Anda di halaman 1dari 32

LBM 1 TINGKAH LAKU ANEH SGD 01

STEP 1
Halusinasi :

Gangguan persepsi tanpa objek.


Suatu persepsi panca indra tanpa rangsangan pada reseptor reseptor
panca indra.
Akustik phonema :
Akustik : Pendengaran
Phonema : Suara yang jelassepertidibicarakanolehmanusia
Akustik Phonema : gangguan halusinasi pada pendengaran dengan
mendengarkan suara suara kata kata yang jelas
(Tes) Fungsi Global :
Fungsi Global meliputipsikologi, social, okupasi
Waham Paranoid :

Kecurigaanseseorang yang
berlebihanatautidakrasionaldantidakmempercayai orang lain
atausuatukeyakinankokoh yang salahdantidaksesuaidenganfakta
Ada tigamacam : Wahamkejar(Merasasepertidikejardengansesuatu),
Wahamkebesaran (Merasapunyakekuatan), Wahamrujukan (Merasa
orang lain atautetanggamembicarakandirinya)
ZatPsikoaktif :

Suatubahanatauzat yang
bekerjassecaraselektifterutamapadaotaksehinggamenyebabkanperuba
hanperilaku, emosi, persepsidankesardaran system sarafotak
Stressor Psikososial :
Suatutekanan yang bias
mempengaruhipikiranseseorangsehinggabisamerubahataumempengar
uhipikirantersebut.
FungsiOkupasi :

Fungsipengaturanfungsitubuhataufisiologistubuh, sepertiaktifitas
FungsiPsikososial :
Fungsiinteraksidengan orang lain
STEP 4

Akut
GangguanJiwa Stressor

Kronik

Psikotik Non-Psikotik

AnamnesisPxPenunjangDiagnosisTerapi

STEP 7
1. Bagaimana anatomi dan fungsi otak dalam gangguan jiwa?
2. Apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa?
Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM III:
Sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik
cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) atau hendaya (impairement/disability) di dalam
satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan,
disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi perilaku,
psikologik, atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak di
dalam hubungan antara orang itu dengan masyarakat.

Konsep gangguan jiwa dari DSM IV (yang merupakan rujukan dari PPDGJ-
III)
Suatu sindrom atau pola perilaku atau psikologis yang secara klinis
bermakna, disertai adanya penderitaan (gejala yang menyakitkan) atau
kecacatan (gangguan fungsi) atau dengan peningkatan risiko yang
bermakna atau kehilangan kebebasan secara penting, apapun
penyebabnya dianggap sebagai manifestasi dari disfungsi perilaku,
psikologis, atau biologis pada individu.

Dari konsep tersebut di atas, dapat dirumuskan bahwa di dalam konsep


gangguan jiwa didapatkan butir-butir :
a. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa :
- Sindrom atau pola perilaku
- Sindrom atau pola psikologik
b. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress),
antara lain dapat berupa : rasa nyeri, tidak nyaman, tidak
tenteram, terganggu, disfungsi organ tubuh, dll.
c. Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk
perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian,
makan, kebersihan diri, dll).
Sumber : buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III
dan DSM-5
3. Apa saja pembagian gangguan jiwa?
Menurut Yosep (2007) penggolongan gangguan
jiwa dan dibedakan menjadi :
a. Gangguan jiwa ringan (Neurosa)
Neurosa ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis
dimana tidak ada rangsangan yang spesifik yang menyebabkan kecemasan
tersebut.
Akibat adanya pertentangan konflik jiwa. Yang terjadi di luar tidak sesuai
dengan harapan.
Timbul gangguan : pusing, insomnia, anoreksia.

b. Gangguan jiwa berat (Psikosa)


Psikosis merupakan gangguan penilaian yang menyebabkan
ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya,
terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis dapat pula
diartikan sebagai suatu kumpulan gejala atau sindrom yang berhubungan
gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan merupakan gejala
spesifik penyakit tersebut.
Organik
Ada kelainan di otak. Seperti trauma, infeksi, gg vaskularisaasi
Fungsional
Tidak ada gangguan di otak, penyebabnya idiopatik. Ada gangguan
pada neurotransmitternya.
Delerium
Dementia
Sindroma Amnestik dan halusinosis organic
Sindroma waham organic
Ggn. Mental Organik
Sindroma afektif organic
Sindroma Kepribadian
organik Intoksikasi dan Sindroma Putus Zat

Gangguan Psikotik

Skizofrenia
Gangguan afektif berat
Ggn. Psikotik Fungsional Gangguan Paranoid
Psikosis Non Organik lainnya

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-kharisatun-5764-2-
babii.pdf

Struktur klasifikasi gangguan jiwa menurut PPDGJ-III


- Ggn mental organik,
F0-9 Ggn mental organik, ggn mental simtomatik:
(F00.Demensia alzheimer. F01 D.vaskuler, F04.Sindrom Amnesik
organik, F05 Delirium dan Ggn mental organik lain)
F10-19 Ggn mental dan perilaku akibat alkohol dan zat psikoaktif:
1. (Ggn Mental dan Perilaku akibat penggunaan Alkohol,
2. Opioida/Kanabioida/Kokain, Hipnotika-Sedativa
3. Halusinogenika, Tembakau/pelarut yg mudah menguap
4. atau zat multipel dan zat psikoaktif lain)

- Ggn mental psikotik,


F20-29 Skizofrenia, ggn skizotipal & ggn waham:
1. Skizofrenia, ggn skizotipal, psikotik akut dan
2. sementara, ggn waham menetap, ggn waham
3. terinduksi, ggn skizoafektif, ggn psikosis non
4. organik lainnya atau YTT.
F30-39 Ggn suasana perasaan Mood/afektif:
1. Episode manik, ggn afektif bipolar, episode
2. depresi, ggn depresif berulang, ggn mood/afektif
3. menetap lainnya/ YTT.

- Gangguan neurotik dan ggn kepribadian,


F40-49 Ggn Neurotik, ggn somatoform dan ggn terkait stres = ggn
ansietas fobik, ggn ansietas lainnya, ggn obsesif-kompulsif, reaksi
thd stres berat dan ggn penyesuaian, ggn disosiatif (konversi), ggn
somatoform, ggn neurotik lainnya.
F50-59 Sindrom perilaku yg berhub dg ggn fisiologis dan faktor fisik:
ggn makan, ggn tidur non organik, disfungsi seksual, ggn mental
dan perilaku masa nifas, faktor psikologis dan perilaku yg berhub dg
ggn/penyakit YDK, sindrom perilaklu ytt.
F60-69 Ggn kepribadian dan perilaku masa dewasa: ggn
kepribadian khas, ggn kebiasaan dan impuls, ggn identitas jenis
kelamin, ggn preferensi seksual, ggn kepribadian dan perilaku
lainnya.

