Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengolahan Tanah dan
Sampah Padat
Disusun oleh:
1. Shafira Fauziah P17333116401
2. Suchi Ledi Daya Futri P17333116408
3. Cindi Ayu Pandini P17333116414
4. Hasya Fadhila P17333116416
5. Emmi Rizki Rachmawati P17333116418
6. Chandra Gading Al-Fahd P17333116419
7. Palmi Akbar P17333116420
8. Husna Qilan Sadida P17333116423
9. Galuh Ratri Pramesthi P17333116424
10. Muhammad Decky Nurhatazy P17333116429
11. Ayu Fitri Allawyah P17333116435
12. Ayulia Lady Agustin Tanjung P17333116436
13. Alya Salmariza P17333116442
14. Elsa Chania P17333116445
3. Limbah infeksius
1. Pendekatan manajemen
Salah satu universitas terbaik dunia MIT (Massachusett Institute of
Technology) mengajarkan struktur manajemen dalam suatu cause and effect
diagram, bahwa selengkap apapun suatu metode kerja, senyaman apapun
lingkungan bekerja, secanggih apapun mesin yang digunakan, dan sebagus
apapun kualitas material yang dipakai, pada akhirnya kualitas produk barang atau
jasa (effect) akan banyak ditentukan oleh faktor manusia, yakni operator.
Dalam kaitan pengelolaan limbah medis ramah lingkungan, selain tetap
memperhatikan faktor-faktor: metoda dan SOP, ruang dan lingkungan bekerja,
mesin dan peralatan, kualitas material, upaya memunculkan operator yang baik
dan bermutu tentu menjadi salah satu prioritas, yakni melalui pemahaman dan
pengembangan diagram cause and effect.
2. Pendekatan teknis
2. Pewadahan
Limbah biasanya ditampung di tempat produksi limbah untuk
beberapa lama. Oleh karena itu, tiap unit harus disediakan tempat
penampungan dengan bentuk, ukuran, dan jumlah yang disesuaikan dengan
jumlah limbahdan kondisi unit tersebut.Persyaratan minimal tempat
penampungan limbah adalah:
a. Bahan tidak mudah berkarat
b. Kedap air, terutama untuk menampung limbah basah
c. Bertutup rapat
d. Mudah dibersihkan
e. Mudah dikosongkan atau diangkat
f. Tidak menimbulkan bising/tahan terhadap benda tajam dan runcing
3. Pengangkutan limbah
Petugas pengangkut limbah yang mengumpulkan limbah perlu
memperlakukan limbah sebagai berikut:
a. Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah
ditutup.
b. Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai
sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (coverall), pada waktu
mengangkut kantong tersebut.
c. Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang
bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double
bagging).
d. Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang
dapat mencederainya di dalam kantung yang salah.
e. Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya ke dalam
kantung limbah. Kantung limbah diangkut dan sekaligus dipisahkan menurut
kode warnanya kemudian dibawa ke tempat penampungan sementara.
Pengangkutan dengan gerobak sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap
hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan
dengan menggunakan larutan klorin.
4. Tempat Penampungan Sementara
Setelah limbah dikumpul dan diangkut oleh petugas selanjutnya
dibawa ke tempat penampungan sementara. Tempat penampungan sementara
ini hendaknya:
a. Kontainer mempunyai tutup
b. Kontainer terletak di lokasi yang strategis
c. Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak
rembes, dan disediakan sarana pencuci
d. Aman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dari binatang, dan
bebas dari investasi serangga dan tikus.
5. Pemusnahan
Limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus
ditimbun dengan kapur dan ditanam, limbah dapur sebaiknya dibuang pada
hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk. Insinerator merupakan alat
pemanas dengan bahan bakar solar dengan temperature ±1000oC dan
diberikan cerobong asap dengan tinggi minimal 35 m (lebih tinggi dari
perumahan yang berada di sekitar rumah sakit). Rumah sakit yang besar
mungkin mampu membeli insinerator sendiri. Insinerator berukuran kecil
atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500o C atau lebih tinggi
dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60 % panas yang dihasilkan untuk
kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula memperoleh
penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakit yang
berasal dari rumah sakit lain. Insinerator modern yang baik tentu saja
memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung
limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk
farmasi yang tidak terpakai.
b. LIMBAH MEDIS NON-PADAT
a. Pemilahan dan Pewadahan
1) Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis
padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2) Tempat Pewadahan
a. Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik
warna hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang ”domestik”
warna putih
b. Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2 (dua) ekor
per-block grill, perlu dilakukan pengendalian padat.
b. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan
1) Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari
20 ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan
pengendalian.
