Anda di halaman 1dari 19

BAB

I
Pendahuluan
Capaian Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu :
• mengidentifikasi gugus fungsional asam berikut ini : asam karboksilat, b-
dikarbonil, imida, sulfonamida, sulfonilurea, tetrazoles, fenol, thiol, fosfat,
fosfonat dan sulfat
• mengidentifikasi gugus fungsional basa berikut ini : amina alifatik, amina
alisiklik (atau heterosiklik jenuh), amina aromatik, imina, hidrazin, amidina,
guanidina dan nitrogen yang mengandung heterosiklik aromatik
• mengklasifikasikan suatu molekul obat sebagai : asam, basa, amfoter,
elektrolit atau non-elektrolit

Bab ini fokus pada konsep dasar mengenai ilmu kimia medisinal, serta mengapa
konsep ini penting dalam menentukan keputusan terapetik. Secara sederhana,
kimia medisinal dapat didefinisikan sebagai kimia dari bagaimana obat bekerja.
Dengan kata lain, kimia medisinal merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana
cara mengidentifikasi atom spesifik atau gugus fungsional yang bertanggung jawab
untuk aksi biokimia/biologis spesifik. Untuk menggambarkan hal ini, mari kita
membandingkan struktur dan dosis dari kedua obat yang umum digunakan ini :
ibuprofen dan naproksen.


Kedua obat ini tersedia di apotek tanpa resep dari dokter (OTC; over the counter)
dan menghasilkan efek anti-inflamasi, analgetik dan antipiretik. Ibuprofen

3/9/2019 1
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti
merupakan obat dengan aksi yang lebih singkat dan harus diberikan setiap 4-6 jam,
sementara naproxen merupakan obat dengan aksi yang lebih panjang, sehingga
dapat diberikan setiap 12 jam. Dalam mengevaluasi struktur kimia kedua obat ini,
maka dapat ditemukan kemiripan (contoh: asam karboksilat dan gugus metil yang
berdekatan) dan perbedaan (cth, cincin bisiklik dengan gugus metoksi versus cincin
monosiklik dengan rantai alkil). Ilmu kimia medisinal berusaha untuk menjelaskan
perbedaan struktur (cth kimia) yang menghasilkan durasi aksi yang berbeda. Bila
hubungan ini telah diketahui, maka informasi ini dapat digunakan untuk
memprediksi durasi aksi relatif dari obat lain dalam kelas kimia/farmakologi yang
sama.

Tinjauan nomenklatur dan tata cara penomoran senyawa kimia
HIbridisasi Orbital dan Pembentukan Ikatan
Atom karbon dalam struktur dari suatu molekul obat dapat membentuk ikatan
tunggal, rangkap dua atau rangkap tida dengan atom lainnya seperti oksigen,
nitrogen, sulfur dan halogen. Agar ikatan ini dapat terbentuk maka, orbital 2s dan
2p harus membentuk orbital hibrid yang terdiri atas satu orbital s dan atau satu,
dua, atau tiga orbital p. Ikatan tunggal terdiri atas orbital hibrid sp3 dan membentuk
bentuk tetrahedral dengan sudut ikatan sekitar 109,5o. Ikatan rangkap dua terdiri
atas orbital hibrid sp2 membentuk bentuk planar dengan sudut ikatan sekitar
120oC. Ada dua komponen yang membentuk ikatan rangkap yakni adanya tumpang
tindih awal dari dua orbital sp2 dan tumpang tindih sisi ke sisi dari orbital p yang
tidak terhibridisasi yang dikenal sebagai suatu ikatan p. Ikatan rangkap tiga terdiri
atas orbital sp dan membentuk bentuk linear dengan sudut ikatan 180o. Serupa
dengan ikatan rangkap dua, ada beberapa komponen dari ikatan rangkap tiga,
tumpang tindih awal dari dua sp orbital dan dua orthogonal (sebagai contoh sudut
kanan) ikatan p yang terbentuk oleh dua set orbital p yang tidak terhibridisasi.