- Ggn masa anak- remaja dan perkembangan


F40-49 Ggn Neurotik, ggn somatoform dan ggn terkait stres = ggn
ansietas fobik, ggn ansietas lainnya, ggn obsesif-kompulsif, reaksi thd
stres berat dan ggn penyesuaian, ggn disosiatif (konversi), ggn
somatoform, ggn neurotik lainnya.
F50-59 Sindrom perilaku yg berhub dg ggn fisiologis dan faktor fisik:
ggn makan, ggn tidur non organik, disfungsi seksual, ggn mental dan
perilaku masa nifas, faktor psikologis dan perilaku yg berhub dg
ggn/penyakit YDK, sindrom perilaklu ytt.
F60-69 Ggn kepribadian dan perilaku masa dewasa: ggn kepribadian
khas, ggn kebiasaan dan impuls, ggn identitas jenis kelamin, ggn
preferensi seksual, ggn kepribadian dan perilaku lainnya.
(PPDGJ III)
Penggolongan gangguan jiwa sangatlah beraneka ragam menurut para ahli
berbeda-beda dalam pengelompokannya, menurut Maslim (1994) macam-
macam gangguan jiwa dibedakan menjadi gangguan mental organik dan
simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham,
gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform,
sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor
fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental,
gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional
dengan onset masa kanak dan remaja.
(PPDGJ-III)

KEPARAHAN GANGGUAN
o Ringan
Terdapat beberapa gejala, jika ada, yang melebihi dari yang diperlukan
untuk membuat diagnosis dan gejala menyebabkan tidak lebih dari
gangguan ringan dalam fungsi sosial atau pekerjaan.
o Sedang
Terdapat gejala atau gangguan fungsional yang berada antara ringan
dan berat
o Berat
terdapat banyak gejala yang melebihi yang diperlukan untuk membuat
diagnosis, atau beberapa gejala yang khususnya berat, atau gejala
menyebabkan gangguan jelas dalam fungsi sosial atau pekerjaan
o Dalam remisi parsial
Kriteria sepenuhnya untuk gangguan sebelumnya pernah dipenuhi,
tetapi sekarang hanya beberapa gejala atau tanda dari gangguan yang
tertinggal
o Dalam remisi penuh
Tidak ada lagi gejala atau gangguan tetapi secara klinis masih relevan
dengan gangguan yang dimaksud.
Sumber : Sinopsis psikiatri, Kaplan dan Sadock

4. PERBEDAAN PSIKOTIK FUNGSIONAL DAN NEUROSIS?


Dimensi Neurotik Psikotik
Umum Menghindar, maladaptif, Gangguan kepribadian
kemunduran ringan berat, kontak dengan
pada fungsi personal realitas terganggu,
dan sosial fungsi personal dan
sosial amat terganggu
Simptom Aneka simptom Aneka simptom disertai
psikologis dan somatis, penyimpangan ekstrem
tak disertai halusinasi dalam berpikir, afeksi
atau penyimpangan dan perbuatan, seperti
ekstrem lain dalam delusi, halusinasi dan
berpikir, afeksi atau perilaku tak terkendali
perbuatan
Orientasi pada waktu, Jika ada, gangguan Sering terganggu,
tempat, dan orang orientasi terhadap berupa hilang orientasi
waktu, tempat, dan
orang hanya bersifat
ringan
Pemahaman diri Sering sadar bahwa Tidak menyadari adanya
(insight) tingkah lakunya simptom perilakunya
maladaptif, namun
tampak tak mampu
mengatasinya
Perilaku yang secara Jarang berperilaku yang Dalam kasus tertentu,
fisik merusak membahayakan atau perilakunya
dapat mencelakakan membahayakan orang
orang lain lain
Asal usul Gagal menguasai Hasil belajar yang
kompetensi-kompetensi maladaptif akibat stres
yang diperlukan atau atau gangguan biokemis
terlanjur mempelajari
perilaku-perilaku yang
maladaptif
Waham - +
Halusinasi - +
Realita testing + -

