Anda di halaman 1dari 17

LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

KEKERABATAN BAHASA BUGIS DAN BAHASA HULONTALO

Oleh:
Ulfah Nurul Amanah
18/434480/PSA/08457
Email: ulfahnurul94@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang kekerabatan bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo.
Responden dalam penelitian ini merupakan penutur asli dari Bugis dan Gorontalo.
Metode analisis yang digunakan adalah metode padan dengan menyepadankan
kosakata yang sama dalam bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo. Teori yang
digunakan adalah tenta korespondensi fonemis dan leksikostatistik.
Hasil analisis di atas dapat diperoleh korespondensi fonemis sebanyak 9 macam,
yang terdiri dari korespondensi fonem vokal sebanyak 6 korespondensi, yaitu
/a/~/o/, /a/~/ɔ/, /ɛ/~/u/, /u/~/i/, /o/~/u/, /ø/~/o/, dan 3 korespondensi fonem konsonan
yaitu /n/~/ŋ/, /s/~/t/, dan /ʔ/~/ø/. Dari analisis data yang telah dilakukan, bahasa
Bugis lebih dekat dengan bahasa induk dari pada bahasa Hulontalo. Penghitungan
leksikostatistik menunjukkan bahwa presentase kekerabatan bahasa Bugis dan
bahasa Hulontalo sebanyak 16%. Bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo merupakan
bahasa tunggal pada 4.855-3.601 dan mulai berpisah dari bahasa induknya antara
2.836 SM – 1.582 SM (dihitung dari tahun 2019).

Kata kunci: Korespondensi, Leksikostatistik, Bahasa Bugis, Bahasa Hiulontalo

A. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang digunakan untuk
berkomunikasi antar manusia di dalam suatu kelompok masyarakat. Setiap kelompok
masyarakat memiliki bahasa tersendiri yang berbeda-beda, selain untuk
berkomunikasi, bahasa juga digunakan sebagai identitas suatu kelompok masyarakat.
Terdapat berbagai macam kelompok masyarakat dan suku yang ada di Indonesia yang
memiliki bahasa yang beragam. Diantara ragam bahasa yang ada di Indonesia,
penelitian ini akan membahas kekerabatan antara bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo.
Bahasa Bugis merupakan bahasa yang digunakan oleh etnik Bugis yang
mendiami wilayah provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan bahasa Hulontalo
merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah provinsi
Gorontalo. Penggunaan istilah bahasa Hulontalo merujuk pada bahasa, sedangkan
istilah Gorontalo lebih merujuk pada daerah otonomi. Kedua bahasa ini merupakan
bahasa-bahasa yang masuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Kedua bahasa ini
menarik untuk diteliti kekerabatannya karena letak Geografisnya yang berada dalam

