Keterdapatan Dan Tipe Mineral Pada Batubara PDF
Keterdapatan Dan Tipe Mineral Pada Batubara PDF
Masuk: 28 April 2011, revisi masuk : 3 Juli 2011, diterima: 15 Juli 2011
ABSTRACT
Coal is sediment composed by organic and inorganic materials with organic
contents that more than 50%.The organic matters are derived from the remaining plants
and have been decomposition and changes in physical and chemical properties. Based
on their abundance, then the minerals in coal can be divided into primary minerals (major
minerals), extra minerals minor minerals) and trace minerals. Consist of the major
minerals are clay minerals and quartz while the minor minerals are carbonates, sulfides
and sulfates. Analysis that used for mineral in coal is Microscopic optical, Scanning
Electron Microscopic (SEM), Electron Probe Micro Analyzer (EPMA), and x-ray Diffraction
(XRD).
INTISARI
Batubara adalah sedimen yang terdiri dari bahan organik dan anorganik. Batu-
bara mengandung lebih 50% bahan organik. Bahan organik berasal dari sisa-sisa
tumbuhan yang telah mengalami dekomposisi dan mengalami perubahan sifat-sifat fisik
dan kimianya. Berdasarkan kelimpahan mineral yang terkandung di dalamnya, maka
terdapat mayor elemen, minor elemmen dan mineral jejak. Mineral- mineral mayor antara
lain lempung dan kuarsa, sedangkan mineral minor antara lain karbonat, sulfida dan
sulfat. Alat yang digunakan untuk analisa mineral antara lain mikroskop optik, Scanning
Electron Microscopic (SEM), Electron Probe Micro Analyzer (EPMA) dan X-ray Diffraction
(XRD).
1
edynursantoyyk@yahoo.com.au
1
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
ini disebut proses biokimia karena ak- mineral-mineral ini mempunyai ukuran
tivitasnya dilakukan oleh bakteri (Stach, butir lebih kecil dari mineral epigenetic
1982). dan tersebar secara merata pada ba-
Tahap selanjutnya adalah proses tubara.
pembatubaraan yang didominasi oleh Berdasarkan atas dari kelimpah-
proses geokimia. Dalam tahap ini terjadi annya, maka mineral-mineral pada batu-
kenaikan temperatur, tekanan dan waktu bara dapat dibedakan atas: dari mineral
sehingga persentase unsur karbon dalam utama (major minerals), mineral tambah-
bahan asal pembentuk batubara ini cen- an (minor minerals) dan mineral jejak
derung untuk meningkat. Namun sebalik- (trace minerals). Ranton(1982) meng-
nya kandungan dari unsur hidrogen dan golongkan mineral utama jika kadarnya >
oksigen dalam sisa tumbuhan tadi men- 10% berat, mineral tambahan 1-10% dan
jadi berkurang. Karena proses pembatu- mineral jejak , 1% berat. Umumnya yang
baraan ini akan menghasilkan batubara termasuk mineral utama adalah mineral
dengan berbagai peringkat yang sesuai lempung dan kuarsa sedangkan mineral
dengan tingkat kematangan pada bahan minor yang umum adalah karbonat, sul-
organiknya yaitu mulai dari lignit yang fida dan sulfat.
subbituminous, semi antrasit, antarasit
Mineral lempung (Clay) adalah
dan meta antrasit. Adapun Faktor ter-
merupakan kelompok yang paling domi-
penting didalam tahap pembatubaraan
nan dijumpai pada batubara, sekitar 60-
adalah peningkatan secara berangsur
80% dari total mineral matter. Umumnya
angsur dari gradien geotermik, penim-
terdapat sebagai mineral primer yang
bunan (burial) dan waktu (Stach , 1982).
terbentuk akibat adanya aksi air atau
angin yang membawa material detrital ke
METODE
dalam cekungan pengendapan batubara.
Keterdapatan dan tipe mineral
Distribusi mineral lempung dalam batu-
pada batubara adalah merupakan mi-
bara ini dikendalikan oleh kondisi kimia
neral atau mineral matter pada batubara
rawa (Bustin,1989). Spesies mineral lem-
dapat diartikan sebagai mineral-mineral
pung umum terdapat dalam batubara
dan material organik lainnya yang ber-
adalah kaolinite, illite dan montmorilonit.
asosiasi dengan batubara (Ward, 1986).