Sumber : http://www.scribd.com/doc/74666207/psikotik-lengkap

5. Apa saja gejala-gejala gangguan jiwa?


Gejala gangguan jiwa
1) Gangguan Kesadaran/conciousness
Jenis-jenis gangguan kesadaran:
a. gangguan kesadaran kuantitatif
- Suf, kesadarannya seperti orang yang mengantuk.
- Somnolen, kesadarannya seperti orang tidur, tidak acuh terhadap
sekelilingnya, apatis, tetapi masih dapat memberikan jawaban dan
reaksi.
- Sopor, kesadarannya seperti orang yang tidur lelap, dimana
ingatan, orientasi, dan pertimbangannya sudah hilang. Kalau
dirangsang hanya sedikit memberikan respon, dengan tidak acuh
atau dengan membuka mata sebentar kemudian tidur lagi.
- Apatis, kesadarannya baik, bisa berkomunikasi dengan baik tetapi
memerlukan intensitas yang tinggi.
- Koma, keadaan pingsan, tidak memberikan respon sedikitpun
terhadap rangsang dari luar. Refleksi pupil sudah tidak ada.
- Kesadaran yang meninggi, kesadaran dengan respon yang meninggi
terhadap rangsang, suara-suara terdengar lebih keras, warna-warna
kelihatan lebih jelas atau terang.
b. gangguan kesadaran kualitatif
- Stupor, kesadaran yang menyempit.
- Keadaan dini, kesadarannya mengabur, sering disertai dengan
halusinasi lihat dan dengar.
- Bingung/confusion, keadaan yang disifatkan dengan adanya
gangguan-gangguan asosiasi, disorientasi, kesulitan mengerti, dan
ketidaktahuan apa yang harus diperbuat, tercengang dan penuh
pertanyaan.
- Disorientasi, kesadaran pemehaman diri dalam lingkungan seperti
disorientasi diri, tempat, waktu, dan situasi.
- Delirium, pengaburan kesadaran, ribut-gelisah, inkoheren, ilusi dan
halusinasi, sering disertai dengan cemas dan takut.
- Disosiasi, pemisahan diri secara psikologik dari kesadarannya,
diikuti dengan amnesia sebagian.
- Kesadaran berubah, kesadarannya tidak normal, tidak menurun,
tidak meninggi, tetapi kemampuan mengadakan hubungan dan
pembatasan terhadap dunia luardan dirinya sendiri sudah
terganggu dalam taraf tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Gangguan Perhatian
Jenis-jenis gangguan perhatian:
a. Distractbility, yaitu ketidakmampuan mengarahkan perhatian dirinya,
perhatian mudah teralihkan pada rangsang atau stimuli yang tidak
berarti. Biasanya ditemukan pada pasien ADHD.
b. Aprosexia, yaitu ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun
dalam waktu yang singkat terhadap suatu situasi, dengan tidak
memandang pentingnya situasi itu.
c. Selective, yaitu perhatian yang kurang selektif sehingga mudah lupa
dan sulit mengenali.
d. Hipervigilance/hiperprosexia, yaitu konsentrasi yang berlebih-lebihan,
sehingga lapangan persepsi menjadi sangat sempit. Terjadi pada
pasien paranoid dan cemas.
3) Gangguan Emosi
Jenis-jenis gangguan emosi:
a. Afek
- Inappropiate, yaitu gangguan emosi ditandai dengan jelas adanya
perbedaan antara sifat emosi yang ditunjukkan dengan situasi yang
minumbulkannya.
- Blunted, yaitu kemiskinan afek dan emosi secara umum,
afek/emosinya datar, tumpul, atau dingin.
- Flat, yaitu datar, tidak ada perubahan roman muka.
- Labil, yaitu mudah berubah terbawa faktor eksternal.
- Restricted, yaitu terbatas/menyempit.
- Depresi, yaitu perasaan sedih tertekan.
b. Mood
- Expansive, yaitu perasaan menguasai lingkungan.
- Irritable, yaitu perasaan mudah tersinggung.
- Elevated
- Euphoria, yaitu emosi yang menyenangkan dalam tingkatan
sedang, mudah melambung.
- Exaltasi, yaitu elasi yang berlebih-lebihan, sering disertai dengan
waham kebesaran.
- Euthymia, yaitu perasaan wajar.
- Dysphoric, yaitu perasaan sedih, bersalah.
- Ectasy, yaitu emosi senang disertai dengan rasa hati yanhg aneh,
penuh kegairahan, perasaan aman, damai, dan tenang. Merasa
hidup baru kembali.
- Anhedonia, yaitu ketidakmampuan merasakan kesenangan,tidak
timbul senang dengan aktivitas yang biasanya menyenangkan.
4) Gangguan Psikomotor
Jenis-jenis gangguan psikomotor:
a. Katatonia
- Katalepsi, yaitu mempertahankan secara kaku posisi badan
tertentu, sekalipun hendak diubah orang lain.
- Stupor, yaitu reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang, gerakan
dan aktivitas menjadi sangat lambat.
- Rigiditas, yaitu pengkakuan pada bagian tubuh tertentu.
- Posturing
- Fleksibilitas cerea, yaitu kelenturan dalam menggerakkan anggota
badan tetapi masih ada hambatan.
- Kataplexia, yaitu kehilangan tonus otot secara mendadak.
- Stereotipi, yaitu gerakan yang berulang-ulang.
- Echopraxia, yaitu menirukan gerakan orang lain pada saat
dilihatnya.
- Echolalia, yaitu menirukan apa yang diucapkan orang lain.
b. Hiperaktif
- TIC, yaitu gerakan-gerakan muncul ketika cemas.
- Grimace
- Akatisia, yaitu gerakan bibir yang muncul ketika cemas.
- Raptus, yaitu mengamuk yang mendadak
- Mannerism, yaitu tangan seperti menghitung uang (jari bergerak-
gerak).
- Kompulsi, terdiri dari kleptomania, satriasis, remphormia,
trikotilomania (suka mencabuti rambut sendiri).
c. Negativisme
- Aktif, respon berlebihan.
- Pasif, diam saja.
d. Otomatisme, yaitu menuruti apa yang disuruh tetapi tanpa dikoreksi.
5) Gangguan Proses pikir
Jenis-jenis gangguan proses pikir:
a. Bentuk pikir:
- Autistik, yaitu adanya kegagalan untuk membedakan batas antara
kenyataan dengan fantasi.
- Dereistik, yaitu ketidaksesuaian antara proses mental individu
dengan pengalamannya yang sedang berjalan. Ide-ide yang seakan-
akan cemerlang tetapi tidak mungkin realistis.
- Non-realistik, yaitu bentuk pikiran yang sama sekali tidak sesuai
dengan kenyataan.
b. Isi pikir:
- Waham, yaitu kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan
tentang isi pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan.
Macamnya ada waham sistematis (cemburu, kejar, curiga), bizarre,
nihilistik, kebesaran, magic-mystic, dosa, pengaruh, somatik,
hubungan.
- Obsesi, yaitu isi pikiran yang kukuh/persisten dan datang berulang-
ulang, biarpun tak dikehendaki dan diketahui tidak wajar atau tidak
mungkin terjadi.
- Fobia, yaitu rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau
keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan walaupun ia
sendiri menyadari bahwa itu tidak rasional adanya.
- Fantasi, yaitu isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang
diharapkan atau diinginkan, tetapi sebenarnya tidak nyata.
c. Progesi/jalan pikir:
- Flight of ideas, yaitu pikiran yang melayang atau melompat-lompat.
- Assosiasi longgar, yaitu mengatakan sesuatu ide yang tidak ada
hubungannya antara ide satu dengan yang lain.
- Clang association, yaitu berbicara seperti berpantun.
- Circumstantiality, yaitu pikiran yang berbelit-belit, ngomong
berputar-putar tidak sampai isi.
- Tongentiality, yaitu pembicaraan semakin jauh dari pokok
permasalahan.
- Inkoherensi, yaitu keadaan jalan pikiran yang kacau, sehingga satu
ide bercampur dengan ide yang lain.
- Verbigerasi, yaitu kata-kata yang diulang-ulang.
- Neologisme, yaitu membuat kata-kata baru yang tidak dipahami
oleh umum.
- Word salad, yaitu potongan-potongan kata yang tidak ada makna.
- Blocking, yaitu jalan pikirannya tiba-tiba terhenti, tidak tahu kenapa
berhenti.
6) Gangguan Pembicaraan
Jenis-jenis gangguan pembicaraan:
a. Logorhoe, yaitu berbicara terus.
b. Stuttering, yaitu susah berbicara, tetapi sekali berbicara tidak berhenti-
berhenti.
c. Miskin isi pembicaraan.
d. Mutisme, yaitu sejak awal tidak mau berbicara,
e. Remming, yaitu berbicara sangat pelan.
f. Blocking, yaitu tiba-tiba berhenti bicara tanpa sebab.
g. Irrelevan, yaitu jawaban-jawaban yang dikeluarkan tidak sesuai dengan
pertanyaan pemeriksa.
7) Gangguan Persepsi
Jenis-jenis gangguan persepsi:
a. Halusinasi:
- Auditorik
- Olfaktori
- Gustatorik
- Taktil
- Hipnagogik
- Hipnopompik
- Visual
b. Ilusi, yaitu persepsi yang salah.
c. Derealisasi, yaitu perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak
menurut kenyataan.
d. Depersonalisasi, yaitu perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan
bahwa dirinya sudah tidak seperti dulu lagi.
8) Gangguan Memori
Jenis-jenis gangguan memori:
a. Amnesia, yaitu keadaan seseorang kehilangan ingatan, mungkin
sebagian atau seluruhnya. Ada dua macam amnesia, yaitu antegrade
dan retrograde.
b. Paramnesia, yaitu ingatan yang keliru (ilusi ingatan) karena distorsi
pemanggilan kembali (recall), meliputi: konfabulasi, deja vu, jamais vu,
fausse reconnaissance.
c. Level of memory, terdiri dari intermediate, recent,recent past, remote.
d. Dementia, yaitu lupa dengan pengalaman-pengalaman baru
e. Hypermnesia, yaitu ingatan yang berlebih-lebihan, sehingga seseorang
dapat menggambarkan kejadian-kejadian secara mendetail.
9) Gangguan Insight/tilikan diri
Kemampuan memahami situasi/sakit yang dialami.