3/9/2019 2
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti
Konsep orbital hibrid juga berlaku pada atom nitrogen dan oksigen; meski
demikian, karena adanya tambahan elektron, suatu atom nitrogen mengandung 1
pasang elektron tak berpasangan sementara oksigen memiliki dua pasang elektron
tidak berpasangan. Orbital hibrid dari kedua atom ini memiliki bentuk yang saling
menyerupai; meski demikian sudut ikatan sedikit berbeda karena adanya sejumlah
elektron yang tidak berpasangan. Nitrogen mampu membentuk ikatan tunggal
dengan karbon, oksigen, nitrogen dan hidrogen; ikatan rangkap dua dengan karbon,
oksigen dan nitrogen; dan ikatan rangkap tiga dengan karbon. Oksigen mampu
membentuk ikatan tunggal dengan karbon, nitrogen dan hidrogen, ikatan rangkap
dua dengan karbon dan nitrogen.

Tata Cara Penomoran Cincin Alisiklik
Titik perlekatan cincin alisiklik seperti sikloheksana dan siklopentana ke molekul
obat ditetapkan sebagai karbon C1 dari cincin. Bila suatu substituen (cth: gugus
fungsional) terikat pada cincin, titik perlekatan ditetapkan sebagai nomor yang
paling kecil sebagai mana ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Hal ini juga
berlaku setiap kali dua atau lebih cincin subtituen ada.

3/9/2019 3
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti
Penandaan posisi cincin aromatik
Sebutan ortho, meta dan para biasanya digunakan untuk menunjukkan posisi
substitusi pada cincin aromatik. Penunjukan ini relatif terhadap titik perlekatan
cincin aromatik dengan molekul obat lainnya. Titik perlekatan ini juga disebut
sebagai karbon ipso atau posisi C1. Seperti yang ditunjukkan di bawah ini, sebutan
ortho mewakili pola substitusi 1,2 pada cincin benzena, sebutan meta mewakili pola
substitusi 1,3 dan sebutan para mewakili pola subtitusi 1,4. Saat melihat cincin
substitusi 2-metil, 4-hidroksil, perlu diingat bahwa gugus 2-metil berada pada
posisi meta terhadap keseluruhan molekul obat, gugus 4-hidroksil berada pada
posisi para terhadap keseluruhan molekul obat, dan bahwa gugus 2-metil dan 4-
hidroksil berada pada posisi meta satu sama lain (relatif satu sama lain, gugus ini
berada dalam pola subtitusi 1,3 atau meta satu sama lainnya). Sebagaimana yang
terlihat pada contoh terakhir, sebutan ini dapat menjadi lebih rumit dengan adanya
subtituen ganda dan cincin aromatik ganda. Pada beberapan contoh, maka ada
kemungkinan ipso karbon lebih dari satu dan suatu gugus fungsional dapat menjadi
ortho terhadap 1 karbon ipso dan dapat menjadi meta pada karbon ipso lainnya. Bila
and ingin mempelajari lebih dalam mengenai topik ini maka anda dapat membaca
referensi/buku yang ditulis oleh Solomon atau Dewick pada daftar pustaka di akhir
bab ini.


Penomoran Cincin Heterosiklik
Cincin heterosiklik mengandung atom lain selain karbon dan hidrogen (disebut
juga heteroatom). Tiga heteroatom paling utama pada cincin ini adalah NItrogen,
Oksigen dan Sulfur. BIla hanya ada satu heteroatom di dalam cincin, maka atom
tersebut berada pada posisi 1 pada cincin. Demikian pula dengan cincin alisiklik,
subtituen diberi nomor yang paling rendah. Bila ada heteroatom serupa di dalam

