Oleh:
Ulfah Nurul Amanah
18/434480/PSA/08457
Email: ulfahnurul94@mail.ugm.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang kekerabatan bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo.
Responden dalam penelitian ini merupakan penutur asli dari Bugis dan Gorontalo.
Metode analisis yang digunakan adalah metode padan dengan menyepadankan
kosakata yang sama dalam bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo. Teori yang
digunakan adalah tenta korespondensi fonemis dan leksikostatistik.
Hasil analisis di atas dapat diperoleh korespondensi fonemis sebanyak 9 macam,
yang terdiri dari korespondensi fonem vokal sebanyak 6 korespondensi, yaitu
/a/~/o/, /a/~/ɔ/, /ɛ/~/u/, /u/~/i/, /o/~/u/, /ø/~/o/, dan 3 korespondensi fonem konsonan
yaitu /n/~/ŋ/, /s/~/t/, dan /ʔ/~/ø/. Dari analisis data yang telah dilakukan, bahasa
Bugis lebih dekat dengan bahasa induk dari pada bahasa Hulontalo. Penghitungan
leksikostatistik menunjukkan bahwa presentase kekerabatan bahasa Bugis dan
bahasa Hulontalo sebanyak 16%. Bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo merupakan
bahasa tunggal pada 4.855-3.601 dan mulai berpisah dari bahasa induknya antara
2.836 SM – 1.582 SM (dihitung dari tahun 2019).
A. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang digunakan untuk
berkomunikasi antar manusia di dalam suatu kelompok masyarakat. Setiap kelompok
masyarakat memiliki bahasa tersendiri yang berbeda-beda, selain untuk
berkomunikasi, bahasa juga digunakan sebagai identitas suatu kelompok masyarakat.
Terdapat berbagai macam kelompok masyarakat dan suku yang ada di Indonesia yang
memiliki bahasa yang beragam. Diantara ragam bahasa yang ada di Indonesia,
penelitian ini akan membahas kekerabatan antara bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo.
Bahasa Bugis merupakan bahasa yang digunakan oleh etnik Bugis yang
mendiami wilayah provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan bahasa Hulontalo
merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah provinsi
Gorontalo. Penggunaan istilah bahasa Hulontalo merujuk pada bahasa, sedangkan
istilah Gorontalo lebih merujuk pada daerah otonomi. Kedua bahasa ini merupakan
bahasa-bahasa yang masuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Kedua bahasa ini
menarik untuk diteliti kekerabatannya karena letak Geografisnya yang berada dalam
1
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
satu pulau yaitu pulau Sulawesi. Walaupun berada dalam satu pulau, penutur bahasa
Bugis dan bahasa Hulontalo tidak saling memahami bahasa satu dengan yang lainnya.
Dikarenakan letak wilayah antar penutur berjauhan. Mayoritas penutur bahasa Bugis
berada di daerah Selatan pulau, sedangkan penutur bahasa Hulontalo berada di daerah
utara pulau.
Penelitian tentang bahasa Bugis dan Hulontalo sudah pernah dilakukan
sebelumnya, diantaranya: 1) Penelitian yang dilakukan oleh Machmoed (2014) yang
berjudul “Rekonstruksi Proto Kelompok Bahasa Gorontalo”. Hasil analisis
menunjukkan bahwa bahasa-bahasa yang masuk ke dalam kelompok bahasa
Gorontalo memiliki kekerabatan yang erat, selain itu perubahan bunyi yang terjadi
masih berkaitan dengan wilayah artikulasi seperti /h/ menjadi /g/. Dalam penelitian
tersebut tidak dijelaskan secara rinci waktu pisah antar bahasa dengan bahasa
induknya. 2) Penelitian yang dilakukan oleh Sholihah (2019) yang berjudul
“Korespondensi Fonemis Bahasa Melayu Makassar, Bahasa Mandar, dan Bahasa
Bugis”. Hasil analisis menunjukkan bahwa ditemukan korespondensi fonemis berupa
/ə~a/, /a~ə/, /u~ɔ/ dan /b~w/. Selain itu, bahasa Melayu Makassar lebih dekat
kekerabatannya dengan bahasa Mandar daripada dengan bahasa Bugis. 3) Penelitian
yang dilakukan oleh Auliani (2018) yang berjudul “Leksikostatistik bahasa Gorontalo,
Bugis, Sumbawa dan Bima”. Hasil analisis menunjukkan bahwa bahasa Bugis dan
bahasa Sumbawa merupakan pasangan bahasa tertua. Jurnal penelitian tersebut hanya
menunjukkan perhitungan waktu pisah masing-masing bahasa namun tidak
menunjukkan korespondensi bahasa yang diteliti. Dengan demikian, penelitian
tentang kekerabatan bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo belum dilakukan
sebelumnya, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang kekerabatan bahasa
Bugis dan bahasa Hulontalo. Sedangkan manfaat dari penelitian ini agar menambah
wawasan masyarakat tentang kekerabatan bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo serta
menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya yang akan meneliti tentang bahasa Bugis
maupun bahasa Hulontalo.