Sumber : Psikiatri II SIMTOMATOLOGI, FK UNDIP SEMARANG

6. Apa macam gangguan jiwa psikotik fungsional?


Tipe Skizofrenia menurut PPDGJ III
1. Tipe Paranoid (F20.0)
a. Merupakan tipe skizofrenia yang paling sering ditemukan.
b. Gambaran klinisnya didominasi oleh waham stabil disertai
halusinasi dan gangguan persepsi.
c. Kriteria diagnosis:
halusinasi atau waham harus menonjol
gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta
gejala katatonik yang tidak nyata
halusinasi pendengaran (berupa ancaman atau perintah
terhadap pasien), atau halusinasi tanpa bentuk verbal seperti
bunyi peluit, mendenggung atau bunyi tawa. Halusinasi
penciuman atau pengecapan rasa atau bersifat seksual.
Waham yang berupa dikendalikan, dipengaruhi, passivity atau
kejar.
2. Tipe Hebefrenik (F20.1)
Perlu observasi selama 2 sampai 3 bulan untuk melihat apakah
gejala-gejala tersebut tetap bertahan atau tidak.
Terdapat gangguan afektif, dorongan kehaendak, dan gangguan
proses piker yang menonjol.
Cirri khas adanya perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud
(empty of purpose).
3. Tipe Katatonik (F20.2)
a. Jarang ditemukan
b. Criteria diagnosis:
Terpenuhi criteria diagnosis skizofrenia
Terdapat 1 atau lebih gejala berikut: stupor atau mutisme,
kegelisahan, posturing, negativism, rigiditas, waxy
fleksibilitas, atau command outomatisme.
c. Apabila pasien tidak komunikatif sementara diagnosis ditunda
dulu.
4. Tipe Tak Terinci (Undifferentiated) (F20.3)
Terpenuhi criteria diagnosis skizofrenia, tetapi tidak memenuhi
criteria tipe paranoid, hebefrenik, katatonik, residual, atau paska
skizofrenia.
5. Tipe Residual (F20.5)
a. Tipe ini merupakan stadium kronis dari skizofrenia.
b. Kriteri diagnosis:
Gejala negative skizofrenia yang menonjol
Adanya riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lalu
yang memenuhi criteria skizofrenia
Paling sedikit melampaui kurun waktu satu tahun, intensitas
dan frekuensi gejala yang nyata sangat berkurang dan telah
menimbulkan sindrom negative.
Tidak terdapat dimensia, penyakit otak organic atau depresi
kronis.
6. Tipe Simpleks (F20.6)
a. Simpton negative bersifat berlahan-lahan tetapi progresif.
b. Tidak terdapat waham atau halusinasi
c. Kurang nyata gejala psikotik jika dibandingkan dengan
skizofrenia tipe lain
d. Simpton negative timbul tanpa didahului oleh gejala-gejala
psikotik yang nyata.
7. Tipe Depresi Pasca Skizofrenia (F20.4)
a. Skizofrenia sudah berlangsung selama 12 bulan (I tahun)
b. Gejala skizofrenia masih tetap ada
c. Terdapat gejala-gejala depresif yang menonjol dan mengganggu,
memenuhi episode depresif dan berlangsung minimal 2 minggu.

7. Sebutkan macam-macam gejala psikotik?


Macam gangguan psikotik (DSM-IV)
Gangguan perkembangan pervasive
Skizofrenia
Gangguan skizofreniform
Gangguan skizoafektif
Gangguan delusional
Gangguan psikotik singkat
Gangguan psikotik karena kondisi medis umum
Gangguan psikotik akibat zat
Gangguan psikotik yg tidak ditentukan
Ganguan mood
Tanda dan gejala
I. Kesadaran
a. Gangguan kesadaran : disorientasi, stupor,delirium,koma,dll
b. Gangguan atensi (perhatian) : distrakbilitas,inatensi
selektif,hipervigilensi,keadaan tak sadarkan diri
c. Gangguan sugestibilitas : folie a deux,hipnosis
II. Emosi
a. Efek : afek yg sesuai,flat affect,labile affect,dll
b. Mood ; depresi,anhedonia,euphoria,dll
c. Emosi yang lain : kecemasan,ketakutan,apatis,panic,malu,rasa
bersalah,dll
d. Gangguan psikolgis yg berhubungan dengan mood :
anoreksia,hiperfagia,insomnia,hipersomnia,penurunan
libido,konstipasi,variasi diurnal
III. Perilaku motorik : ekopraksia,negativism,katatonia,katapleksi,stereotipik,dll
IV. Berpikir
a. Gangguan umum dalam bentuk / proses berpikir : gangguan
mental,psikosis,berpikir tdk logis,dll
b. Gangguan spesifik dalam bentuk pikiran : inkoherensi, melamun
c. Gangguan spesifik pada isi pikiran : waham,fobia,obsesi
V. Bicara
a. Gangguan bicara : gagap,kacau,disartria
b. Gangguan afasik : afasia motorik,sensorik,
VI. Persepsi
a. Gangguan persepsi : halusinasi,ilusi
b. Gangguan yg berhubungan dg gangguan kognitif (agnosia) : agnosia
visual,astereognosis,apraksia
c. Gangguan yg berhubungan dg fenomena konversi disosiatif :
makrosopsia,mikrosopsia,kepribadian ganda
VII. Daya ingat
a. Gangguan daya ingat : amnesia,paramnesia
b. Tingkat daya ingat : segera,baru saja,agak lama,jauh
VIII. Intelegensia
a. Retardasi mental
b. Demensia :diskalkulia,disgrafia,aleksia
c. Pseudodemensia
d. Berpikir konkret
e. Berpikir abstrak
IX. Tilikan (insight)
a. Tilikan intelektual
b. Tilikan sesungguhnya
c. Tilikan yg terganggu
X. Pertimbangan (judgment)
a. Pertimbangan kritis
b. Pertimbangan otomatis
c. Pertimbangan yg terganggu