3/9/2019 4
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti
cincin (contoh 2 atom N), maka salah satunya di beri posisi "1" dan N lainnya diberi
nomor yang paling rendah dalam urutan penomoran cincin tersebut. Bila terdapat
dua heteroatom berbeda yang ada dalam cincin, heteroatom prioritas tertinggi
diberi posisi 1, dan heteroatom lainnya diberi penomoran yang paling rendah
lainnya. Prioritas ditentukan oleh berat molekul; sehingga sulfur adalah yang paling
prioritas, yang diikuti oleh oksigen pada urutan kedua dan nitrogen pada urutan
terakhir. Beberapa contoh disajikan di bawah ini. Untuk contoh tambahan lainnya
anda dapat merujuk pada referensi yang ditulis oleh Lemke pada akhir bab ini.


Dua contoh cincin heterosiklik adalah cincin purin dan pirimidin yang tampak pada
DNA dan RNA. Penomoran dari sistem cincin tersebut ditunjukkan pada gambar di
bawah.



Penomoran Gula
Gula dikelompokkan ke dalam aldosa atau ketosa bergantung terhadap adanya
suatu aldehid atau keton. Bila gula tersebut adalah aldosa, atom C aldehid selalu
berada pada posisi 1, dan C lainnya diberi nomor secara berurutan sebagai mana
pada gambar di bawah ini dengan memberi contoh glukosa dan ribosa. Bila gula
tersebut adalah ketosa, maka penomoran di mulai pada atom C yang terdekat ke

3/9/2019 5
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti
gugus keton. Umumnya C keton pada pada posisi 2 sebagai mana yang ditunjukkan
pada fruktosa di bawah ini.


Gula dapat dengan mudah membentuk struktur siklik. Gugus hidroksil dalam suatu
molekul gula dapat bereaksi dengan aldehid maupun keton membentuk hemiasetal
atau hemiketal, yang disajikan berurutan pada Gambar 1.1 di bawah ini. Meski
memungkinkan untuk semua gugus hidroksil dalam struktur gula membentuk
struktur siklik ini, namun cincin beranggotakan 5 atau 6 adalah yang paling umum.
Cincin beranggotakan 5 dikenal sebagai cincin furanosa, sedangkan cincin
beranggotakan 6 disebut cincin piranosa. Penomoran atom tidaklah berubah; meski
demikian stereokimia atom karbon yang umumnya membentuk hemiasetal atau
hemiketal dapat berupa a atau b yang akan dideskripsikan pada materi selanjutnya
di bawah ini.


Gambar 1.1 Contoh Hemiasetal, Hemiketal dan struktur siklis dari gula

3/9/2019 6
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti
Posisi Alpha (a), Beta (b), dan Omega (w)
Sebutan ini biasanya digunakan untuk mengidentifikasi atom karbon spesifik dalam
struktur suatu molekul obat. Posisi a digunakan untuk menunjukkan suatu karbon
atom yang terletak berdekatan dengan gugus karbonil (C = O) atau suatu
heteroatom, sementara posisi b digunakan untuk menunjukkan karbon atom
selanjutnya di dalam rantai. Kadang-kadang g dan d digunakan untuk menunjukkan
atom karbon ketiga dan keempat dalam suatu rantai. Ini merupakan cara alternatif
untuk menghitung jumlah atom karbon. Saat anda mempelajari berbagai kelas
molekul obat, anda akan menemukan bahwa beberapa molekul obat menggunakan
angka arab konvensional (mis. 1,2,3) untuk menghitung jumlah atom karbon,
sedangkan yang lain menggunakan penandaaan huruf yunani ini.
Gambar 1.2 memberikan beberapa contoh molekul obat yang menggunakan
sebutan a/b. Ibuprofen dan Naproxen, keduanya memiliki gugus metil yang terikat
langsung dengan asam karboksilat. Gugus metil ini berada pada posisi a, sehingga
secara kimia obat ini diklasifikasikan sebagai a-methylasylacetic acid (asam a-
metilasilasetat). Atom karbon yang langsung terikat pada pada amina primer dari
dopamin disebut sebagai a, sementara atom lainnya pada rantai etil ini disebut
sebagai posisi b. Penambahan gugus metil yang terikat langsung pada amina primer
menghasilan a-methyldopamine. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh penisilin G
dan ampisilin, molekul tunggal dapat memiliki lebih dari posisi a. Kedua obat ini
memiliki cincin b-laktam dan diklasifikasikan ke dalam antibiotika b-laktam.
Sebutan ini berasal dari fakta bahwa atom nitrogen yang terlibat dalam ikatan
laktam melekat pada karbon b.

