(RPP)
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik dapat:
1. Menganalisis perkembangan organisasi Indische Partij
2. Menganalisis perkembangan organisasi Muhammadiyah
3. Menganalisis perjuangan organisasi Indische Partij
4. Menganalisis perjuangan organisasi Muhammadiyah
5. Membandingkan strategi perjuangan Indische Partij dan Muhammadiyah
6. Mempresentasikan hasil diskusi dan analisis tentang Indische Partij dan
Muhammadiyah
7. Menyajikan hasil diskusi dan analisis tentang Indische Partij dan Muhammadiyah
8. Mewawancarai anggota atau pengikut organisasi Muhammadiyah
b. Pembelajaran Pengayaan
Pembelajaran Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas
pada materi ini dengan bentuk pemberian tugas, Menuliskan 4 Organsisai
Pergerakan dalam bidang keagamaan yang masih ada pada saat ini!
D. Metode Pembelajaran:
1. Pendekatan Pembelajaran : Scientifik Learning
2. Model Pembelajaran : Mind Maping
3. Metode pembelajaran : Diskusi, studi literature, presentasi, Tanya Jawab,
Penugasan(multi metode)
F. Sumber Belajar
B. Menanya
Peserta Didik menanyakan kepada guru setelah
melakukan pengamatan terhadap video atau Guru
memberi rangsangan terhadap peserta didik setelah
penayangan video tadi dengan bentuk mengeluarkan
pertanyaan “apa yang ada dipikiran kalian jika ibu
guru mengatakan India dan Cina pada saat ini?”.
C. Mengumpulkan Informasi
Peserta Didik mengumpulkan informasi dari video
yang telah ditayangkan serta membaca buku teks
siswa yang berkaitan dengan materi dan mencari
sumber-sumber yang relevan melalui media internet.
D. Mengasosiasi
Peserta didik mengidentifikasi:“ Indische Partij dan
Muhammadiya” melalui kelompok yang terdiri dari 5
atau 6 orang (satu kelas dibagi menjadi 4 kelompok)
kemudian guru meminta peserta didik untuk
mengerjakan LKPD dengan materi sebagai berikut:
b. Pertemuan Kedua
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
waktu
Pendahuluan Menyapa siswa…. 10 menit
Guru membuka kelas dengan mengajak peserta didik untuk
berdoa sebelum pelajaran dimulai.
Guru menyapa siswa dan menanyakan kondisi siswa
(menanyakan apa kabar, ada yang sakit atau tidak, sekarang
hari apa tanggal berapa dsb)
Mereview pelajaran sebeleumnya
Guru melakukan presensi.
Member orientasi pelajaraan yang akan dilaksanakan
Guru memberi motivasi dan menayangkan video lucu atau
video senam pendek untuk diparktekkan oleh siswa
sebelum kegiatan belajar dimulai.
Guru membagi para peserta didik kedalam kelompok yang
berjumlah 4 kelompok beserta LKPD dan lembar jawaban.
Guru menyampaikan tujuan dan manfaat yang akan dicapai
dan dipelajari.
Guru menyampaikan tema/sub tema dan skenario kegiatan
yang akan dilakukan hari ini.
Kegiatan Inti Model: Scientifik Learning 70 menit
F. Mengamati
Guru membagi para peserta didik kedalam kelompok
yang berjumlah 4 kelompok beserta LKPD dan lembar
jawaban
Peserta Didik mengamati video yang ditayangkan oleh
guru.
G. Menanya
Peserta Didik menanyakan kepada guru setelah
melakukan pengamatan terhadap video atau Guru
memberi rangsangan terhadap peserta didik setelah
penayangan video tadi dengan bentuk mengeluarkan
pertanyaan “apa yang ada dipikiran kalian jika ibu
guru mengatakan India dan Cina pada saat ini?”.
H. Mengumpulkan Informasi
Peserta Didik mengumpulkan informasi dari video
yang telah ditayangkan serta membaca buku teks
siswa yang berkaitan dengan materi dan mencari
sumber-sumber yang relevan melalui media internet.