(Library.usu.ac.id)

8. Apa pengertian stressor?


Stressor
Keadaan atau peristiwa yang tidak mengenakan, sehingga mengharusan individu untuk
beradaptasi.
(Edwi Arief Sosiawan, SIP, Msi)

9. Apasajamacam stressor penyebab gangguanjiwa?


Macam stressor
1. Positif : pemicu stress adalah hal yang menyenangkan, dituliskan bila menyebabkan
gangguan pada aksis 1.
2. Negative : pemicu strees adalah hal yang menyedihkan

Stressor biologis
Panas, dingin, nyeri, masuknya mikroganisme, trauma fisik, kesulitan eliminasi, kekurangan
makan.
Stresor psikologis
Kritik yang tidak dapat dibenarkan, kehilangan, ketakutan krisis perkembangan, krisis situasi.
Stressor sosial
Isolasi/diasingkan, miskin kaya perubahan tempat tinggal/bekerja, bertambahnya anggota
keluarga
(Edwi Arief Sosiawan, SIP, Msi)

Sumber Stress
Sumber stress dapat berasal dari dalam tubuh dan diluar tubuh, sumber
stress dapat berupa biologik/psikosiologi, kimia, psikologok, sosial spiritual.
a. Stresor biologik dapat berupa : mokroba, bakteri, virus dan jasad renik
lainnya, hewan, binatang, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
b. Stresor fisik dapat berupa : perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi,
yang mengikuti letak tempat tinggal, domisili, demografi, berupa jumlah
anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi, kepandatan penduduk, imigrasi dan
kebisingan.
c. Stresor kimia, dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa,
sedangkan dari luar tubuh dapat berupa obat pengobatan, pemakaian
alkohol, pencemaran lingkungan, bahan kosmetik dan bahan pengawet.
d. Stresor sosial psikologi, yaitu labelling dan prasangka, ketidak kepuasan
terhadap diri sendiri, kekejaman, konplik peran, percaya diri yang rendah,
perubahan ekonomi, emosi yang negative, dan kehamilan.
e. Stresor spiritual yaitu adanya persepsi negative terhadap nilai-nilai ke-
Tuhanan.
Stressor menurut Esperanza (1997) Fundamental of nursing practice a
nursing poscess approach :
a. Perubahan patotogi dari penyebab penyakit atau suatu injuri.
b. Troma (injuri, luka bakar, serangan, elektrik, shok).
c. Tidak adekuatnya makanan, kehangatan, dan pencegahan.
d. Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar (kelaparan, gangguan sexk
sual).
e. Program trapi (diet, trapi fisik, spikotrapi).
f. Kekacoan hubungan sosial dan keluarga.
g. Komplik sosial dan budanya.
h. Prubahan spisiologi yang normal (puberitas, mentuasi, kehamilan
dan menaupouse)
i. Situasi positif dari pristiwa kehidupan. (Rasmus, 2004)

Peristiwa-peristiwa atau keadaan-keadaan yang menimbulkan stres disebut


stressor. Ada empat macam stressor yaitu :
a. Stressor episodik. Kecelakan yang belum lama terjadi dan perselisihan
dengan orang lain adalah contoh peristiwa yang memicu stress sekali
waktu.
b. Sekues stressor. Perceraian, kehilangan pekerjaan, dan kematian
tercinta adalah peristiwa-peristiwa yang memicu stress yang bertahan
lebih lama.
c. Stressor periodik. Periksa secara periodic ke dokter gigi, sakit pinggang
yang sesakali terasa, dan sering berpergian karena tuntutan kerja
merupakan contohnya.
d. Stressor kronis. Penyakit permanen, masalah-masalah suami isteri
yang berlarut-larut, dan ketakmampuan menyelesaikan persoalan
keuangan adalah pemantik stress yang bertahan sangat lama.(Khavari.
A, 2006)
Tahapan Stres
Stres Tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya di
sertai dengan perasaa-perasaan sebagai berikut :
a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
b. Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya
c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun
tanpa di sadari cadangan energy dihabiskan (all out) disertai rasa gugup
yang berlebihan pula
d. Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah
semangat, namun tanpa di sadari cadangan energy semakin menipis.
Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stress yang semula menyenangkan
sebagaimana yang di uraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan
timbul keluhan-keluhan yang di sebabkan karena cadangan energy tidak lagi
cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.Keluhan-
keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stress
tahap II adalah sebagai berikut :
a. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.
b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang
c. Lekas merasa capai menjelang sore hari
d. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort)
e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)
f. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
g. Tidak bias santai
Stres Tahap III
Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana di uraikan pada stress tahap II
tersebut diatas, maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-
keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu :
a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan
maag (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).
b. Ketegangan otot-otot semakin terasa
c. Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat
d. Ganguan pola tidur (insomnia) misalnya sukar untuk mulai masuk tidur
(early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur
(middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/dini hari tidak dapat kembali
tidur (lae insomnia)
e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau
pingsan)
Stres tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter
sehubungan dengan keluhan-keluhan stress tahap III diatas, oleh dokter
dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada
organ tubuhnya.Maka gejala stress tahap IV akan muncul :
a. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit
b. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudan di
selesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit
c. Yang semula tanggapan terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate)
d. Ketidak mampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari
e. Gangguan pola tidur di sertai dengan mimpi-mimpi yang menyenagkan
f. Sering kali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan
kegairahan
g. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun
h. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat di
jelaskan apa penyebabnya
Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stress tahap V
yang di tandai dengan hal-hal berikut :
a. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and
psychological exhaustion)
b. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang
ringan dan sederhana
c. Gangguan system pencernaan semakin berat (gastrointestinal
disorder)
d. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat,
mudah binggung dan panic
Stres Tahap VI
Tahap ini merupakan tahap klimaks, seseorang mengalami serangan panic
(panic attack) dan perasaan takut mati tidak jarang orang yang mengalami
stress tahap IV ini berulang kali di bawa ke UGD bahkan ke ICCU, meskipun
pada akhirnya di pulangkan karena tidak di temukan kelainan fisik organ
tubuh. Gambaran stress tahap VI ini adalah sebagai berikut :
a. Debar jantung teramat keras
b. Susah bernafas (sesak dan megap-megap)
c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
d. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
e. Pingsan atau kolaps (collaps). (Dadang, 2004)

