MI.5 Pembinaan
MI.5 Pembinaan
2014
Pusdiklat Aparatur dan
Pusat Kesehatan Haji
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
1
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
DESKRIPSI SINGKAT
Sejalan dengan Visi Kementerian Kesehatan RI
yaitu mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup
sehat yaitu kemandirian dapat dicapai melalui
berbagai upaya antara lain penggunaan alat,
metode dan teknologi kesehatan yang tepat guna,
sarana pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh
masyarakat dan biaya kesehatan yang terjangkau.
Hal tersebut membutuhkan model pembinaan
kesehatan yang terbukti efektif untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
termasuk jemaah haji.
Pembinaan kesehatan merupakan upaya
pembinaan holistik yang dilakukan kepada
perorangan atau kelompok calon jemaah haji
secara paripurna pada semua tahap
penyelenggaraan ibadah haji sejak calon jemaah
haji mendaftar, di perjalanan, di tanah suci sampai
kembali ke Tanah Air. Pembinaan kesehatan pada
jemaah haji di Puskesmas dan Rumah Sakit di
tanah air sebelum keberangkatan bertujuan untuk
menciptakan kondisi kesehatan jemaah haji yang
optimal pada saat keberangkatan.
Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan baik
bagi jemaah haji yang sehat maupun jemaah haji
2
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
3
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
4
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
TUJUAN PEMBELAJARAN
5
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
6
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
5. Pembinaan Massal
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
PEMBELAJARAN
7
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
B. Langkah 2
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan 1, 2,
dan 3 tentang Pengertian Pembinaan,
Tujuan dan Prinsip, Bentuk
Pembinaan dan Pembinaan
Kesehatan sesuai Status Kesehatan
JEMAAH HAJI
b. Memberikan kesempatan kepada
pembelajar untuk menanyakan hal-
hal yang kurang jelas
c. Memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan pembelajar
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan
menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting
b. Mengajukan pertanyaan sesuai
dengan kesempatan yang diberikan
c. Memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan fasilitator
C. Langkah 3
8
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan 4
dan 5 tentang perencanaan dan
pelaksanan pembinaan sesuai Status
Kesehatan jemaah haji
b. Memberikan kesempatan kepada
pembelajar untuk menanyakan hal-
hal yang kurang jelas
c. Memberikan jawaban tas pertanyaan
yang diajukan pembelajar
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan
menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting
b. Mengajukan pertanyaan sesuai
dengan kesempatan yang diberikan
c. Memberikan jawaban atan
pertanyaan yang diajukan fasilitator
D. Langkah 4
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas menjadi 5 kelompok,
untuk mendiskusikan lembaran kasus
tentang perencanaan dan
pelaksanaan pembinaan
9
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
E. Langkah 5
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas menjadi 5 kelompok,
untuk membuat bahan pembinaan
kesehatanjemaah haji.
b. Meminta masing-masing kelompok
untuk menuliskan skenario kegiatan
pembinaan untuk dimainkan
10
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok dan melakukan
diskusidanmembuatbahankegiatanpem
binaan kasus yang diberikan fasilitator
b. Melakukan proses diskusi dan
membuatskenario hasil untuk
dimainkan.
F. Langkah 6
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta masing - masing kelompok
mempresentasikan hasil duskusi
b. Memberikan masukan
c. Merangkum hasil proses hasil diskusi
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian hasil
duskusi
b. Berperan aktif dalam proses dengan
bertanya, mengemukakan pendapat/
saran yang berguna dalam proses
prembelajaran
11
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
G. Langkah 6 : Penutup
1. Kegiatan fasilitator
a. Mengevaluasi hasil pembelajaran
dengan cara memberikan beberapa
pertanyaan
b. Memberikan jawaban atas
pertanyaan [bila masih ada]
c. Meminta komentar atau saran bahkan
kritik pada kertas yang telah
disediakan.
d. Menutup acara proses pembelajaran
dengan memberikan apresiasi pada
pembelajar.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh fasilitator
b. Mengajukan pertanyaan yang diminta
fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
12
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
13
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN I
KONSEP DASAR PEMBINAAN KESEHATAN
HAJI
1. Pengertian
Pembinaan Kesehatan adalah salah satu
rangkaian kegiatanyang terstruktur, yang
dimulai setelah seseorang melakukan
pemeriksaan setelah mendaftar menjadi
jemaah haji di tanah air sampai
keberangkatannya dengan ruang lingkup
kegiatan penerangan, bimbingan dan
penyuluhan kesehatan haji serta bertujuan
untuk meningkatkan, memelihara kesehatan,
sertamencegah penyakit.
Tujuan dan prinsip pembinaan kesehatan
calon jemaah haji
Pembinaan kesehatan calonjemaah haji
bertujuan untukmewujudkan status
kesehatan yang optimal, sehingga dapat
menunjang perjalanan ibadah haji dengan
lancar dan tanpa kendala [kesehatan]
menjadi haji yang mabrur. Pembinaan
kesehatan calon jemaah haji mengikuti asas
manfaat, kualitas, efektifitas, efisien dan
bertanggungjawab.
14
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
15
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Manfaat komunikasiefektif :
a. Menunjukkan kompetensi petugas
kesehatan
b. Mempermudah proses pembinaan
kesehatan jemaah haji
c. Menciptakan hubungan yang baik antara
petugaskesehatandan jemaah haji
16
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
3. Alur pembinaan
CALON
CALONJEMAAH
JEMAAHHAJI
HAJI
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN AWAL
AWAL
MANDIRI
MANDIRI OBS,
OBS,PENGAWASAN,
PENGAWASAN,TUNDA
TUNDA
KELOMPOK INDIVIDU
INDIVIDU
PENYULUHAN KONSELING RS
RS
KONSELING
KEBUGARAN PENGOBATAN Dr.
