Anda di halaman 1dari 17

RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

RECONNAISSANCE

bahan ajar ini disajikan untuk membantu peserta Diklat untuk latihan melakukan pra-PTK

Site: Diklat Jarak Jauh Balai Diklat Keagamaan Jakarta

Course: KB 3 PRA PTK

Book: RECONNAISSANCE

Printed by: siti samsiah

Date: Monday, 8 April 2019, 9:15 AM

1 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

Table of contents
1 PENGANTAR
2 AREA MASALAH PTK
3 AREA MASALAH PTK DALAM KURIKULUM 2013
4 MENDETEKSI MASALAH
5 RECONNAISSANCE
6 JUDUL PTK
7 PENUTUP
8 DAFTAR PUSTAKA

2 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

1 PENGANTAR

Banyak guru yang ingin melakukan PTK tapi kesulitan menetapkan tema dan fokus masalah yang akan diteliti. Ada guru yang sama
sekali tidak menemukan ide. Mungkin guru tersebut kurang sensitif atau kurang jujur terhadap dirinya sendiri. Atau guru tersebut tidak
paham secara mendalam dan rinci mengenai pembelajaran sehingga merasakan “baik-baik saja”. Kalau sudah merasa seperti itu maka tidak
merasa memiliki msalah, dan tidak harus melakukan penelitian. Ada juga yang dapat menemukan namun terlalu luas atau di luar konteks
pembelajaran di kelas. Ada juga yang dapat menangkapnya namun terlalu sempit sehingga tidak memadai untuk melakukan PTK minimal
dua siklus. Lalu bagaimana cara menentukan tema dan focus masalah untuk PTK?
Dalam bab ini Anda akan diajak untuk mengidentifikasi lingkup masalah yang dapat dimasuki PTK. Dalam bagian ini disajikan
informasi mengenai aspek-aspek pembelajaran dan syarat masalah yang dapat diangkat untuk PTK. Agar lebih up to date akan disentuh
maasaah-msalah yang dapat diangkat unutk PTK di wilayah Kurikulum 2013. Selanjutnya akan diajak diskusi mengenai teknik-tekni untuk
mendeteksi masalah. dalam bagian ini akan diangkat empat teknik untuk menangkap masalah yaitu mengevaluasi, mengamati, merasakan
dan meninjau atau mengkaji pembelajaran. Cara yang disajikan lebih banyak berdasarkan pengalama dari pada secara teori.
Selanjutnya akan disajikan informasi mengenai teknik melakukan kegiatan reconnaissance (pra-PTK). Kegiatan ini perlu dilakukan
oleh peneliti sebelum melakukan PTK. Melalui kegiatan ini penelitian melakukan konfirmasi terhadap masalah yang akan diteliti sehingga
penelitia yakin bahwa masalahnya yang akan diteliti ada, memiliki fakta, dan dapat diukur. Selain itu melalui pra-PTK peneliti melakukan
telaah teoretis untuk menentukan tindakan. Banyak guru yang mengalami kesulitan ketika melakukan PTK. Itu karena tidak didahului
dengan pra-PTK. Salah satu kesulitan yang sering ditemukan adalah tidak terjadi perubahan setelah dilakukan tindakan. Kejadian tersebut
kemungkinan besar disebabkan karena tidak melakukan kajian teoretis yang mendalam mengenai tindakan. Oleh karena itu reconnaissance
merupakan rangkaian kegiatan penting yang tidak dapat dilangkah dalam melakukan PTK.

3 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

2 AREA MASALAH PTK

Setiap penelitian harus berangkat dari masalah. Oleh karena itu dalam penelitian masalah adalah komponen yang paling utama dan
pertama harus dirumuskan. Ini masuk akal karena ketika sebuah penelitian akan dilaksanakan namun belum dirumuskan masalahnya dengan
jelas maka penelitian tersebut akan kehilangan arah. Semua komponen penelitian mulai dari kajian pustaka, metode penelitian, instrumen
penelitian, prosedur penelitian, dan teknik pengolahan data berlandaskan kepada rumusan masalah penelitian. Jadi langkah pertama
melakukan penelitian adalah mengkaji masalah dan merumuskannya dengan baik.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian aplikatif untuk menyelesaiakan masalah di kelas. Oleh karena itu masalah yang dapat
diangkat untuk PTK adalah masalah yang berhubungan dengan proses pembelajaran nyata di kelas dan dapat dilakukan tindakan oleh guru
untuk menanggulanginya. Mengutip pendapat Elliot, 1991 dan Sagor 1992), Mills mengungkapkan ada 4 kriteria foukus masalah (area of
focus) yang dapat diangkat untuk penelitian itindakan kelas yaitu pertama focus masalah harus mengnai belajar dan pembelajaran; kedua
harus bearada di wilayah tugas dan fungsi guru; ketiga harus menarik untuk diteliti dan keempat harus merupakan sesuatu yang ingin
ditingkatkan (Mills, 2000, p. 27).
Masalah-masalah yang dapat diangkat dalam PTK adalah masalah-masalah teknis yang ditemukan oleh guru dalam menjalankan
tugasnya sehari-hari dalam proses pembelajara dengan syarat sebagai berikut. Pertama masalah harus berasal dari kelas. Sering pendidik
berasumsi bahwa rendahnya hasil belajar banyak disebabkan oleh faktor siswa seperti latar belakang orang tua, tingkat ekonomi, jarak dari
rumah ke sekolah/madrasah dan sejenisnya. Masalah itu nyata di wilayah geografis dan demografis Indonesia dan juga berlandaskan kepada
data otentik. Hanya saja masalah seperti ini tidak dapat diangkat menjadi masalah PTK. Alasannya karena masalah tersebut tidak terkait
langsung dengan pembelajaran di kelas dan diluar wilayah pendidik untuk menyelesaikannya. Misalnya, kalau berasumsi rendahnya hasil
belajar disebabkan oleh latar belakang pendidikan orang tua, apakah pendidik akan melakukan tindakan dengan cara menyekolahkan orang
tua untuk meningkatkan hasil belajar anak mereka? Tentu itu diluar jangkauan pendidik. Jadi masalah untuk PTK jangan terlalu umum,
melainkan harus spesifik terkait dengan masalah pembelajaran.
Kedua harus dilandasi dengan data otentik. Masalah yang akan diteliti harus benar-benar terjadi dalam kelas yang akan menjadi lokus
PTK. Itu hanya akan diperoleh ketika guru melakukan penelitian pra-PTK yang sering disebut reconnaissance. Misalnya, guru melakukan
analisis terhadap hasil evaluasi sumatif, mengolahnya dan menarik sebuah simpulan. Data-data itulah yang dimaksud dengan data otentik.
Dengan cara seperti itu maka penelitian akan mengarah ke penyelesaian masalah utama. Jangan sampai penelitian dilakukan untuk
menjawab masalah yang tidak ril. Seperti seorang dokter mau memberi obat kepada seorang pasien maka dokter melakukan diagnosis
terlebih dahulu. Melalui diagnosis dokter mendapatkan data otentik mengenai penyakit yang diderita pasien. Berdasarkan data hasil
diagnosis itu maka dokter berani menuliskan resep obat untuk menyembuhkannya.
Ketiga tidak terlalu sempit. Sering ditemukan masalah yang terlalu sempit. Misalnya guru mata pelajaran Agama menemukan
kesulitan pada siswa kelas tertentu dalam praktek gerakan shalat wajib. Masalah tersebut bagus dan penting, namun karena PTK harus
dilakukan minimal dua siklus dan setiap siklus minimal 2 pertemuan maka materi praktek gerakan shalat wajib terlalu sempit apabila
diselenggarakan 4 pertemuan. Ketika masalah itu akan diangkat dalam PTK maka harus digabung dengan materi sejenis dari kompetensi
dasar lain yang ada dalam smester yang sama. Misalnya digabung dengan praktek shalat sunnah yang berada di Kompetensi Dasar lain.
Apabila demikian maka masalah yang diangkat bukan kesulitan siswa memperagakan gerakan shalat wajib, melainkan kesulitan siswa
memperagakan gerakan shalat. Konsekuensinya apabila antara KD shalat wajib dengan KD shalat sunnah tidak berurutan maka pertemuan
dan siklus PTK yang akan dilaksanakan tidak akan sambung menyambung melainkan akan loncat-loncat. Hal itu tidak menjadi masalah
dalam pelaksanaan PTK. Atau KD shalat sunnah ditarik agar berdampingan dengan KD shalat wajib. Dalam aturan pembelajaran teknik
tersebut juga diperbolehkan.
Keempat ada kemungkinan untuk diselesaikan melalui tindakan di kelas. Seringkali masalah pembelajaran terletak pada tataran
sekolah/madrasah seperti masalah-msalah yang berkaitan dengan prasarana pendidikan. Misalnya kelasnya di pinggir jalan sehingga bising
dan sangat mengganggu proses pembalajaran. Ini masalah ril kelas namun tidak dapat diangkat menjadi masalah untuk PTK karena
solusinya tidak berbentuk tindakan guru di kelas melainkan masalah yang harus diselesaikan oleh tingkat sekolah. Misalnya, agar tidak
bising maka sekolah membangun benteng yang tinggi dan tebal sehingga dapat memantulkan suara.
Kelima masalah yang diangkat untuk PTK harus penting (urgen) untuk segera diselesaikan. Kalau menemukan beberapa masalah
pembelajaran dalam sebuah kelas maka yang harus diselesaikan lebih dahulu adalah yang lebih mendesak. Misalnya, hasil pra-PTK dalam

