01 Buku Modul Perlindungan Anak PDF
01 Buku Modul Perlindungan Anak PDF
perlindungan anak
Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga (P2K2)
Program Keluarga Harapan (PKH)
Panduan Teknis Pelaksanaan P2K2
Akronim
dan Anak
sesi 11
Upaya Pencegahan Kekerasan 8
& Perlakuan Salah pada Anak
1.1. Deskripsi 9
1.2. Kompetensi Dasar 9
1.3. Indikator Keberhasilan 9
1.4. Pokok Bahasan 10
1.5. Metoda Pembelajaran 10
1.6. Media Pembelajaran 10
1.7. Langkah Pembelajaran 11
1.8. Proses Pembelajaran 14
• Langkah 1: Pembukaan 14
• Langkah 2: Pengertian Anak & Hak-hak Anak 15
(klaster hak anak) 37
• langkah 3: Pengertian Kekerasan dan Perlakuan 15
Salah (kartu gambar jempol)
• Langkah 4: Jenis dan Contoh kekerasan dan 15
perlakuan salah (body mapping)
• Langkah 5: Deteksi dini kekerasan seksual 15
• Langkah 6: Cara pencegahan kekerasan 16
di keluarga dan di masyarakat
• Langkah 7: Pencegahan Kekerasan 18
pada anak istmewa
• Langkah 8: penutup 19
sesi 12
Penelantaran & Eksploitasi terHadap Anak 43
1.1. Deskripsi 50
1.2. Kompetensi Dasar 50
1.3. Indikator Keberhasilan 50
1.4. Pokok Bahasan 50
1.5. Metoda Pembelajaran 50
1.6. Media Pembelajaran 50
1.7. Langkah Pembelajaran 51
1.8. Proses Pembelajaran 54
• Langkah 1: Pembukaan 54
• Langkah 2: Pengertian Penelantaran 54
• Langkah 3: Contoh-contoh penelantaran 55
permainan
Energizer & Ice Breaking Games 94
Permainan-Permainan Uji Konsentrasi 96
PERMAINAN-PERMAINAN KEBERSAMAAN 105
1 2 3
Langkah Langkah Langkah
6 5 4
Langkah Langkah Langkah
Langkah Langkah
7
20 menit
8
5 menit
pemutaran penutup
film & diskusi kesimpulan
pencegahan pembelajaran
kekerasan
terhadap anak
istimewa
Langkah 7
Langkah ini membahas tentang pengertian
Pencegahan anak istimewa, jenis-jenis anak istimewa,
kekerasan pada kondisi anak istimewa yang sering
anak istimewa terpinggirkan karean stigma masyarakat,
(20’) serta upaya mencegah kekerasan pada anak
istimewa.
Langkah 8
Penutup (5’) Materi ini berisi rangkuman keseluruhan
substansi materi, dan menutup sesi dengan
memastikan bahwa peserta mamahami isi
modul yang telah disajikan..
1
Langkah Pembukaan
2
Langkah Pengertian Anak
& Hak-hak Anak
(klaster hak anak)
4
Langkah
Jenis dan Contoh
kekerasan dan perlakuan
salah (body mapping)
5
Langkah
Deteksi dini
kekerasan seksual
6
Langkah
Cara pencegahan
kekerasan di keluarga dan
di masyarakat
Pencegahan Kekerasan
pada anak istmewa
8
Langkah
Penutup
Langkah-langkah:
hak sipil
Pendidikan, Perlindungan
waktu luang khusus
& kegiatan
budaya
Langkah-langkah:
baik buruk
Langkah-langkah:
Kelompok 1
Kekerasan Fisik
Kelompok 2
Kekerasan psikis
Kelompok 4
Kekerasan sosial
Langkah-langkah:
Langkah/Materi : Langkah 6
(Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak)
Bentuk Kegiatan : Membacakan Kasus
Pemain : Fasilitator
Perlengkapan :
• Lembar Ulasan Cerita “Anak tidak mau
sekolah”
Lama kegiatan : 3 menit
Kisah ini bercerita tentang seorang anak kelas 1 SD yang tidak mau
berangkat sekolah. Dia bernama Nina, anak dari Ibu Edah.