Dr.
PENGOBATAN
RUJUKAN
RUJUKAN
EVALUASI
EVALUASI
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
TIDAK
ISTITHOAH
YA
17
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
4. Indikator pembinaan
Indikator keberhasilan dalam kegiatan
pembinaan kesehatan haji adalah :
a. Pembinaan personal
Frekuensi kunjungan jemaah haji
kefasilitas kesehatan dalam kurun waktu
tunggu :
b. Pembinaan kelompok
Kegiatan pembinaan kelompok
18
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
c. Pembinaan massal
Kegiatan pembinaan massal
POKOK BAHASAN II
SASARAN DAN METODA PEMBINAAN KESEHATAN
JEMAAH HAJI
Petugas Pemeriksa Kesehatan Jemaah Haji
adalah Tim Pemeriksa Kesehatan Jemaah Haji
yang ditetapkan dengan Surat Keputusan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi atas usulan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
pertimbangan sebagai berikut :
1. Dokter yang ditunjuk melakukan pemeriksaan
harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a) Mempunyai SIP.
b) Memiliki kemampuan (kompetensi) dalam
pemeriksaan kesehatan jemaah haji
dengan pendekatan manajemen risiko.
2. Perawat yang ditunjuk membantu
pemeriksaan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
19
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
20
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
21
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
22
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
23
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
24
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
25
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
26
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Ringan
Kaos kaki tebal
c) Peralatan lain:
Jam tangan
Penghitung kalori [Calorie
Counter]
Penghitung denyut nadi [Pulse
Counter]
d) Waktu:
Pagi hari
Sore hari
Jangan siang hari/panas
Macam/ Type Olah Raga
Olah raga yang cocok untuk jemaah
haji. Jemaah haji dipersilahkan untuk
memilih olahraga yang sesuai dan
disenanginya, seperti :
a) Jalan kaki
b) Bersepeda
c) Berenang
d) Senam Aerobik
e) Jogging
f) Jalan Cepat
27
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Bersepeda
a) Stasioner
Mudah, tidak murah
Celana pendek, ketat [Satin,
lycra] kaos T-shirt
Sepatu sepeda / jogging
Putaran 60-80 X / menit, atau
kecepatan + 20-30 km/jam
Beban disesuaikan
b) Di jalan raya.
Pakaian sama dengan
bersepeda stasioner
28
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Berenang
a) Perlu teknik yang benar-benar
dikuasai
b) Seluruh otot tubuh terlibat
c) Tubuh terapung dalam air, tidak
mungkin cedera, karena tidak
benturan
d) Lama latihan minimal minimal 6
menit, kalau dapat 10 menit
e) Periksalah selalu denyut nadi
f) Tidak perlu peralatan khusus
g) Hati-hati untuk penderita ayan dan
penyakit kulit
h) Baik sekali untuk penderita ashma
i) Banyak unsur rekreasi dan
permainan
29
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Jogging
a) Kecepatan lebih dari 8 km/jam
30
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Jalan Cepat
a) Nama lain :Brisk Walking, fast
walking
b) Kecepatan kira-kira :1-7 km/jam
c) Keuntungan : tidak perlu keahlian
khusus, resiko, cedera kecil, dapat
31
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
32
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
33
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
16 – 19 2500 2000 66 51
20 – 59 3000 2250 55 48
34
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
35
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Sepulang sholat
subuh:thamis/piring terbang/roti
canay
Makan pagi [pkl. 07.00 – 08.00]:
Nasi, gimbal udang, urapan
Selingan pagi [pkl. 10.30 sebelum
Pergi ke Mesjid] : Juice buah,
biscuit/kacang-kacangan.
Makan siang setelah Sholat
Dhuhur: Nasi Briyani, Donner
kebab [ayam/daging sapi], Juice
buah. Selingan sore setelah sholat
Ashar: Kopi/teh susu, kue donat.
Makan malam setelah sholat
Magrib/ Isya: Nasi/ kentang
goreng/ chapatti, ayam panggang,
ketimun + sambal, kerupuk
d) Pola makan bagi jemaah haji yang
memiliki penyakit atau risiko tinggi
tertentu
Pola makan bagi jemaah haji yang
berpenyakit sama seperti untuk
jemaah haji yang sehat, tetapi
jumlah dan jenis makanan
disesuaikan dengan penyakit yang
dideritanya. Penderita penyakit
diare akut harus menghindari
36
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
37
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
38
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Pemeriksaan fisik
Uji faal paru
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologi
Uji provokasi bronkus
Semua pemeriksaan diatas tidak
harus dilakukan bila dengan
beberapa pemeriksaan saja sudah
dapat ditegakkan. Untuk calon
jemaah haji diharapkan dengan
pemeriksaan 1 dan 2 sudah dapat
ditegakkan karena fasiliti di
Puskesmas dan kota / kabupaten
masih terbatas.
Anamnesis
Secara klinik asma diduga bila ada
gejala mengi, batuk, sesak nafas
dan riwayat pnemonia atau
bronchitis yang berulang. Batuk
yang menetap dan berulang
terutama sesudah pajanan
berbagai zat tertentu, aktiviti,
gangguan emosi dan infeksi virus
sering merupakan gejala asma.
Batuk pada asma biasanya
menjadi lebih berat pada malam
hari.
39
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Pemeriksaan fisik
Gejala asma bervariasi sepanjang
hari, pada saat remisi pemeriksaan
fisik dapat normal, pada ekspirasi
paksa mengi dapat ditemukan. Bila
penyakit makin berat mengi
terdengar baik waktu ekspirasi
maupun inspirasi. Saat serangan
berat terlihat tanda-tanda
kegelisahan sampai kesadaran
menurun, kesukaran berbicara,
takikardi, penggunaan otot bantu
nafas, sinosis, hiperinflasi dan
pulsus paradoksus.
