Anda di halaman 1dari 34

Schizophrenia and Psychotic

Disorders

dr. High Boy K Hutasoit, Sp.KJ


RSJD Provinsi Lampung
2022
STRUKTUR KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA DAN PERILAKU

Gangguan 1. Gangguan organi F0 Gangguan mental organik, termasuk


mental organik dan simtomatik gangguan mental simtomatik
2. Gangguan akibat F1 gangguan mental dan perilaku akibat
alkohol dan penggunaan alkohol dan zat psikoaktif
obat/zat lainnya
Gangguan 1. Skizofrenia dan F2 Skizofrenia, gangguan skizotipal dan
mental psikotik gangguan yang gangguan waham
tekait
2. Gangguan afektif F3 Gangguan suasana perasaan
(mood[afektif])
Gangguan 1. Gangguan F4 Gangguan neurotik, gangguan
neurotik dan neurotik somatoform dan gangguan yang
gangguan berkaitan dengan stres
kepribadian
2. Gangguan F5 Sindrom perilaku yang berhubungan
kepribadian dan dengan gangguan fisiologis dan faktor
perilaku masa fisik
dewasa
F6 Gangguan kepribadian dan perilaku
masa dewasa
Gangguan masa 1. Retardasi mental F7 Retardasi Mental
kanak, remaja
dan 2. Gangguan masa F8 Gangguan perkembangan psikologis
perkembangan kanak, remaja
F9 Gangguan perilaku dan emosional
dan
perkembangan dengan onset biasanya pada masa kanak
dan remaja
GG PSIKOTIK

ORGANIK FUNGSIONAL

F 0x. F 2x.

F 3x.

F 4x.
G. Neurotik
Kondisi yang Menimbulkan Psikosis
• Gangguan psikiatri:
– Skizofrenia dan gangguan terkait,
• Gangguan medik
– Trauma fisik, epilepsi lobus temporalis, demensia,
penyakit neurologik dan endokrin, kelainan
metabolik
• Gangguan penyalahgunaan zat
– Terutama amfetamin dan halusinogen
Mengapa Psikosis relevan bagi pekerja
Puskesmas?
• Prevalensi – Riskesdas 2013
– Nasional = 1,7‰ (1,7 per seribu)
• Dampak yang dramatis pada individu,
keluarga, dan masyarakat
– Pelanggaran HAM
• Sering diabaikan
• Dapat dilakukan tatalaksana yang efektif di
layanan primer
Penyebab Psikosis

Faktor Biologik Faktor Psikologik

Faktor Sosial
SKIZOFRENIA
INTRODUKSI
• Psikopatologi berat dan beragam  aspek kognisi,
emosi, persepsi dan perilaku
• Awitan biasanya sebelum usia 25 th, berlangsung
seumur hidup
• Bisa diderita oleh semua kalangan sosial-ekonomi
• Manifestasi klinik, respon terhadap terapi dan perjalanan
penyakit berbeda-beda antar penderita
• Diagnosis ditegakkan semata-mata berdasarkan riwayat
penyakit dan pemeriksaan status mental; pemeriksaan
lab diagnostik (-)
EPIDEMIOLOGI

• Di AS prevalensi seumur hidup 1%


• Angka kejadian pada pria = wanita; awitan penyakit pada pria
lebih dini (10-25 thn) dibandingkan dengan pada wanita (25-
35 thn); bila awitan terjadi sesudah usia 45 thn, disebut “late
onset schizophrenia”
• Keluarga biologik tingkat pertama penderita mempunyai risiko
10 kali lebih besar dari masyarakat umum untuk menderita
skizofrenia
ETIOLOGI