Di saat Nina sedang menangis, seorang ibu, bernama Ibu Ati bersama
anaknya berjalan melawati dan menghampiri Nina. Sebagai tetangga,
Ibu Ati berusaha memenangkan Nina dan mengajak Nina pergi sekolah
bersamanya.
Ibu Edah pun segera menarik Nina masuk ke dalam rumahnya dengan
terus memarahi anaknya tersebut.
Dan ..
Ibu Ati hanya termenung, dia hanya bisa mengelus dada. Dalam hatinya
bertanya, “apa yang harus dilakukan melihat perbuatan Ibu Edah yang
sering memarahi, bahkan memukul anaknya itu?”
Itulah akhir cerita yang harus kita renungkan, “apa yang harus kita lakukan
menyaksikan perbuatan seorang ibu yang sering melakukan kekerasan
terhadap anaknya ?”
1.9.1.
1.9.2.
Perlakuan salah dapat kita pahami sebagai: segala bentuk perlakuan yang
tidak sepatutnya dilakukan oleh orang-orang yang diberi tanggung jawab
(kuasa atas) dan mempunyai kewajiban untuk memelihara dan merawat
anak yang dapat berpotensi merugikan
sementara atau permanen, melukai,
menimbulkan kecacatan, bahkan dapat
mengancam jiwa anak (Permeneg PP&PA
No. 2 Tahun 2010)
2. Kekerasan emosional/psikis
yaitu penggunaan ungkapan
untuk mengecilkan arti atau
citra diri anak (mengatakan
anak “bodoh”, “tuli”, “tidak
tahu diri”, “berandal”,
“anak pungut”, memelototi,
menghardik dll. Hal ini
membuat anak sangat tidak
nyaman dengan dirinya dan
membuat dia sedih).
1.9.3.
2. Akibat emosional/psikis
Semua jenis perlakuan salah dan kekerasan mengakibatkan
terganggunya emosi dan fungsi psikis anak sehingga anak menjadi
rendah diri, kehilangan percaya diri, tidak dapat percaya pada orang
lain, tidak dapat mengendalikan emosi,
dan mengalami ganguan mental.
1.9.4.
1.9.6.
1. Pengertian
Anak istimewa adalah anak yang mengalami keterbatasan fisik atau
mental yang sesungguhnya mempunyai potensi istimewa yang dapat
dikembangkan sehingga anak tetap dapat berpartisipasi secara bermakna
dengan lingkungan sosialnya.
Penelantaran
& Eksploitasi
teradap Anak
1 2 3
Langkah Langkah Langkah
6 5 4
Langkah Langkah Langkah
7 8
Langkah Langkah
20 menit 10 menit
permainan penutup
bendera rangkuman
cara mencegah
eksploitasi
terhadap anak
1
Langkah
Pembukaan
1. Ucapkan salam
2. Pastikan bahwa peserta sudah memiliki bahan ajar Sesi 12.
3. Bina suasana untuk membangkitkan motivasi peserta dalam menerima
materi.
4. Ajak peserta mereview materi sebelumnya tentang Pencegahan
Kekerasan terhadap Anak, dan tanyakan kepada peserta: apa yang
telah dipelajari di pertemuan sebelumnya?
5. Memotivasi peserta untuk mengingat materi sebelumnya, hubungkan
materi sebelumnya dengan materi yang akan dibahas (pencegahan
penelantaran dan eksploitasi).
2
Langkah
Pengertian Penelantaran
3
Langkah
Contoh-contoh
penelantaran
5
Langkah
6
Langkah
Akibat Eksploitasi
Terhadap Anak
penutup
kasus
Kisah Tasripin, Bocah 12 Tahun yang Harus
Menghidupi Ketiga Adiknya
Langkah-Langkah:
1. Fasilitator mengajak peserta untuk membuat lingkaran dan fasilitator
berdirimenyatu dalam lingkaran.
2. Fasilitator menyediakan bola atau membuat benda seperti bola yang
disebut dengan bola keberuntungan.