10. Apasajaderajat stressor?

11. Apa saja pemeriksaan status mental pada penderita gangguan jiwa?
o Observasi :
Penampilan, kerapian,sehat/sakit, aneh?, kanakkanak?
Gaya Bicara
Mood
Pemikiran (polapikir, ide)
Isi Pikir (Waham)
Persepsi(HalusinasidanIlusi)
Sensorium (KonsentrasiIngatan)
KemampuanHitung
KesadaranPasien (Pahamatautidakdiasakit)
Penilaian (Sosial)
12. Bagaimana cara memeriksa fungsi global pada pasien tersebut dan
penilaiannya (GAF) ?
100-91 Fungsi superior dalam berbagai aktivitas, masalah
kehidupan tidak pernah keluar kendali, dicari oleh orang
lain karena kualitas positifnya banyak. Tidak ada
90-81
gejala.

Tidak ada gejala atau gejala minimal (misalnya,


kecemasan ringan sebelum ujian), fungsi baik dalam
semua bidang, tertarik dan terlibat dalam berbagai
80-71
aktivitas, efektif secara social, biasanya puas dengan
kehidupan, tidak lebih dari masalah atau kekhawatiran
setiap hari (missal, kadang berdebat dengan
keluarganya)
70-61
Jika ditemukan gejala, gejalanya adalah sementara
dan merupakan reaksi yang dapat diperkirakan
terhadap stressor psikososial (missal, sulit
60-51
berkonsenrasi setelah berdebat dengan keluarga), tidak
lebih dari gangguan ringan pada fungsi social,
50-41 pekerjaan, atau sekolah (missal, kadang-kadang
tertinggal dalam pelajaran sekolah)

Beberapa gejala ringan (missal, mood terdepresi dan


40-31
insomnia ringan) atau beberapa kesulitan dalam
fungsi social, pekerjaan, atau sekolah (missal,
kadang-kadang membolos, atau mencuri di dalam
rumah) tetapi biasanya berfungsi cukup baik, memiliki
30-21
hubungan interpersonal yang penuh arti
Gejala sedang (misalnya, afek datar dan bicara
sirkumstansialitas, kadang-kadang serangan panic)
atau kesulitan sedang dalam fungsi social,
20-11 pekerjaan, atau sekolah(missal, sedikit teman,
konflik dengan teman)
Gejala serius (missal, ide bunuh diri, sering mencuri)
atau tiap gangguan yang serius pada fngsi social,
pekerjaan, atau sekolah (missal, tidak memiliki
10-1
teman, tidak mampu bertahan kerja)

Beberapa gangguan dalam tes realitas atau


komunikasi (missal, bicara kadang-kadang tidak logis,
0
tidak jelas, atau tidak relevan) atau gangguan berat
pada beberapa bidang seperti pekerjaan atau
sekolah, hubungan dengan keluarga, berpikir, mood
(missal, orang terdepresi menghindari teman,
menelantarkan keluarga)

Perilaku dipengaruhi oleh waham dan halusinasi atau


gangguan serius pada komunikasi atau
pertimbangan (missal, kadang-kadang inkoheren,
tindakan jelas tidak sesuai, preokupasi bunuh diri) atau
ketidakmampuan untuk berfungsi pada hamper
semua bidang (missal, tinggal di tempat tidur
sepanjang hari, tidak memiliki pekerjaan, rumah, atau
teman)
Terdapat bahaya melukai diri sendiri atau orang
lain (missal, usaha bunuh diri tanpa harapan yang jelas
akan kematian, sering melakukan kekerasan,
kegembiraan manic) atau kadang-kadang gagal untuk
mempertahankan hygiene pribadi yang minimal
(missal, mengusap feses) atau gangguan yang jelas
dalam komunikasi (missal, sebagian besar inkoheren
atau membisu)
Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain
persisten dan parah (missal, kekerasan rekuren) atau
ketidakmampuan persisten untuk mempertahankan
hygiene pribadi yang minimal, atau tindakan bunuh diri
yang serius tanpa harapan akan kematian yang jelas

Informasi tidak adekuat

(Buku saku diagnosis gangguan jiwa, PPDGJ-III)

NILAI GAF GEJALA GANGGUAN MASALAH


FUNGSI
100-91 - - -

90-81 + (minimal) - -

80-71 ++ (dpt diatasi) + -


70-61 +++ (ringan menetap) + -

60-51 ++++ (sedang) ++ (sedang) +

50-41 +++++ (berat) +++ (berat) ++ (berat)


Komunikasi baik

40-31 +++++ (berat) +++ (berat) ++ (berat)


Gangguan Komunikasi
ringan

30-21 +++++ (berat) +++ (berat) ++ (berat)


Gangguan Komunikasi
berat

20-11 +++++ (berat) +++ (berat) Mencederai diri/or


Gangguan Komunikasi lain
berat

10-1 +++++ (berat) +++ (berat) persisten


Gangguan Komunikasi
berat

13. Apakah perbedaan waham dan halusinasi dan contoh dari halusinasi?

Waham(polapikir) Halusinasi
TanpaObjek TanpaObjek
Tidak bias dirubah Bisa
Tidak PancaIndra
Pada orang gangguanjiwa Normal masihbisa
Ex : akustik: phonema (kalimatjelas),
akuasma (gakjelas)
Pengelihatan
(kelainanbiasanyapadakortekserebri,
jelas (temporal parietal))
Gustatory
Taktil

Ilusi :adaobjektapiinterpretasi lain


Halusinasi :tanpaobjek

Contoh halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran (akustik)

Halusinasi ini sering kali berbentuk :


- Akoasma Suara-suara yang kacau balau yang tak dapat
dibedakan secara tegas

- Phonema suara suara yang berbentuk suara jelas seperti yg


berasal dari manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata
atau kalimat-kalimat tertentu

