Disusun Oleh :
Yohanna Elvira (2013-070-117)
Renisa Tandyasraya (2014-070-048)
Aimee Putri Rusiana (2014-070-139)
Monika Oktaviani (2014-070-216)
Gabriella Mitra Rouli (2014-070-242)
Antonia Jessica Indrasari (2015-070-101)
Janet Wijaya (2015-070-132)
Pada kasus diatas, tanda - tanda dan gejala yang muncul pada pasien paling banyak sesuai dengan
tanda - tanda dan gejala alzheimer level 2 (mild dementia), yaitu
● Gejala alzheimer telah muncul pada pasien selama 3 tahun
● Pasien mengalami memory loss (kehilangan memori) yang parah, bahkan untuk melakukan aktivitas
sehari - hari, seperti menjaga kebersihan personal perlu diingatkan terlebih dahulu oleh anggota
keluarganya.
● Pasien mengalami apraksia (ketidakmampuan melakukan gerakan yang dikehendaki, namun bukan
dikarenakan kerusakan otot tubuh)
● Pasien mengalami gangguan kognitif level 2 atau lebih, terlihat dari adanya disorientasi pada pasien
dan ketidakmampuan pasien untuk melakukan pekerjaannya (melakukan kesalahan perhitungan yang
serius, sehingga diberhentikan dari pekerjaannya).
Selain itu, hasil tes kognitif pasien juga mendukung bahwa pasien dalam kasus di atas memiliki gejala dan
tanda - tanda alzheimer level 2 (mild dementia). Hasil tes CDR (clinical dementia rating) atau skala rating
demensia klinis memiliki skor 1 yang setara dengan CDR-SB dengan skor 4.5 menunjukkan bahwa pasien yang
memiliki skor CDR 1 diidentifikasikan sebagai mild dementia (Hughes, Berg, Danziger, Coben & Martin, 1982).
Kaur, Garnawati, Bachtia dan Sachdev (2013) juga mengusulkan rehabilitasi yang sesuai untuk pasien
demensia (alzheimer) berdasarkan empat level yang dikemukakan sebelumnya. Rehabilitasi untuk pasien
demensia (alzheimer) yang berada di level 2, terdiri dari :
Terapi stimulasi kognitif; Konseling; Berjalan; Latihan pernapasan dan relaksasi (yoga, tai chi, dll); Perubahan
ergonomis (lingkungan sekitar pasien berada); Latihan fisik (stretching, pillates, aerobik dan latihan
kardiovaskular lainnya); Latihan keseimbangan; Penggunaan transcutaneous electrical nerve (TNS) untuk
meredakan nyeri.
Oleh karena itu, rancangan rehabilitasi di bawah ini dibuat berdasarkan pada rancangan rehabilitasi
yang dikemukakan oleh Kaur, Garnawati, Bachtia dan Sachdev (2013) untuk pasien alzheimer yang berada di
level 2 (mild), yang juga menyertakan latihan fisik (aerobik, latihan kekuatan, latihan kardiovaskular lainnya).
Selain itu, didasarkan pada Yates, Orrell, Spector dan Argeta (2015), rehabilitasi kognitif untuk penderita
dementia (alzheimer) yang masih berada di tahap awal terdiri dari 7 minggu program dengan 2 sesi tiap
minggu, sehingga total terdapat 14 sesi.
PERTEM AKTIVITAS
UAN KE-
1&2 1. Latihan fisik (stretching) diiringi dengan musik sebagai aktivitas pembuka (warm up) selama kurang
lebih 5 - 10 menit (pertemuan 1 dan 2)
2. Terapi stimulasi kognitif , yaitu (Yates, Orrell, Spector & Argeta, 2015) :
● Diskusi mengenai informasi orientasi (misalnya, “sekarang jam berapa?” , “ini siapa?” (sambil
menunjuk ke anggota keluarganya) (pertemuan ke-1 & ke-2)
● Meminta pasien untuk menyanyikan lagu yang diketahui, guna menstimulasi memori pasien (TePau,
2015) (pertemuan ke-1)
● Metode chunking guna meningkatkan fungsi recall memori (pertemuan ke-2) :
Meminta pasien untuk membuat daftar belanja dengan mengurutkan item - item di dalamnya sesuai
dengan letaknya di supermarket. Kemudian, setelah beberapa saat, terapis menggunakan informasi
isyarat kepada pasien untuk mengasosiasikannya dengan angka (misalnya, 5 ekor ayam) (Kelly & Sullivan,
2015).
3. Diakhiri dengan meminta pasien untuk berjalan bersama untuk jarak dekat (pertemuan ke- 1 dan 2).
3&4 1.a. Latihan pernapasan dan relaksasi (yoga) selama kurang lebih 5 menit sebagai aktivitas pembuka
(pertemuan ke-3)
1.b. Latihan keseimbangan selama kurang lebih 5 - 10 menit sebagai aktivitas pembuka (pertemuan ke-4)
2. Terapi stimulasi kognitif , yaitu (Yates, Orrell, Spector & Argeta, 2015) :
● Diskusi mengenai berita terbaru atau pengetahuan umum (pertemuan 3 & 4)
● Face-name recall, guna meningkatkan fungsi recall memori (pertemuan ke-3) :
Menunjukkan foto diri, keluarga, teman, ataupun orang yang dikenal, dan meminta pasien mengenali
serta menyebutkan nama orang tersebut.
● Object Categorization, guna meningkatkan fungsi recognition memori pada pasien (pertemuan ke-4)
(TePau, 2015) :
Pasien diminta untuk mengkategorikan objek - objek (berupa gambar) yang ditunjukkan kepadanya
3. Diakhiri dengan meminta pasien untuk berjalan bersama untuk jarak dekat (pertemuan ke- 3 & 4)
5&6 1. Latihan fisik (misalnya, stretching, aerobic) diiringi dengan musik sebagai aktivitas pembuka (warm
up) selama kurang lebih 5 - 10 menit (pertemuan 5 dan 6)
2. Terapi stimulasi kognitif (Kelly & Sullivan, 2015) dengan:
● Metode loci, guna meningkatkan fungsi recall memori :
Memvisualisasikan /membayangkan lokasi-lokasi familiar dan benda-benda spesifik terkait lokasi
tersebut. (contohnya, “ bayangkan anda sedang dalam rumah anda, cobalah berjalan ke arah kamar
anda, sebutkan ada barang apa saja di sana, kemudian ke arah dapur, sebutkan benda apa saja di sana”)
● Face-name recall, guna meningkatkan fungsi recall memori :
Menunjukkan foto diri, keluarga, teman, ataupun orang yang dikenal, dan meminta pasien mengenali
serta menyebutkan nama orang tersebut.
3. Latihan pernapasan dan relaksasi dengan meditasi diiringi dengan lagu sebagai penutup (pertemuan 5
& 6)
7&8 1. Latihan pernapasan dan relaksasi sebagai aktivitas pembuka (pertemuan 7 & 8)
2. Terapi stimulasi kognitif , yaitu (Kelly & Sullivan, 2015) :
● Memory Vanishing Cues (pertemuan ke- 7 & 8), guna meningkatkan fungsi recall memori :
Menunjukkan gambar beberapa wajah dengan namanya. Kemudian, setiap wajah ditampilkan dengan
seluruh huruf dari namanya; kemudian, huruf dihilangkan satu per satu dimulai dari kanan ke kiri, hingga
menyisakan huruf pertama nama yang sesuai dengan wajahnya.
Pasien diminta untuk menyebutkan dengan benar nama sesuai dengan wajah yang ditampilkan, namun
tidak boleh menebak - nebak. Apabila pasien tidak memberikan respon (mengindikasikan pasien tidak
mengingat nama sesuai dengan wajah yang ditampilkan), maka kembali ke tahap selanjutnya (menarik
satu persatu huruf dari nama yang sesuai dengan wajah yang ditampilkan), hingga pasien berhasil
menyebutkan nama sesuai dengan wajahnya.