4 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

mata pelajaran Bahasa Indonesia teridentifikasi beberapa masalah misalnya banyak siswa yang kecepatan membaca masih rendah, banyak
siswa yang belum fasih membuat paragraph, banyak siswa yang belum terampil menampilkan puisi. Pada ketiga masalah tersebut maka
harus diutamakan adalah penyelesain masalah kecepatan membaca terlebih dahulu.
Kebanyakan masalah PTK berputar sekitar metodologi pembelajaran. Sebenarnya komponen pembelajaran sangat banyak dan
masalah pembelajaran menyebar pada komponen-komponen tersebut. Komponen yang dimaksud adalah kurikulum, pandidk, tenaga
kependidikan, siswa, manajemen, prasarana, sarana dan media pembelajaran. Mari kita lihat beberapa gambaran tema-tema yang dapat
diangkat dari komponen-komponen pembelajaran melalui tabel berikut.

SUMBER CONTOH TEMA


Penguasaan substansi materi
Guru Penguasaan metodologi
Perilaku
Motivasi belajar
Minat belajar
Siswa Kedisiplinan belajar
Gaya belajar
Penguasaan pengetahuan prasyarat
Penggunaan alam sekitar sebagai sumber belajar
Sumber belajar Penggunaan modul
Penggunaan internet
Penggunaan media audio visual
Media belajar Penggunaan virtual lab
Penggunaan alat peraga
Aturan kelas
Suasana kelas Perangkat kelas
Kebersihan kelas

Contoh masalah yang dapat diangkat untuk PTK misalnya rendahnya semangat belajar peserta didik, rendahnya belajar pada materi
tertentu, banyak peserta didik yang tidak menyukai mata pelajaran tertentu, dan sejenisnya. Masalah-masalah tersebut dapat diperbaiki oleh
guru melalui tindakan tertentu dalam proses pembelajaran. Misalnya, ketika banyak peserta didik yang tidak menyukai mata pelajaran
tertentu maka guru mata pelajaran yang dimaksud melakukan sebuah tindakan seperti menerapkan model pembelajaran yang
menyenangkan peserta didik.
Contoh masalah yang tidak tepat diangkat dalam PTK misalnya latar belakang keluarga, masalah ekonomi, budaya belajar pada
komunitas dimana peserta didik tinggal dan sejenisnya. Masalah tersebut diluar lingkaran kapasitas guru untuk menanggulanginya.
Contoh tema PTK dalam penggunaan media pembelajaran misalnya penggunaan blog dalam pembelajaran menulis, menggunakan
game sebagai sarana latihan, penggunaan online learning. Contoh tema yang terkait dengan evaluasi pebelajaran misalnya memberi umpan
balik individual pada penilaian psikomotorik, penerapan metode peer tutoring untuk remediasi, penggunaan dairy sebagai instrument
penilaian afeksi dan sejenisnya.
Masih jarang PTK mengangkat tema seputar kompetensi guru. Salah satu contoh masalah yang terkait dengan kompetensi guru adalah
kasus peserta didik tidak menyukai mata pelajaran yang disebabkan oleh sikap dan perilaku guru yang tidak ramah. Misalnya sikap kasar,
galak, judes, kurang senyum, atau sejenisnya. Masalah tersebut dapat diangkat untuk PTK. Melalui PTK guru belajar memperbaiki sikap
secara bersiklus sehingga berdampak terhadap meningkatnya rasa senang para siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkannyanya.
Tindakan yang dilakukan dalam PTK seperti itu adalah guru peneliti melakukan pembiasaan berperilaku ramah secara bertahap
sampai minimal dua siklus PTK. Perilaku ramah sebagai tindakan dirumuskan secara operasional misalnya memberikan lebih banyak
senyuman, memberikan kata sanjungan, sabar menghadapi masalah, tidak mengucapkan kata kasar, tidak marah dan sejenisnya.
Penelitian Tindakan Kelas dengan tema seperti ini patut diapresiasi. Tidak banyak pendidik yang melakukan refleksi dan mau
menyadari bahwa kelemahan dalam pembelajaran terletak dalam dirinya. Apalagi memiliki kehendak untuk memperbaikinya melalui
penelitian yang melibatkan orang lain seperti PTK. Mungkin saja masalah ini sesungguhnya sangat banyak. Apabila banyak pendidik yang
mau melakukan PTK untuk menyelesaikan masalah ini maka akan berdampak terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
Bagi pendidik yang mengajar di sekolah/madrasah unggulan mungkin ada yang tidak menemukan masalah pembelajaran. Semuanya
sudah establish, fasilitas memadai, peserta didik tidak bermasalah dan kualitas pembelajaran sudah baik. Namun demikian sebanarnya tidak
ada alasan tidak melakukan PTK karena PTK bukan hanya bertujuan menyelesaikan kelemahan-kelemahan, melainkan juga meningkatkan
mutu. Apabila sebuah pembelajaran sudah baik maka boleh jadi melakukan PTK untuk meningkatkannya agar lebih baik misalnya
bagaimana meningkatkan hasil belajar melalui penerapan konsep e-learning, bagaimana strategi pembelajaran untuk kelas akselerasi dan