Kadang2 halusinasi berupa bermacam2 suara, tapi kebanyakan


berupa kata2 yang sedikit banyak membentuk kalimat . Biasanya
kalimat2 itu berisi kata2 yang saling berhubungan atau yang
dialamatkan (ditujukan) kepada penderita.
Penderita dapat berbicara atau bertengkar dengan suara-suara
itu. Oleh penderita dikatakan bahwa suara-suara itu
bersumber/berasal dari salah satu bagian tubuhnya atau datang
dari jauh.
Kadang2 isi pernyataan menyenangkan, tetapi biasanya tidk
menyenangkan, menghina, kotor atau bersifat menuduh.
Halusinasi yang menyangkut perintah, biasanya meyakinkan dan
memaksa. Karenanya dapat mengakibatkan perbuatan langsung
dan berbahaya. Pengaruhnya dmikian besar, sehingga penderita
tdk banyak memperhatikan kenyataan di sekelilingnya.
b. Halusinasi Penglihatan (Visual)

Sering disertai dengan kesadaran menurun atau berkabut.


Secara khas banyak dijumpai pada keadaan delirium o.k. peny. Infx
Akut atau psikosa organic
Pada keadaan delirium tremens, terjadi halusinasi visual dengan
kesan yg sangat menakutkan dan sangat menggelisahkan
Halusinasi visual yang tak jelas bentuknya dijumpai pada kelainan
korteks serebri
Halusinasi Visual dengan bentk yang jelas dan kejadian yang
kompleks didapatkan pada kelaianan cortex temporoparietal,
diperkirakan pada bagian yg dominan.
c. Halusinasi Olfaktorik (pembauan)
Sering didapatkan pada keadaan skizofrenia dan keadaan lesi dari
lobus temporalis. Halusinasi olfaktorik sering tdk menyenangkan
dan tdk disukai.
d. Halusinasi Gustatorik (rasa lidah/pengecap)

Murni jarang dijumpai, tetapi sering terjadi bersama2 dgn


halusinasi olfaktorik
e. Halusinasi Taktil (perabaan)

Sering dijumpai pd keadaan toksik, misalnya delirium tremens dan


juga pd adiksi kokain
f. Halusinasi Haptik

Ini merupakan suatu persepsi, dimana seolah2 tubuh sendiri


bersentuhan/bersinggungan secara fisik degn manusia lain atau
benda lain, seringkali halusinasi haptik ini bercorak seksual.
g. Halusinasi Kinestetik

Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya,


mengalami perubahan bentuk dan bergerak sendiri. Sering dijumpai
pada skizofrenia dan keadaan2 toksik. Juga pada keracunan
mescalin, psilocybin dan d-LSD-25.
h. Halusinasi Autoskopi

Penderita seolah-olah melihat dirinya dihadapannya (Bercermin)


Sumber : Psikiatri II SIMTOMATOLOGI, FK UNDIP SEMARANG

14. Apakah itu waham dan apa saja macam-macam waham?


a. Definisi
Waham adalah suatu keyakian atau fikiran yang salah, karenan
bertentangan dengan kenyataan (dunia realita). Waham dibangun atas
unsur2 yang tidak berdasarkan logika, individu tidak mau melepaskan
wahamnya, walaupun telah tersedian cukup bukti2 yang obyektif tentang
ketidakbenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengatasi
keperluan atau keinginan2 dari penderita itu sendiri.
b. Syarat
Buah fikiran ini selalu mengenai diri sendiri (egosentris).
Selalu bertentangan dengan realitas.
Selalu bertentangan dengan logika (fikiran sehat).
Penderita percaya 100% kepada kebenaran penderitanya.
Tidak dpat dirubah oleh organ lain , sekalipun dengan jalan yang logis
dan rasional.
Klasifikasi
Jenis2 waham yg kita kenal :
a. Waham kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, orang berpangkat tinggi, orang
yg pandai sekali, orang kaya banyak uangnya dan banyak rumahnya.
Didapatkan pada sindrom manie

b. Waham berdosa
Timbul perasaan salah yg luar biasa dan merasakan suatu dosa yg
besar. Penderita percaya sudah selayaknya dirnya harus dihukum berat,
atau menjalani hukuman mati sekalipun. Didapatkan pada sindrom
depresi.

c. Waham dikejar (waham diancam)


Individu merasa dirinya senantiasa dikejar2 oleh orang lain atau
sekelompok orang yang bermaksud berbuat jahat kepada dirinya.

d. Waham curiga (waham sindiran)


Individu merasa selalu disindir oleh orang2 disekitarnya. Individu curiga
terhadap sekitarnya. Biasanya ndividu yang punya waham ini mencari2
hubungan antar dirinya dengan org lain disekitarnya, yg bermaksud
menyindir atau menuduh hal2 yg tdk senonoh terhadap diri penderita.

e. Waham cemburu
Selalu cemburu pada orang lain

f. Waham rendah diri


Perasaan rendah diri/kurang dari pada orang lain

g. Waham hypochondri
Perasaan mengenai berbgai penyakit yang berada dalam tubuhnya.
Sering didapatkanpada skizofrenia.

h. Waham magik-mistik
Waham mengenai soal2 magik dan mistik

i. Waham sistematis
Waham yg sudah dianalisa, memperlihatkan suatu pola sentral
tertentu,yang kemudian dibesarkan atau ditambah2 secara sangat rapid
an sistematik
(Psikiatri II SIMTOMATOLOGI, FK UNDIP SEMARANG)
a. Delucion of control waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
b. Delucion of influence waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
c. Delucion of passivity waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar
d. Delucion perception pengalaman inderawi yg tak wajar, yg bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat
( Buku Saku PPDGJ III, dr. Rusdi Maslim)

15. Mengapapasienmengalamiwaham paranoid danhalusinasiakustik?


Karena stressor berat (ditinggalnikah)
16. Bagaimana cara mendiagnosis gangguan jiwa (urutan)?
Proses diagnosis gangguan jiwa mengikuti prosedur klinis yang lazim
dilakukan dalam praktek kedokteran klinis, yaitu meliputi langkah-langkah
sebagai berikut :

ANAMNESIS
- Alasan berobat
- Riwayat gangguan sekarang
- Riwayat gangguan dahuku
- Latar belakang social, keluarga, pendidikan,
pekerjaan, perkawinan, dll
- Riwayat perkembangan diri

PEMERIKSAAN
- Fisik diagnostic
- Status mentalis
- Laboratorium
- Radiologik
- Evaluasi psikologik
- Lain-lain

