol and
drug abuse, Moscow, USSR, 28 – 31 May1991, Jeneva(unpublish).

Terapi Pecandu
KapanLagi.com - Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk
membantu seseorang melepaskan diri dari kecanduan dan merubah perilakunya
menjadi lebih baik:
Model Terapi Moral
Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta biasanya dilakukan
dengan pendekatan agama/moral yang menekankan tentang dosa dan
kelemahan individu. Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada
66
lingkungan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan
moralitas di tempat asalnya, karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep
baik dan buruk yang diajarkan oleh agama. Maka tidak mengherankan apabila
model terapi moral inilah yang menjadi landasan utama pembenaran kekuatan
hukum untuk berperang melawan penyalahgunaan narkoba.
Model Terapi Sosial
Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi
terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial
(social disorder). Tujuan dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang
menyimpang tersebut ke arah perilaku sosial yang lebih layak. Hal ini didasarkan
atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu narkoba hampir selalu terlibat dalam
tindakan a-sosial termasuk tindakan kriminal. Kelebihan dari model ini adalah
perhatiannya kepada perilaku adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan, bukan
pada obat-obatan yang disalahgunakan. Prakreknya dapat dilakukan melalui
ceramah, seminar, dan terutama terapi berkelompok (encounter group).
Tujuannya tidak lain adalah melatih pertanggung-jawaban sosial setiap individu,
sehingga kesalahan yang diperbuat satu orang menjadi tanggung-jawab bersama-
sama. Inilah yang menjadi keunikan dari model terapi sosial, yaitu
memfungsikan komunitas sedemikian rupa sebagai agen perubahan (agent of
change.
Model Terapi Medis
Model ini berakar dari beberapa konsep dalam teori fisiologis atau
metabolisme, yang memandang perilaku adiksi obat sebagai sesuatu yang
terjadi karena faktor etiologis atau keturunan. Ada dua macam model terapi
yang berdasarkan pada konsep ini.
Pertama, yaitu konsep menyembuhkan kecanduan obat dengan menggunakan
obat lain. Contohnya adalah model terapi metadon untuk pecandu opiat. Terapi
ini didasarkan pada sebuah teori dari Dole dan Nyswander yang menyatakan
bahwa kecanduan opiat adalah hasil dari defisiensi metabolik, sehingga harus
diluruskan dengan memberikan metadon.
Kedua, yaitu konsep menyembuhkan kecanduan obat dengan cara memandang
adiksi obat sebagai suatu penyakit. Dari pendekatan teori biologis ini lahirlah
konsep "disease" yang apabila diterjemahkan artinya adalah "penyakit", atau bisa
juga diartikan sebagai rasa tidak nyaman. Terapi untuk konsep "penyakit" ini
sangat berbeda dengan terapi yang melihat perilaku adiksi sebagai penyimpangan
sosial. Dalam terapi ini seorang pecandu dianggap sebagai pasien, dimana
mereka akan dibina dan diawasi secara ketat oleh tim dokter. Kelemahan dari
terapi ini adalah sifatnya yang "keras", dimana pasien direhabilitasi dengan
67
konsep alergi. Karena pasien mempunyai alergi terhadap narkoba, maka mereka
tidak boleh mengkonsumsinya seumur hidup.
Menyadari keterbatasan ini, maka konsep adiksi sebagai penyakit sangat
mementingkan perkumpulan (fellowship) dari mereka yang mempunyai penyakit
kecanduan narkoba untuk menjadi pendukung satu sama lain.
Model Terapi Psikologis
Model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan
bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi
selayaknya karena terjadi konflik, sehingga pecandu memakai obat pilihannya
untuk meringankan atau melepaskan beban psikologis itu. Model terapi ini
mementingkan penyembuhan emosional dari pecandu narkoba yang
bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan
mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi model psikologis
ini biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik dalam pusat
rehabilitasi maupun dalam terapi pribadi.
Model Terapi Budaya
Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialiasi
seumur hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam hal
ini, keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai
"lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu".
Dasar pemikirannya adalah, bahwa praktek penyalahgunaan narkoba oleh
anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang
terjadi dalam keluarga yang bersangkutan. Sehingga model ini banyak
menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para
pecandu narkoba tersebut