Klasifikasi asma
Asma menurut konsensus
internasional diklasifikasikan
berdasarkan etiologi, beratnya
penyakit asma dan pola waktu
terjadinya obstruksi saluran nafas.
Klasifikasi berguna untuk diagnosis
dan penatalaksanaan penyakit.
Berdasarkan etiologi terdiri atas
intermiten, ringan, sedang, berat
dan berdasar pola terjadi serangan
terdiri atas : Asma intermiten, asma
persisten, dan brittle asma.
40
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Penatalaksana asma
Asma pada kebanyakan penderita
dapat dikontrol secara efektif
meskipun tidak dapat
disembuhkan. Mencegah atau
mengurangi infeksi kronik dan
menghilangkan faktor penyebab
merupakan target
penatalaksanaan yang utama.
Penatalaksanaan asma berguna
untuk mengontrol penyakit.
Asma dikatakan terkontrol bila :
Gejala kronik minimal / tidak ada
termasuk gejala asma malam
Eksaserbasi minimal [jarang]
Tidak ada kunjungan ke UGD
Kebutuhan obat agonis -2
minimal [tidak diperlukan]
Tidak ada keterbatasan aktiviti
termasuk exercise
Efek samping obat minimal
Faal paru normal atau
mendekati normal
Tujuan penatalaksanaan asma
adalah :
Menghilangkan dan
mengendalikan gejala asma
41
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
42
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Pengobatan :
43
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
44
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Obat penyembuh :
Inhalasi kortikosteroid 800-2000
mcg
Bronkodilator aksi lama terutama
untuk mengontrol asma
Obat pelega :
Inhalasi agonis -2 singkat bila
perlu dan tidak melebihi 3-4 kali
sehari.
Asma persisten berat
Obat penyembuh :
Inhalasi kortikosteroid 800-2000
mcg atau lebih
Bronkodilator aksi lama berupa
agonis -2 inhalasi atau oral,
teofilin lepas lambat
Kortikosteroid oral jangka
panjang
Obat pelega :
Bronkodilator aksi singkat berupa
inhalasi agonis -2 bila perlu.
Meskipun asma tidak dapat sembuh
tetapi perlu memberi pengetahuan
pada penderita asma untuk
mengendalikan penyakitnya,
45
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
46
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
47
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang
ditandai oleh pelebaran rongga
udara distal bronkiolus terminal,
disertai kerusakan dinding alveoli.
Diagnosis :
Gejala dan tanda PPOK sangat
bervariasi mulai dari tanpa gejala
hingga berat. Diagnosis PPOK
ditegakkan berdasar :
Gambaran klinis :
Anamnesia
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan rutin
Pemeriksaan khusus
Anamnesis :
Riwayat merokok atau bekas
perokok dengan atau tanpa
gejala pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang
bermakna ditempat kerja
Riwayat penyakit emfisema
pada keluarga
Faktor predisposisi bayi BBLR,
infeksi saluran napas berulang,
48
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
49
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Pemeriksaan penunjang :
[bila memungkinkan dapat
dilakukan dipuskesmas]
(1) Pemeriksaan rutin
Faal paru
Spirometri [VEP1,
VEP1 prediksi, KVP.
VEP1/KVP, APE]
Uji bronkodilator
Darah rutin [HB, Ht, lekosit]
Radiologi
(2) Pemeriksaan khusus
[bila memungkinkan dapat
dilakukan dipuskesmas]
50
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
51
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Penatalaksanaan di Puskesmas
terbagi menjadi:
(1) Penatalaksanaan PPOK stabil,
meliputi :
(a) Pemberian obat-obatan
dengan tujuan mengurangi
laju beratnya penyakit dan
mempertahankan
keadaan stabil yang telah
tercapai dengan
mempertahankan
bronkodilatasi dan
penekanan inflamasi.
(b) Aminophylin / teofilin 100-
150 mg kombinasi dengan
52
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
salbutamol 1 mg atau
terbutalin 1 mg.
(c) Metol prednisolon /
prednison oral bila uji
steroid positif.
(d) Ekspektoran
(e) Mulolitik dan antitusif bila
perlu.
(2) Edukasi di Puskesmas
ditujukan untuk mencegah
bertambah beratnya penyakit
dengan cara menggunakan
obat yang tersedia dengan
tepat, menyesuaikan
keterbatasan aktiviti serta
mencegah eksaserbasi
berhenti merokok.
Menjaga keseimbangan nutrisi
yaitu protein, lemak, dan
karbohidrat diberikan dalam
porsi kecil dan sering.
Pemberian karbohidrat tidak
diberikan secara bebas.
Rehabilitasi dilakukan dengan
latihan bernapas [pussedlips]
ekspektorasi dan otot
pernapasan dan ekstrimisi.
53
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Penatalaksanaan PPOK
eksaserbasi meliputi derajat
ringan, sedang dan berat.
Eksaserbasi ringan cukup
dengan rawat jalan,
eksaserbasi sedang dapat
diberikan obat-obatan
perinjeksi dilanjutkan dengan
peroral. Sedangkan
eksaserbasi berat dirujuk ke
rumah sakit rujukan bila
memungkinkan kondisi
daruratnya diatasi lebih
dahulu.
Obat-obatan pada
eksaserbasi akut
(a) Penambahan dosis
bronkodilator dan
frekuensi pemberiannya.