3/9/2019 7
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti

Gambar 1.2. Contoh penandaan a dan b
Sebutan a/b juga digunakan pada gula siklik. Setiap kali aldehida atau keton
membentuk hemiasetal atau hemiketal, pusat stereokimia baru juga terbentuk.
Pusat stereokimia ini unik karena reaksi reversibel dapat dengan mudah mengubah
gula linear menjadi gula siklis dan sebaliknya, memungkinkan pusat kiral dengan
mudah berubah. Proses ini dikenal sebagai mutarotasi dan atom karbon chiral
disebut sebagai karbon anomerik. Bentuk isomer dari gula yang berbeda hanya
pada karbon amomerik suatu hemiasetal atau hemiketal disebut sebagai anomers.
Penandaan a dan b untuk stereokimia karbon anomerik didasarkan pada
perbandingan stereokimia karbon anomerik dengan stereokimia pusat kiral yang
paling jauh dari karbon anomerik. Sementara hal ini bisa menjadi sedikit rumit, ada
cara mudah untuk mengingat sebutan ini dengan gula yang paling ditemui (mis,
glukosam ribosa, deoksiribosa, fruktosa dan galaktosa). Bila gugus hidroksil berada
di bawah maka ditandai sebagai "a" dan bila gugus hidroksil berada di atas maka

3/9/2019 8
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti
ditandai sebagai "b". Contoh dengan menggunakan glukosa dan ribosa ditunjukkan
pada gambar di bawah :


Tanda w digunakan untuk mengidentifikasi atom karbon yang berada pada ujung
rantai alkil. Tanda w-1, w-2 dst, digunakan untuk menandai atom yang posisinya
secara berurutan 1 atau dua atom (atau lebih) dari ujung rantai alkil.



Penandaan Stereokimia
Penandaan berikut ini digunakan untuk mengidentifikasi enansiomer dan pusat
khiral. Penting untuk anda ingat bahwa istilah enansiomer merujuk pada molekul
obat secara utuh, sementara pusat khiral adalah suatu atom karbon tunggal.
Pembahasan mendetail akan disajikan pada BAB VII:
• (+)/(-) : Penandaan ini mengidentifikasi arah dimana enansiomer memutar
bidang cahaya terpolarisasi. Tanda (+) menunjukkan bahwa enansiomer
memutar bidang cahaya terpolarisasi ke arah kanan, atau searah jarum jam,
sementara tanda (-) menunjukkan bahwa enansiomer memutar bidang
cahaya terpolarisasi ke arah kirim atau berlawanan arah dengan jarum jam.

