Eclampsia Sine Eclampsia Adalah Eklamsi Yang Ditandai Oleh Penurunan
Eclampsia Sine Eclampsia Adalah Eklamsi Yang Ditandai Oleh Penurunan
OBSTETRI 31
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP./SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
2015
EKLAMSI
1. Pengertian Eklamsi adalah kelainan akut pada preeklamsi ringan atau berat, dalam
(Definisi) kehamilan, persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang
dengan atau tanpa penurunan kesadaraan (gangguan sistem saraf pusat).
Eclampsia sine eclampsia adalah eklamsi yang ditandai oleh penurunan
kesadaran tanpa kejang
2. Diagnosis Penderita preeklamsi berat disertai kejang
3. Anamnesis 1. Umur kehamilan > 20 minggu
2. Hipertensi
3. Kejang
4. Penurunan kesadaran
5. Penglihatan kabur
6. Nyeri kepala hebat
7. Nyeri ulu hati
4. Pemeriksaan 1. Kesadaran: somnolen sampai koma
Fisik 2. Tanda vital: Tekanan darah >140/90 mmHg
3. Proteinuria minimal +1
4. Penurunan kesadaran tanpa disertai kejang.
1. Epilepsi
2. Ensefalitis
3. Meningitis
4. Kejang karena kelainan SSP
5. Pemerikasaan 1. Pemeriksaan Hb, Ht, Lekosit, Trombosit, urin lengkap, fungsi hati,
Penunjang fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan foto rontgen thoraks
3. Pemeriksaan CT scan bila ada dugaan perdarahan otak.
4. Punksi lumbal, bila ada indikasi.
5. Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca, dan Cl; kadar glukosa, Urea N,
Kreatinin, SGOT, SGPT, analisa gas darah, asam urat untuk mencari
penyebab kejang yang lain, atas indikasi
Pemeriksaan USG, KTG
6. Terapi Pengobatan medisinal:
1. Infus larutan ringer laktat
2. Pemberian obat: MgSO4
Cara pemberian MgSO4sama dengan preeklamsi berat
Bila timbul kejang-kejang ulangan maka dapat diberikan 2g
MgSO4 40% IV selama 2 menit, sekurang-kurangnya 20 menit
setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 g hanya
diberikan sekali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih
tetap kejang maka diberikan amobarbital 3-5 mg/kg/bb/IV
pelan-pelan.
Perawatan pasien dengan serangan kejang :
Dirawat di kamar isolasi yang cukup terang.
Masukkan sudip lidah ke dalam mulut pasien.
Kepala direndahkan: daerah orofaring dihisap.
Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup longgar guna
menghindari fraktur.
Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada :
a. Edema paru
b. Payah jantung kongestif
c. Edema anasarka
Antihipertensi diberikan sesuai dengan preeklamsi berat
Kardiotonika:
Indikasi pemberian kardiotonika ialah, bila ada tanda-tanda payah
jantung.
Perawatan dilakukan bersama dengan Bagian Penyakit Jantung
Lain-lain :
1. Obat-obat antipiretik
Diberikan bila suhu rektal di atas 38,5 ° C
Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol
2. Antibiotika
Diberikan atas indikasi
3. Antinyeri
Bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat diberikan
petidin HCl 50-75 mg sekali saja.
Pengobatan Obstetrik :
Sikap terhadap kehamilan
a. Sikap dasar :
Semua kehamilan dengan eklamsi dan impending eklamsi harus
diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
Gejala impending eklamsi, adalah :
a. Penglihatan kabur
b. Nyeri uluhati
c. Nyeri kepala yang hebat
b. Saat pengakhiran kehamilan :
Terminasi kehamilan impending eklamsi adalah dengan
pervaginam, seksio bila ada indikasi obstetri.
Perawatan rumah sakit :
Diperlukan perawatan di ruang rawat intensif, dan ruang HCU (High
Care Unit), bila tersedia.