GENETIK

• Makin dekat hubungan keluarga dengan penderita, makin


besar risiko untuk juga menderita skizofrenia
• Prevalensi skizofrenia pada populasi tertentu :
Populasi Prevalensi (%)
Masyarakat umum 1
Saudara kandung 8
Anak dari salah satu orang tua yg menderita skizofrenia 12
Saudara kembar dizigot 12
Anak dari kedua orang tua yg menderita skizofrenia 40
Saudara kembar monozigot 47
Etiologi......
BIOKIMIA
• Dopamin : aktifitas dopaminergik yang berlebihan diangap
merupakan penyebab skizofrenia.
• Serotonin : aktivitas serotonin yang berlebihan dianggap
mendasari munculnya gejala gejala positif dan negatif
• Norepinefrin : anhedonia, sering didapatkan pada penderita
skizofrenia dan diduga disebabkan oleh degenerasi neuronal
pada “norepinephrine reward neural system”.
• GABA : neuron GABAnergik mempunyai sifat inhibitif dan
meregulasi aktivitas dopamin
• Glutamat : mengkonsumsi fensiklidin, suatu antagonis
glutamat, dapat menimbulkan gejala gejala skizofrenia akut
• Asetilkholin dan nikotin : berperan pada fungsi kognitif yang
sering dikeluhkan terganggu pada penderita skizofrenia.
Etiologi.....

NEUROPATOLOGI

• Pada akhir abad ke 20 para peneliti berhasil menemukan kemungkinan


dasar dasar neuropatologi skizofrenia (sistim limbik, ganglia basalis,
korteks serebral, thalamus dan batang otak)
• Berkurangnya volume otak penderita skizofrenia dikaitkan dengan
kemungkinan berkurangnya densitas akson, dendrit dan sinaps yang
memediasi fungsi asosiatif otak.
• Sistim limbik : berperan pada kendali emosi  ukurannya mengecil pada penderita
skizofrenia (amigdala, hipokampus, girus parahipokampus)
• Korteks prefrontal : didapatkan kelainan anatomi pada korteks prefrontal penderita
skizofrenia
• Thalamus : terjadi pengurangan volume atau kehilangan neuron (30-45%)
Etiologi.....

• Ganglia basalis dan serebelum : bertanggungjawab pada kendali gerakan


 banyak penderita skizofrenia memperlihatkan “odd movements”
(canggung, menyeringai, gerakan stereotipik)
• Sirkuit neural : skizofrenia mungkin sebenarnya didasari oleh kelainan
sirkuit neural
• Elektrofisiologi : kelainan EEG sering didapatkan pada penderita skizofrenia
• Disfungsi gerakan bola mata : didapatkan pada 50-85% penderita skizofrenia 
merupakan marka “trait” skizofrenia
• Psikoneuroimunologi : beberapa kelainan imunologi didapatkan pada penderita
skizofrenia
• Psikoneuroendokrinologi : didapatkan perbedaan neuroendokrin antara penderita
skizofrenia dengan kelompok kontrol
Etiologi....

PSIKOSOSIAL DAN PENDEKATAN PSIKOANALITIK


Perjalanan penyakit skizofrenia dipengaruhi oleh strresor stresor
psikososial yang dialami penderita, selain juga bawaan psikologis
masing masing penderita

Pendekatan psikoanalitik
Sigmund Freud : skizofrenia disebabkan oleh fiksasi pada
perkembangan psikologis  konflik intrapsikis karena fiksasi
dini dan defek ego karena relasi obyek awal yang buruk,
mendorong berkembangnya gejala gejala psikotik
TANDA DAN GEJALA

• Tidak ada yg patognomonik  heteroanamnesis, riwayat


hidup penting; gejala bisa berubah dengan berjalannya waktu
• Premorbid : gejala gejala premorbid, tampak sebelum awitan
proses sakit (pendiam, pasif, introvert)
• Prodromal : gejala gejalanya sering sudah tampil beberapa
bulan-tahun sebelum skizofrenianya manifest  keluhan
somatik, gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan kegiatan
pribadi dan mulai mengembangkan pikiran pikiran (aneh)