Teh Hijau Bikin Mental Lebih Tenang dan Rileks

Selama ini khasiat teh, khususnya teh hijau telah diekspos dan diyakini
sebagai minuman yang sanggup mencegah kanker, gangguan jantung
dan ginjal, serta kegemukan. Kehebatan itu lantaran aksi dari senyawa
bioaktif polifenol yang dikandungnya. Sesungguhnya bukan itu saja,
minuman ini juga dapat memperbaiki kondisi mental sehingga terasa
lebih rileks dan nyaman. Komponen fungsional teh hijau yang
bertanggung jawab atas terciptanya perasaan itu adalah L-teanin.
L-teanin merupakan asam amino unik yang memberikan rasa ‘eksotis’
68
yang enak (umami atau savory) dan hanya ditemukan pada tanaman teh
dan jenis mushroom tertentu seperti Xerocomus badius. Senyawa ini
biasanya berada dalam bentuk bebas (bukan protein) dan merupakan
asam amino yang dominan di dalam teh, yaitu sebanyak 50 persen dari
total asam amino bebas. Kadarnya pada daun teh mencapai 1-2 persen
berat kering. Struktur kimia L-teanin atau ?-etilamino- asam L- glutamat
dapat dilihat pada Gambar 1.
Bahan bioaktif ini secara alami disintesis dari asam glutamat (jenis asam
amino yang biasa digunakan sebagai bumbu masak) dan etilamin di
dalam akar , yang kemudian ditransfer ke daun-daun muda tanaman teh.
Kini, untuk tujuan komersial pembuatan teanin telah dikembangkan
melalui metode enzimatik. Aplikasinya telah digunakan pada produk
pangan, misalnya, ditambahkan pada minuman, cookies, permen, es krim
dan ice candies.

Bikin Rileks.
Pada umumnya, manusia dan binatang selalu menghasilkan suatu
getaran (pulse) listrik yang sangat lemah pada permukaan otak, yang
sering disebut sebagai gelombang otak (brain waves). Berdasarkan
frekuensinya, gelombang tersebut dikelompokkan menjadi empat jenis,
yaitu gelombang ? (0,5-3 Hz: kondisi mental tidur nyenyak), ? (4-7 Hz:
tidur sejenak), ? (8-13 Hz: bangun, relaksasi), dan ? (Ž 14 Hz: bangun,
eksitasi). Telah diketahui pula, bahwa gelombang otak ? dihasilkan
selama keadaan rileks. Oleh karenanya generasi gelombang ?
dinyatakan sebagai indeks relaksasi.
Juneja dkk (1999) telah mengukur gelombang otak para wanita yang
telah diberi asupan teanin sekali seminggu sebanyak 200 mg (dalam 100
ml) selama dua bulan. Hasilnya, gelombang otak mereka didominasi jenis
?, sementara yang minum air saja (kontrol) menunjukkan hanya sejumlah
kecil gelombang tersebut. Tampak jelas pula intensitas akumulasi
gelombang ? ini setelah 30 menit mengonsumsi teanin. Generasi
gelombang jenis ini mengindikasikan keadaan responden merasa rileks.
Teanin memang tergolong senyawa yang mudah diabsorbsi di saluran
intestinal (usus) , yang selanjutnya mengalir sampai otak. Di sinilah
teanin akan berinteraksi dengan neurotransmiter sehingga memberikan
efek terhadap emosi atau keadaan mental seseorang. Konsentrasi
neurotransmiter dopamin meningkat secara signifikan setelah menerima
asupan teanin. Hasil pengamatan Yokogoshi dkk (1998) dari Universitas