Penyulit:
Gagal ginjal, gagal jantung, edema paru, kelainan pembekuan darah,
perdarahan otak, kematian
Informed consent
Dilakukan informed consent pada setiap aspek tindakan, baik
diagnostik maupun terapeutik, kecuali bila keadaan sudah sangat
mengancam jiwa.
Patologi anatomi:Tidak diperlukan
Otopsi:Dilakukan pada kasus kematian akibat eklamsi
Catatan medik:
Mencakup keluhan utama, gejala klinis, riwayat obstetri,
pemeriksaan fisik & penunjang, terapi, operasi, perawatan, tindak
lanjut, konsultasi, prognosis
7. Pengobatan Sikap terhadap kehamilan
Obstetrik a. Sikap dasar :
Semua kehamilan dengan eklamsi dan impending eklamsi harus diakhiri
tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
Sindroma HELLP
Weinstein, 1982, yang mula-mula menggunakan istilah HELLP syndrome untuk
kumpulan gejakla hemolysis, Elevated liver enzym dan Low Platelets yang
merupakan gejala utama dari sindroma ini.
Diagnosis laboratorium:
Hemolisis:
adanya sel-sel spherocytes, schistocytes, triangular, dan sel Burr pada
apus darah perifer
kadar bilirubin total > 1,2 mg%
Kenaikan kadar enzim hati
kadar SGOT > 70 IU/L
kadar LDH > 600 IU/L
Trombosit < 100 x 103/mm3
Pengelolaaan:
Pada prinsipnya, pengelolaan terdiri dari:
1. Atasi hipertensi dengan pemberian obat antihipetensi (lihat pengelolaan
preeklamsi berat).
2. Cegah terjadinya kejang dengan pemberian MgSO4 (sesuai dengan
preeklamsi )
3. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Pemberian transfusi trombosit apabila kadar trombosit <30.000/mm3 untuk
mencegah perdarahan spontan.
5. Terapi konservatif dilakukan apabila umur kehamilan <34 minggu, tekanan
darah terkontrol < 160/110 mmHg, diuresis normal (>30cc/jam), kenaikan
kadar enzim hati yang tidak disertai nyeri perut kuadran atas kanan atau
nyeri ulu hati.
6. Kortikosteroid digunakan untuk pematangan paru janin. Deksametason
2 x 5mg (2 hari), Betametason 1 x 12 mg (2 hari).
7. Dianjurkan persalinan pervaginam, kecuali bila ditemukan indikasi seperti:
serviks yang belum matang (skor Bishop < 6), bayi prematur, atau ada
kontraindikasi persalinan pervaginam.
8. Bila akan dilakukan operasi seksio sesarea, kadar trombosit < 50.000/mm3
merupakan indikasi untuk melakukan transfusi trombosit.
9. Pemasangan drain intraperitoneal dianjurkan untuk mengantisipasi adanya
perdarahan intraabdominal. Perawatan pascabedah di ICU atau HCU
merupakan indikasi untuk monitor komplikasi gagal jantung kongestif dan
sindroma distres pernafasan.
Penyulit : Sindroma HELLP, gagal ginjal, gagal jantung,
edema paru,kelainan pembekuan darah, perdarahan
otak.
Konsultasi : Disiplin ilmu terkait (UPF Ilmu Penyakit Dalam,
ICU, UPF Syaraf, UPF Mata)
Izin Tindakan : Seksio sesarea, ekstraksi forseps, embryotomi
Lama Perawatan : Lampiran protokol
Unit Terkait : 1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam
2. Neurologi
3. ICU/HCU
4. Departemen Anestesi
5. Departemen Ilmu Kesehatan Anak
EKLAMSI
(Impending Eklamsi)
Rawat di I.C.U
Konsultasi dengan
Bag. Penyakit Dalam
& Bag Neurologi
MgSO 4
R/Antihipertensi
R/Suportif
Terminasi
PERDARAHAN ANTEPARTUM
1. Pengertian (Definisi) Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir
pada wanita hamil dengan usia kehamilan 20 minggu atau
lebih, dapat berupa plasenta previa atau solusio plasenta.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya tidak normal
sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebagian atau
seluruhnya, pada plasenta yang implantasinya normal
sebelum janin lahir.
