Anda di halaman 1dari 20

PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengolahan Tanah dan
Sampah Padat

Disusun oleh:
1. Shafira Fauziah P17333116401
2. Suchi Ledi Daya Futri P17333116408
3. Cindi Ayu Pandini P17333116414
4. Hasya Fadhila P17333116416
5. Emmi Rizki Rachmawati P17333116418
6. Chandra Gading Al-Fahd P17333116419
7. Palmi Akbar P17333116420
8. Husna Qilan Sadida P17333116423
9. Galuh Ratri Pramesthi P17333116424
10. Muhammad Decky Nurhatazy P17333116429
11. Ayu Fitri Allawyah P17333116435
12. Ayulia Lady Agustin Tanjung P17333116436
13. Alya Salmariza P17333116442
14. Elsa Chania P17333116445

PROGRAM STUDI D-IV


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BANDUNG
2018
A. Pengertian Limbah Medis
Pengertian limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, sedangkan
limbah medis atau limbah klinis mencakup semua hasil buangan yang
berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium.
Limbah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan,
gigi, veterinari,farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau
pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun dan infeksius berbahaya
atau bisa membahayakan, kecuali jika mendapat perlakukan khusus tertentu.
Sebagaimana limbah B3 lainnya, pengelolaan limbah medis juga
dilakukan dengan cara: minimisasi dan pemilahan, penyimpanan sementara,
pengangkutan, pengolahan atau pemanfaatan, dan penimbunan akhir. Khusus
limbah medis yang bersifat infeksius, karena karakter bahayanya, terdapat
beberapa metoda dan alat yang sudah dikenal dan biasa digunakan sebagai
sarana penanganan awal, sebelum pengolahan (misal: insenerasi), yakni:
1. Dekontaminasi secara kimia (misal: menggunakan disinfektan)
2. Penggunaan steam autoclaving atau hydroclaving
3. Microwave
4. Pengemasan menggunakan kantong plastik khusus dan/atau safety
box
5. Penyimpanan sementara tanpa atau menggunakan refrigerasi
Kombinasi sebagian atau kesemuanya

Dengan tetap memperhatikan perkembangan teknologi, serta


mempertimbangkan banyak hal berkaitan dengan manfaat dan mudharatnya,
ternyata penanganan limbah medis menggunakan sistem insenerasi masih
merupakan pilihan terbaik.

B. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


Sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
atau karena sifat atau konsentrasinya atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan atau merusakkan lingkungan
hidup manusia serta makhluk hidup lain.
C. Karakteristik Limbah Rumah Sakit
Dalam upaya menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya
di kota-kota besar semakin meningkat pendirian rumah sakit (RS). Sebagai
akibat kualitas efluen limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat. Limbah
rumah sakit dapat mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit
dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam
limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab
penyakit pada manusia termasuk demam typoid, kholera, disentri dan
hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan
(BAPEDAL, 1999).
Limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiata nrumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding
dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan
limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Meskipun secara umum
limbah rumah sakit dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu limbah
non-medis (sampah domestik) atau limbah medis yang berkategori sebagai
limbah B3. Dari sisi bentuk, limbah-limbah tersebut bias beraneka macam,
meskipun secara garis besar bentuk fisiknya dapat dibagi sebagai: limbah
padat, cair maupun gas.
D. Jenis Limbah
Pada sarana layanan kesehatan termasuk puskesmas, “Limbah Medis”
dapat dikatagorikan menjadi beberapa jenis, meliputi :
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk
kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur,
pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi
bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.
Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan
beracun atau radio aktif. Singkatnya, limbah benda tajam yaitu limbah
yang dapat menusuk atau menimbulkan luka dan telah mengalami kontak
dengan agen penyebab infeksi.
Termasuk limbah benda tajam antara lain:
a. Jarum hipodermis;
b. Jarum intravena;
c. Vial;
d. Lanset (lancet);
e. Siringe;
f. Pipet pasteur;
g. Kaca preparat;
h. Skalpel;
i. Pisau;
j. Kaca, dll.