1
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

satu pulau yaitu pulau Sulawesi. Walaupun berada dalam satu pulau, penutur bahasa
Bugis dan bahasa Hulontalo tidak saling memahami bahasa satu dengan yang lainnya.
Dikarenakan letak wilayah antar penutur berjauhan. Mayoritas penutur bahasa Bugis
berada di daerah Selatan pulau, sedangkan penutur bahasa Hulontalo berada di daerah
utara pulau.
Penelitian tentang bahasa Bugis dan Hulontalo sudah pernah dilakukan
sebelumnya, diantaranya: 1) Penelitian yang dilakukan oleh Machmoed (2014) yang
berjudul “Rekonstruksi Proto Kelompok Bahasa Gorontalo”. Hasil analisis
menunjukkan bahwa bahasa-bahasa yang masuk ke dalam kelompok bahasa
Gorontalo memiliki kekerabatan yang erat, selain itu perubahan bunyi yang terjadi
masih berkaitan dengan wilayah artikulasi seperti /h/ menjadi /g/. Dalam penelitian
tersebut tidak dijelaskan secara rinci waktu pisah antar bahasa dengan bahasa
induknya. 2) Penelitian yang dilakukan oleh Sholihah (2019) yang berjudul
“Korespondensi Fonemis Bahasa Melayu Makassar, Bahasa Mandar, dan Bahasa
Bugis”. Hasil analisis menunjukkan bahwa ditemukan korespondensi fonemis berupa
/ə~a/, /a~ə/, /u~ɔ/ dan /b~w/. Selain itu, bahasa Melayu Makassar lebih dekat
kekerabatannya dengan bahasa Mandar daripada dengan bahasa Bugis. 3) Penelitian
yang dilakukan oleh Auliani (2018) yang berjudul “Leksikostatistik bahasa Gorontalo,
Bugis, Sumbawa dan Bima”. Hasil analisis menunjukkan bahwa bahasa Bugis dan
bahasa Sumbawa merupakan pasangan bahasa tertua. Jurnal penelitian tersebut hanya
menunjukkan perhitungan waktu pisah masing-masing bahasa namun tidak
menunjukkan korespondensi bahasa yang diteliti. Dengan demikian, penelitian
tentang kekerabatan bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo belum dilakukan
sebelumnya, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang kekerabatan bahasa
Bugis dan bahasa Hulontalo. Sedangkan manfaat dari penelitian ini agar menambah
wawasan masyarakat tentang kekerabatan bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo serta
menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya yang akan meneliti tentang bahasa Bugis
maupun bahasa Hulontalo.
Masalah yang akan dikupas dalam penelitian ini telah dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana korespondensi fonemis yang terjadi pada bahasa Bugis dan
bahasa Hulontalo?

2
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

2. Kapan bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo berpisah dengan bahasa


induknya?
Untuk menjawab permasalahn tersebut maka akan dikemukakan metode, teori dan
hasil analisis di bawah ini.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan tiga macam metode, yaitu metode pengumpulan
data, metode analisis data, dan metode penyajian data. Metode pengumpulan data
yang dilakukan adalah metode cakap dengan teknik cakap semuka yaitu wawancara
secara langsung dengan responden (Sudaryanto, 2015:208-209). Kosakata yang
digunakan sebagai landasan wawancara adalah kosakata Swadesh yang berjumlah 207
kata, yang didapatkan dari id.m.wiktionary.org. Selain itu, penelitian ini juga
menggunakan kosakata yang digunakan oleh Prof. Dr. N.H. Kern dalam menentukan
negeri asal bahasa-bahasa Austronesia, kosakata tersebut berjumlah 100 kata.
Sehingga total jumlah kosakata yang digunakan sebagai landasan wawancara
pengumpulan data berjumlah 307 kata.
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode padan
dengan menyepadankan dua bahasa guna mencari kesamaan diantara kedua bahasa.
Teknik dasar yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu yaitu dengan
memilah kata dasar yang berkerabat antara bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo, yang
memiliki kesamaan bentuk dan makna (cognate). Selanjutnya mengeluarkan glos
tidak diperhitungkan yang berupa kata-kata kosong, kata pinjaman, kata jadian dan
kata yang sama. Langkah selanjutnya yaitu dengan pengisolasian morfem terikat.
Kosakata cognate yang telah dipilah, kemudian dikelompokkan berdasarkan
korespondensi fonemisnya dan dibuat kaidahnya. Selanjutnya mengelompokkan kata
berdasarkan perubahan bunyinya, kemudian menghitung waktu pisah kedua bahas
adengan bahasa Induknya dan menyimpulkan hasil analisis.
Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan adalah metode penyajian
formal dengan menggunakan tanda dan lambang-lambang.
C. LANDASAN TEORI
1. Linguistik Historis Komparatif
Linguistik historis komparatif adalah suatu cabang dari ilmu bahasa yang
mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa
yang terjadi dalam bidang waktu tersebut (Keraf, 1984:22). Berdasarkan pendapat
tersebut, penelitian linguistik historis komparatif terdiri dari dua macam, yaitu