5 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

sejenisnya.
Banyak guru yang mengangkat tema usang dan sudah tidak eleven lagi untuk diteliti. Misalnya tema motivasi, minat, hasil belajar.
Tema motivasi dan minta sudah banyak diteliti dan sudah jelas. Kecuali tema tersebut dikaitkan dengan teori-teori baru seperti multiple
intelligence, teori cybernetism dan sejenisnya. Banyak guru yang menuliskan variable “hasil beajar”. Variable tersebut menjadi tidak jelas
karena kurang spesifik. Bentuk hasil belajar itu banyak bisa kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu apabila ingin menuliskan
variable hasil belajar maka sebaiknya ditulis yang lebih spesifik seperti penguasaan konsep energi, sikap tanggung jawab, sikap teliti dalam
melakukan prosedur kerja, kemampuan merangkai alat percobaan destilasi, dribbling bola dan sejenisnya. Dengan cara menuliskan variable
yang spesifik kita akan dimudahkan untuk merumuskan masalah, mengidentifikasi teori, dan menentukan instrument. Yang lebih penting
lagi simpulannya menjadi lebih bermakna.
Agar tema yang diangkat bermanfaat dan menarik maka tema tersebut harus terkait dengan isu baru dalam pendidikan baik pada
lingkup global, nasional maupun lokal. Tema global terkini (up to date) terkait dengan teori-teori baru mengenai pendidikan dan
pembelajaran. Banyak teori yang up todate namun belum diterapkan seperti misalnya konstruktivisme. Teori ini sudah tua namun masih
dijadikan landasan di sluruh dunia. Oleh karena itu masih dianggap up to date dalam tataran paktis. Teori lainnya seperti multiple
intelligence, cybernetisme, hipno teaching, left-righ brain theory dan sejenisnya. Isu paling pesat adalah mengenai penggunaan computer
era baru dan teknologi online sebagai media dan sumber belajar. MOOC (massive open online curse) adalah salah satu konsep baru praktek
pembelajaran terbuka jarak jauh menggunakan teknologi online. Guru harus mulai mencoba untuk mempelajarinya agar pembelajaran tetap
up to date dan diminati.
Tema nasional terkait dengan perkembangan kebijakan nasional mengenai kurikulum, kebijakan manajerial dan kebijakan teknis. Isu
terbaru adalah kebijakan Kurikulum 2013 yang terus berkembang. Pada tararan praktis implementasi kurikulum tersebut masih harus
banyak dipelajari seperti penerapan pendekatan 5 M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyajikan), metode dan teknik
pembelajaran kompetensi spiritual dan social, dan psikomotorik, teknik penilaian dan sebagainya. Teknik penggunaan buku baru bahkan
menjadi masalah yang harus segera dipecahkan.
Isu lokal terkait dengan masalah-masalah yang muncul sekitar lingkungan social di satuan pendidikan dan sekitar. Seperti kedisiplinan
siswa, budaya belajar setempat, kesulitan belajar individu maupun kelompok, rendahnya kemampuan dasar seperti berhitung dan baca tulis,
rendahnya keinginan membaca teks, kecanduan game dan sejenisnya.
Dana dan Yendol-Hoppey (2008, pp-15-48) dalam (Conduct Action Research, p 238-239) pernah membaca 100 laporan PTK yang
dilakukan di seluruh dunia dan mengindentifikasi delapan tema yang disukai guru untuk PTK. Kedelapan tema tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Membantu masalah belajar siswa secara individual.
2. Meningkatkan mutu dan memperkaya kurikulum.
3. Pengembangan materi ajar.
4. Uji coba strategi pembelajaran
5. Eksplorasi hubungan antara teori dengan praktek di kelas
6. Upaya peningkatan kapasitas individual dan provesional
7. Pembelaan hak sosial
8. Memahami hubungan belajar-mengajar.
Tema-tema tersebut dapat dijadikan tema untuk penelitian. Namun demikian tentu saja pemilihan tema-tema terebut bukan sekedar
karena menarik dan up to date tapi harus memenuhi krriteria urgensi.

6 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

3 AREA MASALAH PTK DALAM KURIKULUM 2013

Anda tentu pernah mempelajari Kurikulum 2013, bahkan banyak yang telah mengimplementasikannya selama beberapa tahun. Pada
saat naskah ini ditulis, versi terbaru Kurkulum 2013 dilansir melalui Permendikbud tahun 2016 nomor 20 (SKL), 21 (Standar Isi), 22
(Standar Proses), 23 (Standar Penilaian), dan 24 (KI dan KD). Pada versi terbaru tersebut komponen-komponen kurikulum sudah
mengalami perbaikan. Terlepas dari masih ada beberapa kekurangan, setiap satuan pendidikan harus menerapkannya secara bertahap atau
sekali gus hingga tahun ajaran 2018-2019 sudah diterapkan di semua tingkaatan dan semua kelas.
Sebuah kurikulum baru tentu membutuhkan waktu untuk mempelajari cara penerapannya. Jangan heran kalau Anda merasa kesulitan
dan belum berhasil. Namun demikian Anda akan lebih baik apabila mempelajarinya secara sistematis dan ilmiah. Salah satunya adalah
mempelajarinya melalui Penelitian Tindakan Kelas. Lalu tema apa yang harus diangkat mengenai isu tersebut?
Mari kita mencoba mengidentifikasi beberapa isu utama penerpan Kurikulum 2013 untuk diangkat sebagai tema PTK.
1. Ide utama Kurikulum 2013 dalam tataran pembelajaran adalah integrasi pembelajaran sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan
keterampilan (psikomotorik).
2. Penerapan pendekatan saintifik yang dirumuskan dalam 5M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyajikan).
3. Pembelajaran sikap spiritual menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
4. Pembelajaran sikap disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, proaktif, responsive, pembelajar sejati.
5. Mengembangkan keterampilan kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, efektif, solutif dan komunikatif.
6. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan rasa ngin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora.
7. Pencapaian KD kognitif dan psikomotorik.
8. Integrasi teknologi informasi dan komunikasi dalam setiap mata pelajaran.
9. Komponen dan sistematika rencana pelaksanaan pembelajaran.
10. Langkah pebelajaran.
11. Penerapan model discovery/inquiry, problem base instruction (PBL) dan project base learning (PjBL) dengan berbagai
metodenya.
12. Penerapan teknik pengamatan, penilaian diri dan penilaian teman untuk evaluasi ranah afektif.
13. Penerapan teknik pembelajaran kinerja, produk, projek dan portofolio untuk penilaian ranah psikomotorik.
14. Penilaian proses pembelajaran.
15. Pengelolaan kelas dan laboratorium.
Masih banyak lagi tema pada Kurikulum 2013 yang dapat diangkat untuk PTK. Tema-tema tersebut dapat diidentifkasi dengan cara
membaca dan menelaah standar-standar pendidikan seperti disebutkan di atas.
Tema-tema yang teridentifikasi dapat dijabarkan kedalam fokus masalah dengan cara melihat prakteknya. Misalnya, banyak sekali
siswa di lingkungan sekolah/madrasah Anda yang belum disiplin dalam mengerjakan tugas. Hal itu terkait dengan pembelajaran sikap
social. Kemudian Anda mengengkat masalah tersebut sebagai fokus untuk PTK. Contoh lain, dalam mata pelajaran Anda banyak sekali KD
yang berkaitan dengan kemampuan analisis dan Anda kesuilitan mengajarkannya. Maka Anda dapat mengangkat focus “kemampuan
analisis” untuk PTK. Fokus-fokus yang telah ditetapkan masalah kemudian dioprasionalkan kedalam rumusan masalah peelitian.