DIAGNOSIS
- AKSIS :
a) Aksis I: untuk DD
- Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-
68, F80-89, F90-98, F99).
- Kondisi Lain yang Menjadi Focus Perhatian Klinis
b) Aksis II:
- Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptif,
mekanisme defensi maladaptif)
- Retardasi Mental (F70-79)
c) Aksis III
- Kondisi Medik Umum
Z03.2
d) Aksis IV
- Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan sosial,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses pelayanan
kesehatan, hukum, psikososial)
e) Aksis V
- Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF
Scale)
100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak
tertanggulangi.
90-81 gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh
harian biasa.
80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
social.
70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum baik.
60-51 gejala dan disabilitas sedang.
50-41 gejala dan disabilitas berat.
40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak
mampu berfungsi dalam hampir semua bidang.
20-11 bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat
dalam komunikasi dan mengurus diri.
10-01 persisten dan lebih serius.
0 informasi tidak adekuat

TERAPI
- Farmakoterapi
- Psikoterapi
- Terapi social
- Terapiokupasional
- Lain-lain

TINDAK LANJUT
- Evaluasi terapi
- Evaluasi diagnosis
- Lain-lain
Dengan rumusan sistematis, dapat disimpulkan bahwa :
DIAGNOSIS = ANAMNESIS (data subjektif) + PEMERIKSAAN (data objektif)
Sumber : buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III
dan DSM-5

17. Apa yang menyebabkan perubahan perilaku dari pasien ini?

18. Mengapa pasien mengalami penurunan dalam fungsi globalnya?

19. Apasajamacam-macamobatantipsikotik?

I. Psikofarmaka

Pemilihan obat Pada dasarnya semua obat anti psikosis


mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada
dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek sekunder
( efek samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal).
Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala
psikosis yang dominan dan efek samping obat.
Pergantian disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila
obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons
klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka
waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat
antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak
sama) dengan dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat
penggunaan obat antipsikosis sebelumnya sudah
terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik,
maka dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.

Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif


pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal,

Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol


dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal.
Begitu juga pasien-pasien dengan efek samping
ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat
antipsikotik yang beredar dipasaran dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu antipsikotik
generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke
dua (APG ll). APG I bekerja dengan memblok reseptor
D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan
tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan
gejala positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan
efek samping berupa: gangguan ekstrapiramidal,
tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang
akan menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan
berat badan dan memperberat gejala negatif maupun
kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek samping
antikolinergik seperti mulut kering pandangan kabur
gangguan miksi, defekasi dan hipotensi. APG I dapat
dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang
digunakan kurang atau sama dengan 10 mg
diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine,
haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan
untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala
dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan
halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg
diantaranya adalah Chlorpromazine dan thiondazine
digunakan pada penderita dengan gejala dominan
gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. APG II sering
disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA)
atau antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi
serotonin dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di
otak yang menyebabkan rendahnya efek samping
extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala
negatif. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah
clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon.

PengaturanDosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
o Onset efek primer (efek klinis) : 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam
o Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)
o Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil,
malam besar) sehingga tidak mengganggu
kualitas hidup penderita.
o Obat antipsikosis long acting : fluphenazine
decanoate 25 mg/cc atau haloperidol
decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4minggu.
Berguna untuk pasien yang tidak/sulitininum obat,
dan untuk terapi pemeliharaan.

Cara / Lama pemberian Mulai dengan dosis awal sesuai


dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hr sampai
mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda),
dievaluasi setiap 2ininggu bila pertu dinaikkan sampai
dosis optimal kemudian dipertahankan 8-12ininggu.
(stabilisasi). Diturunkan setiap 2ininggu (dosis
maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan sampai 2
tahun ( diselingi drug holiday 1-2/hari/minggu) setelah
itu tapering off (dosis diturunkan 2-4ininggu) lalu stop.
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis
multiepisode, terapi pemeliharaan paling sedikit 5
tahun (ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5
sampai 5 kali). Pada umumnya pemberian obat
antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan
sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis reda
sama sekali. Pada penghentian mendadak dapat timbul
gejala cholinergic rebound gangguan lambung, mual,
muntah, diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini dapat
diatasi dengan pemberian anticholmnergic agent
seperti injeksi sulfas atropin 0,25 mg IM, tablet
trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.
( skizofrenia & DD, dr. benhard rudyanto sinaga, Sp.KJ ( K), FK UI)

20. Apa saja macam-macam terapi psikososial?

II. Terapi Psikososial

Penatalaksanaan psikososial umumnya lebih efektif


diberikan pada saat penderita berada dalam fase perbaikan
dibandingkan pada fase akut. Ada beberapa macam metode
yang dapat dilakukan antara lain :

Psikoterapi individual : sbg promosi thd kesembuhan


penderita / mengurangi penderitaan pasien. Ada 3
fase : fase awal difokuskan pada hub stres dan gejala,
fase menengah difokuskan pada relaksasi dan
kesadaran utk mengatasi stres, fase lanjut difokuskan
pada inisiatif umum dan ketrampilan dimasyarakat dg
mempraktekkan apa yg telah dipelajari.
o Terapi suportif
o Sosial skill training : bertujuan meningkatkan
kemampuan performance dlm menghadapi situasi
kehidupan sehari-hari, shg penderita memilki
kemampuan utk melakukan hub interpersonal,
perawatan diri, dan menyesuaikan diri dg
lingkungan sekitarnya. Mengenal dan memahami
menajemen medikasi shg dapat mengoptimalkan
kualitas hidup penderita skizofrenia.
o Terapi okupasi
o Terapi kognitif dan perilaku (CBT) :
mengidentifikasikan gejala spesifik dan
menggunakan strategi coping kognitif utk
mengatasinya.
Psikoterapi kelompok : kelebihan terapi ini kesempatan
utk mendapatkan umpan balik segera dari teman
kelompok, dan dapat mengamati respons psikologis,
emosional, dan perilaku penderita skizofrenia thd
berbagai sifat org dan masalah yg timbul.
Psikoterapi keluarga : bertujuan memberikan
pengetahuan mengenai skizofrenia. Materinya :
pengenalan tanda2 kekambuhan sec dini, peranan dari
pengobatan, antisipasi dari efek pengobatan dan peran
keluarga thd penderita skizofrenia.
Manajemen kasus
Assertive Community Treatment (ACT)

( skizofrenia & DD, dr. benhard rudyanto sinaga, Sp.KJ ( K), FK


UI)

21. DD?
PSIKOTIK AKUT, PSIKOTIK DENGAN SKIZOFRENIA

Anda mungkin juga menyukai