Anda di halaman 1dari 79

Ekonomi manajerial bertujuan memberikan suatu kerangka kerja untuk menganalisis

keputusan-keputusan manajerial. Ekonomi manajerial berfokus pada aplikasi atau penerapan


teori-teori ekonomi mikro sehingga sering juga disebut Ekonomi Mikro terapan. Topik yang
sering dikaji adalah bagaimana perilaku konsumen dalam memilih barang dan jasa yang dibeli,
bagaimana perusahaan menggunakan tenaga kerja, modal dan input lainnya dalam proses
produksi agar meminimumkan biaya, bagaimana perusahaan menerapkan harga dengan
memperhatikan situasi persaingan pasar yang dihadapi oleh perusahaan, bagaimana
perusahaan melakukan investasi yang efektif dan berbagai keputusan manajerial lainnya.

Keputusan bisnis yang efektif harus dimulai dari identifikasi secara tepat apa yang menjadi
masalah bisnis itu. Masalah bisnis dapat dipahami sebagai penyimpangan yang terjadi antara
performansi bisnis aktual dan sasaran bisnis yang telah direncanakan misalnya penjualan
menurun, biaya produksi meningkat, produktifitas input tenaga kerja dan modal menurun,
keterampilan tenaga kerja rendah dsb.

Ekonomi manajerial mempelajari prilaku atau interaksi konsumen dan produsen di pasar.
Apabila informasi yang tepat tentang penyebab masalah bisnis yang timbul itu telah diperoleh,
maka keputusan bisnis yang efektif dapat dilakukan oleh para manajer.

Harrington (1995) mengemukan bahwa dewasa ini Amerika Serikat telah menerapkan sistim
manajemen bisnis total dalam suatu industri modern. Manajemen bisnis total mengintegrasikan
manajemen produktivitas total , manajemen kualitas total , manajemen sumberdaya manusia
total , manajemen teknologi total dan manajemen biaya total melalui pengembangan
sumberdaya manusia yang handal untuk memperoleh hasil optimum yang berorientasi pada
kepuasan konsumen. Sasaran akhir dari manajemen bisnis total adalah meningkatkan
kepuasan konsumen melalui perbaikan proses dari sistem industri secara terus menerus.

Ekonomi manajerial menggunakan konsep-konsep ekonomi mikro dan metodologi pembuatan


keputusan untuk memecahkan masalah-masalah manajerial dalam suatu organisasi khususnya
organisasi bisnis yang berorientasi pada pasar yang kompetitif. Jadi kombinasi antara
pengalaman-pengalaman bisnis, pemahaman tentang konsep teori ekonomi dan metodologi
pembuatan keputusan tersebut akan menjadi suatu yang sangat mendukung untuk
menerapkan konsep ekonomi manajerial dalam dunia bisnis modern. Ukuran sesungguhnya
untuk keberhasilan manajer dalam memahami ekonomi manajerial adalah apakah pada saat
membuat keputusan manajerial itu efektif atau tidak efektif.

KONSEP DASAR TEORI PERMINTAAN

Permintaan adalah kuantitas barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh
konsumen selama periode waktu tertentu (jam, hari, minggu,..dst).
Model matematika dari konsep permintaan adalah :
QDX = f(Px, I, Pr, Pe, Ie, PAe, T, N, A, F, O)

QDX = Kuantitas barang atau jasa X


F = Notasi fungsi yang berarti tergantung pada
Px = Harga dari barang/jasa X
I = Pendapatan konsumen
Pr = Harga dari barang lain berkaitan
Pe = Ekspektasi konsumen terhadap harga dari dari barang/jasa X di masa
datang
Ie = Ekspektasi konsumen terhadap tingkat pendapatannya di masa datang
PAe = Ekspektasi konsumen terhadap ketersediaan dari dari barang/jasa X di
masa datang
T = Selera konsumen
N = banyaknya konsumen potensial
A = Pengeluaran Iklan
F = Features atau atribut dari barang/jasa tersebut
O = Faktor faktor Spesifik lain yang berkaitan dengan permintaan terhadap
barang/jasa tersebut
Sedangkan pengaruh perubahan dari setiap variabel tersebut terhadap permintaan barang/jasa
X adalah :

Tanda Slop
NO. Nama Variabel Simbol Bentuk Hubungan
Parameter
1 Harga Produk P Negatif (terbalik) Negatif (-)

2 Pendapatan Konsumen I Positif (searah) untuk Positif (+)


produk normal &
Negatif (terbalik) untuk Negatif (-)
produk inferior

3 Harga Produk Lain Pr Positif (searah) untuk Positif (+)


produk subtitusi &
Negatif (terbalik) untuk Negatif (-)
produk komplementer

4 Ekspektasi harga produk Pe Positif (searah) Positif (+)


di masa mendatang

5 Ekspektasi pendapatan Ie Positif (searah) Positif (+)


konsumen di masa
mendatang

6 Ekspektasi ketersediaan PAe Negatif (terbalik) Nagatif (-)


produk di masa
mendatang
7 Selera konsumen T Positif (searah) Positif (+)

8 Banyaknya konsumen N Positif (searah Positif (+)


potensial

9 Pengeluaran iklan A Positif (searah) Positif (+)

10 Features atau atribut F Positif (searah) Positif (+)


produk

Bagaimana agar permintaan barang/jasa X terus naik?

Hubungannya dengan Harga barang X(sifatnya negatif) : Contohnya Strategi penetapan


harga HP merek Vivo yang lebih rendah dari merek lain yang sama fungsi untuk meningkatkan
permintaan HP tersebut.

Hubungannya dengan Pendapatan konsumen : (sifatnya negatif untuk barang inferior)


Misalnya seorang mantan mahasiswa yang dulu pengguna bus sekolah, sekarang berhenti
sebagai pengguna bus tersebut karena telah bekerja dan memiliki pendapatan yang lebih tinggi
dari sebelumnya. Jadi pelajaran bagi manajer adalah bagaimana terus mengupayakan
pelayanannya untuk mengantisipasi konsumen yang naik pendapatannya agar tidak
meningggalkan produk sebelumnya. (sifatnya positif untuk barang normal), Contohnya bila
pendapatan konsumen meningkat akan menyebabkan permintaan akan Hp semakin
meningkat.

Hubungannya dengan Harga barang X : (untuk barang subtitusi) Contohnya Bila harga
kompor gas semakin tinggi, maka permintaan kompor minyak sebagai subtitusi dari kompor gas
akan meningkat untuk menggantikan (subtitusi) kompor gas yang tinggi harganya. (untuk
barang kokplementer) contohnya bila harga gas naik yang merupakan komplementer dari
kompor gas, maka permintaan kompos gas akan turun.

Hubungannya dengan Ekspektasi konsumen terhadap Harga barang X pada masa yang
akan datang (sifatnya postif). Contohnya bila diumumkan akan ada kenaikan harga BBM,
pada satu bulan yang akan datang, maka terjadi kenaikan permintaan BBM

Hubungannya dengan Ekspektasi konsumen terhadap pendapatannya pada masa yang


datang (sifatnya positif): Contohnya Bla konsumen memprediksi dirinya akan mengalami
peningkatan pendapatan pada masa yang akan datang, maka konsumen tersebut akan
melakukan permintaan pada suatu barang, dan bisa dengan cara kredit untuk memilikinya.
Hubungannya dengan ekspektasi konsumen terhadap ketersediaan barang X pada masa
yang datang (sifatnya negatif). Contohnya prediksi konsumen akan terjadi kelangkaan gas 3
kg sehingga akan melakukan peningkatan permintaan terhadap gas tersebut

Hubungannya dengan selera konsumen terhadap barang X (sifatnya positif): Contohnya


bila konsumen memiliki selera yang baik terhadap Hp merek Oppo, maka akan terjadi
peningkatan permintaan HP merek tersebut.

Hubungannya dengan Konsumen potensial terhadap barang X(sifatnya positif).


Contohnya permintaan motor Yamaha Fino semakin meningkat karena model motor tersebut
dianggap cocok untuk remaja putri dimana jumlah penduduk remaja putri semakin meningkat
pula.

Hubungannya dengan biaya promosi barang X(sifatnya positif) : Contohnya pasta gigi
merek pepsoden mengalami peningkatan permintaan karena adanya peningkatan biaya
promosi barang tersebut.

Hubungannya dengan atribut barang X(sifatnya postif). Contohnya meskipun mesinya


sama tetapi Toyota Avansa dianggap lebih bagus dibandingkan dengan Daihatsu Xenia
sehingga permintaan Toyota Avanza lebih banyak(mengabaikan faktor harga).

ANALISIS PERMINTAAN

Manajemen bisnis harus mampu melakukan analisis tentang bagaimana permintaan pasar
terhadap produk yang sedang dihasilkan oleh bisnis itu.

Suatu perusahaan harus memiliki informasi yang baik tentang fungsi permintaan dari produk
yang dihasilkannya agar dapat dibuat keputusan manajerial yang tepat yang berkaitan dengan
target perusahaan tersebut. Misalanya bagaimana pengaruh harga terhadap produk
perusahaan tersebut sehingga akan membantu manajemen dalam penetapan harga produk
tersebut. Contoh lain bagaimana pengaruh iklan terhadap permintaan produk sehingga akan
membantu manajemen dalam penetapan anggaran iklan yang efektif.

Model lain dari fungsi permintaan dinyatakan :

QDX = f(Px,II, Pr, Pe, Ie, Pae, T, N, A, F, O) = f(Px)

Dimana tanda (I) menunjukkan bahwa semua variiabel setelah tanda tersebut dianggap
konstan.

Contoh : survey pasar di Makassar atas permikntaan TV warna 20 inchi di peroleh fungsi
permintaannya sbb :

QDX = -1,4 – 15Px + 7,5Pr + 2,6I + 2,5A

QDX = Kuantitas permintaan (penjualan) TB Warna dalam ribuan unit


Px = Harga TV warna dalam ribuan unit
I = Pendapatan konsumen
Pr = Harga dari barang lain berkaitan
Pe = Ekspektasi konsumen terhadap harga dari dari barang/jasa X di masa
datang
Ie = Ekspektasi konsumen terhadap tingkat pendapatannya di masa datang
PAe = Ekspektasi konsumen terhadap ketersediaan dari dari barang/jasa X di
masa datang
T = Selera konsumen
N = banyaknya konsumen potensial
A = Pengeluaran Iklan
F = Features atau atribut dari barang/jasa tersebut
O = Faktor faktor Spesifik lain yang berkaitan dengan permintaan terhadap
barang/jasa tersebut

Tahun 1996 saat survey pasar dilakukan, rata harga TV warna 20 inchi (fungsi banyak) di pasar
Makassar adalah Rp. 1,1 Juta dan rata-rata harga (fungsi terbatas) adalah Rp. 0,9 Juta. Rata-
rata pendapatan konsumen Rp 10 juta pertahun. Total pengeluaran iklan untuk jenis TV
tersebut (fungsi banyak) adalah Rp. 5 M. Berdasarkan informasi tersebut, maka analisis
permintaanya adalah

QDX = -1,4 – 15Px + 7,5Pr + 2,6I + 2,5A

QDX = -1,4 – 15Px + 7,5(9) + 2,6(10) + 2,5(50)

QDX = 217,1 – 15Px

Jadi berdasarkan fungsi permintaann tersebut, maka pihak manajemen dapat menyusun skedul
permintaan produk X berdasarkan pengaruhnya terhadap harga yang dapat dibuat dalam
bentuk tabel maupun kurva sbb :

Titik Kombinasi Harga Jual Produk, P Kuantitas Permintaan Q


(P,Q) (Rp. 100.000) (Ribu Unit)
A 14,473 0,005
B 13,473 15,005
C 12,473 30,005
D 11,473 45,005
E 10,473 60,005
F 9,473 75,005
G 8,473 90,005
H 7,473 105,005
I 6,473 120,005

Bentuk kurvanya :

Jadi dari skedul permintaan jenis TV tersebut, jika dibuat 9 alternatif kombinasi yaitu kombinasi
A,B,C,D,E,F,G,H,I, maka selanjutnya perlu dijawab pertanyan :

 Berapa ekspektasi kuantitas produk yang akan dibeli atau diminta oleh konsumen
pada suatu titik harga produk tertentu?

 Berapa harga produk yang sesuai dengan titik kuantitas permintaan oleh
konsumen?

Jadi jika rata-rata harga TV 20 inci (fungsi banyak) atau harga rata-rata industri adalah Rp. 1,1
juta sedangkan harga rata-rata produk subtitusinya (fungsi terbatas) Rp. 900 ribu, maka bagi
perusahaan yang kompetitif akan menetapkan harga antara Rp. 1,1 juta dengan Rp. 900 ribu.
Misalnya ditetapkan harga (fungsi banyak) Rp. 1,05 juta, maka jawaban dari pertanyaan
pertama adalah :

QDX = 217,1 – 15Px = 217,1 – 15(10,5) = 59,6 atau 59.600 unit


Dalam ekonomi manajerial, harga Rp. 1,05 juta perunit disebut sebagai harga permintaan yaitu
harga maksimum yang dapat dikenakan pada konsumen agar mampu terjual sejumlah
kuantitas tertentu dari suatu produk.