7 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

4 MENDETEKSI MASALAH

Menentukan tema untuk PTK sebenarnya tidak sulit karena tema yang harus diangkat dari praktek yang akrab dialami setiap hari
dalam pembelajaran. Apabila seorang pendidik paham dan peduli terhadap pembelajaran maka tidak akan sulit menemukan tema PTK.
Salah satu pendekatan untuk mengurai masalah tersebut adalah dengan melakukan empat kegiatan yaitu mengevaluasi, mengamati,
merasakan dan meninjau atau mengkaji pembelajaran. Mari kita diskusikan satu per satu.
Pertama, masalah dapat diperoleh dengan cara melakukan evaluasi. Mengevaluasi berarti membandingkan hasil belajar dengan tujuan
pembelajaran. Proses evaluasi dapat digambarkan dengan skema berikut.

Banyak komponen
yang dapat dievaluasi dari sebuah system pembelajaran, dari mulai tujuan pembelajaran sampai dengan hasil pembelajaran. Salah satu
contoh evaluasi yang sering dilakukan adalah evaluasi hasil pembelajaran. Secara garis besar mengevaluasi hasil belajar dapat dilakuakn
dalam bentuk formtif, sumatif dan ujian akhir satuan pendidikan dalam bentuk UN dan UAS/M BAN. Melalui evaluasi formatif dapat
diperoleh data apakah KKM KD tercapai, melalui evaluasi sumatif dapat diperoleh informasi apakah KKM SK tercapai, dan melalui UN
dan UAS/M BAN akan diperoleh informasi apakah SKL tercapai. Apabila ketiga kirteria ketuntasan tersebut belum tercapai maka disana
ada masalah.
Kedua, masalah PTK dapat diketahui melalui pengamatan terhadap proses. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan informasi
mengenai sikap dan keterampilan para siswa. Sebaiknya guru mengamati setiap saat apakah perilaku belajar mereka sudah baik atau belum.
Beberapa sikap yang diamati diantaranya semangat belajar, antusisme belajar, kecepatan mengerjakan tugas, gaya belajar, tingkat
ketertarikan terhadap mata pelajaran, kesulitan belajar dan sejenisnya. Apabila ada yang kurang baik menenai sikap-sikap tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa disana ada masalah.
Ada kalanya seorang pendidik harus mengundang kawan untuk mengamati proses pembelajaran dan meminta pendapat tentang

8 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

kelebihan dan kekurangannya. Dengan cara itu pendidik akan dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang sebenarnya terjadi. Apabila
hasil pengamatan diperoleh informasi bahwa siswa kurang bergairah belajar, mengalami kesulitan belajar, malas, kurang disiplin dan
sejenisnya maka dapat dinyatakan bahwa terdapat masalah dalam pembelajaran.
Ketiga, mendeteksi masalah untuk PTK dapat dilakukan dengan cara maninjau proses dan hasil pembelajaran dari segi teori.
Meninjau pembelajaran dari segi teori bisa dilakukan dengan cara membaca referensi atau diskusi lalu bandingkan dengan praktek
pembelajaran sehari-hari apakah sudah sesuai dengan teori. Misalnya dalam pembelajaran Fisika, berdasarkan teori mengenai model
pembelajaran utama yang harus digunakan adalah model pembelajaran inquiri kemudian bandingkan dengan pembelajaran sehari-hari
apakah sudah menerapkan model inquiri sebagai model utama? Contoh lain, dalam kurikulum nasional digunakan prinsip pembelajaran
berpusat pada siswa (student center), kemudain And baca lagi teori mengenai student center dan bandingkan dengan praktek pembelajaran
yang Anda lakukan. Apabila ada kesenjangan antara teori dengan prakteknya maka disana ada peluang untuk melakukan PTK.
Kegiatan “meninjau” sangat direkomendasi bagi Anda untuk mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran. Melalui kegaian
meninjau Anda akan banyak menemukan gagasan untuk dipraktekkan dalam pembelajaran. Ketika Anda menemukan gagasan maka Anda
dapat memulia merealisasikan gagasan melalui PTK.
Keempat, masalah PTK dapat diperoleh melalui kegiatan merasakan. Dalam pembelajaran sumber masalah tidak hanya muncul dari
hasil pengamatan terhadap siswa dan lingkungan pembelajaran melainkan juga dapat timbul dari aspek psikologis pendidik, misalnya rasa
senang, rasa aman dan rasa nyaman yang dialami pendidik. Untuk mengetahuinya adalah dengan cara merasakannya. Ketika melakukan
pembelajaran maka rasakan apakah pendidik merasa bergairah, dapat menikmati, aman dan nyaman? Kalau tidak, maka kemungkinan besar
ada masalah. Misalnya, seorang guru tudak nyaman ketika berada di sebuah kelas. Sebenarnya itu adalah masalah besar bagi guru. Misalnya
ketidaknyamanan guru tersebut dan seharusnya melakukan upaya untuk menyelesaikannya.
Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan. Kadang-kadang masalah terdeteksi melalui gagasan spontan saja ketika kita mendengar
atau melihat sesuatu. Keempat teknik yang disebutkan di atas merupakan pengalaman saja. Anda mungkin saja punya pengelaman lain yang
lebih baik.
Kemampuan yang harus dimiliki seorang guru untuk mendeteksi masalah penelitian adalah sikap kritis. Yang dimaksud dengan sikap
kritis adalah kebiasaan untuk selalu mempertanyakan apa yang telah dan sedang terjadi. Bagi seorang guru, sikap kritis diantaranya
diekpresikan dengan selalu mempertanyakan proses dan hasil belajar yang sedang dan telah dilakukan. Salah satu contoh pertanyaan kritis
misalnya: Apakah pembelajaran yang saya lakukan sudah baik? Apakah Siswa senang dengan apa yang saya lakukan? Kebiasaan kritis
seperti itu sering disebut refleksi diri. Kebiasaan tersebut dapat membantu guru untuk menangkap atau menetapkan tema untuk masalah
yang dapat diangkat untuk PTK.