Bila terjadi eksaserbasi
berat obat diberikan
secara injeksi, subkutan,
intravena atau per drip,
misal :
Terbutalin 0,3 ml
subkutan dapat
54
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
55
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
56
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
(d) Diuretika
Diberikan pada PPOK
derajat sedang-berat
dengan gagal jantung
kanan atau kelebihan
cairan
(e) Cairan
Pemberian cairan harus
seimbang, pada PPOK
sering disertai
korpulmonale sehingga
pemberian cairan harus
hati-hati.
Rujukan dari Puskesmas ke
Pelayanan Kesehatan yang lebih
tinggi / Rumah Sakit / Spesialis
dilakukan bila :
Asma / PPOK derajat berat
PPOK timbul pada usia muda
Sering terjadi eksaserbasi
Memerlukan terapi oksigen
Memerlukan terapi bedah paru
Sebagai persiapan terapi
pembedahan
Pola Pembinaan:
Faktor resiko :
57
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
58
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
59
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
60
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Angina Pectoris
Angina pectoris Tidak Stabil Infark miokard
Stabil [APS] akut [IMA]
[APTS/UAP]
5.Pengobatan
Oksigen + + +
Nitrat + + +
Aspirin/ticlopidin + + +
/clopidogrel
Morphine - + +
Heparin - + +/-
Trombolitik - - +
Beta bloker +/- +/- +/-
ACEI +/- +/- +/-
Ca antagonis +/- +/- +/-
Anti ansietas + + +
61
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
62
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
63
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
64
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
65
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
66
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
67
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
68
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
69
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
70
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
71
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
72
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
73
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Pemeriksaan penunjang :
a) Foto dada PA
b) EKG
c) Funduskopi
d) DPL, urinalisis, Gliko-Hb, profil lipid
e) Fungsi ginjal, fungsi hati
Terapi :
a) Diet
b) Latihan jasmani
c) Obat hipoglikemik oral
Golongan sulfonil urea
Golongan biguanid
Golongan penghambat alfa-
glukosidase
d) Insulin
74
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
e) Edukasi
Penyulit
Hipoglikemia, ketoasidosis DM, koma
HONK
Makrovaskuler : PJK, CVD
Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
Neuropati
Rentan infeksi
Pola Pembinaan:
Faktor resiko :
Genetik
Obesitas
Hipertensi
Merokok
Faktor Pencetus :
Stres fisik / Psikologis
Pola makan
Keteraturan minum obat
Penyakit infeksi
Intervensi Pembinaan :
Penyuluhan / KIE
Latihan fisik sesuai status kesehatan
Monitoring status kesehatan /
Pemeriksaan Penunjang
Pengobatan
75
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Rujukan
76
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
77
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
78
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
79
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
80
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
81
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
82
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
83
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
84
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
dehidrasi. Parameter
laboratorium yang dapat
digunakan untuk menentukan
dehidrasi adalah elektrolit
[Natrium] serum, osmolalitas,
rasio ureum serum dan kreatinin,
hematokrit, dan hemoglobin.1,8
(2) Terapi Cairan
Pencegahan dan intervensi dini
adalah terapi paling efektif untuk
dehidrasi. Strategi ini dapat
dicapai melalui pendidikan atau
penyuluhan pasien, keluarga, dan
pengasuh orang usia lanjut agar
dapat mengidentifikasi pasien
geriatri yang berisiko tinggi
mengalami dehidrasi dan
memahami perlunya intervensi
terapi cairan sedini mungkin pada
pasien-pasien tersebut. Pasien
yang berisiko tinggi antara lain
pasien dengan status kognitif
yang terganggu [demensia atau
depresi], status fungsional yang
terganggu [imobilitas, instabilitas,
gangguan penglihatan], tak
mampu minum obat, mengalami
gangguan kesehatan seperti
85
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
86
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
87
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
88
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
89
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
90
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
91
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
92
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
93
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
94
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
95
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
96
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
97
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
98
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
menyebabkan berkembangnya
gangguan jiwa.
Gejala yang timbul dari seorang
yang mengalami stres dengan
dampak yang negatif dalam
pelaksanaan ibadah haji,
bentuknya beraneka ragam :
Mulai dari hanya sekedar
reaksi mental emosional
yang ringan [bahkan terkesan
seperti orang yang normal]
seperti : sering marah-marah,
menjadi tidak sabar, sedih,
cemas, gangguan nafsu
makan, gangguan pola tidur,
kebingungan.
Sampai dengan timbulnya
reaksi yang jelas terlihat
menjadi suatu gangguan jiwa
seperti gaduh gelisah,
merasa dikejar dosa,
berbicara kacau dan tidak
beraturan bahkan sulit
dipahami, merusak dan
mengganggu diri sendiri
maupun lingkungannya.
99
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
100
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
101
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
102
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
103
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
b) Dengan alat/obat :
104
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Kondom
Diafragma atau cap
Cream, Yelly dan
cairan berbusa
Tablet berbusa
[vaginal tablet].
(2) Metoda Efektif :
Pil KB
Susuk KB
(3) Metode mantap dengan
cara operasi [Kontrasepsi
Mantap] Pada wanita
[tubektomi], Pada pria
[vasektomi]
Cara-cara kontrasepsi
tersebut mempunyai tingkat
efektifitas yang berbeda-beda
dalam memberikan
pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya
kehamilan.
105
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
106
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
107
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
108
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
ke 16 atau hari ke 12
sebelum haid yang akan
datang. Sperma dapat
hidup selama 2 x 24 jam,
hal ini dapat digunakan
untuk menentukan saat
permulaan masa
berpantang, yaitu 2 hari
sebelum ovulasi
sehingga masa
berpantang dimulai pada
hari ke 18 sebelum haid
berikutnya.
Sel telur dapat hidup
selama 1 x 24 jam hal
inipun dapat digunakan
untuk menentukan saat
terakhir masa
berpantang, yaitu 24 jam
sesudah owlasi,
sehingga masa
berpantang terakhir
adalah hari ke 11
sebelum haid berikutnya.
