Anda di halaman 1dari 11

BAB IX

SISTEM TELEMETRI

Sistem telemetri adalah cara pengukuran jarak jauh yang memanfaatkan sarana
telekomunikasi dan sistem komputer untuk pengaturan pengaksesan data dan beberapa
zona penyelidikan. Pada sistem telemetri, semua informasi data diubah ke dalam bentuk
informasi listrik dan diolah secara digital. Dengan demikian pada sistem te1emeti, semua
transduser, sensor, detektor haruslah mempunyai keluaran yang berbetuk besaran elektris
(arus atau tegangan listrik) Sistem telemetri pada umumnya tampak pada Gambar 9.1.

STASIUN PENGENDALI
Gambar 9.1. Sistem Telemetri

Universitas Gadjah Mada 1


Transduser, sensor atau detektor yang terpasang pada stasiun pemantau di lokasi
pemantauan dan hasil pengukuran tersebut yang berupa informasi elektris yang kemudian
diperkuat oleh sistem penguat awal (Pre-Amp) maupun sistem penguat (Amplifier). Setelah
mendapat penguatan yang cukup sesuai dengan sistem berikutnya, sinyal tersebut
dikondisikan agar mempunyai kualitas data yang baik oleh SC (Signal Conditioner). Dengan
demikian setelah melewati Sc, sinyal listrik tersebut telah bersih dan noise maupun sinyal-
sinyal palsu. Mengingat sistem komputer yang dipakai adalah komputer digital, maka sinyal
tersebut harus diubah ke bentuk digital oleh unit Analog to Digital Converter (ADC).
Selanjutnya data tersebut dapatdikirimkan ke stasiun pengendali melalui sistem
komunikasi data yang terdiri atas modem (modulator - demodulator) dan sistem komunikasi
biasa seperti pemancar radio, telepon kabel, telepon selular, maupun dikirimkan melalui
satelit.
Pemilihan sistem komunikasi yang dipakai disesuaikan dengan kondisi lingkungan
dan pertimbangan biaya. Penggunaan satelit adalah pilihan paling mahal, sedangkan
penggunaan gelombang radio relatif paling murah. Dengan teknologi yang sudah ada,
sistem komunikasi ini dapat mengirimkan data dan dan ke stasiun pemantau secara
transparan (cepat, tidak ada data yang hilang atau berubah).
Ada beberapa metode pengiriman data dalam sistem telemetri yaitu :
1. Dengan menggunakan piranti Voltage to frequency converter (VFC) dan frequency to
voltage converter (FVC). VFC (Voltage to Frequency Converter) merupakan peralatan
yang berliingsi untuk mengubah tegangan analog menjadi gelombang kotak dengan
frekuensi tertentu, perubahan tegangan masukan linier dengan perubahan frekuensi. Bila
tegangan masukan 0 volt maka frekuensi keluaran juga 0 hertz (Hz), jika tegangan
masukan 5 volt maka frekuensi keluaran adalah 5 KHz. Frequency to Voltage Converter
(FVC) adalah alat yang digunakan untuk mengubah gelombang kotak dengan frekuensi
tertentu menjadi tegangan analog, besarnya tegangan keluaran linier dengan besarnya
frekuensi masukan.
2. Dengan memakai Dual Tone Multiple Frequency (DTMF). DTMF dapat dinyatakan
langsung dalam data biner. Pada dasarnya DTMF adalah piranti semikonduktor yang
dirancang untuk digunakan pada sistem dial pada pesawat telepon. Dengan memakai
sandi morse yang terdiri dan sandi - sandi yang mempunyai karakter yang berbeda.
Sandi-sandi ini kemudian akan diubah dalam bentuk data biner sehingga dapat
dimanfaatkan untuk pengiriman data dalam sistem telemetri.
Mengingat daerah pemantauan; sangat luas, maka sistem pemantauan dibagi dalam
beberapa zona pemantauan remote area). Setiap zona merupakan daerah yang sempit
dengan beberapa transduser sejenis maupun transduser yang berbeda-beda sesuai dengan
parameter yang diakses pada zona tersebut.

