1. Identitas Buku
Judul : Anak-Anak Langit
Pengarang : Mohd. Amin MS
Penerbit : Alvabet
3. Unsur Intrinsik
a. Tema
Tema dari novel ini adalah pendidikan dan pertemanan ala remaja. Pergolakan alter ego
khas remaja memang biasa, namun alter ego para remaja dengan intelektualitas tentu lebih
panas. Novel ini juga mengangkat kisah yang bisa dianalogikan dengan pepatah ‘hasil tidak
akan mengkhianati usaha’ Keinginan untuk mencari jati diri yang dibalut dengan tekad,
perjuangan, dan keinginan untuk maju lah yang mendasari keseluruhan cerita novel ini.
b. Tokoh
1) Simuh
Protagonis utama novel ini memiliki sifat rendah hati dan memiliki rasa toleransi
yang tinggi. Ia adalah anak yang kurang aktif namun penuh dengan rasa penasaran. Simuh
juga anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya, namun ia berada dalam tingkatan
tengah jika dibandingkan dengan teman-temannya.
‘Sedangkan aku? Tak perlu ditanya, Sobat, dan tak usah masuk hitungan! Aku
bukanlah siapa-siapa. Aku hanyalah seorang anak biasa yang terlanjur muncul di tengah
anak-anak luar biasa ini’ ( Halaman 5)
2) Abah ( Ayah Simuh)
Ayah Simuh ini memiliki sifat keras kepala. Kemauannya susah ditolak. Kalau perlu
ia akan mengucapkan kecamannya dengan tegas, seperti saat Simuh mengutarakan
niatnya untuk masuk ke SMA Wahidin dan ia menolak. Seorang ayah tetaplah seorang
ayah, Abah tetap ingin yang terbaik untuk anak-anaknya.
3) Syafrizal
Di awal dikisahkan bahwa Syafrizal seperti memiliki scan di pelupuk matanya. Ia
bisa menghapal soal ujian masuk MAK beserta pilihan pada soal meskipun itu sudah
berlangsung lama.
4) Arif Badruddin
Arif Badruddin adalah kakak kelas Simuh yang menjadi panutannya. Bahasa
Arabnya akan membuat orang Arab sekalipun terkagum. Tak hanya itu, ia juga pandai
berbahasa Inggris. Artikulasi bahasanya saat berpidato yang jelas dan fasih, pembawaan
yang berwibawa, dan retorika yang menawan menjadi daya tarik tokoh ini.
5) Aldiansyah
Aldiansyah adalah tokoh penuh kejutan saat Ospek. Ia adalah ketua Ikas MAK Koto
Baru dengan sikap yang menunjukkan kedewasaan dan kekerasan hatinya.
6) Azwar
Azwar adalah murid yang bisa dibilang jenius dalam matematika. Ia mampu
mengintegrasikan semuanya dalam angka dan pikirannya tersusun berjalur seperti peta.
Tak hanya itu, kemampuannya menggunakan metafora dalam setiap detail kalimatnya
membuatnya menjadi sosok yang tidak mudah dilupakan.
7) Zulfariadi
Sosok ini punya segudang kemampuan. Ia begitu mumpuni dalam menyampaikan
pepatah-petitih minang. Ia juga pandai dalam berdebat. Kemampuannya yang paling
menonjol adalah bahasa Arab yang sudah seperti air mengalir di Telaga Dewi.
8) Tokoh-tokoh pelengkap
Mereka adalah tokoh yang juga mendukung novel ini dengan kisah yang menarik.
Diantara mereka adalah Bani Adam, Burmal, Sarianto, Rasyid, Zulhuda, Amin, Jalal, Pak
Saiful, Pak Iskandar, Pak Hamdi, Badrun, Rinaldi, Haris, Iwan, Satria, Mbak Karti,
Hendra, Patrick, Adamrino, Kak Irjax, Pak Suwardi, Mursalin, dll.
c. Alur
Alur maju. yang terdapat dari bagian awal terdiri atas paparan (exposition), rangsangan
(incting moment), dan tegangan. Adapun bagian tengah terdiri dari pertikaian (conflict),
rumitan (complication), dan klimaks. Adapun bagian akhir terdiri atas leraian (falling action)
dan selesaian (denovement).
d. Latar atau Setting
Latar dari novel ini adalah Bagan Siapi-api, tempat tinggal Simuh dan keluarganya.
Pekanbaru, tempat Simuh mendaftar di SMA favorit, Madrasah Aliyah Koto Baru Padang
Panjang tempat Simuh bersekolah, dan MAN tempat Najwa menimba ilmu.
e. Sudut Pandang
Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Simuh
menggunakan kata ‘Aku’ untuk menggambarkan dirinya sendiri dan menceritakan novel
berdasarkan sudut pandangnya.
f. Gaya Bahasa
1) Majas Pertentangan
Aku berharap bisa dikasih kesempatan, dan mampu mengangkat nama sekolah ini.
