Anda di halaman 1dari 16

Sanitary Landfill

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengolahan Tanah dan Sampah
Padat

Disusun oleh:

1. Ahmad Iqna P17333116428


2. Caroline Ris Yolanda P17333116431
3. Dewa Ayu Putu Pavita P17333116413
4. Dhefy Nuraisah P17333116426
5. Fitria Fauziati P17333116430
6. Ghini Arti Alviat P17333116440
7. Nilam Kharisma P17333116417
8. Regina Maulida Syarifah P17333116422
9. Riyan Hijazi P17333116441
10. Shoffi Mardhiyyah P.Q P17333116407
11. Tiara Destriani P17333116404
12. Wildan Kholifatuzzaman P17333116438
13. Yuni Indriyaningsih Rahayu P17333116439

PROGRAM STUDI D-IV


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BANDUNG
2018
Teknologi Landfill di TPA

Teknologi landfill yang dikenal umum adalah sampah dimasukkan kedalam lubang,
lalu bagian atas sampah ditimbun tanah. Selanjutnya, bagian atas timbunan tanah tersebut
ditimbun lagi dengan sampah dan ditutup lagi oleh tanah dan seterusnya. Salah satu
penggunaan teknologi landfill di TPA dengan menjadikan sampah menjadi kompos atau
diolah menjadi biogas. Areal tanah akan lebih efisien karena akan dihasilkan biogas dari
landfill yang berada dibawah permukaan tanah dan dihasilkan kompos dari landfill yang
berada dipermukaan tanah. Dengan kata lain, dengan teknologi landfill modifikasi akan
diterapkan teknologi aerobik komposting pada bagian atas tanah dan teknologi landfill
(proses anaerobik) di bagian bawah tanah. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk mengambil
kompos yang ada dibawah permukaan tanah karena yang diproduksi adalah biogas. Biogas
yang dihasilkan oleh areal landfill dibawah tanah akan bisa berproduksi sampai 20 tahun bila
volume cukup besar. Produksi kompos dari area landfill di permukaan tanah akan diambil
setelah 40 hari.