3
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

penelitian sinkronis yang meneliti perubahan bahasa dari waktu ke waktu dan
penelitian diakronis, yaitu penelitian bahasa yang meneliti perubahan bahasa pada
waktu tertentu. Oleh karena itu, perubahan bahasa yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah perubahan bahasa yang terjadi pada satu waktu tertentu.
Ilmu ini menekankan kajiannya pada bentuk-bentuk fonem yang ada dalam
sebuah kata. Kata yang dikaji merupakan kata yang mirip atau berkerabat (cognate).
Dalam menganalisis kata kerabat, perlu adanya kriteria kosakata yang dapat dikatakan
sekerabat. Keraf (1984:37-38) mengungkapkan kriteria penetapan kata kerabat
sebagai berikut:
a. Kosakata dari suatu kelompok bahasa tertentu secara relatif memperlihatkan
kesamaan yang besar
b. Perubahan fonetis memperlihatkan sifat yang teratur.
c. Semakin dalam ditelusuri bahasa kerabat, maka semakin banyak terdapat
kesamaan antara pokok-pokok yang dibandingkan.
2. Korespondensi Bunyi
Korespondensi bunyi disebut juga dengan kesepadanan bunyi. Korespondensi
bunyi dilakukan dengan mendaftar kosakata dari beberapa bahasa, kemudian
memperbandingkan fonem demi fonem dari setiap segmen. Setiap fonem yang
terdapat dalam posisi yang sama dimasukkan dalam satu perangkat korespondensi.
(Keraf, 1984:49). Untuk membuktikan bahwa perangkat korespondensi yang telah
dilakukan bukan sebuah kebetulan, maka ada beberapa tahapan korespondensi, 1)
rekurensi fonemis yaitu prosedur untuk menemukan perangkat bunyi yang muncul
secara berulang-ulang dalam sejumlah pasang kata disebut. Sebagaimana dalam
contoh tabel berikut ini:
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
1. 26 lima *lima19 [lima] [limɔ] a~ɔ
2. 74 mata *mata3 [mata] [matɔ] a~ɔ
3. 183 baru *baɣu5 [baru] [bɔhu] a~ɔ

Korespondensi bunyi /a/~/o/ terjadi secara berulang, dengan demikian telah


membuktikan bahwa perangkat tersebut bukan karena kebetulan.

4
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

2) Ko-okurensi yaitu memperhatikan gejala-gejala tambahan yang terjadi sedemikian


rupa pada kata-kata kerabat yang mirip bentuk dan maknanya, sehingga dapat
mengaburkan baik kemiripan bentuk maknanya maupun korespondensi fonemisnya
dengan kata-kata lain dalam bahasa kerabat lainnya, seperti contoh pada data no. 2 di
bawah ini
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo
Data
(BB) (BH)
1. 2 kamu *ko34 [ʔiko] [ʔiyiʔo]

Kata [ʔiko] dalam bahasa Bugis memiliki bentuk yang berbeda dengan kata [ʔiyiʔo]
dalam bahasa Hulontalo, namun dilihat dari susunan fonem, kedua kata tersebut
berkarabat.
3) Analogi yaitu merupakan suatu proses pembentukan kata mengikuti contoh-contoh
yang sudah ada (Keraf, 1984: 52-56).
3. Leksikostatistik
Keraf (1984:121) mengungkapkan bahwa leksikostastistik adalah suatu teknik
dalam pengelompokkan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian
berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan prosentase kesamaan dan
perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. Sedangkan menurut Parera (1991:107)
leksikostatisktik dipergunakan untuk studi statistik kosakata dengan tujuan-tujuan
historis. Rumus dalam penghitungan leksikostatistik yaitu:
𝑳𝒐𝒈 𝑪
W= 𝟐 𝑳𝒐𝒈 𝒓

Dengan mempergunakan dasar-dasar leksikostatistik, kemudian dapat


ditentukan status hubungan kekerabatan antarbahasa sebagai berikut:
Tingkatan bahasa Waktu pisah dalam abad Prosentase kata kerabat
Bahasa (Language) 0-5 100-81
Keluarga (Family) 5-25 81-36
Rumpun (Stock) 25-50 36-12
Mikrofilum 50-75 12-4
Mesofilum 75-100 4-1
Makrofilum 100-ke atas 1-kurang dari 1%