Masalah yang akan dikupas dalam penelitian ini telah dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana korespondensi fonemis yang terjadi pada bahasa Bugis dan
bahasa Hulontalo?
2
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
3
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
penelitian sinkronis yang meneliti perubahan bahasa dari waktu ke waktu dan
penelitian diakronis, yaitu penelitian bahasa yang meneliti perubahan bahasa pada
waktu tertentu. Oleh karena itu, perubahan bahasa yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah perubahan bahasa yang terjadi pada satu waktu tertentu.
Ilmu ini menekankan kajiannya pada bentuk-bentuk fonem yang ada dalam
sebuah kata. Kata yang dikaji merupakan kata yang mirip atau berkerabat (cognate).
Dalam menganalisis kata kerabat, perlu adanya kriteria kosakata yang dapat dikatakan
sekerabat. Keraf (1984:37-38) mengungkapkan kriteria penetapan kata kerabat
sebagai berikut:
a. Kosakata dari suatu kelompok bahasa tertentu secara relatif memperlihatkan
kesamaan yang besar
b. Perubahan fonetis memperlihatkan sifat yang teratur.
c. Semakin dalam ditelusuri bahasa kerabat, maka semakin banyak terdapat
kesamaan antara pokok-pokok yang dibandingkan.
2. Korespondensi Bunyi
Korespondensi bunyi disebut juga dengan kesepadanan bunyi. Korespondensi
bunyi dilakukan dengan mendaftar kosakata dari beberapa bahasa, kemudian
memperbandingkan fonem demi fonem dari setiap segmen. Setiap fonem yang
terdapat dalam posisi yang sama dimasukkan dalam satu perangkat korespondensi.
(Keraf, 1984:49). Untuk membuktikan bahwa perangkat korespondensi yang telah
dilakukan bukan sebuah kebetulan, maka ada beberapa tahapan korespondensi, 1)
rekurensi fonemis yaitu prosedur untuk menemukan perangkat bunyi yang muncul
secara berulang-ulang dalam sejumlah pasang kata disebut. Sebagaimana dalam
contoh tabel berikut ini:
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
1. 26 lima *lima19 [lima] [limɔ] a~ɔ
2. 74 mata *mata3 [mata] [matɔ] a~ɔ
3. 183 baru *baɣu5 [baru] [bɔhu] a~ɔ
4
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
Kata [ʔiko] dalam bahasa Bugis memiliki bentuk yang berbeda dengan kata [ʔiyiʔo]
dalam bahasa Hulontalo, namun dilihat dari susunan fonem, kedua kata tersebut
berkarabat.
3) Analogi yaitu merupakan suatu proses pembentukan kata mengikuti contoh-contoh
yang sudah ada (Keraf, 1984: 52-56).
3. Leksikostatistik
Keraf (1984:121) mengungkapkan bahwa leksikostastistik adalah suatu teknik
dalam pengelompokkan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian
berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan prosentase kesamaan dan
perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. Sedangkan menurut Parera (1991:107)
leksikostatisktik dipergunakan untuk studi statistik kosakata dengan tujuan-tujuan
historis. Rumus dalam penghitungan leksikostatistik yaitu:
𝑳𝒐𝒈 𝑪
W= 𝟐 𝑳𝒐𝒈 𝒓
5
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
6
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
7
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
3. Kosakata Identik
Terdapat empat kata cognate yang identik dalam bahasa Bugis dan bahasa
Hulontalo yang terdiri dari kata di bawah ini:
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo
Data
(BB) (BH)
1 38 Manusia *tau12 [tau] [tau]
2 48 Kutu *ʔutu12 [ʔutu] [ʔutu]
3 49 Abu *ʔabu5 [ʔabu] [ʔabu]
4 301 tujuh *pitu1 [pitu] [pitu]
8
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
Korespondensi fonem vokal /a/ dalam BB menjadi /o/ dalam BH, terjadi pada
semua posisi, baik terbuka maupun tertutup. Proto fonem PAN */a/ tetap
dipertahankan dalam BB, sedangkan dalam BH berubah menjadi /o/.