69
Shizuoka, Jepang juga menunjukkan bahwa pemberian teanin ke dalam
striatum otak melalui mikroinjeksi menyebabkan peningkatan pelepasan
dopamin. Pelepasan neurotransmiter ini akan memberikan perasaan
senang dan memperbaiki suasana hati (mood).
Menurunkan tekanan darah
Pengaturan tekanan darah telah diketahui berkaitan erat dengan neuron
katekolaminergik dan serotonegik di dalam sistem saraf otak dan
peripheral (tepi). Karena teanin dapat menurunkan neurotransmitter
serotonin, maka substansi ini juga dipercaya dapat menurunkan tekanan
darah. Penelitian yang dilakukan Yokogoshi dkk (1995) menunjukkan
bahwa pemberian teanin melalui injeksi intraperitoneal pada tikus
hipertensif, secara nyata menurunkan tekanan darahnya atau dapat
bersifat antihipertensif. Sementara, pemberian dengan glutamat yang
struktur kimianya serupa teanin, tidak memberikan aksi antihipertensif.
Boleh jadi atas kemampuannya inilah, teanin mempunyai efek yang
lembut (calm) terhadap keadaan mental atau emosi.
Sebagaimana dikemukakan di atas, pemberian asupan teanin memiliki
efek yang signifikan terhadap pelepasan dopamin dan penurunan
serotonin. Diketahui pula, kedua neurotransmiter sangat berhubungan
dengan kemampuan mengingat (daya memori) dan belajar (learning).
Oleh karena itu, sebagian peneliti berkeyakinan bahwa teanin juga dapat
memperbaiki kemampuan tersebut pada manusia. Hal ini didukung oleh
hasil pengamatan pada hewan coba yang menunjukkan terdapat efek
yang positif terhadap kemampuan kognitif tersebut.
Jadi, minum teh hijau di pagi hari sehabis bangun pagi atau pulang kerja,
saat menerima tamu, chatting dengan teman atau tea break saat istirahat
sehabis seminar atau rapat, merupakan kebiasaan yang baik lantaran
aksi L-teaninnya dapat menurunkan stress/ketegangan dan memberikan
perasaan lebih rileks dan tenang.
(Wisnu Adi Yulianto/Dosen FTP Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta)