3. Fasilitator meminta peserta yang dapat menulis untuk maju ke
depan untuk menuliskan apa yang disebutkan oleh peserta lain yang
mendapatkan bola keberuntungan dan menuliskannya di kertas plano
kosong yang sudah disediakan.
kasus 1
Sumber:http://www.tribunnews.com/nasional/2014/02/12/kasus-ibu-kandung-
eksploitasi-anak-jadi-penyanyi-kafe-akhirnya-masuk-mabes-polri
kasus 2
Staf pengajar pada Fakultas Hukum USU itu juga minta kepada
masyarakat yang mengetahui perdagangan bayi, segera melaporkan
ke pihak berwajib untuk meminimalisir kejahatan perdangan anak.
“Kejahatan memperdagangkan anak bayi itu harus ditertipkan,
karena juga meresahkan masyarakat dan banyaknya terjadi bayi
yang hilang dan penculikan terhadap anak-anak,” kata Pedastaren
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/02/13/n0x8r5-
hatihati-perdagangan-anak-makin-marak
Langkah-Langkah:
1. Fasilititator membagi peserta menjadi beberapa masing-masing
kelompoknya beranggotakan 4-5 orang.
2. Fasilitator menjelaskan aturan permainan, yaitu: setiap kelompok
akan memperoleh 1 set gambar. Kelompok ditugaskan untuk
mendiskusikan cerita dalam gambar tersebut?”
3. Fasilitator meminta masing-masing kelompok memilih juru bicara
untuk menceritakan kembali gambar tersebut.
AKIBAT EKSPLOITASI
Gambar Set 1
1 2
3 4
1 2
3 4
Langkah-Langkah:
Ya/
No Pernyataan Jawaban
Bukan
Catatan: Tidak semua kalimat harus dibacakan oleh fasilitator, sesuaikan dengan
waktu yang tersedia
Keterangan: * Beri tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan
1.9.1.
Pencegahan Penelantaran Terhadap Anak
KAMUS ISTILAH
c. Penelantaran Spiritual
Penelantaran spiritual dapat terjadi jika orang tua tidak melakukan
tugas dan tanggung jawabnya untuk mengenalkan nilai-nilai baik
dan buruk yang disebabkan karena sibuk, ataupun tidak ada
waktu, atau apapun penyebabnya, sehingga anak tidak pernah
tahu atau memahami nilai-nilai kehidupan. Selanjutnya, orang
tua yang tidak pernah menghargai anak melalui celaan-celaan,
selalu menyalahkan anak, merupakan bentuk penelantaran.
d. Penelantaran Sosial
Jika anak tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan terkait dengan
hubungan dengan orang lain seperti: ditinggal pergi dan
sendirian, didiamkan oleh orang lain dalam kurun waktu tertentu,
tidak dipedulikan.
3 Akibat Penelantaran
a. Putus sekolah
b. Kurang gizi
c. Celaka, luka
d. Digigit binatang (kalajengking, kecoa,ular, anjing)
e. Sering ketakutan/tidak berani
f. Kemampuan berbahasa rendah
g. Anak merasa tidak aman
h. Susah bergaul
i. Mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan
datang
j. Dll
1
Apa yang dimaksud dengan Eksploitasi?
Eksploitasi adalah pemanfaatan atau penyalahgunaan tenaga,
tubuh, kenaifan (keluguan/kepolosan) anak untuk memperoleh
keuntungan sosial maupun ekonomi (Irwanto, 2014). Contoh
pemanfaatan tubuh anak yaitu anak yang dilacurkan, pornografi
anak, atau anak yang memiliki kecacatan atau bayi untuk
memancing rasa iba oleh pengemis dewasa. Pemanfaatan
tenaga anak dapat berupa memberikan pekerjaan rutin, berat
dan berbahaya kepada anak seperti memecah batu, mengupas
kerang, mengumpulkan sampah, atau menyelam untuk
mengambil mutiara, mendulang emas, bekerja lebih dari 3 jam
perhari dan terus menerus. Contoh pemanfaatan kepolosan
dan keluguan anak yaitu perkawinan anak pada usia sebelum 18
tahun, anak yang dilacurkan, dll.