Kaolinit ini umumnya terdapat dalam ba-
Adapun secara keseluruhan mancakup
tubara secara syngenetic yang terkon-
tiga golongan material yaitu mineral
sentrasi pada bidang perlapisan, tersebar
dalam bentuk partikel diskrit dan kristalin
pada vitrinit sebagai pengisi rekahan dan
pada batubara, unsur atau senyawa dan
lainnya berbentuk speris. Sedangkan
biasanya tidak termasuk unsur nitrogen
illite biasanya lebih banyak terdapat pada
dan sulfur, dan senyawa anorganik yang
batubara dengan lapisan penutup (roof)
larut dalam air pori batubara dan air
batuan sedimen marin.
permukaan
Mineral lempung yang terbentuk
Mineral matter pada batubara da-
pada fase ke dua (secondary), umumnya
pat berasal dari unsur anorganik pada
dihasilkan oleh adanya transformasi dari
tumbuh-tumbuhan pembentuk batubara
lempung fase pertama. Bila kedalaman
atau disebut inherent mineral serta mi-
penimbunan bertambah, maka proporsi
neral yang berasal dari luar rawa atau
kaolinit berkurang sedangkan illite ber-
endapan kemudian ditransport ke dalam
tambah. Asosiasi mineral lempung pada
cekungan pengendapan batubara melalui
lapisan batubara berupa inklusi halus
air atau angin dan dapat disebut extra-
yang tersebar dan sebagai pita-pita lem-
neous atau adventitious mineral matter
pung (tonstein).
(Speight, 1994). Berdasarkan dari episo-
Kuarsa (SiO2) adalah merupakan
de pembentukannya (Mackowsky,1982)
salah satu mineral oksida yang paling
membagi mineral matter menjadi dua ka-
penting terdapat dalam batubara (Tylor et
tegori yaitu: syngenetic dan epigenetic.
al, 1998). Ada dua tipe dari kuarsa yang
Syngenetic (primary) pada mineral matter
dapat dibedakan berdasarkan daripada
adalah mineral yang terbentuk sebagai
teksturnya yaitu: butiran kuarsa klastik
detrital maupun authigenic. Umumnya
berbentuk bulat jika terendapkan melalui
2
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
media air dan berbentuk menyudut jika Mg) CO3 dan ankerit (CaMgFe) CO3.
melalui media angin. Tipe lainnya adalah Mineral-mineral ini dapat terbentuk baik
kuarsa kristal halus yang terbentuk dari pada fase syngenetic akhir maupun pada
larutan setelah pengendapan batubara. epigenetic (Diessel, 1992). Pada karbo-
Kuarsa dalam batubara ini kebanyakan nat syngenetic umumnya terdapat dalam
merupakan silika yang terlarut dari hasil bentuk konkresi speroidal dan sebagai
pelapukan felspar dan mika. Kuarsa me- pengisi ronga-rongga fusinite dan semifu-
rupakan mineral syngenetic dan jarang sinite. Siderit yang terbentuk dalam kon-
ditemukan sebagai epigenetic (Ranton, disi reduksi dapat dianggap sebagai
1982). karbonat primer, sedangkan kalsit dapat
Karbonat, Terdapat 4 (empat) ini terbentuk baik dalam lingkungan air
spesies mineral karbonat yang biasa tawar maupun lya dolomit merupakan
ditemukan dalam batubara yaitu: kalsit indikasi lingkungan pengendapan laut
(CaCO3), siderite (FeCO3), dolomite (Ca, (Stach, 1982).