Makna Belajar Bagi Orang Dewasa


Oleh: Ubaydillah, AN ; sumber : www.e-psikologi.com

70
“Untuk apa sekolah tinggi, toh akhirnya sama saja, bingung ke mana mencari
pekerjaan yang cocok. Ijazah akademik tidak memberi jaminan identitas yang
segagah gelarnya. Bahkan sudah tidak lagi bisa dihitung dengan jari jumlah
kawan sesama sopir taksi yang bergelar sarjana. Bukankah hidup itu yang
paling pokok adalah memiliki sumber penghasilan yang cukup untuk menutup
pengeluaran dan sisanya ditabung buat warisan, benarkan Pak?”. Begitulah
perkataan yang pernah diucapkan oleh seorang sopir taksi dalam suatu
pembicaraan santai. Logika dan pertanyaan pembenar sopir taksi itu bisa dijawab
benar dan tidak benar.
Kenyataan membuktikan semakin banyak jumlah kaum akademik yang tidak
mendapatkan pekerjaan sesuai dengan disiplin ilmu atau gelarnya. Artinya ia
menjalani pekerjaan yang semestinya tidak harus dilakukan setelah ia
menyandang gelar akademik kebanggaannya. Ambillah contoh jika seorang
sarjana pendidikan harus menjadi pedagang es keliling atau seorang sarjana
hukum ‘mencari’ makan dengan menjadi pedagang beras kaki lima. Atau sarjana
ekonomi menjadi seorang sopir taksi.
Tidak terdapat bentuk pelanggaran undang-undang apapun jika SPd menjadi
penjual es keliling, jika SH menjadi penjual beras kaki lima, atau SE menjadi
sopir taksi. Mengapa? Banyak alasan yang mendukungnya, antara lain:
1) mencari pekerjaan sama sulitnya dengan menahan godaan untuk mendapatkan
tiket surga;
2) hukumnya halal secara juridis;
3) kebutuhan harian sesaat (short term survival) yang tidak bisa ditunda;
4) pandangan lingkungan yang miring jika sarjana nongkrong di rumah. Dan
masih banyak lagi alasan lainnya.
Menjalani pekerjaan yang tidak sesuai dengan disiplin akademik memang sudah
menjadi bentuk pemakluman bersama. Persoalan akan muncul ketika pekerjaan
tersebut hanya bisa memenuhi sebagian kecil dari motivasi bekerja, misalnya
uang saja atau hanya bebas dari asumsi lingkungan yang tidak-tidak. Di sisi lain,
menjadi pengalaman kesyukuran hidup ketika ketidakcocokan tersebut membawa
anda ke dalam keadaan yang sesungguhnya menjadi kemujuran tak disengaja.
Sudah menerima gaji tinggi, simbol status sosial membanggakan, kemudian
seluruh potensi mendapat tempat pemberdayaan secara optimal, meskipun
pekerjaan itu tidak sesuai dengan latar belakang akademik anda.
Permasalahan timbul ketika individu yang melakoni pekerjaan yang tidak sesuai
latar belakang akademiknya dengan motif keterpaksaan semata dalam upaya
menghindar tekanan eksternal. Keterpaksaan inilah letak kesalahan yang
sebenarnya, bukan bidang atau job title tertentu. Mengapa? Ketika motivasinya
71
hanya terpaksa maka hidup tidak lagi berupa pilihan-pilihan untuk belajar
berkembang melainkan kepastian dan kepasrahan. Padahal kepastian dan
kepasrahan itu tidak memberinya banyak arti baik material dan non-material.
Akan sangat berbeda jika pilihan diarahkan untuk belajar, berubah, dan
berkembang.
Definisi Belajar
Salah satu iklan produk terkenal yang anda lihat kira-kira berbunyi, “Menjadi
tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan”. Anda pasti sudah memahami maksud
tersiratnya. Tanpa harus anda ciptakan, masa tua akan tiba, tetapi untuk menjadi
dewasa anda harus menciptakannya. Bagimana anda menciptakannya? Tidak lain
hanyalah belajar dengan basis kehidupan menjadi dewasa. Artinya kehidupan ini
harus dijadikan materi untuk belajar dari titik keterbatasan tertentu menuju titik