3/9/2019 9
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti
• d/l: Penandaan ini agak mirip dengan penandaaan (+)/(-). Tanda d
merupakan singkatan dari dekstrorotatori dan menunjukkan bahwa
enansiomer memutar bidang cahaya terpolarisasi ke arah kanan atau searah
jarum jam. Tanda l merupakan singkatan dari levorotatori dan mirip dengan
tanda (-), tanda ini menunjukkan bahwa enantiomer memutar bidang
cahaya terpolarisasi ke arah kiri atau berlawanan dengan jarum jam.
• D/L : Tanda ini merujuk pada konfigurasi absolut atau pengaturan sterik
dari atom pada atom karbon chiral. Tanda D/L dihubungkan dengan
stereokimia dari D- dan L-gliseraldehid dan digunakan terbatas pada
penandaan stereokimia dari gula dan asam amino.
• R/S : Mirip dengan tanda D/L, R/S merujuk kepada konfigurasi absolute
atom pada atom karbon khiral. Penandaan ini lebih disukai daripada
penandaaan D/L karena penandaan ini dapat diatur dengan menggunakan
aturan urutan yang dikembangkan oleh Cahn, Ingold dan Prelog.
• a/b : penandaan ini merujuk kepada konfigurasi absolut dari atom pada
atom karbon khiral; bagaimanapun tanda ini penggunaannya terbatas pada
ikatan steroid dan ikatan glikosidik. Bila digunakan pada steroid, tanda a
digunakan untuk gugus fungsional yang diproyeksikan jauh dari pengamat
(direpresentatikan sebagai garis putus-putus); sedangkan tanda b
digunakan untuk gugus fungsional yang diproyeksikan ke arah pengamat
(direpresentasikan sebagai garis lurus).


Gugus fungsional yang di dalam kotak memiliki posisi a,
gugus fungsional yang di dalam lingkaran atau elips memiliki posisi b

3/9/2019 10
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti
• Penandaan a dan b untuk ikatan glikosidik mengikuti aturan yang
didiskusikan sebelumnya mengenai gula siklik. Satu contoh ditunjukkan
pada Gambar 1.3 dengan menggunakan isomer a dan b dari metil
glukopiranosa. Pembahasan mendetail mengenai stereokimia ikatan
glikosidik dapat ditemukan pada buku-buku biokimia pada akhir bab ini.



Nomenklatur Steroid
Steroid-steroid endogen semuanya merupakan turunan dari kolesterol dan
memiliki 4 cincin yang diberi label A - D sebagaimana ditunjukkan pada struktur
estradiol (Gambar 1-4). Inti steroid tetrasiklik terdiri atas 17 atom karbon dan
diberi nomor seperti pada kolesterol. Penomoran dimulai pada cincin A dan
bergerak berlawanan arah jarum jam mengelilingi cincin A dan B (C1 hingga C10),
searah jarum jam mengitari cincin C (C11 hingga C14), kemudian berlawanan jarum
jam mengelilingi cincin D (C15 - C17). Semua steroid baik endogen, sintetik maupun
semisintetik memiliki rangka 17-atom ini. Gugus metil yang terikat pada C13 dan C10
ditandai sebagai C18 dan C19. secara berurutan dan rantai samping yang terikat pada
atom C17 mulai diberi tanda C20 and diberi nomor secara berurutan seperti yang
ditunjukkan oleh kolesterol.
Stereokimia pada posisi C8, C9, C10, C13, C14 dan C17 untuk semua estrogen, androgen,
progestin, glukokortikoid dan mineralkortikoid adalah sama dengan yang
ditunjukkan oleh estradiol, kolesterol dan testosteron (Gambar 1.4). Satu-satunya
pengecualian disini adalah posisi C10 pada estrogen (mis. estradiol) merupakan
bagian dari cincin aromatik A dan tidak khiral. Perlu diingat bahwa atom hidrogen
yang terikat pada C8, C9 dan C14 seringkali tidak ditunjukkan pada struktur steroid

3/9/2019 11
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti
namun diasumsikan hadir seperti yg ditunjukkan pada estradiol. Atom hidrogen
yang terikat pada posisi C8 selalu memiliki stereokimia b, dan atom hidrogen yang
terikat pada C9 dan C14 selalu memiliki stereokimia a. Gugus fungsional yang secara
alami terikat pada C10, C13 dan C17 selalu memiliki stereokimia b. Karbon C5
biasnaya merupakan bagian dari cincin aromatik, seperti yang terlihat pada
estradiol, atau ikatan rangkap seperti yang terlhat ada pada kolesterol dan
testosteron. Bila ikatan rangkap dikurangi, stereokimia subtituen C5 harus
ditunjukkan seperti yang ditunjukkan pada 5a-dihidrotestosteron.