2. Limbah jaringan tubuh

Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan


cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

3. Limbah infeksius

Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi mikroorganisme


patologi yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut
dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada
manusia rentan. Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan intensif).
b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit
menular.
Termasuk dalam kategori limbah infeksius yaitu :
1. Darah dan cairan tubuh.
2. Limbah laboratorium yang bersifat infeksius,
3. Limbah yang berasal dari kegiatan isolasi, dan
4. Limbah yang berasal dari kegiatan yang menggunakan hewan uji.
Limbah infeksiun berupa darah dan cairan tubuh meliputi :
1) Darah atau produk darah
a. Serum,
b. Plasma, dan
c. Komponen darah lainnya.
2) Cairan tubuh :
a. Semen,
b. Sekresi vagina,
c. Cairan serebrospinal,
d. Cairan pleural,
e. Cairan peritoneal,
f. Cairan perkardial,
g. Cairan amniotik, dan
h. Cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi darah
Tidak termasuk dalam kategori cairan tubuh yaitu:
a. Urin, kecuali terdapat darah
b. Feses, kecuali terdapat darah, dan
c. Muntah, kecuali terdapat darah.
4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang
mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel hidup. Limbah sitotoksik juga bisa berarti bahan yang
terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik
selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.Termasuk
dalam kategori limbah sitotoksik adalah limbah genotoksik (genotoxic)
yang merupakan limbah bersifat sangat berbahaya, mutagenik
(menyebabkan mutasi genetik), teratogenik (menyebabkan kerusakan
embrio atau fetus), dan / atau karsinogenik (menyebabkan kanker).
Genotoksik berarti toksik terhadap asam deoksiribo nukleat (DNA)
Sitotoksik berarti toksik terhadap sel.
5. Limbah Farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-
obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau
dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh
institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi
obat-obatan.
6. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan
kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi,
dan riset.
7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio
isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
Limbah in dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir,
radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas.
8. Limbah kontainer dibawah tekanan
Limbah medis yang berasal dari kegiatan di instansi kesehatan yang
memerlukan gas, misalnya : gas dalam tabung, carteidge dan kaleng
aerosol.
9. Limbah umum
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan
plastik yang tidak berkontak dengan cairan badan, tissue, kaleng,
botol,kayu dan logam. Meskipun tidak menimbulkan risiko sakit, limbah
tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk
mengangkut dan mambuangnya.

E. Dampak Limbah Terhadap Kesehatan.


Limbah medis dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme
patogen, yang dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur :
1. Melalui tusukan, lecet, atau luka di kulit
2. Melalui membrane mukosa
3. Melalui pernafasan dan melalui ingesti.

Keberadaan bakteri yang resisten terhadap antibiotika dan desinfektan


kimia dapat memperbesar bahaya yang muncul akibat limbah layanan
kesehatan yang tidak dikelola dengan benar dan aman. Limbah medis tajam
tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tusuk, tetapi juga
dapat menginfeksi luka jika terkontaminasi patogen. Karena risiko ganda ini
(cedera dan penularan penyakit), limbah medis tajam termasuk dalam
kelompok limbah yang sangat berbahaya.Untuk infeksi virus yang serius
seperti HIV/AIDS serta Hepatitis B dan C, tenaga puskesmas/rumah sakit
(terutama perawat) merupakan kelompok yang berisiko paling besar terkena
infeksi melalui cedera akibat limbah medis tajam. Risiko serupa dihadapi
oleh tenaga layanan kesehatan lain dan pelaksana pengelolaan limbah di luar
puskesmas/rumah sakit, juga pemulung di lokasi pembuangan akhir limbah.
Beberapa infeksi yang menyebar melalui media lain atau disebabkan oleh
agens yang lebih resisten dapat menimbulkan risiko yang bermakna pada
pasien dan masyarakat. Contoh : pembuangan limbah medis cair yang tidak
terkendali pada perawatan pasien kolera memberikan dampak yang cukup
besar terhadap terjadinya wabah kolera.
Contoh Infeksi akibat terpajan limbah layanan kesehatan, organisme
penyebab, dan media penularan :

1. Infeksi gastroenteritis. Organism penyebab, misalnya salmonella, shigella


spp, vibrio cholera, cacing. Media penularannya, melalui tinja atau
muntahan.
2. Infeksi Saluran Pernafasan. Organisme penyebab: mycobacterium
tuberculosis, streptococcus pneumonia, virus campak. Media
penularannya adalah melalui secret yang terhirup, air liur.
3. Infeksi Mata. Organisme penyebab : Herpes virus. Media penularannya
adalah secret mata.
4. Infeksi Genital. Organisme penyebab : Neisseria gonorrhoeae, herpes
virus. Media penularannya adalah melalui secret genital.
5. Infeksi Kulit. Organisme penyebab : Streptococcus spp. Media
penularannya adalah melaui nanah.
6. Antraks. Organisme penyebab : Bacillus anthracis. Media penularannya
adalah melalui secret kulit.
7. Meningitis. Organisme penyebab adalah Neisseria meningitis. Media
penularannya adalah melalui darah, secret alat kelamin.
8. AIDS. Organisme ppenyebeb adalah Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Media penularannya adalah melalui darah, secret alat kelamin.
9. Demam Berdarah. Organisme penyebab adalah virus junin, lassa, ebola
dan Marburg. Media penularannya adalah melalui seluruh cairan tubuh
dan secret.
10. Septikimia. Organisme penyebab adalah Staphylococcus spp. Media
penularannya adalah melalui darah.
11. Bakteriemia. Organisme penyebab adalah Staphylococcus spp, koagulase
negative, staphylococcus aureus, enterobacter, enterococcus, klebsiella
dan streptococcus sp. Media penularannya adalah melalui darah.
12. Kandidemia. Organisme penyebab adalah Candida albicans. Media
penularannya adalah melalui darah.
13. Hepatitis Virus A. Organisme penyebab adalah virus hepatitis A. Media
penularannya adalah melalui tinja.
14. Hepatitis Virus B dan C. Organisme penyebab adalah Virus Hepatitis B
dan C. Media penularannya adalah melalui darah dan cairan tubuh.
F. Mikroorganisme Patogen
Mikroorganisme patogen memiliki kemampuan yang terbatas untuk
bertahan hidup di alam bebas. Kemampuan ini tergantung pada jenis
mikroorganisme dan merupakan cara kerja dari oertahanan dirinya terhadap
kondisi lingkungan seperti : suhu, kelembaban, iradiasi ultraviolet,
ketersediaan zat organic, keberadaan predator dan sebagainya.
Contoh mikroorganisme tersebut adalah :
1. Virus Hepatitis (B). Virus hepatitis B, adalah virus yang : persisten di
udara kering, hidup beberapa minggu di tanah, tahan terhadap pajanan
antiseptic, tahan sampai 10 jam pada suhu 60⁰C, tahan 1 minggu pada
tetesan darah dalam jarum suntik (termasuk virus hepatitis C).
2. Virus HIV. Virus HIV adalah virus yang : tahan 3-7 hari pada suhu
ambient, tahan 15 menit pada cairan etanol 70%, inaktif pada suhu 56⁰C.
G. Dampak Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan

Limbah rumah sakit dapat menimbulkan dampak negatif terahadap


lingkungan dan kesehatan. Dampak yang ditimbulkan menurut Wisaksono,
yaitu:

1. Gangguaan kenyamanan dan estetika Ini berupa warna yang berasal


dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia
organik.
2. Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat) air
yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas
bangunan di sekitar rumah sakit
3. Gangguan kerusakan tanaman dan binatang
Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida,
logam nutrient tertentu, dan fosfor.
H. Pengelolaan Limbah Medis
Pada dasarnya dalam melaksanakan pengelolaan limbah medis perlu
menganut prinsip-prinsip dasar berdasarkan kesepakatan internasional
yakni :
1. The “Polluter Pays” principle (prinsip “pencemar yang membayar”).
Artinya bahwa melaului prinsip tersebut diatas bahwa semua penghasil
limbah secara hukum dan financial bertanggungjawab untuk
menggunakan metode yang aman dan ramah lingkungan dalam
pengelolaan limbah.
2. The “Precautionary” principle (prinsip “Pencegahan”) merupakan prinsip
kunci yang mengatur perlindungan kesehatan dan keselamatan melalui
upaya penanganan yang secepat mungkin dengan asumsi risikonya dapat
menjadi cukup signifikan.
3. The “duty of care” principle (prinsip “kewajiban untuk waspada”) bagi
yang menangani atau mengelola limbah berbahaya karena secara etik
bertanggung jawab untuk menerapkan kewaspadaan tinggi.
4. The “proximity” principle (prinsip “kedekatan”) dalam penanganan
limbah berbahaya untuk meminimalkan risiko dalam pemindahan.
Prinsip-prinsip pengelolaan limbah tersebut berkaitan dengan kegiatan
unit pelayanan kesehatan, sebagaimana tertuang pada global
immunization 2009, disampaikan bahwa dalam penyelenggaraan
imunisasi harus memiliki system pengelolaan limbah tajam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan limbah klinis atau
limbah medis adalah sebagai berikut (Adisasmito, 2007):
 Penghasil limbah klinis dan yang sejenis harus menjamin keamanan dalam
memilah-milah jenis limbah, pengemasan, pemberian label penyimpanan,
pengangkutan, pengolahan dan penampungan.
 Penghasil limbah klinis hendaknya mengembangkan dan secara periodi
meninjau kembali strategi pengelolaan limbah secara menyeluruh.
 Menekan produksi limbah hendaknya menjadi bagian integral dari strategi
pengelolaan.
 Pemisahan limbah sesuai sifat dan jenisnya (kategori) adalah langkah awal
prosedur penampungan yang benar.
 Limbah radioaktif harus diamankan dan di buang sesuai dengan peraturan
yang berlaku oleh instansi yang berwenang.
 Insinerator adalah metode penampungan yang disarankan untuk limbah
benda tajam, infeksius dan jaringan tubuh.
 Insinerator dengan suhu tinggi disarankan untuk memusnahkan limbah
sitotoksik (>1000ₒ Celcius).
 Insinerator harus digunakan dan dipelihara sesuai dengan spesifikasi. Mutu
emisi udara harus dipantau dalam rangka menghindari pencemaran udara.
 Sanitary landfill mungkin diperlukan dalam keadaan tertentu bila sarana
insinerator tidak mencukupi.
 Pemilihan insinerator “on site” dan “off site” perlu memerhatikan semua
faktor yang mungkin terkena dampak pencemaran udara.
 Disarankan menggunakan warna standar dan kode untuk penampunagn dan
kontainer limbah.
I. Pendekatan Pengelolaan Limbah Medis Ramah Lingkungan

