Anda di halaman 1dari 6

Para Pangeran di Bumi Pertiwi

1. Identitas Buku
Judul : Anak-Anak Langit
Pengarang : Mohd. Amin MS
Penerbit : Alvabet

Kota Penerbit : Jakarta


Tahun Terbit : 2013 Sumber:http://alvabet.co.id
/components/com_virtuema
Ketebalan : 508 halaman rt/shop_image/product/Ana
k_Anak_Langit_4f4742897
3043.jpg
2. Sinopsis atau Isi Cerita
Berusaha menggapai mimpi adalah hal yang pasti dilakukan oleh semua manusia. Untuk
menggapai mimpi itu manusia melakukan hal yang terbaik agar mendapatkan hasil yang
memuaskan dan membayar pengorbanan yang dilakukan untuk itu. Bermimpi untuk menjadi
orang yang lebih baik setelah menyelesaikan pendidikan juga dirasakan oleh Simuh, anak
kampung yang meraih nilai tertinggi ketiga se-Kabupaten Bengkalis.
Cerita dimulai ketika Simuh melihat orang-orang yang meneriakkan kemarahan pada
Hosni Mubarak dari jendela apartemennya di Kairo, Mesir. Saat ia melihat tayangan Al-
Jazeera, memorinya melayang ke saat-saat ia masih menempuh pendidikan untuk tingkat SMA
atau sederajat. Kala itu Simuh bersekolah di MAK. Simuh pun mulai mengingat kembali masa-
masa itu.
Sempat merasa hidupnya tak berjalan sesuai keinginan dan dikendalikan oleh ‘tangan-
tangan takdir’, mulai dari SD hingga SMP Simuh tidak pernah masuk ke sekolah yang
diinginkannya. Begitu pula saat ia akan masuk ke SMA. Hatinya menggebu ingin menjadi
murid SMA Wahidin, SMA favorit di kampungnya yang mayoritas diisi oleh keturunan
Tionghoa. Namun ayahnya sakit dan tidak membolehkannya masuk ke SMA itu.
Kebimbangan Simuh mulai beraksi. Hingga pada akhirnya Simuh berhasil melawan perang
batinnya dan kembali menata masa depan saat ia berhasil masuk ke Madrasah Aliyah Khusus
Koto Baru, Padang Panjang. Sekolah tempat para murid berprestasi dan memiliki kemampuan
luar biasa. Ia yang dielu-elukan bahkan dipuji oleh pejabat kampungnya, seketika merasa seperti
satu tetes air dalam derasnya hujan. Begitu kecil dan nyaris tak terlihat
Ia yang awalnya mengganggap remeh dan lebih memilih bersekolah di sekolah negeri, kini
berbalik mengagumi setiap sudut sekolah itu. Ia bertemu guru-guru yang berbahasa Arab
dengan fasih, teman-teman yang mengejar ilmu dengan alter ego dan semangat membara, dan
para senior yang berwawasan luas serta patut dijadikan teladan. Tak hanya itu, pemandangan
luar biasa yang bisa dilihat Simuh dari asramanya juga luar biasa. Sekolah yang ia akui lebih
luas dan bergengsi disbanding sekolah-sekolah yang diinginkannya.
Simuh dan teman-temannya menuntut ilmu dan menjalin ukhuwah. Ia berasa di antara
komunitas anak-anak langit yang siap menggemparkan dunia dengan kecerdasan beraneka rupa.
Rasyid, si brillian yang selalu merendah. Zulfariadi, pakar nahwu-sharaf yang bahasa Arabnya
bak air mengalir di Telaga Dewi. Syafrizal, si penghapal cepat seolah ada scan untuk segala
sesuatu di matanya. Burmal, sosok referensi bahasa Inggris yang TOEFL-nya saja sudah
mencapai 500 sebelum masuk MAK. Azwar, si dingin yang menganggap matematika adalah
mainannya. Belum lagi senior-senior yang kerap kali mengharumkan nama sekolah.
Seperti remaja pada umumnya, gejolak hati pasti dilalui. Simuh yang bersekolah dengan
semua muridnya adalah laki-laki merasakan perasaan yang berbeda saat melihat anak Pak Jalil,
Desi Ratnasari- nya Koto Baru. Tapi, Simuh bukanlah yang pertama kali menyukai gadis itu.
Sederet lawan harus dikalahkannya menjadikan peluang cintanya satu berbanding seribu.
Belum lagi kisahnya dengan siswi MAN, Najwa. Tak hanya itu, kelabilan remaja dan kenakalan
serta berbagai godaan yang datang juga harus mereka lawan. Contohnya saja adalah aura
kompetitif yang hampir merujuk pada permusuhan yang selalu mereka dapat dari anak-anak
MAN yang bersekolah di gedung sebelah.
“Ada hal yang agak spesial dari kalian. Bedanya dengan para pendahulu MAK, kalian lihai
dalam berdebat. Sangat hebat. Kalau kalian mau, mungkin bisa membuat ibu menangis di
ruangan ini, karena kalian memang pintar, ahli berargumen dan pendebat yang ulung. Tapi apa
itu gunanya kepintaran? Untuk menyombongkan intelektualitas? Apa tak ada gunanya para
guru yang kata kalian kurang pintar? (hlm. 359)” Inilah salah satu kalimat yang
menggambarkan sosok anak-anak langit itu. Hebat namun masih labil.
Berbekal pelajaran agama dan pengalaman serta bimbingan dari para guru yang hebat,
anak-anak yang memiliki kelebihan luar biasa ini merajut masa depan mereka. Membuka
lembar demi lembar buku untuk menuliskan catatan dalam lembar-lembar kehidupan. Seperti
kata pepatah ‘hasil tidak pernah mengkhianati usaha’, pengorbanan mereka pun terbayarkan.
Begitu pula Simuh, yang telah berhasil membuktikan kebenaran pepatah itu.