Penandaan Peptida
Sejumlah kecil obat merupakan peptida, menyerupai peptida atau memiliki
komponen peptida sebagai bagian dari strukturnya. Peptida terdiri atas asam
amino. Setiap asam amino terdiri atas amina dasar dan karbon a yang terikat pada
rantai samping asam amino dan asam karboksilat. Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, tanda a diberikan karena atom karbon terikat langsung pada suatu

3/9/2019 12
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti
atom karbonil (mis, asam karboksilat). Penjelasan ringkas mengenai 20 asam
amino alami disajikan pada BAB II.


Struktur Umum Asam Amino
(R= rantai samping asam amino)

Peptida merupakan suatu polimer yang terdiri tas dua atau lebih asam amino yang
saling terhubung oleh ikatan amida (atau ikatan peptida). Suatu dipeptida terdiri
atas dua asam amino, tripeptida terdiri atas 3 asam amino, dan demikian pula
seterusnya. Secara konvensional, urutan peptida biasanya digambar dengan ujung
amino di kiri dan ujung karbonil di kanan, dan urutan peptida biasanya dibaca dari
kiri ke kanan atau dari terminal amino ke terminal karbonil. Pengecualian terhadap
peptida siklis karena peptida ini tidak memiliki ujung kanan dan kiri. Contoh dari
tripeptida dan oktapeptida ditunjukkan pada gambar 1.5. Asam amino individual
telah ditandai pada tripeptida sehingga anda mengeindentifikasi urutan berulang
dari Nitrogen-a Karbon (dengan rantai samping) - karbonil yang tampak pada
peptida dan protein. Urutan triad ini mewakili urutan universal dari rangka asam
amino. Pengenalan urutan ini sangat penting untuk pembacaan peptida atau
peptida mimik (menyerupai peptida) yang benar. Terminal amino, terminal
karbonil dan contoh ikatan peptida telah ditandai di dalam kotak pada oktapeptida.




3/9/2019 13
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti

Oktapeptida : Asp-Ser-Val-Tyr-Ile-His-Cys-Ala


Gambar 1.5. Contoh Tripeptida dan Oktapeptida
Ada sejumlah besar enzim dalam tubuh manusia yang mengkatalisasi pembelahan
protein dan peptida pada tempat/situs spesifik. Tanda P1 dan P1' digunakan untuk
menunjukkan situs pembelahan dimana tanda P1 berhubungan dengan asam
amino yang mengandung gugus karbonil dan tanda P1' berhubungan dengan asam
amino yang mengandung atom N. Penentuan jumlah asam amino yang berdekatan
secara bertahap meningkat dengan P2, P3,P4 dll., penandaan secara bertahan
bergerak ke kiri (atau ke arah ujung amino) dan penandaan P2', P3', P4' dan lain-
lain secara bertahap bergerak ke kanan (atau ke arah ujung karbonil). Secara
contoh, mari kita mengevaluasi oktapeptida pada gambar 1.5. Jika dibelah secara

3/9/2019 14
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti
enzimatik antara residu valin dan tirosin, maka penandaan berikut dapat diberikan
:



Penandaan ini penting pada saat mengevaluasi molekul obat yang menghambat
enzim tertentu dengan beraksi sebagai peptida mimik. Sebagai contoh mari kita
melihat enalaprilat, suatu tripeptida mimik yang menghambat enzim Angiotensin
Converting Enzyme (ACE). Enzim ini relatif tidak spesifik dan dapat memotong
residu dipeptida dari terminal carbonil peptida (mis, carboxypeptidase). Aksi
utamanya adalah memotong angiotensin I, suatu dekapeptida yang tidak aktif,
menjadi Angiotensin II, suatu oktapeptida yang bila terikat pada reseptornya maka
dapat beraksi sebagai vasokonstriktor yang poten. Penghambatan terhadap enzim
ini oleh enalaprilat mencegah bisintesis angiotensin II sehingga dapat digunakan
untuk mengobati hipertensi dan penyakit jantung lainnya. Sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 1.6, situs pembelahan/pemotongan angiotensin I berada
di antara residu fenilalanin dan histidin. Sehingga, tanda P1 diberikan kepada
fenilalanin dan tanda P1' diberikan kepada histidin. Asam amino lainnya diberi
tanda sesuai aturan yang dijabarkan di atas. Enalaprilat meniru urutan terminal
karboksil Phe-His-Leu dari angiotensin I. Karena ACE merupakan dipeptidase yang
relatif non selektif, enzim ini dapat bereaksi dengan enalaprilat. Fenilalanin dari
enalaprilat meniru asam amino P1, sementara alanin dan proline meniru asam
amino P1' dan P2'.


3/9/2019 15
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti

Gambar 1.6. Angiotensin I dan Enalaprilat

Nomenklatur Asam Amino
Sejumlah obat yang digunakan untuk pengobatan kanker, infeksi virus, dan kondisi
penyakit lainnya merupakan struktur analog dari nukleosida dan nukleotida alami
yang terdiri atas struktur RNA dan DNA. Suatu nukleosida terdiri atas basa nitrogen
(purin atau pirimidin) dan suatu gula (apakah ribosa, yang secara alami terdapat
pada RNA atau deoksiribosa yang umumnya terdapat pada DNA). Penambahan satu
atau lebih fosfat ke suatu nukleosida menghasilkan suatu nukleotida. Dua purin
yang umum adalah adenin dan guanin, sementara tiga pirimidin yang umum adalah
cytosine, thymine dan uracil. Nama-nama purin dan primidin ini berubah sedikit
bergantung pada apakah mereka menjadi nukleosida atau menjadi nukleotida.
Berhubung anda akan banyak mempelajari mengenai analog nukleosida dan
nukleotida ini, maka ringkasan nomenklatur asam amino disajikan pada tabel 1.1.

3/9/2019 16
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti

Basa Nukleosida (
Nukleotida ( Basa+gula+fosfat)**
Nitrogen Basa + gula*)
Purin
Adenin Adenosine Adenosine monophosphate (Adenylate)
Guanine Guanosine Guanosine monophosphate (Guanylate)
Pirimidine
Cytosine Cytidine Cytidine monophosphate (Cytidylate)
Thymine Thymidine Thymidine monophosphat (Thymidylate)
Uracil Uridine Uridine monophosphat (Uridylate)

*Nama ini berlaku bila gula yang dimaksud adalah ribosa. Bila gula tersebut adalah
deoxyribose, maka awalan deoxy ditambahkan pada nama nukleosida (mis.
deoxyadenosine)
**Nama-nama di dalam kurung umumnya digunakan untuk menyebut bentuk
terionisasi dari monofosfat. Nukleotida juga dapat berupa difosfat dan trifosfat.

Rekomendasi-rekomendasi Pustaka
Referensi di bawah ini digunakan dalam penyusunan BAB ini. Buku Lemke1
direkomendasikan untuk anda yang ingin pengertian lebih mendalam mengenai
kimia organik dari gugus fungsional. Buku Foye's2,3 dan Wilson and Gisvold4
direkomendasikan untuk anda yang ingin belajar lebih banyak mengenai kimia
medisinal dari molekul obat spesifik dan kelas molekul obat spesifik. Semua buku
ini disusun berdasarkan kelas obat mayor (seperti antikolinergika,
sedativa/hipnotika, diuretika) dan memberikan penjelasan yang komprehensif
mengenai kimia medisinal dari obat-obat yang tersedia di pasaran. Essentials of
Foye's Principles memberikan ringkasan dalam bentuk point-point dari setiap obat
dan kelas obat dan lebih cocok untuk mahasiswa (student-friendly) dibandingkan
buku sebelumnya. SIlverman dan Burger's merupakan buku yang memiliki cakupan
penjelasan yang lebih luas mengenai kimia medisinal, sehingga sangat bagus
sebagau buku rujukan dalam pengembangan topik desain obat dan pengembangan

3/9/2019 17
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti
obat. Kedua buku ini sangat direkomendasikan untuk anda yang tertarik pada
bidang tersebut. Buku Goodman and Gillman juga sumber yang sangat berharga.
Meski utamanya buku ini merupakan buku farmakologi, buku ini mengintegrasikan
dengan baik antara farmakologi dengan kimia medisinal dan terapeutik. Buku ini
memberikan informasi mendalam mengenai mekanisme aksi dari semua obat atau
kelas obat dan merupakan pelengkap yang sangat baik bagi buku Foye dan Wilson
and Gisvold. Solomons, Dewick, Lehninger, dan Stryer sangat direkomendasikan bagi
pembaca yang menginginkan tinjauan mengenai kimia oganik tertentu dan
biokimia. Clinical Pharmacology13, Facts and Comparison14, Micromedex15
adalah sumber online yang luar biasa untuk informasi obat. Semua referensi ini
memiliki informasi komprehensif untuk setiap obat komersil.

Referensi
1. Lemke TL, Roche VF, Zito S, Review of Organic Functional Group, 5th ed.
Baltimore, MD: Wolters Kluwer/Lippincot Williams & Williams; 2011
2. Lemke TL, William DA, Roche VF, Zito SW, eds. Foye's Principles of Medicinal
Chemistry. 7th ed. Philadelphia, PA: Wolters Kluwer/Lippincot
Williams&Williams; 2013
3. Lemke TL, Roche VF, Zito SW, William DA. Essentials of Foye's Principles of
Medicinal Chemistry. Philadelphia, PA: Wolters Kluwer; 2017
4. Beale JM, Block JH eds. Wilson and Gisvold's Textbook of Organic Medicinal
and Pharmaceutical Chemistry, 12 th ed. Philadelphia PA: Wolters
Kluwer/Lippincot Williams & Williams; 2011
5. Renslo A. The organic Chemistry of Medicinal Agents. New York: Mc Graw Hill;
2016
6. Silverman RB, Hollady MW, The Organic Chemistry of Drug Design and Drug
Action, 3rd ed. Boston, MA : Elsevier Academic Press; 2014.
7. Abraham DJ, Rotella DP, eds. Burger's Medicinal Chemistry, Drug Discovery
and Development. 7th ed. New York: John Wiley & Sons; 2010

3/9/2019 18
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti
8. Brunton LL, Chabner BA, Knollman BS, eds. Goodman and Gilman's The
Pharmacological Basis of Therapeutics. 12th ed. Nwe York: Mc Graw-Hill;
2011
9. Graham Solomons TW, Fryhle, CB, Snyder SA, Organic Chemistry. 12th ed.
New York: John Wiley & Sons, Inc., 2016.
10. Dewick PM. Essentials of Organic Chemistry for students of Pharmacy,
Medicinal Chemistry and Biological Chemistry, New York: John Wiley & Sons,
Inc.2006
11. Nelson DL, Cox MM, Lehninger Principles of Biochemistry, 6th ed. New York:
W.H. Freeman dan Company 2013.
12. Berg JM, Tymoczko JL, Gatto GJ, Stryer L. Biochemistry. 8th ed. New York:
W.H. Freeman and Company; 2015
13. Clinical Pharmacology Online. http://clinicalpharmacology.com. Gold
Standard Elsevier
14. Facts and Comparison eAnswer. http://www.wolterskluwercdi.com/facts-
comparisons-online. Wolters Kluwer Health
15. MIcromedex Healthcare Series. http://www.micromedexsolution.com/
micromedex2/librarian. Truven Health Analytics Inc.

3/9/2019 19
Basic Concepts in Medicinal Chemistry, 2nd Edition by Marc W Harrold & Robin M Zavod diterjemahkan oleh
Ida Adhayanti

Anda mungkin juga menyukai