kemampuan berikutnya.
Belajar bagi orang dewasa adalah mencari untuk menemukan sesuatu tentang
hidup tidak sebagaimana anak-anak yang hanya menerima dan terkadang masih
jauh dari isu-isu kehidupan riilnya. Sejumlah definisi atau konsep yang
dikemukakan para ahli tentang definisi belajar bagi orang dewasa bisa anda
jadikan rujukan, antara lain:
1. Reg Revans (Penggagas Action Learning)
Belajar bagi orang dewasa, menurut Reg Revans (1998) adalah proses
menanyakan sesuatu bermula dari pengalaman ketidaktahuan tentang apa
yang akan dilakukan karena jawaban yang ditemukan saat itu tidak lagi valid
untuk mengatasi situasi yang sedang terjadi. Dengan kata lain, “Learning is
experiencing by exploration and discovery”.
2. Bob Sadino
Dalam banyak wawancara yang dikutip oleh sejumlah media cetak, Bob
Sadino, seorang pakar di bidang agrobisnis, seringkali melontarkan kata-kata
pendek tetapi membutuhkan penjelasan yang tidak cukup dibeberkan dalam
satu sessi seminar. Kata-kata itu tidak lain adalah: Cukup lakukan saja!
Pernyataan tersebut mengandung makna yang dalam dimana belajar
merupakan bentuk transformasi visi ke suatu tindakan lalu berakhir dengan
achievement.
3. Charles Handy
Dalam bukunya Inside Organization (1999), Charles Handy mengemukakan
bahwa siklus belajar orang dewasa diawali dengan mempertanyakan sesuatu
dengan kuriositas tinggi; menemukan jawaban-jawaban teoritis; melakukan
testing di lapangan; dan terakhir refleksi – sebuah pemahaman mengenai
72
sesuatu yang bekerja dan yang mandul di dalam diri. Thomas Edison,
seorang penemu, adalah contoh paling reliable sepanjang zaman. Dikisahkan
bahwa secara pendidikan formal akademik, Edison tergolong siswa yang
tidak hebat tetapi ia lebih banyak menggunakan waktunya untuk
mengunjungi perpustakaan publik karena Edison menemukan sesuatu yang
lebih bekerja terhadap hidupnya yang ia tidak dapatkan di bangku sekolah.
Dengan proses belajar di perpustakaan tersebut Edison menemukan pelajaran
tentang relaksasi mental. Meski tidak seorang guru pun yang
memahamkannya, tetapi naluri Edison tahu bahwa relaksasi mental lah yang
membantunya menciptakan temuan-temuan yang tercatat lebih dari 1000 hak
paten hingga ia wafat tahun 1931.
4. Alvin Toffler
Penulis buku terkenal ini mendifinisikan belajar sebagai proses
mempersiapkan cara atau strategi menghadapi situasi baru. Perangkatnya
meliputi pemahaman, aplikasi dari metodologi baru, keahlian, sikap dan
nilai.
Dari definis-definisi diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa belajar bagi
orang dewasa ternyata memiliki berbagai dimensi. Oleh karena itu menjadikan
pendidikan (education) sebagai representasi tunggal dari proses belajar tidak
jarang meninggalkan warisan mindset yang kurang menguntungkan terutama
bagi pihak atau individu yang berkemampuan rata-rata atau minus.
Lembaga sekolah, selain menciptakan birokrasi formal yang memberikan stigma
bahwa sekolah adalah escalator tunggal yang mahal harganya, juga menunjukkan
ketertinggalannya dengan kemajuan yang dicapai oleh dunia luar. Akibatnya
timbul gap antara pendidikan dengan tuntutan atau kebutuhan yang ada di
masyarakat. Hal inilah yang akhirnya menjadi dasar mengapa pengangguran
tidak bisa dihindari lagi.
Pendidikan belum sepenuhnya menjadi media yang mampu menterjemahkan
makna belajar. Hal ini karena makna belajar yang sesungguhnya adalah
melakukan sesuatu, kemudian membebaskan diri dari situasi atau tekanan yang
diakibatkan ketidaktahuan. Cara terbaik untuk mempelajari sesuatu adalah