• Gambaran umum : tampilan bervariasi, agitatif-agresif tanpa


provokasi yg jelas, kusut – sangat rapih, membisu, mematung,
sikap tubuh yg aneh, canggung, perawatan diri pada
umumnya buruk; “precox feeling”  pemeriksa secara
intuitif merasa tidak dapat membentuk raport yg baik
dengan penderita
Tanda dan gejala......
• Mood, perasaan, afek : respon emosional berkurang atau
terlalu responsif dan tidak proporsional
• Gangguan persepsi : halusinasi (semua alat indera), paling
sering adalah halusinasi dengar  berbicara langsung pada
penderita atau seperti suara orang lain yang sedang
membicarakan penderita dan halusinasi lihat. Bila ada
halusinasi raba, cium dan kecap, perlu dipikirkan
kemungkinan dasar kelainan medik atau neurologik; bila ada
halusinasi dan ilusi sekaligus, perlu dipikirkan kemungkinan
penggunaan zat psikoaktif
• Gangguan pikiran : merupakan gejala pokok skizofrenia 
gangguan isi pikiran, gangguan bentuk pikiran, gangguan
proses pikiran
Tanda dan gejala....
• Impulsivitas, tindak kekerasan, bunuh diri dan pembunuhan : penderita
skizofrenia sering melakukan tindakan tertentu secara tiba tiba (impulsif);
bunuh diri merupakan sebab utama kematian prematur penderita
skizofrenia (upaya bunuh diri dilakukan oleh 20-50% penderita, berhasil
10-13%, 20 kali lebih tinggi dari populasi umum); risiko membunuh, tidak
berbeda dengan masyarakat umum, biasanya tanpa alasan yang jelas 
halusinasi, delusi
• Sensori dan kognisi : orientasi (orang, tempat, waktu), pada umumnya
tidak terganggu,
• Daya nilai dan wawasan penyakit : secara umum, wawasan penyakit
penderita skizofrenia buruk
• Reliabilitas : penderita skizofrenia mempunyai reliabilitas yang sama
dengan penderita gangguan psikiatrik lain; pernyataan penderita perlu
diinterpretasi secara bijak dan diuji silang dengan keterangan dari pihak
lain (teman, keluarga)
DIAGNOSIS

PEDOMAN PENGGOLONGAN DAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA


DI INDONESIA III ~ ICD 10

• Diagnosis multiaksial :Aksis 1, gangguan klinis atau kondisi lain


yang merupakan perhatian klinis; aksis 2, ggn kepribadian,
retardasi mental; aksis 3, kondisi medis umum; aksis 4,
problem psikososial dan lingkungan; aksis 5, penilaian fungsi
secara global (1-100)
• Hierarki diagnosis : ggn mental organik  skizofrenia, ggn
skizotipal, ggn waham dan ggn psikotik lain  ggn suasana
perasaan ggn neurotik, ggn somatoform dan gangguan yang
berkaitan dengan stres  sindrom perilaku yg berhubungan
dengan ggn fisiologis dan faktor fisik  ggn kepribadian dan
perilaku masa dewasa
Diagnosis....

PEDOMAN PENGGOLONGAN DAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA


DI INDONESIA III ~ ICD 10
a. “thought echo”, “thought insertion or withdrawal”, “thought
broadcasting”
b. Waham dikendalikan, waham dipengaruhi  gerakan tubuh, pikiran,
perbuatan, perasaan
c. Halusinasi yang membicarakan atau mengomentari perbuatan
penderita; halusinasi yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d. Waham waham menetap lain  tema keagamaan, politik,
“kemampuan istimew” yg tidak sesuai dengan latar belakang budaya
penderita
e. Halusinasi yang menetap
f. Alur pikir yang terputus, tersisip inkoherensi, irelevansi, neologisme
g. Perilaku katatonik  gaduh gelisah, “posturing”, fleksibilitas seres,
negativisme, mutisme, stupor)
h. Gejala gejala “negatif”  apatis, hilangnya minat, respon emosional
tumpul, penarikan diri secara sosial, malas, “self-absorbed attitude”
i. Perubahan perilaku konsisten dan menyeluruh
Þ Syarat diagnosis, sedikitnya ada satu (bila sangat jelas) atau dua (bila
kurang jelas) dari gejala kelompok a-d, atau sedikitnya dua dari gejala
kelompok e-h, selama kurun waktu satu bulan
PRINSIP PENATALAKSANAAN