5
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil analisis data ditemukan sekurangnya ada 56 kata kerabat dari 307
kosakata yang telah disusun dalam tabel di bawah ini:
1. Kosakata yang berkerabat (cognate)
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo
Data
(BB) (BH)
2. 1 saya *ʔakuʔ5 [ʔiya] [watiya]
3. 2 kamu *ko10 [ʔiko] [ʔiyiʔo]
4. 9 (di) sini *di (nN)i15 [kamai] [yamai]
5. 11 siapa *s+ai1 [niga] [tita]
6. 42 ibu **Ɂibuʔ [əmaʔ] [mama]
7. 38 manusia *tau7 [tau] [tau]
8. 48 kutu *kutu24 [ʔutu] [ʔutu]
9. 49 abu *ʔabu5 [ʔabu] [ʔabu]
10. 23 dua *ḍuwa1 [duwa] [duluwo]
11. 24 tiga *tolu8 [təlu] [tɔlu]
12. 25 empat *Ɂǝpat3 [ʔəppa] [wɔpato]
13. 26 lima *lima29 [lima] [limɔ]
14. 74 mata *mata3 [mata] [matɔ]
15. 56 daun *daʔun5 [dauŋ] [dungɒ]
16. 58 kayu *kajuʔ5 [ʔaju] [ ʔayu]
17. 61 tali *tali1 [tulu] [tali]
18. 59 bunga *buŋaʔ5 [ʔuŋa] [buŋa]
19. 63 daging *dagiŋ5 [dagiŋ] [dagiŋi]
20. 64 darah *daɣah1 [dara] [duhu]
21. 68 tanduk *tanduk4 [tanru] [tuŋɛ]
22. 78 lidah *dilah5 [lila] [dila]
23. 82 lutut *tuhud29 [ʔutu] [ʔuʔu]
24. 89 payudara *tɁutɁu5 [tɛtɛ] [tutu]
25. 93 makan *ma-kan28 [manrɛ] [mɔŋa]
26. 99 nafas *n'ava29 [ɲawa] [moʔilawɔ]
27. 104 pikir *ki[r]a25 [pikiri] [mikirani]

6
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

28. 109 mati *matay4 [matɛ] [yilatɛ]


29. 113 pukul *mpatu31 [tɛtɛ] [patɛ]
30. 156 batu *batuʔ5 [batu] [bɒtu]
31. 162 langit *laŋit5 [laŋi] [huluŋɔ]
32. 168 abu *ʔabu [ʔabu] [ʔabu]
33. 173 hijau *qizaw4 [ʔido] [moyidu]
34. 175 putih *putih5 [maputɛ] [mɔputiʔɔ]
35. 179 tahun *tahun5 [tawuŋ] [tawunu]
36. 183 baru *baɣu5 [baru] [bɔhu]
37. 172 merah *meRa17 [cəlla] [mɛla]
38. 16 bukan/tidak *di16 [de] [dila]
39. 210 ayam *- [manuʔ] [manuʔo]
40. 211 babi *babuy1 [bawi] [bɔyi]
41. 216 bawah *babah5 [yawa] [tibawa]
42. 218 beras *beRas4 [bɛrɛʔ] [pale]
43. 243 kasar *sauaa27 [kossaraʔ] [kasari]
44. 249 lalat *laŋav5 [laleʔ] [laŋɔ]
45. 254 lepas *lepas4 [lɛppɛʔ] [lolopato]
46. 256 lupa *lupa'5 [nallupai] [lipato]
47. 262 nyamuk *lamuk5 [namoʔ] [lamuʔo]
48. 266 panah *panah1 [panah] [pana]
49. 267 pandan *panDan4 [pandaŋ] [ponda]
50. 272 pergi *laku29 [laʔo] [monaʔo]
51. 276 putus *puTul4 [pɛttu] [putu]
52. 280 rumah *balay7 [bola] [bele]
53. 282 salah *t'alah5 [sala] [tilala]
54. 287 sepuluh *puluh5 [səppulo] [mopulu]
55. 293 telur kutu *- [lissa] [lita]
56. 301 tujuh *pitu1 [pitu] [pitu]
57. 303 tuna *- [tunae] [tuna]