dengan melakukannya, seperti yang ditulis oleh Rex dan Carolyin Sikes: “We
learn about a city from being there, not from a map or guide book. We learned to
walk and talk without reading instructions or following recipes. Learning is
doing something, then getting rid of the unwanted parasitic movements”.
Aplikasi Belajar
Merujuk pada sekian pandangan tentang belajar bagi orang dewasa, maka
yang perlu anda lakukan adalah menjadikannya sebagai konsep hidup
73
personal yang implementatif berdasarkan situasi dan kondisi yang anda
hadapi. Konsep tersebut harus diformulasikan ke dalam pemahaman
khusus yang anda rasakan bekerja mengubah hidup dan situasi, seperti
yang dialami Edison. Guru anda adalah situasi konkrit yang anda alami
dengan materinya berupa tantangan. Inilah makna esensial dari petuah
yang sering anda dengar bahwa mencari ilmu itu hukumnya wajib. Ilmu
yang tidak memiliki relevansi dengan situasi hidup anda oleh karena itu
menjadi tidak wajib. Bagaimana anda mendapatkannya? Ikutilah formulasi
berikut:
1. Sadari keadaan anda saat ini
Terimalah keadaan atau situasi hidup apapun saat ini dengan penuh kesadaran
karena kesadaran itu akan menjadi syarat mutlak untuk menaklukkan segala
tantangan yang menghadang. Jika anda menerimanya dengan kepasrahan atau
penolakan maka selamanya keadaan atau situasi yang tidak menyenangkan
tidak bakal meninggalkan anda. Bahkan lambat laun menciptakan lilitan yang
lebih tinggi dari kapasitas anda. Tanpa kesadaran untuk berubah, maka
perubahan situasi atau kondisi eksternal hanya memberi anda perubahan
dalam waktu singkat dan sisanya anda kembali lagi ke format lama. Bahkan
ketika anda naik jabatan mendadak, jabatan tersebut hanya anda rasakan
kenikmatannya sebentar lalu anda lupa rasanya.
2.Pahami proses
Salah satu pertanda inti dari orang dewasa adalah pemahamannya terhadap
bagaimana dunia konkritnya bekerja. Dengan memahami bagaimana sesuatu
bekerja menurut hukum alamnya, maka akan membuat anda menjadi bijak
menjalani hidup. Tidak lagi berpikir dengan mood atau menerjang kaidah-
kaidah hidup yang benar. Di samping itu, pemahaman tersebut akan
menyalurkan energi positif ketika proses sedang anda jalani. Di sinilah yang
membedakan apakah anda merasakan tantangan sebagai proses untuk
dinikmati atau proses yang anda rasakan dengan kepedihan.
3.Kemana anda akan melangkah
Setiap pekerjaan yang anda lakukan, setiap bidang yang anda geluti, setiap
profesi yang anda sandang sebenarnya sudah diciptakan tangga kastanya di
dalam. Termasuk seperti yang di alami kawan sopir taksi di atas. Ia boleh
menjadi sopir , pedagang beras kaki lima, penjual es keliling selamanya
meskipun tetap terbuka lebar peluang untuk menjadi manajer atau direktur
bahkan pemegang saham di suatu perusahaan. Tangga kasta itulah yang
menjadi simbol status anda. Dengan aplikasi prinsip belajar, maka hidup
adalah realisasi gagasan, bukan lagi intimidasi orang atau keadaan. Tetaplah
74
berjuang untuk hidup dengan imajinasi anda bukan hidup di dalam sejarah
masa lalu atau jebakan realitas sementara.
Dengan memahami makna belajar diharapkan anda dapat menjalani hidup anda
dengan penuh sukacita dan tidak didasarkan atas unsur keterpaksaan dan
kepasrahan. Terlepas apapun profesi yang anda geluti, baik yang sesuai dengan
latar belakang akademik maupun tidak, kesuksesan anda akan sangat tergantung
pada bagaimana anda memahami hal tersebut sebagai suatu proses belajar.
Semoga berguna.(jp)

