1 Klasifikasi Demensia
Adapun klasifikasi demensia berdasarkan Group Health, terbagi menjadi:
A. Stadium Awal:
Lupa kejadian yang baru saja terjadi
Penurunan kemampuan dalam berhitung
Kesulitan menyelesaikan tugas, seperti merencanakan makan malam untuk
tamu, membayar tagihan, atau mengelola keuangan
Melupakan sejarah diri seseorang
Menjadi moody, khususnya dalam situasi sosial atau tantangan mental
B. Stadium Ringan:
Mulai kekosongan dalam ingatan, mulai membutuhkan bantuan dalam aktivitas
harian. Pada stadium ini terdapat gejala:
Tidak bisa mengulang alamat atau nomor telpon atau asal sekolah sendiri
Bingung sekarang berada dimana dan hari apa
Memiliki permasalahan dalam berhitung
Membutuhkan bantuan memilih pakaian berdasarkan musim atau tujuan
Masih mengingat hal detail mengenai dirinya dan keluarga
Tidak membutuhkan bantuan saat makan atau ke toilet
C. Stadium Lambat:
Ingatan menjadi semakin buruk, perubahan personalitas membuat
membutuhkan bantuan sehari-hari. Pada stadi ini, individu menjadi:
Ketidaksadaran akan kejadian yang baru terjadi disekelilingnya
Mengingat nama sendiri tapi kesulitan dengan sejarah diri sendiri
Dapat membedakan wajah familiar dan bukan familiar namun sulit
mengingat nama pasangan atau pramuwedha
Membutuhkan bantuan berpakaian, apabila tidak dibimbing, dapat keliru
seperti memakai piyama dalam pakaian harian atau memakai sepatu dengan
kaki yang salah
Perubahan pola tidur, seperti tidur sepanjang hari dan menjadi gelisah pada
malam hari
Membutuhkan bantuan ke kamar mandi
Semakin meningkatnya permasalahan dalam mengontrol kandung kemih
Pengalaman personal dan kepribadian berubah termasuk menjadi curiga dan
berkhayal (seperti menganggap pramuwedha adalah penipu) memaksa,
mengulang kebiasaan (seperti meremas tangan atau merobek tisu)
Cenderung keluyuran sendiri atau hilang
D. Stadium Akhir:
Pada stadium ini, akan didapatkan:
Masih dapat berbicara kata atau kalimat, namun membutuhkan bantuan
dalam keseharian, seperti makan atau menggunakan toilet
Kurangnya kemampuan untuk merespon lingkungan atau masuk dalam
percakapan
Kurangnya tersenyum, duduk tanpa bantuan, dan menggenggam tangannya
Hilangnya kemapuan dalam mengontrol perpindahan:
- Refleks menjadi abnormal
- Otot menjadi kaku
- Gangguan menelan
2.4.1 Anamnesis
2.5 Tatalaksana
Tujuan utama penatalaksanaan pada seorang pasien demensia adalah mengobati
penyebab demensia yang dapat dikoreksi dan menyediakan situasi yang nyaman dan
mendukung bagi pasien.
Stimulasi Kognitif
Stimulasi kognitif menghasilkan dampak klinis yang positif pada fungsi kognitif
pederita demensia. Pada stadium awal, dokter harus mengusahakan berbagai aktivitas
dalam rangka mempertahankan status kesehatan pasien, seperti melakukan latihan
(olahraga ringan), mengendalikan hipertensi dan berbagai penyakit lain, imunisasi
terhadap pneumokokkal dan influenza, higienitas mulut dan gigi, serta mengupayakan
kacamata dan alat bantu dengar apabila terdapat gangguan penglihatan atau
pendengaran.
Memakai kacamata, alat bantu dengar jika dibutuhkan. Memakai walker dan
quad canes lebih dianjurkan dan pemakaian kursi roda sebaiknya dihindari. Serta
pemakaian alat lain yang mengkompensasi kemunduran kognitif pasien dan ingatan
termasuk modifikasi lingkungan, tugas sederhana, dan aktivitas yang cocok.
Desain Lingkungan
Apabila penderita dipindahkan ke panti wedha merupakan malapetaka bagi
pasien yang tidak dapat mengingat dan memfamiliarkan lingkungan baru. Untuk
mengurangi reaksi malapetaka, sebaiknya ruangan pasien memiliki jendela, kalender
yang besar (ditandai dari hari ke hari), jam yang besar, sebaiknya digital. Foto keluarga
dan barang-barang personal sebaiknya dibawa, dianjurkan pula untuk langganan koran.
Kunjungan dari keluarga dan teman yang rutin juga diperlukan.
Aktivitas Rekreasi
Aktivitas rekreasi memberikan kesempatan pada penderita demensia untuk
sibuk dalam aktivitas yang berarti dan terkadang digunakan untuk memfasilitasi
kebutuhan berkomunikasi, self esteem, pengertian identitas dan produktivitas. Aktivitas
yang dilakukan sebagai ekspresi diri seperti menggambar, bermain musik, seni, prakarya,
memasak, bermain games dan berinteraksi dengan hewan peliharaan. Pelatihan asah
otak juga penting, seperti bermain kartu dan menyusun puzzle.
Pada fase lanjut, hal yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar
pasien seperti nutrisi, hidrasi, mobilisasi, dan perawatan kulit untuk mencegah ulcus
decubitus (Rochmah, 2009; SIGN 2006).
Donepezil ditoleransi dengan baik dan digunakan secara luas. Takrin jarang
digunakan karena potensial menimbulkan hepatotoksisitas. Tidak satupun dari obat-
obatan tersebut dapat mencegah degenerasi neuron progresif. Donepezil dimulai
padadosis 5 mg perhari, dan dosis dinaikkan menjadi 10 mg perhari setelah1 bulan
pemakaian. Dosis rivastigmin dinaikkan dari 1,5 mg 2 kali perhari menjadi 3 mg 2 kali
perhari, kemudian 4,5 mg, hingga dosis maksimal 6 mg. Dosis dapat dinaikkan pada
interval antara 1-4 minggu. Sementara galantamin diberikan dengan dosis awal 4 mg 2
kali perhari, dinaikkan menjadi 8 mg dan kemudian 12 mg. Dosis dapat dinaikkan pada
obat-obatan tersebut pada interval antara 1 sampai 4 minggu, efek samping umumnya
lebih minimal bila peningkatan dosisnya dilakukan lebih lama. Pemakaian obat-obatan
tersebut dapat meningkatkan fungsi kognitif terutama pada penderita demensia ringan
dan sedang. Selain itu lebih dapat mempertahankan kemampuan untuk aktivitas
kehidupan sehari-hari, lebih sedikit timbul perubahan perilaku, lebih tidak tergantung
kepada pramuwedha dan lingkungan sekitar, serta dapat menunda masuk ke panti
werdha (Rochmah, 2009).
L-glutamate merupakan perangsang utama neurotransmitter pada susunan
syaraf pusat, hal ini melibatkan transmisi neuron, pembelajaran, mengingat, dan
plastisitas neuron. Peningkatan perangsangan aksi L-glutamate bermain peran dalam
patogenesis Penyakit Alzheimer. Afinitas rendah antagonis N-metil-D-aspartat seperti
memantine dapat mencegah perangsangan neurotoksisitas asam amino tanpa
mencampuri aksi glutamat yang penting dalam pembelajaran dan mengingat. . Diberikan
pada demensia sedang dan berat. Memantine diberikan 20 mg per hari (SIGN, 2006).
Antioksidan yang memberikan hasil yang cukup baik adalah alfa tokoferol
(vitamin E). Dengan mempertimbangkan stres oksidatif sebagai salah satu dasar proses
menua yang terlibat pada patofisiologi penyakit Alzheimer. Vitamin E digunakan sebagai
pencegahan primer demensia dengan fungsi kognitif normal. Efek terapi vitamin E pada
penderita demensia maupun gangguan kognitif ringan hanya bermanfaat apabila
dikombinasi dengan kolinesterase inhibitor (Rochmah, 2009).
American Psychiatric Association, 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, 4th Edition.
Group Health. 2012. Dementia and Cognitive Impairment Diagnosis and Treatment
Guideline. December 2012
National Chronic Care Consortium (NCCC), 2003. Tools for Early Identification, Assessment, and
Treatment for People with Alzheimer’s Disease and Dementia.
Rochmah W, Murti KH. 2009. Demensia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam hal 837-
844. Jakarta: Interna Publishing.