b. Korespondensi fonem /a/ ̴ /ɔ/
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
4. 26 lima *lima19 [lima] [limɔ] a~ɔ
5. 74 mata *mata3 [mata] [matɔ] a~ɔ
6. 183 baru *baɣu5 [baru] [bɔhu] a~ɔ
Korespondensi fonem vokal /a/ dalam BB menjadi /ɔ/ dalam BH terjadi pada
posisi terbuka. Sebagaimana pada korespondensi fonem vokal sebelumnya, proto
fonem PAN */a/ dalam BB tetap dipertahankan sedangkan dalam BH menjadi /ɔ/.
c. Korespondensi fonem /ɛ/ ̴ /u/
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
1. 89 payudara *tɁutɁu5 [tɛtɛ] [tutu] ɛ~u
2. 276 Putus *puTul4 [pɛttu] [putu] ɛ~u
Korespondensi fonem vokal /ɛ/ dalam BB menjadi /u/ dalam BH terjadi pada
posisi terbuka maupun tertutup. Proto fonem PAN */u/ berubah menjadi /ɛ/ dalam
BB, sedangkan dalam BH tetap dipertahankan.
9
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
Fonem vokal /u/ dalam BB berubah menjadi /i/ dalam BH, perubahan tersebut
terjadi pada posisi terbuka. Sedangkan proto fonem PAN */i/ berubah menjadi /u/
pada BB, dan tetap dipertahankan pada BH sebagaimana pada kata *tali (PAN), tulu
(BB), tali (BH). Begitupun sebaliknya, proto fonem PAN */u/ tetap dipertahankan
dalam BB, dan berubah menjadi /i/ dalam BH.
e. Korespondensi fonem /o/ ̴ /u/
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
1. 287 Sepuluh *puluh5 [səppulo] [mopulu] o~u
2. 173 Hijau *hidʔav5 [ʔido] [moyidu] o~u
3. 262 Nyamuk *lamuk5 [namoʔ] [lamuʔo] o~u
Fonem vokal /o/ pada ultima dalam BB berubah menjadi /u/ pada BH. Proto
fonem PAN */u/ tetap dipertahankan dalam BH, seperti pada kata 287 dan 262.
Sedangkan dalam kata 173, proto fonem PAN */a/ berubah menjadi /o/ dan /u/ dalam
BB dan BH.
f. Korespondensi fonem /ø/ ̴ /o/
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
1. 210 ayam *- [manuʔ] [manuʔo] ø~o
2. 262 nyamuk *lamuk5 [namoʔ] [lamuʔo] ø~o
Fonem vokal /ø/ pada posisi ultima tertutup dalam BB menjadi /o/ pada posisi
ultima terbuka dalam BH. Hal tersebut terjadi hanya apabila terdapat fonem /uʔ/ pada
10
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
penoltima tertutup BH. Penambahan bunyi biasanya terjadi pada posisi akhir kata, dan
kebanyakan bahasa menambahkan bunyi vokal (Crowley, 1987:32).
Dari hasil korespondensi di atas, seluruh morfem dalam bahasa Hulontalo
selalu diakhiri dengan fonem vokal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Machmoed (2014:3) bahwasanya suku kata pada akhir kata bahasa
Gorontalo adalah suku kata terbuka atau diakhiri oleh vokal.
Fonem /n/ pada posisi akhir penoltima tertutup dalam BB berubah menjadi /ŋ/
pada posisi awal ultima terbuka dalam BH. Perubahan tersebut terjadi apabila fonem
/n/ yang diikuti oleh fonem /r/ pada BB maka menjadi fonem /ŋ/ pada BH, sehingga
terjadi penghilangan bunyi /r/ atau disebut dengan cluster (cluster reduction) (Crowly,
1987:29).
b. Korespondensi fonem /s/ ̴ /t/
Bahasa
No.