Pendekatan manajemen dan teknis seputar pengelolaan limbah medis,


pada akhirnya banyak ditentukan oleh faktor manusia, yakni sebagai berikut:

1. Pendekatan manajemen
Salah satu universitas terbaik dunia MIT (Massachusett Institute of
Technology) mengajarkan struktur manajemen dalam suatu cause and effect
diagram, bahwa selengkap apapun suatu metode kerja, senyaman apapun
lingkungan bekerja, secanggih apapun mesin yang digunakan, dan sebagus
apapun kualitas material yang dipakai, pada akhirnya kualitas produk barang atau
jasa (effect) akan banyak ditentukan oleh faktor manusia, yakni operator.
Dalam kaitan pengelolaan limbah medis ramah lingkungan, selain tetap
memperhatikan faktor-faktor: metoda dan SOP, ruang dan lingkungan bekerja,
mesin dan peralatan, kualitas material, upaya memunculkan operator yang baik
dan bermutu tentu menjadi salah satu prioritas, yakni melalui pemahaman dan
pengembangan diagram cause and effect.
2. Pendekatan teknis

Pendekatan teknis pengelolaan limbah medis telah banyak dibahas


diberbagai literatur yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Namun, upaya-
upaya yang bersifat pencegahan munculnya limbah, pemilahan (sorting), dan/atau
3R, yakni: reduksi (reduce), penggunaan kembali (reuse), serta daur ulang
(recycle) yang mendasari gerakan cleaner production dan cukup sukses
penerapannya pada berbagai bidang kegiatan di berbagai negara, harus disikapi
hati-hati pada kasus
pengelolaan limbah rumak sakit, khususnya limbah medis. Karena tidak semua
limbah medis kemunculannya bisa dicegah, didaur-ulangdan/atau bisa digunakan
kembali. Asal-usul munculnya limbah infeksius misalnya secara nalar tentu sulit
dicegah, karena berasal dari bagian tubuh pasien. Demikian juga dengan aktivitas
daur-ulang, meskipun sebenarnya lebih tertuju pada sampah domestik (limbah
non-medis) tetap harus dihindari bila diduga sudah terkontaminasi limbah
infeksius,
yakni: demi pertimbangan keamanan kesehatan lingkungan.

J. Tinjaun Umum Tentang Pengelolaan Limbah Medis


a. Limbah Medis Padat
1. Pemilahan

Pemilahan dilakukan dengan menyediakan wadah sesuai dengan jenis


limbah medis.Wadah-wadah tersebut biasanya menggunakan kantong plastik
berwarna, misalnya kuning untuk bahan infeksius, hitam untuk bahan non-
medis, merah untuk bahan yang beracun. Wadah diberi label yang mudah
dibaca, sehingga memudahkan untuk membedakan wadah limbah non meis
dan limbah medis.