Jadi bila produsen ingin menjual produk tersebut sebanyak 59.600 unit, maka harus ditetapkan
harga maksimum sebesar Rp. 1,05 juta

Bagaimana bila dipaksakan ditetapkan harga mengikuti rata-rata harga (fungsi banyak) Rp. 1,1
juta?, maka produsen hanya boleh berharap menjual sebanyak 52.100 unit. Perhitungannya
sbb :

QDX = 217,1 – 15Px = 217,1 – 15(11) = 52,1

Jadi bila ditetapkan harganya Rp. 1,05 juta perunit, maka produsen harus mampu
menghasilkan produk sejumlah 59.600 unit karena sebanyak inilah yang mungkin akan diminta
oleh konsumen dengan, dan produsen yang profesional harus mampu memperhatikan
ketepatan waktu dalam menyiapkan produknya untuk memenuhi permintaan pasar tersebut.

Katakanlah produsen ternyata hanya mampu menghasilkan 55.000 unit, lalu berapa harga
perunit yang diharapkan?.

PX = (217,1/15 – (15)-1QDx = 14,473 – 0,067 QDx

= 14,473 -0,067(55) = 10,8 (dibulatkan)

Dengan demikian harga perunit adalah Rp. 1,08 juta

ANALISIS PERUBAHAN FUNGSI PERMINTAAN

Misalnya, mengapa harga rumah meskipun meningkat, terkadang permintaan terhadap produk
perumahan tetap meningkat?. Ini seolah-olah bertentangan dengan hukum permintaan. Untuk
itu seorang manajer perlu memahami konsep dan analisis perubahan fungsi permintaan (bukan
perubahan jumlah yang diminta) agar mampu menjelaskan penomena tersebut.

Bila salah satu variabel penentu permintaan (di luar variabel harga) dalam fungsi permintaan
berubah nilainya, maka akan menghasilkan fungsi permintaan baru yang mengakibatkan
adanya pergeseran kurva permintaan sehingga bila pengaruh variabel tersebut lebih besar dari
pengaruh harga, maka seolah olah kenaikan harga produk diikuti oleh kenaikan permintaan.
Pada konteks seperti ini hukum permintaan tetap berlaku bahwa bila harga naik akan
menyebabkan permintaan produk akan turun. Namun penurunan permintaan tersebut
dipengaruhi pula kenaikan permintaan yang lebih besar sebagai akibat dari pengaruh (misalnya
iklan).
Pada kasus TV warna 20 inci, peningkatan pengeluaran iklan akan merobah pola permintaan
produk tersebut. Hal ini dapat dijelaskan sbb:

Misalnya pengaruh peningkatan pengeluaran iklan sebesar 20% (dari 5 M menjadi 6 M), maka
Fungsi permintaan TV warna 20 inchi (fungsi banyak) di Pasar Makassar tahun 1996 yang
sebelumhya adalah :

QDX = -1,4 – 15Px + 7,5Pr + 2,6I + 2,5A

= -1,4 – 15Px + 7,5(9)+ 2,6(10) + 2,5(50)

= 217,1 – 15Px

Akan menjadi :

QDX = -1,4 – 15Px + 7,5Pr + 2,6I + 2,5A

= -1,4 – 15Px + 7,5(9)+ 2,6(10) + 2,5(60)

= 242,1 – 15Px

Ataukah bila anggaran iklan diturunkan dari 5M menjadi 4 M, maka Fungsi permintaan TV
warna 20 inchi (fungsi banyak) di Pasar Makassar tahun 2017 sebagai akibat penurunan
anggaran iklan sebesar 20% tersebut akan menjadi:

QDX = -1,4 – 15Px + 7,5Pr + 2,6I + 2,5A

= -1,4 – 15Px + 7,5(9)+ 2,6(10) + 2,5(40)

= 192,1 – 15Px

Sedangkan skedul dari ketiga fungsi permintaan TV tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Skedul Permintaan dari Ketiga Fungsi Permintaan TV Warna 20 Inchi

Quantitas Permintaan Quantitas Permintaan Quantitas Permintaan


Harga
(Ribu Unit) (Ribu Unit) (Ribu Unit)
(R. 100.000)
D0 : A = 50 D1 : A = 60 D2 : A = 40
14,473 0,005 25,005 0
13,473 15,005 40,005 0
12,473 30,005 55,005 5,005
11,473 45,005 70,005 20,005
10,473 60,005 85,005 35,005
9,473 75,005 100,005 50,005
8,473 90,005 115,005 65,005
7,473 105,005 130,005 80,005
6,473 120,005 145,005 95,005

Catatan : kuantitas permintaan selalu bernilai positif, paling rendah bernilai nol.

Perubahan permintaan yang menggeser kurva permintaan televisi dapat dilihat pada kurva
berikut :

Pengaruh Perubahan Variabel Penentu Permintaan terhadap perubahan Kuantitas


Permintaan Produk.

Permintaan Permintaan Tanda Slop


NO. Nama Variabel Simbol
Meningkat Menurun Parameter
1 Pendapatan konsumen : I
 Produk normal I Meningkat I Menurun Positif (+)
 Produk inferior I Menurun I Meningkat Negatif (-)

2 Harga Produk Lain yang Pr Pr Pr Menurun Positif (+)


berkaitan : Meningkat Pr Meningkat Negatif (-)
 Produk subtitusi Pr Menurun
 Produk
komplementer
3 Pe Pe Menurun Positif (+)
Ekspektasi harga produk Pe
Meningkat
4 di masa mendatang : Ie Ie Menurun Positif (+)

Ekspektasi pendapatan Ie Meningkat


konsumen di masa
5 mendatang PAe Pae Negatif (-)
meningkat
Ekspektasi ketersediaan Pae
produk di masa Menurun
mendatang
6 T Positif (+)
Selera konsumen T Menurun
7 N Positif (+)
Banyaknya konsumen T Meningkat N Menurun
potensial
8 A N Meningkat Positif (+)
Pengeluaran iklan A Menurun
9 F Positif (+)
Features atau atribut A Meningkat F Menurun
produk
F Meningkat

Catatan : Permintaan meningkat apabila kurva permintaan bergeser ke kanan,


sedangkan menurun apabila kurva permintaan bergeser ke kiri

KONSEP DASAR TEORI PENAWARAN

Penawaran adalah kuantitas produk yang ditawarakan untuk dijual di pasar yang secara umum
sangat bergantung pada sejumlah variabel. Variabel-variabel tersebut antara lain:
 Harga dari produk X yang ditawarkan itu (Px)
 Harga dari input yang digunakan untuk memproduksi produk X (Pi)
 Harga dari produk lain yang berkaitan (Pr)
 Tingkat teknologi yang tersedia (T)
 Ekspektasi produsen berkaitan dengan harga produk X yang ditawarkan itu di
masa mendatang (Pe)
 Banyaknya perusahaan yang memproduksi produk sejenis yang ditawarkan itu
(Nf)
 Faktor-faktor spesifik lain yang berkaitan dengan penawaran terhadap produk X
itu, misalnya kondisi perekonomian negara, fasilitas dari pemerintah, keadaan
politik dll. (O).
Hubungan kuantitas yang ditawarkan dengan variabel-varibel yang mempengaruhinya tersebut
dapat dinyatakan dalam bentuk model matematika :

Qsx = f(Px, Pi, Pr, T, Pe, Nf, O )


Sedangkan pengaruh perubahan dari setiap variabel tersebut terhadap penawaran barang/jasa
X adalah :

Tanda Slop
NO. Nama Variabel Simbol Bentuk Hubungan
Parameter
1 Harga Produk P Positif (searah) Positif(+)

2 Harga input Pi Negatif (terbalik) Negatif(-)

Positif (searah) untuk Positif (+)


3 Harga Produk Lain Pr produk komplementer &
Negatif (terbalik) untuk Negatif (-)
produk subtitusi

4 Ekspektasi harga produk Pe Negatif(terbalik) Negatif (-)


di masa mendatang

5 Tingkat teknologi yang N Positif (searah) Positif (+)


tersedia

6 Banyaknya perusahaan Nf Positif (searah) Positif (+)


sejenis

ANALISIS PENAWARAN

Model lain dari fungsi penawaran dinyatakan :

QSX = f(Px,IPi, Pr, Pe, N, O) = f(Px)

Dimana tanda (I) menunjukkan bahwa semua variiabel setelah tanda tersebut dianggap
konstan.

Contoh : dengan menggunakan data hipotesis, telah dilakukan analisis penawaran sewa ruang
untuK Mall di Makassar pada tahun 2016 dengan fungsi penawaran sbb :

QSX = 325 + 7Px – 0,25Pi – 8Pr + 5Nf

QSX = Kuantitas penawaran sewa ruang Mall dalam ribuan unit


Px = Harga sewa ruang Mall dalam ribuan unit
Pi = Harga input (biaya) pembangunan ruang Mall dalam US$/m 2
Pr = Harga sewa ruang perkantoran dalam US$/ m2
N = Banyaknya pengembang yang menawarkan sewa ruang Mall dalam unit
perusahaan

Misalnya pada saat analisis penawaran ini dilakukan diperoleh informasi bahwa rata-rata harga
sewa ruang Mall di pasar Makassar adalah US$ 75 perm2 perbulan. Rata-rata biaya
pembangunan ruang Mall adalah US$500 perm2. Rata-rata harga sewa ruang perkantoran
US$25 perm2 perbulan dan jumlah pengembang yang menawarkan sewa ruang Mall sebanyak
20 perusahaan. Berdasarkan informasi tersebut, maka analisis penawarannya adalah :

QSX = 325 + 7Px – 0,25Pi – 8Pr + 5Nf

QSX = 325 + 7Px – 0,25(500) – 8(25) + 5(20)

QSX = 100 + 7Px

Jadi berdasarkan fungsi penawaran tersebut, maka pihak manajemen dapat menyusun skedul
penawaran produk X berdasarkan pengaruhnya terhadap harga yang dapat dibuat dalam
bentuk tabel maupun kurva sbb :

Titik Kombinasi Harga sewa ruang, P Kuantitas Penawaran Q


(P,Q) (US$/m2perbulan)) (Ribu m2)
A 100 800
B 90 730
C 80 660
D 70 590
E 60 520
F 50 450
G 40 380
H 30 310
I 20 240

Bentuk kurvanya :
Jadi dari skedul penawaran ruang Mall tersebut, jika dibuat 9 alternatif kombinasi yaitu
kombinasi A,B,C,D,E,F,G,H,I, maka berbagai keputusan yang berkaitan dengan penawaran
ruang Mall dapat dilakukan secara efektif. Misalnya :

Jika harga yang berlaku di pasar telah ditentukan ataupun jika ingin memasuki pasar dengan
menetapkan harga dari suatu produk, berapa kuantitas barang yang ditawarkan yang sesuai
dengan harga tersebut?

Misalnya ditetapkan sewa ruang Mall sebesar US$75m2 perbulan, maka kuantitas barang yang
ditawarkan yang sesuai dengan harga tersebut adalah :

QSX = 100 + 7Px = 100+7(75) = 625 =625.000 m2

Dalam ekonomi manajerial, harga US$75/m2perbulan disebut sebagai harga penawaran yaitu
harga minimum yang mampu mendorong produsen untuk menwarkan sejumlah output.

ANALISIS PERUBAHAN FUNGSI PENAWARAN

Misalnya, mengapa harga semen meskipun harga dasar telah dinaikkan, tetapi kuantitas semen
yang ditawarkan oleh produsen tidak meningkat malahan menurun? Ini seolah-olah
bertentangan dengan hukum penawaran. Untuk itu seorang manajer perlu memahami konsep
dan analisis perubahan fungsi penawaran (bukan perubahan jumlah yang ditawarkan) agar
mampu menjelaskan penomena tersebut.
Bila salah satu variabel penentu penawaran (di luar variabel harga) dalam fungsi penawaran
berubah nilainya, maka akan menghasilkan fungsi penawaran baru yang mengakibatkan
adanya pergeseran kurva penawaran sehingga bila pengaruh variabel tersebut lebih besar dari
pengaruh harga, maka seolah olah kenaikan harga produk tidak diikuti oleh kenaikan
penawaran dari produsen. Pada konteks seperti ini hukum penawaran tetap berlaku bahwa bila
harga naik akan menyebabkan penawaran produk akan meningkat. Namun kenaikan
penawaran tersebut dipengaruhi pula oleh penurunan penawaran yang lebih besar sebagai
akibat dari pengaruh (misalnya kanaikan harga input).

Pada kasus sewa ruang Mall, peningkatan harga input akan merobah pola penawaran produk
tersebut. Hal ini dapat dijelaskan sbb:

Misalnya pengaruh peningkatan harga input sebesar 50% (dari US$500/m2 menjadi
US$750/m2), maka Fungsi penawaran sewa ruang Mall di Pasar Makassar tahun 2016 yang
sebelumhya adalah :

QSX = 325 + 7Px – 0,25Pi – 8Pr + 5Nf

QSX = 325 + 7Px – 0,25(500) – 8(25) + 5(20)

QSX = 100 + 7Px

Akan menjadi :

QSX = 325 + 7Px – 0,25Pi – 8Pr + 5Nf

QSX = 325 + 7Px – 0,25(750) – 8(25) + 5(20)

QSX = 37,5 + 7Px

ataukah harga input diturunkan sebesar 50% (dari US$500/m2 menjadi US$250/m2), maka
Fungsi penawaran sewa ruang Mall di Pasar Makassar tahun 2016 akan menjadi :

QSX = 325 + 7Px – 0,25Pi – 8Pr + 5Nf

QSX = 325 + 7Px – 0,25(250) – 8(25) + 5(20)

QSX = 162,5 + 7Px

Sedangkan skedul dari ketiga fungsi permintaan TV tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Skedul Permintaan dari Ketiga Fungsi Permintaan TV Warna 20 Inchi

Quantitas Permintaan Quantitas Permintaan Quantitas Permintaan


Harga
(Ribu Unit) (Ribu Unit) (Ribu Unit)
(R. 100.000)
D0 : A = 50 D1 : A = 60 D2 : A = 40
14,473 0,005 25,005 0
13,473 15,005 40,005 0
12,473 30,005 55,005 5,005
11,473 45,005 70,005 20,005
10,473 60,005 85,005 35,005
9,473 75,005 100,005 50,005
8,473 90,005 115,005 65,005
7,473 105,005 130,005 80,005
6,473 120,005 145,005 95,005

Catatan : kuantitas permintaan selalu bernilai positif, paling rendah bernilai nol.

Perubahan permintaan yang menggeser kurva permintaan televisi dapat dilihat pada kurva
berikut :

Pengaruh Perubahan Variabel Penentu Permintaan terhadap perubahan Kuantitas


Permintaan Produk.

Permintaan Permintaan Tanda Slop


NO. Nama Variabel Simbol
Meningkat Menurun Parameter
1 Pendapatan konsumen : I
 Produk normal I Meningkat I Menurun Positif (+)
 Produk inferior I Menurun I Meningkat Negatif (-)

2 Harga Produk Lain yang Pr Pr Pr Menurun Positif (+)


berkaitan : Meningkat Pr Meningkat Negatif (-)
 Produk subtitusi Pr Menurun
 Produk
komplementer
3 Pe Pe Menurun Positif (+)
Ekspektasi harga produk Pe
di masa mendatang : Meningkat
4 Ie Ie Menurun Positif (+)
Ekspektasi pendapatan
konsumen di masa Ie Meningkat
mendatang
5 PAe Pae Negatif (-)
Ekspektasi ketersediaan meningkat
produk di masa Pae
mendatang Menurun

6 T Positif (+)
Selera konsumen
T Menurun
7 N Positif (+)
Banyaknya konsumen
T Meningkat N Menurun
potensial
8 A N Meningkat Positif (+)
Pengeluaran iklan
A Menurun
9 F Positif (+)
Features atau atribut
A Meningkat F Menurun
produk
F Meningkat

Catatan : Permintaan meningkat apabila kurva permintaan bergeser ke kanan,


sedangkan menurun apabila kurva permintaan bergeser ke kiri

ELASTISITAS PERMINTAAN
Elastisitas mengukur persentase perubahan nilai variabel tidak bebas sebagai akibat dari
perubahan satu persen nilai variabel bebas

Elastisitas harga dari permintaan, biasa disingkat menjadi elastisitas permintaan (Ep) adalah
persentase perubahan kuantitas yang diminta dibagi dengan persentase perubahan harga

Koefisien elastisitas (Ep) selalu bernilai negatif karena harga dan kuantitas barang yang diminta
berhubungan negatif (∆Q/AP < 0) tetapi diucapkan dalam nilai mutlaknya

Nilai koefisien elastisitas permintaan (Ep) memberikan informasi apakah suatu produk elastis
atau inelastis, seperti pada tabel berikut :

Sensitivitas Permintaan Konsumen


Elastisitas Nilai absolut dari
NO. Terhadap Perubahan Harga
permintaan Koefisien Ep
Produk
1 Elastisitas sempurna I%ΔQI ˃ 0% dan I%ΔPI =0% Tidak Terdefinisi
2 Elastik I%ΔQI ˃ I %ΔP I ˃1
3 Elastik unitary I%ΔQI = I%ΔPI =1
4 Inelastik I%ΔQI ˂I%ΔPI ˂1
5 Inelastik sempurna I%ΔQI = 0% dan I%ΔPI ˃ 0% =0

Catatan : tanda I I = nilai absolut


koefisien elastik sempurna dan inelastik sempurna jarang ditemukan

Bila koefisien elastisitas permintaan sudah diketahui, maka manajer dapat membuat
keputusan yang efektif. Misalnya diketahui Ep produk X = -2,5. Bila ingin diperkirakan besarnya
peningkatan kuantitas yang diminta konsumen bila harga diturunkan sebesar 8 % adalah :

Ep = (% ΔQ/%ΔP)

-2,5 = (%ΔQ / -8%)

%ΔQ = -2,5 x -8% = 20% yang berarti manajer mengharapkan terjadi peningkatan
permintaan produk X sebesar 20% bila harga diturunkan 8%

Alternatif lain yang bisa dipertimbangkan adalah berapa besar persentase penurunan harga
bila dilakukan peningkatan penjualan sebesar 30%

Ep = (% ΔQ/%ΔP)

-2,5 = 30% /%ΔP

%ΔP = 30%/ -2,5% = -12% yang berarti manajer harus menurunkan harga produk X
sebesar 12% agar mampu meningkatkan penjualan sebesar 30%

Elastisitas permintaan dapat dihitung dengan dua cara yaitu :


Teknik perhitungan Elastisitas Tititk

Elastisitas titik adalah pengukuran elastisitas permintaan yang dilakukan pada suatu titik
tertentu dari suatu kurva permintaan dengan menggunakan rumus :

Ep = (%ΔQ/% ΔP) = (ΔQ/Q)/ (ΔP/P)= (ΔQ/ ΔP)/ (P/Q)

Contoh : Bila fungsi permintaan produk X didefinisikan dengan persamaan :

Q = 245 – 3,5P, Berapa Ep pada titik harga US$ 10?

ΔQ /ΔP = -3,5

Q pada titik harga US$ 10 = 245 – 3,5 (10) = 210

Ep = (ΔQ/ΔP) / (P/Q) = (-3,5)/(10/210) = -0,167, yang berati bahwa bila harga produk
X berubah dalam prosentase yang kecil (mis. 1%) dari harga semula (US$10 perunit),
maka kuantitas yang diminta akan berkurang sebesar 0,167% . Hal ini menunjukkan
bahwa permintaan terhadap produk X bersifat inelastik

Teknik lain dalam perhitungan elastisitas titik adalah dengan merubahnya menjadi persamaam
permintaan invers linier P = (245/3,5) – (1/3,5)Q atau P=70-(1/3,5)Q

Ep pada titik harga US$10 perunit = (%ΔQ/% ΔP) = P/(P-c) = 10/(10-70) = 10/-60 = -0,167

Teknik perhitungan Elastisitas Interval ( Elastisitas Busur)

Berdasarkan informasi Ep yang konstan pada interval harga tertentu, seorang manajer dapat
mengambil kebijakan yang tepat pada interval harga tersebut. Ini berati bahwa meskipun ada
perubahan harga produk di pasar, namun perubahan tersebut masih berada pada interval
harga, maka kebijakan awal yang diambil masih efektif.

Untuk itu Elastisitas interval adalah pengukuran elastisitas permintaan yang dilakukan pada
sepanjang interval tertentu dari suatu kurva permintaan dengan menggunakan rumus Ep =
(%ΔQ/% ΔP) = (ΔQ/rata-rata Q)/ (ΔP/rata-rata P)= (ΔQ/ ΔP)/ (rata-rata P/rata-rata Q)

Contoh : Bila terdapat skedul permintaan sepatu olah raga di Makassar tahun
2017 dengan persamaan : QDX = 217,1 -15P

Harga jual Produk P Kuantitas Permintaan Q


No Titik Kombinasi (P,Q)
(Rp.100.000) (Ribu Unit)
A 13,0 22,1
B 12,0 37,1
C 11,0 52,1
D 10,0 67,1
E 9,0 82,1
F 8,0 97,1
G 7,0 112,1
H 6,0 127,1

Elastisitas Titik untuk fungsi permintaan QDx = 217,1 -15Px

Titik Kombinasi P Q Ep=(%ΔQ/% ΔP) =(ΔQ/ ΔP)/ Sifat Elastisitas


NO.
(P,Q) (Rp.100.000) (Ribu Unit) (P/Q) Permintaan

1 A 13,0 22,1 -8,82 Elastik


2 B 12,0 37,1 -4,85 Elastik
3 C 11,0 52,1 -3,17 Elastik
4 D 10,0 67,1 -2,24 Elastik
5 E 9,0 82,1 -1,64 Elastik
6 F 8,0 97,1 -1,24 Elastik
7 G 7,0 112,1 -0,94 Inelastik
8 H 6,0 127,1 -0,71 Inelastik

Elastisitas Interval untuk fungsi permintaan QDx = 217,1 -15Px

Interval
Interval Interval Harga Rata-rata Q Ep Sifat
NO. Quantitas Rata-rata P
(P,Q) (Rp.100.000) Elastisitas
(Ribu Unit) Permintaan

1 AB 13,0-12,0 22,1-37,1 12,5 29,6 -6,33 Elastik


2 BC 12,0-11,0 37,1-52,1 11,5 44,6 -3,87 Elastik
3 CD 11,0-10,0 52,1-67,1 10,5 59,6 -2,64 Elastik
4 DE 10,0-9,0 67,1-82,1 9,5 74,6 -1,91 Elastik
5 EF 9,0-8,0 82,1-97,1 8,5 89,6 -1,42 Elastik
6 FG 8,0-7,0 97,1-112,1 7,5 104,6 -1,08 Elastik
7 GH 7,0-6,0 112,1-127,1 6,5 119,6 --0,82 Inelastik

Contoh :Berapa Ep pada interval AB ( harga 13,0 – 12,0 dan kuantitas 22,1 sampai
37,1) adalah :
ΔQ /ΔP = -15

Rata-rata P = (13,0+12,0)/2 = 25,0/2 = 12,5

Rata-rata Q = (22,1+37,1)/2 = 59,2/2 = 29,6

Ep = (%ΔQ/% ΔP) = (ΔQ/ ΔP)/ (rata-rata P/rata-rata Q)

= -15(12,5/29,6) = -6,33

Faktor-faktor yang mempengaruhi Elastisitas Permintaan

 Banyak produk subtitusi yang tersedia di pasar pada tingkat harga kompetitif

 Penyesuaian periode waktu

 Masa pakai dari produk

 Derajat kepentingan atau kebutuhan konsumen terhadap produk

 Derajat kejenuhan pasar dari produk

 Range penggunaan dari produk

 Prosentase anggaran konsumen yang dibelanjakan untuk produk

Elastisitas Permintaan Dengan Penerimaan Total

Penerimaan total adalah total uang yang dibayarkan kepada produsen untuk suatu produk dan
dihiitung sebagai perkalian antara harga produk (P) dan kuantitas produk yang diminta (Q).
Formulanya adalah :

TR = P x Q,

Untuk menjelaskan hubungan antara elastisitas permintaan dengan penerimaan total, dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel Hubungan elastisitas permintaan TV 20 inci dengan penerimaan total


Titik
P Q TR = PxQ Ep Sifat
NO. Kombinasi
(Rp.100.000) (Ribu Unit) Elastisitas
(P,Q) (Rp. Ratusan Permintaan
juta)
1 A 13,0 22,1 287,3 -8,82 Elastik
2 B 12,0 37,1 445,2 -4,85 Elastik
3 C 11,0 52,1 573,1 -3,17 Elastik
4 D 10,0 67,1 671,0 -2,24 Elastik
5 E 9,0 82,1 738,9 -1,64 Elastik
6 F 8,0 97,1 776,8 -1,24 Elastik
7 G 7,0 112,1 784,7 -0,94 Inelastik
8 H 6,0 127,1 762,6 -0,71 Inelastik

Berdasarkan tabel di atas, bila harga harga rata-rata TV 20 inci di Makassar Rp. 1,1 juta
perunit, maka penerimaan totalnya (TR) sebesar Rp. 57,31 Milyar. Sedangkan Ep = -3,17 yang
berarti permintaan TV pada harga tersebut adalah elastik karena setiap perubahan harga jual
(misalnya meningkat sebesar 1% ) akan menurunkan kuantitas permintaan sebesar 3,17%.
Bila perusahaan berhasil menurunkan biaya produksi sehingga mampu dijual dengan harga Rp
1 juta perunit pada tahun berikutnya, maka seorang manajer dapat mengetahui pengaruh
penurunan harga jual tersebut terhadap penerimaan total yaitu menjadi Rp. 67,10 milyar. Jadi
penurunan harga tersebut telah menyebabkan peningkatan penerimanan menjadi Rp. 67,10
milayar – Rp. 57,31milyar = Rp. 9,79 milyar.

Apabila ingin diketahui berapa pengaruh sesungguhnya dari perubahan harga (ΔP) terhadap
perubahan penerimaan total (ΔTR), serta berapa pengaruh sesungguhnya dari perubahan
kuantitas permintaan (ΔQ) terhadap perubahan penerimaan total (ΔTR), maka analisis dapat
dilakukan sbb:

 Perubahan harga produk TV dari Rp. 1,1 juta tahun 2016 menjadi Rp. 1,0 juta
perunit tahun 2017 terhadap ΔTR

ΔTR = ΔPxQ = (10-11)(52,1) = -52,1

Ini berarti bahwa penurunan harga produk TV sebesar Rp. 0,1 juta perunit tahun 2017
telah menurunkan total penerimaan sebesar Rp. 5, 21 milyar
 Perubahan kuantitas TV yang diminta yang semula 52.100 unit menjadi 67.100
unit tahun 2017 terhadap ΔTR pada tingkat harga TV Rp. 1,0 juta perunit tahun
2017 (P=10) :

ΔTR = 10(67,1-52,1) = 150

Ini berarti bahwa kenaikan kuantitas permintaan TV sebesar 15.000 unit tahun 2017
telah meningkatkan total penerimaan sebesar Rp. 15 milyar

 Berdasarkan analisa no. 1 dan 2 di atas bahwa pengaruh penurunan harga dari
Rp. 1,1 juta menjadi Rp. 1,0 juta serta pengaruh kenaikan kuantitas dari 52.100
unit menjadi 67.100 unit telah meningkatkan penerimaana total dari Rp. 57,31
milyar menjadi Rp. 67,10 milyar atau sebesar Rp. 9,79 milyar. Hal ini diperoleh
akibat terjadinya penurunan total penerimaan sebesar Rp. 5,21 milyar akibat dari
penurunan harga dan peningkatan total penerimaan sebesar Rp. 15 milyar akibat
dari kenaikan kuantitas permintaan, atau

ΔTR = pengaruh harga + pengaruh kuantitas

= -Rp.5,21 milyar + Rp. 15 milyar

= Rp. 9,79 milyar

Hubungan elastisitas harga dari permintaan dengan penerimaan total secara umum
dapat ditunjukkan pada tabel berikut

Tabel . Hubungan elastisitas permintaan dengan penerimaan total

Dampak pada
Elastisitas
NO. Perubahan Harga Produk (ΔP) Penerimaan Total
permintaan
(TR)
1 Elastik  Meningkat  Menuru
 Menurun n
 Meningk
2 Elastik unitary  Meningkat at
 Menurun
 Tetap
4 Inelastik  Meningkat  Tetap
 Menurun
 Meningk
at
 Menuru
n
Berdasarkan tabel di atas, maka seorang manajer dapat mengetahui bahwa elastisitas
permintaan untuk produk yang dijual adalah elastik pada tingkat harga jual sekarang, maka bila
manajer menaikkan harga jual akan memberikan dampak penurunan penerimaan total,
sebaliknya akan menaikkan penerimaan total bila menurunkan harga jual. Jadi elastisitas
permintaan untuk produk yang elastik bersifat negatif (berbanding terbalik) dengan penerimaan
total, sebaliknya yang inelastik bersifat positif (berbanding lurus). Bentuk hubungan tersebut
dapat dilihat pada grafik berikut.

Hal ini berarti bahwa apabila produk-produk yang dijual itu berada dalam daerah permintaan
elastis, maka strategi paling efektif untuk meningkatkan penerimaan total adalah melalui
penurunan harga produk. Sebaliknya bila produk yang dijual itu berada di dalam daerah yang
memiliki elastisitas permintaan yang inelastik, maka startegi yang paling efektif untuk
meningkatkan penerimaan total adalah melakukan peningkatan harga dari produk tersebut.
Bila produk yang dijual memiliki elastititas permintaan elastik unitary = 1, strategi perubahan
harga (menaikkan ataupun menurunkan harga) menjadi tidak efektif karena tidak memberikan
dampak pada perubahan penerimaan total

Elastisitas Permintaan dengan Penerimaan Marjinal


Penerimaan marjinal (MR) adalah penambahan penerimaan total yang disebabkan oleh
penambahan penjualan satu unit output, notasinya adalah : MR = ΔTR / ΔQ

Konsep penerimaan marjinal dapat dijelaskan dengan tabel berikut :

TR = PxQ ΔTR
Q ΔQ
P (Rp. Ratus (Rp. Ratus MR = ΔTR/ΔQ
NO. (Ribu
(Rp.000)
Unit) juta) juta) (Ribu unit)
(Rp. Ratus ribu)

1 1,300 22,1 287,3 - - -


2 12,0 37,1 445,2 157,9 15 10,52667
3 11,0 52,1 573,1 127,9 15 8,52667
4 10,0 67,1 671,0 97,9 15 6,52667
5 9,0 82,1 738,9 67,9 15 4,52667
6 8,0 97,1 776,8 37,9 15 2,52667
7 7,0 112,1 784,7 7,9 15 0,52667
8 6,0 127,1 762,6 -22,1 15 -1,47333

Misalnya pada tahun 2016 harga jual TV 20 inci = Rp. 1,1 juta perunit (P=11). Bila perusahaan
berhasil menurunkan biaya produksi sehingga dapat dijual dengan harga Rp. 1,0 juta (P=10),
maka dari tabel di atas diharapkan adanya penambahan penerimaan total sebesar Rp. 652.667
perunit penambahan penjualan. Sedangkan jumlah tambahan unit adalah (67.100 unit - 52.100
unit) = 15.000 unit, sehingga penambahan penerimaan total yang diharapkan adalah ΔTR =
MR x ΔQ = Rp. 652.67 perunit x Rp. 15.000 = Rp. 9,79 milyar.

Analisa hubungan dari tabel di atas adalah :

 MR harus lebih kecil dari P untuk semua produk yang terjual setelah unit
pertama, sebab harga harus dibuat lebih rendah agar mampu menjual kebih
banyak unit produk. Hal ini dapat ditunjukkan melalui grafik kurva penerimaan
marjinal (MR) yang kedudukannya lebih rendah dari pada kurva permintaan (Q Dx)

 Bila MR positif, maka TR akan meningkat sejalan dengan peningkatan kuantitas


produk yang terjual dan elastisitas permintaan adalah elastik. Sedangkan bila MR
negatif, maka TR akan menurun meskipun terjadi peningkatan kuantitas produk
yang terjual dan elastisitas permintaan adalah inelastik. Sedangkan bila MR = 0,
penerimaan total akan maksimum dan elastisitas permintaan adalah elastik
unitary
 Untuk setiap kurva permintaan, linier maupun non linier, bila elastisitas
permintaanya elastik I Ep I lebih besar dari 1, maka MR akan positif. Bila
elastisitas permintaannya inelastik I Ep I lebih kecil dari 1, maka MR akan negatif
dan bila elastisitas permintaanya unitary I Ep I = 1, maka MR =0. Sehingga
hubungan ini dapat dituliskan MR = P(1+1/Ep), dimana Ep : elastisitas harga dari
permintaan.

Hubungan antara Ep, MR dan TR untuk suatu permintaan linier dapat digambarkan sbb:

Elastisitas Periklanan dari Permintaan

Pengeluaran iklan adalah salah satu variabel endogen yang dapat dikendalikan oleh
perusahaan disamping variabel harga dan atribut produk. Melalui koefisien elastisitas
periklanan dapat dikaji apakah pengeluaran iklan beserta strategi periklanan selama ini telah
efektif atau belum. Koefisien elastisitas periklanan yang rendah mencerminkan bahwa
pengeluaran iklan beserta strategi yang dilaksanakan selama ini kurang efektif karena
perusahaan harus mengeluarkan anggaran iklan yang lebih besar agar mampu meningkatkan
produknya.
Perhitungan elastisitas periklanan dari permintaan menggunakan konsep dasar perhitungan
elastisitas secara umum yaitu

EA = (%ΔQ/% ΔA) =(ΔQ/Q) / (ΔA/A) = (ΔQ / ΔA) X (A/Q)


Tanda EA selalu positif karena pengeluaran iklan berhubungan searah dengan kuantitas
permintaan produk (ΔQ / ΔA lebih besar dari 0).

Tehnik perhitungan elastisitas periklanan dari permintaan dapat dijelaskan dengan contoh
kasus : Berdasarkan survey pasar di Makassar bahwa permintaan TV 20 inci berdasar pada
fungsi permintaan sbb :

QDX = -1,4 – 15Px + 7,5 Pr + 2,61 I + 2,5A, dimana :

QDX : kuantitas permintaan penjualan TV (fungsi banyak) dalam ribu unit

Px : Harga TV 20 inci (fungsi banyak) dalam Rp. Ratus ribu

Pr : Harga TV 20 inci (fungsi terbatas) dalam Rp. Ratus ribu

I : Pendapatan konsumen (Rp. Jutaan pertahun)

A : Pengeluaran iklan untuk produk TV 20 inci (fungsi banyak) dalam Rp. Ratus juta

Pertahun

Bila rata-rata harga TV 20 inci (fungsi banyak) = Rp. 1,1 juta, rata-rata harga TV 20 inci (fungsi
terbatas) = Rp. 0,9 juta, rata-rata pendapatan konsumen TV 20 inci (fungsi banyak) = Rp. 10
juta pertahun dan total pengeluaran iklan untuk TV 20 inci (fungsi banyak) = Rp. 5 milyar.

Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat dihitung E A. Dalam kasus ini, fungsi permintaan
QDX dapat diubah hanya melibatkan variabel pengeluaran iklan sebagai variabel bebas dengan
jalan mensubtitusi nilai-nilai dari variabel bebas lain kecuali pengeluaran iklan ke dalam
persamaan permintaan sbb :

Qsx = -1,4 - 15Px + 7,5Pr + 2,6I + 2,5 A

= -1,4 – 15(11) + 7,5(9) + 2,6(10) + 2,5 A

= 72,9 + 2,5 A

Berbagai koefisien elastisitas periklanan dari permintaan untuk produk TV yang dihitung
menggunakan teknik perhitungan elastisitas titik, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Elastistitas periklanan dari permintaan untuk produk TV pada berbagai anggaran
pengeluaran iklan (cateris paribus)
ΔQ
ΔA
Titik Q
A (Ribu unit) (Ribu unit) (Rp Ratus Juta) EA=(%ΔQ/% ΔA)
No Kombinasi
(Rp. Ratus juta) =(ΔQ/ ΔA)/ (A/Q)
(A,Q)

1 A 35 14,6 - - -
2 B 40 27,1 12,5 5 3,69
3 C 45 39,6 12,5 5 2,84
4 D 50 52,1 12,5 5 2,40
5 E 55 64,6 12,5 5 2,13
6 F 60 77,1 12,5 5 1,95
7 G 65 89,6 12,5 5 1,81
8 H 70 102,1 12,5 5 1,71

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mis. pada tingkat anggaran pengeluaran iklan sebesar
Rp. 5 milyar (A=50), EA = 2,40 yang artinya bahwa setiap perubahan anggaran pengeluaran
iklan sebesar 1% dari anggaran Ră. 5 milyar akan meningkatkan kuantitas penjualan TV
sebesar 52.100 unit. Bagi seorang manajer ini dapat memberikan informasi untuk menetapkan
strategi periklanan yang efektif. Mis. Akan ditingkatkan anggaran periklanan menjadi Rp. 5,5
milayar pada tahun berikutnya, maka pihak perusahaan dapat mengharapkan peningkatan
permintaan menjadi 64.600 unit. Jadi peningkatan anggaran periklanan sebesar 10% (dari Rp.
5 M menjadi Rp. 5,5 M) akan mampu meningkatkan permintaan TV sebesar 24% ( dari 52.100
unit menjadi 64.600 unit) pada tahun berikutnya. Berarti EA = (%ΔQ/% ΔA) =24%/10% = 2,4

Perhitungan EA dengan menggunakan tehnik perhitungan elastisitas interval (elastisitas


busur) dapat dijelaskan dengan menggunakan tabel berikut

Elastisitas periklanan dari permintaan dari produk TV pada berbagai anggaran pengeluaran
iklan (cateris Paribus)

Interval Iklan Interval Rata-rata A


Interval
NO. (Rp. Ratus kuantitas (Rp. Ratus Rata-rata Q
(A,Q) EA
juta) (Ribu unit) Juta)
(Ribu unit)
1 AB 35 – 40 14,6 – 27,1 37,5 20.85 4,50
2 BC 40 – 45 27,1 – 39,6 42,5 33,35 3,19
3 CD 45 – 50 39,6 – 52,1 47,5 45,85 2,59
4 DE 50 – 55 52,1 – 64,6 52,5 58,35 2,25
5 EF 55 – 60 64,6 – 77,1 57,5 70,85 2,03
6 FG 60 – 65 77,1 – 89,6 62,5 83,35 1,87
7 GH 65 - 70 89,6 – 102,1 67,5 95,85 1,76

Catatan : Elastisitas interval dihitung berdasarkan formula :

Ep = (%ΔQ/% ΔA) = (ΔQ / ΔA) x ( rata-rata A/ rata-rata Q)

Contoh :

EA pada interval DE (anggaran iklan 50 – 55 dan kuantitas 52,1 – 64,6) :

(ΔQS/ΔA) = 2,5

rata-rata A = (50 +55)/2 = 105/2 = 52,5

rata-rata Q = (52,1 + 64,6)/2 = 116,7 /2 = 58,35

EA = (%ΔQ/% ΔA) = (ΔQ/ΔA)(rata-rata A/rata-rata Q)

= 2,5(52,5/58,35) = 2,25

Berarti bahwa apabila rata-rata pengeluaran iklan dalam interval iklan Rp. 5 milyar – Rp.
5,5 milyar pertahun meningkat 1%, maka kuantitas rata-rata permintaan akan meningkat
2,25% dari kuantitas yang sekarang sebesar 583.500 unit (cateris paribus).

Beberapa kesimpulan :

 Koefisien elastisitas titik maupun elastitsitas interval pengeluaran iklan dari


permintaan berbeda pada setiap titik atau setiap interval pengeluaran iklan,
meskipun pada kurva atau fungsi permintaan yang sama (kecuali fungsi
permintaan log log atau double log yang memiliki koefisien elastisitas tetap
sepanjang kurva permintaan log log.

 Efektivitas pengeluaran iklan terhadap kuantitas produk yang diminta akan


terus menurun sejalan dengan peningkatan anggaran pengeluaran iklan
terhadap produk itu. Manajer pemasaran harus melacak sampai titik
anggaran pengeluaran iklan berapa, efektivitas pengeluaran iklan itu akan
konstan atau menurun yang menunjukkan bahwa anggaran penegluaran iklan
tidak efektif lagi, sehingga perlu mengubah kembali strategi periklanan
terhadap produk itu

Elastisitas Harga – Silang Dari Permintaan

Elastisitas harga –silang dari permintaan mengukur sensitivitas permintaan


untuk suatu produk tertentu terhadap perubahan harga dari produk lain yang
berkaitan, apakah merupakan produk substitusi ataupun produk komplementer

Elastisitas harga silang dari permintaan produk X terhadap perubahan harga


produk Y secara matematis ditulis :

EXY = (%ΔQX/% ΔPY) =(ΔQX/ΔPY) X (PY/QX)

Bila produk X dan Y bersifat subtitusi, maka EXY positif (˃ 0). Sedangkan bila produk X dan
Y bersifat komplementer, maka EXY negatif (˂ 0). Sedangkan bila produk X dan Y tidak
saling berkaitan, maka EXY = 0.

Kasus di bawah ini menjelaskan konsep tersebut.

Bila pada survey pasar di Makassar tahun 2016, fungsi permintaan TV 20 Inci sbb:

QDX = -1,4 – 15Px + 7,5 PY + 2,61 I + 2,5A, dimana :

QDX : kuantitas permintaan (penjualan TV) 20 inci (fungsi banyak) dalam ribu unit
Px : Harga TV 20 inci fungsi banyak dalam Rp. Ratus ribu
Pr : Harga TV 20 inci fungsi terbatas dalam Rp. Ratus ribu
I : Pendapatan konsumen (Rp. Jutaan pertahun)
A : Pengeluaran iklan untuk produk TV 20 inci (fungsi banyak) dalam Rp. Ratus juta
Pertahun

Bila rata-rata harga TV 20 inci (fungsi banyak) = Rp. 1,1 juta, rata-rata harga TV 20 inci (fungsi
terbatas) = Rp. 0,9 juta, rata-rata pendapatan konsumen TV 20 inci (fungsi banyak) = Rp. 10
juta pertahun dan total pengeluaran iklan untuk TV 20 inci (fungsi banyak) = Rp. 5 milyar.

Dalam kasus di atas produk TV 20 Inci fungsi terbatas dapat dianggap sebagai produk suibtitusi
bagi TV 20 inci fungsi banyak .

Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat dihitung EXY. Dalam kasus ini, fungsi permintaan
QDX dapat diubah hanya melibatkan harga produk TV fungsi terbatas sebagai variabel bebas
dengan jalan mensubtitusi nilai-nilai dari variabel bebas lain kecuali harga produk ke TV
berwarna fungsi terbatas ke dalam persamaan permintaan sbb :

Qsx = -1,4 - 15Px + 7,5PY + 2,6I + 2,5 A


= -1,4 – 15(11) + 7,5PY + 2,6(10) + 2,5 (50)

= -15,4 + 7,5 PY

Berbagai koefisien elastisitas harga silang dari permintaan untuk produk TV berwarna fungsi
banyak yang dihitung menggunakan tehnik perhitungan elastisitas titik ditunjukkan pada tabel
berikut

Tabel Elastistitas harga silang dari permintaan untuk produk TV fungsi banyak pada berbagai
perkiraan harga TV fungsi terbatas (cateris paribus)

ΔQX
Titik QX
PY (Ribu unit) (Ribu unit) ΔPY EXY=(%ΔQX/%
No Kombinasi
(Rp. Ratus juta) ΔPY) =(ΔQX/ ΔPY)/
(PY,QX) (Rp Ratus Juta) (PY/QX)

1 A 7,0 37,10 - - -
2 B 7,5 40,85 3,75 0,5 1,38
3 C 8,0 44,60 3,75 0,5 1,35
4 D 8,5 48,35 3,75 0,5 1,32
5 E 9,0 52,10 3,75 0,5 1,30
6 F 9,5 55,85 3,75 0,5 1,28
7 G 10,0 59,60 3,75 0,5 1,26
8 H 10,5 63,35 3,75 0,5 1,24

Misalnya pada tingkat harga TV fungsi terbatas Rp. 0,9 juta perunit (P Y = 9,0) adalah sebesar
1,30. Ini dapat diartikan bahwa setiap perubahan harga TV fungsi terbatas sebesar 1 % dari
tingkat harga produk subtitusi itu pada tahun 2016, akan mengubah kuantitas penjualan
sebesar 52.100 unit. Informasi tersebut akan memberikan petunjuk kepada manajer untuk
mengantisipasi perubahan harga produk pesaing terhadap perubahan penjualan produknya.
Bila tahun 2017 pihak pesaing mengumumkan penurunan harga dari Rp. 0,9 juta menjadi Rp.
0,85 juta perunit TV fungsi terbatas, maka manajer produsen TV fungsi banyak dapat
memperkirakan bahwa kuantitas permintaan terhadap produksinya akan menurun sampai
48.350 unit. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan harga TV fungsi terbatas sebesar 5,55%
(dari Rp 0,90 juta menjadi Rp. 0,85 juta telah menurunkan penjualan TV fungsi banyak
sebesar 7,20 % (dari 52.100 unit pada tahun 1996 menjadi 48.350 unit tahun 1997).

Jadi EXY = EXY=(%ΔQX/% ΔPY) = 7,20%/-5,55% =1,30.


Bila EXY dihitung dengan menggunakan tehnik elastisitas interval (elastisitas busur), maka
caranya adalah :

Elastisitas Harga silang dari permintaan dari produk TV fungsi banyak pada berbagai perkiraan
harga TV fungsi terbatas (cateris Paribus)

Rata-rata P
Interval Interval P (Rp. Interval QX (Ribu Y
NO. (Rp. Ratus Rata-rata QX
(PY,QX) Ratus ribu) unit) ribu)
EXY
(Ribu unit)

1 AB 7,0 – 7,5 37,10 - 40,85 7,25 38,975 1,40


2 BC 7,5 – 8,0 40,85 – 44,60 7,75 42,725 1,36
3 CD 8,0– 8,5 44,60 – 48,35 8,25 46,475 1,33
4 DE 8,5 – 90 48,35 – 52,10 8,75 50,225 1,31
5 EF 9,0 – 9,5 52,10 – 55,85 9,25 53,975 1,29
6 FG 9,5 – 10,0 55,85 – 59,60 9,75 57,725 1,27
7 GH 10,0 – 10,5 59,60 – 63,35 10,25 61,475 1,25

Catatan : Elastisitas interval dihitung berdasarkan formula :

Ep = (%ΔQX/% ΔPY) = (ΔQX / ΔPY) x ( rata-rata PY/ rata-rata QX)

Contoh :

EA pada interval DE (harga produk subtitusi P Y = 8,5 – 9,0 dan kuantitas QX = 48,35 –
52,10) :

(ΔQX/ΔPY) = 7,5

rata-rata PY = (8,5 +9,0)2 = 17,50/2 = 8,75

rata-rata QX = (48,35 + 52,10)/2 = 100,45 /2 = 50,225

EXY = (%ΔQX/% ΔPY) = (ΔQX/ΔPY)x(rata-rata PY/rata-rata QX)

= 7,5(8,75/50,225) = 1,31

Berarti bahwa apabila rata-rata harga prodduk subtitusi dalam interval harga Rp. Rp.
0,85 juta – Rp. 0,9 juta pertunit itu meningkat/menurun 1%, maka kuantitas rata-rata
permintaan TV fungsi banyak akan meningkat/menurun sebesar 1,31% dari kuantitas
rata-rata yang sekarang sebesar 50.225 unit (cateris paribus).
ELASTISITAS HARGA DARI PENAWARAN

Elastisitas harga dari penawaran mengukur sensitivitas penawaran produk oleh produsen
terhadap perubahan harga jual produk itu, dengan asumsi faktor-faktor lain konstan (catgeris
paribus).

Elastisitas penawaran diukur melalui koefisien elastisitas (Es) yaitu prosentase perubahan
kuantitas yang ditawarkan dibagi dengan prosentase perubahan harga, atau di formulasikan
sbb:

ES = (%ΔQS/% ΔP) = (ΔQS/ Qs)/(ΔP/P)= (ΔQS/ΔP)(P/Qs)

Koefeisien penawaran selalau bernilai positif karena harga dan kuantitas yang
ditawarakan berhubungan searah (ΔQS/ΔP lebih besar 0)

Contoh : Bila terjadi peningkatan harga produk 10% akan menyebabkan peningkatan
kuantitas yang ditawarkan oleh prdusen sebesar 30%, maka

Es = (%ΔQS/% ΔP) = 30%/10% = 3

Sebaliknya bila peningkatan harga sebesar 10% hanya meningkatkan penawaran produk
sebesar 5%, berarti Es = (%ΔQS/% ΔP) = 5%/10% = 0,5. Ini berarti bahwa penawaran
produk kurang sensitif terhadap perubahan harga

Tabel. Ringkasan Koefisien Elastisitas Penawaran (Es)

Sensitivitas Permintaan Konsumen


Elastisitas Nilai absolut dari
NO. Terhadap Perubahan Harga
penawaran Koefisien Ep
Produk
1 Elastisitas sempurna %ΔQs ˃ 0% dan %ΔP = 0% Tidak Terdefinisi
%ΔQs ˃ %ΔP
2 Elastik %ΔQs = %ΔP ˃1
3 Elastik unitary %ΔQ ˂ %ΔP =1
4 Inelastik %ΔQ = 0% dan %ΔP ˃ 0% ˂1
5 Inelastik sempurna =0

Catatan : Dalam praktek nyata koefisien elastik sempurna dan inelastik sempurna jarang
ditemukan

Teknik perhritungan elastisitas penawaran baik elastisitas titik maupun elastisitas


interval dapat dijelaskan melalui contoh berikut :

Berdasarkan data, diperoleh fungsi penawaran :

Qsx = 325 + 7Px – 0,25Pi – 8Pr +5Nf


Qsx : kuantitas penawaran sewa ruang Grand Mall Maros (ribu m 2)

Px : Harga sewa ruang Grand Mall Maros (US$/m 2/bulan)

Pi : Harga input (biaya) pembangunan ruang Grand Mall Maros (US$/m2)

Pr : Harga sewa ruang perkantoran (US$/m 2/bulan

Nf : banyaknya pengembang yang menawarkan sewa ruang mall (unit perusahaan)

Pada saat analisis dilakukan diperoleh informasi bahwa rata-rata harga sewa ruang mall
US$75/m2/bulan. Rata biaya pembangunan ruang mall US$ 500/m 2. Rata-rata harga
sewa ruang perkantoran adalah US$25/m 2/bulan, dan jumlah pengembang yang
menawarkan sewa ruang mall adalah 20 perusahaan .

Berdasarkan informasi di atas, dapat diturunkan fungsi penawaran agar dapat


dipergunakan untuk menghitung Es :

Qsx = 325 + 7Px – 0,25Pi-8Pr+5Nf

=325 + 7Px – 0,25(500)-8(25)+5(20)

=100 + 7Px

Perhitungan elastisitas titik dari fungsi penawaran tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut

Tabel Elastistitas titik untuk fungsi penawaran So:Qsx = 100 + 7Px

Qs Ep=(%ΔQs/% ΔP) Sifat


Titik (Ribu m2)
P =(ΔQs/ ΔP)/ (P/Qs)
No Kombinasi Elastisitas
(US$/m2/bulan)
(P,Q) Penawaran

1 A 55 485 0.79 Inelastik


2 B 60 520 0,81 Inelastik
3 C 65 555 0,82 Inelastik
4 D 70 590 0.83 Inelastik
5 E 75 625 0.84 Inelastik
6 F 80 660 0.85 Inelastik
7 G 85 695 0.86 Inelastik
8 H 90 730 0.86 inelastik

Elastisitas Interval untuk fungsi penawaran So:Qsx = 100 + 7Px


Interval Rata-rata Q Es Sifat
NO. Interval P Interval Q Rata-rata P
(P,Q) Elastisitas
Permintaan

1 AB 55 – 60 485-520 57,5 502,5 0,80 Inelastik


2 BC 60 – 65 520-555 62,5 537,5 0,81 Inelastik
3 CD 65 – 70 555-590 67,5 572,5 0,83 Inelastik
4 DE 70 – 75 590-625 72,5 607,5 0,84 Inelastik
5 EF 75 – 80 625-660 77,5 642,5 0,84 Inelastik
6 FG 80 – 85 660-695 82,5 677,5 0,85 Inelastik
7 GH 85 - 90 695-730 87,5 712,5 0,86 Inelastik

Catatan : Elastisitas interval dihitung berdasarkan formula :

ES = (%ΔQS/% ΔP) = (ΔQS/ rata-rataQs)/(Δprata-rata P)= (ΔQS/ΔP)(rata-rata P/rata-


rata Qs)

Contoh :

Es pada interval EF (harga sewa 75 – 80 dan kuantitas ruang sewa 625 – 660) :

(ΔQS/ΔP = 7

rata-rata P = (75 +80)2 = 155/2 = 77,5

rata-rata Q = (625 + 660)/2 = 1285 /2 = 642,5

Es = (%ΔQS/% ΔP) = (ΔQS/ΔP)(rata-rata P/rata-rata Qs)

= 7(77,5/642,5) = 0,84

Berarti bahwa apabila harga sewa ruang itu meningkat 1% dari harga sekarang, maka
penawaran hanya meningkat 0,84%, berarti bersifat inelastik.

Tugas
PT. Indonesia Emas adalah perusahaan konsultan dan riset pasar yang sedang
membantu PT. Elektronika , produsen tape radio compo untuk keperluan ekspor yang
berlokasi di Kima Makassar, Fungsi permintaan yang dibangun berdasarkan analisa data
dari survei pasar yang komprehensif pada tahun 1996 adalah :

Q = 100-20P+0,4A+0,05I
Dimana Q = kuantitas permintaan radio tape compo diukuyr dalam satuan ribu unit
pertahun, P = harga jual produk (US$/unit, A= pengeluaran iklan (US$ ribu/tahun dan I =
rata-rata pendapatan konsumen negara tujuan ekspor (US$/tahun). Pada saat survei
dilakukan pada tahun 1996 diperoleh informasi bahwa harga jual produk adalah
US$150/unit, pengeluaran iklan sebesar US$6.000.000 pertahun dan rata-rata
pendapatan konsumen negara tujuan ekspor adalah US$30.000/tahun.

 Hitung TR PT.Elektronika tahun 1996 yang berasal dari penjualan ekspor


radio tape compo

 Hitung Ep, EA, EI dari penjualan radio tape compo tahun 1996

 PT. Elektronika adalah perusahaan yang sedang aktif menjalankan


program peningkatan efisiensi dan kepuasan pelanggan yang mulai
dijalankan sejak 1995. Tahun 1996 evaluasi terhadap program ini
menunjukkan kemajuan pesat berupa penurunan biaya produksi 15%
dari biaya produksi radio tape compo perunit. Kemajuan program ini
diterjemahkan oleh pihak manajemen ke dalam peneurunan harga jual
produk perunit pada tahun 1997 sebesar 10% dari harga jual perunit
pada tahun 1996. Evaluasi berapa TR yang diharapkan akan diterima
pada tahun 1997 dari penjualan produk tersebut.

 Lakukan analisa pengaruh harga (price effect) dan pengaruh kuantitas


(quantity effect) terhadap perubahan TR tahun1997 ITU.

KONSEP DASAR PERILAKU KONSUMEN


Prinsip Dasar Kepuasan Konsumen
Tujuan utama konsumen dalam mengkonsumsi produk adalah untuk memaksimumkan
kepuasan total (total satisfaction) yang oleh para ahli disebut sebagai utilitas total yang
diperoleh konsumen. Jadi Utilitas total diartikan sebagai kepuasan total yang diperoleh
dari sejumlah item perperiode waktu, sehingga fungsi utilitas total menunjukkan
hubungan antara kepuasan total yang diterima ketika menkonsumsi produk dan tingkat
konsumsi dari konsumen itu. Utilitas melekat pada produk yang mencerminkan
kemampuan kualitas untuk memberikan kepuasan total kepada konsumen yang
mengkonsumsi produk itu. Jadi sumber dari utilitas adalah kualitas dalam arti luas yang
dapat bersifat subyektif konsumen.

Pada dasarnya kepuasan konsumen dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen dapat terpenuhi melalui produk yang
dikonsumsi.

Faktor-Faktor yang mempengarhui persepsi dan ekspektasi konsumen adalah :

 Kebutuhan dan keinginan. Jika pada saat mencoba melakukan


transaksi, kebutuhan dan keinginannya besar, maka harapan atau
ekspektasi konsumen akan tinggi. Demikian pula sebaliknya

 Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan


maupun dari pesaing-pesaingnya

 Pengalaman dari teman dimana mereka akan menceritakan kualitas


produk yang akan dibeli oleh konsumen itu. Hal ini jelas
mempengaruhi persepsi konsumen terutama pada produk-produk yang
dirasakan beresiko tinggi

 Komunikasi melalui iklan dan pemasaran. Orang-orang dibagian


penjualan dan periklanan seyogyanya tidak membuat kampanye yang
berlebihan melewati tingkat ekspektasi konsumen karena bila itu terjadi
dapat berdampak negatif terhadap persepsi konsumen..

Takeuchi dan Quelch (1983) mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi


persepsi konsumen berdasarkan waktu sebelum, pada saat dan sesudah membeli
suatu produk, seperti pada tabel berikut :
Karakteristik Produk yang Diinginkan Konsumen

Pada umumnya konsumen menginginkan produk yang memiliki karaktersitik lebih cepat,
lebih murah dan lebih baik.

Terdapat 3 dimensi yang perlu diperhatikan yaitu dimensi waktu, dimensi biaya dan
dimensi kualitas

 Karakteristik lebih cepat (faster), menggambarkan kecepatan dan


kemudahan atau kenyamanan untuk memperoleh produk itu

 Karakteristik lebih murah (Cheaper) menggambarkan harga atu


ongkos dari suatu produk yang harus dibayar oleh kensumen

 Karakteristik lebih baik (better), sulit digambarkan secara tepat.


Pendekatan berikut menurut David Garvin (1987) mendefinisikan 8
dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisa karakteristik kualitas
produk sbb :

 Performance, berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu dan


memrupakan karakateristik utama yang dipertibanhkan kosumen ketika
ingin membeli produk. Mis. Perfoermance TV warna yang memiliki gambar
yang jelas, Mobil dengan akselerasi, kecepatan, kenyamanan dsb.

 Feature, berkitan denngan pilihan d an pengembangannyaa. Mis. Feature


produk penerbangan adalah memberikan makanan dan minuman gratis,
mobil dengan fetaure atap yang bisa dibuka dsb.

 Keandalan, berkaitan dengan kemampuan suatu produk untuk


menjalankan fungsinya secara baik dalam periode waktu tertentu di bawah
kondisi tertentu

 Konformans, berkaitan dengan tingkat kesesuain produk terhadap


spesipikasi yang telah diterapkan sebelumnya berdasarkana keinginan
konsumen. Mis. Apakah semuam puntu mobil untk model tertentu yang
diprosuksi berada dalam toleransi yang dapat diterima

 Durabilitas, merupakan ukuran masa pakai suatu p roduk. Jadi berkaitan


dengan daya tahan produk
 Kemampuan pelayanan. Mis. Memberikan pelayanan 24 jam atau
memberikan layanan telpon, dsb

 Estetika, lebih banyak berkaitan denganperasaan pribadi konsumen ,


misalnya keelokan, kemușusan, suara yang merdu, selera dsb.

 Kualitas yang dirasakan, misalnya mampu meningkatkan harga diri


konsumen

Mekanisme untuk Memahami Ekspektasi Konsumen

Pemahaman terhadap ekspektasi adalah prasyarat untuk peningkatan kualitas dan


mencapai kepuasan total konsumen.

Mekanisme untuk memahami ekspektasi konsumen dapat menggunakan suatu kerangka


jerja berdimensi dua. Dimensi pertama mengklasikfikasikan pendekatan yang dilakukan
oleh prosusen bergerak dari mode reaktif ke proaktif. Dimensi kedua mengindikasikan
tingkat pemhaman yang munkin dicpai oleh setiap mekanisme. Keua dimensi tersebut
di tunjukkn pada gambar berikut
Pada gambar tersebut, terlihat bahwa untuk memahami ekspektasi konsumen dibagi
menjadi tiga level yaitu :

Pemahaman Tingkat (Level) 1

Merupakan pemahaman tngjat terendah dari produsen terhadap ekspektasi konsumen


yang dikcikrikan oleh mode reaktif. Pendakatan ini ditujukan untuk hanya menampung
keluhan konsumen lalu dicari langkah penyelesaiannya. Pendkatan ini tidsk efektif
dalam manajemen bisnis total yang berfokus pada upaya memaksimumkan kepuasan
total konsumen.

Pemahaman Tingkat (Level) 2

Merupakan pemahaman ekspektasi konsumen pada tingkat yang lebih tinggi yang
dicikrikan melalui pendekatan aktif darai produsen untuk mendengarkan konsumen.
Diosebut pula sebagai pendekatan yang mengkomunikasikan denag konsumen tetapi
masih memandang ekspektagsi konsumen sebagai tujuan kedua. Tujuan utama
produsen adalah menjawab pertanyaaan-pertanyaan kosumen atau menjual lebih
banyak produk utnk memperkenalkan produk baru. Pada level iniu kemampuan untuk
menjaring pandangan-pandangan kosumen tidak optimum karena mekanisme ini didisain
dengan tujuan utama menjawab pertanyaaan-pertanyaan kosumen atau menjual lebih
banyak produk, bukan mendengar ekspektasi konsumen. Contoh : Hot Line, Help Desk,
networks, survei tidak terstruktur, analisa data penjualan, dan umpan balik dari wakil
konsumen.

Pemahaman Tingkat (Level) 3

Dicirikan melalui pendekatan proaktif dariprodusen untuk mendengarkan ekspektasi dari


konsumen. Pendekatan ini akan mampu menagungkap ekspektasi konsumen karena
level ini khusus didisain untuk menjaring informasi dai konsumen, mencakup wawancara
pribadi dengan konsumen, kelompok fokus dan melaksanakan survey yang didisain
khusus untuk menjaring informasi dari konsumen. Mekanisme lain di tingkattetinggi
adalah mystery shopper, dimana pihak produsen menempatkan diri sebagai konsumen
yang menggunakan produk. Hal ini memunkinkan proddusene bertingkat berdasarkan
ttik pandang konsumen mereka.

Mekasme lain tinhkatretinggi aalah bencmarking yang merupakan suatu proses


pencarian secara kontinyu untuk ide-ide baru, praketk dan proses dan salah satu
mdngadopsi paraktek-prakketk atau menadaftagsikan feature terbaik kemeujdian
menerapkannya untuk mempelroleh hasil terbaik dari yang terbaik .

Arbor , Inc suatu perusahaan riset pasar dan TQM yang berpusat diphiladelpia
memperkenalkan alat yang disebut Jelndela Pelanggan (Customer Wondows) untuk
memahami ekspektagsi konsumen. Pendekatan alat tersebut dimulai dari klarifikasi dan
segmentasipelanggan, kemudian mendisain perntanyaan-pertanyan riset untuk
mempelajari kepuasan relatif dan kepentingan relarif daei karkraktegristik produk yang
diinginkan pelanggan. Hasilnya ditebar untuk memperioritaskan kesempatan perbaikan
pada simple grid yang mewakili inti dari jendela apelanggan. Jendela pelanggan ini
membagu karaktegristik produk ke dalam empat kuadran yaitu :

 Pelanggan menginginkan karakteristik itu, tetap ia tidak mendapatkannya

 Pelanggan menginginkan karakteristik itu, dan ia tidak mendapatkannya

 Pelanggan tidak menginginkan karakteristik itu, tetap ia mendapatkannya

 Pelanggan tidak menginginkan karakteristik itu, dan ia tidak mendapatkannya

Jendela pelanggan ditunjukkan pada gambar berikut :


Fungsi Utilitas Total dan Utilitas Marjinal

Analisis atribut dikembangkan berdasarkan tesis bahwa karakteristik produk,


performance features atau atribut-atribut dari produk, yang menciftakan utilitas,
sehingga apa yang menyebabkan seorang konsumen lebih suka ada suatu merk
tertentu dibandingkan merk lain ada kaitannya dengan atribut yang bebeda dari produk
pesaing. Contoh : konsumen lebih suka membeli Avanza yang berharga 150 juta
dibandingkan dengan xenia yang berharga 147 juta karena pada mobil avanza
ditemukan lebih banyak atribut seperti kemudahan perawatan, kenyamanan dalam
mengemudi, pelayanan purna jual, model, ergonomis dsb. Jadi konsumen memilih
sesuatu produk karena akan mendapatkan lebih banyak utilitas (kepuasaan).

Analisis atribut dari tiga merk mobil

Brand/ Drive- Hand Ergo Com


Ride Utility Room Styling Value Fun to drive Total
Atribute Line ling nomic fort
Ford 8 7 8 8 9 9 9 8 8 7 81
Winfstar LX
Nissan 8 8 7 7 7 8 7 8 7 8 75
Quest GXE
Plymouth 9 6 7 8 8 8 8 6 8 7 75
Grand
Voyager LE

Dari tabel diatas, dapat diperoleh informasi bahwa dari ketiga merk mobil tersebut merk
FORD WINFSTAR LX memberikan utilitas tertinggi yaitu sebesar 81. Juga diperoleh
informasi bahwa atribut driveline, handling dan fun to driave Ford masih rendah
dibandingkan pesaingnya sehingga pihaka manajemen perlu memperbaiki atribut
tersebut.
Dasar Dari Kurva Indiferen
Asumsi dasar analisa kurva indiferen :

 Semua produk yang dipertimbangkan dalam analisa dapat dibagi secara


kontinue ke dalam subunit. Dengan demikian konsumen tidak dibatasi
oleh ukuran dari unit produk yang dijual itu.

 Selera konsumen dan urutan preferensi diantara kombinasi produk itu


dapat didefinisikan secara baik dan konsisten

 Konsumen memandang produk sebagai sesuatu yang disukai, dalam arti


berhasrat mengkonsumsi lebih dari pada kurang. Hal ini berarti bahwa
utilitas marginal atau penambahan kepuasan dari penambahanan
kosumen adalah positif.

Olehnya itu karakteristik kurva indiferen adalah :

 Merupakan fungsi kontinue, bukan sekedar kumpulan dari titik-titik diskrit


 Tidak saling berpotongan dan kurva yang menempati kedudukan yang
paling tinggi menunjukkan kombinasi konsumsi produk-produk yag
berada pada kurva indiferen itu memiliki utilitas atau kepuasan total yang
lebih tinggi dari pada kombinasi konsumi produk-produk yang berada
pada kurva indeferen yang memiliki kedudukan yang lebih rendah.

 Memiliki slope negatif yag berbentuk cembung. Bila 2 produk yag


dikonsumsi itu bersifat subtitusi sempurna, bentuk kurva indeferen
adalah garis lurus dengan slope negatif, sedangkan apabila bersifat
komplementer sempurna, kurva indiferen berbentuk seperti huruf L.

Contoh :

Misalkan fungsi utilitas TUXY = 2XY

Dimana TUXY : Utilitas total yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi kombinasi
kuantitas produk X dan produk Y
X : kuantitas produk X yang dikonsumsi
Y : kuantitas produk Y yang dikonsumsi

Misalnya TU = 50 util dan TU = 100 unit, skedul kombinasi produk X dan Y yang menhasilkan
TU = 50 dan TU = 100 dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari tabel tersebut di atas bahwa titik kombinasi konsumsi produk X dan Y adalah A, B, C, D
dan E memberikan kepuasan total yang sama besar yaitu 50 util. Sedangkan titik kombinasi
konsumsi produk X dan Y yaitu titik F, G, H, I dan J memberikan kepuasan total yang sama
besar yaitu 100 util. Tentu saja konsumen menginginkan titik kombinasi kepuasan yang berada
pada kurva II yaitu yang dapat memberikan kepuasan sebanyak 100 util.

Pada grafik tersebut terlihat bahwa konsumen rela mengurangi konsumsi Y dari 25 menjadi
12,5 untuk memperoleh penambahan konsumsi X dari 1 unit menjadi 2 unit dan perubahan
tersebut memberikan tingkat utilitas total yang sama yaitu 50 util. Konsep penurunan
konsumesi Y untuk digantikan dengan penambahan konsumsi X sepanjang titik AB di atas
disebut sebagai tingkat subtitusi merjinal dan dinotasikan dengan :

MRSXY = Δ Y/ ΔX. Dengan demikian tingkat subtitusi marjinal didefinisikan sebagai


tingkat dimana konnsumen rela mensubtitusikan konsumesi suatu produk tertentu
dengan satu unit produk lain agar mempertahankan tingkat utilitas (kepuasan total)
Konsep Kendala Anggaran Konsumen

Rata-rata anggaran pengeluaran untuk membeli ban-ban mobil sedan guna enggantian
adalah Rp. 1.000.000 pertahun

Harga perunit ban merkBRIDGESTONE adalah 250.000 sehingga apabla smua anggaran
penheluaran komsumen sebesar Rp. 1.000.000 pertahun itu dibelanjakan pada ban-ban
merek BRIDGESTONE, maka ia akan memperoleh 4 unit baank

Hrga perunit ban merek GOODYEAR adalah Rp. 250.000 sehingga apabila semua
anggarana pengeluaran konsumen sebesar Rp. 1000.000 pertahun itu dibelanjkan pada
ban-ban merk GOODYEAR, amka ia juga akan memeperoleh 4 unit ban.

Berdasarkantabel di atas
PENGARUH PERUBAHAN ANGGARAN PENGELUARAN TERHADAP PERGESERAN GARIS
ANGGARAN KONSUMEN

Perubahan anggaran pengeluaran konsumen akan mengakibatkan bergesernya garis anggaran


ANALISIS PRODUKSI

5.1. Konsep dasar Sistem produksi

Sistem produksi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk


mengolah atau mengubah sejumlah masukan (input) menjadi sejumlah
keluaran (output) yang memiliki nilai tambah. Pengolahan yang terjadi bisa
secara fisik maupun nonfisik. Sedangkan nilai tambah adalah nilai dari
keluaran yang bertambah dalam pengertian nilai guna atau nilai
ekonomisnya.
Proses produksi ini bisa digambarkan dalam bentuk bagan input output
bahwa elemenelemen utama dalam sistem produksi adalah: input, proses
transformasi dan output. Proses transformasi akan mengubah
masukan/input menjadi keluaran/output. Proses ini biasanya dilengkapi
dengan kegiatan umpan balik untuk memastikan bahwa keluaran yang
diperoleh sesuai dengan yang diinginkan.
Tidak menutup kemungkinan bahwa proses transformasi ini juga dipakai
sebagai pengendali sistem produksi agar mampu meningkatkan perbaikan
terus-menerus.
Sistem produksi memiliki komponen atau elemen struktural dan fungsional
yang berperan penting menunjang kontinuitas operasional sistem produksi
ini.
Komponen atau elemen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri
dari: material, mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi ,
tanah, dan lain-lain.
Elemen fungsional terdiri dari: supervisi, perencanaan, pengendalian,
koordinasi, dan kepemimpinan. Elemen fungsional berkaitan dengan
manajemen dan organisasi.
1. Input
Dalam sistem produksi terdapat beberapa input sebagai berikut:
 Tenaga kerja. Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi
manusia dan orang-orang yang terlibat dalam sistem produksi
dianggap sebagai input tenaga kerja.
 Mesin. Untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi, maka
sebuah sistem produksi membutuhkan mesin.
 Material. Agar sistem produksi dapat menghasilkan produk
manufaktur, diperlukan material atau bahan baku.
 Modal. Operasi sistem produksi membutuhkan modal. Fasilitas
peralatan, mesin produksi, bangunan pabrik, gudang dan lain-lain
dianggap sebagai barang modal.
 Metoda. Aktivitas sistem produksi untuk mengubah material menjadi
barang jadi memerlukan teknologi. Teknologi tersebut harus bisa
dioperasikan. Cara untuk mengoperasikan teknologi disebut dengan
metoda.
 Energi. Mesin-mesin produksi dan aktivitas pabrik lainnya
membutuhkan energi untuk menjalankan aktivitas itu. Berbagai
macam bahan bakar, minyak pelumas, tenaga listrik, air untuk
keperluan pabrik, dll, dianggap sebagai input energi.
 Informasi. Dalam industri modern, informasi telah dipandang sebagai
input. Berbagai macam informasi tentang: kebutuhan pelanggan,
kuantitas permintaan pasar, perilaku pesaing, dll, dianggap sebagai
input informasi.
 Manajerial. Sistem industri modern yang berada dalam lingkungan
pasar global yang sangat kompetitif membutuhkan: supervisi,
perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan yang
efektif untuk meningkatkan performansi sistem itu secara
terusmenerus.
 Tanah. Sistem produksi manufaktur membutuhkan lokasi untuk
mendirikan pabrik, gudang, dan lain-lain.
2. Proses Transformasi
Proses transformasi dalam sistem produksi dapat didefinisikan sebagai
integrasi sekuensial dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja,
dan mesin atau peralatan, dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai
tambah bagi produk agar dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar.
Contoh proses transformasi, bayangkan sebuah pabrik perakitan mobil yang
menggunakan bahan baku dalam bentuk parts dan komponen. Material ini
secara bersama-sama dengan peralatan modal, tenaga kerja, energi,
informasi, manajerial, dan lain-lain, ditransformasikan menjadi mobil. Hasil
transformasi ini berupa sebuah mobil.
Suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki nilai tambah apabila
penambahan beberapa input pada tugas itu akan memberikan nilai tambah
produk sesuai dengan keinginan konsumen. Contoh dari tugas yang memiliki
nilai tambah:
 Pengoperasian peralatan bor untuk mengubah sepotong logam tanpa
cacat.
 Pengujian material untuk meyakinkan bahwa material itu sesuai
standar yang ditetapkan.
 Menerbangkan sebuah pesawat terbang dengan baik.
3. Output
Output dari proses dalam sistem produksi dapat berupa barang atau jasa
yang disebut sebagai produk. Selain produk hasil output dari sebuah sistem
produksi adalah limbah dan informasi. Pengukuran karakteristik output
sebaiknya mengacu kepada kebutuhan pelanggan dalam pasar. Berikut ini
beberapa contoh sistem produksi jasa dan manufaktur.

Produktivitas Kerja
Pengertian produktivitas secara umum adalah rasio antara output dibagi
dengan input. Sementara pendekatan dalam studi produktivitas sering kali
hanya menekankan pada aspek ekonomi tertentu saja. Kenyataannya studi
produktivitas juga mencakup aspek-aspek non ekonomi, yang kadang-
kadang lebih besar peranannya dalam peningkatan produktivitas. Aspek
aspek non ekonomi, seperti manajemen dan organisasi, kualitas kerja,
perlindungan dan keselamatan kerja, motivasi, dan lain sebagainya yang
berperan dalam menggerakkan, mendorong dan mengkoordinasikan para
individu atau kelompok individu lainnya yang terlibat langsung dalam
kegiatan-kegiatan pada setiap unit ekonomi untuk bekerja lebih efektif dan
efisien.
Kesadaran akan peningkatan produktivitas semakin meningkat karena
adanya suatu keyakinan bahwa perbaikan produktivitas akan memberikan
kontribusi positif dalam perbaikan ekonomi. Pandangan bahwa kehidupan
hari ini harus lebih baik dari kehidupan hari kemarin dan kehidupan hari
esok harus lebih dari hari ini, merupakan suatu pandangan yang memberi
dorongan pemikiran ke arah produktivitas.
Manfaat positif apakah yang bisa dicapai dengan terjadinya peningkatan
produktivitas dari suatu aktivitas produksi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas


Pada hakikatnya produktivitas kerja akan banyak ditentukan oleh dua faktor
utama:
 Faktor Teknis: merupakan faktor yang berhubungan dengan
pemakaian dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik,
penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien, dan atau
penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis.
 Faktor Manusia: merupakan faktor yang mempunyai pengaruh
terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia di dalam
menyelesaikan pekerjaan. Faktor ini meliputi: sikap mental, motivasi,
disiplin, dan etos kerja.
Pada industri yang bersifat mekanisasi atau otomatisasi dalam proses
produksinya, maka faktor teknis yang paling berpengaruh dalam upaya
peningkatan produktivitas. Industri yang bersifat otomatisasi ini maka
penelitian produktivitas akan ditekankan pada aspek teknis. Sedangkan
untuk industri yang masih bersifat padat karya, maka upaya peningkatan
produktivitas harus ditekankan pada aspek manusianya.
Jadi :
Dalam sistem produksi dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian input,
proses transformasi, dan output. Input terdiri dari manusia, mesin, material,
modal, metoda, energi, informasi, manajerial, dan tanah. Proses
transformasi merupakan sebuah aktivitas yang terintegrasi dari komponen
input dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk.
Output dari sistem produksi berupa barang atau jasa, informasi, dan limbah.
Produktivitas adalah rasio antara output dibagi dengan input. Produktivitas
ada dua, yaitu produktivitas total dan produktivitas parsial. Produktivitas
total dipakai untuk mengukur perubahan efisiensi dari kegiatan operasi.
Produktivitas parsial jika input yang dimasukkan hanya komponen tertentu
saja. Pada dasarnya ada dua factor yang bisa mempengaruhi produktivitas
kerja. Faktor tersebut adalah faktor teknis dan faktor manusia. Faktor teknis
sangat berpengaruh pada peningkatan produktivitas untuk industri yang
bersifat otomatisasi, sedangkan aspek manusia sangat berperan pada
industri yang bersifat padat karya.

5.2. Konsep Dasar Teori Produksi

1. Strategi Produksi Tepat Waktu (Just in time)

Konsep dasar Strategi JIT adalah memproduksi produk yang diperlukan pada
saat dibutuhkan konsumen dalam jumlah yang sesuai dengan yang
dibutuhkan konsumen pada setiap tahap proses dalam sistem produksi
dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien.

Sistem JIT biasa juga disebut dengan sistem produksi Toyota karena Toyota
yang awalnya mengembankan dan mempromosikan sistem ini.

Tujuan utama dari sistem ini adalah bagaimana mengurangi ongkos


produksi dan meningkatkan produktivitas total industri secara keseluruhan
dengan cara menghilangkan pemborosan secara terus menerus.

Pemborosan adalah segala aktivitas yang tidak mempunyai nilai tambah.


Pada sistem produksi terdapat beberapa sumber pemborosan yaitu :

 Pemborosan karena kelebihan produksi dari permintaan konsumen


(pasar)

 Pemborosan karena waktu menunggu

 Pemborosan karena transportasi dalam pabrik

 Pemborosan karena inventori

 Pemborosan karena pergerakan (motion)

 Pemborosan karena pembuatan produk cacat


 Pemborosan karena proses produksi itu sendiri tidak efektif dan
efisien (apabila produk itu tidak seharusnya dibuat atau proses
itu tidak seharusnya digunakan)

Pendekatan JIT pada pengendalian kualitas terpadu (TQC) bertujuan


membangun sikap yang berdasar pada 3 prinsif utama

1. prinsif pertama : output yang bebas cacat adalah lebih penting dari pada
ouput itu sendiri
2. prinsif kedua: cacat, kesalahan-kesalahan, kerusakan, macet dll dapat
dicegah

3. Prinsif ketiga : Tindakan pencegahan adalah lebih murah dari pada


pekerjaan ulang (rework)
Strategi peningkatan produktivitas perusahaan dapat dilakukan melalui
berbagai cara :

 Menerapkan program reduksi Biaya. Konsepnya adalah bagaimana


menghasilkan output dengan kuantitas yang sama dengan input
yang lebih sedikit. Orientasi konsep ini adalah menghilangkan
biaya-biaya yang tidak memberi nilai tambah sehingga menekan
biaya perunit yang pada akhirnya melahirkan harga jual produk
yang kompetitif.

 Mengelola pertumbuhan. Ini pada situasi permintaan produk


semakin meningkat. Orientasinya adalah bagaimana meningkatkan
output yang lebih banyak dan menggunakan input yang lebih
sedikit

 Bekerja lebih tangkas. Munkin karyawan telah bekerja keras tapi


perlu lagi bekerja lebih tangkas atau cekatan sehingga dapat
memenuhi kebutuhan input dalam menghadapi peningkatan
permintaan produk tanpa harus menambah tenaga kerja.
 Bekerja lebih efektif. Tetap pada konsep perolehan output yang
lebih banyak dengan menggunakan input yang lebih sedikit melalui
strategi bekerja lebih efektif.

 Mengurangi aktivitas . Strateginya adalah mengurangi produksi,


menjual asset yang tidak produktif karena adanya kelesuan pasar.
Jadi produktivitas perusahaan ditingkatkan melalui pengurangan
sedikit output sesuai permintaan pasar dan mengurangi banyak
input yang tidak perlu .

5.3. Konsep Produksi Jangka Pendek

5.4 Penggunaan Fungsi produksi Cobb Douglas Jangka Pendek

Pendekatan fungsi produksi dapat digunakan untuk tujuan :

1. menetapkan output maksimum yang mungkin diproduksi berdasarkan


sejumlah input tertentu

2. menetapkan syarat kuantitas input minimum untuk memproduksi


sejumlah output tertentu. Dalam sistem JIT fungsi produksi dipergunakan
untuk mencapai tujuan yang kedua ini.

fungsi produksi yang umum dipakai adalah fungsi produksi Cobb-Douglas.


fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut
dengan variabel dependen (Y) dan variabel independent (x).
fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai karena mempunyai keunggulan :
 Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah
dibandingkan dengan fungsi yang lain, karena fungsi Cobb-Douglas
dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linear dengan cara
melogaritmakan;
 Hasil pendugaan melalui fungsi Cobb-Douglas akan
menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan
besaran elastisitas;
 Jumlah besaran elastisitas sekaligus menunjukkan tingkat besaran
skala usaha(return of scale)yang berguna untuk mengetahui apakah
kegiatan dari suatu usaha tersebut mengikuti kaidah skala usaha
menaik, skala usaha tetap ataukah skala usaha yang menurun.
 Koefisien intersep dari fungsi Cobb Douglas merupakan indeks efisiensi
produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi penggunaan
input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang sedang
dikaji itu.
 Koefisien-koefisien fungsi Cobb Douglas secara langsung
menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang
dipergunakan dan dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi
Cobb Douglas itu.
Tetapi fungsi cobb douglas ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan,
antara lain :

 Spesifikasi variabel yang keliru, hal ini menyebabkan nilai


elastisitas produksi yang diperoleh negatif atau nilainya
terlalu besar atau kecil. Spesifikasi ini akan menimbulkan
terjadinya multikolinearitas pada variabel bebas.
 Kesalahan pengukuran variabel, hal ini terjadi bila data
kurang valid sehingga menyebabkan besaran elastisitas
produksi yang terlalu besar atau kecil.
 Bias terhadap variabel manajemen. Faktor manajemen
merupakan faktor penting untuk meningkatkan produksi
karena berhubungan langsung dengan variabel terikat
seperti manajemen penggunaan faktor produksi yang akan
mendorong besaran elastisitas tehnik dari fungsi produksi
ke arah atas. Manajemen ini berhubungan dengan
pengambilan keputusan dalam pengalokasian variabel input
dan kadang sulit diukur dalam pendugaan fungsi cob
douglas.
 Multikolinearitas, dalam fungsi ini sulit dihindarkan
meskipun telah diusahakan agar besaran korelasi antara
variabel indipenden tidak terlalu tinggi seperti memperbaiki
spesifikasi variabel yang dipakai.
Bentuk umum dari fungsi Cobb Douglas adalah sebagai berikut:

Q = δ L^α M^β

Bentuk transformasi:

Ln Qn = konstanta + L ln Ln + M ln Mn

Bentuk asli:

Qn = e^konstanta Ln^L Mn^M

Keterangan:
Q = output
L = input jam kerja efektif (tenaga kerja)
M = input jam kerja mesin efektif
δ = koefisien intersep (indeks efisiensi)
α = elastisitas output dari input L
β = elastisitas output dari input M

Karena penyelesaian fungsi Cobb Douglass harus diubah bentuk fungsinya


menjadi fungsi linier, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
menggunakan persamaan tersebut:
 Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol sebab logaritma dari nol
adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui.
 Dalam fungsi produksi,perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan
tehnologi dalam setiap pengamatan, ini artinya kalau fungsi produksi
yang dipakai dalam pengamatan memerlukan lebih dari satu model,
maka perbedaan tersebut terletak pada intersep dan bukan pada
kemiringan (slope) model tersebut.
 Tiap variabel x adalah perfect competition.
 Perbedaan lokasi seperti iklim adalah tercakup pada faktor kesalahan u
(disturbance term).

analisa mengenai pendekatan cobb douglas :


1. Analisa Efisiensi Proses Produksi
Efisiensi merupakan penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk
mendapatkan jumlah produksi sebesar-besarnya tanpa melupakan kualitas
dari produk yang dihasilkan. Efisiensi proses produksi dapat dilihat dari
koefisien intersep fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu:

Indeks efisiensi = ea
Keterangan: e = 2,71828
a = koefisien intersep persamaan regresi
Indeks efisiensi akan didapat dari perhitungan, dengan semakin tinggi
indeks efisiensi produksi berarti proses
transformasi input menjadioutput menjadi semakin efisien. Selain indeks
efisiensi, rasio efisiensi juga akan didapat dari perhitungan. Rasio efisiensi
menunjukkan perbandingan kemampuan menghasilkan output dengan
memakai inputyang tersedia.

2. Return to Scale
Berdasarkan persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas, terdapat tiga situasi
yang mungkin dalam tingkat pengembalian terhadap skala (Browning dan
Browning, 1989).
 Jika kenaikan yang proporsional dalam semua input sama dengan
kenaikan yang proporsional dalam output (εp = 1), maka tingkat
pengembalian terhadap skala konstan (constant returns to scale).
 Jika kenaikan yang proporsional dalam output kemungkinan lebih
besar daripada kenaikan dalam input (εp > 1), maka tingkat
pengembalian terhadap skala meningkat (increasing returns to scale).
 Jika kenaikan output lebih kecil dari proporsi kenaikan input (εp < 1),
maka tingkat pengembalian terhadap skala menurun (decreasing
returns to scale).
3. Elastisitas Produksi Parsial

Elastisitas produksi parsial berkenaan dengan input tertentu


merupakan ukuran perubahan proporsional pada input-nya
ketika inputlainnya konstan. Sebelum elastisitas produksi parsial dapat
dihitung, terlebih dahulu dicari nilai Total Physical Product, Average Physical
Product, dan Marginal Physical Product, yang dirumuskan:

Total Physical Product (TPP) dianggap sebagai hubungan teknis antara satu
variabel faktor produksi (input) dan output dapat ditunjukkan oleh suatu
fungsi produksi yang secara matematis dapat ditulis (Sudarman, 1989) :

Average Physical Product (APP) dari suatu fungsi produksi adalah total
produksi dibagi dengan jumlah faktor produksi yang digunakan untuk
menghasilkan produk tersebut. APP adalah perbandingan output faktor
produksi untuk setiap tingkat output dan faktor produksi yang bersangkutan
(Sudarman, 1989). Persamaan untuk mencari nilai APP adalah sebagai
berikut:
Marginal Physical Productivity (MPP) dari suatu faktor produksi adalah
bertambahnya total produksi yang disebabkan oleh bertambahnya satu unit
faktor produksi variabel ke dalam proses produksi di mana faktor produksi
yang lain tetap tidak berubah jumlahnya (Sudarman, 1989). Persamaannya
adalah:

Elastisitas produksi parsial berkenaan dengan input tertentu merupakan


ukuran perubahan proporsional output-nya disebabkan oleh perubahan
proporsional pada input-nya ketika input-input yang lain konstan
5.5 Konsep Produksi Jangka Panjang

Alat penting untuk menganalisis efisiensi produksi jangka panjang adalah


kurva isoquant dan kurva isocost

1. Kurva isokuan

Kurva isoquant adalah kurva yang memberikan gambaran tentang hubungan


titik-titik kombinasi input yang mungkin secara fisik mampu menghasilkan
kuantitas out put yang sama. Prinsif-prinsif maupun karakteristik dari kurva
ini sama dengan kurva indiferen, yaitu :

 Kurva isoquant merupakan fungsi kontinyu, serta kurva-kurvanya


tidak saling berpotongan

 Semua kombinasi rasional dari input sumber daya yang


menghasilkan output yang sama, terletak pada satu kurva
isoquan yang memiliki slope negatif dan berbentuk cembung
(konvex)

 Kurva isoquant Q2 yang menempati kedudukan lebih tinggi,


terletak di atas atau disebelah kanan dari kurva isoquant Q1,
menunjukkan bahwa kombinasi input pada isoquant Q2 itu
mampu menghasillkan kuantitas output yang lebih tinggi
daripada kombinasi input pada kurva isoquant Q1 (Q2>Q1)

Selanjutnya dapat digambarkan sbb :


Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa kombinasi beberapa input Modal
(K) dan tenaga kerja (L) dapat menghasilkkan output yang sama, misalnya
kurva Q1 dengan output sebesar 100

2. Kurva Isocost

3. Kurva keseimbangan produsen

5.6. Konsep Skala Output dalam produksi jangka panjang

5.7. Perubahan teknologi dalam Sistem Produksi

5.8. Penggunaan Fungsi Produksi Cobb Douglass Jangka Panjang

Anda mungkin juga menyukai