Eksploitasi terhadap anak biasanya dilakukan karena 2 hal.
Pertama, mengeksploitasi anak untuk memperoleh penghasilan
berupa uang, contohnya anak yang dilacurkan, anak yang
dipekerjakan, anak yang digunakan untuk mengemis, dll.
Kedua, mengeksploitasi anak untuk memperoleh status sosial
atau derajat yang lebih tinggi seperti anak perempuan yang
dinikahkan dengan laki-laki yang lebih kaya atau berkedudukan
lebih terhormat, anak perempuan yang dilacurkan untuk membeli
HP dan meningkatkan status sosialnya, dll.
3
Dimanakah eksploitasi seksual terhadap anak
terjadi?
Eksploitasi seksual terhadap anak terjadi di semua tempat
termasuk:
a. Di rumah, rumah singgah, panti asuhan
b. Di sekolah, pesantren
c. Di jalan
d. Di tempat kerja
e. Di tahanan kepolisian, lembaga permasyarakatan, pusat
rehabilitasi
f. Di masyarakat
6
Akibat Eksploitasi Anak
Akibat dari eksploitasi anak yang terkait dengan kehidupan
sehari-hari anak antara lain sebagai berikut:
a. Anak putus sekolah
b. Perkembangan fisik anak terganggu
c. Menjadi penakut, murung, menarik diri
d. Anak terkena PMS (Penyakit Menular Seksual), HIV/AIDS
e. Tidak punya masa depan (kehilangan cita-cita)
f. Anak berpotensi mengulang kembali eksploitasi yang
dialaminya
g. Anak kehilangan kepercayaan diri
h. Anak dapat terluka/sakit-sakitan, celaka
i. Anak tidak punya waktu bermain
j. Anak stres/tertekan
k. Anak terpisah dari
keluarga
l. Anak terlibat
penyalahgunaan
narkotika dan
berkonflik dengan
hukum
m. Dll
1.10. Literatur
1. Irwanto. 2014. __________. Universitas Atmajaya: Jakarta.
2. Republik Indonesia. 1979. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak. Jakarta.
3. Republik Indonesia. 2002. Undang-undang No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak. Jakarta.
4. Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Jakarta.
5. Republik Indonesia. 2004. Undang-undang No. 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jakarta.
6. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No.21 Tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Jakarta.
7. Suyanto, Bagong. 2013. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
8. Utomo, Hadi dkk. 2014. Berkelanjutan hak-Hak Anak Dan Perlindungan
Anak, kerangka Hukum Hak-Hak Anak Dan Perlindungan Anak
kerangka Anak, Pengasuhan Berkelanjutan hak. Jakarta: Unicef.
9. Utomo, Hadi, dkk. 2014. Hak-Hak Anak Dan Perlindungan Anak (Buku
Pegangan Fasilitator PKH Atau Petugas Lapangan). Jakarta: Unicef.
10. Utomo, Hadi, dkk. 2014. Panduan Diskusi Fasilitator PKH 2013.
Jakarta: Unicef.
11. ______, ______. Lembar Fakta Pencatatan Kelahiran. UNICEF.
Energizer &
Ice Breaking
Games
Tujuan
Permainan (energizer & icebreaking games) ini bisa digunakan untuk
tujuan menghilangkan suasana tegang dan membosankan, membangun
keakraban, kebersamaan, kegembiraan dan meningkatkan daya
konsentrasi peserta dalam mengikuti pelatihan maupun pertemuan,
sehingga dapat tercipta suasana yang kondusif dalam pelatihan maupun
pertemuan P2K2.