A. Prinsip proses
Landfill dibuat dengan membuat lubang >13 meter. Tanah urugan diletakan
dipinggir landfill. Dinding lubang dilapisi batuan-batuan kecil. Pipa gas terbuat dari
paralon ditengah batuan kecil. Setiap 4 meter tumpukan sampah dibagian atasnya
ditutup tanah, lalu permukaan atas tanah ditambahkan sampah, lalu ditutup lagi,
demikian seterusnya sampai sampah mencapai permukaan tanah. Diatas permukaan
tanah, sampah ditimbun membuat gunungan tanpa harus ditimbun tanah. Pada
permukaan tanah akan terjadi proses anaerobik komposting, sedangkan dibawah tanah
terjadi proses anaerobik.
Teknologi landfill dari area yang berada dibawah tanah prinsipnya sama dengan
teknologi Dranco, yaitu proses anaerobik. Perbedaannya adalah lahan landfill
berfungsi sebagai reaktor. Kondisi proses tidak mungkin dikontrol secara baik pada
lahan terbuka. Oleh karena itu, kapasitas produksinya sangat rendah. Rendahnya
kapasitas produksi sebaiknya diimbangi oleh luasnya lahan.
Kesulitan dalam menerapkan teknologi landfill adalah keharusan membuat lubang
yang dalamnya 13-40 meter. Padahal sering kali sumber air sudah diperoleh pada
kedalaman yang sangat dangkal (<10m) di lahan Indonesia. Selain itu, cara
pembuatan landfill yang sembarangan dapat menimbulkan efek yang sangat
berbahaya (ledakan). Penyebabnya adalah biogas dapat menyelinap diantara rongga
tanah, berakumulasi, dan susah dideteksi karena tidak berbau. Kapasitas produksi
biogas adalah 5-13 m3/ton/tahun.
Produksi biogas dari landfill berlangsung menurut tahapan sebagai berikut.
 Pada tahun pertama produksi gas yang dominan adalah nitrogen, sedikit CO2,
O2 dan H2.
 Pada tahun kedua produksi N2 menurun dan habis, produksi CO2 meningkat
terus dan akan mencapai peak produksi tertinggi. Produksi H2 juga meningkat
sampai maksimum, tetapi tidak setinggi CO2.
 Biogas mulai berproduksi pada tahun ke-3 dan mencapai peak tertinggi pada
tahun tersebut. Produksi N2 dan H2 menurun terus sampai habis. Demikian
juga produksi CO2 menurun sampai pada level tertentu, kemudian stabil.
 Tahun ke-4 dan seterusnya sampai sekitar 15 tahun kedepan, biogas akan
diproduksi pada peak maksimum secara konstan. Produksi CO2 juga konstan
pada level dibawah kapasitas produksi biogas.
 Pada tahun ke-20, produksi biogas dan CO2 menurun dengan cepat dan habis.
Sementara N2 dan O2 mulai diproduksi lagi. Produksi N2 pada level yang lebih
tinggi dari O2.
B. Metode Sanitary Landfill
Salah satu metoda terkontrol dalam pembuangan limbah padat adalah sanitasi
dalam tanah. Prinsip metoda ini adalah membuang dan menumpuk sampah ke suatu
lokasi, memadatkan sampah tersebut kemudian menutupnya dengan tanah. Metode
ini, akan menghilangkan polusi udara. Metode ini juga telah banyak dipakai di
negara-negara yang telah berkembang ataupun yang sedang berkembang. Metode ini
memerlukan areal khusus dan cukup luas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menggunakan metode ini adalah penyediaan dan pemilihan lokasi
pembuangan, aspek sosial, perencanaan kapasitas, pengaruh terhadap air tanah atau
air permukaan, penutupan sampah, perlindungan terhadap api. Penyediaan lokasi
khusus untuk pembuangan diperlukan, karena selain cukup besar areanya, juga
diharapkan memenuhi target lama waktu pemakaian. Biasanya digunakan tanah
negara yang berada di luar kota atau di luar pemukiman. Dalam pemilihan lokasi
diperhitungkan jarak dari pemukiman, kemungkinan pengembangan perkotaan,
kemampuan kapasitas, mudahnya dijangkau kendaraan, jarak dari sumber air minum
dan sebagainya. Aspek sosial perlu diperhatikan, yaitu dengan cara memberikan
penerangan tentang penggunaan dan manfaat dari metode ini, sehingga masyarakat
dapat menerima dan berpastisipasi untuk melancarkan pengelolaannya.
Perencanaan kapasitas perlu dilakukan dengan mengetahui jumlah areal yang
diperlukan, jumlah kapasitas pertahun dan umur lokasi yang dipergunakan. Salah satu
contoh perhitungan kebutuhan areal sanitary landfill adalah sebagai berikut:
𝑃.𝑒.𝐶.𝐾
Q=
𝑑