Cara menentukan masa
ovulasi: ,
Untuk dapat menentukan
masa ovulasi perlu
109
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
110
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
tanggal 12 September,
lebih cepat atau lebih
lambat 2 hari, jadi owlasi
antara tanggal 10
September - 14
September.
Pada siklus terpanjang :
tanggal 29 - 14 hari =
tanggal 15 September
lebih cepat atau lebih
lambat 2 hari, jadi ovulasi
antar'a tanggal 13
September - 17
September.
Maka : masa ovulasi
pada _iklus haid 26 - 29
hari tersebut terjadi mulai
tanggal 10 September
sampai tanggal 17
September.
Masa Berpantang :
Pada siklus terpendek
mulai tanggal 26 - 18 hari
= 8 September dan
berakhir pada tanggal 26
- 11 = tanggal 15
September. Pada siklus
111
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Hari Hari
Apabila
Apabila siklus pertama berakhir
siklus
subur [tidak subur [tidak
terpendek aman] ialah terpanjang aman] ialah
21 hari hari ke 3 21 hari hari ke 10
22 hari hari ke 4 22 hari hari ke 11
23 hari hari ke 5 23 hari hari ke 12
24 hari hari ke 6 24 hari hari ke 13
25 hari hari ke 7 25 hari hari ke 14
26 hari hari ke 8 26 hari hari ke 15
27 hari hari ke 9 27 hari hari ke 17
28 hari hari ke 10 28 hari hari ke 18
29 hari hari ke 11 29 hari hari ke 19
30 hari hari ke 12 30 hari hari ke 19
31 hari hari ke 13 31 hari hari ke 20
32 hari hari ke 14 32 hari hari ke 21
112
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
113
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
masa. puasa
bersanggama sangat
lama sehingga
menimbulkan rasa
kecewa dan kadang-
kadang berakibat
pasangan tersebut tidak
bisa mentaati.
Penentuan masa ovulasi
dapat juga dilakukan
dengan cara lain,
misalnya dengan
mengukur suhu basal.
Cara mengukur suhu
basal adalah sebagai
berikut :
Sediakan thermometer
[alat pengukur suhu]
yang sudah diperiksa
[permukaan air raksa 0]
di dekat tempat tidur.
Agar supaya pengukuran
lebih teliti, harus
digunakan Thermometer
khusus yg disebut
Thermometer suhu
basal.
114
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
115
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
116
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
mencegah penularan
penyakit kelamin.
Cara pemakaian
kondom:
Kondom ada yang
ujungnya biasa, ada pula
yang ujungnya berputing.
Sebelum membuka
kondom, tekanlah
ujungnya untuk
mengeluarkan udara
yang ada, agar tersedia
tempat bagi mani yang
akan dikeluarkan
Bukalah gulungan
kondom, sebelum
persetubuhan lalu dipa-
sang pada waktu zakar
sedang berdiri. Sesudah
mani keluar, mani
tertampung di ujung
kondom, dan sewaktu
zakar ditarik keluar,
jagalah jangan sampai
ada cairan yang tumpah.
Pegangilah kondom
pada waktu menarik
117
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
118
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
119
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
120
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
121
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
yang dapat
menghilangkan daya
kerja spermicide,
janganlah dilakukan
segera setelah selesai
melakukan
persetubuhan, tetapi
tunggulah hingga sedikit-
dikitnya 8 jam sesudah
persetubuhan.
Tablet berbusa
Untuk penggunaan
spermicide yang
berbentuk tablet berbusa
perlu diberitahukan hal-
hal sebagai berikut :
Tablet ini hanya untuk
dimasukkan ke dalam
vagina. Tutuplah kembali
tabung cepat-cepat
setelah mengambil se-
buah tablet untuk
dipakai.
Janganlah digunakan
tablet yang sudah hancur
atau yang sudah
kelihatan noda-noda
122
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
123
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
124
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Tekanlah pendorong
untuk memasukkan foam
di puncak vagina guna
menutupi cervix.
Bila sampai 2 jam
sesudah foam
dimasukkan tidak di-
lakukan persetubuhan,
maka foam harus
ditambah lagi. Janganlah
menggunakan foam
yang kadaluarsa.
Janganlah saluran
vagina disemprot [dicuci
dengan air apa saja]
selama sekurang-
kurangnya 8 jam
sesudah persetubuhan.
125
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
126
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
127
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
estrogen.Tablet No. 16
atau 17 dan berikutnya
berisi campuran estrogen
dan progesteron.
128
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
129
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Apakah ada
kemungkinan ia
sedang hamil.
Apakah pada
kehamilan yang
lampau pernah
menderita sakit
kuning [warna
kuning pada kulit
atau matanya].
Pemeriksaan badan
berkaitan dengan
penggunaan pil
Pemeriksaan badan
disertai pula dengan
anamnese.
Ditanyakan apakah calon
peserta mengalami hal-hal
berikut :
Kulit kuning atau mala
kuning
Benjolan pada buah
dada
Getah abnormal dari
puling susu
Haid terlalu
130
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
lama/berlebihan
Terlalu kerap mendapat
haid
Perdarahan persalinan
Pembengkakan/rasa
sakit hebat pada betis
Nafas sesak sesudah
bekerja be rat
Rasa sakit hebat di dada
Sakit kepala yang hebat
Pemeriksaan badan :
Warna kulit dan biji mata
kuning .
Benjolan pada buah
dada
Getah abnormal dari
puling susu
Pelebaran urat darah
pada betis
Tekanan darah di atas
140/100
Denyut nadi di atas 120
kali/menit
Urine reduksi positif
Urine protein positif
Bila semua jawaban tidak, pil
dapat diberikan oleh bidan.