Penggunaan
Materi permainan (Energizer & Ice breaking games) ini dibuat untuk
membantu rekan-rekan fasilitator dalam proses pelatihan di kelas dan
juga membantu Pendamping PKHdalam melaksanakn P2K2 dengan
peserta PKH. Permainan-permainan yang tertulis dalam buku ini,
baik nama permainan, jenis permainan, materi maupun pentunjuk-
petunjuknya, bukanlah harga mati. Sangat dimungkinkan rekan-rekan
untuk memodivikasi permainan-permainan tersebut sesuai dengan
kebutuhan, kondisi peserta, jumlah peserta, dan tempat pelatihan atau
pertemuan. Buku ini dapat digunakan oleh :
Fasilitator dalam ToT (Training of Trainer) P2K2 Pendamping PKH;
Fasilitator Diklat P2K2 Pendamping PKH;
Pendamping PKH dalam P2K2 dengan Peserta PKH.
Variasi/Catatan:
Permainan ini akan lebih baik dilakukan pada saat Opening
pertemuan/pembelajaran.
2 hormat jepang
Deskripsi: Game ini digunakan untuk menguji konsentrasi
peserta dengan cara memberikan hormat Jepang.
Waktu : 10 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
Fasilitator mengajak peserta pada permainan yang disebut ”Hormat
Jepang”, dan meminta peserta berdiri tegap dalam posisi melingkar.
Variasi/Catatan:
Jika memerlukan tantangan, permainan bisa dikombinasikan dengan
memberi perintah “GANJIL” dan “GENAP”, atau “CEWEK” dan
“COWOK”, maka peserta yang berstatus tersebut harus memberikan
Hormat Jepang
Variasi/Catatan :
Kata “BOOM” bisa diganti kata lainnya, misalnya “PKH”.
4 berapa ini?
Deskripsi: Game ini untuk menguji konsentrasi peserta untuk
melihat kepekaan mengobservasi kata : INI, YANG, dan KALAU.
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
Fasilitator meminta peserta untuk menembak berapa angka untuk
anggota tubuh yang dipegang.
Variasi/Catatan:
Untuk memberikan jawaban yang mudah dari permainan ini.
Fasilitator mencoba memberikan instruksi dengan menghilangkan
gerakan memegang anggota tubuh (tanpa gerakan), dan peserta
diminta untuk berkonsentrasi, maka akan terasa perbedaannya.
Variasi/Catatan:
Peserta yang salah, akan menggantikan fasilitator untuk melakukan
tugas serupa.
6 PERANG-PERANGAN
Deskripsi: Game ini untuk menguji konsentrasi, dan bisa juga
digunakan untuk memperkuat perkenalan/mengingat nama-nama
bagi peserta yang baru saling kenal.
Waktu : 10 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta dalam kelompok 5 orang
Peralatan : -
Petunjuk :
Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini disebut “Perang-
Perangan”, dan meminta peserta untuk membentuk kelompok
dengan anggota 5 orang.
Variasi/Catatan:
Untuk lebih menantang, aturan main bisa dirubah, Pihak yang tertembak,
dimulai orang yang tertembak mengatakan instruksi “SIAP”, kemudian
mundur dengan instruksi “ISI”, “KOKANG”, “TEMBAK”, “DOOR …”,
sehingga instruksi “Door …” ada di belakang yang tertembak. Misalnya,
tertembak orang ke 3, berarti ‘SIAP”, dan orang ke 2 menjadi “ISI”,
orang ke 1 menjadi “KOKANG”, orang ke 5 jadi “TEMBAK”, dan orang
ke 4 jadi “DOOR ….”
Variasi/Catatan:
Perintah peserta untuk melakukan gerakan tersebut secara tegas
dan mengagetkan temannya.
PERMAINAN-PERMAINAN KEBERSAMAAN
1 ular zigzag
Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan
keceriaan para peserta untuk melewati lorong pegangan di antara dua
tangan temannya tanpa melepaskan pegangan.
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran dan
Fasilitator berada di tengah lingkaran.
Variasi/Catatan:
Permainan ini bisa dilakukan untuk menyelingi permainan- permainan
yang membuat fisik lelah/capek atau setelah aktivitas duduk yang
cukup lama.
2 BERMAIN HUJAN
Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan
keceriaan para peserta dengan melakukan pijatan-pijatan bersama
peserta lainnya.
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran dan
Fasilitator berada di tengah lingkaran.
contoh-contohnya:
Variasi/Catatan :
Permainan ini bisa dilakukan setelah melakukan permainan yang
membuat fisik lelah/capek atau setelah aktivitas duduk yang cukup lama.