9 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

5 RECONNAISSANCE

Ketika Anda menangkap gagasan untuk PTK, langkah berikutnya adalah segera melakukan kegiatan pra-PTK yang disebut
reconnaissance. Pada langkah ini Anda menjabarkan gagasan Anda kedalam variable dan mencoba memahaminya lebih operasional dengan
cara merumuskan masalah.
Reconnaissance harus dilakukan karena merupakan langkah untuk memahi berbagai komponen yang akan terlibat dalam penelitian.
Hasil reconnaissance akan memberikan bekal kepada penelitian untuk melakukan langkah berikutnya.
Kegiatan reconnaissance dilakukan dengan tujuan berikut. Pertama meyakinkan bahwa variabel yang diteliti benar-benar ada dan
memiliki bukti yang otentik. Kedua, dengan melakukan reconnaissance peneliti akan memahami benar substansi masalah yang akan diteliti.
Ketiga, reconnaissance akan memberikan bahan kepada penelitian untuk menyusun rancangan penelitian. Keempaat, reconnaissance dapat
meyakinkan bahwa masalah memenuhi 5 sayarat.
Selain itu Anda akan mengklarifikasi variable-variabel yang akan diteliti sehingga Anda lebih paham dan lebih yakin dengan apa yang
akan diteliti. masalah Langkah pertama adalah mengeidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pembelajaran di sebuah kelas. Pada
langkah ini Anda membuat daftar masalah yang dirasakan. Setelah itu pilihlan salah satu masalah yag paling meresahkan dan perlu segera
diselesaikan. Salah satu teknik untuk mengidentifikasi keberadaan masalah adalah dengan cara melakukan refleksi pembelajaran.
Reconnaissance dilakukan untuk verivikasi apakah tersebut jelas keberadaannya. Langkah ini penting karena penelitian hanya boleh
dilakukan apabila masalahnya benar-benar ada. Pada fase ini Anda harus mengajukan pertanyaan: Apa bukti keberadaan masalah? Yang
perlu dilakukan pada langkah ini adalah mencari fakta keberadaan masaah. Fakta dapat berbentuk data kualitatif maupun kuantitatif. Data
kuantitatif boleh berbentuk skor atau nilai hasil tes, nilai raport, angka hasil survey dan sejenisnya. Data kulitatif dapat berupa hasil
pengamatan, hasil wawancara, foto, video dan sejenisnya.
Menurut Mills (Mills, 2000, p. 27), reconnaissance dilakukan dalam tiga bentuk kegatan yaitu self-reflection (refleksi diri)
description (menggambarkan) dan explanation (menjelaskan). Dalam kegiatan refleksi Anda mencoba memahami masalah secara teoretis,
yuridis (kriteria atau standar) yang digunakan, pengalaman pembelajaran yang pernah dilakukan dan hasilnya, kemudian apa yang harus
dilakukan. Pada langkah deskriptif (description) Anda mengambarkan situasi yang ingin ditingkatkan dengan fokus kepada pertanyaan
siapa (who), apa (what), dimana (when), dan dimana (where). Pada tahap penjelasan (explanation) Anda memaparkan gagasan krirtis
terhadap masalah. Pada tahap ini Anda mengajukan pertanyaan mengapa (why) masalah ini terjadi dan bagaimana (how)
menyelesaikannya. Pada tahan ini Anda dapat mengkeplorasi berbagai tindakan sebagai solusi dan mengajukan hipotesis tentang hubungan
antara masalah dengan tindakan yang akan diterapkan.
Dalam buku ini akan digunakan langkah reconnaissance yang diajukan oleh Mills karena dianggap sistematis, mudah dipahami dan
mudah diikuti. Pada bagian berikut ini kita akan mencoba memahami setiap langkah dan mencoba berlatih melakukannya. Penulis
mengusulkan dan mengajak pembaca untuk mengikuti setiap latihan yang disajikan. Bagi guru yang memamng bermaksud melakukan PTK
maka langkah-langkah ini akan memandu Anda untuk menghasilkan sebuah laporan hasil reconnaissance.

1. Refleksi diri (Self-Reflection)


Apakah Anda punya gagasan untuk melakukan penelitian tindakan? Apa tema penelitian tindakan yang Anda akan lakukan? Misalnya
Anda ingin melakukan penelitian tindakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis siswa. Anda boleh mencoba menuliskan tema
penelitian tindakan Anda dalam buku dairi, atau pada selebar kertas bekas saja.
Bagi Anda yang sudah dapat menuliskannya dapat dilanjutkan ke penjelasan teoretis mengenai masalah, namun apabila Anda belm
dapat menuliskannya mari kita melakukanya dari refleksi awal. Lakukan refleksi pembelajaran dengan cara mengevaluasi, mengamati,
mengkaji (meninjau) dan merasakan.
Mengevaluasi artinya membandingkan hasil sebuah pembelajaran dengan kriteria atau target yang telah ditetapkan di awal. Beberapa
pertanyan reflektif yang datap diajukan misalnnya:
a. Apakah hasil belajar peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran?
b. Berapa persen jumlah peserta didik yang hasil belajarnya mencapai KKM?
c. Apakah rata-rata nilai hasil Ujian Nasional sesua dengan yang telah direncanakan di awal tahun?

10 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

Mengamati artinya merekam dengan panca indra (melihat, mendengar, meraba) perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran baik
secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung maksudnya dengan panca indera sendiri sedangkan secara tidak langsung
maksdunya menggunakan panca indera orang lain seperti teman sejawat, orang tua, expert dan lainnya. Pertanyaan reflektif yang dapat
diajukan misalnya:
a. Apakah proses pembelajaran berlangsung baik sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan?
b. Apakah peserta didik antusias dengan pembelajarn yang dilaksanakan?
c. Apakah siswa hadir tepat waktu?
d. Apakah peserta didik menyukai cara saya mengajar?
e. Apakah peserta didik memahami instruksi yang saya berikan?
f. Apakah media belajar yang digunakan membantu peserta didik memahami konsep yang dipelajari?
Meninjau artinya mengkaji komponen pembelajaran dari perspektif aturan atau teori. Yang dimaksud aturan diantaranya Undang-
Undang, Peraturan pemerintah, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, Kebiajak Satuan Pendidikan dan sebagainya. Salah satu contoh
misalnya Standar Nasional Pendidikan. Yang dimaksud dengan teori adalah referensi. Misalnya referensi mengenai metode/strategi/
model/pembelajaran, referensi mengenai penilaian hasil belajar dan sejenisnya. Beberapa pertanyaan reflektif yang dapat diajukan
misalnya:
a. Apakah rancangan RPP sudah sesuai dengan atruan pada Standar nasional?
b. Apakah instrument evaluasi yang saya gunakan sudah sesuai dengan aturan Standar Nasional?
c. Apakah strategi/model/metode yang telah saya laksanakan sesuai dengan teorinya?
d. Apakah buku teks yang digunakan membantu peserta didik dalam menguasai kompeteni dasar?
Merasakan, maksudnya membaca respon hati nurani mengenai pembelajran yang telah dialkukan sendiri. Beberapa pertanyaan
reflrktif misalnya:
a. Apakah saya merasa puas dengan pembelajaran yang sudah dilaksanakan?
b. Apakah saya merasa ada masalah pada pembelajaran yang dilaksanakan?
c. Apakah saya bahagia dengan hasil belajar yang diperoleh pesertadidik?
d. Apakah saya sudah melaksanakan prmbelajaran dengan niat yang baik?
Masih banyak pertanyaan yang dapat kita ajukan, namun dengan pertanyaan-pertanyaan di atas saja kita dapat mengidentifikasi
banyak masalah. Anda dapat merenung dan berdialog dengan diri sendiri, melakukan pengamatan dan mengkaji teori untuk memikirkan dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Anda boleh juga berdialog dengan teman sejawat, kepala sekolah/madrasah, pengaawaas atau
para hli pendidikan.
Melalui langkah ini diharapkan Anda dapat membuat daftar masalah. Semakin banyak masalah yang teridentifkasi maka semakin
berhasil releksi Anda. Apabila Anda merasa tidak ada masalah, mungkin Anda kurang sensitif untuk mendeteksinya. Anda harus melakukan
refleksi dan evaluasi yang lebih dalam. Apabila setelah merefleksi berulang-ulang kita masih merasa tidak ada masalah, mugkin secara
individu kita justru yang bermasalah. Itu sebuah indikasi bahwa kita tidak memahami secara detil pekerjaan yang kita lakukan.
Melalui langkah refleksi pembelajaran Anda telah berhasil membuat daftar masalah. Masalah-masalah tersebut mungkin sangat
penting bagi Anda untuk diselesaikan. Namun demikian Anda harus memilih satu daintaranya. Syarat masalah yang terpilih adalah 5
kriteria yang telah disebutkan pada bab sebelumnya yaitu masalah berasal dari kelas, dialandasi dengan data otentik, tidak terlalu sempit dan
terlalu luas, ada peluang untuk diselesaikan melalui tindakan di kelas (dalam pembelajaran), masalah harus yang penting atau bermanfaat
untuk diselesaikan. Ada kriteria lain yang penting juga untuk diperhtungkan, yaitu kecocokan dengan hati. Maksudnya Anda memang
berhasrat untuk menelitinya dan Anda senang melakukan penelitian untuk menyelesaikan masalah tersebut. Mungkin tepat apabila penulis
mengatakan: Anda harus mencintai masalah tersebut.
Pada bab sebelumnya Anda telah memperoleh penjelasan mengenai kelima kriteria tersebut dan contohnya. Kalau Anda ragu-ragu,
Anda coba kembali membaca penjelasan tersebut. Sekarang coba Anda pilih satu masalah yang menurut Anda memenuhi 5 kriteria tersebut.

