Anda di halaman 1dari 87

MENGAMUK

TUTORIAL SKENARIO 1
KELOMPOK 6B SEMESTER 6
TUTOR: dr.Sri Udaneni Wahyudi, MS SpMK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2016
Definisi Gangguan Jiwa
Definisi
Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola
psikologis atau perilaku yang penting secara klinis
yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan
adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau
disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih
area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan
risiko kematian yang menyakitkan, nyeri,
disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan
(American Psychiatric Association,1994)
Definisi
Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai
oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku,
dan persepsi (penangkapan panca indera).

Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan


penderitaan bagi penderita dan keluarganya (Stuart &
Sundeen, 1998)
Konsep Dasar PPDGJ III
Gejala Kejiwaan

Penderitaan (Distress/keluhan)

Hendaya (disfungsi/disabilitas)

Gangguan Jiwa
Klasifikasi Gangguan Jiwa
Klasifikasi gang. jiwa

ICD 10 DSM-IV
ICD 10
F01-F09 Mental disorders due to known physiological
conditions

F10-F19 Mental and behavioral disorders due to


psychoactive substance use

F20-F29 Schizophrenia, schizotypal, delusional, and other


non-mood psychotic disorders

F30-F39 Mood (affective) disorders

F40-F48 Anxiety, dissociative, stress-related, somatoform


and other non-psychotic mental disorders
ICD 10
F50-F59 Behavioral syndromes associated with physiological
disturbances and physical factors

F60-F69 Disorders of adult personality and behavior

F70-F79 Intellectual disabilities

F80-F89 Pervasive and specific developmental disorders

F90-F98 Behavioral and emotional disorders with onset


usually occurring in childhood and adolescence
DSM IV
Axis I Clinical psychiatric diagnostic

Axis II Personality disorder dan mental retardation

Axis III General medical condition

Axis IV Psychosocial & enviromental disorder

Axis V Global assesment of functioning (GAF) Scale


Global Assesment of Functioning
Tidak ada gejala
100/91 Fungsi

Gejala minimal
90/81 Fungsi baik

Jika ada gejala, biasanya wajar atau sementara


80/71 Hendaya ringan dalam pekerjaan, akademik & sosial

Beberapa gejala ringan


70/61 Hendaya ringan dalam pekerjaan akademik & sosial
Global Assesment of Functioning

60/51 Gejala sedang


Hendaya sedang dalam pekerjaan, akademis, sosial

50/41 Gejala berat


Hendaya berat dalam pekerjaan, akademis, sosial

40/31 Gangguan dalam membedakan realitas


Hendaya dalam berkomunikasi, hendaya berat dalam bbrp bidang

30/21 Hendaya berat dalam komunikasi dan daya nilai


Tidak mampu berfungsi pada hampir semua bidang
Global Assesment of Functioning
Bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain
20/11 Kadang kadang tidak dapat mengurus diri sendiri

Membahayakan diri sendiri atau orang lain


10/1 Sama sekali tidak dapat mengurus diri sendiri

0 Informasi tidak didapatkan


FAKTOR RESIKO GANGGUAN
JIWA (PSIKOSIS)
FAKTOR RESIKO GANGGUAN JIWA (PSIKOSIS)

Musim &
Usia & gender Infeksi
bulan

Faktor
Distribusi Penyakit
reproduktif
geografik medis
dari pasien
FAKTOR RESIKO GANGGUAN JIWA (PSIKOSIS)

Penggunaan zat
Faktor sosio-
zat tertentu (rokok
Faktor populasi ekonomi dan
kretek, alcohol,
kultural
kokain)

Distribusi Faktor reproduktif


Penyakit medis
geografik dari pasien
FAKTOR RESIKO GANGGUAN JIWA (PSIKOSIS)

Faktor sosio-
Genetik & factor
Faktor populasi ekonomi dan Distribusi geografik
keluarga
kultural

Kekerasan pada
Faktor reproduktif anak dan memori
Penyakit medis
dari pasien tidak
menyenangkan
FAKTOR RESIKO PSIKOSIS : PENYAKIT MEDIS

Depresi dengan atau


Demensia / gang.
tanpa Parkinsons Gangguan tidur
memori
disease

Advance / late stage


Parkinsons disease
Brain injury
(beserta pengobatan
jangka panjangnya)
Faktor Resiko
BIOPSIKOSOSIAL
Organobiologik
Psikologik, edukasional
Sosial budaya, lingkungan
Konsep Dasar PPDGJ-III
Gejala kejiwaan
+
penderitaan (distress/keluhan)
+/
Hendaya (disfungsi/disabilitas)

Gangguan Jiwa

3
PPDGJ-III
9
TANDA &
GEJALA KLINIS PSIKIATRI
Lingkup Bahasan
Kesadaran dan kognisi
Alam perasaan atau emosi
Perilaku motorik atau konasi
Alam pikiran
Persepsi atau pengindera
Pembicaraan dan kemampuan berbahasa
Tilikan dan daya nilai sosial
Kesadaran & Kognisi
KESADARAN
a. Kesadaran / Sensorium
Kondisi kesigapan mental individu dalam menanggapi rangsangan dari luar /
dalam diri
Sering merupakan pertanda kerusakan organik / otak
Macam Tingkat Kesadaran
1. Kompos mentis
Derajat optimal dari kesigapan mental individu dalam menanggapi
rangsangan dari luar / dalam dirinya
Individu mampu memahami apa yang terjadi pada diri / lingkungan seperti
bereaksi secara memadai

2. Apatia
Derajat penurunan kesadaran respons lambat terhadap sistem luar
Tampak acuh tak acuh terhadap situasi sekitar
3. Somnolensi
Derajat penurunan kesadaran yang cenderung tidur
Respons lambat tampak selalu mengantuk

4. Sopor
Derajat penurunan kesadaran berat
Nyaris tidak berespons / minimal terhadap rangsangan kuat
5. Koma
Derajat penurunan kesadaran berat tidak bereaksi terhadap rangsangan
sekuat apapun

6. Kesadaran berkabut
Perubahan kualitas kesadaran
Tidak mampu berpikir jernih & berespons terhadap situasi sekitar
Individu tampak bingung, sulit memusatkan perhatian & disorientasi
7. Delirium
Perubahan kualitas kesadaran & gangguan fungsi kognisi luas
Perilaku fluktuasi gaduh gelisah / apatis
Disertai gangguan persepsi (Hal / Ilusi)
Sulit memusatkan, mempertahankan & mengalihkan perhatian
8. Kesadaran seperti mimpi (Dream Like State)
Gangguan kesadaran kualitas epilepsi psikomotor
Tidak menyadari apa yang dilakukan walau tampak seperti melakukan
aktifitas normal
Beda dengan sleep walking sadar bila dirangsang
9. Twilight state
Gangguan kesadaran kualitas
Sering dengan halusinasi
Gangguan otak organik separuh sadar, respons terbatas, impulsif, emosi
labil
KOGNISI
b. Kognisi
Kemapuan mengenal / mengetahui mengenai benda / situasi yang
terkait dengan pengalaman pembelajaran & kapasitas intelegensi
Memori / daya ingat
Konsentrasi / perhatian
Orientasi
Kemampuan berbahasa
Berhitung
Visuospasial
Abstraksi
Intelegensi
c. Perhatian / Konsentrasi
Suatu usaha untuk mengarahkan aktifitas mental pada pengalaman tertentu
Ketidak mampuan memastikan, mempertahankan dan mengalihkan
perhatian
Jenis Gangguan :
1. Distraktibilitas :
Ketidak mampuan memastikan & mempertahankan perhatian mudah teralih oleh
stimulus sekitar
2. Inatensi selektif
Ketidak mampuan memusatkan perhatian pada obyek / situasi tertentu (biasa yang
membangkitkan cemas)
3. Kewaspadaan berlebih (Hypervigilance)
Pemusatan perhatian yang berlebih terhadap stimulus eksternal / internal individu
terlihat tegang
d. Orientasi
Kemampuan individu untuk mengenali obyek / situsi sebagaimana
adanya
Personal
Ruang (spasial)
Waktu
e. Memori / Daya Ingat
Proses pengelolaan informasi perekaman, penyimpanan &
pemanggilan kembali
1. Amnesia
Ketidak mampuan mengingat sebagian / seluruh pengalaman masa
lalu.
Gangguan otak organik kontusio serebri
Gangguan psikologik stres pasca trauma
a. A.Retrograd hilang memori sebelum kejadian
b. A.Anterograd setelah kejadian
2. Paramnesia
Ingatan palsu
Faktor organik, psikologik (ganguan disosiasi).

Dementia
a. Konfabulasi
Ingatan palsu mengisi kekosongan memori Dementia
b. Deja Vu : Ingatan palsu terhadap pengalaman baru
c. Jamais Vu : X deja vu
d. Hiperamnesia
Ingatan mendalam & berlebihan terhadap suatu pengalaman
e. Screen Memory
Secara sadar menutupi ingatan / pengalaman traumatis dengan yang lebih bisa di
toleransi
f. Letologika
Ketidak mampuan bersifat sementara dalam menemukan kata tepat untuk
mendiskripsikan pengalaman stadium awal dementia
Berdasarkan rentang waktu :
1. Memori segera detik sampai menit
2. Memori baru beberapa hari terakhir
3. Memori menengah beberapa bulan
4. Memori Panjang beberapa tahun
EMOSI
Emosi adalah :
Suatu perasaan yang di hayati secara sadar bersifat kompleks
melibatkan pikiran, persepsi & perilaku individu
1. Mood :
Suasan perasaan yang menetap bersifat pervasif & bertahan lama
a. Eutimia :
Rentang normal : penghayatan perasaan yang luas & serasi dengan irama hidupnya
b. Hipotimia
Suasana perasaan diwarnai dengan kesedihan & kemurungan
c. Hipertimia
Suasana perasaan dengan semangat & kegairahan berlebihan : Hiperaktif & energik
d. Disforia
Suasana perasaan yang tidak menyenangkan
2. Hidup emosi :
Respons emosional saat kini, dapat dilihat dari ekspresi wajah,
pembicaraan, gerak gerik tubuh Emosi sesaat
a. HE Serasi : serasi antara ekspresi emosi & suasana hati
b. HE Tidak serasi : X serasi
c. HE Tumpul : penurunan ekspresi emosi tatapan kosong, irama suara
monoton, bahasa tubuh kurang
d. HE Mendatar
e. HE Luas : rentang normal ekspresi emosi luas, variasi beragam & serasi
Perilaku Motorik
Ragam perbuatan manusia yang dilandasi motif & tujuan tertentu
serta melibatkan seluruh aktifitas mental individu
Respons total individual terhadap situasi kehidupan
Ekspresi perilaku individual yang terwujud dalam ragam aktifitas
motorik
1. Stupor katatonia
Penurunan aktifitas motorik secara ekstrim gerak lambat hingga tidak bergerak &
kaku seperti patung

2. Furor Katatonia
Agitasi motorik yang ekstrim : kegaduhan motorik tidak bertujuan tanpa motif & tidak
di pengaruhi oleh stimulus eksternal

3. Katalepsia
Mempertahankan sikap tubuh dalam posisi tertentu & lama

4. Fleksibilitas Cerea
Sikap tubuh yang dapat di atur tanpa perlawanan : seperti lilin
Proses Pikir
1. Dereistic, tidak logis, magis
Normal : mimpi ; Abnormal : psikosis
2. Gangguan Bentuk / arus pikir
a. Asosiasi longgar
Arus pikir dengan ide berpindah2 dari 1 subyek ke subyek lain & tidak
berhubungan sama sekali
b. Inkoherensia
Pikiran / kata keluar bersama2 tanpa hubungan yang logis hasil
disorganisasi pikir
c. Flight of Ideas
Pikiran yang begitu cepat, pemindahan konstan dari 1 ide ke ide lain tapi
tidak parah mungkin masih dapat mengikuti jalan pikirannya
d. Sirkumstansial
Pembicaraan yang tidak langsung sehingga lambat mencapai point akibat
keterpakuan belebih pada detail & petunjuk