Penyalahgunaan OBAT TERLARANG Di


Kalangan REMAJA/PELAJAR
Oleh dr. Ch. Hartadi, M.Si.
Pendahuluan.
Penyalahgunaan obat terlarang di kalangan remaja/pelajar merupakan masalah
yang kompleks. Kenapa? Oleh karena tidak saja menyangkut pada remaja atau
pelajar itu sendiri, tetapi juga melibatkan banyak pihak baik keluarga, lingkungan
tempat tinggal, lingkungan sekolah, teman sebaya, tenaga kesehatan, serta aparat
hukum, baik sebagai faktor penyebab, pencetus ataupun yang menanggulangi.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa puber.
Pada masa inilah umumnya dikenal sebagai masa "pancaroba" keadaan remaja
penuh energi, serba ingin tahu, belum sepenuhnya memiliki pertimbangan yang
matang, mudah terombang-ambing, mudah terpengaruh, nekat dan berani, emosi
tinggi, selalu ingin coba dan tidak mau ketinggalan. Pada masa-masa inilah
mereka merupakan kelompok yang paling rawan berkaitan dengan
penyalahgunaan obat terlarang.
Pengetahuan mengenai bahaya obat terlarang ini hanyalah merupakan salah satu
segi yang perlu disampaikan agar mereka sadar akan dampaknya terhadap
kesehatannya bahkan ancaman terhadap kehidupannya. Kalau saja semua
perilaku pada masa remaja tersebut terarah dengan baik pada hal-hal yang positif
tentunya akan dihasilkan remaja/pelajar yang berprestasi sebagai tumpuan masa
depan, tetapi sebaliknya akan menghasilkan perilaku negatif seperti kenakalan
remaja, tindak kejahatan, rusaknya fisik dan mental yang sangat merugikan
dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya.
Definisi Obat Terlarang

75
Penyalahgunaan obat atau "drug abuse" berasal dari kata "salah guna" atau "tidak
tepat guna" merupakan suatu penyelewengan penggunaan obat bukan untuk
tujuan medis/pengobatan atau tidak sesuai dengan indikasinya.
Dalam percakapan sehari-hari sering kita menggunakan kata narkotik sebagai
satu-satunya obat terlarang. Apakah memang demikian? Ternyata dari istilah-
istilah yang sedang populer sekarang seperti NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat
Adiktif lainya) atau NARKOBA (Narkotika, Psikotropika, dan bahan bahaya
lainnya), maka obat terlarang itu juga mencakup psikotropika, alkohol,
tembakau, dan zat adiktif dan yang memabukkan lainnya. Obat-obat ini apabila
digunakan secara tidak benar akan menyebabkan perubahan pikiran, perasaaan,
dan tingkah laku pemakainya serta menyebabkan gangguan fisik dan psikis dan
kerusakkan susunan saraf pusat bahkan sampai menyebabkan kematian.
Secara farmakologik, obat-obatan ini dapat menyebabkan terjadinya toleransi,
depedensi atau ketergantungan berupa adiksi dan habituasi, intoksikasi dan gejala
putus obat (withdrawal syndrome).
Dalam bidang hukum juga sudah dikeluarkan dua undang-undang, yaitu: UU
Narkotika No. 22 Tahun 1997 dan UU Psikotropika No. 5 Tahun 1997. Dalam
undang-undang tersebut, narkotika dibedakan menjadi 3 golongan, masing-
masing: Narkotika golongan I (tidak digunakan untuk tujuan medis, seperti
morfin, heroin, kokain dan kanabis). Narkotika golongan II (digunakan untuk
terapi sebagai pilihan akhir karena adanya efek ketergantungan yang kuat, seperti
petidin, metadon), dan Narkotika golongan III (digunakan untuk terapi karena
efek ketergantungannya kecil, seperi kodein, doveri).
Sedangkan dalam UU Psikotropika didefinisikan sebagai zat atau obat bukan
narkotik tetapi berkhasiat psikoaktif berupa perubahan aktivitas mental/tingkah
laku melalui pengaruhnya pada susunan saraf pusat serta dapat menyebabkan
efek ketergantungan.
Psikotropika dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan dengan
potensi ketergantungan yang sangat kuat, contoh: LSD, MDMA dan
mascalin.
2. Psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat menimbulkan
ketergantungan seperti amfetamin.
3. Psikotropika dari kelompok hipnotik sedatif, seperti barbiturat. Efek
ketergantungannya sedang.
4. Psikotropika yang efek ketergantungannya ringan, seperti diazepam,
nitrazepam.