2. Anamnesis 1. Perdarahan dari jalan lahir pertama kali atau berulang
tanpa disertai rasa nyeri, dapat sedikit-sedikit ataupun
banyak.
2. Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi rahim.
3. Faktor predisposisi: grande multipara, riwayat kuretase
berulang
4. Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri
eksternum.
3. Pemeriksaan Fisik Tanda-tanda syok (ringan sampai berat).
Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin
belum masuk pintu atas panggul atau ada kelainan letak.
4. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium: Crossmatch, kadar Hb, L, Tr, Ht,
golongan darah, fibrinogen, D-Dimer, BT, CT, PT,
APTT.
2. Pemeriksaan USG
Bed side clotting test
Tujuan: menilai faktor pembekuan darah secara cepat dan
sederhana (metode kualitatif)
Cara: ambil 5cc darah vena dan masukkan ke dalam
tabung kosong yang telah dimasukkan 1 batang lidi.
Setelah 6 menit, 8 menit, dan 10 menit dicoba diangkat
batang lidi tersebut dan lihat bekuan darahyang
terbentuk.
Bila bekuan darah terbentuk <10 menit dan tidak mudah
hancur/pecah berarti faktor pembekuan darah masih baik
dan diperkirakan kadar fibrinogen >200 mg/dL
Bila bekuan darah terbentuk >10 menit dan bekuannya
mudah hancur berarti telah terdapat gangguan faktor
pembekuan darah (kadar fibrinogen < 200 mg/dL)
5. Penatalaksanaan Penatalaksanaan umum:
Informed consent
Stabilisasi, ABC (Posisikan semi ekstensi, bebaskan
jalan nafas, O2 jika perlu, resusitasi cairan). Tentukan
ada syok atau tidak. Jika ada, berikan transfusi darah,
infus cairan, oksigen dan kontrol perdarahan. Jika
tidak ada syok atau keadaan umum optimal, segera
lakukan pemeriksaan untuk mencari etiologi.
Hentikan sumber perdarahan.
Monitor tanda-tanda vital.
Penatalaksanaan spesifik:
Ekspektatif:
Syarat:
Keadaan umum ibu dan anak baik.
Perdarahan sedikit.
Usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran
berat badan janin kurang dari2500 gr.
Tidak ada his persalinan.
Penatalaksanaan ekspektatif :
Pasang infus, tirah baring
Bila ada kontraksi prematur bisa diberi tokolitik.
Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan
CTG setiap minggu.
Aktif:
Persalinan pervaginam:
Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta
marginalis atau plasenta previa lateralis di anterior
(dengan anak letak kepala). Diagnosis ditegakkan
dengan melakukan pemeriksaan USG, perabaan
fornises atau pemeriksaan dalam dikamar operasi
tergantung indikasi.
Dilakukan oksitosin drip disertai pemecahan ketuban.
Persalinan perabdominam, dilakukan pada keadaan:
Plasenta previa dengan perdarahan banyak.
Plasenta previa totalis.
Plasenta previa lateralis di posterior.
Plasenta letak rendah dengan anak letak sungsang.
6. Penyulit Syok irreversible, DIC.
7. Konsultasi Departemen Anestesi
ICU
SOLUSIO PLASENTA
1. Pengertian(Definisi) Terlepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya, pada plasenta yang
implantasinya normal sebelum janin lahir.
2. Diagnosis 1. Perdarahan dari jalan lahir dengan atau tanpa disertai rasa nyeri
(tergantung derajat solusio plasenta).
2. Perabaan uterus pada umumnya tegang, palpasi bagian janin biasanya
sulit.
3. Janin dapat dalam keadaan baik, gawat janin atau mati (tergantung
derajat solusio plasenta).
4. Pada pemeriksaan dalam bila ada pembukaan teraba ketuban yang
tegang dan menonjol.
