dr. M. Herwindrio P
Pembimbing:
dr. S. B. Rianawati, Sp. S(K)
01 02
PENYAKIT ALZHEIMER PREVALENSI (DA) TERUS
ADALAH PENYEBAB UTAMA MENINGKAT SEIRING
DEMENSIA DI AMERIKA DENGAN MENINGKATNYA
SERIKAT, TERHITUNG 55% USIA RATA-RATA PENDUDUK.
HINGGA 70% KASUS
Inisiasi Evaluasi Demensia
Keluarga khawatir
tentang
Pasien dibawa anggota
keluarga
penurunan status
kognitif atau
perilaku pasien
Tidak mengenali
Pasien kurang wawasan kebutuhan untuk
evaluasi
Pasien menceritakan
masalah gangguan
ingatan, kesulitan Tahap awal
menemukan kata, atau demensia
kelambatan dalam
mengingat nama
Langkah 1. Penetapan
apakah seseorang dapat
ditetapkan menjadi
demensia atau tidak
secara klinis
Langkah 2. Dilakukan
setelah menegakkan
diagnosis dementia
Evaluasi dengan
pemeriksaan
Kriteria Diagnostik
1.Gangguan memori
2.Satu atau lebih gangguan kognitif berikut:
a) Afasia
b)Apraksia
c) Agnosia
d)Gangguan dalam fungsi eksekutif
Riwayat
Riwayat
penyakit
pengobatan
serebrovaskular,
dan kondisi
penyakit
medis yang saat
sistemik, dan
ini sedang
faktor risiko
dialami
infeksi.
Riwayat trauma
Riwayat
kepala berat,
penggunaan
depresi atau
obat, riwayat
penyakit
penyalah
kejiwaan
gunaan alkohol
lainnya,
Evaluasi Status Kognitif
30
Pemeriksaan Sensorimotor
Mencari bukti tanda-tanda lesi UMN
Tanda-tanda serebelum
Pemeriksaan Laboratorium
• Hitung darah
lengkap, elektrolit,
American Academy of kalsium, glukosa,
Neurology BUN, kreatinin, tes
merekomendasikan fungsi hati, tes
pemeriksaan : fungsi tiroid, B12
dan serologi sifilis.
Neuroimaging
• CT-Scan dan MRI
o Untuk menyingkirkan potensi adanya kelainan struktural
o Atrofi sering ditemukan pada pasien demensia degenarif Tidak
dapat dijadikan patokan diagnosis
o 10% pasien dementia didapatkan lesi structural, 5% tidak tedapat
adanya gejala
o Pemeriksaan imaging dapat membantu diagnosis pada kasus
demensia dengan gejala yang atipikal FTD Hipoperfusi di lobus
anterior
Tes Neuropsikologis
Tes neuropsikologis
saat ini bukan bagian
dari pemeriksaan
rutin pasien dengan
possible demensia.
Analisis pungsi lumbal dengan cairan serebrospinal (CSF) tidak lagi menjadi
bagian dari evaluasi rutin demensia.
Prosedur ini sesuai bila didapatkan ada kecurigaan salah satu dari berikut:
Infeksi SSP (misalnya, demam, sakit kepala), meningitis karsinomatosa, serologi
sifilis reaktif, onset subakut, atau presentasi demensia atipikal lainnya, atau jika
demensia terjadi di bawah usia 50 tahun.
Diindikasikan juga ketika ada bukti bahwa pasien mungkin menderita proses
inflamasi atau vaskulitis atau ketika pasien mengalami imunosupresi.
EEG
Elektroensefalogram (EEG) saat ini juga bukan bagian dari evaluasi demensia
standar.
Analisis EEG kuantitatif telah menunjukkan pola aktivitas listrik abnormal yang
terlihat lebih sering pada penyakit Alzheimer daripada penuaan normal
Biopsi dipertimbangkan
dalam kasus di mana ada
20-25% biopsi serebral
Saat ini, biopsi otak pada kekhawatiran tentang
untuk demensia tidak
pasien dengan demensia kemungkinan proses
menghasilkan diagnosis
sangat jarang dilakukan. infeksi, inflamasi,
yang spesifik
vaskulitis, atau
demielinasi atipikal.
Kondisi Normal vs Abnornal