Tabel 1. Klasifikasi Mineral Yang Terdapat Pada Batubara Ditinjau Dari Segi
Genetis(Bustin et al, 1989)
Sulfida, adalah pirit dan markasit Mineral ini dapat terbentuk baik secara
merupakan mineral sulfida yang paling syngenetik maupun epigenetik dalam
umum terdapat pada batubara. Ke dua berbagai bentuk (Diesel, 1992). Bebera-
spesies mineral ini memiliki komposisi pa bentuk dari mineral pirit yang telah
kimia yang sama (FeS2) hanyan berbeda ditemukan dalam batubara adalah seba-
dalam bentuk kristalnya. Pirit berbentuk gai berikut: a).Kristal pirit berukuran kecil
kubik dan markasit berbentuk ortorombik. dan terdapat sebagai inklusi dalam Vi-
3
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
trinit dan semufusinit dan seringkali ini MM = 1,13 A + 0,5 Spyr + 0,8 CO2 + 2,85
berasosiasi dengan pirit framboidal. b). Sso4 -2,85 Sash + 0,5 Cl (King et
Nodul pirit atau markasit dengan ukuran al, 1936 dalam Ward, 2002)
hingga beberapa centimeter yang umum- Parr formula:
nya terdiri dari kristal-kristal membulat MM= 1,08 A + 0,55 S (Parr, 1928)
atau memanjang. c). Bentuk Fe-Sulfida MM= 1,13 A + 0,47 Spyr + 05 Cl (Given
syngenetic yang paling umum adalah an Yarzab, 1978 dalam Ward, 2002)
kristal pirit dengan ukuran lebih kecil dari Keterangan :
2 mikron, terdapat dalam bentuk speroi- MM = Persen mineral matter dalam batubara
dal atau framboidal dan berasosiasi de- A = Persen abu batubara
ngan vitrinit. d).Tipe konkresi dari kristal CO2 = Persen karbonat dalam bentuk CO2
Spyr = Persen piritik sulfur di batubara
kecil bergabung membentuk lensa-lensa Sso4 = Persen sulfur sulfat di batubara
pipih atau pita-pita yang menunjukkan Sash = Persen sulfur abu batubara
presipitasi pirit Laut (Renton, 1982). Kla- S = Persen total sulfur
sifikasi dari mineral dapat dilihat pada Cl = Persen klorin di batubara
Tabel 1.
Sulfat adalah mineral sulfat yang Metode analisis mineral pada
paling dominan terdapat pada batubara batubara,Scanning Electron Microphrobe
adalah bassanit dan gypsum. Umumnya Partikel-partikel mineral dalam batubara
mineral ini terbentuk dari hasil oksidasi dapat dilihat dengan SEM (Scanning E-
mineral sulfida (pirit) pada batubara ter- lectron Microphrobe). Sampel yang dipa-
utama bila berhubungan dengan udara kai untuk electron microphrobe dapat
luar dalam waktu lama. berupa sayatan poles atau permukaan
pecahan batubara.
PEMBAHASAN Identifikasi mineral-mineral da-
Pemanfaatan dari batubara me- lam batubara dilakukan oleh analisis
merlukan pemahaman mengenai karak- X-ray fluorescence. Elemen-elemen ini
teristik pada mineral yang terkandung di secara dapat otomatis dikumpulkan oleh
dalamnya, akan tetapi kesulitan yang Scanning Electron Microphrobe. Untuk
dihadapi ini dalam studi mineralogi pada melihat distribusi mineral-mineral dalam
batubara disebabkan antara lain adalah batubara juga bisa digunakan CCSEM
ukuran butir mineral sangat halus, ada- (Computer Controlled Scanning Electron
nya asosiasi mineral dengan komponen Microscopy). CCSEM digunakan untuk
organik, dan bentuk dan gabungan mi- menentukan ukuran mineral, asosiasi
neral kompleks mineral, komposisi dan banyaknya mi-
Sejumlah teknik yang kini telah neral dalam batubara. Gambar yang
diterapkan dalam mengidentifikasi dan dihasilkan berbentuk tiga dimensi dengan
mengkuantifikasi mineral pada batubara menampilkan sinyal dari suatu detektor
antara lain adalah: Mikroskop optik, mi- elektron pada layar television atau mo-
croskopis elektron (SEM), Electron Probe nitor komputer. SEM memiliki spektro-
Micro Analyser (EPMA), difraksi sinar-X meter sinar-X, lensa focusing, fasilitas
(XRD). Dalam rencana penelitian ini ha- untuk menyapu berkas dalam raster,
nya digunakan dua metode yaitu micros- pengaturan untuk mendeteksi elektron
kop optik (sinar polarisasi) dan difraksi dan display sistem.
sinar-X.
Penentuan kandungan mineral
matter merupakan Penentuan mineral
matter menggunakan dasar DMMF (Dry
Mineral Matter Free). Perhitungan deng-
an menggunakan rumus Parr (1928) dan
King et.al (1936) dalam Ward, 2002,
untuk rumus King menggunakan formula Gambar 1.Kumpulan elektron sekunder
King-Maries-Crossley, disingkat KMC. dari sampel oleh detektor Grid Bias Po-
KMC formula: sitif (Reed, 2005).
4
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
5
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
sumber elektron yang stabil dan digu- run karena digunakan untuk mengioni-
nakan untuk memproduksi elektron be- sasi atom-atom gas lain. Elektron yang
am. Elektron-elektron ini diperoleh dari dihasilkan kemudian melakukan interak-
elektron gun dengan proses yang disebut si dengan kawat tungsten untuk meng-
Thermionic emission, yaitu proses yang hasilkan pulsa-pulsa. Gas yang diguna-
menggunakan temperatur cukup tinggi kan umumnya adalah campuran argon
untuk mengluarkan sebagian elektron dengan metan (90% argon: 10% metan).
dari sumbernya. Di dalam elektron gun Sistem deteksi sinyal X-ray ter-
terdapat filamen yang berfungsi sebagai diri dari 5 buah kristal yaitu LIF, ADF,
katode. Filamen ini mempunyai bentuk RAF dan PbST. Kristal tersebut mampu
lancip pada ujungnya menyerupai huruf mendeteksi panjang gelombang yang
V dengan diameter antara 5-10cm bahan dihasilkan dari tumbukan antara elektron
yang digunakan untuk filamen biasanya dengan atom-atom yang tedapat dalam
wolfram. Lensa kondensator terdiri dari 2 spesimen. Elektron gun merupakan alat
buah lensa, yangmana lensa objektif untuk menghasilkan elektron beam yang
digunakan untuk memperbesar beam mempunyai energi tinggi dan kemudian
yang telah dibentuk pada cossever, se- difokuskan pada permukaan spesimen
hingga diperoleh ukuran akhir spot pada yang akan dianalisa dan berfungsi se-
sampel sebesar 5-200nm. Dengan cara bagai target. Pada waktu alat EPMA ini
ini besarnya arus beam yang akan me- dioperasikan, filamen lalu dipanaskan
numbuk sampel dapat ditentukan, se- dan diberi tegangan negatif sebesar 1-
dangkan pada scanning coil merupakan 50kV, saat itu elektron akan keluar dari
alat untuk menggerakkan beam. Sistem ujung filamen yang lancip dan gerakan-
pengamatan mikroskop berfungsi seba- nya akan dipercepat oleh perbedaan
gai mikroskop untuk mengamati spesi- potensial yang tinggi antara katoda dan
men, sedangkan stage sistem merupa- anoda (1.000-50.000volt). Di dalam elek-
kan alat untuk menempatkan dan meng- tron gun terdapat wehnett hal ini yang
atur posisi dari sampel dalam peralatan mempunyai bentuk silinder dan diberi
EPMA. potensial antara 0-2.500volt. Fungsi dari
Sistem deteksi sinyal elektron, wehnett adalah memfokuskan elektron
merupakan alat untuk merubah elektron yang ke luar dari filamen, sehingga ter-
yang ke luar dari spesimen menjadi si- bentuk cross over dengan diameter (do)
nyal listrik yang dapat digunakan untuk 10-50μ. Elektron yang terbentuk pada
membuat Scanning Electron Microscope cross over kemudian diperbesar oleh len-
(SEM) image. Vakum sistem merupakan sa kondensator dan untuk selanjutnya
alat untuk mengatur kevakuman dalam dilewatkan pada lensa objektif dan digu-
alat EPMA. Ruang pada pemvakuman nakan untuk menembak spesimen. Pada
awal, alat ini merupakan tempat untuk waktu elemen ditumbukkan dengan spe-
mengeluarkan dan memasukkan spesi- simen, sebagaian dari elektron tersebut
men ke dalam alat EPMA. Dengan mem- dipantulkan oleh permukaan spesimen.