● Memory Forward Cues (pertemuan ke- 7 & 8), guna meningkatkan fungsi recall memori :
Menunjukkan gambar beberapa wajah dengan namanya. Kemudian, setiap wajah ditampilkan dengan
huruf pertama nama yang sesuai dengan wajahnya. Pasien diminta untuk menyebutkan atau menebak
nama yang sesuai dengan wajah yang ditampilkan. Apabila pasien tidak berhasil menebak, maka huruf
kedua dari nama yang sesuai dengan wajahnya ditampilkan; begitupula huruf ketiga dan seterusnya,
hingga pasien dapat menyebutkan dengan benar nama yang sesuai dengan wajahnya.
9 & 10 1. Latihan keseimbangan selama kurang lebih 5 - 10 menit sebagai aktivitas pembuka (pertemuan ke-9
& 10)
2. Terapi stimulasi kognitif , yaitu (Kelly & Sullivan, 2015) :
● Spaced Retrieval (pertemuan ke-9), guna meningkatkan fungsi recall dan retention memori
(mengidentifikasi dan melatih minimal waktu yang diperlukan pasien untuk melakukan recall dan
retention memori) :
Menunjukkan beberapa gambar wajah dengan namanya, seperti pada pertemuan sebelumnya. Namun,
pada pertemuan ini, pasien diminta untuk mengingat nama sesuai dengan wajahnya dalam interval waktu
tertentu (5 detik, 10 detik, 1 menit dan sebagainya). Pasien diminta untuk menyebutkan nama yang
sesuai dengan gambar wajah yang ditampilkan, hingga akhirnya ditemukan rentang waktu minimal,
dimana pasien dapat menyebutkan nama yang sesuai dengan wajahnya dengan benar. Rentang waktu
minimal ini dilatih terus menerus melalui spaced retrieval.
● Mnemonics (pertemuan ke- 10), guna meningkatkan fungsi retention dan recall pada pasien :
Pasien diajarkan untuk mengasosiasikan informasi yang ingin diingatnya dengan gambar visual, cerita,
puisi, akronim dari informasi tersebut (misalnya, nama salah satu anggota keluarga pasien adalah enion,
maka pasien diajarkan untuk mengasosiasikannya dengan gambar visual, yaitu “onion”)
3. Diakhiri dengan meminta pasien untuk berjalan bersama untuk jarak dekat (pertemuan ke- 9 dan
10).
11 & 12 1. Latihan fisik (misalnya, stretching, aerobic) diiringi dengan musik sebagai aktivitas pembuka (warm
up) selama kurang lebih 5 - 10 menit (pertemuan ke- 11 & 12)
2. List/object recall (pertemuan ke- 11 & 12) guna meningkatkan fungsi recall dan retention pada
pasien: Pasien diminta untuk membayangkan suatu situasi di mana ia harus mengerjakan sesuatu,
kemudian diminta untuk membuat daftar apa saja yang harus ia siapkan dan urutan langkah-langkah
yang harus dilakukan. (Misal: bayangkan ingin belanja untuk memasak nasi goreng, apa saja yang
harus dilakukan, bahan-bahan apa yang harus dibeli, dll).