3. Derajat Solusio 1. Ringan:
- Perdarahan yang keluar kurang dari 100-200cc
Plasenta
- Uterus tidak tegang
- Belum ada tanda renjatan
- Janin hidup
- Kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%
2. Sedang :
- Perdarahan lebih dari 200 cc
- Uterus tegang
- Terdapat tanda renjatan
- Gawat janin atau janin mati
- Kadar fibrinogen plasma 120 - 150 mg%
3. Berat :
- Uterus tegang dan kontraksi tetanik
- Terdapat renjatan
- Janin biasanya sudah mati
4. Diagnosis Banding Tidak ada
5. Pemeriksaan Pemeriksaan USG :
Penunjang • Pada pemeriksaan USG didapatkan implantasi plasenta normal
dengan gambaran hematom retroplasenter.
Pemeriksaan laboratorium :
1. Bed side clotting test (untuk menilai fungsi pembekuan
darah/penilaian tidak langsung kadar fibrinogen)
2. Pemeriksaan darah untuk fibrinogen, trombosit, waktu perdarahan,
waktu pembekuan
6. Konsultasi Dokter spesialis penyakit dalam
Dokter spesialis anestesi
Dokter spesialis anak
7. Terapi Derajat ringan:
Ekspektatif bila :
- Usia kehamilan belum cukup bulan. Penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam. Pemantauan klinik dilakukan
secara ketat dan baik.
Syarat :
- Perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
- Belum ada tanda-tanda in partu
- Keadaan ibu cukup baik (Kadar Hb lebih dari 8 gr %)
- Janin baik
Penatalaksanaan :
- Tirah baring.
- Berikan Deksametason 20mg/48 jam(5mg/kali diberikan 4
dosis) / Betametason 24 mg/48 jam (dibagi 2 dosis)
- USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan,
profil biofisik, letak dan presentasi janin.
- KTG serial setiap 3 hari
Aktif bila :
- Usia kehamilan cukup bulan, janin hidup dilakukan persalinan
perabdominam
- Usia kehamilan kurang bulan, janin viable (pematangan paru
sebelumnya bila memungkinkan), dengan persalinan
perabdominam
- Bila keadaan memburuk (perdarahan dan kontraksi uterus
berlangsung terus) dikelola sebagai derajat sedang/berat.
Derajat sedang/berat:
1. Perbaikan keadaan umum
a. Resusitasi cairan/transfusi darah
- Jika tidak tersedia pilih salah satu dari plasma beku segar,
sel darah merah packed (PRC), kriopresipitat, konsentrasi
trombosit.
b. Atasi kemungkinan gangguan perdarahan
2. Melahirkan janin
a. Dengan mengupayakan partus pervaginam (amniotomi dan
tetes oksitosin) bila skor pelvik > 6 atau bila diperkirakan
persalinan bisa berlangsung < 6 jam.
b. Dengan persalinan perabdominam bila skor pelvik < 6 atau bila
diperkirakan persalinan akan berlangsung > 6 jam, atau bila
sesudah 6 jam dikelola janin belum lahir pervaginam.
Catatan :
Bila janin masih hidup dan kemungkinan viable (> 28 minggu dan atau
BBJ > 1000 gram), dilakukan tindakan persalinan dengan seksio sesarea
Seftriaksone IV 1x2g
Amoksisiklin + Asam
3 x 500 mg
Klavulanik IV
3 x 600 mg
Klindamisin
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
37
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP./SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
2015
b. Aktif
1. Pengelolaan aktif pada KPD dengan umur
kehamilan 20-28 minggu dan ≥ 34 minggu (lihat
bab terminasi kehamilan)
2. Ada tanda-tanda infeksi
3. Timbulnya tanda-tanda persalinan
4. Gawat janin
Umur kehamilan
20 - < 28 mg 28-34 mg ≥ 34 mg
Konservatif
Aktif Aktif
rawat 2 hari
Hipotonik Hipertonik