2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan
binatang pengganggu yang lain minimal 1 (satu) bulan sekali.
c. Pengolahan dan Pemusnahan
Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus dilakukan sesuai
persyaratan kesehatan.
c. LIMBAH CAIR
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air
atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluent sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-58/MenLH/12/1995 atau
peraturan daerah setempat.
d. LIMBAH GAS
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis
padat dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor Kep- 13/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak
K. Indikator Kinerja Pengelolaan Limbah Medis Ramah Lingkungan
Limbah medis
a. Jumlah kg limbah medis per orang pasien rawat inap atau rawat jalan
b. Jumlah kg abu B3 yang di-secured landfill per bulan atau per tahun
c. Jumlah kg limbah medis per masing-masing unit per bulan
d. Jumlah kg limbah medis per m2 luas lantai rumah sakit
Air
a. Penggunaan air untuk high pressure venturi scrubber system
(HPVSS) atau wet scrubber pada instalasi pengontrol polusi udara
(IPPU)
b. Rasio air daur ulang wet scrubber terhadap penggunaan air total (%)
Energi
a. Penggunaan energi per ton limbah medis yang diolah menggunakan
insenerator
b. Rasio penggunaan energi baru dan terbarukan terhadap energi tidak
terbarukan (%)
Sampah atau limbah non-medis
a. Timbulan sampah per pasien rawat inap per hari
b. Timbulan sampah total per total pasien rawat inap dan pasien rawat
jalan
L. Teknik Pengelolaan Limbah Medis Tajam
Teknik pengelolaan limbah medis tajam dapat dilakukan dengan :
1. Safety Box. Alternative 1 : Jarum dan syringe langsung dimasukkan ke
dalam safety box pada setiap selesai satu penyuntikan; setelah penuh,
safety box dan isinya dikirim ke sarana kesehatan lain yang memiliki
incinerator dengan suhu pembakaran minimal 1000⁰C atau memiliki alat
pemusnah carbonizer. Alternatif 2 : Jarum dan syringe langsung
dimasukkan ke dalam safety box pada setiap selesai satu penyuntikan;
Setelah penuh, safety box dan isinya ditanam di dalam sumur galian yang
kedap air (silo) atau needle pit yang lokasinya didalam area unit
pelayanan kesehatan.
2. Needle Cutter. Alternatif 1: Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada
setiap selesai satu penyuntikan; Potongan jarum yang terkumpul di dalam
needle collection container dimasukkan ke dalam safety box, kemudian
dilanjutkan dengan proses penanganan seperti yang dijelaskan dalam
penanganan menggunakan safety box. Alternatif 2 : Jarum dipatahkan
dengan needle cutter pada setiap selesai satu penyuntikan; Potongan
jarum yang terkumpul di dalam needle collection container dimasukkan
ke dalam needle pit; Syringe bekas pakai didisinfeksi dengan
menggunakan larutan sodium hipoklorit 5% dan direndam selama 30
menit, sehingga syringe telah steril dan dapat didaur ulang,. Pembuatan
needle pit dapat dilakukan dengan bahan buis beton diameter 60 cm
panjang a meter ataupun pipa PVC dengan diameter minimal 4 inchi
panjang 3 meter. Untuk needle pit dengan buis beton sepanjang 60 cm
ditanam dan ditutup dengan bahan beton tetapi menyediakan lubang
untuk memasukkan needle. Sedangkan untuk needle pit dengan pipa PVC
ditanam sepanjang 2,5 meter dan ditutup dengan dop ulir PVC yang
sewaktu-waktu dapat dibuka bila akan memasukkan needle.
3. Needle Burner. Alternatif yang bisa dilakukan adalah : Jarum
dimusnahkan dengan needle burner langsung pada setiap selesai satu
penyuntikan; Syringe selanjutnya diproses seperti dijelaskan dalam
penanganan dengan needle cutter; Hasil proses pemusnahan dengan
needle burner dimasukkan ke dalam kantong plastic warna hitam, karena
sudah tidak infeksius; Sisa proses bersama kantong plastiknya langsung
dibawa ke tempat penampungan sementara limbah domestic.
Daftar Pustaka
Kristina, Ni Nyoman. 2014. Pengelolaan Limbah Medis. Bali: Pedoman Pengelolaan
Limbah Medis, Ditjen PP dan PL bekerjasama dengan WHO, 2012.Dinas Kesehatan
Pemerintahan Provinsi Bali. Tersedia di : www.dinkes.baliprov.go.id. Di akses pada
: Jumat, 13 April 2018 pada pukul 09.50 WIB