Anda telah memilih masalah yang menurut analisis Anda paling pantas untuk diteliti dan anda memiliki minat untuk menelitinya.
Berikutnya Anda harus memahami apa sebenarnya substansi masalah yang ingin Anda teliti. Masalah tersbut harus dinyatakan dalam
variable. Misalnya apabila Anda memilih masalah “Rendahnya kemampuan menagkap informasi rinci dari teks”, maka variable yang akan
Anda teliti adalah kemampuan menagkap informasi rinci dari teks. Pada langkah ini Anda harus dapat menjelaskan hal berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan “kemampuan menagkap informasi rinci dari teks” secara teroretis.
b. Bagaimana standar “Kemampuan menagkap informasi rinci dari teks” yang dijelaskan dalam kurikulum?
c. Apa saja indikator “Kemampuan menagkap informasi rinci dari teks?”
d. Mengapa Anda menganggap masalah “Kemampuan menagkap informasi rinci dari teks” penting untuk diteliti?
e. Bagaimana pengalaman Anda selama ini melakukan pembelajaran untuk meningkatkan “Kemampuan menangkap informasi
rinci dari teks?”
f. Metode/model/teknik apa yang biasa digunakan sebelumnya dalam pembelajaran “Kemampuan menangkap informasi rinci dari
teks?”

11 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

2. Memaparkan (Description)
Pada langkah deskripsi Anda harus menjelaskan beberapa hal terkait dengan siapa, apa, kapan dan dimana masalah berlangsung. Mills
menyarankan pada langkah ini Anda harus dapat menjelaskan bagaimana keadaan atau situasi masalah terjadi dan menyajikan bukti-bukti
otentik keberadaan masalah. Pada fase ini Anda harus mengajukan pertanyaan:
a. Siapa saja yang memiliki masalah?
b. Dimana masalah terjadi?
c. Kapan masalah ini terjadi?
d. Apa bukti keberadaan masalah?
Pada kasus masalah “Rendahnya kemampuan menangkap informasi rinci dari teks”, Anda harus menjelaskan bahwa masalah tersebut
kerap terjadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX SMP/MTs Z. Masalah ini telah ditemui setiap tahun secara berulang-ulang
dan tidak terselesaikan. Anda juga harus mengkhususkan subjek penelitian dengan menuliskan satu atau beberapa kelas yang akan ditelati.
Misilanya kelas IX A, atau kelas IX A dan IX B.
Berikutnya yang perlu dilakukan pada langkah ini adalah mencari fakta keberadaan masaah. Fakta dapat berbentuk data kualitatif
maupun kuantitatif. Data kuantitatif boleh berbentuk skor atau nilai hasil tes, nilai raport, angka hasil survey dan sejenisnya. Data kulitatif
dapat berupa hasil pengamatan, hasil wawancara, foto, video dan sejenisnya.
Contoh pada kasus Rendahnya kemampuan menangkap informasi rinci dari teks, bukti otentik yang dapat disajikan adalah hasil
analisis skor hasil ulangan harian, hasil tes sumatif, hasil UN tahun sebelumnya dan sejenisnya. Misalnya hasil analisis menunjukkan bahwa
dari 200 siswa kelas IX, 45 % mengalami masalah tersebut. Ketika diberikan test awal, dari sejumlah soal yang disajikan ternyata soal-soal
yang tidak dapat dijawab dengan benar adalah soal soal-soal yang berbasis teks. Dari 20 soal berbasis teks peserta didik hanya rata-rata
hanya 47 % saja yang dapat menjawab dengan benar.
Apabila data otentik yang Anda miliki kurang memadai maka Anda dapat melakukan pengukuran khusus. Apabila sudah berbagai
cara Anda masih belum dapat mengumpulkan data otentik maka masalah tersebut harus gugur. Masalah tersebut harus dinyatakan tidak ril
dan kita tidak dapat meneliti masalah yang tidak jelas keberadaannya. Apabila Anda mengalami kajadian seperti itu maka sebaiknya
memilih masalah lain yang memiliki data keberadaannya.

3. Penjelasan (Explanation)
Pada langkah ini saatnya Anda berpikir kritis untuk berpikir penyebab dari terjadinya msalah, dan cara menyelesaikannya. Pada fase
ini Anda harus brainstorming dan melakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan: Apa penyebab masalah? dan Apa solusi untuk
masalah tersebut?
Yang pertama pertanyaan mengenai penyebab masalah penting untuk dijawab karena kita tidak dapat menyelesaikan masalah yang
tidak diketahui penyebabnya. Langkah ini dapat disebut diagnosa. Seperti halnya seorang dokter, sebelum memberikan terapi terhadap
sebuah penyakit maka ia akan melakukan diagnosa. Untuk penyakit ringan maka seorang dokter hanya perlu mengukur tensi darah, melihat
rongga mulit dan mata, memijit bagian yang sakit dan sejenisnya. Tapi untuk penyakit yang kompleks, dokter pasti akan menyuruh pasien
difoto rontgen, rekam jantung, scenning dan sejenisnya. Dokter tidak akan memberikan terapi apabila belum jelas apa penyebab keluhan
pasien.
Sama halnya ketika kita akan melakukan PTK. Jenis penelitian ini bertujuan memperbaiki mutu pembelajaran dengan menerapkan
tindakan tertentu. Tentu saja guru tidak dapat menerapkan tindakan apabila tidak tahu pasti apa penyebab dari masalah yang dihadapi.
Untuk memperoleh penjelasan mengenai penyebab masalah Anda tidak dapat menebaknya dengan cara mengira-ngira atau
menetapkannya sekehendak hati tanpa memiliki landasan empirik. Oleh karena itu Anda harus mencari jawaban otentik dari lapangan
dengan cara melakukan kajian. Kajian dapat berupa riview terhadap data-data atau dokumen yang sudah ada, diskusi dengan molega, senior
atau ahli; meminta bantuan kolega untuk mengamati kelas, wawancara, tes dan kaji pustaka. Apabila masalahnya sederhana Anda hanya
perlu mengamati, atau wawancara dengan siswa dan diskusi dengan kolega. Apabila masalahnya cukup rumit mungkin Anda perlu
melakukan pengukuran, melakukan survey menggunakan angket, atau berdiskusi dengan seorang ahli.
Salah satu teknik yang terarah dalam melakukan kajian tersebut adalah dengan mengajukan pertanyaan terhadap komponen-
komponen pembelajarann. Contoh pada kasus masalah rendahnya kemampuan menangkap informasi rinci dari teks, Anda setidaknya
melakukan kajian untuk menjawab pertanyaan berikut.
a. Apakah perencanaan pembelajaran membaca sudah dirancang dengan baik?
b. Apakah model/metode/teknik pembelajaran membaca sudah tepat?
c. Apakah media dan sumber belajar yang digunakan sudah tepat?
d. Bagaimana perilaku siswa ketika belajar membaca rinci?
e. Bagaimana perilaku siswa ketika mencari informasi rinci dari teks?
f. Apa yang menyebabkan mereka kesulitan untuk menangkap informasi rinci dari teks?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut guru harus mengkaji RPP, mengamati kelas, mewawancara, menganalisis hasil tes, bahkan
melakukan pengukuran. Pertanyaan dapat berkembang apabila menemukan fenomena lainnya. Apabila Anda tidak dapat melakukannya
sendiri maka dapat meminta bantuan teman sejawat. Anda belum dapat berhenti melakukan pencarian apabila belum memperoleh jawaban
yang cukup meyakinkan.