7
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

2. Glos Tidak Diperhitungkan


Dari 307 kosakata, telah ditemukan ada 9 kata yang masuk ke dalam glos yang
tak diperhitungkan. Kesembilan kata tersebut yaitu:
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo
Data
(BB) (BH)
1. 84 sayap *sayap7 - [pɔlɔtiʔɔ]
2. 145 beku *- - -
3. 164 salju *- - -
4. 165 es *- - -
5. 193 licin *- - [mɔhutu]
6. 228 busur *bə(ŋ)kuŋ5 - [tobuʔo]
7. 240 hiu *maŋo26 - [moŋgiyaŋɔ]
8. 252 langau *laŋav5 - [duwayo]
9. 300 tuba *- - [liyala]

3. Kosakata Identik
Terdapat empat kata cognate yang identik dalam bahasa Bugis dan bahasa
Hulontalo yang terdiri dari kata di bawah ini:
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo
Data
(BB) (BH)
1 38 Manusia *tau12 [tau] [tau]
2 48 Kutu *ʔutu12 [ʔutu] [ʔutu]
3 49 Abu *ʔabu5 [ʔabu] [ʔabu]
4 301 tujuh *pitu1 [pitu] [pitu]

4. Korespondensi fonem vokal


Dalam penelitian ini telah ditemukan beberapa korespondensi fonem vokal yaitu,
/a/~/o/, /a/~/ɔ/, /ɛ/~/u/, /u/~/i/, /o/~/u/, /ø/~/o/

8
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

a. Korespondensi fonem /a/ ̴ /o/


Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
1. 23 dua *ḍuwa1 [duwa] [duluwo] a~o
2. 25 empat * Ɂǝpat6 [ʔəppa] [wɔpato] a~o
3. 267 pandan *panDan4 [pandaŋ] [ponda] a~o

Korespondensi fonem vokal /a/ dalam BB menjadi /o/ dalam BH, terjadi pada
semua posisi, baik terbuka maupun tertutup. Proto fonem PAN */a/ tetap
dipertahankan dalam BB, sedangkan dalam BH berubah menjadi /o/.
b. Korespondensi fonem /a/ ̴ /ɔ/
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
4. 26 lima *lima19 [lima] [limɔ] a~ɔ
5. 74 mata *mata3 [mata] [matɔ] a~ɔ
6. 183 baru *baɣu5 [baru] [bɔhu] a~ɔ

Korespondensi fonem vokal /a/ dalam BB menjadi /ɔ/ dalam BH terjadi pada
posisi terbuka. Sebagaimana pada korespondensi fonem vokal sebelumnya, proto
fonem PAN */a/ dalam BB tetap dipertahankan sedangkan dalam BH menjadi /ɔ/.
c. Korespondensi fonem /ɛ/ ̴ /u/
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
1. 89 payudara *tɁutɁu5 [tɛtɛ] [tutu] ɛ~u
2. 276 Putus *puTul4 [pɛttu] [putu] ɛ~u

Korespondensi fonem vokal /ɛ/ dalam BB menjadi /u/ dalam BH terjadi pada
posisi terbuka maupun tertutup. Proto fonem PAN */u/ berubah menjadi /ɛ/ dalam
BB, sedangkan dalam BH tetap dipertahankan.

9
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

d. Korespondensi fonem /u/ ̴ /i/


Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
1. 61 tali *tali [tulu] [tali] u~i
2. 256 lupa *lupa'5 [nallupai] [lipato] u~i

Fonem vokal /u/ dalam BB berubah menjadi /i/ dalam BH, perubahan tersebut
terjadi pada posisi terbuka. Sedangkan proto fonem PAN */i/ berubah menjadi /u/
pada BB, dan tetap dipertahankan pada BH sebagaimana pada kata *tali (PAN), tulu
(BB), tali (BH). Begitupun sebaliknya, proto fonem PAN */u/ tetap dipertahankan
dalam BB, dan berubah menjadi /i/ dalam BH.
e. Korespondensi fonem /o/ ̴ /u/
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
1. 287 Sepuluh *puluh5 [səppulo] [mopulu] o~u
2. 173 Hijau *hidʔav5 [ʔido] [moyidu] o~u
3. 262 Nyamuk *lamuk5 [namoʔ] [lamuʔo] o~u

Fonem vokal /o/ pada ultima dalam BB berubah menjadi /u/ pada BH. Proto
fonem PAN */u/ tetap dipertahankan dalam BH, seperti pada kata 287 dan 262.
Sedangkan dalam kata 173, proto fonem PAN */a/ berubah menjadi /o/ dan /u/ dalam
BB dan BH.
f. Korespondensi fonem /ø/ ̴ /o/
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
1. 210 ayam *- [manuʔ] [manuʔo] ø~o
2. 262 nyamuk *lamuk5 [namoʔ] [lamuʔo] ø~o

Fonem vokal /ø/ pada posisi ultima tertutup dalam BB menjadi /o/ pada posisi
ultima terbuka dalam BH. Hal tersebut terjadi hanya apabila terdapat fonem /uʔ/ pada

10
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

penoltima tertutup BH. Penambahan bunyi biasanya terjadi pada posisi akhir kata, dan
kebanyakan bahasa menambahkan bunyi vokal (Crowley, 1987:32).
Dari hasil korespondensi di atas, seluruh morfem dalam bahasa Hulontalo
selalu diakhiri dengan fonem vokal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Machmoed (2014:3) bahwasanya suku kata pada akhir kata bahasa
Gorontalo adalah suku kata terbuka atau diakhiri oleh vokal.

7. Korespondensi fonem konsonan


Korespondensi fonem konsonan dalam BB dan BH terdiri dari /n/~/ŋ/, /s/~/t/,
dan /ʔ/~/ø/.
a. Korespondensi fonem /n/ ̴ /ŋ/
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
1. 68 Tanduk *tanduk4 [tanru] [tuŋɛ] r~ŋ
2. 93 Makan *ma-kan29 [manrɛ] [mɔŋa] r~ŋ

Fonem /n/ pada posisi akhir penoltima tertutup dalam BB berubah menjadi /ŋ/
pada posisi awal ultima terbuka dalam BH. Perubahan tersebut terjadi apabila fonem
/n/ yang diikuti oleh fonem /r/ pada BB maka menjadi fonem /ŋ/ pada BH, sehingga
terjadi penghilangan bunyi /r/ atau disebut dengan cluster (cluster reduction) (Crowly,
1987:29).
b. Korespondensi fonem /s/ ̴ /t/
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
1. 282 salah *t'alah5 [sala] [tilala] s~t
2. 293 telur kutu *- [lissa] [lita] s~t

Fonem /s/ dalam BB berubah menjadi fonem /t/ dalam BH pada awal ultima
maupun penoltima yang terbuka. Proses perubahan bunyi /s/ menjadi /t/ disebut
dengan disimilasi (Keraf, 1984:88).

11
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

c. Korespondensi fonem /ʔ/ ̴ /ø/


Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
1. 218 beras *beRas4 [bɛrɛʔ] [pale] ʔ~ø
2. 243 kasar *sauaa28 [kossaraʔ] [kasari] ʔ~ø
3. 249 lalat *laŋav5 [laleʔ] [laŋɔ] ʔ~ø
4. 254 lepas *lepas4 [lɛppɛʔ] [lolopato] ʔ~ø

Perubahan fonem /ʔ/ pada akhir ultima tertutup dalam BB menjadi /ø/ pada
akhir ultima tertutup dalam BH dikarenakan tidak ditemukannya ultima tertutup
dalam bahasa Hulontalo. Sedangkan dalam bahasa Bugis, semua konsonan eksplosif
pada akhir kata bahasa-bahasa lain akan berubah menjadi konsonan glotal dalam
bahasa bugis (Keraf, 1984:46). Sebagaimana yang terjadi pada kata 249, berdasarkan
glos dalam bahasa Indonesia, lalat dalam BB juga diakhiri dengan fonem glotal yaitu
/ʔ/.
8. Leksikostatistik
Berdasakan analisis korespondensi-korespondensi fonemis pada BB dan BH di
atas, dapat dilihat hasil klasifikasi kerabat bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo pada
tabel di bawah ini:
Nama data jumlah
Vb (variabel bebas)/ banyak kosakata dasar dari bahasa 307
Bugis dan bahasa Hulontalo
Vd (variabel dasar)/n=vb- gloss yang tidak 298
diperhitungkan
Vt (variabel terkait)/kosakata kerabat = vd-non kerabat 47

Pasangan identik 4
Pasangan yang memiliki korespondensi fonemis 23
Gloss yang tidak diperhitungkan 9
Kosakata non kerabat 251

12
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

a. Waktu pisah bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo


𝑽𝒕 𝟒𝟕
C = 𝑽𝒅 x 100% = 𝟐𝟗𝟖 x 100% = 16%

Persentase kekerabatan bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo adalah 16%.


𝑳𝒐𝒈 𝑪 𝐥𝐨𝐠 𝟎,𝟏𝟔 −𝟎,𝟕𝟗𝟓 𝟎,𝟕𝟗𝟓
W= 𝟐 𝑳𝒐𝒈 𝒓 = 𝟐 𝒙 𝐥𝐨𝐠 𝟎,𝟖𝟎𝟓 = 𝟐 𝒙−𝟎,𝟎𝟗𝟒 = = 4.228 tahun
𝟎,𝟏𝟖𝟖

Berdasarkan penghitungan di atas, rentang pisah bahasa Bugis dan bahasa


Hulontalo adalah 4.228 tahun yang lalu, dengan kata lain bahasa Bugis dan bahasa
Hulontalo diperkirakan berpisah dari bahasa induknya kurang lebih 2.209 SM
(dihitung pada tahun 2019).
b. Menghitung kesalahan standar
𝒄−(𝟏−𝒄) 𝟎,𝟏𝟔−(𝟏−𝟎,𝟏𝟔) 𝟎,𝟏𝟔𝒙𝟎,𝟖𝟒 𝟎,𝟏𝟑𝟒𝟒
S= √ =√ =√ =√ = √𝟎. 𝟎𝟎𝟐𝟖𝟓 = 0,05
𝒏 𝟒𝟕 𝟒𝟕 𝟒𝟕

Hasil dari kesalahan standar tersebut kemudian dijumlahkan dengan


persentase kerabat untuk mendapat C baru.
Cbaru = 0,16 + 0,05 = 0,21
Dengan Cbaru, kemudian dihitung kembali waktu pisah menggunakan rumus di
bawah ini:
𝑳𝒐𝒈 𝑪 𝑳𝒐𝒈 𝟎,𝟐𝟏𝟎 −𝟎,𝟔𝟕𝟕 𝟎,𝟔𝟕𝟕
Wbaru= 𝟐 𝑳𝒐𝒈 𝒓 = 𝟐 𝒙 𝑳𝒐𝒈 𝟎,𝟖𝟎𝟓 = 𝟐 𝒙−𝟎,𝟎𝟗𝟒 = 𝟎,𝟏𝟖𝟖 = 3.601 tahun

Untuk mendapatkan jangka kesalahan, maka:


Wlama – Wbaru = 4.228 – 3.601 = 627
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa 1) bahasa Bugis dan bahasa
Hulontalo merupakan bahasa tunggal pada 4.228 ± 627 tahun yang lalu 2) bahasa
Bugis dan bahasa Hulontalo merupakan bahasa tunggal pada 4.228 + 627 = 4.855
dan 4.228 – 627 = 3.601. Jadi bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo merupakan bahasa
tunggal 4.855-3.601 tahun yang lalu 3) bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo mulai
berpisah dari bahasa induknya antara 2.836 SM – 1.582 SM (dihitung dari tahun
2019).