I. Mengasosiasi
Peserta didik mengidentifikasi:“ Indische Partij dan
Muhammadiya)”melalui kelompok yang terdiri dari 5
atau 6 orang (satu kelas dibagi menjadi 4 kelompok)
kemudian guru meminta peserta didik untuk
mengerjakan LKPD dengan materi sebagai berikut:
..........................................
Lampiran 1
Materi
Indische Partij (IP)
Indische Partij merupakan organisasi politik yang anggota-anggotanya berasal dari keturunan
campuran Belanda-pribumi (Indo-Belanda) dan orang asli pribumi. Munculnya organisasi ini
karena adanya sejumlah golongan orang Indo-Belanda yang dianggap lebih rendah
kedudukannya dari pada orang Belanda asli (totok). Secara hukum mereka itu masuk dalam
bangsa kelas I, karena kedudukan ayahnya yang orang Belanda. Namun demikian secara sosial
karena ibunya orang pribumi mereka anggap lebih rendah oleh golongan Belanda totok.
Sejumlah orang dari golongan Indo Belanda itu kemudian mendirikan perkumpulan Indische
Bond (1898). E.F.E Douwes Dekker yang kemudian berganti nama Dr. Danudirjo Setiabudhi
berkeinginan untuk melanjutkan Indische Bond sebagai organisasi politik yang kuat. Keinginan
Douwes Dekker itu semakin menguat saat ia bertemu dengan dr. Cipto Mangunkusumo dan
Suwardi Suryaningrat atau dikenal dengan Ki Hajar Dewantoro. Mereka kemudian dikenal
dengan “Tiga Serangkai”. Douwes Dekker adalah cucu Eduard Douwes Dekker atau Multatuli,
seorang penulis Max Havelaar yang membela petani Banten dalam masa Tanam Paksa. Ia
seorang campuran ayah Belanda dan ibunya Indo. Pengalamanhidupnya itulah yang menjiwai
gerak politiknya. Kedekatannya dengan buruh perkebunan kopi, saat ia menjadi pengawas
perkebunan di Jawa, yang menjadi alasan pemerintah Kolonial Belanda untuk memecatnya.
Kondisi itulah yang mendorong dia untuk mendirikan organisasi yang bertujuan untuk
mendapatkan kemerdekaan bagi Indie (istilah Indonesia pada waktu itu). Bersama-sama dengan
Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo maka dibentuklah Indische Partij (IP) pada
tahun 1912. Keinginan IP untuk mewujudkan cita-citanya itu mendapat respon positif dari
masyarakat saat itu. Keanggotaan IP berkembang dengan pesat. Sebagai seorang koresponden
surat kabar de Locomotief di Semarang, kemudian harian Soerabajasch Handelsblad,
Bataviaasch Nieuwsblad, dan akhirnya di majalah Het Tijdschrift dan surat kabar De Expres,
Douwes Dekker dengan mudah dapat mengutarakan gagasannya.
Muhammadiyah
Keberadaan organisasi BU telah memberikan inspirasi kepada KH Ahmad Dahlan untuk
mendirikan sebuah orgaisasi yang bersifat modern bernama Muhammadiyah. Organisasi yang
didirikan Ahmad Dahlan pada 18 November 1912, bercirikan organisasi sosial, pendidikan, dan
keagamaan. Salah satu tujuan pendirian Muhammadiyah adalah memurnikan ajaran Islam. Islam
seharusnya bersumber pada Al-Quran dan Al-Hadis. Tindakannya adalah amar makruf
nahimunkar, atau mengajak hal yang baik dan mencegah hal yang jelek. Pembaruan model
Wahabiyah di Arab pun dimulai, antara lain dengan manajemen organisasi modern, pendirian
lembaga pendidikan dandakwah melalui media atau surat kabar. Sistem pendidikan dibangunnya
dengan cara sendiri, menggabungkan cara tradisional dengan cara modern. Model sekolah Barat
ditambah pelajaran agama yang dilakukan di dalam kelas. Dalam bidang kemasyarakatan
organisasi ini mendirikan rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim piatu yang dikelola oleh
lembaga-lembaga. Usaha di bidang sosial itu ditandai dengan berdirinya Pertolongan
Kesengsaraan Umum (PKU) pada tahun 1923. Itulah bentuk kepedulian sosial dan tolong
menolong sesama muslim. Selanjutnya organisasi wanita juga dibentuk dengan nama ‘Aisyiah di
Yogyakarta, sebagai bagian dari organisasi wanita Muhammadiah. Nama ‘Aisyiyah terinspirasi
dari nama ‘Aisyah, istri nabi Muhammad yang dikenal taat beragama, cerdas, dan rajin bekerja
untuk mendukung ekonomi rumah tangga. Diharapkan profil ‘Aisyah juga menjadi profil warga
‘Aisyiyah. ‘Aisyiyah yang masih eksis sampai kini didirikan sebagai pembaru peran kaum
perempuan, terutama di bidang keagamaan. Ketika ‘Aisyiyah berdiri, perempuan tidak
mendapatkan akses pendidikan dan kemasyarakatan karena dianggap tidak perlu mengenyam
pendidikan, apalagi mempunyai peran kemasyarakatan. ‘Aisyiyah berpendapat bahwa
perempuan dan lakilaki sama-sama mempunyai kewajiban untuk mengajak kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran, termasuk melalui bidang pendidikan.