buat sistem vakum lokal, mengeluarkan Elektron yang dipantulkan disebut Back
dan memasukkan spesimen ke dalam Scattered Electron (BSE). BSE yang di-
alat dapat dilakukan tanpa mengganggu hasilkan kemudian ditangkap BSE detek-
sistem vakum secara total. tor dan sinyal yang diperoleh detektor ini
Detektor X-ray yang paling ba- kemudian digunakan untuk memberikan
nyak digunakan untuk sistem spektro- informasi mengenai topography permu-
meter adalah gas proportional control kaan spesimen. Elektron-elektron lain
(Gambar 6). Alat ini terdiri dari tabung yang tidak dipantulkan oleh permukaan
yang dilengkapi dengan kawat tungsten spesimen akan melakukan penetrasi ke
tipis, diisi dengan gas dan diberi poten- bagian dalam spesimen sampai keda-
sial 1-3KV. Pada saat photon X-ray laman 1-2μm dan mengeksitasi elektron
memasuki tabung melalui window, pho- yang terdapat pada atom-atom spesimen
ton tersebut akan di-serap oleh atom- sebagai hasil dari eksitasi elektron ter-
atom gas untuk menghasilkan photoelek- sebut akan dihasilkan X-ray dengan
tron yang kemudian energinya akan tu- panjang gelombang tertentu, tergantung
6
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
7
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
8
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
nar-X. Berkas sinar-X yang dipantulkan teknik analisis mineral pada batubara
ini kemudian direkam pada sebuah yang banyak digunakan saat ini adalah
piringan fotografik. Jika yang digunakan dengan memakai mikroskop refleksi baik
piringan datar, akan diperoleh suatu pola dengan sinar biasa maupun fluorescen.
seperti terlihat pada Gambar 9 tetapi Metode ini sangat berguna dalam men-
apa-bila yang digunakan adalah film deskripsi tipe dan keterdapatan mineral
fotografik lengkung berbentuk silinder pada batubara. Informasi yang dapat
dengan kris-tal yang diuji terletak diperoleh dengan cara ini meliputi jenis
ditengah silinder, maka akan diperoleh mineral serta asosiasinya dengan mase-
suatu deretan spot yang berbentuk garis ral. Karaktersitik mikroskopis beberapa
lurus sehingga pengukuran akan menjadi mineral yang sering dijumpai pada batu-
semakin mudah. Mikroskopis optic ( sinar bara dapat dilihat pada Tabel 2.
pantul),
Tabel 2. Sifat-sifat optik beberapa mineral yang umum terdapat pada batubara
(Falcon & Snyman, 1986)
9
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 1 Agustus 2011
mises in Fauling and Slagging Stach E., 1982, Coal Petrology, Gebru-
Resulting from impurities in Com- der Borntraeger, Berlin, Stuttgart,
bustion Gases (Bryer, ed), New p.38-43
Hamspire, pp. 299-318. Speight J.G., 1994, The Chemistry and
Mackowsky M.TH, 1982, Minerals and Technology of Coal, Marcel Dek-
Trace Elements Occuring in ker Inc., New York.
Coal, In Stach E. et al : Stach’s Taylor G.H., Chandra D., 1998, Gond-
Texbook of Coal Petrology, Geb wana Coal in Coal Petrologi, Ge-
Borntraeger, Berlin-Stuttgart, bruder Borntraeger, Berlin, Stutt-
p.153-170. gart, p. 191-194.
Ranton J.J., 1982, Mineral matter in coal
Ward C.R., 1986, Review of Mineral
In Meyer
Matter in Coal, Australian Coal
Reed, S.J.B., 2005, Electron Microprobe
Geology, Geol.Soc. of Austra-lia,
Anaysis and Sanning Electron
Vol. 6 pp. 87-107.
Microscopy in Geology, Cam-
bridge University, New York, 190
p.
10