Anda di halaman 1dari 13

SKENARIO 3

Monday, August 1, 2022 10:35 PM


Curiga
Seorang perempuan berusia 65 tahun datang ke Puskesmas diantar oleh asisten rumah
tangganya dengan keluhan sering terbangun pada malam hari tanpa sebab yang jelas sejak 2
bulan yang lalu. Sebelumnya pasien sudah pernah berkonsultasi ke dokter dan disarankan
untuk melakukan sleep hygiene dan sudah silakukan oleh pasien namun tetap masih sering
terbangun pada malam hari. Pasien menjadi tidak ingin bersosialisasi dengan tetangganya
sejak +3 bulan yang lalu. Pasien mengeluh sudah lama tidak dikunjungi oleh anak dan
menantunya dan curiga bahwa menantunya melarang anaknya untuk mengujunginya. Pada
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi
80x/menit, frekuensi napas 22x/menit, suhu 36,6oC. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan
status mental dan fungsi luhur.

STEP 1
Sleep sebagai perilaku atau kebiasaan, kondisi lingkungan, dan berbagai faktor lain
hygiene yang dapat meningkatkan kualitas tidur, durasi tidur yang cukup, dan
meningkatkan kesiapan menjalani hari, contohnya seperti menghindari konsumsi
kafein, menghindari nikotin, menghindari alkohol, olahraga, manajemen stress,
mengatur jadwal tidur, dan menghindari tidur siang.
Status Pemeriksaan status mental adalah bagian dari pemeriksaan klinis
Mental neuropsikologi yang menggambarkan tentang keseluruhan pengamatan
pemeriksa dan kesan tentang pasien psikiatrik saat wawancara, yang meliputi
penampilan, pembicaraan, tindakan, persepsi dan pikiran selama wawancara.
Fungsi Pemeriksaan fungsi luhur merupakan suatu prosedur penilaian status
luhur neuropsikologis dan kemampuan kognitif suatu individu. Menekankan
pentingnya pemeriksaan fungsi kortikal luhur dilakukan terutama karena dapat
mempertajam pendeteksian kelainan di otak, terutama fungsi kognitif.

STEP 2
1. Mengapa pasien dapat mengeluhkan sering trbangun pada malam hari tanpa sebab
dan tidak membaik dengan sleep hygiene?
2. Mengapa pasien mengeluh tidak ingin bersosialisasi dan mencurigai menantunya
melarang anaknya untuk mengunjunginya?
3. Bagaimana pemeriksaan status mental dan fungsi luhur yang dapat dilakukan pada
pasien?

STEP 3 & 4
1. Mengapa pasien dapat mengeluhkan sering trbangun pada malam hari
tanpa sebab dan tidak membaik dengan sleep hygiene?

Hal tersebut dapat berhubungan dengan Insomnia yang terjadi pada lansia/geriatri
dimana berhubungan dengan perubahan-perubahan yang terjadi selama proses transisi
menuju ke fase lanjut usia yang teriri dari berbagai gejala dan tanda yang disebut
sindrom geriatri.

Adanya masalah-masalah dalam hidup geriatri, penyakit



gangguan jam tidur

gangguan tidur itu dapat disebabkan karena
keluhan sulit masuk tidur, adanya tekanan dalam dirinya

SKENARIO 3 Page 1

adanya tekanan dalam dirinya itu
disebabkan karena adanya gangguan cemas, depresi, delirium, demensia.