2. Pewadahan
Limbah biasanya ditampung di tempat produksi limbah untuk
beberapa lama. Oleh karena itu, tiap unit harus disediakan tempat
penampungan dengan bentuk, ukuran, dan jumlah yang disesuaikan dengan
jumlah limbahdan kondisi unit tersebut.Persyaratan minimal tempat
penampungan limbah adalah:
a. Bahan tidak mudah berkarat
b. Kedap air, terutama untuk menampung limbah basah
c. Bertutup rapat
d. Mudah dibersihkan
e. Mudah dikosongkan atau diangkat
f. Tidak menimbulkan bising/tahan terhadap benda tajam dan runcing
3. Pengangkutan limbah
Petugas pengangkut limbah yang mengumpulkan limbah perlu
memperlakukan limbah sebagai berikut:
a. Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah
ditutup.
b. Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai
sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (coverall), pada waktu
mengangkut kantong tersebut.
c. Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang
bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double
bagging).
d. Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang
dapat mencederainya di dalam kantung yang salah.
e. Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya ke dalam
kantung limbah. Kantung limbah diangkut dan sekaligus dipisahkan menurut
kode warnanya kemudian dibawa ke tempat penampungan sementara.
Pengangkutan dengan gerobak sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap
hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan
dengan menggunakan larutan klorin.
4. Tempat Penampungan Sementara
Setelah limbah dikumpul dan diangkut oleh petugas selanjutnya
dibawa ke tempat penampungan sementara. Tempat penampungan sementara
ini hendaknya:
a. Kontainer mempunyai tutup
b. Kontainer terletak di lokasi yang strategis
c. Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak
rembes, dan disediakan sarana pencuci
d. Aman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dari binatang, dan
bebas dari investasi serangga dan tikus.
5. Pemusnahan
Limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus
ditimbun dengan kapur dan ditanam, limbah dapur sebaiknya dibuang pada
hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk. Insinerator merupakan alat
pemanas dengan bahan bakar solar dengan temperature ±1000oC dan
diberikan cerobong asap dengan tinggi minimal 35 m (lebih tinggi dari
perumahan yang berada di sekitar rumah sakit). Rumah sakit yang besar
mungkin mampu membeli insinerator sendiri. Insinerator berukuran kecil
atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500o C atau lebih tinggi
dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60 % panas yang dihasilkan untuk
kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula memperoleh
penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakit yang
berasal dari rumah sakit lain. Insinerator modern yang baik tentu saja
memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung
limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk
farmasi yang tidak terpakai.
b. LIMBAH MEDIS NON-PADAT
a. Pemilahan dan Pewadahan
1) Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis
padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2) Tempat Pewadahan
a. Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik
warna hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang ”domestik”
warna putih
b. Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2 (dua) ekor
per-block grill, perlu dilakukan pengendalian padat.
b. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan
1) Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari
20 ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan
pengendalian.
2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan
binatang pengganggu yang lain minimal 1 (satu) bulan sekali.
c. Pengolahan dan Pemusnahan
Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus dilakukan sesuai
persyaratan kesehatan.
c. LIMBAH CAIR
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air
atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluent sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-58/MenLH/12/1995 atau
peraturan daerah setempat.
d. LIMBAH GAS
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis
padat dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor Kep- 13/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak
K. Indikator Kinerja Pengelolaan Limbah Medis Ramah Lingkungan

Indikator kinerja pengelolaan limbah medis ramah lingkungan sangat


penting digunakan untuk mengukur kinerja dan/atau tingkat keberhasilan
suatu rumah sakit, puskesmas atau poliklinik dalam mengelola limbah medis
berdasar standar tertentu atau bila dibandingkan denganrumah sakit,
puskesmas atau poliklinik lainnya.

Informasi indikator kinerja perlu dikomunikasikan agar bisa dijadikan


bahan evaluasi internal rumah sakit ataupun sebagai motivasi, driving force
atau setidaknya penggerak mula bagi munculnya rumah sakit, puskesmas
atau poliklinik lain yang berwawasan lingkungan, sehingga diharapkan akan
meningkatkan citra rumah sakit.

Beberapa contoh indikator keberhasilan kinerja pengelolaan limbah


medis ramah lingkungan, adalah:

 Limbah medis
a. Jumlah kg limbah medis per orang pasien rawat inap atau rawat jalan
b. Jumlah kg abu B3 yang di-secured landfill per bulan atau per tahun
c. Jumlah kg limbah medis per masing-masing unit per bulan
d. Jumlah kg limbah medis per m2 luas lantai rumah sakit
 Air
a. Penggunaan air untuk high pressure venturi scrubber system
(HPVSS) atau wet scrubber pada instalasi pengontrol polusi udara
(IPPU)
b. Rasio air daur ulang wet scrubber terhadap penggunaan air total (%)
 Energi
a. Penggunaan energi per ton limbah medis yang diolah menggunakan
insenerator
b. Rasio penggunaan energi baru dan terbarukan terhadap energi tidak
terbarukan (%)
 Sampah atau limbah non-medis
a. Timbulan sampah per pasien rawat inap per hari
b. Timbulan sampah total per total pasien rawat inap dan pasien rawat
jalan
L. Teknik Pengelolaan Limbah Medis Tajam
Teknik pengelolaan limbah medis tajam dapat dilakukan dengan :
1. Safety Box. Alternative 1 : Jarum dan syringe langsung dimasukkan ke
dalam safety box pada setiap selesai satu penyuntikan; setelah penuh,
safety box dan isinya dikirim ke sarana kesehatan lain yang memiliki
incinerator dengan suhu pembakaran minimal 1000⁰C atau memiliki alat
pemusnah carbonizer. Alternatif 2 : Jarum dan syringe langsung
dimasukkan ke dalam safety box pada setiap selesai satu penyuntikan;
Setelah penuh, safety box dan isinya ditanam di dalam sumur galian yang
kedap air (silo) atau needle pit yang lokasinya didalam area unit
pelayanan kesehatan.
2. Needle Cutter. Alternatif 1: Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada
setiap selesai satu penyuntikan; Potongan jarum yang terkumpul di dalam
needle collection container dimasukkan ke dalam safety box, kemudian
dilanjutkan dengan proses penanganan seperti yang dijelaskan dalam
penanganan menggunakan safety box. Alternatif 2 : Jarum dipatahkan
dengan needle cutter pada setiap selesai satu penyuntikan; Potongan
jarum yang terkumpul di dalam needle collection container dimasukkan
ke dalam needle pit; Syringe bekas pakai didisinfeksi dengan
menggunakan larutan sodium hipoklorit 5% dan direndam selama 30
menit, sehingga syringe telah steril dan dapat didaur ulang,. Pembuatan
needle pit dapat dilakukan dengan bahan buis beton diameter 60 cm
panjang a meter ataupun pipa PVC dengan diameter minimal 4 inchi
panjang 3 meter. Untuk needle pit dengan buis beton sepanjang 60 cm
ditanam dan ditutup dengan bahan beton tetapi menyediakan lubang
untuk memasukkan needle. Sedangkan untuk needle pit dengan pipa PVC
ditanam sepanjang 2,5 meter dan ditutup dengan dop ulir PVC yang
sewaktu-waktu dapat dibuka bila akan memasukkan needle.
3. Needle Burner. Alternatif yang bisa dilakukan adalah : Jarum
dimusnahkan dengan needle burner langsung pada setiap selesai satu
penyuntikan; Syringe selanjutnya diproses seperti dijelaskan dalam
penanganan dengan needle cutter; Hasil proses pemusnahan dengan
needle burner dimasukkan ke dalam kantong plastic warna hitam, karena
sudah tidak infeksius; Sisa proses bersama kantong plastiknya langsung
dibawa ke tempat penampungan sementara limbah domestic.

Pengelolaan yang tepat untuk pengelolaan limbah medis di unit-unit


pelayanan kesehatan selain tergantung pada administrasi dan organisasi yang baik,
juga memerlukan kebijakan dan pendanaan yang memadai dan sekaligus partisipasi
aktif dari semua pihak yang ada di unit pelayanan tersebut, misalnya dengan
membentuk Tim Pengelolaan Limbah untuk menyusun rencana pengelolaan limbah
secara terstruktur , sistematis dan intensif.

Daftar Pustaka
Kristina, Ni Nyoman. 2014. Pengelolaan Limbah Medis. Bali: Pedoman Pengelolaan
Limbah Medis, Ditjen PP dan PL bekerjasama dengan WHO, 2012.Dinas Kesehatan
Pemerintahan Provinsi Bali. Tersedia di : www.dinkes.baliprov.go.id. Di akses pada
: Jumat, 13 April 2018 pada pukul 09.50 WIB

Anda mungkin juga menyukai