Hasilnya tetap saja nihil. (Halaman 30)
2) Majas Personifikasi
Kerikil dan lubang-lubang kecil yang biasanya mengguncangkan perut dan
menggetarkan kepala, kini tak terasa lagi ( Halaman 31)
3) Majas Asosiasi atau perumpamaan
Bahasa Arabnya lancak bak air mengalir dari Telaga Dewi ( Halaman 4)
4) Majas Litotes
Sedangkan aku? Tak perlu ditanya, Sobat, dan tak usah masuk hitungan! Aku
bukanlah siapa-siapa. Aku hanyalah seorang anak biasa yang terlanjur muncul di tengah
komunitas anak-aak luar biasa ini ( Halaman 5 dan 6)
g. Amanat
1) Kita tidak akan sukses hanya dengan kecerdasan. Kesuksesan diraih dengan kerja keras
dan doa serta semangat juang yang membara.
2) Orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Oleh karena itu, sebaiknya kita
mengikuti apa yang dikatakan oleh orang tua.
3) Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Simuh yang bekerja keras dan Amin yang malas
belajar memperoleh apa yang mereka tanam saat dewasa.
4) Ilmu tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat dan tidak mau berusaha.
5) Belajar dan mencoba adalah obat dari ketidakmampuan dan kebodohan. Simuh yang
awalnya kurang pandai berbahasa Arab, setelah belajar dan terus menimba ilmu ia
mampu berbahasa Arab. Hal ini terbukti dari Simuh yang bekerja di Kairo, Mesir pada
masa dewasa.
4. Unsur Ekstrinsik
a. Nilai Agama
Dengan langkah pasti, dan terdengar berbisik lafazh basmillah, dia maju, bahkan saat
muazin baru memulai iqamah. Taka da yang bisa mencegah tekad kuatnya menjadi imam
Subuh Jumat itu. ( Halaman 396)
b. Nilai Moral
Hendra-si anak nakal itu- kini menjelma menjadi pimpinan salah satu pondok pesantren
terkemuka di Medan. Kharismanya luar biasa. Hendra telah menentukan garis hidupnya dan
mereformasi dirinya, dari sosok rasional dan radikal menjadi pribadi yang santun dan taat
(Halaman 489)
c. Nilai Budaya
Tapi aku lelaki, kendati masih muda dan belum tahu makna cinta. Bagi lelaki, berbagi
persoalan yang seperti ini konon biasa saja. ( Halaman 251)
d. Nilai sosial
Bicara soal makanan, yang paling menyenangkan adalah ketika ada undangan dari
warga Koto Baru, baik itu acara walimah perkawinan, khitanan, menyambut Ramadhan, atau
syukuran wisuda. Undangan mendoa ini, biasanya diteruskan dengan acara makan bersama.
( Halaman 141)
6. Kelebihan
a. Buku ini banyak mengandung pesan moral
b. Buku ini diawali dengan kejadian yang menarik, saat para demonstrator sedang menunjukkan
aksinya terhadap pemerintahan Mesir. Awal yang tidak biasa ini menarik minat pembaca.
c. Buku ini mengandung banyak ilmu pengetahuan, mulai dari bahasa Arab hingga buku-buku
dari tokoh dunia yang terkenal.
d. Penyajian cerita dengan tempo lambat membantu pembaca untuk memahami maksud dari
kata-kata penulis yang sarat akan makna.
e. Buku ini cocok untuk para remaja labil dan membuka pikiran mereka untuk lebih dewasa
seperti tokoh-tokoh dalam novel ini.
7. Kekurangan
a. Buku ini banyak mengandung bahasa asing dan bahasa daerah, sehingga pembaca
membutuhkan pemahaman yang lebih saat membacanya.
b. Buku ini disajikan dengan bahasa baku, sehingga terkesan sulit untuk dibaca.
8. Kesimpulan
a. Buku ini menarik untuk dibaca meskipun butuh waktu lebih untuk memahami maksud si
penulis.
b. Banyaknya pesan moral dan amanat membantu pembaca mengintropeksi diri.
c. Penggunaan majas dan bahasa yang indah adalah daya tarik sekaligus kelemahan buku ini.
d. Buku ini cocok untuk remaja jarena dapat membuka cakrawala berpikir mereka, namun
dengan bahasanya yang sulit, kemungkinan remaja tidak dapat menangkap pesan cerita lebih
besar.
9. Saran
a. Saat mencetak ulang dan merevisi buku ini, sebaikmya penggunaan bahasanya
disederhanakan agar lebih mudah dipahami oleh para pembaca.
b. Meskipun ada penjelasan untuk beberapa bahasa asing, sebaiknya penjelasan ini dilakukan
terhadap semua bahasa, baik itu bahasa daerah maupun bahasa Arab atau Inggris yang
terdapat dalam buku ini.