Universitas Gadjah Mada 2


Zona pemantauan yang tidak memungkinkan mendapat cath daya listrik (PLN), perlu
dilengkapi dengan sistem baterai yang tahan lama atau sistem baterai yang diisi ulang
dengan solar-cell, sehingga mengurangi beban perawatan. Perawatan hanya dilakukan
apabila ada kerusakan atau untuk pengecekan / kalibrasi sistem pengukuran.
Stasiun pengendali berada di daerah yang ditentukan. Pada kondisi khusus, tugas
stasiun pengendali bisa diambil alih dan tempat lain bila hal itu diperlukan. Tahap berikutnya
padastasiun pengendali adalah pengolahan data yang dilakukan oleh komputer sesuai
dengan program (software) yang dipasang di dalamnya. Dalam sistem telemetri ini,
komputer mempunyai fungsi ganda, yakni sebagai alat pengendali dan pengatur lalu-lintas
data, juga berfungsi sebagai pengolah data.
Stasiun Pengendali ini dapat juga dilengkapi dengan sebuah server yang bertugas
melayani setiap permintaan data dan daerah lain melalui sistem internet. Dengan demikian
data yang telah disimpan di server dapat diakses dan komputer lain baik berupa data
mentah maupun hasil analisis akhir yang dihasilkan sistem komputasinya. Pengambilan data
ini hanya dapat dilakukan apabila telah mendapat persetujuan dan pihak yang diberi
wewenang untuk itu.
Dibanding dengan cara pengambilan data yang konvensional (manual), sistem
telemetri mempunyai beberapa keunggulan, yakni:
 Kecepatan akuisisi data sangat cepat dan nyaris bersamaan (selisih waktu cuplik kurang
dan 1  detik) untuk beberapa area yang berjauhan.
 Dapat melakukan pengukuran secara terus menerus dan real-time (tidak ada waktu
tunda).
 Dapat mengatur dan mengendalikan pencuplikan data dan stasiun pengendali sesuai
dengan keperluan.
 Data yang diambil secara otomatis telah tersimpan di sistem computer dan dapat
dianalisis sesuai dengan metode yang diterapkan.
 Data dapat diakses dan dikirim ke segala penjuru dunia melalui sistem internet.
 Akurasi data lebih baik dan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan sistem manual.
 Mengurangi faktor kesalahan yang sering dilakukan oleh manusia.

IX.2 Penggunaan Gelombang Radio VHF


Sejarah perhubungan radio mengingatkan kita kembali pada penemuan Marconi di
bidang radio telegraf. Sejak itu, perkembangan yang sangat cepat telah dieapai dalam
bidang teknik radio dengan ditemukannya tabung hampa.
Sistem perhubungan frekuensi tinggi mulai dikembangkan untuk memberikan
jawaban atas kekurangan yang dimiliki oleh sistem perhubungan dengan menggunakan

Universitas Gadjah Mada 3


modulasi amplitudo (AM) maupun modulasi frekuensi (FM). Dengan melakukan pelebaran
pita frekuensi dan menambahkan kedalaman modulasi frekuensi untuk memperoleh
perbandingan antara sinyal dan derau (S/N) yang baik.

Ada berbagai cara untuk penyaluran informasi kepada pihak lain yang masing -
masing mempunyai karakteristiknya sendiri. Informasi yang dikirimkan terdiri dan berbagai
jenis, misalnya : suara manusia, sinyal telegraf, sinyal televisi, sinyal multipleks, telefoto,
faksimili dan sebagainya. Semua jenis materi informasi ini, misalnya suara manusia, sebuah
foto atau televisi, pertama harus diubah dalam bentuk listrik dengan menggunakan mikrofon,
telekamera atau alat lainnya agar materi im dapat dibawa oleh gelombang radio. Cara
penumpangan informasi yang telah di ubah dalam bentuk sinyal listrik ke dalam gelombang
radio mi dinamakan modulasi.
Modulasi parametrik dibagi menjadi dua bagian yaitu Parametric Continous
Modulation (PCM) dan Parametric Pulse Modulation atau Analog Pulse Modulation (APM).
Yang termasuk dalam modulasi PCM adalah Amplitudo Modulastion (AM), Frequency
Modulation (FM) dan Phase Modulation (PM). Sedangkan yang termasuk dalam modulasi
APM adalah Pulse Amplitudo Modulation (PAM), Pulse Frequency Modulation (PFM), Pulse
Position Modulation (PPM) dan Pulse Width Modulation (PWM).
Proses propagasi gelombang VHF hampir tidak dapat dilakukan bagi perhubungan
dengan propagasi ionosfer dan propagasi utamanya ialah gelombang permukaan.
Gelombang radio pada pita-pita frekuensi VHF ini terutama sangat dipengaruhi oleh indeks
bias lapisan troposfer sehingga gelombang ini juga dinamakan gelombang tropo.
Propagasi gelombang permukaan memiliki dua pendekatan yaitu propagasi bumi
datar dan propagasi bumi bulat. Propagasi bumi datar dibagi lagi menjadi dua yaitu
propagasi bumi datar dengan penghantaran sempurna dan propagasi bumi dengan tidak

Universitas Gadjah Mada 4


mempunyai redaman sempuma. Perhitungan propagasi bumi datar dangan penghantaran
sempurna merumuskan kuat medan pancaran listrik dan antena vertikal sebagai antena.