131
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
132
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
133
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
134
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
135
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
kelenjar gondok].
Asma
Eksema.
Gejala-gejala sampingan
Gejala-gejala sampingan
penggunaan pil kontrasepsi
disebabkan oleh adanya
gangguan keseimbangan
hormon estrogen dalam
tubuh. Gejala- gejala tersebut
baik yang bersifat subyektif
maupun obyektif biasanya
hanya sementara, ringan,
tidak terdapat pada semua
pemakai pil, dan hilang
dengan sendirinya setelah
dua sampai tiga bulan.
Gejala subyektif, misalnya:
perasaan mual, muntah-
muntah, perasaan posing
rasa sakit dan pembesaran
buah dada, nafsu makan
bertambah perasaan lelah,
gelisah, dan mudah
tersinggung.
Gejala obyektif, misalnya :
tekanan darah tinggi, berat
136
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
badanb,_rtambah atau
berkurang, pigmentasi pada
kulit muka [chloasma],
jerawat [acne], keputihan
[kandidiasis vaginal], dan
gangguan pola perdarahan
yaitu : berkurangnya
perdarahan waktu haid
[spotting], dan perdarahan an
tar haid [break "through
bleeding].
Penanggulangan efek
samping.
Hal-hal yang perlu dilakukan
apabila terjadi gejala
sampingan antara lain adalah
sebagai berikut
Perdarahan di luar haid
[spotting, break through
bleeding]. Bila spotting
ringan berikan
penjelasan kepada
peserta KB bahwa
keadaan tersebut hanya
bersifat sementara.
Bila agak lama, berikan
pil KB 1-2 tablet sehari,
137
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
138
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Penambahan berat
badan
Bila penambahan berat
badan banyak dan
progresif, maka
pemakaian pil sebaiknya
dihentikan, dan ganti
dengan cara KB lainnya.
Varises/thromboplebitis
Hentikan penggunaan pil
dan peserta KB perlu
mendapat perawatan
khusus.
Hypertensi
Apabila lebih dari 160/95
139
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
mm Hg, maka
penggunaan pil perlu
dihentikan dan peserta
KB perlu mendapat
perawatan khusus.
Kegagalan [kehamilan].
Apabila terjadi kegagalan
[kehamilan] pemakaian
pil, sebaiknya pemakaian
pil dihentikan dan
peserta KB supaya
dirujuk ke dokter 1 dokter
spesialis obstetri dan
gineologi [DSOG] untuk
tindakan
penanggulangan.
Pemeriksaan Ulangan
[follow up]
Untuk pertama kali seorang
peserta hanya diberi 1
rangkaian pil dan diminta
datang kembali setelah pil
hampir habis. Pada peserta
yang cocok sesudah
diadakan pemeriksaan
ulangan dapat diberi pil
140
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
sekaligus 3 rangkaianuntuk 3
bulan.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan sewaktu
pemberian pil ulangan :
Teliti apakah pil diminum
secara cermat dan teratur
seperti apa yang telah kita
beritahukan. Apakah terdapat
keluhan/hal seperti :
Sakit kepala yang hebat?
Napas sesak?
Jantung berdebar-debar?
Perdarahan luar biasa
[spotting, Intermenstrual
bleeding]?
Keluhan spontan
lainnya?
141
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
sementara terdapat :
Denyut nadi melebihi 100
/menit.
Radang pembuluh darah
balik [plebitis].
Tekanan darah lebih daTi
140/100 disertai sakit
kepala yang hebat,
napas sesak atau
berdebar-debar.
Pertambahan berat
badan yang
progresip.Kasus-kasus
tersebut harus
dikonsultasikan kepada
dokterSetahun sekali
sebaiknya dilakukan
pemeriksaan sebagai
berikut : Kelenjar
gondok [membesar atau
tidak], Ada tidaknya
varises.
Jika terdapat hal-hal tersebut
di atas, dipertimbangkan
untuk menghentikan
pemberian pil dan diganti
dengan kontrasepsi yang
142
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
lain.
143
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
144
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
terjadi.
Memekatkan lendir
serviks, sehingga
menghambat perjalanan
spermatozoa melalui
kanalis servikalis.
Beberapa keuntungan
kontrasepsi suntikan :
Sangat efektif sebagai
kontrasepsi karena
angka kegagalannya
kurang dari 1 % [hampir
sama dengan pil KB].
Sebagian masyarakat
kita masih menganggap
sebagai obat mujarab
yang diberikan lewat
suntikan.
Kemungkinan salah atau
lupa memakainya tidak
ada.
Dapat diberikan pada ibu
yang menyusukan,
karena tidak mengurangi
produksi ASI [Air Susu
145
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Ibu].
Diberikan setiap 12
minggu sekali.
Saat pemberian
kontrasepsi suntikan.
Kontrasepsi suntikan dapat
diberikan pada:
Pasca persalinan sampai
40 hari, sebelum
berkumpul dengan
suami.
Pasca keguguran
sampai 7 hari.
Interval dengan anak
hidup minimal satu,
sebelum hari kelima
haid.
Cara penyuntikan :
Pada otot [Intra muskuler].
Tempat penyuntikan.
Pada otot bokong
[gluteus] yang dalam,
bekas suntikan ditutup
dengan plester untuk
mencegah keluamya
obat.
146
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Kontraindikasi
Hamil atau diperkirakan
hamil.
Perdarahan pervagina
yang tidak diketahui
sebabnya.
Tumor atau keganasan.
Terdapat penyakit-
penyakit berat seperti
penyakit jantung, paru-
paru kelainan faal hati,
tekanan darah tinggi,
147
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Cara pemakaian :
Cara ini baik untuk wanita
'yang menyusui untuk dipakai
segera setelahmelahirkan.