• Medikasi dengan obat antipsikotik tetap merupakan terapi


utama skizofrenia, intervensi psikososial meningkatkan hasil
pengobatan
• Hospitalisasi, dilakukan untuk memastikan diagnosis,
stabilisasi medikasi, menjaga keselamatan penderita,
optimalisasi perawatan diri dan membangun dasar dasar
hubungan penderita dengan sisitim dukungan di masyarakat
• Farmakoterapi : Obat antipsikotik (DA, SDA) mengurangi
ekspresi gejala psikotik dan kekambuhan, tetapi dpt
menimbulkan efek samping mirip peny Parkinson
Medikasi antipsikotik

• Untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut secara tepat,


sebaiknya memulai terapi antipsikotik secepatnya sesudah
penilaian.

• Pertimbangkan terapi intramuskular akut jika terapi oral tidak


mungkin dilaksanakan. Jangan meresepkan injeksi depo/jangka
panjang untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut secara
tepat.

• Resepkan satu antipsikotik dalam 1 waktu (monoterapi).


• “Start low, go slow”: Mulai dengan dosis rendah yang ada
dalam kisaran terapeutik (lihat tabel medikasi antipsikotik
untuk detilnya) dan naikkan dosis secara perlahan hingga
mencapai dosis efektif terendah, untuk tujuan menurunkan
risiko efek samping.

• Coba melakukan terapi pada dosis optimum sedikitnya


4 – 6 minggu sebelum mempertimbangkan bahwa obat
tersebut tidak efektif.

• Haloperidol atau Klorpromazin oral sebaiknya ditawarkan


secara rutin pada orang dengan gangguan psikotik.
23.4 Antipsikosis
DOEN 2013 DOEN 2015
flufenazin --- cairan inj i.m. 25 mg/mL (dekanoat)
haloperidol tab 0,5 mg ---
tab 1,5 mg tab 1,5 mg
tab 2 mg tab 2 mg
tab 5 mg tab 5 mg
tts 2 mg/mL tts 2 mg/mL
inj i.m. 5 mg/mL cairan inj i.m.5 mg/mL (HCl)
inj 50 mg/ml cairan inj 50 mg/mL (dekanoat)
klorpromazin tab salut 25 mg tab salut 25 mg
tab salut 100 mg tab salut 100 mg
inj i.m.5 mg/mL inj i.m.5 mg/mL
risperidon --- tab 2 mg
Obat Antipsikotik di Layanan Primer
Medikasi Haloperidol Klorpromazin Risperidon

Dosis Awal 1,5 – 3 mg 50 – 75 mg 1 – 3 mg


Dosis Efektif Tipikal (mg) 3 – 20 mg/hari 75 – 300 mg/hari* 2 – 8 mg

Cara Pemberian Oral; Intramuskular (HCl untuk Oral Oral, Intramuskular


psikosis akut; dekanoat untuk
rumatan)
Efek samping bermakna
Sedasi + +++ +
Kencing tersendat + ++ +
Hipotensi ortostatik + +++ +
Efek samping +++ + + (bergantung dosis)
ekstrapiramidal**
Sindrom Neuroleptik Jarang Jarang Jarang
Maligna***
Tardive dyskinesia**** + + +
Perubahan EKG + + +
Kontraindikasi Hipersensitivitas, kesadaran Hipersensitivitas, kesadaran Hipersensitivitas terhadap
menurun, penyakit Parkinson menurun, penyakit risperidon
Parkinson