12 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

Melalui kajian ini Anda akan memperoleh banyak kemungkinan penyebab. Tentu Anda harus memilih penyebab utama. Sebaiknya
Anda diskusikan dengan teman sejawat dan/atau boleh berdiskusi dengan seorang ahli dalam proses penentuan penyebab utamanya.
Pada ksus tersebut mungkin Anda memperoleh fakta-fakta bahwa dalam RPP dan praktek pembelajaran pembelajaran membaca
informasi rinci dilakukan melalui latihan dengan memberikan teks yang ada dalam buku teks atau print out, kemudian siswa diminta untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait informasi rinci yang ada dalam teks. Hasil pengamatan terhadap kegiatan belajar membaca,
banyak siswa yang kurang intensif mengikutinya karena menganggap pembelajaran membaca sudah biasa, dan tidak menarik. Hasil tes
ulang menunjukkan bahwa siswa terlalu lama untuk dapat menjwab pertanyaan mengenai informasi rinci dari sebuah teks. Hasil wawancara
dengan siswa mendapatkan gambaran bahwa banyak siswa yang tidak menggunakan teknik membaca apapun ketika menjawab pertanyaan.
Banyak siswa yang membaca ulang setiap mereka menjawab satu pertanyaan. Perilaku tersebut yang menyebabkan para siswa kedodoran
waktu dalam tes. Mereka mengatakan bahwa teksnya terlalu panjang dan banyak istilah yang kurang dapat dipahami.
Berdasarkan beskripsi hasil telaah di atas dapat disimpulkan dua penyebab utama. Yang pertama metode/teknik pembalajran yang
digunakan tidak memadai untuk memfasilitasi siswa belajar untuk menangkap informasi rinci dari teks secara akurat dan cepat. Latihan
menjawab pertanyaan dengan cara biasa tidak menarik buat siswa dan tidak memotivasi mereka untuk berlatih mencari informasi dengan
cepat dan akurat. Kedua, siswa tidak menggunakan teknik apapun dalam mencari informasi rinindi dari teks.
Kedua penyebab utama di atas memiliki hubungan antara satu dengan lainnya. Kedua penyebab tersebut dapat dipadukan sehingga
menjadi penyebab utama yaitu siswa tidak dilatih untuk mencari informasi rinci menggunakan teknik tertentu menggunakan metode/teknik
yang tepat.
Tentu saja simpulan tersebut adalah sebuah hasil interpretasi. Bisa saja guru yang berbeda menyimpulkan pernyataan berbeda. Namun
demikian yang penting adalah analisis dan argumentasi yang rasional.
Apabila Anda sudah yakin dengan penyebab utamanya maka langkah berikutnya adalah menentukan bentuk tindakan sebagai
alternative solusi untuk menyelesaikan masalah. Dalam fase ini Anda harus mengkaji teori, diskusi dengan kolega, diskusi dengan expert
(ahli), mengikuti seminar atau sejenisnya sehingga Anda mendapatkan inspirasi tindakan. Hal itu harus dilakukan karena pemilihan
tindakan harus bersifat teoretis dan argumentatif. Anda tidak diperbolehkan memilih tindakan sekenanya sehingga penelitian menjadi tidak
ilmiah dan kemungkinan nanti akan menjadi kendala dalam perjalanan melaksanakan penelitian. Salah satu kendala yang sering ditemukan
adalah data lapangan yang tidak konsisten dari hasil tindakan. Misalnya, data siklus 2 menunjukkan peurunan dibanding data siklus
pertama, kemudian naik lagi, dan turun lagi di siklus-siklus selanjutnya. Data tersebut salah satu indikasi bahwa tindakan tidak tepat untuk
menyelesaikan masalah.
Yang dimaksud dengan tindakan adalah aksi untuk terapi yang akan dilakukan oleh peneliti dalam menyelesaikan masalah. Dalam
contoh kedokteran misalnya penderita struk diterapi dengan akupunctur sampai struknya sembuh. Akupunctur disebut tindakan. Proses
pemilihan tindakan dapat digambarkan seperti skema berikut.

Alternatif tindakan yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan suatu masalah akan sangat beragam namun peneliti harus memilih
salah satu yang paling tepat. Oleh karena itu tindakan yang dipilih harus memiliki syarat tertentu. Syarat pertama, tindakan harus terkait
dengan penyebab masalah. Ini syarat substansial yang harus dipenuhi. Seorang dokter apabila memberikan resep obat maka harus
mempertimbangkan apa penyebab dari penyakit yang diderita pasien. Kalau tidak maka dokter akan memberi obat yang salah dan akibatnya
bisa fatal. Demikian juga dalam PTK, tindakan yang berfungsi sebagai obat untuk menyelesaikan masalah harus dipilih dengan
pertimbangan penyebab dari masalah.
Misalnya pada kasus rendahnya kemampuan menangkap informasi rinci dari teks, jika penyebab rendahnya kemampuan tersebut
yang ditemukan adalah tidak tepatnya metode pembelajaran yang digunakan maka tindakan yang dipilih adalah menerapkan metode
tertentu. Akan tidak tepat kalau tindakan yang dipilih adalah penerapan media pembelajaran.
Kedua, tindakan yang dipilih harus ilmiah. Yang dimaksud dengan ilmiah adalah berdasarkan kajian teori. Ketika penyebab
teridentifikasi adalah kekeliruan menerapkan metode maka peneliti harus melakukan kaji referensi mengenai jenis-jenis metode
pembelajaran membaca.
Mengapa penetapan tindakan harus melalui kaji referensi/teori? Sebagai sebuah penelitian ilmiah aplikatif PTK harus memenuhi dua
kebenaran, yaitu kebenaran teoretik dan dan kebenaran empirik. Kebenaran teoretik terletak pada penentuan tindakan dan kebenaran