Suntikan pertama dapat
diberikan dalam waktu
empat minggu setelah
melahirkan [dimulai hari
ke 3-5 setelah
melahirkan].
Suntikan kedua diberikan
12 minggu kemudian
untuk Depo Provera,
sedangkan noristerat
suntikan kedua diberikan
setelah 8 minggu.
Suntikan selanjutnya
tetap setiap 12 minggu
untuk Depo Provera
sampai 8 x suntikan
[sekitar dua tahun].
Sedangkan untuk
Noristerat disuntikan
setiap 8 minggu sekali
148
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
149
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Penanggulangan :
Pada PMPA
Penanggulangan efek
samping karena gangguan
haid sampai saat ini belum
ada yang tepat. Untuk
sementara penanggulangan
yang dianjurkan antara lain
adalah :
Roborantia.
Perbaikan gizi makanan.
Pemberian penjelasan
yang lebih intensif.
Pemberian pil KB 1 - 3 tablet
perhari selama 5 - 7 hari.
Bila dengan cara-cara
tersebut tidak tampak
perbaikan dan diperkirakan
membahayakan, sebaiknya
peserta dirujuk ke
dokter/dokter ahli.
Penanggulangan efek
samping karena gangguan
bukan. haid cukup dengan
penerangan yang lebih
intensif dan mantap. Di
samping itu apabila dianggap
150
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
151
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Penyuntikan dihentikan.
Catatan :
Haid, adalah perdarahan
siklik dengan interval 21 - 39
hart, dan lamanya kurang
dari 7 hari.
Amenorea, adalah tidak
terjadinya perdarahan siklik
selama lebih dari 39 hari.
Menoragia, adalah
perdarahan siklik yang lebih
lama dan banyak dari biasa.
Metroragia, adalah
perdarahan yang terjadi di
luar haid. Spotting,
perdarahan yang berupa
tetesan saja.
Kegagalan kontrasepsi
suntikan
Umumnya angka kegagalan
dari penggunaan cara
kontrasepsi suntikan ini
kurang dari 1%.
Bila terjadi kegagalan
[kehamilan] , kontrasepsi
suntikan berikutnya tidak
152
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
diberikan.
Kontrasepsi Susuk
[Norplant].
Konstrasepsi yang populer
dengan nama "Susuk KB" ini
berisi levonorgestrel ,terdiri
dari 6 kapsul yang
diinsersikan di bawah kulit
lengan atas bagian kira-kira
6-10 cm dari lipat siku.
Levonorgestrel adalah suatu
progestin yang telah banyak
dipakai dalam pil KB seperti
ovral dan nordette. Setiap
capsul mengandung 38 mg
levonorgestre!. Setiap hari
keenam kapsul melepaskan
50 mikrogram levonorgestre!.
Dan akan efektif sebagai
kontrasepsi untuk 5 tahun.
Keuntungan :
Banyak alasan dapat
dikemukakan mengapa
Norplant dikembangkan dan
diperkenalkan sebagai cara
KB yang baru. Alasan-alasan
tersebut antara lain:
153
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
154
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
155
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Daya perlindungan
Norplant dalam mencegah
kehamilan:
Telah dibuktikan bahwa
Norplant mempunyai daya
perlindungan yang lebih
besar dari pada pil KB.
Dalam pemakaian sehari-hari
hal ini memungkinkan karena
tidak adanya faktor "lupa"
seperti dalam penggunaan
pil. Demikian pula telah
dibuktikan bahwa Norplant
lebih efektif daripada IUD,
kondom dan cara sederhana
lainnya.
Perbedaan antara Norplant
dengan cara KB lainnya : .
Ada beberapa perbedaan
yang kiranya cukup penting
untuk dikemukakan yaitu :
Norplant hanya
memerlukan 1 kali
kunjungan ke klinik untuk
pemakaian selama 5
tahun. Selama itu tidak
ada sesuatu yang harus
156
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
157
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
1 - 5 tahun.
Kontraindikasi pemakaian
norplant:
Hamil atau disangka hamil,
kelainan kardiovaskuler, sakit
kuning, sakit gula, infeksi
panggul, galaktorea,
psikosis/neurosis, riwayat
kehamilan ektopik, riwayat
mola hidatidosa, varices
berat, ibu sedang menyusui.
Saat pemasangan
Norplant:
Pada saat sedang
menstruasi atau 1-2 hari
setelah menstruasi selesai.
{Perhatikan SE. Dirjen
Binkesmas No.
706/BM/DJ/BKKNII/1995
Efek samping Norplant:
Perubahan dalam periode
menstruasi merupakan
keadaan yang paling sering
ditemui. Kadang-kadang ada
akseptor yang mengalami
kenaikan dalam" berat
158
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
badan.
Tindak lanjut setelah
pemasangan Norplant:
Setelah Norplant dipasang,
akseptor dipesan datang dua
minggu kemudian, 13 bulan,
25 bulan, 37 bulan, 49 bulan
dan 61 bulan, atau setiap
waktu bila akseptor
mengalami
keluhan/gangguan/efek
sampingan. Beberapa sebab
seorang akseptor dianjurkan
datang ke klinik sebelum
tanggal yang ditentukan :
Pemeriksaan rutin pada
waktu pertama kali
menstruasi setelah
pemasangan.
Bila 2 bulan setelah
pemasangan akseptor
belum mendapat
menstruasi. Hal ini
kadang-kadang terjadi,
sehingga akseptor
menjadi tidak tenang.
Untuk itu sebaiknya
159
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
160
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
161
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
162
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
163
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
164
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
165
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
166
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
167
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
168
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Obat-obatan kontroversi
yang lain : tissue
plasminogen activator,
hemodilation vasodilator
Berikan krim pelembab
sekitar lesi
Penatalaksanaan penyakit-penyakit
lain akibat udara dingin disesuaikan
dengan penatalaksanaan penyakit-
penyakit tersebut disamping
penanganan secara umum untuk
paparan udara dingin.
Antisipasi selama musim dingin :
Dalam menghadapi musim dingin
bagi jamaah haji dilakukan 3 tahap :
1) Sebelum keberangkatan
Pemeriksaan kesehata yang
lengkap untuk mengetahui
kondisi/status kesehatan
calon jamaah haji
Tetap menjaga kesehatan
dengan memakan makanan
bergizi, latihan
jasmani/kebugaran secara
teratur untuk meningkatkan
169
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
170
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Segera menghubungi
petugas kesehatan bila ada
gangguan kesehatan
3) Setelah berada di Arab Saudi
Menjaga kesehatan secara
optimal
Minum yang cukup dalam 1
hari terutama minum hangat
Makan makanan bergizi
seimbang
Makanan dan minuman
dalam keadaan hangat
Menghindari tubuh terpapar
udara dingin
Istirahat yang cukup 6-8 jam
dan selalu menggunakan
selimut bila tidur
Pakaian sopan, rapi dan
tebal, pakaian pelindung,
muka hidung, tangan dan
kaki
Memakai masker/penutup
mulut
Kegiatan fisik dibatasi
Segera konsultasi dokter bila
ada keluhan sakit
171
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
172
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
POKOKBAHASAN IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBINAAN
KESEHATAN JEMAAH HAJI
a. Pembinaan kesehatan di
institusipelayanan kesehatan
Pembinaan dilaksanakan setelah
jemaah hajimelakukan pemeriksaan di
Puskesmas dan ditegakkan kategori
status kesehatannya serta dilakukan
perawatan melalui kegiatan: konseling,
pengobatan dan rujukan sampai
jemaah haji berangkat menunaikan
ibadah haji. Sehingga jemaah haji
terpantau kondisi kesehatannya dan
berangkat dalam kondisi kesehatan
yang optimal.
Pembinaan yang dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan dapat berupa
pelayanan individual/personal,
kelompok dan massal.
Untuk Pembinaan kelompok dapat
dilakukan oleh Puskesmas dengan
pola kemitraan lintas sektor dan dan
kelompok bimbingan ibadah haji.
173
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
174
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
175
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
176
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
PUSTAKA RUJUKAN
1. Pedoman Teknis Pemeriksaan Kes. JEMAAH
HAJI Indonesia.
2. Buku Kesehatan Jemaah haji [BKJH] Cetakan
2005.
3. Modul Pembinaan kesehatan JEMAAH HAJI
177
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
I. BIODATA
A. Nama :
_____________________________
B. Pria/ Wanita :
_____________________________
C. Tempat, Tgl Lahir :
_____________________________
D. Pekerjaan :
_____________________________
E. Pekerjaan Terakhir :
_____________________________
F. Status Perkawinan :
_____________________________
G. Alamat :
_____________________________
H. Telepon :
_____________________________
I. Keluarga Terdekat :
a. Di Arab Saudi
Nama :
_____________________________
178
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
Alamat :
_____________________________
b. Di Indonesia
Nama :
_____________________________
Alamat :
_____________________________
179
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
c. _______________________________
d. _______________________________
e. _______________________________
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran :
2. Tanda Vital
a. Tensi :
b. Nadi :
c. Pernapasan :
d. Suhu :
3. Postur
a. Bentuk/habitus:
b. IMT [Indks Massa Tubuh]:
TB : ................... kg BB
: ................ cm
c. Rasio LPP:
Lingkar Pinggang : ........ cm
Lingkar Pinggul : ........cm
4. Kulit :
5. Kepala :
a. Inspeksi [bentuk, simetris] :
b. Pem. Syaraf kranial :
c. Mata :
d. Telinga :
180
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
e. Hidung :
f. Tenggorok dan mulut:
6. Leher
7. Kelenjar dan pembuluh getah bening:
8. Dada
a. Umum
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
b. Jantung
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
c. Paru
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
9. Perut
a. Hepar :
b. Lien :
c. Gastro Intestinal:
181
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
10. Ektremitas
11. Rektum dan Urogenital:
Colok Dubur
C. Pemeriksaan Jiwa
[Lihat Algoritma Pemeriksaan Kesehatan Jiwa]
1. Keluhan somatik tanpa kelainan organik
a. Tidak ada
b. Ada [jelaskan]:
2. Keluhan Psikosomatis
a. Tidak ada
b. Ada [jelaskan]:
3. Keluhan mental emosional
c. Tidak ada
d. Ada [jelaskan]:
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah
1) Pokok
Hb
LED
Lekosit
Hitung Jenis
Gol Darah : A / B / O / AB
2) Lanjut : [ 40 th atau atas indikasi]
182
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
3) GDS
4) Cholesterol
b. Urin
1) Pokok
Makroskopis
Mikroskopis
2) Lanjut:
3) Tes Kehamilan : Pos / Neg, tgl:
/ /
c. Khusus [atas Indikasi]:
.................................................................
...................
.................................................................
...................
.................................................................
...................
183
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
E. Diagnosa
1. .................................................................
Kode : ......................
2. .................................................................
Kode : ......................
3. ..................................................................
Kode : ......................
4. .................................................................
Kode : ......................
5. .................................................................
Kode : ......................
G. Kesimpulan
1. Kategori : Mandiri /
Observasi / Pengawasan / Tunda
2. Saran/anjuran:
a. ....................................................
b. ....................................................
c. ....................................................
184
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
d. ....................................................
Dr. ................................
NIP.
185
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
No. Register :
Nama :
Umur :
Alamat :
Diagnosa :
Status Kesehatan :
186
Modul Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji
187