13
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

Dari analisis data yang telah dilakukan, bahasa Bugis lebih dekat dengan
bahasa induk dari pada bahasa Hulontalo, sehingga dapat digambarkan sebagai
berikut ini:

PAN

Bahasa Bugis

Bahasa Hulontalo
E. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diperoleh korespondensi fonemis
sebanyak 9 macam, yang terdiri dari korespondensi fonem vokal sebanyak 6
korespondensi, yaitu /a/~/o/, /a/~/ɔ/, /ɛ/~/u/, /u/~/i/, /o/~/u/, /ø/~/o/, dan 3
korespondensi fonem konsonan yaitu /n/~/ŋ/, /s/~/t/, dan /ʔ/~/ø/.
Dari analisis data yang telah dilakukan, bahasa Bugis lebih dekat dengan
bahasa induk dari pada bahasa Hulontalo. Penghitungan leksikostatistik menunjukkan
bahwa presentase kekerabatan bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo sebanyak 16%.
Kedua bahasa tersebut merupakan bahasa tunggal pada 4.855-3.601 dan mulai
berpisah dari bahasa induknya antara 2.836 SM – 1.582 SM (dihitung dari tahun
2019).

14
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

DAFTAR PUSTAKA
Auliani, Nur. 2018. Leksikostatistik Bahasa Gorontalo, Bugis, Sumbawa, dan Bima.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Crowley, Terry.1987.An Introduction to Historical Linguistics. Papua New Guinea:
University of Papua New Guinea Press.
Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia.
Machmoed, HA. 2014. Rekonstruksi Proto Kelompok Bahasa Gorontalo. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Parera, Jos Daniel. 1991. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi
Struktural.Jakarta: Erlangga.
Sholihah, Rizki Amalia.2019. Korespondensi Fonemis Bahasa Melayu Makassar, Bahasa
Mandar, dan Bahasa Bugis. Ponorogo: IAIN Sunan Giri.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press.
Wurn & Wilson. 1975. English Finderlist of Reconstructions in Austronesian Language.
Australia: The Australian National University.

15
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

APENDIKS

1PANC Proto-Austronesian reconstructions of Brandstetter and Dempwolff,


CAPELL 1943
2PINBRG Proto Indonesian, BRANDSTETTER 1911
3PANDYPMPL Proto- Austronesian, DYEN 1953a (SC)
4PANDLO Proto-Austronesian, LOPEZ n.d.
5PAND Proto-Austronesian, DEMPWOLFF 1938
6PPHCH Proto-Philippine, CHARLES 1973 (SC)
7PINBRL Proto-Indonesian, BRANDSTETTER 1915
8PEOPAWS Proto-Eastern Oceanic, PAWLEY 1969a
9PANDLRD Proto-Austronesian, DEMPWOLFF 1925
10PEFPAWF Proto-East Fijian, PAWLEY and SAYABA 1971
11PANBIROLI Proto-Austronesian, BIGGS 1965
12PCPPAW Proto-Central Papuan, PAWLEY 1969b (SC)
13PHLPAW Proto-Hulan, PAWLEY 1969 (SC)
14POCPAWS Proto-Oceanic, PAWLEY 1969a
15PANBLWO Proto-Austronesian, BLUST 1971
16PANGR Proto-Austronesian, Grace 1971
17PHCPAWS Proto-North Hibridean-Central Pasific, PAWLEY1969a
18PANDYPMPL Proto-Austronesian, DYEN 1953 (SC)
19PMLS Proto-Malaitan LEVY and SMITH 1969
20PEOOLCA Proto-Eastern Oceanic, CASHMORE 1969
21PANDYMC Proto-Austronesian, DYEN and McFARLAND 1970
22PTSL Proto-Tsou, LI 1972
23PANS Proto-Austronesian, STRESEMANN 1927
24PAMS Proto-Ambonese, STRESEMANN 1927
25PPHZD -
26BITTER Unlabelled reconstruction, WALSH and BIGSS 1966
27PPNBIWO(PN) Proto-Polynesian, BRUCE, WALSH, and WAQA 1970 (SC)
28PPHZC -
29PANDF Proto-Austronesian, DEMPWOLFF 1929
30PMBOE Proto-Manobo, ELSKINS 1974
31POACOALBL Proto-Oceanic, BLUST 1972a

16
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

32PPNDF Proto-Polynesian, DEMPWOLFF 1929


33(PPN)BITER Tentatively Proto-Polynesian, WALSH and BIGGS 1966

17

Anda mungkin juga menyukai