e. Tangensial
Ketidak mampuan mencapai tujuan secara langsung & sering tidak
mencapai point yang diharapkan
ISI PIKIR
Gangguan yang terjadi adalah pada buah pikiran / keyakinan bukan
pada cara penyampaian
1. Miskin isi pikir
Informasi sedikit karena ketidak jelasan, pengulangan yang kosong
/ frase yang tidak dikenal
2. Waham / Delusi
Suatu perasaan / keyakinan / kepercayaan yang keliru tentang
kenyataan eksternal, tidak konsisten, tidak bisa diubah lewat penalaran
/ penyajian fakta
a. Waham Bizarre
Keyakinan keliru, mustahil & aneh
(mahluk angkasa luar menanamkan elektoda di otak manusia)
1. Thought Echo
Isi pikir dirinya yang berulang / bergema dalam kepalanya
2. Thought Insertion / withdrawl
Isi pikiran asing masuk / diambil dari pikirannya
3. Thought Broadcasting
Isi pikiran tersiar keluar (hingga orang lain mengetahuinya)
Bersifat mistik / mukjisat
4. Delusion of Control
Waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan dari luar
5. Delusion of Influence
Dirinya di pengaruhi kekuatan luar
6. Delusion of Passivity
Dirinya tidak berdaya & pasrah terhadap kekuatan dari luar
7. Delusional Perception
Bersifat mistik / mukjisat
b. Waham Sistematik
Keyakinan yang tergabung dalam 1 tema / kejadian (orang dikejar polisi / mafia)
c. Waham Somatik
Melibatkan fungsi tubuh (yakin otaknya meleleh)
d. Waham paranoid
Waham kebesaran
Dirinya sangat kuat, berkuasa / besar
Waham kejar (persekutorik)
Korban dari usaha untuk melukai, menggagalkan orang berkomplot merugikan,
mencederai dirinya
Waham rujukan
Meyakini tingkah laku orang lain akan membahayakan / jahat terhadap dirinya
e. Waham Cemburu
f. Waham Erotomania
Merasa seseorang segitu mencintainya
3. Obsesi
Suatu ide kuat menetap seringkali tidak rasional biasa disertai
kompulsi untuk melakukan perbuatan, tidak dapat dihilangkan
dengan usaha logis, berhubungan dengan kecemasan.
4. Kompulsi
Kebutuhan & tindak patologis ntuk melaksanakan suatu impuls,
jika ditahan akan timbul kecemasan
5. Fobia
Ketakutan patologis / irasional yang persisten, berlebihan &
selalu terjadi berhubungan dengan stimulus / situasi spesifik
a. Fobia Spesifik : Terbatas pada obyek / situasi khusus (takut laba2, ular)
b. Fobia Sosial : Ketakutan dipermalukan di depan publik (takut
berbicara, tampil, makan di depan umum)
c. Akrofobia : Ketakutan berada di tempat tinggi
d. Agorafobia : Ketakutan ditempat terbuka, ramai, sulit melarikan diri
e. Klaustrofobia : Ketakutan di tempat sempit
f. Ailurofobia : Ketakutan pada kucing
g. Zoofabia : ketakutan pada binatang
h. Xenofobia : ketakutan pada orang asing
i. Fobia jarum
PERSEPSI
Proses mental yang merupakan pengiriman stimulus fisik menjadi infor psikologis
sehingga stimulus sensorik dapat diterima secara sadar
1. Depersonalisasi
Perasaan subyektif yang merasa dirinya (tubuhnya) sebagai Tidak nyata /
khayal

2. Derealisasi
Perasaan subyektif yang merasa lingkungannya menjadi asing / tidak nyata
3. Ilusi
Persepsi yang keliru / menyimpang dari stimulus eksternal yang nyata
4. Halusinasi
Persepsi yang keliru, tidak berhubungan dengan stimulus eksternal yang nyata
a. Hal Hipnagogik
Terjadi saat orang mulai tertidur
b. Hal Hipnapompik
saat orang mulai bangun tidur
c. Hal Audiotorik
d. Hal Visual
e. Hal Penciuman
f. Hal Pengecapan
g. Hal Taktil
Reality Testing of Ability (RTA)
Kemampuan seseorang untuk menilai realitas
Menentukan persepsi, respons emosi & perilaku dalam berelasi
dengan realitas kehidupan