* Dosis lebih hingga mencapai 1 g mungkin diperlukan pada kasus-kasus yang berat.
** Gejala-gejala Ekstrapiramidal di antaranya reaksi distonia akut, tik, tremor, rigiditas otot dan roda gerigi (cogwheel).
***Sindroma Neuroleptik Maligna merupakan gangguan yang jarang tapi berpotensi mengancam nyawa. Dtandai dengan kekakuan otot,peningkatan suhu tubuh dan tekanan darah.
**** Tardive dyskinesia adalah efek samping jangka panjang dari medikasi antipsikotik yang ditandai oleh gerakan-gerakan otot yang involunter, khususnya wajah, tangan, dan dada.
Obat Antipsikotik Injeksi
Medikasi Haloperidol HCl Haloperidol Dekanoat Flufenazin Dekanoat

Cara Pemberian Injeksi intramuskular, injeksi Injeksi intramuskular Injeksi intramuskular


intravena
Sifat Aksi pendek (short acting) Aksi panjang (Long Aksi panjang (Long
acting)/Depot acting)/Depot
Indikasi Untuk mendapatkan efek Untuk terapi rumatan Untuk terapi rumatan
yang cepat dalam (maintenance) pada kasus (maintenance) pada kasus
mengendalikan gejala psikotik yang sulit untuk obat oral yang sulit untuk obat oral
Tidak boleh Terapi rumatan Kondisi kedaruratan Kondisi kedaruratan
digunakan untuk
Tempat Injeksi Deltoid, gluteal, vena Gluteal Gluteal