Gangguan Mental yang dapat berkaitan


Depresi Delirium Demensia
Etiologi Faktor Genetik Faktor Predisposisi Tidak Dapat Dimodifikasi
Pada generasi pertama, Demensia, depresi, riwayat Usia: usia 60 tahun atau lebih tua
2-10x lebih sering delirium post-operasi memiliki risiko yang lebih tinggi karena
mengalami depresi sebelumnya, multiple terjadi proses penuaan yang semakin
berat. Anak biologis medications, usia lanjut, berkembang. Saat itu otak manusia
dari orang tua yang penyakit neurologis (stroke, semakin mengkerut dengan
terkena gangguan parkinson), multiple pertambahan jumlah sel yang telah
mood beresiko untuk comorbid conditions, mati.
mengalami gangguan gangguan
mood. penglihatan/pendengaran, Genetik: terdapat dua jenis gen yaitu
ketidakmampuan gen risiko (ApoE4) dan gen determinan
Faktor Biokimia fungsional, ketergantungan (terdiri dari tiga protein yaitu amyloid
Hipotesis monoamine: alkohol, isolasi sosial precursor protein (APP), presenilin-1
Kekurangan (PSEN-1), dan presenilin-2 (PSEN-2).
norepinefrin dan Faktor Pencetus
serotonin di otak (Presipitasi) Riwayat Keluarga: seseorang dengan
berkaitan dengan riwayat keluarga (orangtua, saudara
gangguan mood. Penyakit akut berat: laki-laki maupun perempuan)
memiliki penyakit Alzheimer memiliki
Faktor Psikososial • Intoksikasi zat risiko lebih tinggi untuk menderita
• Putus zat (alkohol, penyakit demensia Alzheimer.
Model Kognitif Back: 3 amfetamin, LSD, dll)
serangkai dari pikiran- Jenis kelamin: Wanita tampaknya lebih
• Konsumsi obat: steroid, beresiko mengalami penurunan
pikiran negatf medikasi jantung,
mengenai diri sendiri, kognitif karena adanya peranan level
antihipertensi, hormon seks endogen dalam
dunia, dan masa antineoplasma,
depan. perubahan fungsi kognitif.
antikolinergik, dll
Dapat Dimodifikasi
• Kondisi medis umum:
penyakit SSP, penyakit Faktor risiko kardiovaskuler: Hipertensi
sistemik (infeksi, luka usia pertengahan, hiperkolesterolemia
bakar, defisiensi nutrisi, dll), pada usia pertengahan, diabetes
gangguan metabolik, gagal mellitus, dan stroke semuanya telah
ginjal/hepar, dll terbukti berhubungan dengan
peningkatan resiko kejadian demensia.
Gaya hidup

Patofisiologi Kurangnya norepinefrin Terjadi peningkatan aktivitas Hilangnya neuron kolinergik,


dan serotonin di otak. kolinergik, dopaminergik, glutamatergik, noradrenergik, dan
dan serotonergik. serotoninergik akibat peningkatan
pembentukan dan pengurangan
pembersihan (clearance) peptida
amyloid-β.
Manifestasi Gejala utama pada Berdasarkan aktivitas Defisit Kognitif
Klinis derajat ringan, psikomotor (tingkat • Memory loss; susah mengingat,
sedang, dan berat: kesadaran, aktivitas, agnosia (gangguan komunikasi,
• Afek depresi perilaku): kehilangan barang
• Dyspasia; anomia (susah
• Kehilangan minat dan Delirium Hiperaktif mengingat nama benda/orang,
kegembiraan aphasia (gg. Menulis dan
• Berkurangnya energi Pada pasien terjadi agitasi,
berbicara)
yang menuju psikosis, labilitas mood,
penolakan untuk terapi • Dyspraxia/apraxia (gg.
meningkatnya Pergerakan dan
keadaan yang mudah medis, dan tindakan
koordinasi/merencanakan
lelah (rasa lelah yang dispruptif lainnya.
sesuatu)
nyata sesudah kerja Delirium Hipoaktif • Tidak bisa menghitung
sedikit saja) dan • Impaired judgment & problem
menurunnya aktivitas. Pasien tampak bingung, solving skill
lethargia, mengantuk,
linglung, dan malas.

SKENARIO 3 Page 2
Depresi Delirium Demensia
Manifestasi Gejala penyerta lainnya: Delirium Campuran Gejala Psikiatrik Non-Kognitif
Klinis • Konsentrasi dan perhatian Penderita sering menunjukkan
• Depresi
berkurang • Gejala Psikotik;
perubahan gejala dari delirium halusinasi, delusi,
• Harga diri dan hiperaktif ke delirium curiga
kepercayaan diri hipoaktif atau sebaliknya.
berkurang • Gangguan non-
Pasien mengalami gangguan psikotik yang
• Gagasan tentang rasa tidur, pada siang hari merusak; agresif (fisik
bersalah dan tidak mengantuk, tetapi pada maupun verbal),
berguna malam hari terjadi agitasi dan hiperaktif, tidak
• Pandangan masa depan gangguan sikap. kooperatif,
yang suram dan pesimistis menentang,
• Gagasan atau perbuatan melakukan kegiatan
membahayakan diri atau berulang-ulang
bunuh diri
• Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang

2. Mengapa pasien mengeluh tidak ingin bersosialisasi dan mencurigai


menantunya melarang anaknya untuk mengunjunginya?