3. Latihan pernapasan dan relaksasi dengan meditasi diiringi dengan lagu sebagai penutup (pertemuan
ke- 11 & 12)
13 & 14 1. Latihan keseimbangan selama kurang lebih 5 - 10 menit sebagai aktivitas pembuka (pertemuan ke-13
& 14)
2. Terapi stimulasi kognitif , yaitu (Kelly & Sullivan, 2015) :
● Metode prompting dan fading (pertemuan ke- 13 & 14), guna meningkatkan ingatan, serta
memandirikan pasien akan aktivitas sehari - hari yang dilakukannya (dalam kasus ini, menjaga
kebersihan personal) :
Pasien diberikan instruksi untuk melakukan aktivitas (baik instruksi verbal atau dicontohkan), kemudian
terapis perlahan - lahan menarik instruksi yang diberikan hingga pasien dapat melakukan aktivitas
tersebut sendiri. Terapis juga meminta keluarga pasien untuk terus menerapkan metode ini kepada
pasien, agar pasien lama - lama terbiasa untuk melakukan aktivitas sehari - hari (dalam kasus ini, menjaga
kebersihan personal) tanpa harus diberikan instruksi terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Cummings, J. L., Frank J.C., Cheey, D., Kohatsu, N.D., Kemp, B., Hewett, L., & Mittman, B. (2002). Guidelines for
managing Alzheimer’s Disease: part II. treatment. American Family Physician, Vol. 65 (12), pp. 2525-2534.
Diakses 4 Oktober 2018 dari pdfs.semanticscholar.org/5568/f078da75fd4be3858c1b7846b7b173c15dc4.pdf
Hughes, C.P., Berg, L., Danigzer, W.L., Coben, L.A., Martin, R.L. (1982). A new clinical scale for the staging of dementia.
British Journal of Psychiatry, 140, pp. 566 - 572. doi: 10.1192/bjp.140.6.566
Kaur, J., Garnawat, D., Bahtia, M.S., & Sachdev, M. (2013). Rehabilitation in alzheimer disease. Delhi Psychiatry Journal,
16(1), pp. 166 - 170. Diakses 19 September 2018 dari http://medind.nic.in/daa/t13/i1/daat13i1p166.pdf
Kelly, M.E., & Sullivan, M. (2015). Strategies and techniques for cognitive rehabilitation: Manual for healthcare
professional [e-book]. Dublin: Trinity College University of Dublin. Diakses 19 September 2018 dari
https://www.alzheimer.ie/Alzheimer/media/SiteMedia/Services/Cognitive-Rehabilitation-
Manual_1.pdf?ext=.pdf
Kolibas, E., Korinkova, V., Novotny, V., Vajdickova, K., & Hunakova, D. (2000). ADAS-cog (Alzheimer's disease
assessment scale-cognitive subscale): Validation of the slovak version. Bratislavske Lekarske Listy, 101(11), pp.
568 - 602. Diakses 19 September 2018 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11218956.
Kueper, J. K., Speechley, M., & Odasso, M. (2018). The alzheimer’s disease assessment scale–cognitive subscale (ADAS-
Cog): Modifications and responsiveness in pre-dementia populations. A narrative review. Journal of Alzheimer's
Disease 63(2), pp. 423 - 444. doi : 10.3233/JAD-170991.
Um Y.H., Choi, W.H., Jung, W.S., Park, Y.H., Lee, C.U., & Lim, H.K. (2017). A case report of a 37-year-old alzheimer’s
disease patient with prominent striatum amyloid retention. Psychiatric Investigation, Vol. 14 (4), 521-524,
diakses pada tanggal 19 September 2018 dari www.ncbi.nlm.nih.gov.
Steckl, C. (2015). Diagnosis of alzheimer's disease: Neuropsychological testing [blog-article]. Diakses 19 September 2018
dari https://www.mentalhelp.net/articles/diagnosis-of-alzheimer-s-disease-neuropsychological-testing/
TePau. (2015). A guide to cognitive stimulation therapy. Diakses 19 September 2018 dari
https://www.tepou.co.nz/uploads/files/resource-assets/a-guide-to-cognitive-stimulation-therapy.pdf
Yates, L.A., Orrell, M., Spector, A., & Orgeta, V. (2015). Service users’ involvement in the development of individual
Cognitive Stimulation Therapy (iCST) for dementia: a qualitative study. BMC Getriatics, 15(4), pp. 1 - 10. Doi :
10.1186/s12877-015-0004-5