Kekacauan perilaku, waham, halusinasi


Gangguan RTA
Daya Nilai :
Kemampuan untuk menilai situasi secara benar & bertindak sesuai
dengan situasi tersebut
Tilikan :
Kemampuan seseorang untuk memahami sebab sesungguhnya dan arti dari suatu situasi
1. Tilikan Derajat 1
Penyangkalan total terhadap penyakitnya
2. Tilikan Derajat 2
Ambivalensi terhadap penyakitnya
3. Tilikan Derajat 3
menyalahkan faktor lain sebagai penyebabnya
4. Tilikan Derajat 4
Sadar dirinya sakit, butuh bantuan, tapi tidak memahami penyebab sakitnya
5. Tilikan derajat 5
Sadar sakitnya & faktor penyebabnya tapi tidak menerapkan dalam perilaku
6. Tilikan derajat 6
Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai
perbaikan
Pemeriksaan Status Mental
Penampilan
mendeskripsikan penampilan pasien dan kesan fisik keseluruhan yang
tercermin dari postur, pembawaan, pakaian, dan kerapihannya. bila
pasien secara khas tampak aneh, dokter dapat bertanya, "Adakah
orang yang mengomentari penampilan Anda?" "Bagaimana Anda
menggambarkan penampilan Anda?" "Dapatkah Anda membantu
saya memahami pilihan Anda dalam berpenampilan?
Istilah umum yang digunakan untuk mendeskripsikan penampilan
adalah tampak sehat, tampak sakit, mudah terlihat sakit, penampilan
tenang, tampak tua, tampak muda, kusut, kekanak-kanakan, dan
aneh. Tanda ansietas harus diperhatikan: tangan lembab, dahi
berkeringat,postur tegang, mata melebar.
Perilaku dan Aktivitas Psikomotor yang Nyata
Kategori ini merujuk kepada aspek kuantitatif dan kualitatif dari
perilaku motorik pasien. termasuk di antaranya adalah manerisme, tik,
gerakan tubuh, kedutan, perilaku stereotipik, ekopraksia, hiperaktivitas,
agitasi, sikap melawan, fleksibilitas, rigiditas, gaya berjalan dan
kegesitan. Gelisah, meremas-remas tangan, berjalan mondar mandir,
dan manifestasi fisik lainnya harus dijelaskan. Retardasi psikomotor
atau melambatnya pergerakan tubuh secara umum harus ditandai.
Semua aktivitas yang tidak bertujuan harus dideskripsikan.
Sikap terhadap Pemeriksa
Sikap pasien terhadap pemeriksa dapat dideskripsikan sebagai
kooperatif, bersahabat, penuh perhatian, tertarik, blak-blakan,
seduktif, defensif, merendahkan. Kebingungan, apatis, bermusuhan,
suka melucu, menyenangkan, suka mengelak, atau berhati-hati;
semua kata sifat dapat digunakan di sini. Tingkat rapport yang terbina
harus dicatat.
Karakteristik Gaya Bicara
Gaya bicara dapat dideskripsikan berdasarkan kuantitas, laju produksi,
dan kualitasnya. Pasien dapat digambarkan sebagai banyak bicara,
cerewet, fasih, pendiam, tidak spontan, atau terespons normal
terhadap petunjuk dari pewawancara. Gaya bicara dapat cepat atau
lambat, tertekan, tertahan, emosional, dramatis, monoton, keras,
berbisik, cadel, terputus-putus, atau bergumam,pelo. Gangguan bicara,
contohnya gagap, dimasukkan dalam bagian ini. Irama yang tidak biasa
(dinamakan disprosodi) dan aksen apapun yang terdengar harus
dicatat. Apakah pasien berbicara spontan atau tidak?
Mood
didefinisikan sebagai emosi yang menetap dan telah meresap yang
mewarnai persepsi orang tersebut terhadap dunia. Seorang psikiater akan
tertarik untuk mengetahui apakah pasien berkomentar tentang
perasaannya secara sukarela atau apakah perlu menanyakan pasien
tentang bagaimana perasaannya. Pernyataan mengenai mood pasien
seyogianya mencakup kedalaman,intensitas,durasi dan fluktuasi. Kata sifat
yang biasa digunakan untuk mendeskripsikan mood berupa depresif, putus