3. Unsur Intrinsik
a. Tema
Tema dari novel ini adalah pendidikan dan pertemanan ala remaja. Pergolakan alter ego
khas remaja memang biasa, namun alter ego para remaja dengan intelektualitas tentu lebih
panas. Novel ini juga mengangkat kisah yang bisa dianalogikan dengan pepatah ‘hasil tidak
akan mengkhianati usaha’ Keinginan untuk mencari jati diri yang dibalut dengan tekad,
perjuangan, dan keinginan untuk maju lah yang mendasari keseluruhan cerita novel ini.
b. Tokoh
1) Simuh
Protagonis utama novel ini memiliki sifat rendah hati dan memiliki rasa toleransi
yang tinggi. Ia adalah anak yang kurang aktif namun penuh dengan rasa penasaran. Simuh
juga anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya, namun ia berada dalam tingkatan
tengah jika dibandingkan dengan teman-temannya.
‘Sedangkan aku? Tak perlu ditanya, Sobat, dan tak usah masuk hitungan! Aku
bukanlah siapa-siapa. Aku hanyalah seorang anak biasa yang terlanjur muncul di tengah
anak-anak luar biasa ini’ ( Halaman 5)
2) Abah ( Ayah Simuh)
Ayah Simuh ini memiliki sifat keras kepala. Kemauannya susah ditolak. Kalau perlu
ia akan mengucapkan kecamannya dengan tegas, seperti saat Simuh mengutarakan
niatnya untuk masuk ke SMA Wahidin dan ia menolak. Seorang ayah tetaplah seorang
ayah, Abah tetap ingin yang terbaik untuk anak-anaknya.
3) Syafrizal
Di awal dikisahkan bahwa Syafrizal seperti memiliki scan di pelupuk matanya. Ia
bisa menghapal soal ujian masuk MAK beserta pilihan pada soal meskipun itu sudah
berlangsung lama.
4) Arif Badruddin
Arif Badruddin adalah kakak kelas Simuh yang menjadi panutannya. Bahasa
Arabnya akan membuat orang Arab sekalipun terkagum. Tak hanya itu, ia juga pandai
berbahasa Inggris. Artikulasi bahasanya saat berpidato yang jelas dan fasih, pembawaan
yang berwibawa, dan retorika yang menawan menjadi daya tarik tokoh ini.
5) Aldiansyah
Aldiansyah adalah tokoh penuh kejutan saat Ospek. Ia adalah ketua Ikas MAK Koto
Baru dengan sikap yang menunjukkan kedewasaan dan kekerasan hatinya.
6) Azwar
Azwar adalah murid yang bisa dibilang jenius dalam matematika. Ia mampu
mengintegrasikan semuanya dalam angka dan pikirannya tersusun berjalur seperti peta.
Tak hanya itu, kemampuannya menggunakan metafora dalam setiap detail kalimatnya
membuatnya menjadi sosok yang tidak mudah dilupakan.
7) Zulfariadi
Sosok ini punya segudang kemampuan. Ia begitu mumpuni dalam menyampaikan
pepatah-petitih minang. Ia juga pandai dalam berdebat. Kemampuannya yang paling
menonjol adalah bahasa Arab yang sudah seperti air mengalir di Telaga Dewi.
8) Tokoh-tokoh pelengkap
Mereka adalah tokoh yang juga mendukung novel ini dengan kisah yang menarik.
Diantara mereka adalah Bani Adam, Burmal, Sarianto, Rasyid, Zulhuda, Amin, Jalal, Pak
Saiful, Pak Iskandar, Pak Hamdi, Badrun, Rinaldi, Haris, Iwan, Satria, Mbak Karti,
Hendra, Patrick, Adamrino, Kak Irjax, Pak Suwardi, Mursalin, dll.
c. Alur
Alur maju. yang terdapat dari bagian awal terdiri atas paparan (exposition), rangsangan
(incting moment), dan tegangan. Adapun bagian tengah terdiri dari pertikaian (conflict),
rumitan (complication), dan klimaks. Adapun bagian akhir terdiri atas leraian (falling action)
dan selesaian (denovement).
d. Latar atau Setting
Latar dari novel ini adalah Bagan Siapi-api, tempat tinggal Simuh dan keluarganya.
Pekanbaru, tempat Simuh mendaftar di SMA favorit, Madrasah Aliyah Koto Baru Padang
Panjang tempat Simuh bersekolah, dan MAN tempat Najwa menimba ilmu.
e. Sudut Pandang
Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Simuh
menggunakan kata ‘Aku’ untuk menggambarkan dirinya sendiri dan menceritakan novel
berdasarkan sudut pandangnya.
f. Gaya Bahasa
1) Majas Pertentangan
Aku berharap bisa dikasih kesempatan, dan mampu mengangkat nama sekolah ini.
Hasilnya tetap saja nihil. (Halaman 30)
2) Majas Personifikasi
Kerikil dan lubang-lubang kecil yang biasanya mengguncangkan perut dan
menggetarkan kepala, kini tak terasa lagi ( Halaman 31)
3) Majas Asosiasi atau perumpamaan
Bahasa Arabnya lancak bak air mengalir dari Telaga Dewi ( Halaman 4)
4) Majas Litotes
Sedangkan aku? Tak perlu ditanya, Sobat, dan tak usah masuk hitungan! Aku
bukanlah siapa-siapa. Aku hanyalah seorang anak biasa yang terlanjur muncul di tengah
komunitas anak-aak luar biasa ini ( Halaman 5 dan 6)
g. Amanat
1) Kita tidak akan sukses hanya dengan kecerdasan. Kesuksesan diraih dengan kerja keras
dan doa serta semangat juang yang membara.
2) Orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Oleh karena itu, sebaiknya kita
mengikuti apa yang dikatakan oleh orang tua.
3) Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Simuh yang bekerja keras dan Amin yang malas
belajar memperoleh apa yang mereka tanam saat dewasa.
4) Ilmu tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat dan tidak mau berusaha.
5) Belajar dan mencoba adalah obat dari ketidakmampuan dan kebodohan. Simuh yang
awalnya kurang pandai berbahasa Arab, setelah belajar dan terus menimba ilmu ia
mampu berbahasa Arab. Hal ini terbukti dari Simuh yang bekerja di Kairo, Mesir pada
masa dewasa.