Dimana
Q = volume yang dibutuhkan (acre-ft/tahun)
P = jumlah populasi yang dilayani
e = Rasio jumlah penutup dan sampah nilai 1,25 untuk 1 : 4, 1,20 untuk 1 : 5 dan 1,0
jika tak ada tanah penutup
C = jumlah sampah (lb/kapita/hari)
K = 0,226
d = kerapatan sampah yang dipadatkan (lb/yd³)
Kedalaman lubang pembuangan sanitasi dalam tanah ceruk tidak
diperbolehkan berada dibawah atau sejajar dengan kedalamn air tanah, karena akan
menyebabkan polusi air yang serius, misalnya bau, senyawa volatil beracun, bahan-
bahan organik beracun, dan bibit penyakit. Ketentuan umum menunjukan bahwa
kedalaman lubang diharapkan diatas tiga kaki dari air tanah, demikian juga jarak
lubang sanitasi dalam tanah diharapkan lebih dari dua ratus kaki dari danau atau
sumber-sumber air minum. Karena tu sebelum digunakan perlu dilakukan
pengecekam terhadap kedalamn air tanah. Lokasi sanitasi diharapkan juga cukup jauh
dari saluran-saluran air permukaan.
Penutupan area yang telah terisi sampah yang dipadatkan tidak diperbolehkan
lebih tipis dari enam inchi untuk penutupan harian dan dua kaki tanah penutup untuk
penutupan terakhir. Tahapan penutupan dapat dilihat pada gambar dibawah.
Perlindungan terhadap bahaya kebakaran juga perlu dilakukan, karena jika
sampah cukup banyak dan kering akan mudah terbakar dan menimbbulkan kebakaran
yang mungkin dapat meluas.
Beberapa metode yang termasuk proses sanitasi dalam tanah atau sanitary
landfill ialah metode parit (trench method), metode lapangan (area method), metode
lereng (ramp method), metode lembah (valley method), dan metode dataran rendah
(low-land method). Uraian dari metode tersebut adalah sebagai berikut:
1. Metode parit
Metode ini pada prinsipnya menggunakan lubang memanjang berupa parit
dengan lebar antara 20 – 30 kaki. Setelah penuh kemudian dipadatkan dan ditutup
dengan tanah hasil galian parit di sebelah parit yang telah ditutup.

2. Metode Lapangan
Metode ini mempunyai prinsip menggunakan suatu pelataran yang cekung
melandai sebagai tepat pembuangan sampah, tanpa membuat lubang buatan seperti
pada metode parit. Setelah penuh secara bertahap dilakukan penutupan dengan tanah.
Gambar metode ini dapat dilihat pada gambar dibawah. Metode ini mirip dengan
metode lereng dimana tempat pembuangan yang digunakan berupa lereng cekung dan
landai.
3. Metode Dataran Rendah
Metode ini mempunyai prinsip menggunakan area atau dataran yang rendah atau
cekung ke bawah (Legokan) sebagai tempat pembuangan sampah dan tanpa dilakukan
penggalian tanah. Secara bertahap sampah dipadatkan dan ditutup. Gambaran
mengenai metode ini dapat dilihat dibawah.
4. Metode Jurang
Metode ini memanfaatkan lembah atau jurang untuk tempat pembuangan sampah.
Secara bertahap sampah dipadatkan dan ditutup dengan tanah. Setelah penuh
dilakukan penutupan akhir dengan tanah tebal. Metode ini memiliki keuntungan
kapasitas yang besar sehingga dapat digunakan selama bertahun-tahun. Gambaran
mengenai metode ini dapat dilihat dibawah.
C. Aspek Penting Penyelenggaraan Sanitary Landfill
1. Luas Tanah Lapang
Faktor yang mempengaruhi adalah jumlah penduduk atau jumlah sampah yang
dibuang, reduksi pemadatan yang erat kaitannya dengan keadaan topologi dan
geologi lokasi. Menurut pengalaman Negara maju membutuhkan 0,3 ha hingga 0,6
ha setiap tahun untuk 10.000 jiwa denga tinggi sanitary landfill 180 cm .
2. Tidak Mencemari Lingkungan
Tataguna air permukaan sanitary landfill yang melewati sanitary landfill harus
terhindar dari pencemaran buangan sampah. Demikian juga sumur dangkal yang
digunakan penduduk sekitar lokasi. Lokasi sanitary landfill tidak di daerah banjir
yang mengakibatkan tinggi rendahnya permukaan. Pertimbangan penanggulangan
serangga sebagai vector penyakit perlu diperhintungkan, sehingga perlu secara
bekala untuk membasmi serangga dengan penyemprotan insektisida, terutama
untuk lalat.
Pengawasan terhadap gas yang timbul akibat pembuangan sampah pelu sekali,
sebab gas tersebut bersifat mudah terbakar (CH4). Demikian juga pengawasan
terhadap tikus dan binatang lainnya.
3. Efisien Jarak Tempuh Kendaraan Pengangkut Sampah
Secara ekonomis hendaknya jarak tempuh seminimal mungkin agar lebh
menguntungkan. Tetapi dari segi sanitasi lokasi sanitary landfill tidak boleh
berdekatan atau didaerah pemukiman. Berdasarkan pertimbangan diatas, menurut
pengalaman Negara maju jarak tempuh kendaraan pengangkut sampah antara 22 -
30 km untuk meningkatkan efesiensi kendaraan pengangkut, dilakukan
memperbesar kapasitas kendaraan dan perbaikan kondisi jalan.
Persyaratan Teknis Sanitary Landfill
1) Pemadatan sampah setiap hari dengan kemiringan 30⁰
2) Penimbunan tanah setiap hari setebal 15 cm setelah dipadatkan
3) Setelah sampai ketinggian tertentu (max 250 cm) yang disesuaikan dengan tata
guna tanah maka penutup air adalah setebal 70 cm setelah dipadatkan
4) Memerlukan fentilasi (pipa berlubang-lubang) utuk proses kimiawi, biologi dan
fisik selama pembusukan dan penstabilan