Tidak ingin bersosialisasi termasuk juga dalam sindrom geriatri yaitu Isolasi/Depresi

Menurut Freud dan Kart Abraham


berpendapat bahwa adanya proses berkabung akibat hilangnya orang yang
dicintainyamisalnya kebugaran yang sudah tidak muda lagi, salah satu dari
pasangan yang meninggalkan pasangan lainnya

dapat mempengaruhi ke dalam individu

sehingga dapat menyatu dari bagian individu tersebut.

SKENARIO 3 Page 3
Tidak ingin bersosialisasi juga termasuk ke dalam salah satu gejala utama depresi

Mencurigai menantunya yang melarang anaknya untuk mengunjunginya termasuk ke


dalam gejala non-kognitif pada demensia yang juga dapat menjadi gejala psikotik

SKENARIO 3 Page 4
Gejala-gejala tersebut juga berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif, mental/fungsi
intelektual pada lansia yang dimana terdapat beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan:
Otak
• Volume otak kurang lebih 350 gram pada saat kelahiran kemudian meningkat
menjadi 1375 gram pada usia 20 tahun, tetapi volume otak mulai menurun
pada usia 45-50 tahun. Penurunan volume sebanyak 0.86% per tahun,
meningkat menjadi 1.18% per tahun setelah usia 50 tahun, dan 1.85% per tahun
setelah mencapai usia 70 tahun.
• Otak mengandung lebih 100 juta sel termasuk diantarnya sel neuron yang
berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. Neuron dapat
mengirim signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam.
Pada penuaan, otak kehilangan 100.000 neuron/tahun.
• Pada lansia, sulci pada permukaan otak melebar sedangkan gyrus akan
mengecil. Pada orang muda, rasio antara subtansia grisea dan substansia alba
1 : 28, sedangkan pada lansia menurun menjadi 1 : 13. Terjadi penebalan
meningeal, atropi cerebral (berat otak menurun 10% antara usia 30-70 tahun).
Secara berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang, disusul
membengkaknya batang dendrit dan batang sel.
Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat
deposit lipofusin (pigmen wear & tear yang terbentuk di sitoplasma,
kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria).
• RNA, mitokondria, dan enzym sitoplasma menghilang, terjadi inklusi dialin
eosinofil dan badan Levy, neurofibriler menjadi kurus, degenerasi
granulovakuole, dan korpora amilasea menyebar pada jaringan otak.
→ Berbagai perubahan degeneratif ini meningkat pada individu lebih
dari 60 tahun dan menyebabkan pada fungsi kognitif terjadi penurunan
kemampuan fungsi intelektual, berkurangnya kemampuan transmisi
saraf di otak yang menyebabkan proses informasi menjadi lambat,
banyak informasi hilang selama transmisi, berkurangnya kemampuan
mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori.
Hormon • Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang berperan dalam
Seksual fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus.
• Rendahnya level estradiol dalam tubuh telah dikaitkan dengan penurunan
fungsi kognitif umum dan memori verbal. Estradiol diperkirakan bersifat
neuroprotektif dan dapat membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta
terlihat sebagai protektor sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien PA.
→ Wanita tampaknya lebih beresiko mengalami penurunan kognitif
karena adanya peranan level hormon seks endogen dalam perubahan
fungsi kognitif.

Faktor yang dapat dipertimbangkan yang erkaitan dengan mental/fungsi intelektual


Sistem • Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan
saraf penyusutan neuron, dengan potensial 10% kehilangan yang diketahui pada
otonom usia 80 tahun.
• Pusat pengendali saraf otonom adalah medula spinalis, batang otak, dan
hipotalamus. Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab terjadinya
gangguan otonom pada usia lanjut adalah penurunan asetilkolin, dopamin,
dan noradrenalin/norepinefrin.
• Perubahan pada ‘neurotransmisi’ pada ganglion otonom yang berupa
penurunan pembentukan asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh
penurunan enzim utama kolin-asetilase. Selain itu, terdapat perubahan
morfologis yang mengakibatkan pengurangan jumlah reseptor kolin.
• Jalur dopaminergik antara korteks bagian frontal dan corpus striatum
menurun, jumlah dopamine yang menurun (kadar dopamine menurun sekitar
10% setiap dekade sejak dewasa), reseptor yang berkurang atau ikatan
dengan reseptor yang berkurang seiring dengan penuaan.
→ Distribusi neuron kolinergik, norepinefrin, dan dopamine yang tidak
seimbang, dikompensasi oleh hilangnya sel-sel, menghasilkan penurunan
fungsi kognitif, termasuk fungsi intelektual.

SKENARIO 3 Page 5
Perubahan Fisiologis dan Patologis Fungsi Kognitif pada Lansia
Sistem Fisiologi Patologi
Sistem Sistem Saraf Pusat Saraf Pusat
Saraf
- Gangguan intelektual, agilitas mental, daya pemikiran - Demensia
abstrak akan menghilang, gangguan persepsi, analis, dan - Delirium
integrasi input sensorik menurun. Gangguan intelektual, - Depresi
agilitas mental, daya pemikiran abstrak akan menghilang, - Penyakit
gangguan persepsi, analis, dan integrasi input sensorik Parkinson
menurun. - Ganguan kognitif
- Berkurangnya sedikit massa otak - Daya nilai dan
- Berkurangnya aliran darah otak dan terganggunya lokalisasi rasa
autoregulasi perfusi nyeri akan
- Proliferasi astrosit menghilang
- Berkurangnya meilin dan total lipid otak - Predisposisi jatuh
- Berubahnya neurotransmiter, termasuk dopamin dan dan cedera.
serotonin
- Meningkatkanya aktivitas monoamin oksidase Saraf Perifer
- Berkurangnya reseptor glukokortikoid hipokampal
- Melambatnya proses sentral dan waktu reaksi - Hipotensi postural
simtomatik
Sistem Saraf Perifer
Otoregulasi di
- Hilangnya neuron motor spinal sirkulasi serebral
- Berkurangnya sensasi getar, terutama dikaki rusak, mudah
- Berkurangnya sensitivitas terminal (hangat-dingin) terjadi jatuh.
- Berkurangnya amplitude aksi dan potensial saraf sensorik

- Berkurangnya ukuran saraf yang termielinasi

- Meningkatnya heterogenitas selaput akson mielin

Fungsi - Kemampuan meningkatkan fungsi intelektual berkurang


Kognitif - Berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak, menyebabkan
proses informasi melambat dan banyak informasi hilang
selama transmisi
- Berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru
dan mengambil informasi dari memori
Kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik
dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru
saja terjadi

Perubahan Fisiologis dan Patologis pada Mental Lansia


Sistem Fisiologis Patologis
Mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : - Depresi
- Ganguan
1. Pertama perubahan fisik, khususnya organ perasa. bipolar
2. Kesehatan umum - Delusional
3. Tingkat pendidikan - Kecemasan
4. Keturunan - Ganggaun
bipolar
5. Lingkungan - Gangguan
6. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian. skizofrenia
7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

8. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan


dengan teman dan keluarga
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.

SKENARIO 3 Page 6
SKENARIO 3 Page 7
3. Bagaimana pemeriksaan status mental dan fungsi luhur yang dapat
dilakukan pada pasien?

Pemeriksaan Status Mental


Deskripsi
Umum
Penampilan Interpretasi:
• Keadaan umum: tampak sehat/ sakit
• Bentuk dan postur tubuh: lurus/ membungkuk
• Ketenangan: tenang/kacau
• Terlihat sesuai usia/ lebih tua/ lebih muda/ seperti anak-anak
• Pakaian, rambut, kuku: kerapihan, kebersihan
• Dandanan: bersifat seperti wanita/ seperti laki-laki
Tanda-tanda kecemasan: tangan basah, dahi berkeringat, gelisah,
tubuh tegang, suara tegang, mata melebar
Perilaku dan Interpretasi: Mannerisme, tics (gerakan berulang dan cepat),
Aktivitas berkejang-kejang (twitches), stereotipik, ekopraksia, janggal/kikuk
Psikomotorik (clumsy), tangkas (agile), pincang (limp), kaku, lamban, hiperaktif,
agitasi, melawan (combative), bersikap seperti lilin (waxy), dll

Sikap Interpretasi: Kooperatif, penuh perhatian, menarik perhatian,


Terhadap menantang (frack), sikap bertahan/berhati-hati (guarded), apatis,
Pemeriksa bermusuhan, merendahkan/main-main, mengelak (evasive).
Bicara Interpretasi:
Cepat/lambat, memaksa (pressure), ragu-ragu (hesitant), emosional,
monoton, keras, membisik (whispered), mencerca (slurred), komat-
kamit (mumble), gagap, ekolalia, bernada (pitch), berkurang (ease),
spontan, bergaya (manner), bersajak (prosody)
Mood dan
Afek
Mood → Suatu emosi yang meresap dan bertahan yang mewarnai persepsi
seseorang terhadap dunianya.
Interpretasi: Depresi, berputus asa (despairing) atau kecewa, mudah
tersinggung (irritable), cemas, menakutkan (terrify), marah, meluap-
luap (expansived), ketakutan, euforia (perasaan nyaman atau
gembira berlebihan), hampa, rasa bersalah, perasaan kagum (awed),
sia-sia (futile), merendahkan diri sendiri (self–contemptuous),
anhedonia (kehilangan minat), alexithymic (sulit memahami atau
mengungkapkan emosi)

SKENARIO 3 Page 8
Afek → Respon emosional pasien yang tampak, digambarkan sebagai meningkat,
normal, menyempit, tumpul dan datar.

Interpretasi:
*Afek pasien: normal, meningkat atau luas, menyempit atau terbatas,
tumpul atau datar, dangkal (shallow).
*Jumlah dan kisaran dari ekspresi perasaan: sukar dalam memulai, menahan
(sustaining), atau mengakhiri respons emosinal.
Keserasian → Serasi atau tidak serasi dengan afek
Mengamati keserasian respon emosional (afek) terhadap masalah subjektif
yang didiskusikan pasien.
Contoh: pasien mempunyai afek yang datar ketika berbicara tentang impuls
membunuh.
Pikiran
Produktivitas Interpretasi: Ide yang meluap-luap (overabundance of ideas), kekurangan
ide (paucity of ideas), ide yang melompat-lompat (flight of ideas), berpikir
cepat, berpikir lambat, berpikir ragu-ragu (hesitant thinking), pikiran
mengalir (stream of thought), kutipan dari pasien (quotation from patient),
apakah pasien bicara secara spontan ataukah menjawab hanya bila
ditanya.
Bentuk Pikir Interpretasi:
1. Realistik: Cara berpikir sesuai kenyataan atau realita yang ada.
2. Non realistik: Cara berpikir yang tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Autistik: Cara berpikir berdasarkan lamunan/ fantasi/
halusinasi/wahamnya sendiri
4. Dereistik: Cara berpikir dimana proses mentalnya tidak ada sangkut
pautnya dengan kenyataan, logika atau pengalaman.
Arus Pikir Interpretasi:
1. Evasive: Bersifat mengelak
2. Distractibility: Pikiran kacau
3. Ramblin: Melantur
4. Sirkumstansial: Pembicaraan yang berputar-putar tapi sampai pada
tujuan pembicaraan.
5. Tangensial: Pembicaraan yang berputar-putar tapi tidak sampai pada
tujuan pembicaraan.
6. Asosiasi longgar: Pembicaraan tidak ada hubungan antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lainnya, dan klien tidak menyadarinya.
Blocking: Pembicaraan tiba-tiba berhenti, disambung kembali beberapa
saat, namun tidak
Gangguan Interpretasi:
Bahasa
1. Koheren: Kalimat/pembicaran dapat dipahami dengan baik.
2. Inkoheren: Kalimat tidak terbentuk, pembicaraan sulit dipahami.
3. Assosiasi bunyi: Mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan
bunyi
4. Neologisme: Membentuk kata-kata baru yang tidak difahami oleh umum.
Isi Pikir Interpretasi:
1. Obsesif: Pikiran yang selalu muncul meski klien berusaha
menghilangkannya
2. Phobia: Ketakutan yang pathologis/tidak logis terhadap obyek atau situasi
tertentu