IX.3. Antena
Antena merupakan rangkaian resonansi yang istimewa. Pada rangkaian resonansi
biasa, ukuran kondensator dan kumparan jauh lebih kecil daripada panjang gelombang
resonansi. Oleh karena itu, medan listrik dan magnetik tetap tinggal di dalam rangkaian.
Energi medan tersebut hanya diubah menjadi usaha listrik dan panas.
Apabila ketebalan kabel kumparan dan besar kondensator sebanding dengan
panjang gelombang resonansi, maka sebagian besar energi medan akan dikeluarkan
sebagai gelombang elektromagnetik. Ini adalah prinsip pemancar. Pemancar tersebut dapat
terbuat dan macam-macam bahan penghantar yang biasanya berbentuk kawat atau pipa.
Kekuatan medan elektromagnetik yang dipancarkan, tergantung pada luas medan pancar,
besar arus dan tegangan listrik yang terdapat di dalamnya. Rangkaian resonansi, biasanya
terbuat dan induktor, kondensator dan resistor juga terdapat pada antena, tetapi wujudnya
bukan komponen melainkan rangkaian linear sepanjang kabel antena.
Kawat antena yang beresonansi mengakibatkan muatan listrik bergetar atau
bergerak dengan frekuensi tertentu bolak-balik dan ujung ke ujung kawat. Getaran ini akan
menempuh jarak sebesar panjang gelombang resonansi. Untuk dapat menampung getaran
resonansi ini panjang antena harus paling sedikit setengah panjang gelombang (1/2  ).
Setengah panjang gelombang adalah syarat umum untuk mempertahankan resonansi.
Bila gelombang radio disalurkan melalui kawat tak berhingga, maka amplitudonya
semakin lama akan semakin kecil, karena energinya hilang akinat pemanasan kawat dan
pemancaran. Lain halnya kalau kawat itu pendek; berkat pemantulan gelombang pada
ujung-ujungnya energi tidak akan lenyap begitu saja. Bila gelombang tersebut secara terus
menerus pada suatu antena yang panjangnya tepat setengah gelombangnya maka
resonansi akan terjadi.
Impedansi antena menentukan perbandingan tegangan dan arus di dalam antena.
Tepat pada frekuensi resonansi, nilai impedansi menjadi resistif karena fasa arus dan
tegangan menjadi sama. Bila kondisi resonansi tidak benar-benar tercapai, maka antara
tegangan dan arus listrik akan terdapat suatu fasa kecil. Hal ini membuat sifat impedansinya
tidak resistif saja, melainkan juga induktif atau kapasitif.
Energi yang disalurkan ke dalam antena sebagian besar dimanfaatkan untuk
pemancaran gelombang elektromagnetik, dan sisanya hilang melalui pemanasan kawat dan
resistansi isolasi. Tujuan utama penyaluran energi tersebut adalah mempertahankan
pemancaran dengan cara meminimalisasi energi yang hilang.