asa, mudah tersinggung, cemas, marah, meluap-luap, euforik, hampa,
bersalah, terpesona. sia-sia, rendah diri, takut, atau bingung. mood dapat
labil, berfluktuasi, atau berganti dengan cepat antara dua ekstrim
(contohnya tertawa keras dan ekspansif pada satu waktu, menangis dan
putus asa di waktu berikutnya).
Afek
ekspresi yang ditunjukkan pasien terhadap hal yang ia rasakan di dalam. Afek
dapat dideskripsikan sebagai dalam kisaran normal, rnenyempit, tumpul, atau
datar.
afek normal terdapat variasi ekspresi wajah, nada suara,Pergerakan tangan dan tubuh.
afek menyempit, kisaran dan intensitas ekspresi berkurang.
afek tumpul, ekspresi emosi semakin jauh berkurang.
Untuk mendiagnosis afek datar, tidak boleh ditemukan tanda ekspresi afektif ; suara pasien
monoton dan wajahnya tidak bergerak.
Pasien waham kejar mestinya marah atau takut akan pengalaman yang dipercaya
teriadi pada dirinya. Sejumlah psikiater mengistilahkan ketidak sesuaian afek
untuk kualitas respons yang terdapat pada beberapa pasien skizofrenik Yaitu
ketika afek pasien tidak kongruen dengan apa yang sedang dia katakan
(contohnya afek datar saat membicarakan impuls untuk membunuh).
Persepsi
halusinasi dan ilusi mengenai dirinya atau lingkungannya. Sistem sensorik yang
terlibat (contohnya auditrius, visual, olfaktorius atau taktil) dan isi ilusi atau
halusinasi tersebut harus dijelaskan. Situasi pada saat terjadinya pengalaman
halusinasi penting diketahui; halusinasi hipnagogik (terjadi saat pasien tertidur)
dan halusinasi hipnopompik (terjadi saat pasien terbangun)
Perasaan depersonalisasi dan derealisasi (perasaan terlepas yang ekstrim dari diri
atau lingkungannya) . Formikasi, yaitu perasaan adanya serangga yang merayap
pada atau di bawah kulit, dapat ditemukan pada kokainisme.
Contoh pertanyaan yang digunakan untuk menggali pengalaman halusinasi
meliputi sebagai berikut: Pernahkah Anda nrendengar suara-suara atau bunyi-
bunyian lain yang tidak didengar orang lain atau saat tidak ada orang di sekitar
Anda? Pernahkah Anda mengalami sensasi aneh pada tubuh Anda yang
tampaknya tidak dirasakan oleh orang lain? Pernahkah Anda melihat
pemandangan atau hal yang sepertinya tidak dapat dilihat oleh orang lain?
Proses Pikir (Bentuk Pemikiran)
Pasien dapat memiliki ide sangat banyak,miskin ide, proses pikir yang cepat yang
berlangsung ekstrim(flight of ideas), berpikir lambat, dapat samar-samar atau kosong.
Apakah jawaban pasien dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan,
dan apakah pasien marnpu berpikir yang mengarah ke tujuan? Apakah jawaban relevan
atau tidak?Apakah terdapat hubungan sebab-akibat yang jelas dalam penjelasan pasien?
Apakah pasien memiliki asosiasi longgar.
Gangguan kontinuitas pikir meliputi pernyataan yang bersifat tangensial (hilangnya
benang merah pembicaraan), sirkumstansial,(hilangnya kemampuan berpikir yang
mengarah ke tujuan) meracau, suka mengelak. atau persevaratif.
Bloking adalah interupsi pada jalan pemikiran sebelum suatu ide selesai diungkapkan
pasien dapat mengindikasikan ketidakmampuan mengingat apa yang telah atau ingin
dikatakannya.
Gangguan proses pikir dapat tercermin dari word salad (hubungan antar pemikiran yang
tidak dapat dipahami atau inkoheren), clang association (asosiasi berdasarkan rima),
punning (asosiasi berdasarkan makna ganda), dan neologisme (kata-kata baru yang
diciptakan oleh pasien melalui kombinasi atau pemadatan kala-kata lain).
lsi Pikir