SKENARIO 3 Page 9
Isi Pikir 3. Ekstasi: Kegembiraan yang luar biasa
4. Fantasi: Isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diinginkan
5. Bunuh diri: Ide bunuh diri
6. Pikiran magis: Keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal
yang mustahil/diluar kemampuannya
7. Alienasi: Perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda atau asing
8. Rendah diri: Merendahkan atau menghina diri sendiri, menyalahkan diri sendiri
tentang suatu hal yang pernah atu tidak pernah dilakukan
9. Pesimisme: Mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal dalam
hidupnya
10. Ideas of reference: Pembicaraan orang lain, benda-benda atau suatu kejadian
yang dihubungkan dengan dirinya.
11. Waham:
• Waham agama: Keyakinan salah terhadap suatu agama secara berlebihan
• Waham kebesaran: Keyakinan salah bahwa dirinya orang yang sangat kuat,
berkuasa, penting, atau terkenal
• Waham kejaran (persekutorik): Keyakinan salah bahwa ada orang yang
bermaksud berbuat kurang baik pada dirinya (melukainya atau mendorong
agar dirinya gagal)
• Waham rujukan: Keyakinan salah bahwa tingkah orang lain ditujukan
kepadanya, membicarakan dirinya, memfitnah, meminta untuk melakukan
sesuatu
• Waham erotomania: Keyakinan salah yang biasanya pada perempuan, merasa
yakin bahwa seseorang mengejar-ngejar dan mencintainya
• Waham cemburu: Keyakinan salah tentang pasangannya yang tidak setia
• Waham somatik: Keyakinan salah tentang tubuhnya dan dikatakan secara
berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan
• Waham nihilistik: Keyakinan salah bahwa diri dan lingkungannya atau dunia
tidak ada, lenyap, atau menuju kiamat
• Waham bersalah/dosa: Keyakinan salah bahwa ia telah berbuat dosa atau
kesalahan yang besar yang tidak bisa diampuni
• Waham kendali, dibagi menjadi:
➢ Sisip pikir “thought insertion”: keyakinan bahwa isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya
➢ Sedot pikir “thought withdrawal”: isi pikirannya ditarik keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal)
➢ Siar pikir “thought broadcasting”: keyakinan bahwa isi pikirannya tersiar
keluar sehingga orang lain dapat mengetahuinya
Kontrol pikir “thought echo”: keyakinan bahwa isi pikirannya dikrontrol oleh
kekuatan dari luar yang berulang dan bergaung di kepala

Persepsi
Halusinasi → Kesalahan persepsi tanpa ada stimulus (obyek) yang nyata.

SKENARIO 3 Page 10
Ilusi → Kesalahan persepsi yang timbul terhadap stimulus (obyek) yang nyata
Depersonalisasi → Mengalami atau merasakan bahwa dirinya tidak nyata, berubah
bentuk, atau asing
Derealisasi → Merasakan bahwa lingkungan sekitarnya berubah, tidak nyata, atau
asing
Sensorium dan
Fungsi Kognitif
Kewaspadaan Interpretasi: Composmentis/apatis/delirium/somnolen/sopor/semi-
dan Tingkat coma/coma
Kesadaran
Orientasi Menanyakan tentang waktu, tempat, orang, dan situasi:
Waktu: “Sekarang hari apa? tanggal, siang/malam? jam berapa
sekarang?
Tempat: Di mana kita saat ini? kerjanya apa?”
Orang: “Siapa yang mengantar/ menunggui anda? anda kenal
mereka ?”
Situasi: “Bagaimana suasana saat ini? ramai?
Daya Ingat Interpretasi:
Amnesia, tidak mampu mengingat sebagian/seluruh
masa lalu. Jenis:
a. Anterograd, hilangnya ingatan setelah titik waktu kejadian
b. Retrogard, hilangnya ingatan sebelum titik waktu kejadian.
Paramnesia, atau ingatan palsu, terjadi distorsi ingatan
dari pengalaman sesungguhnya. Jenis:
a. Konfabulasi, ingatan palsu untuk mengisi kekosongan memori,
sering pada demensia
b. DejaVu, ingatan palsu terhadap pengalaman baru, merasa
mengenali situasi baru padahal belum pernah terjadi
Konsentrasi dan Interpretasi:
Perhatian
1. Distraktibilitas, tidak mampu memusatkan dan mempertahankan
perhatian, konsentrasinya mudah teralih oleh berbagai stimulus
disekitarnya. Sering ditemukan pada gangguan cemas dan maniak.
2. Inatensi selektif, tidak mampu memusatkan perhatian pada objek
atau situasi tertentu, biasanya
3. pada situasi yang membangkitkan kecemasan. Contohnya seorang
fobia disuruh memusatkan perhatian pada objek fobianya.
4. Kewaspadaan berlebih, pemusatan perhatian berlebihan terhadap
stimulus eksternal dan internal, pasien tampak sangat tegang.