Lampiran 2
Penilaian Pengetahuan:
Kisi-kisi Soal
Mata Pelajaran : Sejarah(Peminatan)
Kelas/ Semester : X/1
Bentuk Soal : Uraian
Jumlah Soal : 5 butir
SOAL
1. Analisislah perkembangan organisasi Indische Partij dari awal hingga akhir!
2. Analisislah perkembangan organisasi Muhammadiyah dari awal hingga sekarang!
3. Analisislah perjuangan pergerakan organisasi Indische Partij dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia!
4. Analisislah perjuangan pergerakan organisasi Muhammadiyah dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia!
5. Bandingkanlah strategi perjuangan antara Indische Partij dan Muhammadiyah!
Kunci Jawaban:
1.
Indische Partij (IP) didirikan oleh E.F.E. Douwes Dekker (Danudirja Setyabudi), dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912.
Mereka terkenal dengan sebutan Tiga Serangkai. Sebelum membentuk Indische Partij, mereka
telah mempropagandakan Hindia untuk Hindia. Douwes Dekker ingin menanamkan perasaan
kebangsaan terhadap orang-orang kulit putih dan kulit berwarna yang lahir di Hindia (Indonesia).
Ia ingin menyatukan orang-orang kulit putih dan kulit berwarna.
Indische Partij adalah organisasi di Indonesia yang pertama kali bergerak dalam bidang politik.
Untuk mewujudkan cita-citanya, Indische Partij dalam program kerja telah menetapkan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. meresapkan cita-cita kesatuan nasional Hindia (Indonesia);
b. memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan baik di bidang pemerintahan maupun
kemasyarakatan;
c. berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia;
Karena sifatnya yang progresif dengan tujuan ingin merdeka, pemerintahan Hindia Belanda
bersikap tegas terhadap Indische Partij. Permohonan Indische Partij untuk mendapat pengakuan
sebagai badan hukum pada bulan Maret 1913 ditolak pemerintah kolonial Belanda. Dokter Cipto
Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat selain memimpin Indische Partij juga memimpin
suatu lembaga yang diberi nama Komite Bumiputra. Komite itu memohon kepada Raja Belanda
agar pemerintah mencabut peraturan tentang hukuman terhadap orang bumiputra yang dicurigai
bermaksud jahat. Dokter Cipto Mangunkusumo juga menulis tentang sejarah dan filsafat bangsa
Jawa.
Suwardi Suryaningrat mengecam peme-rintah Belanda dengan menulis artikel yang berjudul Als
Ik eens Nederlander was (Seandainya Aku Seorang Belanda). Akibat tulisan tersebut, Belanda
menjatuhkan hukuman pengasingan kepada ketiganya. Douwes Dekker dibuang ke Timor, dr
Cipto Mangunkusumo dibuang ke Banda, dan Suwardi Suryaningrat dibuang ke Bangka.
Hukuman itu kemudian diubah.
Ketiganya boleh memilih tempat pengasingan di luar negeri. Mereka akhirnya memilih Negeri
Belanda. Akibat pengasingan tersebut pengikut dan pendukung Indische Partij bubar dan banyak
yang masuk ke dalam perkumpulan Insulinde, yakni organisasi peranakan Eropa dan orang
Eropa yang ingin tetap tinggal di Hindia.
Pada tahun 1918, tokoh Tiga Serangkai diperbolehkan pulang ke Tanah Air. Di Tanah Air ketiga
tokoh tersebut segera bergabung dengan Partij Insulinde dan mempunyai pengaruh besar di
dalamnya. Akhirnya, perkumpulan itu dapat menjadi partai yang berjuang menuju kemerdekaan.
Pada bulan Juni 1919, Partij Insulinde diubah namanya menjadi National Indische Partij (NIP).
Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker kembali menjadi pengurus besarnya.
National Indische Partij menyusun anggaran dasar baru. Maksud dan tujuan organisasinya
hampir sama dengan Indische Partij sehingga pada tahun 1923 National Indische Partij dilarang
beraktivitas politik oleh pemerintah Belanda. Douwes Dekker dan Suwardi Suryaning-rat
melanjutkan perjuangan melalui jalur pendidikan. Douwes Dekker membuka perguruan nasional
dengan nama Kesatrian Institut setingkat SD di Pasir Kaliki, Bandung. Suwardi Suryaningrat
pada tahun 1922 mendirikan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Setelah mendirikan Taman
Siswa, Suwardi Suryaningrat lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Dokter Cipto
Mangunkusumo melanjutkan perjuangan politik secara bebas dan menerbitkan surat kabar
berbahasa Jawa yang bernama Panggugah.
2.
Muhammadiyah merupakan gerakan umat Islam yang lahir di Yogyakarta pada tanggal 8
Djulhijah 1330 H, atau tanggal 18 Nopember 1912 M. Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab
“Muhammad” yaitu nama nabi terakhir, kemudian mendapatkan ‘ya nisbiyah’ yang artinya
menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti umatnya Muhammad atau pengikutnya Muhammad.
Tujuan : menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenarnya.Berdasarkan situs resmi Muhammadiyah, Muhammadiyah didirikan oleh K.H.
Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18
November 1912.
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar, berasa Islam dan
bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist. Gerakan Muhammadiyah bermaksud untuk berta’faul
(berpengharapan baik) dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan nabi Muhammad
SAW, dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam semata-mata demi
terwujudnya izzul Islam wal muslimin, kejayaan Islam sebagai idealita dan kemuliaan hidup
sebagai realita.
Faktor utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman K.H. Ahmad
Dahlan terhadap Al Qur’an dalam menelaah, membahas, meneliti dan mengkaji kandungan
isinya. Dalam surat Ali Imran ayat 104 dikatakan bahwa: “ Dan hendaklah ada diantara kamu
sekalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. Memahami seruan diatas,
K.H. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan, organisasi atau
perserikatan yang teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmad pada pelaksanaan misi dakwah
Islam amar ma’ruf nahi munkar di tengah masyarakat.
3.
Melalui karangan- karangan di dalam Het Tijdschrift tujaun dari Indische Partij kemudian
dilanjutkan didalam De Express, propagandanya meliputi, Pelaksaan suatu program “ Hindia “
untuk setiap gerakan politik yang sehat dengan tujuan menghapuskan perhubungan kolonial,
Menyadari golongan Indo dan penduduk bumi putera, bahwa masa depan meraka terancam oleh
bahaya yang sama yaitu bahaya Eksploitasi Kolonial. Alat untuk melancarkan aksi-aksi
perlawanan ialah dengan membentuk suatu Partij: Indische Partij. “Tujuan Indische Partij ialah
untuk membangunkan patriotisme semua Indiers terhadap kepada tanah air, yang telah memberi
lapangan hidup kepada mereka, agar mereka mendapat dorongan untuk bekerjasama atas dasar
persamaan ketatanegaraan untuk memajukan tanah air “Hindia” dan untuk mempersiapkan
kehidupan rakyat yang merdeka.”(Sartono Kartodirjo, 1975,:191.)
Pendiri Indische Partij yang tinggal satu belum ditangkap itu, tetap terus berjuang
membela rakyat. Baginya, meskipun termasuk keturunan Belanda (Indo), namun dalam
perjuangan merasa satu dengan orang-orang kelahiran Hindia Belana asli. Dalam perjuangan
untuk kepentingan tanah air tidak ada perbedaan antar Indo maupun Pribumi. Dia merasa hidup
di tanah airnya sendiri dan tidak senang melihat kehidupan di masyarakat yang sangat
membedakan ras, derajat, maupun perlakuan. Dia berjuang untuk mendapatkan persamaan hak
bagi semua orang Hindia. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal-pasal dalam anggaran dasar Indische
Partij, seperti sebagai berikut:
1. Memelihara nasionalisme Hindia dengan meresapkan cita-cita kesatuan kebangsaan semua
Indiers, meluaskan pengetahuan umum tentang sejarah budaya Hindia, mengasosiasikan intelek
secara bertingkat kedalam suku dan antar suku yang masih hidup berdampingan pada mada ini,
menghidupkan kesadaran diri dan kepercayaan kepada diri sendiri.
2. Memberantas rasa kesombongan rasial dan keistimewaan ras baik dalam bidang ketatanegaraan
maupun bidang kemasyarakatan.
3. Memberantas usaha-usaha untuk membangkitkan kebencian agama dan sektarisme yang bisa
mengakibatkan Indiers ading sama lain, sehingga dapat memupuk kerjasama atas dasar nasional.
4. Memperkuatdaya tahan rakyat Hindia dengan memperkembangkan individu ke arah aktivitas
yang lebih besar secara taknis dan memperkuat kekuatan batin dalam soal kesusilaan.
5. Berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia.
6. Memperkuat daya rakyat Hindia untuk dapat mempertahankan tanah air dari serangan asing.
7. Mengadakan unifikasi, perluasan, pendalaman, dan meng-Hindia-kan pengajaran, yang di dalam
semua hal terus ditujukankepada kepentingan ekonomi Hindia, dimana tidak diperbolehkan
adanya perbedaan perlakuan karena ras, seks atau kasta dan harus dilaksanakan sampai tingkat
yang setinggi-tingginya yang bisa di capai.
8. Memperbesar pengaruh pro-Hindia di dalam pemerintahan.
9. Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan memperkuat mereka yang
ekonominya lemah.
Jadi, jelas bahwa Indische Partij bergerak langsung terjun dalam bidang politik. Oleh
karena itu, tidak mustahil apabila tokoh-tokohnya mendapat pengawasan secara ketat.
Pergerakan dalam bidang politik pada saat itu memang masih sangat berbahaya. Organisasi yang
tampak bergerak dalam bidang poitik, sudah pasti mendapat tuduhan pemerintah kolonial
Belanda, bahwa organisasi tersebut akan melakukan pemberontakan terhadap pemerintah. Hal ini
dapat dirasakan Indische Partij pada saat mengajukan permohonan kepada Gubernur Jenderal
pada tanggal 4 Maret 1913, agar organisasi ini mendapat pengakuan sebagai badan hukum,
ternyata ditolak. Alasan penolakannya karena organisasi ini berdasarkan politik dan mengancam
hendak merusak keamanan umum.
Walaupun sudah jelas kegiatan Indische Partij mendapat pengawasan secara ketat, namun
pendirinya, yaitu EFE. Douwes Dekker tetap meneruskan perjuangannya. Dia berusaha
menghadap kepada Gubernur Jenderal dengan tujuan, ingin menjelaskan dan bersedia mengubah
pasal-pasal dan anggaran dasar Indische Partij, apabila dianggap membahayakan pemerintah.
Akan tetapi usaha EFE. Douwes Dekker ini sia-sia saja, karena pada tanggal 11 Maret 1913
pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peringatan kepada Indische Partij dan organisasi ini
tetap dinyatakan sebagai partai terlarang. Peringatan itu juga ditujukan kepada partai-partai lain.
Akhirnya Douwes Dekker menyimpulkan sebagai berikut:
“Bahwa pengertian “Pemerintah Hindia” haruslah dipandang sebagai salah satu daripada partai
yang bertentangan dengan cita-cita kemerdekaan. Pemerintah yang berkuasadisuatu tanah
jajahan, bukanlah pemimpin namanya penindasan, dan penindasan itu adalah musuh yang
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat,.”(DMG. Koch, 1951:39).
4.
Telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH
Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap Alquranul
Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah,
sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang atau faktor perangsang
semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada setiap mengkaji ayat-ayat Alquran,
khususnya ketika menelaah surat Ali Imran, ayat:104, maka akhirnya dilahirkan amalan
kongkret, yaitu lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan
sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad
Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalammya tergambar secara
jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada Allah
SWT.
Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa sesungguhnya
kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh
ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya tidak ada motif lain kecuali semata-
mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah,
baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan,
perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan
melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk
menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati,
dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.
Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah. Ciri yang
kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan dalam jati diri
Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor utama yang
mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA Dahlan
terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104. Berdasarkan Surat
Ali Imran, ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar
perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma’ruf nahi munkar dengan
masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah
masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar
dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan sejak taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti
asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan
suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan
tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.
Ciri ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan Tajdid
atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai salah satu
organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana yang tercantum
dalam Alquran dan Assunah, sekaligus memebersihkan berbagai amalan umat yang terang-
trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik, maupun bid’ah lewat
gerakan dakwah. Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari gerakan tajdid yang diawali
oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaaan nafas, yaitu memerangi
secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khurafat, bid’ah dan tajdid, sbab
semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang.
Sifat Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak hanya sebatas
pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel pada
tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan berbagai pembaharuan
cara-cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam memperbaharui cara
penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim, cara
pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat
Id dan pelaksanaan kurba dan sebagainya.
Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian dapat disebut
purifikasi (purification) dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi (reformation).
Dalam hubungan dengan salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, maka
Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan Gerakan Reformasi.
Muhammadiyah yang memiliki identitas gerakan Tajdid (pembaharuan) yang memiliki dua
makna yaitu Purifikasi (pemurnian) dan juga dinamisasi (perkembangan). Dalam mencapai
kesuksesan dahwah maka Muhammadiyah harus membuat strategi yang sering disebut dengan
langkah – langkah dan Khittah muhammadiyah. Pada zaman sekarang yang banyak sekali ormas
dengan berbagai identitas dan karakter, menjadi tantangan tersendiri bagi muhammadiyah dalam
berdakwah, maka sekarang ini muhammadiyah memperkuat dakwah dibidang pendidikan guna
memerangi penyakit agama al: Tahayul, Bid’ah, Churafat (TBC) dari kesemua langkah dan juga
Khittah, semua menuju kepada pendidikan, ini bearti Muhammadiyah memilih pencegahan
terhadap TBC dengan merubah pola fikir masyarakat tentang hal tersebut, langkah ini menjadi
efektif karena akan meminimalisir konflik, manun dakwah muhammadiyah terkesan menjadi
lemah karena terkasan pula tidak berani melawan TBC secara terangan- terangan. Berikut adalah
uraian strategi atau langkah Muhammadiyah tahun 1938-1940 yaitu:
Memperdalam Iman
Hendaklah iman ditablighkan, disiarkan seluas-luasnya, diberi riwayat dan dalil buktinya,
dipengaruhnya dan digembirakan hingga iman itu mendarah daging, masuk di tulang sumsum
dan mendalam di hati sanubari pada anggota Muhammadiyah semuanya
Memperluas Faham Agama
Hendaklah faham agama yang sesungguhnya (murni) dibentangkan seluas-luasnya, diujikan dan
diperbandingkan, sehingga para anggota Muhammadiyah mengerti dan meyakinkan bahwa
Agama Islam yang paling benar, ringan dan berguna, hingga merasa nikmat mendahulukan
amalan keagamaan itu.
Memperbuahkan Budi pekerti
Hendaklah iman ditablighkan, disiarkan seluas-luasnya, diberi riwayat dan dalil buktinya,
dipengaruhnya dan digembirakan hingga iman itu mendarah daging, masuk di tulang sumsum
dan mendalam di hati sanubari pada anggota Muhammadiyah semuanya.
Menuntun Amalan Intiqad
Hendaklah senantiasa melakukan perbaikan diri kita sendiri (self correctio) dalam segala usaha
dan pekerjaan itu. Buah penyelidikan perbaikan itu dimusyawarahkan secara khusus untuk
mendatangkan kemaslahatan dan menjauhkan mudarat.
Menguatkan Persatuan
Hendaklah keadilan dijalankan semestinya walaupun terhadap diri sendiri, dan ketetapan yang
sudah seadilnya dan dipertahankan di mana juga.
Melakukan Kebijaksanaan
Dalam gerak kita, tidaklah melupakan hikmat kebijaksanaan yang disendikan kepada Kitabullah
dan Sunnah Rasulullah. Kebijaksanaan yang menyalahi kedua pegangan itu haruslah dibuang,
karena itu bukanlah kebijaksanaan yang sesungguhnya.
Menguatkan Tanwir
Tanwir mempunyai pengaruh besar dalam kalangan organisasi Muhammadiyah dan menjadi
tangan kanan yang bertenaga di sisi PP Muhammadiyah. Karenanya wajiblah Tanwir diperteguh
dan diatur sebaik-baiknya.
Mengadakan Musyawara
Untuk mengadakan garis yang tentu dalam langkah-langkah dan perjuangan kita, hendaklah
diadakan musyawarah-musyawarah terutama untuk hal yang khusus dan penting seperti Usaha
Dakwah Islam di seluruh Indonesia dan lain-lain.
Memusyawaratkan putusan
Agar dapat meringankan dan memudahkan pekerjaan, hendaklah setiap putus mengenai tiap-tiap
majlis/bagian, dimusyawarahkan dengan pihak yang bersangkutan, sehingga dapatlah
mentanfidzkannya untuk mendapatkan hasil dengan segera.
Mengawasi Gerakan Kedalam
Pandangan kita hendaklah kita tajamkan, mengawasi gerak kita yang ada di dalam
Muhammadiyah, baik mengenai yang sudah lalu, yang masih berlangsung maupun yang akan
dihadapi.
Memperhubungkan Gerakan Luar
Kita berdaya upaya untuk menghubungkan diri dengan pihak luar, seperti persyarikatan-
persyarikatan dan pergerakan-pergerakan lain di Indonesia dengan dasar silaturrahim, tolong-
menolong dan segala kebaikan, dengan tidak mengubah asas masing-masing. Terutama
perhubungan dengan persyarikatan dan pemimpin Islam.
5.
Perbedaan dari 2 organisasi ini adalah terletak pada bidang pergerakan yang berbeda. Indische
Partij focus pada politik dan Muhammadiyah focus pada keagamaan
RUBRIK OBSERVASI
KEGIATAN DISKUSI KELOMPOK
Mata Pelajaran : Sejarah (Peminatan) Tahun Pelajaran : 2017/2018
Kelas / Semester : XI /2 Waktu Pengamatan :
RUBRIK OBSERVASI
KEGIATAN PRESENTASI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Keterangan :
a. Keterampilan menjelaskan adalah kemampuan menyampaikan hasil observasi dan diskusi
secara meyakinkan.
b. Keterampilan memvisualisasikan berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk
membuat atau mengemas informasi seunik mungkin, semenarik mungkin, atau sekreatif
mungkin.
f. Keterampilan merespon adalah kemampuan peserta didik menyampaikan tanggapan atas
pertanyaan, bantahan, sanggahan dari pihak lain secara empatik.
g. Kriteria
Skor rentang antara 0 – 100
• 91 – 100 = Amat Baik
• 81 – 90 = Baik
• 75 – 80 = Cukup
• 0 – 74 = Kurang
Lampiran 5
Penilaian Keterampilan
Buatlah tugas diatas sesuai dengan arahan dan tuliskan dalam bentuk laporan tertulis hasil
diskusi kelompok!
Kelas : ………
Kelompok : ………
Pembahasan : ............
Ketua : ………………………………..
Anggota :
1. …………………………………………………………
2. …………………………………………………………
3. …………………………………………………………
4. …………………………………………………………
5. …………………………………………………………
6.
Selamat Bekerja