Gangguan isi pikir meliputi waham, preokupasi (yang dapat melibatkan penyakit
pasien), obsesi ("Apakah Anda memiliki ide yang menganggu dan berulang?"),
kompulsi (''Adakah hal yang Anda kerjakan berulang-ulang, dalam suatu repetisi?
"Adakah hal yang harus Anda lakukan dengan cara atau urutan tertentu?" "Bila Anda
tidak mengerjakan dengan cara tersebut,haruskah Anda mengulang?" "Apakah Anda
tahu mengapa Anda melakukannya dengan cara itu'?" fobia, rencana, niat. Ide
berulang mengenai bunuh diri atau pembunuhan, gejala hipokondriakal. dan
kecenderungan antisosial tertentu.
Waham dapat bersifat aneh dan melibatkan kepercayaan mengenai adanya kendali
eksternal. Waham dapat memiliki tema seperti kejar atau paranoid, kebesaran,
cemburu, somatik, bersalah, nihilistik, atau erotik. Adanya ide rujukan atau ide
pengaruh sebaiknya juga dijelaskan.
Contoh ide rujukan berupa kepercayaan pasien bahwa televisi atau radio sedang
membicarakan dirinya. Contoh ide pengaruh adalah kepercayaan bahwa ada orang
atau kekuatan lain yang mengendalikan beberapa aspek perilaku pasien.
Sensorium dan Kognisi pada pemeriksaan status mental berusaha
mengkaji fungsi organik otak dan inteligensi pasien, kemampuan
berpikir abstrak,serta derajat tilikan dan daya nilai.
Kesadaran Gangguan kesadaran biasanya mengindikasikan adanya
kerusakan organik pada otak. Kesadaran berkabut adalah
berkurangnya kesiagaan terhadap lingkungan secara menyeluruh.
Pasien mungkin tidak dapat memusatkan perhatian kepada stimulus
lingkungan atau mempertahankan pemikiran atau perilaku yang
mengarah ke tujuan. Kesadaran berkabut atau menumpul seringkali
bukan merupakan suatu keadaan mental yang menetap. Beberapa
istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan tingkat kesadaran
pasien adalah berkabut, somnolen, stupor, koma, letargi, kesiagaan,
dan keadaan fugue.
Orientasi dan Memori
gangguan orientasi waktu, tempat, dan orang. apakah pasien dapat
menyebutkan dengan tepat tanggal dan jam saat ini. Bila pasien rawat inap,
apakah mereka tahu telah berapa lama dirawat? Dirawat dimana? RS mana?
Sekarang ada dimana? Apakah pasien bersikap seolah mereka berorientasi ke
waktu sekarang? apakah pasiennya mengetahui nama-nama orang di sekitarnya
dan apakah mereka memahami perannya dalam hubungan dengan orang-orang
tersebut. Apakah ia mengetahui siapa diri pemeriksa?
Fungsi ingatan biasanya dibagi meniadi 4 area: ingatan jangka panjang, menengah. dan pendek,
serta retensi ingatan dan pengingatan (recaIl) segera. (Ada usaha untuk menutupinya?
Penyangkalan? Konfabulasi? Sirkumstansialitas?)
Ingatan jangka pendek dapat diperiksa dengan menanyakan pasien mengenai selera makan
dan apa yang dimakannya saat sarapan atau makan malam sebelurnnya. Pada poin ini pasien
dapat diminta untuk mengingat nama pewawancara. Meminta pasien untuk mengulangi
enam angka secara berurutan kemudian kebalikannya adalah uji untuk retensi ingatan scgera.
lngatan jangka panjang dapat diuji dengan menanyakan pasien mengenai informasi masa
kanak-kanaknya yang dapat diuji kebenarannya kemudian.
Meminta pasien untuk rnengingat berita penting terbaru selama beberapa bulan terakhir
digunakan untuk memeriksa ingatan jangka menengah.
Konsentrasi dan Perhatian
konsentrasi pasien dapat terganggu karena berbagai alasan. Gangguan
kognitif, ansietas, depresi, dan stimulus internal seperti halusinasi
auditorik semuanya dapat berperan menyebabkan gangguan konsentrasi.
Pengurangan kelipatan 7 dari angka 100 secara serial adalah tugas
sederhana yang memerlukan konsentrasi penuh dan kemampuan kognitif.
Apakah pasien mampu mengurangkan 7 dari 100 dan terus menguranginya
dengan kelipatan 7? Bila pasien tidak dapat mengurangi dengan kelipatan 7
mampukah melanjutkan dengan kelipatan 3? Dapatkah ia menyelesaikan
tugas yang lebih mudah 4 x 9, 5 x 4? Pemeriksa harus selalu mengkaji
apakah ansietas, sejumlah gangguan mood atau kesadaran, atau
kelemahan belajar berperan dalam kesulitan tersebut. Perhatian (atensi)
diperiksa dengan cara berhitung atau meminta pasien untuk mengeja kata
dunia (atau kata lain) secara terbalik. Pasien juga dapat diminta untuk
menyebutkan lima nama benda yang dimulai dengan huruf tertentu.
Membaca dan Menulis Pasien harus diminta untuk membaca suatu
kalimat (contohnya, "Pejamkan matamu") kemudian mengerjakan hal yang
diperintahkan oleh kalimat itu. Pasien juga harus diminta untuk menulis
kalirnat sederhana namun lengkap.
Kemampuan Visuospasial Pasien harus diminta untuk menyalin suatu
gambar. misalnya bagian depan jam dinding atau segilima bertumpuk.
Pikiran Abstrak kemampuan untuk menangani konsep-konsep. Pasien
mungkin memiliki gangguan dalam membuat konsep atau menangani ide.
Dapatkah pasien menjelaskan persamaan, contohnya antara apel dengan
pir? Dapatkah pasien memahami peribahasa sederhana, seperti "Air beriak
tanda tak dalam" jawaban dapat konkret (memberikan contoh spesifik
untuk menggambarkan artinya) atau sangat abstrak (memberi penjelasan