No Gloss PAN Bugis Hulontalo Korespondensi
Data
(BB) (BH)
1. 282 salah *t'alah5 [sala] [tilala] s~t
2. 293 telur kutu *- [lissa] [lita] s~t
Fonem /s/ dalam BB berubah menjadi fonem /t/ dalam BH pada awal ultima
maupun penoltima yang terbuka. Proses perubahan bunyi /s/ menjadi /t/ disebut
dengan disimilasi (Keraf, 1984:88).
11
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
Perubahan fonem /ʔ/ pada akhir ultima tertutup dalam BB menjadi /ø/ pada
akhir ultima tertutup dalam BH dikarenakan tidak ditemukannya ultima tertutup
dalam bahasa Hulontalo. Sedangkan dalam bahasa Bugis, semua konsonan eksplosif
pada akhir kata bahasa-bahasa lain akan berubah menjadi konsonan glotal dalam
bahasa bugis (Keraf, 1984:46). Sebagaimana yang terjadi pada kata 249, berdasarkan
glos dalam bahasa Indonesia, lalat dalam BB juga diakhiri dengan fonem glotal yaitu
/ʔ/.
8. Leksikostatistik
Berdasakan analisis korespondensi-korespondensi fonemis pada BB dan BH di
atas, dapat dilihat hasil klasifikasi kerabat bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo pada
tabel di bawah ini:
Nama data jumlah
Vb (variabel bebas)/ banyak kosakata dasar dari bahasa 307
Bugis dan bahasa Hulontalo
Vd (variabel dasar)/n=vb- gloss yang tidak 298
diperhitungkan
Vt (variabel terkait)/kosakata kerabat = vd-non kerabat 47
Pasangan identik 4
Pasangan yang memiliki korespondensi fonemis 23
Gloss yang tidak diperhitungkan 9
Kosakata non kerabat 251
12
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
13
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
Dari analisis data yang telah dilakukan, bahasa Bugis lebih dekat dengan
bahasa induk dari pada bahasa Hulontalo, sehingga dapat digambarkan sebagai
berikut ini:
PAN
Bahasa Bugis
Bahasa Hulontalo
E. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diperoleh korespondensi fonemis
sebanyak 9 macam, yang terdiri dari korespondensi fonem vokal sebanyak 6
korespondensi, yaitu /a/~/o/, /a/~/ɔ/, /ɛ/~/u/, /u/~/i/, /o/~/u/, /ø/~/o/, dan 3
korespondensi fonem konsonan yaitu /n/~/ŋ/, /s/~/t/, dan /ʔ/~/ø/.
Dari analisis data yang telah dilakukan, bahasa Bugis lebih dekat dengan
bahasa induk dari pada bahasa Hulontalo. Penghitungan leksikostatistik menunjukkan
bahwa presentase kekerabatan bahasa Bugis dan bahasa Hulontalo sebanyak 16%.
Kedua bahasa tersebut merupakan bahasa tunggal pada 4.855-3.601 dan mulai
berpisah dari bahasa induknya antara 2.836 SM – 1.582 SM (dihitung dari tahun
2019).
14
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
DAFTAR PUSTAKA
Auliani, Nur. 2018. Leksikostatistik Bahasa Gorontalo, Bugis, Sumbawa, dan Bima.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Crowley, Terry.1987.An Introduction to Historical Linguistics. Papua New Guinea:
University of Papua New Guinea Press.
Keraf, Gorys. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia.
Machmoed, HA. 2014. Rekonstruksi Proto Kelompok Bahasa Gorontalo. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Parera, Jos Daniel. 1991. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi
Struktural.Jakarta: Erlangga.
Sholihah, Rizki Amalia.2019. Korespondensi Fonemis Bahasa Melayu Makassar, Bahasa
Mandar, dan Bahasa Bugis. Ponorogo: IAIN Sunan Giri.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press.
Wurn & Wilson. 1975. English Finderlist of Reconstructions in Austronesian Language.
Australia: The Australian National University.
15
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
APENDIKS
16
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF
17