Universitas Gadjah Mada 5


Medan antena merupakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan ke tempat
yang jauh. Ini yang disebut medan pancar. Intensitas medan pancar semakin jauh akan
semakin berkurang. Komponen listrik dan magnetik dan gelombang tersebut mempunyai
fasa yang sama, tetapi polarisasinya berbeda (saling tegak lurus).
Pada prakteknya intensitas medan yang dipancarkan suatu antena ke semua jurusan
tidak pemah sama. Mungkin saja intensitas medan ke beberapa arah itu nol sedangkan ke
arah-arah lainnya bervaniasi dan kuat sampai lemah. Antena yang mampu memancarkan
intensitas yang sama ke semua arah disebut sebagai pemancar isotrop. Grafik yang
memperlihatkan, untuk jarak tertentu, intensitas relatif medan sekeliling antena disebut juga
diagram pemancar. Diagram pemancar yang terdapat di atas kertas hanya menggambarkan
situasi medan pada satu bidang, padahal yang sebenarnya berdimensi tiga. Ini berarti bahwa
diagram tiga dimensi suatu pemancar isotrop mempunyai wujud bola.
Polarisasi vertikal pada frekuensi rendah (4 MHz) membutuhkan antena vertikal yang
cukup panjang sehingga para amatir radio sukar menerapkannya. Satu-satunya cara yang
memungkinkan pemancaran tersebut adalah dengan menggunakan ground plane atau
antena yang dipendekkan. Panjang antena semacam ini biasanya tidak melebihi ¼ panjang
gelombang. Kekurangan panjang antena ini harus ditunjang oleh masa atau permukaan
bumi agar terjadi pencerminan atau penerusan gelombang.
Antena vertikal yang tingginya ¼ panjang gelombang yang disalurkan ke massa atau
biImi sebenarnya, dapat pula disalurkan ke tempat massa atau bumi sintetis. Massa atau
bumi sintetis yang dimaksudkan di sini terbuat dan beberapa kawat yang masing-masing
sepanjang ¼ panjang gelombang. Ground plane ini beresonansi seperti antena ½ w panjang
gelombang. Adanya bagian horisontal dan vertikal pada antena akan membuat polanisasi
medan menjadi miring. Hal ini mempengaruhi diagram pemancarannya Bila Iumlah kawat-
kawat radial yang tegak lurus padda antena vertikal jumlahnya melebihi 4, maka dapat
dikatakan bahwa polarisasinya secara praktis adalah vertikal.
Antena yang digunakan untuk memancarkan dan menerima gelombang HF pada
dasarnya adalah berbentuk antena dipole. Kalau diklasifikasikan lagi, antena yang tidak
memiliki arab biasanya digunakan untuk pusat stasiun bergerak atau stasiun TV. Sedangkan
jenis yang mempunyai diagram arah digunakan untuk perhubungan point to point, atau untuk
penerimaan TV.
Jenis pertama dan HF adalah antena berarah seperti antena corner reflektor antena
Yagi Uda, array antena, antena helical dan antena log periodik. JenIs kedua adalah antena
Omni Directional seperti antena polanisasi horizontal Omni directional, dimana semua jenis
mi tidak memiliki arah atau orientasi menghadapnya antena ke suatu tujuan tertentu.

Universitas Gadjah Mada 6


Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan antena :
1. Pengukuran beberapa parameter antena yang menentukan efektifitas dan kinerja
antenna, meliputi :
 Pengukuran arus dan tegangan
 Pengukuran gain antena
 Pola radiasi ruang (space radiation pattern)
 Pengukuran feed point impedance
 Polarisasi antenna
 Pengukuran Standing Wave Ratio (SWR)
2. Pengukuran parameter pesawat transceiver yang menentukan efektifitas dan kinerja
pesawat, meliputi :
 Pengukuran arus dan tegangan
 Pengukuran frekuensi pancar terima pesawat
3. Pengukuran saluran transmissi (transmission line) yang sesuai untuk menghasilkan
kinerja yang efektif.
Hasil pengukuran ketiga hal diatas akan dianalisis dan dievaluasi untuk memperoleh set-up
terbaik dan tiap - tiap komponen yang memberikan hasil optimal pengiriman data melalui
gelombang radio.

Jenis – jenis antena yang sering dipakai dalam system telemetri adalah :
1. Antena YAGI Berelemen 10
Pada Gambar 8.2 terdapat antena YAGI yang panjang tulang belakangnya hanya
1,6 panjang gelombang. Bentuk antena ini sebenarnya terletak antara jenis antena YAGI
biasa dan YAGI panjang. Jarak elemen dibuat pendek, keuntungannya 12,5 dB.
Spesifikasi ukuran yang terdapat pada Gambar 2.1 hanya berlaku bila diameter pipa
antenanya 20 mm. Sistem penyaluran menggunakan kabel 60 mm melalui jalur kabel
khusus.

Gambar 9.2 Antena YAGI Berelemen 10

Universitas Gadjah Mada 7


2. VHF ¼  vertical
Idealnya VHF vertikal harus dipasang di atas bidang datar yang rata sempurna
untuk meyakinkan radiasi omnidireksional yang seragam. Tipe antena ¼  menyebabkan
“picket fencing” (rapid flutter). Flutter terjadi ketika polarisasi vertical disebabkan oleh
obyek konduktif vertikal antara antena dan pesawat. Ketika ada penghalang, ada sinyal
yang ditangkap antena menjadi terhalang.

3. VHF vertical ¼  vertical dengan ground plane


Antena ¼  seperti ditunjukan pada Gambar 9.3 A adalah antena vertikal dengan
ground plane. Antena ini terdiri atas empat radial atau lebih. Panjang elemen dalam feet
diturunkan dalam persamaan 9.1 dan 9.2.