3 BERMAIN ANGIN-ANGINAN
Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan
keceriaan para peserta dengan bermain gerakan-gerakan yang bertiup
oleh angin.
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
Fasilitator meminta peserta berdiri membentuk lingkaran dengan
tangan saling berpegangan dan Fasilitator berada di tengah
lingkaran.
Variasi/Catatan :
Permainan ini bisa dilakukan dengan instruksi yang cepat, sehingga
gerakan peserta seperti melakukan senan.
4 lompat bersama
Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan
keceriaan para peserta dengan melakukan lompatan yang kompak
bersama-sama.
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran
saling berpegangan dan Fasilitator berada di tengah lingkaran.
Variasi/Catatan :
Untuk mengganggu konsentrasi peserta, Fasilitator bisa melakukan
lompatan yang mengacaukan konsentrasi peserta.
Kombinasikan tugas peserta ketika mendengar instruksi, ada sesi
peserta melompat tanpa bersuara dan ada sesi peserta harus
mengikuti mengucapkan instruksi fasilitator sambil melompot.
Permainan ini bisa dilakukan secara berkelompok dengan posisi
berbaris-baris untuk menguji kekompakan kelompok.
Variasi/Catatan:
Permainan ini dilakukan beberapa kali, atau sampai 5 kali putaran.
Variasi/Catatan:
Permainan ini bisa digunakan untuk memberikan hukuman pada saat
terjadi kesalahan peserta dalam suatu permainan.
Variasi/Catatan:
Permainan dapat juga dilakukan dengan memberikan isyarat jari
tangan 1, 2, dan 3 oleh Fasilitator.
8 ANGIN BERHEMBUS
Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan
keceriaan para peserta untuk bergerak berebutan menempati kursi
kosong yang tersedia.
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : Kursi sebanyak jumlah peserta yang duduk
Petunjuk :
Fasilitator mengatur kursi-kursi melingkar sebanyak jumlah peserta,
dan Fasilitator berada di dalam lingkaran.
Variasi/Catatan:
Berikan aturan bahwa karakter atau identitas peserta yang sudah
terhembus angin (disebutkan) tidak boleh diulang lagi, sehingga
peserta akan kreatif menentukan sasaran yang akan diambil alih
kursinya.
Dalam hal tidak ada kursi, posisi kursi bisa diganti dengan memberikan
tanda memakai LAKBAN/ KERTAS ditempel di lantai, posisi peserta
bisa duduk atau berdiri menginjak LAKBAN/KERTAS tersebut.
Hal lain yang kami dianggap penting dalam suatu pelatihan maupun
pertemuan P2K2 adalah menciptakan ”Sapaan” dan ”Yell” yang dapat
membangkitkan semangat seluruh peserta. Fasilitator bersama-sam
peserta diharapkan mampu menciptakan suatu ”Yell” yang dapat
menyemangati mereka semua selama proses pelatihan maupun
pertemuan. Berikut ini kami contokan Sapaan/Yell.
SAPAAN/YELL BALASAN
HALLO HAI
HAI HALLO
APA KABAR DASYAT
PKH LUARR BIASA
IBU INDONESIA ! MANTAP !
ANAK INDONESIA ! SEHAT PINTAR YESS!
SEMANGAT PAGI ! PAGI !
ARE YOU READY ! READY !
ANAK INDONESIA HARUS ! SEHAT !
ANAK INDONESIA BISA ! PINTAR !
ANAK INDONESIA PASTI ! HEBAT YES YES YES !
Pesan Kunci.
Menarik tidaknya sebuah permainan akan sangat tergantung juga
pada bagaimana kemampuan atau kepiawaian fasilitator dalam
membawakannya. Sebuah game yang menarik menjadi ”garing” ketika
fasilitator tidak mampu membawakannya, demikian juga game yang
sederhana menjadi menarik, ketika fasilitator mahir membawakannya.
Untuk itu, fasilitator wajib melatihkan dirinya sehingga menjadi pemandu
games yang baik.