4. Unsur Ekstrinsik
a. Nilai Agama
Dengan langkah pasti, dan terdengar berbisik lafazh basmillah, dia maju, bahkan saat
muazin baru memulai iqamah. Taka da yang bisa mencegah tekad kuatnya menjadi imam
Subuh Jumat itu. ( Halaman 396)
b. Nilai Moral
Hendra-si anak nakal itu- kini menjelma menjadi pimpinan salah satu pondok pesantren
terkemuka di Medan. Kharismanya luar biasa. Hendra telah menentukan garis hidupnya dan
mereformasi dirinya, dari sosok rasional dan radikal menjadi pribadi yang santun dan taat
(Halaman 489)
c. Nilai Budaya
Tapi aku lelaki, kendati masih muda dan belum tahu makna cinta. Bagi lelaki, berbagi
persoalan yang seperti ini konon biasa saja. ( Halaman 251)
d. Nilai sosial
Bicara soal makanan, yang paling menyenangkan adalah ketika ada undangan dari
warga Koto Baru, baik itu acara walimah perkawinan, khitanan, menyambut Ramadhan, atau
syukuran wisuda. Undangan mendoa ini, biasanya diteruskan dengan acara makan bersama.
( Halaman 141)

5. Ulasan atau Pendapat Tentang Buku


Buku setebal 508 halaman ini disajikan dengan alur cerita yang ringan. Ceritanya yang
berpusat pada ilmu dan nilai-nilai moral membuat kita bisa mengambil banyak pesan dan contoh
yang baik. Buku ini cocok dibaca oleh para remaja yang sedang dalam masa labil. Novel ini
membuka cakrawala berpikir pembaca dengan perlahan melalui percakapan di antara tokoh-
tokoh yang selalu berdebat tentang ilmu pengetahuan.
Buku ini dikemas dalam bahasa yang indah. Penggambarannya mengandung makna
tertentu. Buku ini disajikan dengan bahasa baku sehingga sedikit menyulitkan pembaca dalam
memahaminya. Buku ini juga banyak mengandung bahasa daerah dan bahasa asing yang
membutuhkan pemahaman lebih saat membacanya.

6. Kelebihan
a. Buku ini banyak mengandung pesan moral
b. Buku ini diawali dengan kejadian yang menarik, saat para demonstrator sedang menunjukkan
aksinya terhadap pemerintahan Mesir. Awal yang tidak biasa ini menarik minat pembaca.
c. Buku ini mengandung banyak ilmu pengetahuan, mulai dari bahasa Arab hingga buku-buku
dari tokoh dunia yang terkenal.
d. Penyajian cerita dengan tempo lambat membantu pembaca untuk memahami maksud dari
kata-kata penulis yang sarat akan makna.
e. Buku ini cocok untuk para remaja labil dan membuka pikiran mereka untuk lebih dewasa
seperti tokoh-tokoh dalam novel ini.

7. Kekurangan
a. Buku ini banyak mengandung bahasa asing dan bahasa daerah, sehingga pembaca
membutuhkan pemahaman yang lebih saat membacanya.
b. Buku ini disajikan dengan bahasa baku, sehingga terkesan sulit untuk dibaca.

8. Kesimpulan
a. Buku ini menarik untuk dibaca meskipun butuh waktu lebih untuk memahami maksud si
penulis.
b. Banyaknya pesan moral dan amanat membantu pembaca mengintropeksi diri.
c. Penggunaan majas dan bahasa yang indah adalah daya tarik sekaligus kelemahan buku ini.
d. Buku ini cocok untuk remaja jarena dapat membuka cakrawala berpikir mereka, namun
dengan bahasanya yang sulit, kemungkinan remaja tidak dapat menangkap pesan cerita lebih
besar.

9. Saran
a. Saat mencetak ulang dan merevisi buku ini, sebaikmya penggunaan bahasanya
disederhanakan agar lebih mudah dipahami oleh para pembaca.
b. Meskipun ada penjelasan untuk beberapa bahasa asing, sebaiknya penjelasan ini dilakukan
terhadap semua bahasa, baik itu bahasa daerah maupun bahasa Arab atau Inggris yang
terdapat dalam buku ini.

Anda mungkin juga menyukai