yang sangat umum). Ketepatan jawaban dan cara memberikan jawaban
harus dicatat. Pada reaksi katastroflk. pasien dengan kerusakan otak
menjadi sangat emosional dan tidak dapat berpikir secara abstrak.
lnformasi dan lnteligensi Bila dicurigai terdapar kemungkinan gangguan
kognitif untuk cek kemampuan dasarnya menghitung,kalkulasi dan
pengetahuan umum. apakah pasien mengalami kesulitan dengan tugas
mental. seperti menghitung kembalian Apabila tugas ini terlalu sulit,
dapatkah soal mudah (seperti, ada berapa uang 5 sen dalam uang $1,35)
dipecahkan? Inteligensi pasien berhubungan dengan kosa kata dan
pengetahuan umumnya (contohnva .jarak dari New York ke Paris, Presiden
AS). tingkat pendidikan pasien (baik formal maupun swa-edukasi) dan
status sosioekonomi harus diperhitungkan.
Impulsivitas Apakah pasien mampu mengendalikan impuls seks,agresi
dan impuls lainnya? Pengkajian pengedalian impuls penting untuk
memastikan kesadaran pasien akan perilaku sosial yang pantas dan
merupakan ukuran potensi bahaya pasien terhadap dirinya sendiri dan
orang lain. Pasien mungkin tidak mampu mengendalikan impuls akibat dari
suatu defek karakter yang kronik,seperti yang ada pada gangguan
kepribadian. Pengendalian impuls dapat diperkirakan dari inormasi
mengenai riwayat pasien terkini dan perilaku yang diamati selama
wawancara
Daya nilai selama berlangsungnya anamnesis psikiater harus mampu mengkaji aspek
kemampuan pasien untuk penilaian sosial. Apakah pasien memahami kemungkinan akibat
perilakunya dan apakah pasien terpengaruh oleh pemahaman tersebut?(daya nilai sosial)
Dapatkah pasien meramalkan apa yang akan dilakukannya dalam suatu situasi imajiner.(daya nilai
pengujian) Contoh: apa yang akan dilakukan pasien jika ada asap muncul di bioskop?
Tilikan tingkat kesadaran dan pemahaman pasien akan penyakitnya. Ringkasan tingkat tilikan
adalah sebagai berikut.
1. penyangkalan total atas penyakitnya.
2. sedikit menyadari bahwa dirinya sakit dan memerlukan bantuan namun pada saat yang sama
menyangkalnya.
3. kesadaran bahwa dirinya sakit namun menyalahkan orang lain, faktor eksternal, atau faktor
organik.
4. kesadaran bahwa penyakit disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui di dalam diri pasien.
5. tilikan intelektual: pengakuan bahwa pasien sakit dan bahwa gejala atau kegagalan
penyesuaian sosial disebabkan oleh perasaan atau gangguan dari pasien sendiri yang tidak
rasional tanpa menerapkan pengetahuan ini pada pengalaman di masa depan.
6. tilikan emosional sejati: kesadaran emosional akan motif dan perasaan dalarn diri pasien dan
orang-orang penting dalam hidupnya, yang dapat menyebabkan perubahan perilaku mendasar.
Realiabilitas
Bagian status mental ini menyimpulkan kesan psikiater tentang sejauh
mana pasien dapat dipercaya dan kemampuan untuk melaporkan
keadaannya secara akurat. Hal ini mencakup perkiraan kesan psikiater
terhadap kejujuran atau keterusterangan pasien. Sebagai contoh, jika
pasien terbuka mengenai penyalahgunaan obat tertentu secara aktif
atau mengenai keadaan yang menurut pasien dapat berpengaruh
buruk (misalnya, bermasalah dengan hukum), psikiater dapat
memperkirakan bahwa reliabilitas pasien adalah baik.
Pemeriksaan diagnostik lanjutan
A. Pemeriksaan fisik
B. Pemeriksaan neurologis
C. Wawancara psikiatri diagnostik tambahan
D. Wawancara dengan anggota keluarga, teman atau tetangga yang
dilakukan oleh pekerja sosial
E. Tes psikologis, neurologis, atau laboratorium sesuai indikasi:
elektroensefalogram, CT scan, MRl, tes terhadap penyakit medis lain, tes
pemahaman bacaan dan mengarang, tes untuk afasia, tes psikologis
proyektif atau objektif. uji supresi deksametason, tes urine 24.jam tuntuk
intoksikasi logam berat, penapisan urine untuk penyalahgunaan obat
Klasifikasi diagnosis
Aksis l: sindrom klinis (misalnya gangguan mood, skizofrenia, gangguan
ansietas menyeluruh) dan penyakit lain yang menjadi fokus perhatian klinis
Aksis II: gangguan kepribadian, retardasi mental, dan mekanisme defensi
Aksis III: semua penyakit medis umum (misalnya epilepsi, penyakit
kardiovaskular, kelainan endokrin)
Aksis IV: masalah psikososial dan lingkungan (misalnya perceraian, luka,
kematian orang yang dicintai) yang berhubungan dengan Penyakit
Aksis V: penilaian fungsi secara global yang ditunjukkan oleh pasien selama
wawancara (misalnya fungsi sosial, pekerjaan, dan psikologis); dengan
menggunakan kisaran nilai kontinu dari 100 (fungsi superior) sampai 1
(fungsi sangat terganggu)
Pemeriksaan Penunjang
Penunjang
CT-Scan atau MRI Otak
Pembesaran Ventrikel Pada Otak
Atrofi Kortikal
Asimetri serebral yang terbalik
Pemeriksaan Laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
http://www.parkinson.org/understanding-parkinsons/non-motor-
symptoms/Psychosis/What-are-the-Risk-Factors-for-Psychosis
http://www.healthline.com/health/psychosis#Riskfactors5
http://schizophreniabulletin.oxfordjournals.org/content/35/5/847.full
Buku Ajar Psikiatri Klinik Kaplan & Sadock edisi 2

Anda mungkin juga menyukai