Dosis percobaan -- 25 mg 12,5 mg

Rentang Dosis 2,5 – 10 mg 12,5 – 75 mg 6,25 – 50 mg

Interval Pemberian 1 jam (kedaruratan) 4 minggu 2 – 5 minggu

Sediaan 5 mg/ml 50 mg/ml 25 mg/ml


FASE PENGOBATAN

• Psikosis Akut : mengurangi segera gejala gejala psikotik yang


berat (agitasi), berlangsung 4-8 minggu; kombinasi
antipsikotik dengan benzodiazepine cepat menenangkan
penderita; untuk penderita yang sangat agitatif, suntikan
intramuskuler obat antipsikotik memberi hasil yang lebih
cepat
• Stabilisasi dan pemeliharaan : tujuan pengobatan adalah
mencegah kekambuhan dan meningkatan kemampuan
fungsional penderita; pengobatan 1-2 thn mungkin belum
cukup, sedangkan untuk yang multiepisoda, dianjurkan
sedikitnya selama 5 tahun, meskipun banyak juga ahli yang
menyarankan seumur hidup
• “Non-compliance” : terjadi pada 40-50% penderita setelah 1-2
tahun pengobatan  atasi dengan pemberian obat injeksi
jangka panjang
TERAPI BIOLOGIK LAIN
• Terapi kejang listrik (ECT), pada awitan sakit sama efektifnya dengan
medikasi antipsikotik; kombinasi antipsikotik dan ECT dianggap dapat
meningkatkan efektifitas terapi
TERAPI PSIKOSOSIAL
• Latihan ketrampilan sosial, memperbaiki relasi penderita dengan orang
lain dan meningkatkan keikutsertaan pada kegiatan harian di masyarakat
• Terapi keluarga, membantu penderita dan keluarga berinteraksi secara
baik dirumah
• Terapi kelompok, CBT, terapi vokasional, terapi seni dll
Psikoedukasi:
Pesan untuk Orang dengan Psikosis
• Kemampuan orang tersebut dapat dipulihkan;
• Penting: melanjutkan aktivitas sosial yang biasanya,
pendidikan, dan pekerjaan  sejauh memungkinkan;
• Penderitaan dan masalah dapat dikurangi dengan
pengobatan;
• Penting: minum obat secara teratur;
• Hak setiap orang: dilibatkan dalam setiap keputusan yang
diambil berkaitan dengan pengobatannya;
• Penting: menjaga kesehatan dengan diet sehat, melakukan
aktivitas fisik secara aktif, mempertahankan perawatan diri.
Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang dengan
gangguan psikotik (1)
• Orang dengan psikosis mungkin mendengar suara-suara atau
menyakini secara jelas sesuatu yang salah.
• Orang dengan psikosis sering tidak menyadari bila dirinya sakit
dan kadang menjadi bersikap kasar..
• Harus ditekankan: Pentingnya pengenalan akan
kambuhnya/memburuknya gejala-gejala dan perlunya
penilaian ulang.
• Perlu ditekankan: pentingnya melibatkan orang dengan
psikosis dalam aktivitas keluarga dan sosial lainnya.
• Anggota-anggota keluarga sebaiknya tidak melakukan kritik
yang terus menerus atau keras atau bersikap kasar terhadap
anggota keluarga yang mengalami gangguan psikosis.
Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang dengan
gangguan psikotik (2)
• Orang dengan psikosis sering didiskriminasi meskipun
seharusnya mereka menikmati hak asasi manusia yang sama
dengan semua orang
• Orang dengan psikosis mungkin memiliki kesulitan
– untuk pulih, atau
– untuk berfungsi dalam lingkungan hidup atau lingkungan kerja yang
penuh stres.
• Secara umum, lebih baik seseorang tinggal bersama keluarga
atau anggota masyarakat di lingkungan yang mendukung di
luar lingkup rumah sakit.
– Perawatan di rumah sakit dalam waktu yang lama sebaiknya dihindari.
Follow-up (1)
• Orang dengan psikosis diminta untuk datang kontrol
secara teratur.
• Follow-up awal sebaiknya sesering mungkin, bahkan
setiap hari, sampai gejala akutnya mulai berespons
dengan pengobatan.
– Setelah gejala-gejala menunjukkan respons, kontrol satu
kali sebulan atau satu kali dalam 3 bulan dapat
direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan klinis, faktor-
faktor yang mungkin laksana seperti ketersediaan staf,
jarak dari klinik, dll.
Follow-up (2)
• Pelihara harapan dan optimisme yang relistis selama
terapi.
• Di setiap follow-up, lakukan penilaian gejala, efek
samping obat dan kesetiaan terhadap pengobatan.
– Ketidaksetiaan terhadap pengobatan umum terjadi dan
pelibatan pelaku rawat adalah penting dalam periode
tersebut.
• Nilai dan kelola kondisi medis penyerta.
• Nilai kebutuhan akan intervensi psikososial di setiap
kunjungan follow-up.
PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS
• Gejala awal biasanya mulai tampak pada masa remaja lalu
dalam beberapa hari sampai bulan berkembang menjadi
gejala gejala prodromal, dipicu oleh perubahan sosial atau
lingkungan tertentu; sekitar satu tahun atau lebih, baru terjadi
awitan gejala gejala psikotik yang jelas (overt)
• Ditandai oleh remisi dan eksaserbasi
• Gejala positif biasanya menjadi lebih ringan dengan
berjalannya waktu, tetapi gejala negatif akan bertambah berat
• Dalam masa 5-10 tahun setelah hospitalisasi pertama hanya
10-20% penderita skizofrenia yang mempunyai prognosis baik
• Prognosis penderita skizofrenia lebih buruk dari penderita
gangguan mood; kegagalan kembali ke kondisi awal
kemampuan fungsional membedakan skizofrenia dari
gangguan mood
• Sepertiga penderita skizofrenia dapat menjalani kehidupan
yang marginal, sebagian besar hidup tanpa tujuan, tidak
punya kegiatan, sering dirawat di rumah sakit; di daerah
urban biasanya hidup menggelandang dan miskin; sekitar 20-
30% penderita skizofrenia dapat hidup relatif normal, 20-30%
tetap mempunyai gejala sedang dan 40-60% terganggu oleh
penyakitnya seumur hidup
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai