Keputusan bisnis yang efektif harus dimulai dari identifikasi secara tepat apa yang menjadi
masalah bisnis itu. Masalah bisnis dapat dipahami sebagai penyimpangan yang terjadi antara
performansi bisnis aktual dan sasaran bisnis yang telah direncanakan misalnya penjualan
menurun, biaya produksi meningkat, produktifitas input tenaga kerja dan modal menurun,
keterampilan tenaga kerja rendah dsb.
Ekonomi manajerial mempelajari prilaku atau interaksi konsumen dan produsen di pasar.
Apabila informasi yang tepat tentang penyebab masalah bisnis yang timbul itu telah diperoleh,
maka keputusan bisnis yang efektif dapat dilakukan oleh para manajer.
Harrington (1995) mengemukan bahwa dewasa ini Amerika Serikat telah menerapkan sistim
manajemen bisnis total dalam suatu industri modern. Manajemen bisnis total mengintegrasikan
manajemen produktivitas total , manajemen kualitas total , manajemen sumberdaya manusia
total , manajemen teknologi total dan manajemen biaya total melalui pengembangan
sumberdaya manusia yang handal untuk memperoleh hasil optimum yang berorientasi pada
kepuasan konsumen. Sasaran akhir dari manajemen bisnis total adalah meningkatkan
kepuasan konsumen melalui perbaikan proses dari sistem industri secara terus menerus.
Permintaan adalah kuantitas barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh
konsumen selama periode waktu tertentu (jam, hari, minggu,..dst).
Model matematika dari konsep permintaan adalah :
QDX = f(Px, I, Pr, Pe, Ie, PAe, T, N, A, F, O)
Tanda Slop
NO. Nama Variabel Simbol Bentuk Hubungan
Parameter
1 Harga Produk P Negatif (terbalik) Negatif (-)
Hubungannya dengan Harga barang X : (untuk barang subtitusi) Contohnya Bila harga
kompor gas semakin tinggi, maka permintaan kompor minyak sebagai subtitusi dari kompor gas
akan meningkat untuk menggantikan (subtitusi) kompor gas yang tinggi harganya. (untuk
barang kokplementer) contohnya bila harga gas naik yang merupakan komplementer dari
kompor gas, maka permintaan kompos gas akan turun.
Hubungannya dengan Ekspektasi konsumen terhadap Harga barang X pada masa yang
akan datang (sifatnya postif). Contohnya bila diumumkan akan ada kenaikan harga BBM,
pada satu bulan yang akan datang, maka terjadi kenaikan permintaan BBM
Hubungannya dengan biaya promosi barang X(sifatnya positif) : Contohnya pasta gigi
merek pepsoden mengalami peningkatan permintaan karena adanya peningkatan biaya
promosi barang tersebut.
ANALISIS PERMINTAAN
Manajemen bisnis harus mampu melakukan analisis tentang bagaimana permintaan pasar
terhadap produk yang sedang dihasilkan oleh bisnis itu.
Suatu perusahaan harus memiliki informasi yang baik tentang fungsi permintaan dari produk
yang dihasilkannya agar dapat dibuat keputusan manajerial yang tepat yang berkaitan dengan
target perusahaan tersebut. Misalanya bagaimana pengaruh harga terhadap produk
perusahaan tersebut sehingga akan membantu manajemen dalam penetapan harga produk
tersebut. Contoh lain bagaimana pengaruh iklan terhadap permintaan produk sehingga akan
membantu manajemen dalam penetapan anggaran iklan yang efektif.
Dimana tanda (I) menunjukkan bahwa semua variiabel setelah tanda tersebut dianggap
konstan.
Contoh : survey pasar di Makassar atas permikntaan TV warna 20 inchi di peroleh fungsi
permintaannya sbb :
Tahun 1996 saat survey pasar dilakukan, rata harga TV warna 20 inchi (fungsi banyak) di pasar
Makassar adalah Rp. 1,1 Juta dan rata-rata harga (fungsi terbatas) adalah Rp. 0,9 Juta. Rata-
rata pendapatan konsumen Rp 10 juta pertahun. Total pengeluaran iklan untuk jenis TV
tersebut (fungsi banyak) adalah Rp. 5 M. Berdasarkan informasi tersebut, maka analisis
permintaanya adalah
Jadi berdasarkan fungsi permintaann tersebut, maka pihak manajemen dapat menyusun skedul
permintaan produk X berdasarkan pengaruhnya terhadap harga yang dapat dibuat dalam
bentuk tabel maupun kurva sbb :
Bentuk kurvanya :
Jadi dari skedul permintaan jenis TV tersebut, jika dibuat 9 alternatif kombinasi yaitu kombinasi
A,B,C,D,E,F,G,H,I, maka selanjutnya perlu dijawab pertanyan :
Berapa ekspektasi kuantitas produk yang akan dibeli atau diminta oleh konsumen
pada suatu titik harga produk tertentu?
Berapa harga produk yang sesuai dengan titik kuantitas permintaan oleh
konsumen?
Jadi jika rata-rata harga TV 20 inci (fungsi banyak) atau harga rata-rata industri adalah Rp. 1,1
juta sedangkan harga rata-rata produk subtitusinya (fungsi terbatas) Rp. 900 ribu, maka bagi
perusahaan yang kompetitif akan menetapkan harga antara Rp. 1,1 juta dengan Rp. 900 ribu.
Misalnya ditetapkan harga (fungsi banyak) Rp. 1,05 juta, maka jawaban dari pertanyaan
pertama adalah :
Jadi bila produsen ingin menjual produk tersebut sebanyak 59.600 unit, maka harus ditetapkan
harga maksimum sebesar Rp. 1,05 juta
Bagaimana bila dipaksakan ditetapkan harga mengikuti rata-rata harga (fungsi banyak) Rp. 1,1
juta?, maka produsen hanya boleh berharap menjual sebanyak 52.100 unit. Perhitungannya
sbb :
Jadi bila ditetapkan harganya Rp. 1,05 juta perunit, maka produsen harus mampu
menghasilkan produk sejumlah 59.600 unit karena sebanyak inilah yang mungkin akan diminta
oleh konsumen dengan, dan produsen yang profesional harus mampu memperhatikan
ketepatan waktu dalam menyiapkan produknya untuk memenuhi permintaan pasar tersebut.
Katakanlah produsen ternyata hanya mampu menghasilkan 55.000 unit, lalu berapa harga
perunit yang diharapkan?.
Misalnya, mengapa harga rumah meskipun meningkat, terkadang permintaan terhadap produk
perumahan tetap meningkat?. Ini seolah-olah bertentangan dengan hukum permintaan. Untuk
itu seorang manajer perlu memahami konsep dan analisis perubahan fungsi permintaan (bukan
perubahan jumlah yang diminta) agar mampu menjelaskan penomena tersebut.
Bila salah satu variabel penentu permintaan (di luar variabel harga) dalam fungsi permintaan
berubah nilainya, maka akan menghasilkan fungsi permintaan baru yang mengakibatkan
adanya pergeseran kurva permintaan sehingga bila pengaruh variabel tersebut lebih besar dari
pengaruh harga, maka seolah olah kenaikan harga produk diikuti oleh kenaikan permintaan.
Pada konteks seperti ini hukum permintaan tetap berlaku bahwa bila harga naik akan
menyebabkan permintaan produk akan turun. Namun penurunan permintaan tersebut
dipengaruhi pula kenaikan permintaan yang lebih besar sebagai akibat dari pengaruh (misalnya
iklan).
Pada kasus TV warna 20 inci, peningkatan pengeluaran iklan akan merobah pola permintaan
produk tersebut. Hal ini dapat dijelaskan sbb:
Misalnya pengaruh peningkatan pengeluaran iklan sebesar 20% (dari 5 M menjadi 6 M), maka
Fungsi permintaan TV warna 20 inchi (fungsi banyak) di Pasar Makassar tahun 1996 yang
sebelumhya adalah :
= 217,1 – 15Px
Akan menjadi :
= 242,1 – 15Px
Ataukah bila anggaran iklan diturunkan dari 5M menjadi 4 M, maka Fungsi permintaan TV
warna 20 inchi (fungsi banyak) di Pasar Makassar tahun 2017 sebagai akibat penurunan
anggaran iklan sebesar 20% tersebut akan menjadi:
= 192,1 – 15Px
Sedangkan skedul dari ketiga fungsi permintaan TV tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Catatan : kuantitas permintaan selalu bernilai positif, paling rendah bernilai nol.
Perubahan permintaan yang menggeser kurva permintaan televisi dapat dilihat pada kurva
berikut :
Penawaran adalah kuantitas produk yang ditawarakan untuk dijual di pasar yang secara umum
sangat bergantung pada sejumlah variabel. Variabel-variabel tersebut antara lain:
Harga dari produk X yang ditawarkan itu (Px)
Harga dari input yang digunakan untuk memproduksi produk X (Pi)
Harga dari produk lain yang berkaitan (Pr)
Tingkat teknologi yang tersedia (T)
Ekspektasi produsen berkaitan dengan harga produk X yang ditawarkan itu di
masa mendatang (Pe)
Banyaknya perusahaan yang memproduksi produk sejenis yang ditawarkan itu
(Nf)
Faktor-faktor spesifik lain yang berkaitan dengan penawaran terhadap produk X
itu, misalnya kondisi perekonomian negara, fasilitas dari pemerintah, keadaan
politik dll. (O).
Hubungan kuantitas yang ditawarkan dengan variabel-varibel yang mempengaruhinya tersebut
dapat dinyatakan dalam bentuk model matematika :
Tanda Slop
NO. Nama Variabel Simbol Bentuk Hubungan
Parameter
1 Harga Produk P Positif (searah) Positif(+)
ANALISIS PENAWARAN
Dimana tanda (I) menunjukkan bahwa semua variiabel setelah tanda tersebut dianggap
konstan.
Contoh : dengan menggunakan data hipotesis, telah dilakukan analisis penawaran sewa ruang
untuK Mall di Makassar pada tahun 2016 dengan fungsi penawaran sbb :
Misalnya pada saat analisis penawaran ini dilakukan diperoleh informasi bahwa rata-rata harga
sewa ruang Mall di pasar Makassar adalah US$ 75 perm2 perbulan. Rata-rata biaya
pembangunan ruang Mall adalah US$500 perm2. Rata-rata harga sewa ruang perkantoran
US$25 perm2 perbulan dan jumlah pengembang yang menawarkan sewa ruang Mall sebanyak
20 perusahaan. Berdasarkan informasi tersebut, maka analisis penawarannya adalah :
Jadi berdasarkan fungsi penawaran tersebut, maka pihak manajemen dapat menyusun skedul
penawaran produk X berdasarkan pengaruhnya terhadap harga yang dapat dibuat dalam
bentuk tabel maupun kurva sbb :
Bentuk kurvanya :
Jadi dari skedul penawaran ruang Mall tersebut, jika dibuat 9 alternatif kombinasi yaitu
kombinasi A,B,C,D,E,F,G,H,I, maka berbagai keputusan yang berkaitan dengan penawaran
ruang Mall dapat dilakukan secara efektif. Misalnya :
Jika harga yang berlaku di pasar telah ditentukan ataupun jika ingin memasuki pasar dengan
menetapkan harga dari suatu produk, berapa kuantitas barang yang ditawarkan yang sesuai
dengan harga tersebut?
Misalnya ditetapkan sewa ruang Mall sebesar US$75m2 perbulan, maka kuantitas barang yang
ditawarkan yang sesuai dengan harga tersebut adalah :
Dalam ekonomi manajerial, harga US$75/m2perbulan disebut sebagai harga penawaran yaitu
harga minimum yang mampu mendorong produsen untuk menwarkan sejumlah output.
Misalnya, mengapa harga semen meskipun harga dasar telah dinaikkan, tetapi kuantitas semen
yang ditawarkan oleh produsen tidak meningkat malahan menurun? Ini seolah-olah
bertentangan dengan hukum penawaran. Untuk itu seorang manajer perlu memahami konsep
dan analisis perubahan fungsi penawaran (bukan perubahan jumlah yang ditawarkan) agar
mampu menjelaskan penomena tersebut.
Bila salah satu variabel penentu penawaran (di luar variabel harga) dalam fungsi penawaran
berubah nilainya, maka akan menghasilkan fungsi penawaran baru yang mengakibatkan
adanya pergeseran kurva penawaran sehingga bila pengaruh variabel tersebut lebih besar dari
pengaruh harga, maka seolah olah kenaikan harga produk tidak diikuti oleh kenaikan
penawaran dari produsen. Pada konteks seperti ini hukum penawaran tetap berlaku bahwa bila
harga naik akan menyebabkan penawaran produk akan meningkat. Namun kenaikan
penawaran tersebut dipengaruhi pula oleh penurunan penawaran yang lebih besar sebagai
akibat dari pengaruh (misalnya kanaikan harga input).
Pada kasus sewa ruang Mall, peningkatan harga input akan merobah pola penawaran produk
tersebut. Hal ini dapat dijelaskan sbb:
Misalnya pengaruh peningkatan harga input sebesar 50% (dari US$500/m2 menjadi
US$750/m2), maka Fungsi penawaran sewa ruang Mall di Pasar Makassar tahun 2016 yang
sebelumhya adalah :
Akan menjadi :
ataukah harga input diturunkan sebesar 50% (dari US$500/m2 menjadi US$250/m2), maka
Fungsi penawaran sewa ruang Mall di Pasar Makassar tahun 2016 akan menjadi :
Sedangkan skedul dari ketiga fungsi permintaan TV tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Skedul Permintaan dari Ketiga Fungsi Permintaan TV Warna 20 Inchi
Catatan : kuantitas permintaan selalu bernilai positif, paling rendah bernilai nol.
Perubahan permintaan yang menggeser kurva permintaan televisi dapat dilihat pada kurva
berikut :
6 T Positif (+)
Selera konsumen
T Menurun
7 N Positif (+)
Banyaknya konsumen
T Meningkat N Menurun
potensial
8 A N Meningkat Positif (+)
Pengeluaran iklan
A Menurun
9 F Positif (+)
Features atau atribut
A Meningkat F Menurun
produk
F Meningkat
ELASTISITAS PERMINTAAN
Elastisitas mengukur persentase perubahan nilai variabel tidak bebas sebagai akibat dari
perubahan satu persen nilai variabel bebas
Elastisitas harga dari permintaan, biasa disingkat menjadi elastisitas permintaan (Ep) adalah
persentase perubahan kuantitas yang diminta dibagi dengan persentase perubahan harga
Koefisien elastisitas (Ep) selalu bernilai negatif karena harga dan kuantitas barang yang diminta
berhubungan negatif (∆Q/AP < 0) tetapi diucapkan dalam nilai mutlaknya
Nilai koefisien elastisitas permintaan (Ep) memberikan informasi apakah suatu produk elastis
atau inelastis, seperti pada tabel berikut :
Bila koefisien elastisitas permintaan sudah diketahui, maka manajer dapat membuat
keputusan yang efektif. Misalnya diketahui Ep produk X = -2,5. Bila ingin diperkirakan besarnya
peningkatan kuantitas yang diminta konsumen bila harga diturunkan sebesar 8 % adalah :
Ep = (% ΔQ/%ΔP)
%ΔQ = -2,5 x -8% = 20% yang berarti manajer mengharapkan terjadi peningkatan
permintaan produk X sebesar 20% bila harga diturunkan 8%
Alternatif lain yang bisa dipertimbangkan adalah berapa besar persentase penurunan harga
bila dilakukan peningkatan penjualan sebesar 30%
Ep = (% ΔQ/%ΔP)
%ΔP = 30%/ -2,5% = -12% yang berarti manajer harus menurunkan harga produk X
sebesar 12% agar mampu meningkatkan penjualan sebesar 30%
Elastisitas titik adalah pengukuran elastisitas permintaan yang dilakukan pada suatu titik
tertentu dari suatu kurva permintaan dengan menggunakan rumus :
ΔQ /ΔP = -3,5
Ep = (ΔQ/ΔP) / (P/Q) = (-3,5)/(10/210) = -0,167, yang berati bahwa bila harga produk
X berubah dalam prosentase yang kecil (mis. 1%) dari harga semula (US$10 perunit),
maka kuantitas yang diminta akan berkurang sebesar 0,167% . Hal ini menunjukkan
bahwa permintaan terhadap produk X bersifat inelastik
Teknik lain dalam perhitungan elastisitas titik adalah dengan merubahnya menjadi persamaam
permintaan invers linier P = (245/3,5) – (1/3,5)Q atau P=70-(1/3,5)Q
Ep pada titik harga US$10 perunit = (%ΔQ/% ΔP) = P/(P-c) = 10/(10-70) = 10/-60 = -0,167
Berdasarkan informasi Ep yang konstan pada interval harga tertentu, seorang manajer dapat
mengambil kebijakan yang tepat pada interval harga tersebut. Ini berati bahwa meskipun ada
perubahan harga produk di pasar, namun perubahan tersebut masih berada pada interval
harga, maka kebijakan awal yang diambil masih efektif.
Untuk itu Elastisitas interval adalah pengukuran elastisitas permintaan yang dilakukan pada
sepanjang interval tertentu dari suatu kurva permintaan dengan menggunakan rumus Ep =
(%ΔQ/% ΔP) = (ΔQ/rata-rata Q)/ (ΔP/rata-rata P)= (ΔQ/ ΔP)/ (rata-rata P/rata-rata Q)
Contoh : Bila terdapat skedul permintaan sepatu olah raga di Makassar tahun
2017 dengan persamaan : QDX = 217,1 -15P
Interval
Interval Interval Harga Rata-rata Q Ep Sifat
NO. Quantitas Rata-rata P
(P,Q) (Rp.100.000) Elastisitas
(Ribu Unit) Permintaan
Contoh :Berapa Ep pada interval AB ( harga 13,0 – 12,0 dan kuantitas 22,1 sampai
37,1) adalah :
ΔQ /ΔP = -15
= -15(12,5/29,6) = -6,33
Banyak produk subtitusi yang tersedia di pasar pada tingkat harga kompetitif
Penerimaan total adalah total uang yang dibayarkan kepada produsen untuk suatu produk dan
dihiitung sebagai perkalian antara harga produk (P) dan kuantitas produk yang diminta (Q).
Formulanya adalah :
TR = P x Q,
Untuk menjelaskan hubungan antara elastisitas permintaan dengan penerimaan total, dapat
dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan tabel di atas, bila harga harga rata-rata TV 20 inci di Makassar Rp. 1,1 juta
perunit, maka penerimaan totalnya (TR) sebesar Rp. 57,31 Milyar. Sedangkan Ep = -3,17 yang
berarti permintaan TV pada harga tersebut adalah elastik karena setiap perubahan harga jual
(misalnya meningkat sebesar 1% ) akan menurunkan kuantitas permintaan sebesar 3,17%.
Bila perusahaan berhasil menurunkan biaya produksi sehingga mampu dijual dengan harga Rp
1 juta perunit pada tahun berikutnya, maka seorang manajer dapat mengetahui pengaruh
penurunan harga jual tersebut terhadap penerimaan total yaitu menjadi Rp. 67,10 milyar. Jadi
penurunan harga tersebut telah menyebabkan peningkatan penerimanan menjadi Rp. 67,10
milayar – Rp. 57,31milyar = Rp. 9,79 milyar.
Apabila ingin diketahui berapa pengaruh sesungguhnya dari perubahan harga (ΔP) terhadap
perubahan penerimaan total (ΔTR), serta berapa pengaruh sesungguhnya dari perubahan
kuantitas permintaan (ΔQ) terhadap perubahan penerimaan total (ΔTR), maka analisis dapat
dilakukan sbb:
Perubahan harga produk TV dari Rp. 1,1 juta tahun 2016 menjadi Rp. 1,0 juta
perunit tahun 2017 terhadap ΔTR
Ini berarti bahwa penurunan harga produk TV sebesar Rp. 0,1 juta perunit tahun 2017
telah menurunkan total penerimaan sebesar Rp. 5, 21 milyar
Perubahan kuantitas TV yang diminta yang semula 52.100 unit menjadi 67.100
unit tahun 2017 terhadap ΔTR pada tingkat harga TV Rp. 1,0 juta perunit tahun
2017 (P=10) :
Ini berarti bahwa kenaikan kuantitas permintaan TV sebesar 15.000 unit tahun 2017
telah meningkatkan total penerimaan sebesar Rp. 15 milyar
Berdasarkan analisa no. 1 dan 2 di atas bahwa pengaruh penurunan harga dari
Rp. 1,1 juta menjadi Rp. 1,0 juta serta pengaruh kenaikan kuantitas dari 52.100
unit menjadi 67.100 unit telah meningkatkan penerimaana total dari Rp. 57,31
milyar menjadi Rp. 67,10 milyar atau sebesar Rp. 9,79 milyar. Hal ini diperoleh
akibat terjadinya penurunan total penerimaan sebesar Rp. 5,21 milyar akibat dari
penurunan harga dan peningkatan total penerimaan sebesar Rp. 15 milyar akibat
dari kenaikan kuantitas permintaan, atau
Hubungan elastisitas harga dari permintaan dengan penerimaan total secara umum
dapat ditunjukkan pada tabel berikut
Dampak pada
Elastisitas
NO. Perubahan Harga Produk (ΔP) Penerimaan Total
permintaan
(TR)
1 Elastik Meningkat Menuru
Menurun n
Meningk
2 Elastik unitary Meningkat at
Menurun
Tetap
4 Inelastik Meningkat Tetap
Menurun
Meningk
at
Menuru
n
Berdasarkan tabel di atas, maka seorang manajer dapat mengetahui bahwa elastisitas
permintaan untuk produk yang dijual adalah elastik pada tingkat harga jual sekarang, maka bila
manajer menaikkan harga jual akan memberikan dampak penurunan penerimaan total,
sebaliknya akan menaikkan penerimaan total bila menurunkan harga jual. Jadi elastisitas
permintaan untuk produk yang elastik bersifat negatif (berbanding terbalik) dengan penerimaan
total, sebaliknya yang inelastik bersifat positif (berbanding lurus). Bentuk hubungan tersebut
dapat dilihat pada grafik berikut.
Hal ini berarti bahwa apabila produk-produk yang dijual itu berada dalam daerah permintaan
elastis, maka strategi paling efektif untuk meningkatkan penerimaan total adalah melalui
penurunan harga produk. Sebaliknya bila produk yang dijual itu berada di dalam daerah yang
memiliki elastisitas permintaan yang inelastik, maka startegi yang paling efektif untuk
meningkatkan penerimaan total adalah melakukan peningkatan harga dari produk tersebut.
Bila produk yang dijual memiliki elastititas permintaan elastik unitary = 1, strategi perubahan
harga (menaikkan ataupun menurunkan harga) menjadi tidak efektif karena tidak memberikan
dampak pada perubahan penerimaan total
TR = PxQ ΔTR
Q ΔQ
P (Rp. Ratus (Rp. Ratus MR = ΔTR/ΔQ
NO. (Ribu
(Rp.000)
Unit) juta) juta) (Ribu unit)
(Rp. Ratus ribu)
Misalnya pada tahun 2016 harga jual TV 20 inci = Rp. 1,1 juta perunit (P=11). Bila perusahaan
berhasil menurunkan biaya produksi sehingga dapat dijual dengan harga Rp. 1,0 juta (P=10),
maka dari tabel di atas diharapkan adanya penambahan penerimaan total sebesar Rp. 652.667
perunit penambahan penjualan. Sedangkan jumlah tambahan unit adalah (67.100 unit - 52.100
unit) = 15.000 unit, sehingga penambahan penerimaan total yang diharapkan adalah ΔTR =
MR x ΔQ = Rp. 652.67 perunit x Rp. 15.000 = Rp. 9,79 milyar.
MR harus lebih kecil dari P untuk semua produk yang terjual setelah unit
pertama, sebab harga harus dibuat lebih rendah agar mampu menjual kebih
banyak unit produk. Hal ini dapat ditunjukkan melalui grafik kurva penerimaan
marjinal (MR) yang kedudukannya lebih rendah dari pada kurva permintaan (Q Dx)
Hubungan antara Ep, MR dan TR untuk suatu permintaan linier dapat digambarkan sbb:
Pengeluaran iklan adalah salah satu variabel endogen yang dapat dikendalikan oleh
perusahaan disamping variabel harga dan atribut produk. Melalui koefisien elastisitas
periklanan dapat dikaji apakah pengeluaran iklan beserta strategi periklanan selama ini telah
efektif atau belum. Koefisien elastisitas periklanan yang rendah mencerminkan bahwa
pengeluaran iklan beserta strategi yang dilaksanakan selama ini kurang efektif karena
perusahaan harus mengeluarkan anggaran iklan yang lebih besar agar mampu meningkatkan
produknya.
Perhitungan elastisitas periklanan dari permintaan menggunakan konsep dasar perhitungan
elastisitas secara umum yaitu
Tehnik perhitungan elastisitas periklanan dari permintaan dapat dijelaskan dengan contoh
kasus : Berdasarkan survey pasar di Makassar bahwa permintaan TV 20 inci berdasar pada
fungsi permintaan sbb :
A : Pengeluaran iklan untuk produk TV 20 inci (fungsi banyak) dalam Rp. Ratus juta
Pertahun
Bila rata-rata harga TV 20 inci (fungsi banyak) = Rp. 1,1 juta, rata-rata harga TV 20 inci (fungsi
terbatas) = Rp. 0,9 juta, rata-rata pendapatan konsumen TV 20 inci (fungsi banyak) = Rp. 10
juta pertahun dan total pengeluaran iklan untuk TV 20 inci (fungsi banyak) = Rp. 5 milyar.
Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat dihitung E A. Dalam kasus ini, fungsi permintaan
QDX dapat diubah hanya melibatkan variabel pengeluaran iklan sebagai variabel bebas dengan
jalan mensubtitusi nilai-nilai dari variabel bebas lain kecuali pengeluaran iklan ke dalam
persamaan permintaan sbb :
= 72,9 + 2,5 A
Berbagai koefisien elastisitas periklanan dari permintaan untuk produk TV yang dihitung
menggunakan teknik perhitungan elastisitas titik, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Elastistitas periklanan dari permintaan untuk produk TV pada berbagai anggaran
pengeluaran iklan (cateris paribus)
ΔQ
ΔA
Titik Q
A (Ribu unit) (Ribu unit) (Rp Ratus Juta) EA=(%ΔQ/% ΔA)
No Kombinasi
(Rp. Ratus juta) =(ΔQ/ ΔA)/ (A/Q)
(A,Q)
1 A 35 14,6 - - -
2 B 40 27,1 12,5 5 3,69
3 C 45 39,6 12,5 5 2,84
4 D 50 52,1 12,5 5 2,40
5 E 55 64,6 12,5 5 2,13
6 F 60 77,1 12,5 5 1,95
7 G 65 89,6 12,5 5 1,81
8 H 70 102,1 12,5 5 1,71
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mis. pada tingkat anggaran pengeluaran iklan sebesar
Rp. 5 milyar (A=50), EA = 2,40 yang artinya bahwa setiap perubahan anggaran pengeluaran
iklan sebesar 1% dari anggaran Ră. 5 milyar akan meningkatkan kuantitas penjualan TV
sebesar 52.100 unit. Bagi seorang manajer ini dapat memberikan informasi untuk menetapkan
strategi periklanan yang efektif. Mis. Akan ditingkatkan anggaran periklanan menjadi Rp. 5,5
milayar pada tahun berikutnya, maka pihak perusahaan dapat mengharapkan peningkatan
permintaan menjadi 64.600 unit. Jadi peningkatan anggaran periklanan sebesar 10% (dari Rp.
5 M menjadi Rp. 5,5 M) akan mampu meningkatkan permintaan TV sebesar 24% ( dari 52.100
unit menjadi 64.600 unit) pada tahun berikutnya. Berarti EA = (%ΔQ/% ΔA) =24%/10% = 2,4
Elastisitas periklanan dari permintaan dari produk TV pada berbagai anggaran pengeluaran
iklan (cateris Paribus)
Contoh :
(ΔQS/ΔA) = 2,5
= 2,5(52,5/58,35) = 2,25
Berarti bahwa apabila rata-rata pengeluaran iklan dalam interval iklan Rp. 5 milyar – Rp.
5,5 milyar pertahun meningkat 1%, maka kuantitas rata-rata permintaan akan meningkat
2,25% dari kuantitas yang sekarang sebesar 583.500 unit (cateris paribus).
Beberapa kesimpulan :
Bila produk X dan Y bersifat subtitusi, maka EXY positif (˃ 0). Sedangkan bila produk X dan
Y bersifat komplementer, maka EXY negatif (˂ 0). Sedangkan bila produk X dan Y tidak
saling berkaitan, maka EXY = 0.
Bila pada survey pasar di Makassar tahun 2016, fungsi permintaan TV 20 Inci sbb:
QDX : kuantitas permintaan (penjualan TV) 20 inci (fungsi banyak) dalam ribu unit
Px : Harga TV 20 inci fungsi banyak dalam Rp. Ratus ribu
Pr : Harga TV 20 inci fungsi terbatas dalam Rp. Ratus ribu
I : Pendapatan konsumen (Rp. Jutaan pertahun)
A : Pengeluaran iklan untuk produk TV 20 inci (fungsi banyak) dalam Rp. Ratus juta
Pertahun
Bila rata-rata harga TV 20 inci (fungsi banyak) = Rp. 1,1 juta, rata-rata harga TV 20 inci (fungsi
terbatas) = Rp. 0,9 juta, rata-rata pendapatan konsumen TV 20 inci (fungsi banyak) = Rp. 10
juta pertahun dan total pengeluaran iklan untuk TV 20 inci (fungsi banyak) = Rp. 5 milyar.
Dalam kasus di atas produk TV 20 Inci fungsi terbatas dapat dianggap sebagai produk suibtitusi
bagi TV 20 inci fungsi banyak .
Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat dihitung EXY. Dalam kasus ini, fungsi permintaan
QDX dapat diubah hanya melibatkan harga produk TV fungsi terbatas sebagai variabel bebas
dengan jalan mensubtitusi nilai-nilai dari variabel bebas lain kecuali harga produk ke TV
berwarna fungsi terbatas ke dalam persamaan permintaan sbb :
= -15,4 + 7,5 PY
Berbagai koefisien elastisitas harga silang dari permintaan untuk produk TV berwarna fungsi
banyak yang dihitung menggunakan tehnik perhitungan elastisitas titik ditunjukkan pada tabel
berikut
Tabel Elastistitas harga silang dari permintaan untuk produk TV fungsi banyak pada berbagai
perkiraan harga TV fungsi terbatas (cateris paribus)
ΔQX
Titik QX
PY (Ribu unit) (Ribu unit) ΔPY EXY=(%ΔQX/%
No Kombinasi
(Rp. Ratus juta) ΔPY) =(ΔQX/ ΔPY)/
(PY,QX) (Rp Ratus Juta) (PY/QX)
1 A 7,0 37,10 - - -
2 B 7,5 40,85 3,75 0,5 1,38
3 C 8,0 44,60 3,75 0,5 1,35
4 D 8,5 48,35 3,75 0,5 1,32
5 E 9,0 52,10 3,75 0,5 1,30
6 F 9,5 55,85 3,75 0,5 1,28
7 G 10,0 59,60 3,75 0,5 1,26
8 H 10,5 63,35 3,75 0,5 1,24
Misalnya pada tingkat harga TV fungsi terbatas Rp. 0,9 juta perunit (P Y = 9,0) adalah sebesar
1,30. Ini dapat diartikan bahwa setiap perubahan harga TV fungsi terbatas sebesar 1 % dari
tingkat harga produk subtitusi itu pada tahun 2016, akan mengubah kuantitas penjualan
sebesar 52.100 unit. Informasi tersebut akan memberikan petunjuk kepada manajer untuk
mengantisipasi perubahan harga produk pesaing terhadap perubahan penjualan produknya.
Bila tahun 2017 pihak pesaing mengumumkan penurunan harga dari Rp. 0,9 juta menjadi Rp.
0,85 juta perunit TV fungsi terbatas, maka manajer produsen TV fungsi banyak dapat
memperkirakan bahwa kuantitas permintaan terhadap produksinya akan menurun sampai
48.350 unit. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan harga TV fungsi terbatas sebesar 5,55%
(dari Rp 0,90 juta menjadi Rp. 0,85 juta telah menurunkan penjualan TV fungsi banyak
sebesar 7,20 % (dari 52.100 unit pada tahun 1996 menjadi 48.350 unit tahun 1997).
Elastisitas Harga silang dari permintaan dari produk TV fungsi banyak pada berbagai perkiraan
harga TV fungsi terbatas (cateris Paribus)
Rata-rata P
Interval Interval P (Rp. Interval QX (Ribu Y
NO. (Rp. Ratus Rata-rata QX
(PY,QX) Ratus ribu) unit) ribu)
EXY
(Ribu unit)
Contoh :
EA pada interval DE (harga produk subtitusi P Y = 8,5 – 9,0 dan kuantitas QX = 48,35 –
52,10) :
(ΔQX/ΔPY) = 7,5
= 7,5(8,75/50,225) = 1,31
Berarti bahwa apabila rata-rata harga prodduk subtitusi dalam interval harga Rp. Rp.
0,85 juta – Rp. 0,9 juta pertunit itu meningkat/menurun 1%, maka kuantitas rata-rata
permintaan TV fungsi banyak akan meningkat/menurun sebesar 1,31% dari kuantitas
rata-rata yang sekarang sebesar 50.225 unit (cateris paribus).
ELASTISITAS HARGA DARI PENAWARAN
Elastisitas harga dari penawaran mengukur sensitivitas penawaran produk oleh produsen
terhadap perubahan harga jual produk itu, dengan asumsi faktor-faktor lain konstan (catgeris
paribus).
Elastisitas penawaran diukur melalui koefisien elastisitas (Es) yaitu prosentase perubahan
kuantitas yang ditawarkan dibagi dengan prosentase perubahan harga, atau di formulasikan
sbb:
Koefeisien penawaran selalau bernilai positif karena harga dan kuantitas yang
ditawarakan berhubungan searah (ΔQS/ΔP lebih besar 0)
Contoh : Bila terjadi peningkatan harga produk 10% akan menyebabkan peningkatan
kuantitas yang ditawarkan oleh prdusen sebesar 30%, maka
Sebaliknya bila peningkatan harga sebesar 10% hanya meningkatkan penawaran produk
sebesar 5%, berarti Es = (%ΔQS/% ΔP) = 5%/10% = 0,5. Ini berarti bahwa penawaran
produk kurang sensitif terhadap perubahan harga
Catatan : Dalam praktek nyata koefisien elastik sempurna dan inelastik sempurna jarang
ditemukan
Pada saat analisis dilakukan diperoleh informasi bahwa rata-rata harga sewa ruang mall
US$75/m2/bulan. Rata biaya pembangunan ruang mall US$ 500/m 2. Rata-rata harga
sewa ruang perkantoran adalah US$25/m 2/bulan, dan jumlah pengembang yang
menawarkan sewa ruang mall adalah 20 perusahaan .
=100 + 7Px
Perhitungan elastisitas titik dari fungsi penawaran tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut
Contoh :
Es pada interval EF (harga sewa 75 – 80 dan kuantitas ruang sewa 625 – 660) :
(ΔQS/ΔP = 7
= 7(77,5/642,5) = 0,84
Berarti bahwa apabila harga sewa ruang itu meningkat 1% dari harga sekarang, maka
penawaran hanya meningkat 0,84%, berarti bersifat inelastik.
Tugas
PT. Indonesia Emas adalah perusahaan konsultan dan riset pasar yang sedang
membantu PT. Elektronika , produsen tape radio compo untuk keperluan ekspor yang
berlokasi di Kima Makassar, Fungsi permintaan yang dibangun berdasarkan analisa data
dari survei pasar yang komprehensif pada tahun 1996 adalah :
Q = 100-20P+0,4A+0,05I
Dimana Q = kuantitas permintaan radio tape compo diukuyr dalam satuan ribu unit
pertahun, P = harga jual produk (US$/unit, A= pengeluaran iklan (US$ ribu/tahun dan I =
rata-rata pendapatan konsumen negara tujuan ekspor (US$/tahun). Pada saat survei
dilakukan pada tahun 1996 diperoleh informasi bahwa harga jual produk adalah
US$150/unit, pengeluaran iklan sebesar US$6.000.000 pertahun dan rata-rata
pendapatan konsumen negara tujuan ekspor adalah US$30.000/tahun.
Hitung Ep, EA, EI dari penjualan radio tape compo tahun 1996
Pada dasarnya kepuasan konsumen dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen dapat terpenuhi melalui produk yang
dikonsumsi.
Pada umumnya konsumen menginginkan produk yang memiliki karaktersitik lebih cepat,
lebih murah dan lebih baik.
Terdapat 3 dimensi yang perlu diperhatikan yaitu dimensi waktu, dimensi biaya dan
dimensi kualitas
Merupakan pemahaman ekspektasi konsumen pada tingkat yang lebih tinggi yang
dicikrikan melalui pendekatan aktif darai produsen untuk mendengarkan konsumen.
Diosebut pula sebagai pendekatan yang mengkomunikasikan denag konsumen tetapi
masih memandang ekspektagsi konsumen sebagai tujuan kedua. Tujuan utama
produsen adalah menjawab pertanyaaan-pertanyaan kosumen atau menjual lebih
banyak produk utnk memperkenalkan produk baru. Pada level iniu kemampuan untuk
menjaring pandangan-pandangan kosumen tidak optimum karena mekanisme ini didisain
dengan tujuan utama menjawab pertanyaaan-pertanyaan kosumen atau menjual lebih
banyak produk, bukan mendengar ekspektasi konsumen. Contoh : Hot Line, Help Desk,
networks, survei tidak terstruktur, analisa data penjualan, dan umpan balik dari wakil
konsumen.
Arbor , Inc suatu perusahaan riset pasar dan TQM yang berpusat diphiladelpia
memperkenalkan alat yang disebut Jelndela Pelanggan (Customer Wondows) untuk
memahami ekspektagsi konsumen. Pendekatan alat tersebut dimulai dari klarifikasi dan
segmentasipelanggan, kemudian mendisain perntanyaan-pertanyan riset untuk
mempelajari kepuasan relatif dan kepentingan relarif daei karkraktegristik produk yang
diinginkan pelanggan. Hasilnya ditebar untuk memperioritaskan kesempatan perbaikan
pada simple grid yang mewakili inti dari jendela apelanggan. Jendela pelanggan ini
membagu karaktegristik produk ke dalam empat kuadran yaitu :
Dari tabel diatas, dapat diperoleh informasi bahwa dari ketiga merk mobil tersebut merk
FORD WINFSTAR LX memberikan utilitas tertinggi yaitu sebesar 81. Juga diperoleh
informasi bahwa atribut driveline, handling dan fun to driave Ford masih rendah
dibandingkan pesaingnya sehingga pihaka manajemen perlu memperbaiki atribut
tersebut.
Dasar Dari Kurva Indiferen
Asumsi dasar analisa kurva indiferen :
Contoh :
Dimana TUXY : Utilitas total yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi kombinasi
kuantitas produk X dan produk Y
X : kuantitas produk X yang dikonsumsi
Y : kuantitas produk Y yang dikonsumsi
Misalnya TU = 50 util dan TU = 100 unit, skedul kombinasi produk X dan Y yang menhasilkan
TU = 50 dan TU = 100 dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari tabel tersebut di atas bahwa titik kombinasi konsumsi produk X dan Y adalah A, B, C, D
dan E memberikan kepuasan total yang sama besar yaitu 50 util. Sedangkan titik kombinasi
konsumsi produk X dan Y yaitu titik F, G, H, I dan J memberikan kepuasan total yang sama
besar yaitu 100 util. Tentu saja konsumen menginginkan titik kombinasi kepuasan yang berada
pada kurva II yaitu yang dapat memberikan kepuasan sebanyak 100 util.
Pada grafik tersebut terlihat bahwa konsumen rela mengurangi konsumsi Y dari 25 menjadi
12,5 untuk memperoleh penambahan konsumsi X dari 1 unit menjadi 2 unit dan perubahan
tersebut memberikan tingkat utilitas total yang sama yaitu 50 util. Konsep penurunan
konsumesi Y untuk digantikan dengan penambahan konsumsi X sepanjang titik AB di atas
disebut sebagai tingkat subtitusi merjinal dan dinotasikan dengan :
Rata-rata anggaran pengeluaran untuk membeli ban-ban mobil sedan guna enggantian
adalah Rp. 1.000.000 pertahun
Harga perunit ban merkBRIDGESTONE adalah 250.000 sehingga apabla smua anggaran
penheluaran komsumen sebesar Rp. 1.000.000 pertahun itu dibelanjakan pada ban-ban
merek BRIDGESTONE, maka ia akan memperoleh 4 unit baank
Hrga perunit ban merek GOODYEAR adalah Rp. 250.000 sehingga apabila semua
anggarana pengeluaran konsumen sebesar Rp. 1000.000 pertahun itu dibelanjkan pada
ban-ban merk GOODYEAR, amka ia juga akan memeperoleh 4 unit ban.
Berdasarkantabel di atas
PENGARUH PERUBAHAN ANGGARAN PENGELUARAN TERHADAP PERGESERAN GARIS
ANGGARAN KONSUMEN
Produktivitas Kerja
Pengertian produktivitas secara umum adalah rasio antara output dibagi
dengan input. Sementara pendekatan dalam studi produktivitas sering kali
hanya menekankan pada aspek ekonomi tertentu saja. Kenyataannya studi
produktivitas juga mencakup aspek-aspek non ekonomi, yang kadang-
kadang lebih besar peranannya dalam peningkatan produktivitas. Aspek
aspek non ekonomi, seperti manajemen dan organisasi, kualitas kerja,
perlindungan dan keselamatan kerja, motivasi, dan lain sebagainya yang
berperan dalam menggerakkan, mendorong dan mengkoordinasikan para
individu atau kelompok individu lainnya yang terlibat langsung dalam
kegiatan-kegiatan pada setiap unit ekonomi untuk bekerja lebih efektif dan
efisien.
Kesadaran akan peningkatan produktivitas semakin meningkat karena
adanya suatu keyakinan bahwa perbaikan produktivitas akan memberikan
kontribusi positif dalam perbaikan ekonomi. Pandangan bahwa kehidupan
hari ini harus lebih baik dari kehidupan hari kemarin dan kehidupan hari
esok harus lebih dari hari ini, merupakan suatu pandangan yang memberi
dorongan pemikiran ke arah produktivitas.
Manfaat positif apakah yang bisa dicapai dengan terjadinya peningkatan
produktivitas dari suatu aktivitas produksi.
Konsep dasar Strategi JIT adalah memproduksi produk yang diperlukan pada
saat dibutuhkan konsumen dalam jumlah yang sesuai dengan yang
dibutuhkan konsumen pada setiap tahap proses dalam sistem produksi
dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien.
Sistem JIT biasa juga disebut dengan sistem produksi Toyota karena Toyota
yang awalnya mengembankan dan mempromosikan sistem ini.
1. prinsif pertama : output yang bebas cacat adalah lebih penting dari pada
ouput itu sendiri
2. prinsif kedua: cacat, kesalahan-kesalahan, kerusakan, macet dll dapat
dicegah
Q = δ L^α M^β
Bentuk transformasi:
Ln Qn = konstanta + L ln Ln + M ln Mn
Bentuk asli:
Keterangan:
Q = output
L = input jam kerja efektif (tenaga kerja)
M = input jam kerja mesin efektif
δ = koefisien intersep (indeks efisiensi)
α = elastisitas output dari input L
β = elastisitas output dari input M
Indeks efisiensi = ea
Keterangan: e = 2,71828
a = koefisien intersep persamaan regresi
Indeks efisiensi akan didapat dari perhitungan, dengan semakin tinggi
indeks efisiensi produksi berarti proses
transformasi input menjadioutput menjadi semakin efisien. Selain indeks
efisiensi, rasio efisiensi juga akan didapat dari perhitungan. Rasio efisiensi
menunjukkan perbandingan kemampuan menghasilkan output dengan
memakai inputyang tersedia.
2. Return to Scale
Berdasarkan persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas, terdapat tiga situasi
yang mungkin dalam tingkat pengembalian terhadap skala (Browning dan
Browning, 1989).
Jika kenaikan yang proporsional dalam semua input sama dengan
kenaikan yang proporsional dalam output (εp = 1), maka tingkat
pengembalian terhadap skala konstan (constant returns to scale).
Jika kenaikan yang proporsional dalam output kemungkinan lebih
besar daripada kenaikan dalam input (εp > 1), maka tingkat
pengembalian terhadap skala meningkat (increasing returns to scale).
Jika kenaikan output lebih kecil dari proporsi kenaikan input (εp < 1),
maka tingkat pengembalian terhadap skala menurun (decreasing
returns to scale).
3. Elastisitas Produksi Parsial
Total Physical Product (TPP) dianggap sebagai hubungan teknis antara satu
variabel faktor produksi (input) dan output dapat ditunjukkan oleh suatu
fungsi produksi yang secara matematis dapat ditulis (Sudarman, 1989) :
Average Physical Product (APP) dari suatu fungsi produksi adalah total
produksi dibagi dengan jumlah faktor produksi yang digunakan untuk
menghasilkan produk tersebut. APP adalah perbandingan output faktor
produksi untuk setiap tingkat output dan faktor produksi yang bersangkutan
(Sudarman, 1989). Persamaan untuk mencari nilai APP adalah sebagai
berikut:
Marginal Physical Productivity (MPP) dari suatu faktor produksi adalah
bertambahnya total produksi yang disebabkan oleh bertambahnya satu unit
faktor produksi variabel ke dalam proses produksi di mana faktor produksi
yang lain tetap tidak berubah jumlahnya (Sudarman, 1989). Persamaannya
adalah:
1. Kurva isokuan
2. Kurva Isocost