Kemampuan Pasien diminta membaca dan mengikuti apa yang diperintahkan serta
Membaca dan menulis kalimat sederhana tapi lengkap.
Menulis
Kemampuan Pasien diminta mencontoh suatu gambar, seperti jam atau segilima.
Visuospasial

SKENARIO 3 Page 11
Pikiran Menanyakan arti peribahasa sederhana, persamaan dan perbedaan benda.
Abstrak

Contoh: “bagaimana perbedaan antara apel dan pear?”


Tingkat Perhitungan, pengetahuan umum: pertanyaan harus relevan dengan latar
Pengetahuan belakang tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi pasien
Insight/Tilikan → Kesadaran dan pemahaman pasien terhadap keadaan sakitnya.
Interpretasi:
1. Derajat 1: Menyangkal total terhadap keadaan sakitnya.
2. Derajat 2: Sedikit menyadari keadaan sakitnya dan memerlukan
pertolongan, tetapi pada saat yang bersamaan menyangkal dan masih
menolak sakitnya.
3. Derajat 3: Menyadari keadaan sakitnya, tetapi menyalahkan orang lain
atau adanya faktor luar lainnya/faktor fisik sebagai penyebabnya.
4. Derajat 4: Menyadari keadaan sakitnya disebabkan karena sesuatu yang
tidak diketahui dalam diri pasien.
5. Derajat 5: Menyadari sakitnya; bahwa gejala dan kegagalan dalam
penyesuaian sosial karena perasaan irrasional tertentu/adanya gangguan
dalam diri pasien, tetapi tidak menerapkan kesadaran ini pada
pemahaman di kemudian hari (intellectual insight).
6. Derajat 6: Kesadaran emosional dari perasaan dalam diri pasien dan
orang-orang penting dalam diri pasien, di mana pemahaman tersebut
sampai mengubah perilaku pasien (true emotional insight).

Skrinning
MMSE INSTRUMEN MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Untuk menilai fungsi kognitif global sebagai alat penapis demensia
(pertimbangkan umur dan lama pendidikan)
Cara pelaksanaan:
Berikan Skor 1 pada setiap jawaban pertanyaan yang benar.

SKENARIO 3 Page 12
MMSE Interpretasi dari hasil skor MMSE:

- Skor 0-10 : fungsi kognitif global buruk


- Skor 11-20: fungsi kognitif global sedang
- Skor 21 – 30: fungsi kognitif global masih relatif baik
Geriatric Pemeriksaan lanjutan akan menunjukkan adanya mood depresi yang sering
Depression disangkal pasien atau kehilangan minat akan hal-hal yang menjadi
Scale kebiasaannya. Iritabilitas (cepat marah, cepat tersinggung) kadang-kadang
(GDS) merupakan masalah yang dikemukakan. Rasa bersalah, keluhan fisik dan
kecemasan sering tampil sebagai gejala yang menonjol. Skrining depresi dapat
dilakukan dengan instrumen Geriactric Depresion Scale (GDS)

Interpretasi:

- Jumlah skor diantara 0-5 menunjukkan kemungkinan besar tidak ada gangguan
depresi
- Jumlah skor diantara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar ada gangguan
depresi
- Jumlah skor 10 atau lebih menunjukkan ada gangguan depresi

Insomnia Kuesioner skrining insomnia ini merupakan alat yang digunakan dokter untuk
Rating evaluasi klinis insomnia atau skrining gangguan tidur primer. Berdasarkan aturan
Scale umum di bawah ini, dokter harus melakukan evaluasi klinis lengkap dan/atau
merujuk ketika diperlukan.
Dasar diagnostik:
• Insomnia: pertanyaan 1-6
• Gangguan psikiatrik: pertanyaan 7- 10
• Kelainan ritme Sirkadian: pertanyaan 11
• Kelainan gerakan: pertanyaan 12-13
• Parasomnia: pertanyaan 14
• Gangguan bernapas saat tidur (sleep apnea): pertanyaan 15-17

SKENARIO 3 Page 13

Anda mungkin juga menyukai