13 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

empiric terletak pada praktek melaksanakan tindakan. Cara untuk mengupayakan kebenaran teoretik adalah melalui langkah kajian pustaka
ketika memilih tindakan sehingga tindakan yang dipilih dapat dinyatakan benar secara teretik.
Bisa jadi tindakan yang dipilih oleh peneliti adalah sebuah inovasi. Pilihan ini sangat baik dan itu sebenarnya yang diharapkan
melalui sebuah PTK, yaitu menemukan teknik pembelajaran baru. Namun demikian tentu tidak ada sebuah inovasi yang tidak didasari oleh
teori sebelumnya. Artinya inovasi harus didahului oleh penjelasan teori-teori sebelumnya yang ada dalam referensi.
Ketiga, tindakan sebaiknya yang belum pernah dilakukan sebelumnya dalam praktek pembelajaran sehari-hari. Mungkin tindakan
yang dipilih merupakan sebuah inovasi atau penerapan dari teori yang up todate, misalnya sebuah model pembelajaran yang dikembangkan
dari teori Multiple Intellegence yang selama ini belum banyak dilakukan.
Keempat, tentu saja tindakan harus sesuai dengan kemampuan, baik dari segi pendidik, sarana dan biaya. Ketika peneliti memilih
tindakan yang inovatif dan bagus namun apa maknanya apabila kompetensi, sarana atau biaya tidak memungkinkan.
Pada contoh kasus mata pelajaran bahasa Indonesia, setelah guru menelaah referensi dan diskusi dengan teman sejawat ditemukan
sebuah metode untuk melatih para peserta didik terampil menemukan informasi rinci dari teks. Guru Bahasa Indonesia dan kolega
menyebutnya metode 5W + 1H. Dalam pelaksanaan PTK Guru Bahasa Indonesia akan melatih siswa agar terampil menemukan informasi
rinci dengan menerapkan pola pertanyaan what-who-when-where-why dan how. Kepada peserta didik akan disodorkan teks kemudian
mereka akan mencari informasi untuk menjawab keenam pertanyaan tersebut dalam batas waktu tertentu. Latihan ini akan dilakukan
bersiklus sehingga kelihatan peningkatannya.

14 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

6 JUDUL PTK

Melalui langkah reconnaissance masalah sudah diverifikasi, sudah diketahui penyebabnya dan sudah ditentukan bentuk tindakannya.
Dengan bahan tersebut Anda sudah dapat menrumuskan judul penelitian. Pada umumnya judul penelitian dapat dirumusakan belakangan.
Demikian juga pada PTK. Namun dapat juga judul dirumuskan di awal.
Dalam PTK kalimat judul harus memuat tiga unsur yaitu masalah yang akan dipecahkan (what), subjek penelitian (who) dan
bagaimana cara memecahkan masalah (how) (Suhardjono, 2010, pp. 17-18). Susunan kalimat judul bisa berpola what + how + who
Misalnya kasus Rendahnya kemampuan menangkap informasi rinci dari teks, kalimat judul dapat dirumuskan sebagai berikut.
What : Kemampuan menemukan informasi rinci dari teks
Who : Kelas IX di MTs An-Nur Malangbong Garut
How : Metode pertanyaan berpola 5W + 1H
Kalimat judul PTK dapat dirumuskan sebagai berikut:
Meningkatkan kemampuan menemukan informasi rinci dari teks melalui penerapan metode pertanyaan berpola 5W + 1H pada Kelas
IX di MTs An-Nur Malangbong Garut tahun 2012.
Kalimat judul tersebut bisa juga ditulis dengan pola how + what + who. Dengan menggunakan pola tersebut kalimat judul akan
berbunyi sebagai berikut:
Penerepan metode pertanyaan berpola 5W + 1H untuk meningkatkan kemampuan menemukan informasi rinci dari teks pada Kelas
IX di MTs An-Nur Malangbong Garut tahun 2012.
Judul PTK dapat dirumuskan dengan pola lain namun harus memuat ketiga komponen tersebut. Dalam rumusan judul juga dapat
dituliskan keterangan lain seperti materi ajar dan tahun penelitian namun sebaiknya judul tidak terlalu panjang. Kalimat judul sebainya
sekitar 20 kata. Apabila keterangan waktu atau materi ajar tidak termuat dalam judul Anda dalap menjelaskannya dalam metodologi
penelitian.

15 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

7 PENUTUP

Masalah untuk PTK ada di sekitar Anda. Malah ada di hati Anda. PTK adalah penelitian refleksitf, makanya apabila Anda
ingin menentukan masalah untuk PTK kaka tanyakan kepada hati Anda. Hanya saja sering kali tidak tertangkap karena kita
kurang sensitif dan jujur. Atau yang lebih parah kita tidak paham secara mendalam dan detil masalah pembelajaran sehingga kita
tidak merasakan ada masalah. Segalanya selalu terasa baik-baik saja sehingga tidak perlu ada penelitian untuk menyelesaikannya.
Masalah pembelajaran dapat ditemukan dalam berbagai aspek yaitu kurikulum, kompetensi guru, perencanaan, metodologi,
sarana-sumber-media-bahan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan sebagainya. Masalah dalam aspek-aspek pembelajaran
tersebut dapat tersedetksi dengan cara refleksi pembelajaran mealui kegiatan mengevaluasi, mengamati, merasakan dan meninjau atau
mengkaji pembelajaran.
Setelah Anda menangkap masalah maka berikutnya adalah melakukan pra-PTK (reconnaissance ). Kegiatan ini merupakan
langkah awal dalam rangkaian kegiatan PTK. Kegiatan ini tidak boleh dilangkahi karena sangat menentukan. Banyak guru yang
mengalami kesulitan ketika melakukan PTK akibat melangkahi langkah ini.
Mungkin diantara Anda ada yang merasa bahwa kegiatan reconnaissance terlalu bertele-tele, terlalu prosedural, dan jlimet.
Mungkin begitu adanya. Tapi harus disadari bahwa peneliti harus meyakinkan diri bahwa masalah penelitian jelas keberadaannya,
penting untuk dilakukan, dan sudah tergambar apa yang dilakukan. Para penulis buku peneltian tindakan mengatakan bahwa
reconnaissance membutuhkan waktu. Oleh karena itu mereka menyarankan untuk tidak tergesa-gesa, melibatkan kolega, dan
terus berdialog dengan orang-orang di sekitar. Jangan lupa bahwa ketika reconnaissance dilakukan dengan baik maka Anda sudah
memegang data untuk menyusun rencana PTk yang akan disusun dalam bentuk proposal penelitian.
Pada bagian berikutnya kita akan memulia mendiskusikan cara menyusun proposal PTK. Kita akan memulainya dengan
mendikusikan komponen dan sistematika proposal PTK. Karena proposal adalah naskah ilmiah, aka pada bab berikut kita akan
mengingatk-ingat kembali tknik penulisan naskah ilmiah, khusunya teknik notasi ilmiah dan penulisan daftar pustaka. Selamat
melanjutkan.

16 of 17 08/04/2019, 10:54
RECONNAISSANCE https://djj.bdkjakarta.kemenag.go.id/gel1/mod/book/tool/print/index.php...

8 DAFTAR PUSTAKA
Mills, G. E. (2000). Action Research a Guide for the Teacher Researcher . New Jersey: Prantice-Hall Inc.

Suhardjono. (2010). Pertanyaan dan Jawaban di Sekitar Penelitian Tindakan Kelas dan Sekolah. Malang: Cakrawala.

17 of 17 08/04/2019, 10:54

Anda mungkin juga menyukai