Radial agak sedikit panjang, /3,9 (feet). kira – kira Dengan panjang yang sama,
keempat radial dipasang miring dengan sudut 450 terhadap arah horisontal antena dan
feed impedance-nya 50 ohm. Ketika radial dipasang dengan sudut 90° seperti pada
Gambar 2.2 B, feed impedance-nya menjadi 30 ohm.Keuntungan antena vertikal dengan
ground plane adalah bahwa sistem dapat ditempatkan di atas obyek konduktif. Radial
yang bengkok dapat menjadi bidang ground yang baik yang mendukung antena. Kabel
koaksial yang luar dihubungkan dengan radial dan konduktor bagian dalam dihubungkan
ke driven element.

Sumber : ARRL, 1982 : 16-5

Gambar 9.3. Ground-plane Antena


Universitas Gadjah Mada 8
4. IX.4. Kawat Penyalur
Mengingat peralatan pemancar dan antena masing-masing berada di tempat yang
berlainan, maka kedua bagian tersebut harus dihubungkan melalui kabel. Dalam penyaluran
listrik yang berfrekuensi tinggi, diusahakan agar kabel tidak memancarkan medan. Dengan
demikian antena menjadi satu-satunya bagian yang memancarkan medan. Jenis kabel yang
saat ini banyak dipergunakan ialah kabel koaksial atau kabel datar. Gambar 9.4
menunjukkan arus pertama mengalir di tengah tengah penghantar kabel koakksial,
sedangkan arus keduayang berlawanan arahnya mengalir pada bagian dalam selubung
kabel. Dengan demikian medan elektromagnetik di luar kabel koaksial adalah nol.

Gambar 9.4. Penyaluran arus pada kabel koaksial

Perbandingan gelombang datang dan kembali bila kondisi penyerapan atau


pemantulan pada ujung kabel antena tidak menyeluruh, disebut perbandingan gelombang
berdiri atau Standing Wave Ratio (SWR). SWR dapat didefinisikan melalui hubungan antara
tegangan yang dipancarkan dengan tegangan yang dipantulkan, yang diberikan dalam
persamaan (9.3).

Alat untuk mengukur nilai SWR dalam suatu saluran pemancar adalah SWR meter.
SWR meter memonitor tegangan dan arus pada gelombang pancar dan membandingkannya
dengan tegangan dan arus pada gelombang pantul. Pada SWR meter dapat dibaca daya
pancar dan daya pantul langsung pada skala SWR meter. Dalam keadaan antena dan
saluran yang match, gelombang pantul di dalam transmisi adalah nol dan penunjukan SWR
meter adalah satu dan SWR berharga 1:1.
5. Aplikasi Sistem Telemetri
Sistem telemetri dapat diaplikasikan pada Sistem Pemantau Parameter Cuaca Jarak
Jauh. Adapun diagram blok sistem pemantau parameter cuaca jarak jauh dapat dilihat pada
Gambar 9.5.

Universitas Gadjah Mada 9


Gambar 9.5. Sistem Pemantau Parameter Cuaca Jarak Jauh

Rancangan Sistem Pemantau Parameter Cuaca Jarak Jauh terdiri dan dua bagian
yaitu : stasiun pemantau (stasiun remote) dan stasiun pengendali. Sensor yang digunakan
ada empat macam sensor yaitu: sensor suhu lingkungan, sensor kelembaban udara, sensor
kecepatan angin, dan sensor keadaan awan. Metode pengiriman data akan menggunakan
Dual Tone Multiple Frequency (DTMF).
Stasiun remote terdiri atas sensor-sensor, multiplexer, ADC 12 bit, latch,
mikrokontroIer sebagai pengendali dan rangkaian pengirim serta penerima DTMF. Stasiun
pengendali terdiri atas rangkaian pengirim serta penerima DTMF, mikrokontroler dan
komputer sebagai pengolah data yang diperoleh dan sensor- sensor.

Universitas Gadjah Mada 10


Sistem secara keseluruhan bekerja pertama kali dari stasiun pengendali. Stasiun
pengendali akan mengirimkan sinyal sebagai tanda untuk meminta stasiun remote untuk
mengirim data dan sensor. Permintaan tersebut akan dibalas stasiun remote dengan
mengirim tanda identifikasi dan sensor-sensor. Saat stasiun remote menenima permintaan
tersebut, mikrokontroler memprosesnya dengan mengirim kembali tanda identifikasi data
yang diikuti dengan pengiriman data dari sensor yang diminta. Stasiun pengendali akan
tanda identifikasi dan data tersebut, kemudian melakukan pengolahan data dari sensor di
dalam komputer.

Universitas Gadjah Mada 11

Anda mungkin juga menyukai