76
Bahaya penggunaan obat terlarang.
Bahaya penggunaan obat terlarang ini dapat dibedakan menjadi bahaya dari segi
hukum dan bahaya dari segi kesehatan. Seperti diketahui dari UU Narkotika dan
UU Psikotropika maka semua orang yang terlibat dapat dikenai sanksi berupa
hukuman penjara, denda, bahkan sampai hukuman mati. Mereka yang dapat
dijerat hukum melalui undang-undang tersebut mencakup produsen, penyalur dan
pemakai dengan gradasi (tingkatan) hukuman dan denda yang bervariasi. Bahkan
orang-orang yang mempersulit penyelidikan pun dapat dijerat hukum. Denda
maksimal yang tercantum dalam undang-undang tersebut adalah sebesar Rp750
juta, sedangkan hukuman maksimalnya adalah mati.
Bahaya dari segi kesehatan sangat berbeda, tergantung dari jenis obat yang
digunakan. Yang pasti semua obat terlarang itu menyebabkan adiksi dan gejala
putus obat apabila dihentikan pemakaiannya. Adiksi yang ditimbulkan
menyebabkan si pemakai menjadi ketagihan dan membutuhkan obat tersebut
terus-menerus. Ketergantungan ini mengganggu fisik dan psikisnya.
Intoksikasi timbul akibat dosis yang dipakai berlebihan sehingga terjadi
keracunan. Intoksikasi ini umumnya menyebabkan kematian. Gejala putus obat
(withdrawal syndrome) adalah, gejala-gejala yang timbul akibat dihentikannya
pemakaian obat terlarang tersebut. Dalam keadaan ini maka fungsi normal
tubuhnya menjadi terganggu seperti, berkeringat, nyeri seluruh tubuh, demam,
mual sampai muntah. Gejala ini akan menghilang kalau diberikan lagi obat
terlarang itu. Semakin lama gejala ini akan semakin hebat. Secara farmakologik,
maka efek yang ditimbulkan oleh obat terlarang itu dapat dikelompokkan
menjadi depresan, stimulan, dan halusinogen.
Dalam kelompok depresan, maka obat terlarang ini akan menyebabkan depresi
(menekan) aktivitas susunan saraf pusat. Pemakai akan menjadi tenang pada
awalnya, kemudian apatis, mengantuk dan tidak sadar diri. Semua gerak refleks
menurun, mata menjadi sayu, daya penilaian menurun, gangguan terhadap sistem
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah). Termasuk kelompok depresan ini
ialah opioid seperti heroin, morfin dan turunannya, sedativa seperti barbiturat dan
diazepam, nitrazepam dan turunannya.
Kelompok stimulan merupakan obat terlarang yang dapat merangsang fungsi
tubuh. Pada awalnya pemakai akan merasa segar, penuh percaya diri, kemudian
berlanjut menjadi susah tidur, perilaku hiperaktif, agresif, denyut jantung jadi
cepat, dan mudah tersinggung. Termasuk dalam kelompok ini contohnya adalah
kokain, amfetamin, ekstasi, dan kafein.
Kelompok halusinogen merupakan kelompok obat yang menyebabkan adanya
penyimpangan persepsi termasuk halusinasi seperti mendengar suara atau melihat
77
sesuatu tanpa ada rangsang. Persepsi ini menjadi "aneh". Termasuk dalam
kelompok ini contohnya ialah LSD, meskalin, mariyunana/ganja. Pemakai
menjadi curiga berlebihan, mata menjadi merah dan agresif serta disorientasi.
Cara-cara pemakaian obat tersebut di atas juga sangat bervariasi, dari secara oral
sampai suntikan. Menyangkut cara penyuntikan, maka bahaya yang timbul
adalah kemungkinan terjadinya infeksi pada tempat suntik, tertularnya radang
hati (hepatitis virus B) dan HIV/AIDS. Sedangkan cara pemakaian yang dihirup
melalui hidung dapat menyebabkan pendarahan di hidung (epistakis).
Di samping obat-obat terlarang tersebut di atas, juga pemakaian tembakau dan
alkohol sangat berbahaya bagi kalangan remaja/pelajar. Tembakau yang dihisap
sebagai rokok, dari penelitian ilmiah ternyata mengandung bahan aktif lebih dari
3000 macam, termasuk nikotin, tar, CO2, CO, hidrogen sianida dan tembaga.
Seorang perokok akan dihadapkan pada resiko rusaknya jaringan paru-paru,
sesak napas, kanker paru dan penyakit jantung koroner. Pada intoksikasi akut
dapat menyebabkan kematian. Sekarang sudah banyak negara melarang
pemakaian tembakau di depan umum dan dalam setiap bungkus rokok tercantum
bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh rokok.
Alkohol merupakan zat yang mengandung etanol dengan fungsi menekan sistem
susunan saraf pusat. Dosis rendah memang membuat tubuh menjadi segar karena
bersifat merangsang. Namun pada dosis lebih besar akan timbul berbagai macam
gangguan berupa rusaknya jaringan otak, gangguan daya ingat, gangguan jiwa,
mudah tersinggung, menurunnya koordinasi otot (jalan jadi sempoyongan),
reaksi refleks menurun, kelumpuhan bahkan menyebabkan kematian.
Jadi terlihat jelas bahwa semua obat terlarang ini lebih banyak mudaratnya
(ruginya) dari pada manfaatnya, karena itu harus dijauhi oleh para remaja/pelajar.
Upaya pencegahan.
Moto bahwa, "Pencegahan lebih baik dari mengobati", akan benar-benar terbukti
dalam kasus pemakaian obat-obat terlarang. Mereka yang sudah terjerumus
sampai menimbulkan ketergantungan akan lebih sulit ditangani dan sukar
diberikan pengarahan. Umumnya sukar untuk menghentikan pemakaian obat.
Jalan satu-satunya adalah perawatan di RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan
Obat) dengan diusahakan pengurangan dosis sedikit demi sedikit sampai
akhirnya pemakaiannya berhenti sama sekali.
Tentunya biaya perawatan ini sangat mahal sekali. Dalam hal ini maka usaha
pencegahan menjadi sangat penting sekali. Usaha pencegahan yang dikenal
dengan "prevensi primer", yaitu pencegahan yang dilakukan pada saat
penyalahgunaan belum terjadi. Usaha ini antara lain:

78
1. Pembinaan kehidupan beragama, baik di sekolah, keluarga dan
lingkungan.
2. Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dengan orang tua dan
guru serta lingkungannya.
3. Selalu berperilaku positif dengan melakukan aktivitas fisik dalam
penyaluran energi remaja yang tinggi seperti berolahraga.
4. Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program/hobi baik di
sekolah maupun di rumah dan lingkungan sekitar.
5. Mengetahui secara pasti gaya hidup sehat sehingga mampu menangkal
pengaruh atau bujukan memakai obat terlarang.
6. Saling menghargai sesama remaja (peer group) dan anggota keluarga.
7. Penyelesaian berbagai masalah di kalangan remaja/pelajar secara positif
dan konstruktif.
Dengan berbagai usaha tersebut semoga kalangan remaja/pelajar dapat terhindar
dari penyalahgunaan obat terlarang. Masa remaja akan dapat dijalani dengan baik
serta membuahkan masa dewasa yang sehat dan bertanggung jawab.
dr. Ch. Hartadi, M.S., Fak. Kedoteran UKRIDA dan dokter Poliklinik BPK
Penabur KPS Jakarta

79

Anda mungkin juga menyukai