Pada hari ke 4 setelah pemadatan terjadi perubahan suhu 55⁰C - 65⁰C yang
bertahan selama 60 hari. Dalam waktu 10 bulan kemudian suhu tersebut sama
dengan suhu udara sekitar. Sanitary landfill ini akan mengalami penstabilan dan
akan mengalami penurunan atau reduksi antara 10% - dari tinggi semula dan akan
stabil setelah 2 tahun kemudian.

Keterangan Gambar
1) Timbunan Sampah
2) Timbunan Tanah
3) Pipa Berlubang-lubang

Gas-gas yang timbul antara lain: CO2,N2, CH4, NH3, dan H2S. Yang ditampung,
seterusnya ke udara melalui pipa berlubang.
Peralatan dan Fasilitas untuk Sanitary Landfill
1) Traktor yang dilengkapi bucket dan shovell satu buah untuk maksimal 50.000
penduduk dan setiap penambahan 50.000 penduduk memerlukan tambahan sebuah
traktor .
2) Tempat untuk beristirahat dan tempat penyimpanan peralatan, sekaligus sebagai
kantor lengkap dengan wc dan persediaan air .
3) Pemadam kebakaran (kimia, hydran)
4) Truk tanah dan pompa air
5) Tanda-tanda lalu lintas
6) Perlatan penyemprotan serangga dan insektisida
7) Pagar kawat untuk mencegah sampah bertebaran
8) Alat penimbang kendaraan dan sampah untuk control pelaksanaan sanitary landfill
Manfaat Sanitary Landfill
Setelah sanitary landfill stabil, maka lokasi ini dapat dimanfaatkan sebagai
pertamanan (jalur hijau), lapangan olahraga, tempat rekreyasi, tempat parker
bahkan landasan kapal udara.
Biaya Sanitary Landfill
Biaya yang segar dapat diperoleh adalah : harga tanah, harga peralatan, biaya
operasi dan pemeliharaan dan upah kerja.
Kegagalan Sanitary Landfilly
Pada umumnya sanitary landfill dipengaruhi oleh :
1) Musim
2) Frequensi pengambilan sampah
3) Kapasitas pengambilan sampah
4) Terbatasnya alat dan biaya
5) Kebakaran , kecelakaan, dan tempat biological vector
Sanitary landfill sederhana (manual sanitary landfill)
Untuk mengatasi sampah dengan kapasitas 30 – 40 ton sehari, dapat direncanakan
metoda sanitary landfill sederhana. Langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut
:

1. Memilih lokasi sanitary landfill dengan ketinggian atau beda tinggi 2 meter dari
muka tanah sekelilingnya.

2. Mengeraskan jalan menjadi jalan utama kendaraan pengangkut menuju ke lokasi


dan memasang pasak untukmencegah melebarnya timbulan sampah.

3. Sampah dibuang pada ujung jalan utama

disediakan garu/penggaruk untuk meratakan sampah dengan tangkai panjang


maksimal 2 meter.
4. Tumpukan sampah diratakan secara manual dengan penggaruk dengan kemiringan
45⁰.

5. Setiap hari permukaan dan sisi miring sampah ditutup dengan tanah atau abu atau
kompos setebal 15-25 cm. agar dapat dilalui kendaraan pengangkut, maka landasan
atau jalan baru perlu diperkeras dengan tanah.

6. Kendaraan pengangkut sampah berjalan pada landasan atau jalan baru. Bila
kendaraan terperosok disediakan bantalan kayu yang keras atau lempengan besi
disediakan juga pengganjal ban pada setiap membongkar sampah.

D. Komposisi Landfill gas


Landfill gas merupakan campuran dari berbagai gas yang mudah terbakar,
asphyxiating gas, dan gas beracun. Campuran gas yang eksplosif terjadi bila udara
bercampur dengan metan dalam landfill gas dengan jumlah campuran tertentu
yaitu konsentrasi metan 5 – 15 % dan sisanya udara. Ledakan umumnya terjadi
pada ruang tertutup dan ada yang menyulutnya. Jarang ledakan terjadi dalam
ruang terbuka. Namun demikian, ada berbagai cara untuk mengatasinya serta ada
alat instrumen yang mengontrol secara dini. Komposisi landfill gas dapat dilihat
pada tabel berikut.
E. Prasyarat aplikasi teknologi landfill
Prasyarat pemilihan teknologi landfill harus dilandasi pertimbangan sebagai
berikut:
 Lokasi baru dan ini yang terbaik karena perencanaan dapat dilakukan secara
matang.
 Memperluas atau memberikan tambahan pada lokasi yang sudah operasional.
 Memperbaiki teknologi yang sudah operasional dengan mengaplikasikan
prosedur yang benar.

Ketiga alternatif diatas dapat dilakukan di Indonesia, tetapi tergantung kepada kondisi
lingkungan setempat.

Prasyarat untuk aplikasi teknologi landfill adalah sebagai berikut:

 Harus memiliki potensi 1-2 juta ton sampah


 Lingkungan menyetujui untuk mengaplikasikan teknologi landfill gas
 Kapasitas produksi minimum adalah intake 400 ton sampah/hari
 Minimal kedalaman lahan 13 meter
 Luas lahan aktif minimal 16 hektar
 Lokasi harus tertutup dari kegiatan lain atau tidak ada masalah
 Pengubahan gas menjadi listrik menggunakan gas engine atau gas turbin.

F. Cara Pemurnian landfill gas


Penggunaan landfill gas untuk memproduksi tenaga listrik memerlukan pemurnian
dari uap air, CO2 dan H2S. Sementara penggunaannya untuk penerangan, masak,
pembakaran langsung untuk pemanasan (boiler) tidak memerlukan pemurnian gas.
Adapun cara penghilangan zat tersebut sebagai berikut:
 Menghilangkan uap air dengan mengalirkan gas melalui tabung yang berisi
kalsium klorida atau menginstall condensation trap pada bagian bawah pada
tabung penampung gas.
 Menghilangan CO2 dengan meniup gas melalui larutan kapur atau melalui
larutan NaOH encer.
 Menghilangkan H2S dengan mengalirkan gas melalui tabung yang
mengandung serbuk besi. Dengan cara ini sulfur ditangkap oleh ferik oksida
menjadi ferik sulfida.
 Tidak perlu menghilangkan partikel padat, karena tidak ada.
Ada cara lain yang paling mudah dan banyak diaplikasikan di USA yaitu
mengalirkan gas melalui aliran air dengan tekanan tinggi. Dengan cara ini dapat
dihasilkan metan dengan kemurnian 95%.

Daftar Pustaka

Murtadho, Djuli, dkk. 1988. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Padat. Jakarta : PT
Melton Putra.
Pedoman Bidang Studi.1987. Pembuangan Sampah. Departeman Kesehatan Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi
Pusat.
Sudrajat, R. 2009. Mengelola Sampah Kota. Jakarta : Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai