Indikator JKW-JK 2014 PDF
Indikator JKW-JK 2014 PDF
2
NAWACITA
1:
Kami
akan
menghadirkan
kembali
negara
untuk
melindungi
segenap
bangsa
dan
memberikan
rasa
aman
pada
seluruh
warga
NO
negara
TARGET
INDIKATOR
2. Meningkatkan
profesionalisme,
menaikkan
gaji
,
dan
kesejahteraan
PNS,
TNI,
dan
Polri
secara
bertahap
selama
5
tahun.
Program
remunerasi
PNS
akan
dituntaskan
di
tingkat
pusat
dan
diperluas
sampai
ke
level
daerah
(9
Program
Nyata
JKW-‐JK).
3. Evaluasi
peraturan
terkait
Polri,
termasuk
untuk
menata
kembali
kelembagaan
dan
kewenangan
Polri
(termasuk
perubahan
bertahap
untuk
memastikan:
a) Pelaksanaan
penyidikan
oleh
Polri
dilakukan
dengan
koordinasi
penuh
dengan
Kejaksaan
b) Kompolnas
diberikan
kewenangan
lebih
luar
untuk
membantu
Presiden
dalam
penentuan
arah
kebijakan
strategis
Polri,
mengusulkan
calon
Kapolri,
memberi
saran
terkait
anggaran,
SDM,
sarana
dan
saran
penting
lain
(penyesuaian
dari
program
Aksi
JKW-‐JK)
3
NAWACITA
2:
Kami
akan
membuat
pemerintah
tidak
absen
dengan
membangun
tata
kelola
pemerintahan
yang
bersih,
efektif,
demokratis,
dan
NO
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
1
Memulihkan
kepercayaan
publik
melalui
reformasi
1. Terciptanya
transparansi
di
segala
aspek
institusi
dan
aktivitas
partai
politik
pada
tahun
2016.
sistem
kepartaian,
Pemilu,
dan
lembaga
perwakilan.
2. Terlaksananya
reformasi
tatakelola
keuangan
partai
politik
dengan
menyediakan
dana
yang
memadai
sesuai
dengan
kemampuan
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Negara
(APBN)
dan
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah
(APBD)
dan
berdasarkan
kalkulasi
yang
setimpal
dengan
kinerja
partai
di
Pemilihan
Umum
(Pemilu)
pada
tahun
2019.
3. Seluruh
anggota
Dewan
Perwakilan
Rakyat
(DPR),
Dewan
Perwakilan
Rakyat
Daerah
(DPRD),
dan
Dewan
Perwakilan
Daerah
(DPD)
menandatangani
dan
melaksanakan
pakta
integritas
politik
yang
mengedepankan
kepentingan
masyarakat
luas
dan
berdasar
pada
konstitusi
pada
tahun
2016.
4. Tidak
adanya
rangkap
jabatan
antara
jabatan
publik
dengan
jabatan
di
partai
politik.
5. Penurunan
biaya
kampanye
politik
dan
terciptanya
fair
competition
melalui
pembatasan
pengeluaran
biaya
kampanye
dan
berdasarkan
kalkulasi
yang
setimpal
dengan
kinerja
partai
di
Pemilihan
Umum
(Pemilu)
pada
tahun
2017.
6. Tersusunnya
dan
terlaksananya
aturan
yang
membatasi
masa
jabatan
ketua
umum
Partai
Politik
(Parpol)
maksimum
hanya
3
(tiga)
periode
pada
tahun
2017.
7. Tersusunnya
dan
terlaksananya
audit
penerimaan
dan
pengeluaran
keuangan
Partai
Politik
(Parpol)
untuk
memastikan
bahwa
Parpol
tidak
digunakan
sebagai
sarana
pencucian
uang
dan
kepentingan
lainnya
pada
tahun
2017.
8. Minimum
80%
pemilih
menggunakan
hak
pilihnya
dalam
Pemilihan
Umum
(Pemilu)
dan
Pemilihan
Umum
Daerah
(Pemilukada)
mulai
tahun
2016.
9. 100%
Kementerian/Lembaga/Daerah
(K/L/D)
melibatkan
masyarakat
dalam
penyusunan
dan
pengawasan
pelaksanaan
anggaran
dan
rencana
pembangunan
daerah
pada
tahun
2016.
10. Tersedianya
mekanisme
partisipasi
publik
untuk
menyampaikan
masukan
terhadap
seluruh
kebijakan
Kementerian/Lembaga
(K/L)
sebelum
kebijakan
disahkan
oleh
pimpinan
K/L.
2
Meningkatkan
peranan
dan
keterwakilan
1. Terbit
dan
terlaksananya
peraturan
untuk
memastikan
pencegahan
dan
penghapusan
seluruh
perempuan
dalam
politik
dan
pembangunan.
bentuk
kekerasan
dan
diskriminasi
terhadap
perempuan
dan
anak,
termasuk
hak
reproduksi
perempuan,
pada
tahun
2015.
4
NAWACITA
2:
Kami
akan
membuat
pemerintah
tidak
absen
dengan
membangun
tata
kelola
pemerintahan
yang
bersih,
efektif,
demokratis,
dan
NO
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
3
Memperkuat
kantor
kepresidenan
untuk
menjalankan
tugas-‐tugas
kepresidenan
secara
lebih
efektif.
4
Membangun
transparansi
tatakelola
pemerintahan.
1. Terlaksananya
100%
pengisian
jabatan
strategis
aparat
penegak
hukum
melalui
standar
kinerja,
kualifikasi
dan
screening
ketat,
serta
rekrutmen
terbuka,
terkomputerisasi
dan
bersih
mulai
tahun
2015/2016.
2. 100%
aparat
penegak
hukum
yang
baru
direkrut
melalui
proses
seleksi
yang
ketat
dan
terbuka
dan
bersih,
dengan
melibatkan
pihak
ketiga
pada
tahun
2015.
3. 100%
Kementerian,
Lembaga,
dan
Daerah
(K/L/D)
menerapkan
sistem
rasionalisasi
struktural,
mutasi,
rotasi,
promosi
pegawai
pemerintah
secara
terbuka
berbasis
kinerja
pada
tahun
2016.
4. 100%
pelaksanaan
Standar
Pelayanan
Prima
(SPP)
secara
terbuka
oleh
seluruh
instansi
pemerintah
nasional
dan
daerah
pada
tahun
2019.
5. Efektivitas
penerapan
sanksi
dan
pendisiplinan
Aparatur
Sipil
Negara
(ASN)
berkinerja
buruk,
melanggar
prinsip-‐prinsip
integritas
dan
terbukti
terlibat
dalam
kasus
korupsi
di
tahun
2017.
6. Transparansi
informasi
penyimpangan
hukum
yang
dilakukan
oleh
pegawai
pemerintah
dan
pengunaan
informasi
tersebut
dalam
pengambilan
keputusan
di
urusan
kepegawaian
pada
Januari
2016.
7. Terlaksananya
kajian
oleh
ahli
terkait
jumlah
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
riil
yang
dibutuhkan
instansi
penegak
hukum
dan
terlaksananya
rightsizing
sesuai
hasil
kajian
pada
tahun
2015.
8. Terlaksananya
proses
mutasi
dan
promosi
berbasis
kinerja
dan
kompetensi,
bercorak
regionalisasi
dan
mengedepankan
spesialisasi
pada
tahun
2016.
9. Terkoneksinya
seluruh
basis
data
(database)
nasional
dan
daerah
terkait
dengan
pengelolaan
dan
penanganan
perkara
antar-‐instansi
penegak
hukum
pada
tahun
2018.
10. Meningkatnya
kinerja
Komisi
Pengawas
Persaingan
Usaha
(KPPU)
nasional
dan
daerah
secara
terpadu
dan
menyeluruh
(termasuk
anggaran,
SDM,
dsb).
11. Terpetakannya
seluruh
potensi
penerimaan
dan
pendapatan
negara
secara
lebih
akurat
pada
tahun
2016.
5
NAWACITA
2:
Kami
akan
membuat
pemerintah
tidak
absen
dengan
membangun
tata
kelola
pemerintahan
yang
bersih,
efektif,
demokratis,
dan
NO
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
12. 100%
kabupaten/kota
menyediakan
informasi
yang
bisa
diakses
secara
bebas
oleh
pelaku
usaha
tentang
potensi
pemanfaatan
sumber
daya
lokal
yang
sejalan
dengan
kebijakan
nasional,
terlaksana
pada
tahun
2016.
13. 100%
jabatan
di
instansi
penegak
hukum
yang
membutuhkan
keahlian
teknis
non-‐hukum
diisi
oleh
pegawai
yang
memiliki
keahlian
sesuai
kualifikasi
jabatan
struktural
dan
fungsionalnya
pada
tahun
2016
melalui
rekrutmen
terbuka.
5
Menjalankan
reformasi
birokrasi
1. Penetapan
payung
hukum
yang
kuat
untuk
reformasi
birokrasi
dan
pelayanan
publik.
2. Merampingkan
struktur
organisasi
birokrasi
yang
cenderung
gemuk.
3. Menjalankan
secara
konsisten
UU
Aparatur
Sipil
Negara.
4. Pemberantasan
korupsi
di
kalangan
aparatur
sipil
negara.
5. Terlaksananya
penggabungan
Kementerian
dan
lembaga
Pemerintah
non
Kementerian
yang
terkait
dengan
sistem
aparatur
dan
kepegawaian,
yaitu
Kementerian
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
dan
Reformasi
Birokrasi
(KemPANRB),
Badan
Kepegawaian
Negara
(BKN),
dan
Lembaga
Administrasi
Negara
(LAN)
pada
tahun
2017.
6.
100%
Kementerian,
Lembaga,
dan
Daerah
(K/L/D)
menerapkan
sistem
rasionalisasi
struktural,
mutasi,
rotasi,
promosi
pegawai
pemerintah
secara
terbuka
berbasis
kinerja
pada
tahun
2016.
7. Tersusunnya
dan
terlaksananya
aturan
rekrutmen
pegawai
pemerintah
baru
berbasis
multi
level
entry
secara
terbuka
dan
berdasarkan
azas
meritokrasi
di
semua
tingkat,
baik
di
Pusat
maupun
Daerah,
pada
tahun
2017.
8. 100%
pegawai
pemerintah
lulus
uji
kompetensi
sesuai
standar
oleh
lembaga
yang
berwenang
pada
tahun
2017.
9. Tercapainya
indeks
kepuasan
pelayanan
publik
sebesar
5
dari
skala
6
pada
seluruh
instansi
pemerintah
nasional
dan
daerah
yang
memiliki
pelayanan
publik
pada
tahun
2019.
10. 100%
pelaksanaan
Standar
Pelayanan
Prima
(SPP)
secara
terbuka
oleh
seluruh
instansi
pemerintah
nasional
dan
daerah
pada
tahun
2019.
11.
Adanya
standarisasi
gaji,
tunjangan
dan
fasilitas
bagi
pejabat
negara
dan
pejabat
di
posisi
penting.
6
NAWACITA
2:
Kami
akan
membuat
pemerintah
tidak
absen
dengan
membangun
tata
kelola
pemerintahan
yang
bersih,
efektif,
demokratis,
dan
NO
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
12.
Terselesaikannya
seluruh
penyesuaian
struktural-‐fungsional
birokrasi
nasional
dan
daerah
sesuai
dengan
Undang-‐Undang
Aparatur
Sipil
Negara
(UU
ASN)
dan
peraturan-‐peraturan
pelaksanaannya
pada
akhir
tahun
2015.
13.
Terselenggaranya
seluruh
dukungan
kebijakan
dan
infrastruktural
bagi
Komisi
Aparatur
Sipil
Negara
(ASN)
untuk
mendukung
efektivitas
dan
akuntabilitas
kinerjanya
pada
2015.
14. Terlaksananya
penghematan
keuangan
negara
untuk
belanja
pegawai
dan
barang
(kendaraan
dinas,
pola
honor,
perjalanan
dinas,
fasilitas
dinas,
kegiatan)
secara
bertahap
menuju
30%
dari
APBN
dan
40%
APBD
pada
tahun
20191.
6
Membuka
partisipasi
publik.
1.
Adanya
pedoman
partisipasi
masyarakat
dalam
penyusunan
peraturan
perundang-‐undangan
pada
akhir
tahun
2014.
2. 100%
kabupaten/kota
yang
telah
merealisasikan
pembukaan
dan
pengelolaan
saluran
komunikasi
dengan
masyarakat
yang
menjamin
kerahasiaan
dan
proteksi
pelapor
pada
tahun
2017.
3. 100%
Kementerian/Lembaga
(K/L)
telah
merealisasikan
pembukaan
dan
pengelolaan
saluran
komunikasi
dengan
masyarakat
yang
menjamin
kerahasiaan
dan
proteksi
pelapor
pada
tahun
2015.
4.
Tercapainya
tingkat
kepuasan
publik
sebesar
75%
terhadap
tanggapan
pemerintah
atas
aspirasi
dan
pengaduan
masyarakat
pada
tahun
2016
dan
meningkat
10%
setiap
tahun.
5.
100%
Kementerian/Lembaga/Daerah
(K/L/D)
melibatkan
masyarakat
dalam
penyusunan
dan
pengawasan
pelaksanaan
anggaran
dan
rencana
pembangunan
daerah
pada
tahun
2016.
6.
Tersedianya
mekanisme
partisipasi
publik
untuk
menyampaikan
masukan
terhadap
seluruh
kebijakan
Kementerian/Lembaga
(K/L)
sebelum
kebijakan
disahkan
oleh
pimpinan
K/L.
7.
100%
Kementerian/Lembaga
(K/L)
telah
merealisasikan
pembukaan
dan
pengelolaan
saluran
komunikasi
dengan
masyarakat
yang
menjamin
kerahasiaan
dan
proteksi
pelapor
pada
tahun
2015.
9. 100%
peraturan
perundang-‐undangan
pusat
dan
daerah
dapat
diakses
dengan
mudah
dalam
satu
situs
pemerintah
yang
antara
lain:
a. Lengkap:
memuat
seluruh
peraturan
perundang-‐undangan
(termasuk
putusan
Mahkamah
Konstitusi/MK
dan
Perda)
dan
rancangan
peraturan.
b. Mudah
diakses/dicari:
memuat
indeks
peraturan
sesuai
isu
tertentu,
jenis
dan
tahun,
menyediakan
file
yang
mengintegrasikan
perubahan
Undang-‐undang
(UU)
dan
pembatalan
UU.
c. Memuat
warning
system:
sistem
pemberitahuan
ke
Kementerian/Lembaga
(K/L)
terkait
kapan
suatu
peraturan
pelaksana
harus
sudah
mulai
disusun
hingga
diundangkan.
d. Memiliki
bahasa
yang
sederhana:
setiap
peraturan
mengandung
rangkuman
dari
esensi
peraturan
yang
bahasanya
mudah
dimengerti
oleh
seluruh
lapisan
masyarakat
agar
mudah
menelusuri/memahami
seluruh
halaman
peraturan.
8
NAWACITA
3:
Kami
akan
membangun
Indonesia
dari
pinggiran
dengan
memperkuat
daerah-‐daerah
dan
desa
dalam
kerangka
negara
kesatuan
NO
TARGET
INDIKATOR
1
Desentralisasi
asimetris
2
Pemerataan
pembangunan
antarwilayah
terutama
1.
50%
kegiatan
usaha
berbasis
sumber
daya
lokal
didukung
oleh
pemerintah
kabupaten/kota
yang
desa,
kawasan
timur
Indonesia,
dan
kawasan
sejalan
dengan
kebijakan
nasional
terlaksana
mulai
tahun
2016
dan
meningkat
10%
setiap
tahun.
perbatasan.
2.
100%
kabupaten/kota
menyediakan
informasi
yang
bisa
diakses
secara
bebas
oleh
pelaku
usaha
tentang
potensi
pemanfaatan
sumber
daya
lokal
yang
sejalan
dengan
kebijakan
nasional,
terlaksana
pada
tahun
2016.
3.
100%
kabupaten/kota
mengidentifikasi
kebutuhan
teknologi
tepat
guna
untuk
mewujudkan
potensi
sumber
daya
lokal
pada
tahun
2016
dan
50%
merealisasikannya
mulai
tahun
2017
dan
meningkat
10%
setiap
tahun.
4.
Penurunan
rata-‐rata
biaya
logistik
nasional
menjadi
10%
dari
Produk
Domestik
Bruto
(PDB)
pada
tahun
2019
(termasuk
penurunan
biaya
logistik
di
kawasan
timur
Indonesia
dan
seluruh
Daerah
Tertinggal
Perbatasan
dan
Kepulauan
(DTPK)).
5.
Terbangunnya
infrastruktur
yang
menunjang
konektivitas
antarwilayah
secara
terintegrasi
dan
infrastruktur
yang
mendukung
terealisasinya
investasi
di
50%
kabupaten
Daerah
Tertinggal,
Perbatasan
dan
Kepulauan
(DTPK)
pada
tahun
2019.
6.
Terbukanya
keterisolasian
daerah-‐daerah
tertinggal,
perbatasan,
dan
kepulauan
dengan
tersedianya
infrastruktur
fisik
yang
memadai
di
80%
kabupaten.
7.
Seluruh
moda
transportasi
umum
menuju,
dari,
serta
dalam
DKI
Jakarta
dan
minimal
satu
kota
percontohan
yang
terkatagorikan
dalam
Daerah
Tertinggal
Perbatasan
dan
Kepulauan
(DTPK)
menerapkan
Standar
Pelayanan
Minimal
(SPM)
untuk
penyandang
difabilitas,
manusia
lanjut
usia,
balita/ibu
menyusui,
anak,
dan
ibu
hamil
mulai
tahun
2018.
8.
Tersusunnya
standar
konstruksi
yang
mengantisipasi
terjadinya
bencana
alam
di
100%
kabupaten/kota
rawan
bencana
pada
tahun
20192.
2
Perlu
dipikirkan
indikator
yang
lebih
detil
seperti
waktu
diseminasi
informasi
gempa
dan
peringatan
dini
tsunami
kepada
publik
(dalam
menit),
pembuatan
sistem
peringatan
tsunami
menggunakan
sistem
kabel
bawah
laut,
pemasangan
tsunami
buoy,
radar
cuaca
(jumlah),
hingga
memastikan
Kabupaten/Kota
memiliki
rencana
penanganan
bencana.
9
NAWACITA
3:
Kami
akan
membangun
Indonesia
dari
pinggiran
dengan
memperkuat
daerah-‐daerah
dan
desa
dalam
kerangka
negara
kesatuan
NO
TARGET
INDIKATOR
9. Tersedianya
peta
rawan
bencana
alam,
informasi
dan
call
center
penanganan
bencana
di
100%
kabupaten/kota
rawan
bencana
pada
tahun
2017.
10. Terbangunnya
sarana
dan
prasarana
untuk
melakukan
evakuasi
korban
bencana
dan
penyaluran
bantuan
darurat
secara
memadai
di
80%
Kabupaten/Kota
rawan
bencana
pada
tahun
20183.
11. Tersusunnya
mekanisme
untuk
memastikan
pembangunan
tempat
pengungsian
yang
layak
huni
dan
manusiawi
(termasuk
tersedianya
sarana
sanitasi,
pendidikan,
kesehatan,
dan
lain-‐lain)
saat
terjadi
bencana
di
80%
kabupaten/kota
rawan
bencana
pada
tahun
2018.
12. Pembangunan
baru
infrastruktur
fisik
(bangunan,
jembatan,
jalan,
dsb)
di
100%
kabupaten/kota
rawan
bencana
yang
dilakukan
dengan
standar
konstruksi
sesuai
kondisi
wilayahnya
pada
tahun
2018.
13. Tersosialisasikannya
aspek-‐aspek
penting
penanggulangan
bencana
kepada
masyarakat
di
100%
kabupaten/kota
rawan
bencana
pada
tahun
2016.
3
Penataan
Daerah
Otonom
Baru
(DOB)
untuk
1. Terevisinya
50%
dari
lampiran
peta
administratif
pada
UU
Pembentukan
Wilayah
Baru
(
yang
kesejahteraan
rakyat.
dimekarkan
sejak
tahun
2002)
dengan
lampiran
peta
administratif
berdasar
peta
Rupa
Bumi
Indonesia
(RBI)
skala
1:
50.000
dalam
5
tahun.
2. Terbitnya
regulasi
tentang
penundaan
pembentukan
dan
perbaikan
tata
kelola
batas
administratif
wilayah
baru
selama
X
tahun
(menunggu
revisi
peta
administratif).
4
Implementasi
UU
Desa
1. Menyejahterakan
desa
dengan
mengalokasikan
dana
desa
di
mana
setiap
desa
rata-‐rata
memperoleh
Rp1,4
miliar
dalam
bentuk
program
bantuan
khusus
dan
menjadikan
Perangkat
Desa
menjadi
PNS
secara
bertahap
(9
Program
Nyata
JKW-‐JK)
3
Pada
tahun
2010,
di
35
Daerah
Operasi
(DAOPS)
dan
19
kabupaten
rawan
kebakaran
tersedia
standar
minimal
sarana
prasarana.
Pada
tahun
2011
telah
tersalurkan
sarana-‐prasarana
pemadam
kebakaran
hutan
di
setiap
provinsi
yang
mengalami/rawan
kebakaran
hutan.
Pada
tahun
2011
dan
2012
juga
telah
terbit
daftar
jumlah
dan
jenis
logistik
dan
peralatan
yang
dibutuhkan
untuk
setiap
daerah
rawan
bencana.
Sedangkan
pada
tahun
2013
sejumlah
33
provinsi
rawan
bencana
terpenuhi
kebutuhan
logistiknya
dan
200
provinsi/Kab/Kota
rawan
bencana
dipenuhi
kebutuhan
peralatannya.
Selain
itu
perlu
dipikirkan
indikator
yang
lebih
spesifik
seperti
waktu
(dalam
menit)
diseminasi
informasi
gempa
dan
peringatan
dini
tsunami;
terpasangnya
peringatan
tsunami
menggunakan
sistem
kabel
bawah
laut;
terpasangnya
tsunami
buoy,
radar
cuaca,
kabupaten/Kota
yang
memiliki
rencana
kontijensi
penanganan
bencana.
10
NAWACITA
4:
Kami
akan
menolak
negara
lemah
dengan
melakukan
reformasi
sistem
dan
penegakan
hukum
yang
bebas
korupsi,
bermartabat,
NO
dan
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
1
Membangun
politik
legislasi
yang
kuat:
1. Membangun
“budaya
takut
korupsi”.
pemberantasan
korupsi,
penegakan
HAM,
perlindungan
lingkungan
hidup
&
reformasi
lembaga
penegak
hukum.
2. Pelayanan
publik
yang
bebas
korupsi
melalui
teknologi
informasi
yang
transparan.
3. Mendukung
penguatan
dan
independensi
Komisi
Pemberantasan
Korupsi
(KPK).
4. Pembentukan
regulasi
yang
mendukung
pemberantasan
korupsi.
5. Membangun
sinergi
di
antara
Kepolisian,
Kejaksaan
Agung
dan
KPK.
6. Memprioritaskan
penanganan
kasus
korupsi
di
sektor
penegakan
hukum,
politik,
pajak,
bea
cukai,
dan
sumber
daya
alam.
7. Pencegahan
korupsi
melalui
penerapan
Sistem
Integritas
Nasional
(SIN).
8. Mendukung
keterlibatan
publik
dan
media
massa
dalam
pengawasan
terhadap
upaya
tindakan
korupsi.
9. 100%
penegak
hukum
dan
hakim
yang
memiliki
tugas
dan
fungsi
terkait
tindak
pidana
tertentu
seperti
korupsi,
lingkungan
hidup,
dan
Hak
Asasi
Manusia
(HAM)
telah
memiliki
sertifikasi
di
bidang-‐
bidang
keahlian
tersebut
pada
tahun
2017.
10.
Status
Wajar
Tanpa
Pengecualian
(WTP)
dan
bebas
indikasi
Korupsi
Kolusi
dan
Nepotisme
(KKN)
bagi
pengelolaan
anggaran
instansi
penegak
hukum
pada
tahun
2016.
11.
Penguatan
penegakan
hukum
administrasi
lingkungan
hidup
dan
sumber
daya
alam
(perbaikan
mekanisme
mutasi,
rekrutmen,
promosi
pejabat
pengawas)
pada
tahun
2019.
12. Diundangkannya
Kitab
Undang-‐Undang
Hukum
Acara
Pidana
(KUHAP)
yang
baru
yang
menjamin
pola
hubungan
yang
terintegrasi
antar-‐instansi
penegak
hukum
guna
memastikan
koordinasi
yang
efektif
serta
menjamin
sistem
checks
and
balances
yang
memadai
dalam
proses
penegakan
hukum
(termasuk
melalui
pembentukan
hakim
pemeriksa
pendahuluan)
pada
tahun
2017.
13.
Diterbitkannya
UU
terkait
instansi
penegak
hukum,
pengadilan
dan
instansi
pendukung
(seperti
lembaga
pemasyarakatan
dan
rumah
penyimpanan
barang
sitaan)
yang
baru
pada
tahun
2017,
yang
didasarkan
pada
kajian
komprehensif
terkait
tugas
dan
kewenangan
serta
pola
hubungan
yang
ideal
11
NAWACITA
4:
Kami
akan
menolak
negara
lemah
dengan
melakukan
reformasi
sistem
dan
penegakan
hukum
yang
bebas
korupsi,
bermartabat,
NO
dan
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
antar-‐instansi
tersebut.
14.
Pengaturan
ulang
dan
penguatan
lembaga/komisi
terkait
pelaksanaan
fungsi
perlindungan
Hak
Asasi
Manusia
(HAM)
untuk
tercapai
pada
tahun
2016.
15.
100%
eksekusi
atas
putusan
kasus
kejahatan
(tindak
pidana
berat)
serius
yang
merugikan
negara
dan
perekonomian,
merusak
lingkungan
dan
Sumber
Daya
Alam
(SDA),
dan
melanggar
Hak
Asasi
Manusia
(HAM)
dilaksanakan
pada
tahun
2019.
16.
75%
aset
hasil
kejahatan
dapat
dikembalikan
ke
negara/korban
pada
tahun
2016.
17.
Terlaksananya
penerapan
multidoor
dalam
penegakan
hukum
pada
tahun
2015,
terutama
dalam
bidang
lingkungan
hidup
dan
Sumber
Daya
Alam
(SDA).
18.
Terlaksananya
pemeriksaan
ketaatan
pembayaran
pajak
terhadap
seluruh
terpidana
kasus-‐kasus
terkait
keuangan
dan
perekonomian
negara,
lingkungan
hidup
dan
Sumber
Daya
Alam
(SDA),
Narkotika
dan
Obat-‐obatan
Terlarang
(Narkoba)
serta
kasus-‐kasus
besar
lain
pada
tahun
2016.
19.
Tersusunnya
dan
terlaksananya
aturan
yang
memastikan
perlindungan
atas
hak-‐hak
masyarakat
adat
dalam
eksploitasi
sumber-‐sumber
kekayaaan
alam
dimana
masyarakat
adat
tersebut
hidup,
pada
tahun
2015.
20.
Tersusunnya
dan
tercapainya
100%
target-‐target
Rencana
Aksi
Hak
Asasi
Manusia
(RANHAM)
Nasional
yang
mencakup
pelaksanaan
penghormatan,
pemajuan,
pemenuhan,
perlindungan
dan
penegakan
Hak
Asasi
Manusia
(HAM)
di
tahun
2015-‐2019.
21.
Harmonisasi
rancangan
peraturan
perundang-‐undangan
dan
peraturan
perundang-‐undangan
berdasarkan
nilai-‐nilai
Hak
Asasi
Manusia
(HAM).
22.
Pembentukan
Pengadilan
Hak
Asasi
Manusia
(HAM)
ad
hoc
untuk
kasus-‐kasus
pelanggaran
HAM
berat
yang
telah
diusulkan
oleh
Dewan
Perwakilan
Rakyat
(DPR)
pada
tahun
2015.
23.
Terbentuknya
Badan
Penerimaan
Negara
yang
mandiri
sebagai
penggabungan
Ditjen
Pajak
dan
Ditjen
Bea
Cukai
pada
tahun
2016.
12
NAWACITA
4:
Kami
akan
menolak
negara
lemah
dengan
melakukan
reformasi
sistem
dan
penegakan
hukum
yang
bebas
korupsi,
bermartabat,
NO
dan
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
24.
Tersedianya
kantor
pelayanan
pajak
khusus
bagi
pejabat
negara,
Aparat
Penegak
Hukum
(Apgakum)
dan
kelompok
profesi
tertentu
pada
tahun
2015.
25.
Penguatan
bank
data,
pajak
dan
Pusat
Pelaporan
dan
Analisis
Transaksi
Keuangan
(PPATK)
mulai
tahun
2015.
26. Seluruh
kabupaten/kota
memiliki
aturan
pelaksanaan
untuk
memastikan
keseimbangan
antara
mencegah
banjir
dan
kekeringan
pada
tahun
2019
sejalan
dengan
UU
No.7/2004
tentang
Sumber
Daya
Air
(SDA)
dan
UU
No.3/2011
tentang
Kebijakan
Nasional
Pengelolaan
Sumber
Daya
Air
(SDA)
sehingga
kemampuan
peresapan
air
terjaga.
27. Meningkatnya
jumlah
perkara
yang
berhasil
ditangani
oleh
Penyidik
Pegawai
Negeri
Sipil
(PPNS)
dan
lembaga
penyidik
non-‐Polisi
Republik
Indonesia
(non-‐Polri)
sebesar
30%
pada
tahun
2019.
28. 100%
peraturan
perundang-‐undangan
bermasalah
di
10
bidang
pembangunan
menurut
Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
Nasional
(RPJPN)
telah
dikaji
dan
diharmonisasikan
sehingga
tercipta
kepastian
hukum
antarsektor
dan
antar
pusat-‐daerah.
29. Tersedianya
Bank
Data
Hukum
di
Kementerian
Hukum
dan
Hak
Asasi
Manusia
(KemHukHAM)
pada
tahun
2016
yang
berisi
permasalahan
hukum
yang
dihadapi
oleh
berbagai
para
pihak
hukum
dan
masyarakat
untuk
dapat
direspon
oleh
pemerintah
yang
dimutakhirkan
secara
berkelanjutan.
30. 100%
tenaga
perancang
peraturan
di
tingkat
pusat
dan
daerah
telah
tersertifikasi
pada
tahun
2019.
31. 100%
penerbitan
peraturan
pelaksanaan
dari
peraturan
perundang-‐undangan
tepat
waktu.
32. 100%
peraturan
perundang-‐undangan
telah
melalui
proses
Participatory
Regulatory
Impact
Assessment
(PRIA).
2
Memperkuat
Komisi
Pemberantasan
Korupsi
(KPK).
1.
Meningkatnya
kinerja
dan
efisiensi
pelaksanaan
tugas
dan
fungsi
Komisi
Pemberantasan
Korupsi
(KPK)
dan
Pengadilan
Tindak
Pidana
Korupsi
(TIPIKOR)
3
Memberantas
mafia
peradilan.
1.
Diterbitkannya
UU
terkait
instansi
penegak
hukum,
pengadilan
dan
instansi
pendukung
(seperti
lembaga
pemasyarakatan
dan
rumah
penyimpanan
barang
sitaan)
yang
baru
pada
tahun
2017,
yang
didasarkan
pada
kajian
komprehensif
terkait
tugas
dan
kewenangan
serta
pola
hubungan
yang
ideal
antar-‐instansi
tersebut.
2.
Terbentuknya
tata
organisasional
dari
lembaga-‐lembaga
penyidik
dan
penegak
keadilan
yang
berintegritas
yang
berbasiskan
pada
fungsi,
bukan
struktur
pada
tahun
2016.
13
NAWACITA
4:
Kami
akan
menolak
negara
lemah
dengan
melakukan
reformasi
sistem
dan
penegakan
hukum
yang
bebas
korupsi,
bermartabat,
NO
dan
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
3.
Terciptanya
sistem
dan
prosedur
peradilan
yang
cepat
melalui
pengembangan
proses
beracara
secara
sederhana
dan
perkara
yang
dapat
diajukan
ke
Mahkamah
Agung
(MA)
tahun
2015.
4.
Terciptanya
konsistensi
penuntutan
dan
putusan
pengadilan
untuk
kasus
pidana,
antara
lain
melalui
pengembangan
pedoman
penuntutan
dan
pengambilan
putusan
pengadilan
(prosecuting
and
sentencing
guideline)
serta
case
tracking
system
pada
tahun
2016.
5.
Terbangunnya
budaya
kerja
berintegritas
dan
akuntabel/bertanggung-‐gugat,
antara
lain
melalui
penghapusan
acara
serah
terima
jabatan
serta
pelarangan
jamuan
dan
pemberian
hadiah/pelayanan
saat
kunjungan
ke
daerah
mulai
tahun
2015.
6.
Terintegrasikannya
lembaga
pengawas
eksternal
instansi
penegak
hukum
(Kompolnas,
Komjak
dan
Balai
Pertimbangan
Pemasyarakatan)
menjadi
satu
lembaga
pengawas
yang
memiliki
kewenangan
memadai,
anggota
yang
profesional
dan
mampu
menjalankan
fungsinya
secara
optimal
pada
tahun
2016.
7. Teralokasikannya
100%
anggaran
bagi
instansi
penegak
hukum
untuk
menjalankan
fungsi
pelayanan
dan
administratif
secara
maksimal
guna
menyelesaikan
perkara
dan
menjalankan
fungsi
pengawasan
internal
pada
tahun
2016.
8. Berkurangnya
jumlah
kelebihan
kapasitas
hunian
di
Rumah
Tahanan
(Rutan)
dan
Lembaga
Pemasyarakatan
(Lapas)
menjadi
tidak
lebih
dari
20%
pada
tahun
20184.
4
Pemberantasan
tindakan
penebangan
liar,
1.
100%
penegak
hukum
dan
hakim
yang
memiliki
tugas
dan
fungsi
terkait
tindak
pidana
tertentu
perikanan
liar,
dan
penambangan
liar.
seperti
korupsi,
lingkungan
hidup,
dan
Hak
Asasi
Manusia
(HAM)
telah
memiliki
sertifikasi
di
bidang-‐
bidang
keahlian
tersebut
pada
tahun
2017.
2. Penguatan
penegakan
hukum
administrasi
lingkungan
hidup
dan
sumber
daya
alam
(perbaikan
mekanisme
mutasi,
rekrutmen,
promosi
pejabat
pengawas)
pada
tahun
2019.
3.
Terbentuknya
dan
berfungsinya
Lembaga
Pencegahan
dan
Pemberantasan
Perusakan
Hutan
pada
tahun
2015
yang
sistem
pembinaan
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
dan
anggarannya
diatur
secara
khusus
dalam
Peraturan
Presiden
(Perpres)
tersendiri.
4
Pada
tahun
2010
telah
diselesaikan
pembangunan
rekonstruksi
9
Lembaga
Pemasyarakatan
(Lapas)
atau
Rumah
Tahanan
(Rutan)
pasca
bencana.
Sedangkan
tahun
2011
sudah
terlaksana
konstruksi
19
Lapas/Rutan
baru
dan
45
Lapas/Rutan
lanjutan.
Jumlah
kelebihan
kapasitas
hunian
saat
ini
adalah
47%
dari
total
kapasitas
Lapas/Rutan.
Dengan
adanya
program
penambahan
Lapas/Rutan
tahun
ini,
ditargetkan
hingga
akhir
2014
jumlah
kelebihan
kapasitas
menjadi
30%.
14
NAWACITA
4:
Kami
akan
menolak
negara
lemah
dengan
melakukan
reformasi
sistem
dan
penegakan
hukum
yang
bebas
korupsi,
bermartabat,
NO
dan
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
4.
100%
eksekusi
atas
putusan
kasus
kejahatan
(tindak
pidana
berat)
serius
yang
merugikan
negara
dan
perekonomian,
merusak
lingkungan
dan
Sumber
Daya
Alam
(SDA),
dan
melanggar
Hak
Asasi
Manusia
(HAM)
dilaksanakan
pada
tahun
2019.
5.
Terlaksananya
penerapan
multidoor
dalam
penegakan
hukum
pada
tahun
2015,
terutama
dalam
bidang
lingkungan
hidup
dan
Sumber
Daya
Alam
(SDA).
6.
Tersusunnya
dan
terlaksananya
aturan
yang
memastikan
perlindungan
atas
hak-‐hak
masyarakat
adat
dalam
eksploitasi
sumber-‐sumber
kekayaaan
alam
dimana
masyarakat
adat
tersebut
hidup,
pada
tahun
2015.
7.
100%
kabupaten/kota
yang
sudah
mempunyai
dan
melaksanakan
Peraturan
Daerah
(Perda)
tentang
eksploitasi
sumber
daya
alam,
yang
sejalan
dengan
kebijakan
nasional
pada
tahun
2019.
8.
Terjaganya
wilayah
kelautan
dari
pencurian
ikan
dan
sumber
daya
kelautan
lainnya
oleh
nelayan/pihak
asing.
9.
Terselesaikannya
penyusunan
Rencana
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
(RPPLH)
nasional
dan
pada
seluruh
provinsi
dan
kabupaten
serta
pengaturannya
berdasarkan
Peraturan
Pemerintah
(PP)
dan
Peraturan
Daerah
(Perda)
pada
tahun
2016.
10.
Terselesaikannya
100%
pengukuhan
kawasan
hutan
dengan
penuntasan
hak-‐hak
pihak
ketiga
secara
nasional
pada
tahun
2018
untuk
menjamin
kepastian
hukum
atas
perizinan/konsesi
di
kawasan
hutan.
11.
Tersedianya
mekanisme
pemantauan
(monitoring)
pemberian
izin
konsesi,
eksplorasi,
dan
eksploitasi
sumber
daya
alam
dengan
pelibatan
partisipasi
publik
pada
tahun
2015.
11. Terbentuk
Inpres
Tim
Gabungan
Audit
Perizinan
Nasional dan
mulai
beroperasinya
Sistem
Nasional
Audit
Perizinan
pada
2015
yang
bertugas
melakukan
sinkronisasi
dan
harmonisasi
perizinan,
sekaligus
berperan
sebagai
sistem
pengelolaan
resiko
berusaha
nasional.
12.
Terbangunnya
dan
berjalannya
Sistem
Pengelolaan
Informasi
Perizinan
Terpadu
(SPIPT)
yang
menyimpan,
mengatur,
dan
mempublikasikan
seluruh
informasi
perizinan
berbasis
lahan
yang
terintegrasi
antar-‐kementerian/lembaga
di
tingkat
pusat
serta
antara
pusat
dengan
daerah
pada
tahun
2016.
15
NAWACITA
4:
Kami
akan
menolak
negara
lemah
dengan
melakukan
reformasi
sistem
dan
penegakan
hukum
yang
bebas
korupsi,
bermartabat,
NO
dan
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
13.
Terselesaikannya
review
izin
seluruh
konsesi
berbasis
lahan
pada
tahun
2016.
16
NAWACITA
4:
Kami
akan
menolak
negara
lemah
dengan
melakukan
reformasi
sistem
dan
penegakan
hukum
yang
bebas
korupsi,
bermartabat,
NO
dan
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
pada
tahun
2015
25. Tersedianya
data
Inventarisasi
Lingkungan
Hidup
di
tingkat
nasional,
tingkat
pulau/kepulauan,
dan
tingkat
wilayah
ekoregion
pada
tahun
2015,
dan
penetapan
wilayah
ekoregion
pada
tahun
2017
26. Tersedianya
data
dan
peta
potensi
sumber
daya
alam
dengan
skala
1:50.000
secara
nasional
pada
tahun
2018
yang
termutakhirkan
setiap
5
tahun.5
27. Tersedianya
data
dan
peta
potensi
sumber
daya
kelautan
dengan
skala
1:250.000
secara
nasional
pada
tahun
2018
yang
termutakhirkan
setiap
5
tahun.
6
28. Tersedianya
data
dan
peta
resiko
industri
(meliputi
limbah,
polutan,
dan
dampak
sosial)
secara
nasional
pada
2016.
29. Tersedianya
data
dan
peta
limbah/polutan/emisi
(meliputi
jenis,
kadar,
jangkauan,
efek)
secara
nasional
pada
2016.
30. Tersedianya data dan peta lahan terdegradasi secara nasional pada 2015.
31. Terlaksananya
reforestasi
hutan
(melalui
skema
insentif
disinsentif
seperti
restorasi
ekosistem,
reboisasi,
Reducing
Emissions
from
Deforestation
and
Forest
Degradation
(REDD+))
di
seluruh
area
open
access
secara
nasional
pada
tahun
2016,
terutama
oleh
masyarakat
dan
badan
usaha7.
32. Tercapainya
Zero
Deforestation
di
kawasan
moratorium
pada
tahun
2015;
termasuk
di
dalamnya
5
Pada
2014
baru
skala
1:
250.000
yang
tersedia.
Perubahan
yg
diusulkan
mengacu
pada
ketentuan
inventarisasi
lingkungan
hidup
dalam
Pasal
6
UU
No.
32/2009
tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
(PPLH).
Selain
itu
pada
2010
telah
terselesaikan
20%
pemetaan
kesatuan
hidrologi
gambut
di
8
provinsi
yang
terkoordinasi
dengan
K/L
terkait
dan
pada
tahun
2011
tersusun
peta
kesatuan
hidrologis
gambut
Pulau
Sumatera.
6
Pada
2014
baru
skala
1:5.000.000
yang
tersedia.
Peta
ini
pun
dibuat
pada
1997/98.
7
Pada
tahun
2011
seluas
10.000
ha
hutan
mangrove/hutan
pantai
terehabilitasi
dan100.000
ha
hutan
pada
DAS
Prioritas
terehabilitasi.
Pada
tahun
2012
telah
dibuat/direhabilitasi
hutan
seluas
1.000
ha
dan
100.000
ha
hutan
pada
DAS
prioritas.
Sedangkan
pada
tahun
2013
telah
direhabilitasi
100.000
ha
hutan
pada
DAS
prioritas
dan
10.000
ha
hutan
mangrove,
gambut,
dan
rawa
pada
DAS
prioritas.
17
NAWACITA
4:
Kami
akan
menolak
negara
lemah
dengan
melakukan
reformasi
sistem
dan
penegakan
hukum
yang
bebas
korupsi,
bermartabat,
NO
dan
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
pengendalian
kebakaran
hutan
di
Pulau
Sumatera,
Kalimantan
dan
Sulawesi
serta
perambahan
di
kawasan
moratorium
(10
provinsi
berhutan
prioritas)8.
33. Tersusunnya
mekanisme
penghitungan
nilai
Sumber
Daya
Alam
(SDA-‐
termasuk
hutan)
dan
ecosystem
services
lainnya
untuk
kepentingan
pembangunan
pada
tahun
20169.
34. Penguatan
dan
pengoptimalan
fungsi
Badan
Pengelola
Reducing
Emissions
from
Deforestation
and
Forest
Degradation
(REDD+)
pada
tahun
2015
meliputi:
a. Terbentuk
dan
berfungsinya
standar
dan
metodologi
Measurement
Reporting
and
Verification
(MRV);
b. Terbentuk
dan
berfungsinya
instrumen
dan
mekanisme
pendanaan,
kerangka
pengaman
pendanaan,
serta
distribusi
manfaat
Reducing
Emissions
from
Deforestation
and
Forest
Degradation
(REDD+);
c. Pemetaan
dan
penguatan
kebijakan
yang
terkait
dengan
tatakelola
hutan
dan
lahan
gambut
serta
perdagangan
karbon
35. Terlaksananya
konservasi
dan
pemanfaatan
sumber
daya
alam
(meliputi
kebun
raya,
Daerah
Aliran
Sungai
(DAS),
hutan
primer,
lahan
gambut,
mangrove,
dan
perairan)
melalui
mekanisme
jasa
lingkungan,
terutama
oleh
masyarakat
dan
badan
usaha
mulai
tahun
201610.
36. Terlaksananya
land
reform
dan
access
reform
pada
tahun
2019.
37. Pembatasan
dan
pengetatan
prosedur
pemberian
izin
pengelolaan
dan
pemanfaatan
sumber
daya
alam
(termasuk
pengelolaan
taman
nasional,
kebun
binatang,
taman
margasatwa,
dan
taman
safari)
yang
berdasarkan
pada
aspek
berkelanjutan
dan
berkeadilan
pada
tahun
201911.
38. Minimal
40%
persen
daerah
menerapkan
model
imbal
jasa
lingkungan
terhadap
pengelolaan
Daerah
Aliran
Sungai
(DAS),
pengelolaan
hutan
dan
lahan
serta
pengelolaan
perairan
yang
sesuai
8
Pada
tahun
2010,
10%
luas
kawasan
hutan
(dan
lahan)
yang
terbakar
di
10
provinsi
rawan
kebakaran
turun
dari
prosentase
tahun
2008,
sedangkan
20%
hotspot
di
10
provinsi
rawan
kebakaran
hutan
dan
lahan
turun
dari
rata-‐rata
2005-‐2009.
Tahun
2013
59,2%
prosentase
hotspot
di
dalam
kawasan
pulau
Kalimantan,
Sumatera,
dan
Sulawesi
turun
dari
rata-‐rata
2005-‐2009
9
Perlu
dipikirkan
pihak
yang
akan
melakukan
perhitungan
ini
dan
bagaimana
melakukannya
(serta
alasannya).
Daya
dukung
lingkungan
telah
dibahas
dalam
PP
Kajian
Lingkungan
Hidup
Strategis.
Saat
ini
semua
database
yang
terkait
sudah
ada
–
yang
dibutuhkan
adalah
otoritas
untuk
menilai.
10
Pada
tahun
2010,
terlaksana
rehabilitasi
seluas
100.000
ha
kawasan
konservasi/lindung.
11
Pada
tahun
2010
telah
tersusun
Rencana
Pengelolaan
Taman
Nasional
Perairan
Laut
Sawu
dan
Laut
Sekitar.
18
NAWACITA
4:
Kami
akan
menolak
negara
lemah
dengan
melakukan
reformasi
sistem
dan
penegakan
hukum
yang
bebas
korupsi,
bermartabat,
NO
dan
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
dengan
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
(RTRW)
mulai
tahun
2017.
40. Terlaksananya
pembangunan
berkelanjutan
(sustainable
city)
dengan
kriteria
yang
ditetapkan
oleh
Adipura
Kencana
di
100%
kota
metropolitan,
100%
kota
besar
dan
25%
kota
kecil
pada
tahun
2019.
41. Realisasi
Anggaran
Berbasis
Lingkungan
Hidup
(ABLH)
dengan
terlebih
dahulu
melakukan
studi/kajian
kebutuhan
minimum
anggaran
guna
terpenuhinya
Anggaran
Berbasis
Lingkungan
Hidup
(ABLH).
42. Terlaksananya
100%
rehabilitasi
area
bekas
eksploitasi
pertambangan
pada
2019.
43. Diadopsinya
indikator
kelestarian
lingkungan
hidup
dan
kelestarian
sumber
daya
alam
(green
Gross
Domestic
Product
(GDP),
GDP
for
the
poor,
Green
Jobs)
dalam
evaluasi
pembangunan
secara
nasional
pada
tahun
2015/16.
44. Diadopsinya
Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM)
sesuai
standar
internasional
dalam
evaluasi
pembangunan
secara
nasional
pada
tahun
2015/16.
45. Terselesaikannya
penyusunan
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
(RTRW)
provinsi
baru
yang
berbasiskan
Kajian
Lingkungan
Hidup
Strategis
(KLHS)
dan
Peta
Indikatif
Penundaan
Izin
Baru
(PIPIB)/(Peta
Moratorium)
pada
tahun
2015
dan
review
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
(RTRW)
secara
nasional
dengan
Kajian
Lingkungan
Hidup
Strategis
(KLHS)
dan
Peta
Indikatif
Penundaan
Izin
Baru
(PIPIB)
pada
tahun
2018.
46. Terselesaikannya
penyusunan
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
(RTRW)
Kabupaten
dan
rencana
rincinya
yang
berbasiskan
Kajian
Lingkungan
Hidup
Strategis
(KLHS)
dan
Peta
Indikatif
Penundaan
Izin
Baru
(PIPIB)
pada
tahun
2018
serta
review
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
(RTRW)
Provinsi
secara
nasional
dengan
Kajian
Lingkungan
Hidup
Strategis
(KLHS)
dan
Peta
Indikatif
Penundaan
Izin
Baru
(PIPIB)pada
tahun
201912.
47. Tersedianya
ahli
di
bidang
perencana
tataruang
dengan
menambah
pengetahuan
(S2)
di
setiap
provinsi
dan
kabupaten
sebanyak
1
orang
setiap
tahunnya
mulai
2016
dan
ahli
ekonomi
lingkungan
12
Pada
2010,
17
RTRW
provinsi
dan
56
RTRW
Kabupaten
dan
Kota
terselesaikan;
Pada
2011,
16
RTRW
provinsi
dan
152
RTRW
kabupaten
dan
kota
terselesaikan;
dan
Pada
2012,
103
RTRW
kabupaten
dan
kota
terselesaikan
19
NAWACITA
4:
Kami
akan
menolak
negara
lemah
dengan
melakukan
reformasi
sistem
dan
penegakan
hukum
yang
bebas
korupsi,
bermartabat,
NO
dan
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
setiap
provinsi
dan
kabupaten
1
orang
per
tahun
mulai
tahun
2016.
48. Penguatan
data
Sumber
Daya
Alam
(SDA)
mencakup
koordinasi
lengkap
dan
lain
sebagainya
di
80%
Daerah
Aliran
Sungai
(DAS)
dan
100%
kabupaten/kota
pada
2019.
49. Proporsi
kawasan
pegunungan
yang
terjaga
melalui
penutupan
vegetasi
tetap
mencapai
70%
pada
2019.
50. Peningkatan
bagian
hulu
Daerah
Aliran
Sungai
(DAS)
terpelihara
sebesar
100%
dari
kondisi
2013
di
100%
lebih
banyak
kabupaten/kota
dibanding
kondisi
2013
(misalnya
melalui
penanaman,
pemeliharaan,
dan
kegiatan
konservasi
tanah
lainnya
pada
kawasan
lahan
gundul
dan
tanah
kritis)
pada
2019.
51. Proporsi
luas
kawasan
konservasi
mencapai
minimal
30%
dari
luas
wilayah
pulau
pada
tahun
2019.
5
Pemberantasan
Narkoba
dan
psikotropika.
1.
Terlaksananya
pemeriksaan
ketaatan
pembayaran
pajak
terhadap
seluruh
terpidana
kasus-‐kasus
terkait
Narkotika
dan
Obat-‐obatan
Terlarang
(Narkoba)
pada
tahun
2016.
2.
100%
pengguna
Narkotika
dan
Obat-‐obatan
Terlarang
(Narkoba)
diproses
secara
hukum
dijatuhi
hukuman
rehabilitasi
medik
dan
sosial.
6
Pemberantasan
tindak
kejahatan
perbankan
dan
1. Penguatan
bank
data,
pajak
dan
Pusat
Pelaporan
dan
Analisis
Transaksi
Keuangan
(PPATK)
mulai
pencucian
uang
tahun
2015.
2. Tersusunnya
dan
terlaksananya
audit
penerimaan
dan
pengeluaran
keuangan
Partai
Politik
(Parpol)
untuk
memastikan
bahwa
Parpol
tidak
digunakan
sebagai
sarana
pencucian
uang
dan
kepentingan
lainnya
pada
tahun
2017.
7
Menjamin
kepastian
hukum
hak
kepemilikan
tanah.
1.
Tersusunnya
dan
terlaksananya
aturan
yang
memastikan
perlindungan
atas
hak-‐hak
masyarakat
adat
dalam
eksploitasi
sumber-‐sumber
kekayaaan
alam
dimana
masyarakat
adat
tersebut
hidup,
pada
tahun
2015.
2.
100%
Persetujuan
Atas
Dasar
Informasi
Awal
Tanpa
Paksaan
(PADIATAPA)
dalam
pemanfaatan
lahan
oleh
konsesi
kebun
dan
tambang
yang
dimiliki
oleh
masyarakat
lokal
dan
masyarakat
hukum
adat
pada
tahun
2016.
3.
Kawasan
pemukiman
masyarakat
adat
di
seluruh
kabupaten/kota
dijaga
kelestariannya
dengan
mengakomodasi
keberadaannya
dalam
Rencana
Tata
Ruang
dan
Wilayah
(RTRW).
20
NAWACITA
4:
Kami
akan
menolak
negara
lemah
dengan
melakukan
reformasi
sistem
dan
penegakan
hukum
yang
bebas
korupsi,
bermartabat,
NO
dan
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
4.
Penegakan
hukum
terhadap
pelanggaran
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
(RTRW)
dilakukan
atas
minimal
50%
pengaduan
pelanggaran
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
(RTRW)
mulai
2016.
5. Proses
pengurusan
Izin
Mendirikan
Bangunan
(IMB)
untuk
rumah
tinggal
diselesaikan
dalam
5
hari
kerja
pada
tahun
2016.
6. Proporsi
kabupaten/kota
yang
menerbitkan
Peraturan
Daerah
(Perda)
Penetapan
Masyarakat
Hukum
Adat
mencapai
50%
pada
2018.
7. Seluruh
kabupaten/kota
memiliki
setidaknya
5
personil
Penyidik
Pegawai
Negeri
Sipil
(PPNS)
bidang
Penataan
Ruang
pada
2016.
8
Melindungi
anak,
perempuan,
dan
kelompok
1.
Tersusunnya
dan
terlaksananya
aturan
yang
memastikan
perlindungan
atas
hak-‐hak
masyarakat
masyarakat
marjinal.
adat
dalam
eksploitasi
sumber-‐sumber
kekayaaan
alam
dimana
masyarakat
adat
tersebut
hidup,
pada
tahun
2015.
2.
100%
Persetujuan
Atas
Dasar
Informasi
Awal
Tanpa
Paksaan
(PADIATAPA)
dalam
pemanfaatan
lahan
oleh
konsesi
kebun
dan
tambang
yang
dimiliki
oleh
masyarakat
lokal
dan
masyarakat
hukum
adat
pada
tahun
2016.
3.
Tidak
adanya
(0%)
tindakan
kekerasan
terhadap
kelompok
minoritas
mulai
tahun
2015.
4.
Menurunnya
angka
kekerasan
terhadap
perempuan
dan
anak
mulai
tahun
2015.
5.
Terlaksananya
pendekatan
restorative
justice
dalam
penanganan
perkara
yang
terkait
kelompok
tertentu,
misal:
anak,
orang
miskin,
dll13.
8. Meningkatnya
jumlah
sengketa
yang
selesai
melalui
Alternative
Dispute
Resolution
(ADR)
di
lembaga
yang
memiliki
fungsi
melakukan
ADR
menjadi
X
sengketa
terselesaikan
pada
tahun
2016.
9. Meningkatnya
jumlah
anak
yang
memiliki
akta
kelahiran
menjadi
100%
pada
tahun
2017.
10. Meningkatnya
jumlah
pernikahan
yang
tercatat
di
catatan
sipil/Kantor
Urusan
Agama
(KUA)
menjadi
total
108
juta
pencatatan
pada
tahun
2017,
dengan
pencatatan
pada
tahun
tersebut
sebanyak
1,5
juta
pencatatan16.
9
Menghormati
HAM
dan
penyelesaian
secara
1.
Pengaturan
ulang
dan
penguatan
lembaga/komisi
terkait
pelaksanaan
fungsi
perlindungan
Hak
berkeadilan
terhadap
kasus-‐kasus
pelanggaran
HAM
Asasi
Manusia
(HAM)
untuk
tercapai
pada
tahun
2016.
pada
masa
lalu.
2.
Tersusunnya
dan
tercapainya
100%
target-‐target
Rencana
Aksi
Hak
Asasi
Manusia
(RANHAM)
Nasional
yang
mencakup
pelaksanaan
penghormatan,
pemajuan,
pemenuhan,
perlindungan
dan
penegakan
Hak
Asasi
Manusia
(HAM)
di
tahun
2015-‐2019.
3.
Harmonisasi
rancangan
peraturan
perundang-‐undangan
dan
peraturan
perundang-‐undangan
berdasarkan
nilai-‐nilai
Hak
Asasi
Manusia
(HAM).
4.
Pembentukan
Pengadilan
Hak
Asasi
Manusia
(HAM)
ad
hoc
untuk
kasus-‐kasus
pelanggaran
HAM
berat
yang
telah
diusulkan
oleh
Dewan
Perwakilan
Rakyat
(DPR)
pada
tahun
2015.
15
Mahkamah
Agung
(MA)
melaporkan
anggaran
sidang
keliling
2014
adalah
untuk
57
Pengadilan
Agama/PA
(hanya
11%
dari
530
kabupaten/kota)
dengan
frekuensi
2
kali
per
tahun
(http://sms.mahkamahagung.go.id/index.php/info/rekap).
16
Sensus
penduduk
BPS
tahun
2000
menyatakan
91
juta
dari
210
juta
penduduk
Indonesia
berstatus
kawin
(dengan
pencatatan
per
tahun
sekitar
1,3
juta).
Estimasi
penduduk
tahun
2017
adalah
sekitar
250
juta.
Jadi
diusulkan
target
jumlah
total
pencatatan
adalah
108
juta
pencatatan,
dengan
pencatatan
pada
tahun
berjalan
1,5
juta.
22
NAWACITA
4:
Kami
akan
menolak
negara
lemah
dengan
melakukan
reformasi
sistem
dan
penegakan
hukum
yang
bebas
korupsi,
bermartabat,
NO
dan
terpercaya
TARGET
INDIKATOR
5. Meningkatnya
jumlah
perlindungan
yang
diberikan
oleh
Lembaga
Perlindungan
Saksi
dan
Korban
(LPSK)
menjadi
1500
kasus
pada
tahun
201617.
10
Membangun
budaya
hukum.
1.
Penghapusan
tindakan
kekerasan
dalam
proses
penegakan
hukum
(mendorong
penghapusan
kekerasan
dalam
proses
penegakan
hukum,
meningkatkan
pengawasan
dalam
rangka
penghapusan
kekerasan
dalam
proses
penegakan
hukum).
2.
Meningkatnya
jumlah
perkara
yang
selesai
melalui
mediasi
dalam
proses
pengadilan
(court
connected
Alternative
Dispute
Resolution/ADR)
menjadi
X
perkara
pada
tahun
2016
3. Perbaikan
kurikulum
Polri
dan
Kejaksaan
agar
lebih
berwatak
sipil
(Program
Aksi
JKW-‐JK).
17
Sepanjang
2013
dari
1.555
permohonan,
diproses
1.331
(LPSK,
2013)
23
NAWACITA
5:
Kami
akan
meningkatkan
kualitas
hidup
manusia
Indonesia
NO
TARGET
INDIKATOR
1
Program
"Indonesia
Pintar"
melalui
wajib
belajar
12
1.
Terlaksananya
kebijakan
pro-‐pendidikan
dalam
penyediaan
fasilitas
penunjang
pendidikan
(termasuk
tahun
bebas
pungutan
pengadaan
alat-‐alat
pendidikan,
internet
murah,
buku,
kemudahan
pengalihan
aset
untuk
keperluan
pendidikan)
pada
tahun
2017.
2.
95%
anak
usia
sekolah
mendapatkan
pendidikan
dasar
dan
menengah
selama
12
tahun
baik
secara
formal,
non-‐formal,
ataupun
informal
dengan
proporsi
gender
yang
merata
pada
tahun
2019.
3.
50%
penurunan
satuan
biaya
bersekolah
yang
ditanggung
per
peserta
didik
(transportasi,
makan,
seragam,
ekskul
wajib,
alat
tulis
dan
peralatan
yang
mendukung
tugas-‐tugas
sekolah)
pada
tahun
2019.
4.
Memastikan
bahwa
mulai
2017
dalam
tiap
provinsi
untuk
setiap
tingkat
pendidikan
(dasar,
menengah,
dan
tinggi)
setidaknya
terdapat
satu
sekolah
negeri
yang
memiliki
fasilitas
untuk
mengakomodasi
siswa
dengan
difabilitas.
Dengan
catatan
siswa
tersebut
memang
secara
intelektual
mampu
mengikuti
pelajaran
sesuai
dengan
tingkat
pendidikan
umum.
5.
100%
institusi
Pendidikan
Anak
Usia
Dini
(PAUD),
100%
institusi
pendidikan
dasar
dan
menengah
formal
(termasuk
institusi
di
bawah
Kementerian
Agama)
dan
non-‐formal,
serta
100%
institusi
pendidikan
tinggi
di
100%
kabupaten/kota
terdata
secara
lengkap
dan
akurat
pada
akhir
2015
sehingga
dapat
digunakan
sebagai
landasan
pengambilan
kebijakan.
6. Terbentuknya
lembaga
penjamin
kualitas
guru
dan
tenaga
pengajar
di
tingkat
nasional
dan
daerah
yang
bertanggung
jawab
langsung
kepada
Presiden
pada
tahun
2016.
7. Pada
tahun
2018,
100%
tenaga
pengajar
(pendidikan
dasar,
menengah,
dan
tinggi)
lulus
uji
kompetensi
profesi
dan
memenuhi
syarat
kompetensi
minimum
yang
sesuai
dengan
formulasi
kebutuhan
pendidikan,
termasuk
di
Daerah
Tertinggal,
Perbatasan
dan
Kepulauan
(DTPK).
8. 80%
Sekolah
Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah
(MI),
100%
Sekolah
Menengah
Pertama/Madrasah
Tsanawiyah
(MTs),
dan
100%
Sekolah
Menengah
Atas/Madrasah
Alawiyah
(MA)
di
seluruh
kabupaten/kota
memiliki
infrastruktur
ruang
kelas
permanen,
listrik,
dan
jaringan
internet
pada
tahun
2019.
9. 100%
buku
wajib
dan
buku
penunjang
SD
sampai
dengan
SMA/SMK
yang
telah
diberi
hak
cipta
pada
periode
pembangunan
2009-‐2014
tersedia
dalam
versi
cetak.
Selain
itu
juga
dalam
versi
e-‐book
yang
dapat
diunduh
secara
gratis
oleh
peserta
didik
pada
tahun
2018.
10. Peningkatan
rasio
guru
terhadap
murid
menjadi
1:20
per
sekolah
(bukan
angka
agregat
nasional)
di
100%
sekolah
pada
tahun
2019.
24
NAWACITA
5:
Kami
akan
meningkatkan
kualitas
hidup
manusia
Indonesia
NO
TARGET
INDIKATOR
11. Peningkatan
rasio
dosen
terhadap
mahasiswa
menjadi
1:20
di
100%
di
setiap
perguruan
tinggi
(bukan
angka
agregat
nasional)
pada
tahun
2019.
12. Tercapainya
rasio
1:70
antara
jumlah
dosen
berkualifikasi
Strata-‐3
(S-‐3)
dibandingkan
jumlah
mahasiswa
dan
tersebar
secara
merata
pada
tahun
2019.
13. 75%
institusi
pendidikan
dasar,
menengah,
kejuruan,
dan
pendidikan
tinggi/universitas,
baik
negeri
maupun
swasta,
memenuhi
Standar
Pendidikan
Nasional
pada
tahun
2019.
14. 100%
biaya
pendidikan
untuk
memenuhi
standar
minimal
ditanggung
sepenuhnya
oleh
pemerintah
dan
dikelola
secara
transparan
dan
akuntabel
pada
tahun
2019.
15. 100%
jumlah
keluhan
siswa
atau
orang
tua
siswa
terhadap
proses
pendidikan
ditanggapi
dan
dituntaskan
dalam
jangka
waktu
yang
telah
ditetapkan
mulai
tahun
2016.
16. 100%
institusi
pendidikan
tinggi
vokasional
di
seluruh
kabupaten/kota
mendapatkan
akreditasi
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
(Kemdikbud)
atau
lembaga
independen
lain
yang
kredibel
pada
tahun
2019.
17. Peningkatkan
Indeks
Pembangunan
Manusia/IPM
(sebagai
ukuran
kesejahteraan
sosial
masyarakat)
sebesar
30%
di
300
kabupaten/kota
pada
tahun
2019.
18. 50%
peningkatan
skor
Indonesia
di
kriteria
Programme
for
International
Study
Assessment/PISA
(dan
tes
sejenis)
dari
kondisi
saat
ini
hingga
2019.
19. 5
Perguruan
Tinggi
masuk
100
besar
Perguruan
Tinggi
di
Asia
berdasarkan
Times
Higher
Education
School/THES
(dan
penilaian
internasional
yang
sejenis)
pada
tahun
2019.
20. Dua fakultas hukum di Indonesia mendapatkan ranking minimal 200 di dunia pada tahun 2019.
2
Program
kartu
"Indonesia
Sehat"
melalui
layanan
1.
Pemutakhiran
data
dan
penerapan
sistem
daring
(online)
data
penduduk
dalam
wilayah
layanan
kesehatan
masyarakat
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
tingkat
kecamatan
hingga
40%
dari
jumlah
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
pada
akhir
tahun
2015
dan
100%
pada
akhir
2019.
2.
Cakupan
keterjangkauan
data
sharing
warga
yang
terlindungi
oleh
sistem
jaminan
sosial
antara
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
tingkat
kecamatan
dengan
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
(RSUD)
25
NAWACITA
5:
Kami
akan
meningkatkan
kualitas
hidup
manusia
Indonesia
NO
TARGET
INDIKATOR
tingkat
kabupaten
pada
tahun
2020.
9. Tersusunnya
Indeks
Diversifikasi
Pangan
pada
tahun
2016
sebagai
upaya
mendeteksi
kebergantungan
pada
konsumsi
beras18.
10. Meningkatkan
konsumsi
pangan
pokok
nonberas
sebanyak
20%
per
tahun
antara
lain
melalui
pemberian
insentif
bagi
produsen
dan
konsumen
pangan
pokok
nonberas
dan
program
hidup
sehat.
11. Meningkatkan
konsumsi
sayur
dan
buah
sebanyak
20%
per
tahun
antara
lain
melalui
program
hidup
sehat
mulai
tahun
2015.
12. Turunnya
konsumsi
beras
rata-‐rata
antara
1,5%-‐2%
per
kapita
per
tahun
hingga
mencapai
rata-‐rata
konsumsi
beras
yang
sehat
75
kg
per
kapita
per
tahun
pada
tahun
2019.
18
Hal
ini
terkait
dengan
meningkatnya
diabetes
mellitus
tipe
2
di
Indonesia
yang
dapat
diatasi
dengan
meningkatkan
konsumsi
produk
pangan
dengan
Indeks
Glikemik
(Glycemic
Index)
rendah
melalui
penganekaragaman
pangan
26
NAWACITA
5:
Kami
akan
meningkatkan
kualitas
hidup
manusia
Indonesia
NO
TARGET
INDIKATOR
13. Terbangunnya
sumur
resapan
pada
setiap
bangunan
baru
mulai
2015
dan
25%
bangunan
existing
membangun
sumur
resapan
pada
2019.
14. Pada tahun 2019, 100% penduduk memiliki akses ke air minum berkualitas19.
15. Setiap
kabupaten/kota
memiliki
sistem
pengelolaan
dan
pengolahan
air
terutama
air
kotor
menjadi
air
bersih
pada
tahun
2019.
16. Proporsi
rumah
tangga
yang
mempunyai
akses
terhadap
sumber
air
bersih
yang
layak
dan
terpipakan
mencapai
80%
di
seluruh
kabupaten/kota
pada
2019.
17. Proporsi
rumah
tangga
yang
mempunyai
akses
terhadap
fasilitas
sanitasi
dasar
yang
layak
mencapai
80%
di
seluruh
kabupaten/kota
pada
2019.
18. Tersedianya
sarana
waste
water
treatment
di
80%
kabupaten/kota
yang
dapat
diakses
oleh
masyarakat
khususnya
pelaku
industri
pada
2019.
19. Tersedianya
teknologi
murah
dan
efektif
untuk
produksi
air
bersih
(misalnya
desalinasi,
tadah
hujan,
sumur,
dsb.)
pada
2017.
20. 100% area publik bebas asap rokok di 100% kabupaten/kota pada tahun 2019.
21. Peningkatan 200% nilai cukai rokok dari saat ini20 mulai tahun 2015.
22. Proporsi
penduduk
dengan
asupan
kalori
di
bawah
tingkat
konsumsi
minimum
1400
kkal/kapita/hari:
8,5%
pada
akhir
2015
dan
7%
pada
akhir
2019.
23. Proporsi
penduduk
dengan
asupan
kalori
di
bawah
tingkat
konsumsi
minimum
2000
kkal/kapita/hari:
35,2%
pada
akhir
2015
dan
20%
pada
akhir
2019.
19
Angka
pada
tahun
2013
adalah
63.5%.
20
Saat
ini
harga
rata-‐rata
adalah
Rp.
375,-‐/batang.
27
NAWACITA
5:
Kami
akan
meningkatkan
kualitas
hidup
manusia
Indonesia
NO
TARGET
INDIKATOR
24. Proporsi/angka
kematian
penduduk
yang
disebabkan
oleh
kanker
menurun
hingga
3%
pada
akhir
2019.
25. Proporsi/angka
kematian
penduduk
yang
disebabkan
oleh
diabetes
menurun
hingga
3%
pada
akhir
2019.
26. Mengurangi hingga 50% prevalensi/kasus baru HIV dan AIDS dari total populasi.
27. 60%
jumlah
penduduk
terinfeksi
HIV
lanjut
memiliki
akses
pada
obat-‐obatan
anti
retroviral
pada
tahun
2015.
28. Mengurangi hingga 50% kejadian baru/prevalensi malaria per 1000 penduduk pada tahun 2019.
30. Menurunkan
persentase
Angka
Kematian
Ibu
(AKI)
menjadi
102/100.000
kelahiran
hidup
pada
akhir
201921.
31. Tersedia
dan
berfungsinya
sarana
dan
prasarana
prakelahiran
(antenatal
care)
di
pusat
pelayanan
kesehatan
primer
di
100%
kabupaten/kota22.
32. 100%
bayi
dan
balita
menerima
imunisasi
dasar
sesuai
standar
Ikatan
Dokter
Anak
Indonesia
(IDAI)
secara
merata
di
seluruh
desa/kelurahan
pada
akhir
tahun
201923.
33. Menurunkan
prevalensi
balita
gizi
buruk
hingga
0%
pada
akhir
201924.
21
Angka
pada
2013
adalah
359
per
100.000
kelahiran
hidup.
22
Kementerian
Kesehatan
melaporkan
pada
tahun
2013
93%
Ibu
hamil
(5.212.568)
mendapatkan
pelayanan
antenatal.
23
Angka
pada
tahun
2013
adalah
88%.
24
Target
MDGs
3,6%
pada
akhir
2015
dan
akan
tercapai.
28
NAWACITA
5:
Kami
akan
meningkatkan
kualitas
hidup
manusia
Indonesia
NO
TARGET
INDIKATOR
34. Menurunkan
prevalensi
balita
gizi
kurang
hingga
6%
pada
akhir
201925.
36. Turunnya laju pertumbuhan penduduk hingga mencapai 1% pada tahun 201927
37. Turunnya tingkat kesuburan (Total Fertility Rate – TFR) hingga mencapai 2% pada tahun 201928.
38. Tersusunnya
peraturan
dan
mekanisme
untuk
mengkampanyekan
pentingnya
perencanaan
jumlah
anak
dalam
keluarga
39. Penyebaran
Tenaga
Kesehatan
(Nakes)
secara
merata
dan
sesuai
kebutuhan,
dengan
50%
tenaga
kesehatan
yang
bekerja
di
luar
Jawa
untuk
layanan
kesehatan
dasar.
40. Mencapai
proporsi
1
dokter
umum
:
2.500
orang
pada
akhir
2020,
didukung
mekanisme
insentif
dan
disinsentif
jabatan
dan
perbaikan
kesejahteraan
Tenaga
Kesehatan
(Nakes).
41. Meningkatkan
jumlah
dokter
spesialis
hingga
32
ribu
orang
pada
akhir
2020
melalui
pemberian
beasiswa
bagi
Tenaga
Kesehatan
(Nakes)
berprestasi/potensial,
dengan
fokus
pada
Tenaga
Kesehatan
(Nakes)
di
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
dan
meningkatkan
jumlah
dokter
spesialis
hingga
16
ribu
orang
orang
di
100%
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
(RSUD)
pada
akhir
2020.
42. 80%
dokter
umum,
dokter
spesialis,
bidan,
perawat,
dokter
gigi
yang
lulus
uji
kompetensi
profesi
termasuk
kompetensi
tambahan
di
bidang:
pengelolaan
program,
komunikasi,
advokasi
dari
kondisi
saat
ini
pada
tahun
2017.
43. Kebijakan
tatakelola
tenaga
kesehatan
yang
menjamin
pemerataan
ketersediaan
tenaga
medis
di
daerah
terlaksana
pada
tahun
2017.
25
Target
MDGs
11,9%
pada
akhir
2015
dan
akan
tercapai.
26
Angka
pada
2013
adalah
35,6%.
27
Data
tahun
2013
menunjukkan
laju
pertumbuhan
penduduk
adalah
1,49%
per
tahun.
28
Data
tahun
2012
menunjukkan
TFR
adalah
2,6%
29
NAWACITA
5:
Kami
akan
meningkatkan
kualitas
hidup
manusia
Indonesia
NO
TARGET
INDIKATOR
44. Terpenuhinya
sarana
dan
prasarana
(sarpras)
dan
berfungsinya
100%
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
Perawatan,
Puskesmas
Non-‐perawatan,
dan
Puskesmas
Pembantu
(Pustu)
pada
2019
melalui
program
Bantuan
Operasional
Kesehatan
(BOK)29.
45. Minimal
50%
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
dan
Puskesmas
Pembantu
(Pustu)
di
setiap
kecamatan
terdata
lengkap
koordinat
lokasi,
ketersediaan
sumber
daya
manusia
dan
infrastruktur
dasar
(air
dan
listrik)
pada
akhir
2015.
46. 100%
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
(RSUD)
di
kabupaten/kota
terdata
lengkap
koordinat
lokasi,
ketersediaan
sumber
daya
manusia
dan
infrastruktur
dasar
(air
dan
listrik)
pada
akhir
2015.
47. Terselenggaranya
manajemen
logistik
alat
kesehatan,
obat,
dan
vaksin
dalam
rangka
pemenuhan
tepat
waktu
baik
jumlah
dan
kualitas.
48. Tersedianya
obat-‐obatan
esensial
dan
vaksinasi
dasar
sesuai
standar
World
Health
Organization
(WHO)
dan
Ikatan
Dokter
Indonesia
(IDI)
pada
akhir
2015
di
40%
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
dan/atau
Puskesmas
Pembantu
(Pustu)30.
49. Minimal
50%
bayi
dan
balita
menerima
imunisasi
dasar
sesuai
standar
Ikatan
Dokter
Anak
Indonesia
(IDAI)
pada
akhir
tahun
2019
dan
menjadi
100%
pada
akhir
2025.
50. 100%
rumah
tangga
kabupaten/kota
mempunyai
tanaman
obat
keluarga
di
2019.
51. 100% obat tradisional lulus uji kelayakan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di 2019
29
Data
menunjukkan
bahwa
jumlah
penerima
BOK
pada
tahun
2010
adalah
8.000
Puskesmas,
tahun
2011
8.608
Puskesmas,
tahun
2012
9.133
Puskesmas,
dan
tahun
2013
9.323
Puskesmas.
30
Menurut
capaian
prioritas
nasional
pada
tahun
2013
sudah
95%
ketersediaan
obat
dan
vaksin
yang
tercapai.
Capaian
ini
perlu
disesuaikan
dengan
standar
WHO
dan
IDI
agar
program
dapat
berkesinambungan.
30
NAWACITA
5:
Kami
akan
meningkatkan
kualitas
hidup
manusia
Indonesia
NO
TARGET
INDIKATOR
54. Inklusi
pasal
dan/atau
amandemen
mengenai
hak
pasien
mendapatkan
data
rekam
medis
dalam
Undang-‐undang
(UU)
No.
44/2009
tentang
Rumah
Sakit
(RS)
pada
tahun
2015.
55. Tersedianya
100%
jaminan
bagi
pasien
untuk
mendapatkan
hak-‐hak
sebagai
pasien
antara
lain
tidak
terbatas
pada
informasi
dan
data
rekam
medis
pada
tahun
2016.
56. Penerapan
sistem
daring
(online)
data
rekam
medis
di
20%
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
dan
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
(RSUD)
pada
akhir
2015
dan
50%
pada
akhir
2019.
57. Penerapan
sistem
daring
(online)
resep
obat
untuk
memudahkan
pasien
membeli
obat
dari
berbagai
apotek
-‐
agar
tidak
terjadi
monopoli
pada
tahun
2016.
58. Penguatan
dan
transparansi
peran
Komite
Etik
Kedokteran
pada
tahun
2015.
59. Mekanisme transparansi dan komunikasi harga obat dan alat kesehatan terlaksana pada tahun 2016.
60. Persentase/angka
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
tingkat
kecamatan
yang
telah
memberikan
layanan
edukasi
kesehatan
reproduksi
hingga
40%
pada
akhir
2015
dan
100%
pada
akhir
2019.
61. Persentase/angka
remaja
sekolah
menengah
yang
menerima
edukasi
kesehatan
reproduksi
hingga
50%
pada
akhir
2015
dan
100%
pada
akhir
2019.
62. Menurunkan
pasangan
usia
subur
yang
unmet
needs
hingga
0%
pada
tahun
2019.
63. Pengecualian
Alat
Kesehatan
(Alkes)
dari
Pajak
Penjualan
Atas
Barang
Mewah
(PPnBM)
pada
tahun
2016.
64. Pemutakhiran
data
dan
informasi
menyangkut
kegiatan
layanan
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
tingkat
kecamatan
melalui
optimalisasi
penggunaan
sistem
daring
(online)
hingga
40%
dari
jumlah
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
pada
akhir
tahun
2015
dan
100%
pada
akhir
2019.
65. Minimal
50%
Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskemas)
dan
Puskesmas
Pembantu
(Pustu)
di
setiap
kecamatan
terdata
lengkap
koordinat
lokasi,
ketersediaan
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
dan
infrastruktur
dasar
(air
dan
listrik)
pada
akhir
2015.
31
NAWACITA
5:
Kami
akan
meningkatkan
kualitas
hidup
manusia
Indonesia
NO
TARGET
INDIKATOR
66. 100%
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
(RSUD)
di
kabupaten/kota
terdata
lengkap
koordinat
lokasi,
ketersediaan
sumber
daya
manusia
dan
infrastruktur
dasar
(air
dan
listrik)
pada
akhir
tahun
2015.
31
67. Berkurangnya
25%
limbah/polutan
dari
kegiatan
point
source ,
dan
berkurangnya
10
%
limbah/polutan
dari
kegiatan
non
point
source
pada
tahun
2019.
68. Tersedianya
minimal
lima
fasilitas
waste
management/pengelola
limbah
Bahan
Berbahaya
dan
Beracun
(B3)
di
lima
daerah
pada
tahun
201832.
69. Pemulihan
lokasi
tercemar
limbah
Bahan
Berbahaya
dan
Beracun
(B3),
khususnya
abandoned
land
di
Jakarta,
Bogor,
Depok,
Tangerang,
dan
Bekasi
(Jabodetabek),
Gresik,
Bangkalan,
Mojokerto,
Surabaya,
Sidoarjo,
dan
Lamongan
(Gerbang
Kertosusilo),
Tegal,
Tarakan
pada
tahun
2018.
70. Dilakukannya
inventarisasi
limbah
Bahan
Berbahaya
dan
Beracun
(B3)
dari
kegiatan
yang
tercantum
di
peraturan
pengelolaan
limbah
Bahan
Berbahaya
dan
Beracun
(B3)
pada
tahun
2015
dan
terkelolanya
limbah
Bahan
Berbahaya
dan
Beracun
(B3)
tersebut
sebesar
80%
dari
total
limbah
Bahan
Berbahaya
dan
Beracun
(B3)
hasil
inventarisasi
pada
tahun
2019.
71. Tersedianya
data
hasil
pemantauan
kualitas
air
minimal
satu
sungai
per
provinsi,
pemantauan
kualitas
udara
pada
kota
metropolitan
dan
kota
besar
serta
kota-‐kota
yang
terkait
kebakaran
hutan
di
delapan
provinsi,
data
pemantauan
kualitas
air
Laut
Jawa,
Selat
Malaka,
Selat
Makasar,
Laut
Maluku,
Raja
Ampat,
Laut
Hindia
dengan
tersedianya
peralatan
pemantauan
pada
tahun
2017.
72. Penurunan
emisi
Gas
Rumah
Kaca
(GRK)
sebesar
26%-‐41%
dalam
periode
2010-‐202033.
73. Terealisasinya
penanaman
pohon
1
juta
pertahun
dan
taman-‐taman
kota
sebesar
30%
luas
kota
dan
10%
hutan
kota
pada
kota
metropolitan
dan
kota
besar
pada
tahun
201934.
31
Berdasarkan
basis
data
limbah/polutan
yang
disusun
pada
2016,
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
(RPJMN)
2009-‐2014
menargetkan
pengurangan
50%
sehingga
angka
x
harus
didasarkan
pada
pemetaan
dan
analisa
selanjutnya.
Untuk
pembangunan
fasilitas
waste
management
perlu
dirinci
dalam
rencana
aksi.
32
Pada
2014
hanya
terdata
1
fasilitas
waste
management
di
Indonesia.
33
Berdasarkan
skenario
Second
National
Communication
(SNC)
tingkat
emisi
di
Indonesia
diperkirakan
akan
meningkat
dari
1,72
Gton
CO2e
pada
tahun
2000
(Kementerian
Lingkungan
Hidup/KLH,
2009)
menjadi
2,95
Gton
CO2e
pada
tahun
2020
(KLH
2009).
Bila
digunakan
skenario
SNC
target
penurunan
emisi
GRK
pada
tahun
2020
sebesar
26%
adalah
0,767
Gton
CO2e,
dan
kemungkinan
tambahan
sebesar
15%
(0,477
Gton
CO2e)
menjadi
41%
apabila
ada
dukungan
pendanaan
internasional.
34
Pada
,tahun
2010
telah
tertanam
1.000
ha
hutan
kota.
Pada
tahun
2013,
1.000
ha
hutan
kota
dibuat.
32
NAWACITA
5:
Kami
akan
meningkatkan
kualitas
hidup
manusia
Indonesia
NO
TARGET
INDIKATOR
74. Terealisasinya
X%
komitmen
carbon
trade
oleh
negara-‐negara
maju
dalam
rangka
mendukung
upaya
peningkatan
penyerapan
Gas
Rumah
Kaca
(GRK)
pada
tahun
2018.
75. Rehabilitasi
lahan
gambut
di
8
provinsi
untuk
meningkatkan
penyerapan
Gas
Rumah
Kaca
(GRK)
pada
tahun
2016.
76. Tersedianya
pengelolaan
sampah
dengan
controlled
land
fills
yaitu
sistem
pemanfaatan
gas
dari
pengelolaan
sampah
menjadi
energi,
di
20%
kabupaten/kota
pada
tahun
201935.
77.
Pemulihan
Daerah
Aliran
Sungai
(DAS)
terpadu
terlaksana
pada
Sungai
Ciliwung,
Sungai
Citarum,
Sungai
Cisadane,
Sungai
Bengawan
Solo,
2
sungai
di
Pulau
Sumatera,
2
sungai
di
Kalimantan,
2
sungai
di
Sulawesi
pada
tahun
2017.
78.
Seluruh
mata
air
dengan
debit
≥
3
liter/detik
terdata
dengan
koordinat
lengkap
di
seluruh
kabupaten/kota
pada
201936.
79.
Terpeliharanya
fungsi
dan
terehabilitasinya
70%
waduk
sebagai
penampung
dan
pengendali
air
pada
2019.
80. Seluruh
kabupaten/kota
melibatkan
masyarakat
dalam
penyusunan
Rencana
Tata
Ruang
dan
Wilayah
(RTRW)
dan
Rencana
Detil
Tata
Ruang
(RDTR)
dengan
meningkatkan
proporsi
konsultasi
publik
(termasuk
melalui
Information
Technology
(IT)
dan
melibatkan
masyarakat
adat)
100%
lebih
banyak
dari
kondisi
2013
mulai
2016.
81. Terintegrasinya
perencanaan
tata
ruang,
transportasi
serta
tatakelola
air
dalam
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
(RTRW)
di
100%
kabupaten/kota
pada
tahun
2019.
82. Penerbitan
Standar
Pelayanan
Minimal
(SPM)
pembangunan
sarana
prasarana
yang
memperhatikan
kebutuhan
pembangunan
infrastruktur
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi
(TIK),
jalan,
Minyak
dan
Gas
(Migas),
air,
dan
limbah
pada
tahun
2016.
83. Proporsi
ruang
terbuka
hijau
meningkat
di
daerah
perkotaan
sesuai
dengan
UU
No.
24/2007
tentang
Penataan
Ruang
Nasional,
yaitu
mencapai
minimal
30%
dari
wilayah
kota
pada
seluruh
kabupaten/kota
pada
2019.
35
Pengelolaan
gas
metan
dari
pengelolaan
sampah
dapat
berkontribusi
menurunkan
emisi
Gas
Rumah
Kaca
(GRK)
pada
proporsi
26%.
Untuk
sampah
dan
limbah
lainnya
ditargetkan
berkontribusi
menurunkan
11%
dari
26
%
tersebut.
Tahun
2013,
55
kota
dari
17
provinsi
menyelenggarakan
pengendalian
pencemaran
lingkungan
melalui
Bank
Sampah.
36
Perlu
dilanjutkan
upaya
penetapan
kelas-‐kelas
air
pada
sungai-‐sungai
prioritas.
33
NAWACITA
5:
Kami
akan
meningkatkan
kualitas
hidup
manusia
Indonesia
NO
TARGET
INDIKATOR
84. Seluruh
kabupaten/kota
telah
menggunakan
dan/atau
menyesuaikan
peta
dasar
wilayahnya
pada
skala
minimal
1:50.000
dengan
Peta
Rupa
Bumi
Indonesia
(RBI)
skala
1:50.000
selambatnya
pada
2016.
85. Seluruh
kabupaten/kota
membentuk
Unit
Kliring
Informasi
Geospasial
yang
memuat
data/informasi
tentang
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
(RTRW),
sistem
transportasi,
telekomunikasi,
energi,
dan
sumber
daya
air
yang
mudah
diakses
warga
selambatnya
pada
2016.
86. Seluruh
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
(RTRW)
kabupaten/kota
di
wilayah
rawan
bencana
memiliki
desain
pemukiman
yang
mengintegrasikan
aspek
mitigasi
dan
adaptasi
bencana
pada
2019.
3
Program
"Indonesia
Kerja"
dan
"Indonesia
Sejahtera"
1.
Ditetapkannya
Peraturan
Daerah
(Perda)
tentang
Lahan
Pertanian
Pangan
Berkelanjutan
(lahan
melalui
reformasi
agraria
9
juta
Ha
untuk
rakyat
tani
abadi)
oleh
100%
Kabupaten/Kota
pada
2016
dan
ditegaskan
dalam
dalam
Rencana
Tata
Ruang
dan
buruh
tani,
rumah
susun
bersubsidi
dan
jaminan
Wilayah
(RTRW)
sosial
2.
Minimal
50%
dari
seluruh
luas
kawasan
kumuh
telah
ditingkatkan
menjadi
pemukiman
sehat,
layak
huni,
dan
terjangkau
di
seluruh
kota
dan
30%
di
seluruh
kabupaten
pada
2019.
3.
Seluruh
kota
menyediakan/membangun
pemukiman
layak
huni
dan
terjangkau
untuk
disewa
oleh
minimal
1000
atau
20%
warga
miskin
kota
pada
2018.
4.
Pembangunan
Rusun
untuk
mendukung
keperluan
pengadaan
lahan
dan
relokasi
warga
dimulai
pada
tahun
2015.
5. Seluruh
Badan
Usaha
Milik
Negara
(BUMN)
perbankan
menyediakan
fasilitas
pembiayaan
perumahan
sederhana
selambatnya
2015.
6. Proporsi
kredit/pembiayaan
di
seluruh
bank
sebesar
minimal
10%
disalurkan
untuk
pembiayaan
perumahan.
7. Tertanganinya
backlog
perumahan
nasional
dari
7,4
juta
di
2014
menjadi
30%
lebih
rendah
di
2019
melalui
penyediaan
skema
pembiayaan
perumahan
murah,
reformasi
birokrasi
pertanahan
dan
penyediaan
rumah
susun.
34
NAWACITA
6:
Menciptakan
kesetimbangan
dan
keberlanjutan
antara
pertumbuhan
ekonomi
dan
pelestarian
dalam
pengelolaan
sumber
daya
NO
alam
TARGET
INDIKATOR
1
Membangun
infrastruktur
jalan
baru
sepanjang
1. Meningkatnya
persentase
kemantapan
jalan
dan
jembatan
sesuai
standar
Kementerian
Pekerjaan
sekurang-‐kurangnya
2000
kilometer
Umum
yang
terfokus
di
tingkat
provinsi
dan
kabupaten/kota
masing-‐masing
80%
di
2019.
2. Terbukanya
keterisolasian
daerah-‐daerah
tertinggal,
perbatasan,
dan
kepulauan
dengan
tersedianya
infrastruktur
fisik
yang
memadai
di
80%
kabupaten.
3. Dimulainya
pembangunan
Mass
Rapid
Transit
(MRT)
berbasis
listrik
dan
rel
di
14
kota
besar
dengan
penggunaan
kendaraan
pribadi
tertinggi
pada
tahun
2019.
4.
Diterapkannya
kebijakan
transportasi
multi
moda
(kereta
api-‐sungai-‐laut-‐udara-‐darat)
guna
menjaga
keseimbangan
pembangunan
transportasi
di
setiap
daerah
sebelum
2016.
5. Terbentuk
dan
beroperasinya
OTJ
pada
2015.
2
Membangun
sekurang-‐kurangnya
10
pelabuhan
1.
Tercapainya
sistem
kepelabuhanan
yang
modern
dengan
capaian
Dwelling
Time
3
hari
di
pelabuhan
baru
dan
merenovasi
yang
lama
utama
internasional
di
2016.
3
Membangun
sekurang-‐kurangnya
10
bandara
baru
1. Meningkatnya
kapasitas
pergerakan
pesawat
per
jam
di
bandara-‐bandara
utama/internasional
dan
merenovasi
yang
lama
khususnya
dengan
tingkat
kepadatan
yang
tinggi
sebelum
2016
(sebelum
penerapan
ASEAN
Opensky
Policy).
4
Membangun
sekurang-‐kurangnya
10
kawasan
1. Peningkatan
jumlah
cluster
industri
prioritas
baru
sejumlah
10
cluster
hingga
tahun
2019,
dimana
industri
baru
berikut
pengembangan
untuk
hunian
sedikitnya
25%
diantaranya
merupakan
production/value/
supply
chain
dari
industri
global.
buruhnya.
2. Tersusunnya
dan
terlaksananya
peraturan
yang
memastikan
pembangunan
dan
pengembangan
sentra
industri
terintegrasi
dengan
pemukiman
pada
tahun
2016.
5
Membangun
sekurang-‐kurangnya
5000
pasar
1. Perbaikan
5000
pasar
tradisional
di
seluruh
Indonesia
dan
membangun
pusat
pelelangan
dan
tradisional
di
seluruh
Indonesia
dan
pengolahan
ikan
(9
Program
Nyata
JKW-‐JK).
memodernisasikan
pasar
tradisional
yang
telah
ada
6
Menciptakan
layanan
satu
atap
untuk
investasi,
1. Penurunan
waktu
memulai
usaha
di
Indonesia
hingga
maksimal
10
hari,
penyederhanaan
perizinan
efisiensi
perizinan
bisnis
menjadi
maksimal
15
hari
menjadi
5
(lima)
prosedur,
dan
penurunan
biaya
memulai
usaha
menjadi
10%
dari
pendapatan
per
35
NAWACITA
6:
Menciptakan
kesetimbangan
dan
keberlanjutan
antara
pertumbuhan
ekonomi
dan
pelestarian
dalam
pengelolaan
sumber
daya
NO
alam
TARGET
INDIKATOR
kapita
pada
tahun
2019
2. Penurunan
rata-‐rata
waktu
tunggu
(dwelling
time
atau
waktu
sejak
container
tiba
di
pelabuhan
hingga
keluar
dari
terminal
container)
untuk
container
impor
di
pelabuhan-‐pelabuhan
besar
menjadi
3,0
hari
pada
tahun
2016.37
3. Logistics
Performance
Index
meningkat
dari
2,9
menjadi
3,5
di
tahun
2019.
7
Membangun
sejumlah
science
and
technopark
di
1. Pada
tahun
2016
Dewan
Riset
Nasional
sudah
menetapkan
prioritas
riset
nasional
jangka
pendek,
kawasan
politeknik
dan
SMK-‐SMK
dengan
prasarana
menengah,
dan
panjang,
termasuk
di
dalamnya
penyusunan
rencana
yang
lebih
detil
seperti
dan
sarana
dengan
teknologi
terkini
Masterplan
Indonesia
Science
Techno
Park
yang
sudah
disusun
saat
ini,
ataupun
operasionalisasi
Sistem
Inovasi
baik
Nasional
(SINAS)
maupun
Daerah
(SIDA).
Misalnya,
pada
tahun
2011
terbentuk
3
proyek
percontohan
berbasis
Sistem
Inovasi
Daerah,
dan
pada
tahun
2012
terbentuk
4.
37
Pada
tahun
2013
dwelling
time
di
Pelabuhan
Tanjung
Priok
adalah
6,4
hari
(Sumber
data:
PT
Pelindo
II).
36
NAWACITA
7:
Kami
akan
mewujudkan
kemandirian
ekonomi
dengan
menggerakkan
sektor-‐sektor
strategis
ekonomi
domestik
NO
TARGET
INDIKATOR
1
Membangun
Kedaulatan
Pangan
1. Membangun
kedaulatan
pangan
berbasis
agribisnis
kerakyatan.
a. Penyusunan
kebijakan
pengendalian
atas
impor
pangan.
b. Penanggulangan
kemiskinan
pertanian
dan
dukungan
regenerasi
petani.
c. Implementasi
reformasi
agraria.
d. Pembangunan
agribisnis
kerakyatan
melalui
pembangunan
bank
khusus
untuk
pertanian,
UMKM,
dan
koperasi.
2. Stop
impor
pangan
(1)
a. Peningkatan
kapasitas
produksi
beras
dari
5,0
ton
GKG/ha
menjadi
5,6
ton
GKG/ha.
b. Intensifikasi
pertanian
jagung
dari
4,8
ton/ha
menjadi
5,6
ton/ha.
c. Pengembangan
bank
benih
milik
rakyat
tani
untuk
daulat
benih.
d. Pengembangan
pupuk
organik
untuk
daulat
pupuk.
e. Membangun
agro-‐ekologi
untuk
meningkatkan
produksi
daging
sapi.
f. Membangun
“tol-‐laut”
untuk
distribusi
hasil
produksi
sapi
Kawasan
Timur
Indonesia
ke
Kawasan
Barat
Indonesia.
g. Peningkatan
kapasitas
peternakan
rakyat.
3. Stop
impor
pangan
(2)
a. Peningkatan
produksi
kedelai
dari
1,46
ton/ha
menjadi
2,3
ton/ha.
b. Pemerintah
menjamin
harga
kedelai
yang
menguntungkan
untuk
petani.
c. Mendorong
pengembangan
bank
benih
kedelai
di
tiap
kelompok
tani.
d. Pemerintah
menjamin
ketersediaan
benih
bawang
merah
lokal.
e. Mendorong
peningkatan
produksi
bawang
merah
dari
10,1
ton/ha
menjadi
11
ton/ha.
f. Peningkatan
produktivitas
cabai
0,078
ton/ha
(dari
6,84
ton/ha
menjadi
6,918
ton/ha)
g. Pemerintah
menjamin
harga
yang
menguntungkan
untuk
petani
cabai.
4. Reforma
agraria.
a. Peningkatan
redistribusi
tanah
1,1
juta
ha
untuk
1
juta
KK
petani
kecil
dan
buruh
tani
tiap
tahun.
b. 9
juta
ha
tanah
untuk
tani
dan
buruh
tani.
c. Meningkatnya
akses
petani
gurem
terhadap
kepemilikan
lahan
pertanian.
37
NAWACITA
7:
Kami
akan
mewujudkan
kemandirian
ekonomi
dengan
menggerakkan
sektor-‐sektor
strategis
ekonomi
domestik
NO
TARGET
INDIKATOR
5. Penanggulangan
kemiskinan
pertanian
dan
regenerasi
petani.
a. 1.000
desa
berdaulat
benih
hingga
tahun
2019.
b. Peningkatan
kemampuan
organisasi
petani
dan
pelibatan
aktif
perempuan
petani
sebagai
tulang
punggung
kedaulatan
pangan.
c. Rehabilitasi
jaringan
irigasi
yang
rusak
terhadap
3
juta
ha
pertanian.
d. Dukungan
regenerasi
petani
muda
Indonesia.
6. Self-‐sufficiency
ratio
beras
sebesar
100%
tiap
tahun
mulai
dari
tahun
2017.
13.
Indeks
Nilai
Tukar
Petani
(NTP)
harus
selalu
lebih
dari
107
di
100%
provinsi
pada
setiap
tahun
mulai
tahun
2015.
14.
Penyusunan
dan
pemanfaatan
data
rantai
pasok
produksi
(dan
konsumsi)
pangan
(5
bahan
pokok)
yang
jelas
dan
transparan
mulai
tahun
2016.
15.
Penyusunan
dan
pemanfaatan
data
potensi
perikanan
tangkap
di
100%
wilayah
penangkapan
perikanan
tahun
2015.
16.
Peningkatan
produktivitas
lahan
pertanian
pangan
sebesar
5-‐10%
setiap
tahun
melalui
pemberian
bantuan
benih,
pupuk,
dan
penyuluhan
yang
memadai.
17.
Tersusunnya
dan
terlaksananya
aturan
yang
memastikan
pemberian
subsidi
sarana
dan
prasarana
produksi
pertanian
yang
terukur
dan
tepat
sasaran
pada
tahun
2016.
18.
Terbit
dan
terlaksananya
peraturan
yang
memastikan
hasil
produksi
pertanian
pangan
domestik
diprioritaskan
untuk
pemenuhan
kebutuhan
konsumsi
pangan
domestik,
bukan
untuk
kebutuhan
lainnya
(misalnya
energi)
pada
tahun
2015.
19.
Seluruh
kabupaten/kota
mampu
menyediakan
bahan
pangan
pokok
yang
mudah
diakses
dan
38
NAWACITA
7:
Kami
akan
mewujudkan
kemandirian
ekonomi
dengan
menggerakkan
sektor-‐sektor
strategis
ekonomi
domestik
NO
TARGET
INDIKATOR
terjangkau
pada
2016.
20.
Terbitnya
regulasi
penurunan
laju
ekspor
produk
pertanian
jika
terjadi
kekurangan
suplai
domestik.
21. Tersedianya
peta
seluruh
lahan
pertanian
produktif
pada
tahun
2016
dengan
menggunakan
teknologi
penginderaan
jarak
jauh
(remote
sensing)
melalui
pengembangan
peta
ketahanan
pangan
dan
peta
kerentanan
pangan
yang
telah
diselesaikan
pada
tahun
2010.
22. Tersusunnya
dan
terlaksananya
aturan
yang
memastikan
revitalisasi
peran
Bulog
sebagai
lembaga
yang
menjaga
stabilisasi
harga
pangan
strategis,
pada
tahun
2015.
23. Terbentuknya
Badan
Layanan
Umum
Daerah
(BLUD)
di
bidang
Pertanian
di
daerah
sentra
produksi
untuk
melayani
jasa
pertanian
dengan
efektif
dan
efisien.
24. 100%
jaringan
irigasi
dan
air
tersedia
secara
memadai
dan
berfungsi
di
100%
sentra
produksi
pertanian
pangan
dan
perikanan
budidaya
pada
2017.
25. 100%
akses
jalan,
jembatan,
pelabuhan
berfungsi
baik
di
100%
sentra
produksi
pertanian
pangan
strategis
dan
perikanan
tangkap
pada
2018.
26. Tersusunnya
peraturan
untuk
perlindungan
kawasan
bunga
karang
dan
bakau
sebagai
habitat
dan
tempat
persemaian
pangan
kelautan
pada
tahun
2015.
2
Mewujudkan
Kedaulatan
Energi
1. Mengurangi
subsidi
BBM
transportasi
a. Beralih
dari
minyak
ke
gas.
b. Menggunakan
energi
kerakyatan
(ethanol
dari
singkong),
dengan
rakyat
sebagai
pilar
penyediaan
energi
nasional
c. Efisiensi
penggunaan
BBM
- Penataan
transportasi
publik
dan
tata
kota
untuk
mencapai
pengurangan
subsidi
BBM
Rp20
triliun
per
tahun.
- Membangun
infrastruktur
gas.
- Mengurangi
impor
minyak.
- Mengurangi
subsidi
BBM
sebesar
Rp60
triliun.
- Mengurangi
subsidi
BBM
transportasi
d. Meningkatkan
produksi
migas.
- Jangka
pendek:
revitalisasi
sumur
tua,
optimalisasi
produksi,
birokrasi
perizinan
dipangkas,
dan
reformasi
fiskal
migas.
- Jangka
panjang:
meningkatkan
eksplorasi
dan
kapasitas
nasional.
e. Mendukung
Pertamina
menjadi
perusahaan
energi
internasional
(kontribusi
minyak
dalam
negeri
39
NAWACITA
7:
Kami
akan
mewujudkan
kemandirian
ekonomi
dengan
menggerakkan
sektor-‐sektor
strategis
ekonomi
domestik
NO
TARGET
INDIKATOR
lebih
dari
50%
dalam
waktu
5
tahun)
f. Memperbaiki
sektor
kelistrikan.
- Membangun
pembangkit
listrik
batu
bara,
gas
dan
panas
bumi
(prioritas
pembangkit
batu
bara
dekat
tambang).
- Mengurangi
penggunaan
BBM
- Mengurangi
subsidi
listrik
Rp40
triliun
per
tahun.
- Meningkatkan
ketahanan
energi.
g. Menangkap
nilai
tambah
industri
tambang
- Membangun
industri
hilir
- Membangun
kapasitas
pengelolaan
dari
hulu
sampai
hilir.
- Menangkap
nilai
tambah
tambang
sampai
ratusan
triliun.
- Menciptakan
lapangan
kerja
dan
mempercepat
pertumbuhan
ekonomi.
2.
Konsistensi
pelaksanaan
roadmap
pengurangan
subsidi
Bahan
Bakar
Minyak
(BBM)
nasional
dan
peningkatan
cadangan
nasional
energi
(khususnya
BBM)
ke
3
bulan
konsumsi
di
2015.
3.
Penurunan
impor
Bahan
Bakar
Minyak
(BBM)
sebesar
50%
dari
tingkat
impor
tahun
2014
melalui
pengutamaan
pengolahan
minyak
mentah
yang
menjadi
bagian
negara
di
dalam
negeri
dan
peningkatan
kapasitas
produksi
bahan
bakar
nabati
yang
diolah
secara
berkelanjutan
mulai
tahun
2016
4.
Penambahan
kapasitas
penyediaan
listrik
melalui
penyelesaian
Fast
Track
Program
(FTP-‐2)
10.000
MW
sebelum
2019
dan
dimulainya
pembangunan
Fast
Track
Program
(FTP-‐3)
di
2017
dari
energi
baru
terbarukan
dengan
mengutamakan
tenaga
panas
bumi
dan
tenaga
air
dengan
mengedepankan
skema
kerjasama
pemerintah
dan
swasta.
5.
Optimalisasi
energi
terbarukan
guna
tersedianya
akses
terhadap
Bahan
Bakar
Minyak
(BBM)
dan
Bahan
Bakar
Gas
(BBG)
bagi
nelayan
dan
masyarakat
terpencil/tertinggal
di
seluruh
kabupaten/kota
pada
tahun
2018.
6.
Penyusunan
strategi
nasional
pengembangan
sumber
daya
gas
non-‐konvensional
paling
lambat
tahun
2016
yang
diintegrasikan
ke
dalam
peraturan
perundang-‐undangan
terkait
paling
lambat
tahun
2018.
7.
Pembenahan
peraturan
perundang-‐undangan
dan
penyederhanaan
mekanisme
tanggung
jawab
terkait
pengelolaan
gas
bumi
(dimulai
dengan
revisi
Undang-‐undang
Minyak
dan
Gas
(UU
Migas)
di
tahun
2015)
dan
Rencana
Induk
Jaringan
Distribusi
dan
Transmisi
Gas
Bumi
Nasional
(RIJDTGBN)
paling
lambat
tahun
2016.
40
NAWACITA
7:
Kami
akan
mewujudkan
kemandirian
ekonomi
dengan
menggerakkan
sektor-‐sektor
strategis
ekonomi
domestik
NO
TARGET
INDIKATOR
8.
Peningkatan
konsumsi
gas
bumi
nasional
untuk
keperluan
domestik
hingga
mencapai
minimal
70%
dari
produksi
gas
nasional.
9.
Penghapusan
subsidi
listrik
sepenuhnya
untuk
industri
dan
kelas
900
kVA
ke
atas
untuk
rumah
tangga
pada
tahun
2017,
diikuti
dengan
penghapusan
subsidi
listrik
sepenuhnya
di
tahun
2019.
10.
Penerapan
subsidi
tetap
untuk
Bahan
Bakar
Minyak
(BBM)
di
tahun
2015
dan
pengurangan
subsidi
Bahan
Bakar
Minyak
(BBM)
secara
bertahap
menuju
nol
subsidi
di
tahun
2019.
12. Pengintegrasian
Undang-‐undang
(UU)
No.30/2007
tentang
Energi
dengan
Kebijakan
Energi
Nasional
menjadi
Undang-‐undang
(UU)
Kebijakan
Energi
Nasional
paling
lambat
tahun
2016
yang
mengatur
target
pencapaian
25%
di
2025
dan
40%
bauran
energi
dari
energi
baru
terbarukan
pada
2050
(Sesuai
dengan
Rancangan
Umum
Energi
Nasional).
13. Harmonisasi
seluruh
peraturan
perundangan
sub-‐sektor
energi
(minyak
dan
gas,
kelistrikan,
energi
terbarukan,
panas
bumi,
mineral
dan
batu
bara,
dll)
agar
sesuai
dengan
Undang-‐undang
(UU)
Kebijakan
Energi
Nasional
untuk
selesai
pada
tahun
2017
14. Penyelesaian
revisi
Undang-‐undang
(UU)
Minyak
dan
Gas
(Migas)
paling
lambat
tahun
2015
(Program
100
Hari)
dan
aturan
teknis
dibawahnya
sebelum
2016.Percepatan
Revisi
Undang-‐undang
(UU)
Panas
Bumi
dan
dimungkinkannya
pengusahaan
energi
panas
bumi
di
kawasan
hutan
konservasi
dan
hutan
lindung
dengan
tetap
mempertahankan
fungsi
hutan
tersebut.38
15. Tercapainya
rasio
elektrifikasi
nasional
sebesar
95%
pada
2019
dengan
pemenuhan
kebutuhan
listrik
untuk
daerah
terpencil,
terluar
dan
kepulauan
secara
off-‐grid
dengan
mengutamakan
potensi
energi
baru
terbarukan
setempat
dan
memaksimalkan
peran
Independent
Power
Producer
(IPP)39.
16. Tercapainya
alokasi
dan
konsumsi
gas
domestik
melalui:
revisi
Rencana
Induk
Jaringan
Distribusi
dan
Transmisi
Gas
Bumi
Nasional
(RIJDTGBN),
kebijakan
penetapan
harga
gas,
serta
kebijakan
investasi
dan
tatakelola
infrastruktur
pengangkutan
gas
(termasuk
pipa
dan
Floating
Storage
and
38
Memastikan
pemanfaatan
potensi
panas
bumi
TANPA
mengganggu
stabilitas
ekosistem
kawasan
hutan.
39
Pada
tahun
2010
sudah
terbangun
gardu
induk
di
seluruh
Indonesia
dengan
kapasitas
sebesar
2.159
MVA
dan
gardu
distribusi
di
seluruh
Indonesia
sebesar
1.266
MVA.
Pada
tahun
2011
sudah
terlaksana
pembangunan
gardu
induk
di
seluruh
Indonesia
dengan
kapasitas
sebesar
2.161,83
MVA
dan
gardu
distribusi
di
seluruh
Indonesia
dengan
kapasitas
sebesar
120
MVA.
Selain
itu
juga
sudah
terbangun
Pembangkit
Listrik
Tenaga
Panas
bumi
(PLTP)
Lahendong
20
MW
–
Perusahaan
Listrik
Negara
(PLN)
-‐
Pertamina
Geothermal
Energi
(PGE).
Pada
tahun
2012
sudah
terbangun
gardu
distribusi
di
seluruh
Indonesia
dengan
kapasitas
sebesar
212,16
MVA
dan
gardu
induk
di
seluruh
Indonesia
sebesar
270
MVA.
Pada
tahun
2013
terbangun
gardu
distribusi
di
seluruh
Indonesia
denga
kapasitas
sebagai
217,5
MVA.
41
NAWACITA
7:
Kami
akan
mewujudkan
kemandirian
ekonomi
dengan
menggerakkan
sektor-‐sektor
strategis
ekonomi
domestik
NO
TARGET
INDIKATOR
Regasification
Unit
–
FSRU).
17. Penyelesaian
pembangunan
infrastruktur
pipa
gas
lintas
Sumatera
dan
Jawa40;
dimulainya
konstruksi
pipa
gas
Kalimantan-‐Jawa
paling
lambat
tahun
2016;
dan
pembangunan
Floating
Storage
and
Regasification
Unit
–
FSRU
dan
infrastruktur
pipa
untuk
bagian
Indonesia
lainnya
tepat
waktu
sesuai
Rencana
Induk
Jaringan
Distribusi
dan
Transmisi
Gas
Bumi
Nasional
(RIJDTGBN)41.
18. Hilirisasi
komoditi
minyak
dan
gas
dengan
peningkatan
kapasitas
pengolahan
dan
pemurnian
minyak
dan
gas
baik
melalui
revitalisasi
kilang
existing
dan
pembangunan
kilang
minyak
baru
pada
tahun
2017.
19. Pengalihan
anggaran
subsidi
Bahan
Bakar
Minyak
(BBM)
dan
listrik
ke
belanja
infrastruktur
dan
program
sosial
secara
bertahap.
20. Penerapan
pengukuran
susbsidy-‐to-‐revenue
ratio
sebagai
Key
Performance
Indicator
(KPI)
pada
Pertamina
dan
Perusahaan
Listrik
Negara
(PLN)
dan
Badan
Usaha
Milik
Negara
(BUMN)
energi
lainnya
untuk
mengukur
penghematan
terhadap
subsidi
Pemerintah.
21. Subsidi
energi
yang
semakin
menurun
(dalam
%
per
tahun)
harus
menjadi
Key
Performance
Indicators
(KPI)
yang
digunakan
oleh
Pertamina
dan
Perusahaan
Listrik
Negara
(PLN)
untuk
menuju
Indonesia
bebas
subsidi
energi.
22. Penurunan
intensitas
energi
sebesar
15%
pada
tahun
2019.
23. Pembentukan
dan
implementasi
kerangka
kebijakan
secara
lengkap
yang
memungkinkan
mekanisme
pembiayaan
untuk
penghematan
energi
pada
tahun
2015.
3
Mewujudkan
Kedaulatan
Keuangan
1. Pertumbuhan
ekonomi
nasional
mencapai
kisaran
6,0-‐7,5%
per
tahun
dalam
periode
2015-‐2019.
2.
Terkendalinya
tingkat
inflasi
pada
kisaran
3-‐5%
periode
2015-‐2019.
3.
Peningkatan
Pembentukan
Modal
Tetap
Bruto
(PMTB)
atau
investasi
untuk
mencapai
rasio
investasi
terhadap
PDB
(investment
ratio)
sedikitnya
35%
dalam
periode
2015-‐2019.
40
Pada
tahun
2013,
fasilitas
Arun-‐Belawan
pipeline
mencapai
progress
50%;
sedangkan
fasilitas
Arun
Regas
mencapai
progres
proyek
50,2%.
41
Faktor-‐faktor
yang
menghambat
penyelesaian
proyek
Cepu
Banyu
Urip
perlu
pemantauan
khusus.
Sedangkan
terkait
jaringan
distribusi,
panjang
jaringan
di
seluruh
Indonesia
yang
terbangun
pada
tahun
2010
adalah
18.004
kilometer,
tahun
2011
33.419,15
kilometer,
tahun
2012
8.601
kilometer,
dan
pada
tahun
2013
9.256,7
kilometer.
42
NAWACITA
7:
Kami
akan
mewujudkan
kemandirian
ekonomi
dengan
menggerakkan
sektor-‐sektor
strategis
ekonomi
domestik
NO
TARGET
INDIKATOR
4.
Peningkatan
Indeks
Produktivitas
Tenaga
Kerja
Indonesia
di
setiap
sektor
(subsektor)
ekonomi
sebesar
rata-‐rata
7%
per
tahun
pada
periode
2015-‐2019.
5.
Pertumbuhan
produksi
bahan
baku/setengah
jadi
rata-‐rata
5%
per
tahun
dan
produksi
barang
modal
rata-‐rata
sebesar
10%
per
tahun
pada
periode
2015-‐1019.
6.
Penurunan
pertumbuhan
nilai
impor
bahan
baku/setengah
jadi
dan
barang
modal
rata-‐rata
per
tahun
sebesar
5%
hingga
tahun
2019.
7.
Peningkatan
pertumbuhan
nilai
ekspor
barang
dan
jasa
non-‐primer
rata-‐rata
per
tahun
sebesar
10%
hingga
tahun
2019.
8. Peningkatan
jumlah
produk
industri
yang
masuk
daftar
Standar
Nasional
Indonesia
(SNI)
menjadi
75%
pada
tahun
2019.42
9. Penurunan
Indeks
Gini
Ratio
menjadi
0,30
pada
tahun
2019.
10. Penurunan tingkat pengangguran terbuka menjadi 4,0% pada tahun 2019.43
11. Penurunan tingkat kemiskinan secara nasional menjadi di bawah 8,0% pada tahun 2019.44
12. Pencapaian rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) minimum 16% pada akhir tahun 2019
13. Peningkatan upah disesuaikan dengan kenaikan Indeks Produktivitas Tenaga Kerja.
14. Penurunan
secara
nasional
(perkotaan
dan
perdesaan)
tingkat
kedalaman
kemiskinan
(P1)
menjadi
di
bawah
1,25%
dan
tingkat
keparahan
kemiskinan
(P2)
menjadi
di
bawah
0,30%
pada
tahun
2019.45
42
Pada
tahun
2012
baru
40%
produk
industri
yang
sudah
memenuhi
SNI
(Sumber
data:
Badan
Standarisasi
Nasional).
43
Pada
Agustus
2013
tingkat
pengangguran
terbuka
adalah
6,25%
atau
7,39
juta
orang
(Sumber
data:
BPS)
44
Pada
September
2013
angka
kemiskinan
11,47%
(Sumber
data:
BPS)
45
Pada
September
2013:
P1=1,89%
dan
P2=0,48%
(Sumber
data:
BPS)
43
NAWACITA
7:
Kami
akan
mewujudkan
kemandirian
ekonomi
dengan
menggerakkan
sektor-‐sektor
strategis
ekonomi
domestik
NO
TARGET
INDIKATOR
15. Persentase
sumbangan
nilai
tambah
ekonomi
kreatif
dan
Usaha
Mikro,
Kecil,
dan
Menengah
(UMKM)
terhadap
Produk
Domestik
Bruto
(PDB)
sebesar
60%
pada
2019.
16. Peningkatan
Indeks
Nilai
Tukar
Petani
di
seluruh
provinsi
mencapai
rata-‐rata
minimum
107
hingga
tahun
201946
4
Mendirikan
Bank
Petani/Nelayan
dan
UMKM
termasuk
1.
Jaminan
akses
pelatihan,
teknologi
dan
pendanaan
kepada
100%
petani,
100%
peternak,
dan
100%
gudang
dengan
fasilitas
pengolahan
pascapanen
di
tiap
nelayan.
sentra
produksi
tani/nelayan.
2.
Peningkatan
produktivitas
lahan
pertanian
pangan
sebesar
5-‐10%
setiap
tahun
melalui
pemberian
bantuan
benih,
pupuk,
dan
penyuluhan
yang
memadai.
3.
Meningkatkan
produksi
ikan
tangkap
melalui
pembagian
kapal
dengan
kapasitas
dan
alat
penangkap
ikan
yang
sesuai
dengan
daerah
tangkapnya
setiap
tahun.
4.
Meningkatkan
produksi
dan
kualitas
ikan
budidaya
sebanyak
20%
unit
pengolah
ikan
pertahun
melalui
sertifikasi
pengelolaan
tambak.
5.
Terbangunnya
industri
pengolahan
produk
pertanian
pada
setiap
sentra
produksi
pada
tahun
2018.
6.
Berfungsinya
secara
penuh
gudang
pangan
dan
sistem
resi
gudang
pada
seluruh
sentra
produksi
pada
2017.
7.
Tersedianya
rantai
dingin
perintis
untuk
mengoptimalkan
produksi
pertanian
dan
perikanan
tangkap,
khususnya
di
luar
Jawa.
8.
Pembangunan
dan/atau
relokasi
gudang
Badan
Urusan
Logistik
(Bulog)
yang
dekat
dengan
sentra
produksi
pada
2018.
5
Mewujudkan
penguatan
teknologi
melalui
kebijakan
1.
Minimum
1.200
publikasi
ilmiah
per
tahun
terbit
di
jurnal
internasional
yang
terindex
di
ISI
Web
of
penciptaan
Sistem
Inovasi
Nasional
Science
(atau
setara)
mulai
tahun
2017
dan
meningkat
minimum
10%
per
tahun
sampai
dengan
2019.
2.
Minimum
1.000
paten
per
tahun
didaftarkan
di
tingkat
nasional
dan
100
paten
per
tahun
di
tingkat
internasional
mulai
tahun
2017.
3.
100%
riset
terapan
yang
dimanfaatkan
oleh
Kementerian/Lembaga/Badan
Usaha
Milik
Negara
(BUMN)
untuk
kepentingan
nasional
pada
tahun
2019.
46
Pada
Desember
2013,
Indeks
Nilai
Tukar
Petani
berkisar
antara
96,26
sampai
dengan
104,95
44
NAWACITA
7:
Kami
akan
mewujudkan
kemandirian
ekonomi
dengan
menggerakkan
sektor-‐sektor
strategis
ekonomi
domestik
NO
TARGET
INDIKATOR
4.
Aplikasi
teknologi
pemanfaatan
limbah/excess
produksi
pertanian
(gabah,
feses,
dll)
sebagai
bahan
baku
industri
pupuk
dan
energi.
5.
Penyediaan
sarana
dan
prasarana
riset
yang
memadai
serta
pengukuran
kinerja
peneliti
yang
memadai
untuk
menghasilkan
riset
pertanian
dan
kelautan
yang
dibutuhkan.
6.
Tersusunnya
dan
terlaksananya
aturan
yang
memastikan
investasi
swasta
yang
berkelanjutan
dalam
riset
pertanian
dan
perikanan.
7.
20%
dari
alokasi
anggaran
di
bidang
pertanian
dan
di
bidang
kelautan
dialokasikan
untuk
riset,
dengan
30%-‐nya
digunakan
untuk
penelitian
guna:
a. Menemukan
varietas-‐varietas
baru
komoditas
pertanian
pangan
b. Mengembangkan
produk
pertanian
pangan
organik
(termasuk
perkebunan
dan
perikanan
organik)
c. Menggali
potensi
sumber
daya
kelautan
untuk
ketahanan
pangan.
8.
25
paten
di
bidang
pertanian
(termasuk
perkebunan
dan
perikanan)
dan
kelautan
yang
dihasilkan
setiap
tahun
mulai
tahun
2016.
9. Dihasilkannya
20
varietas
unggul
baru
setiap
tahun
mulai
201547.
10. Revitalisasi
Dewan
Riset
Nasional
serta
seluruh
kelembagaan
riset
pada
tahun
2015
menyangkut
keanggotaan
sepenuhnya
berdasarkan
keilmuan,
wewenang
menentukan
arah
dan
prioritas
riset
yang
berlaku/mengikat
semua
Kementerian/Lembaga/Daerah
(K/L/D)
secara
nasional,
dan
pertanggungjawaban
langsung
kepada
Presiden.
11. Tahun
2016
Dewan
Riset
Nasional
sudah
menetapkan
prioritas
riset
nasional
jangka
pendek,
menengah,
dan
panjang48.
12. Pada
tahun
2017,
setiap
provinsi
memiliki
Perguruan
Tinggi
(PT)
dengan
fakultas
teknik,
sains
dan
sains
terapan
berdasarkan
potensi
daerah
yang
dimiliki.
13. Pada
tahun
2019,
150%
dari
kondisi
2014
mahasiswa
menempuh
studi
di
fakultas
teknik,
sains
dan
sains
terapan.
47
Pada
tahun
2012
dan
2011
tercipta
11
varietas
unggul
baru;
pada
tahun
2013
tercipta
13
varietas
unggul
baru.
48
Termasuk
di
dalamnya
penyusunan
rencana
yang
lebih
detil
seperti
Masterplan
Indonesia
Science
Techno
Park
yang
sudah
disusun
saat
ini,
ataupun
operasionalisasi
Sistem
Inovasi
baik
Nasional
(SINAS)
maupun
Daerah
(SIDA).
Misalnya,
pada
tahun
2011
terbentuk
3
proyek
percontohan
berbasis
Sistem
Inovasi
Daerah,
dan
pada
tahun
2012
terbentuk
4.
45
NAWACITA
7:
Kami
akan
mewujudkan
kemandirian
ekonomi
dengan
menggerakkan
sektor-‐sektor
strategis
ekonomi
domestik
NO
TARGET
INDIKATOR
14. Pada
tahun
2019,
150%
dari
kondisi
2014,
Sarjana
Strata
1
(S1)
lulus
dari
fakultas
teknik,
sains
dan
sains
terapan.
15. Revitalisasi
dan
penguatan
Lembaga
Penelitian
dan
Perekayasa
agar
mempunyai
tenaga
peneliti
handal
pada
tahun
2019
16. Pada
tahun
2019,
150%
dari
kondisi
saat
ini,
riset
di
bidang
teknik,
sains,
dan
sains
terapan
dipublikasikan
dalam
jurnal
internasional.Pada
tahun
2019,
pendidikan
vokasi
telah
menghasilkan
X
tenaga
teknis
penunjang
riset.
17. X
riset
dan/atau
hasil
inovasi
teknologi
yang
digunakan
untuk
kepentingan
Pertahanan
dan
Keamanan
(Hankam)
mulai
tahun
2017.
18. Terlaksananya
minimum
500
pertukaran
peneliti
antarnegara
per
tahun
yang
dimulai
pada
tahun
2016.
19. Setidaknya
X
inovasi
per
tahun
mulai
tahun
2017
dalam
bidang
teknologi
komunikasi
dihasilkan
dan
dimanfaatkan
untuk
mendukung
pembangunan
dan
terus
meningkat
setidaknya
10%
per
tahun.
20. Setidaknya
X
inovasi
per
tahun
mulai
tahun
2017
dalam
bidang
transportasi
khususnya
laut
dan
udara
dihasilkan
dan
dimanfaatkan
untuk
mendukung
pertumbuhan
ekonomi
dan
efisiensi
mobilitas
barang
dan
orang
dan
terus
meningkat
setidaknya
10%
per
tahun.
46
NAWACITA
8:
Kami
akan
melakukan
revolusi
karakter
bangsa
NO
TARGET
INDIKATOR
1
Membangun
pendidikan
kewarganegaraan
1.
Kurikulum
disempurnakan
dengan
mengintegrasikan
nilai-‐nilai
kebangsaan,
budi
pekerti,
dan
toleransi
atas
keragaman,
dan
dievaluasi
setiap
tahun
mulai
tahun
2015.
2.
100%
sekolah
telah
melaksanakan
kegiatan
belajar-‐mengajar
dengan
unsur
nilai
kebangsaan,
budi
pekerti,
dan
toleransi
atas
keragaman
mulai
dari
tingkat
pendidikan
dasar,
menengah/kejuruan,
dan
pendidikan
tinggi
pada
tahun
2015.
3.
Konten
kebangsaan,
contoh-‐contoh
keberadaban
hidup-‐bersama
dan
toleransi
atas
keragaman
diakomodasi
di
100%
media
massa.
4.
100%
lembaga/komunitas
masyarakat
dan
lembaga/komunitas
adat
mengintegrasikan
nilai-‐nilai
kebangsaan,
budi
pekerti,
dan
toleransi
atas
keragaman
dalam
seluruh
program
kerjanya
mulai
tahun
2015
2
Mengevaluasi
model
penyeragaman
dalam
sistem
1. Tersusun
dan
terlaksananya
aturan
yang
menjamin
perlindungan
pelaksanaan
serta
akses
pada
ujian
pendidikan
nasional
penyetaraan
pendidikan
dasar
dan
menengah
non-‐fomal
dan
informal
(termasuk
pendidikan
berbasis
keluarga/home-‐education
mandiri)
pada
tahun
2016.
3
Jaminan
hidup
yang
memadai
bagi
para
guru
1.
Pemberian
tunjangan
profesi
sesuai
dengan
kinerja
setiap
tenaga
pengajar
berdasarkan
hasil
terutama
bagi
guru
yang
ditugaskan
di
daerah
penilaian
menyeluruh
(360
degrees)
pada
tahun
2016.
terpencil
2. Reformasi
sistem
insentif
dan
pengajuan
kredit
kepangkatan
(KUM)
bagi
dosen/peneliti
untuk
meningkatkan
kualitas
pengajaran
dan
penelitian
dengan
standar
internasional
selambatnya
pada
tahun
2015.
4
Memperbesar
akses
warga
miskin
untuk
1.
95%
anak
usia
sekolah
mendapatkan
pendidikan
dasar
dan
menengah
selama
12
tahun
baik
secara
mendapatkan
pendidikan
tinggi
formal,
non-‐formal,
ataupun
informal
dengan
proporsi
gender
yang
merata
pada
tahun
2019.
2.
30%
penduduk
menempuh
Pendidikan
Tinggi
(PT)
dengan
minimal
10%
penduduk
di
setiap
kabupaten/kota
pada
tahun
2019
(termasuk
pemanfaatan
e-‐learning
untuk
meningkatkan
Angka
Partisipasi
Kasar
Pendidikan
Tinggi/APK
PT).
3.
50%
penurunan
satuan
biaya
bersekolah
yang
ditanggung
per
peserta
didik
(transportasi,
makan,
seragam,
ekstra
kurikuler
wajib,
alat
tulis
dan
peralatan
yang
mendukung
tugas-‐tugas
sekolah)
pada
47
NAWACITA
8:
Kami
akan
melakukan
revolusi
karakter
bangsa
NO
TARGET
INDIKATOR
tahun
2019.
4.
Tersusun
dan
terlaksananya
aturan
yang
menjamin
perlindungan
pelaksanaan
serta
akses
pada
ujian
penyetaraan
pendidikan
dasar
dan
menengah
non-‐fomal
dan
informal
(termasuk
pendidikan
berbasis
keluarga/home-‐education
mandiri)
pada
tahun
2016.
5
Memprioritaskan
pembiayaan
penelitian
yang
1.
Tahun
2015
tersusun
dan
terimplementasi
desain
mekanisme
kemitraan
multipihak
(pemerintah,
menunjang
iptek
swasta,
masyarakat
sipil)
dalam
bidang
riset,
inovasi,
dan
teknologi.
2.
Tahun
2017
terbangun
dan
berfungsinya
sebuah
institusi
sebagai
pusat
kemitraan
multipihak
untuk
inovasi,
pengembangan
dan
penyediaan
akses
teknologi.
3.
Kenaikan
150%
dari
kondisi
saat
ini
pada
tahun
2017,
kerjasama/kemitraan
yang
dilakukan
antara
institusi
pendidikan
teknologi
dalam
negeri
dengan
lembaga
riset
regional
dan
global.
4.
30
program
penelitian
unggulan
di
bidang
pertanian,
perikanan
dan
industri
dasar
pada
institusi
pendidikan
yang
diimplementasikan
pada
tahapan
ide/lab,
15
ke
tahapan
pilot,
6
ke
tahapan
komersial
tiap
tahunnya
melalui
pelibatan
industri
–
pemerintah
–
institusi
pendidikan.
5. Tersusunnya
aturan
dan
terlaksananya
proses
pendaftaran
dan
publikasi
hak
cipta
dan
paten
yang
lebih
mudah
dan
cepat
yakni
jangka
waktu
dari
pemeriksaan
formalitas
ke
publikasi
awal
maksimal
18
bulan
untuk
setiap
hak
paten
dan
maksimal
9
bulan
untuk
setiap
hak
cipta
pada
tahun
2016.
6. Meningkatnya
jumlah
karya
cipta
yang
dipatenkan/terdaftar
sebagai
Hak
Atas
Kekayaan
Intelektual
(HAKI)
minimum
10%
setiap
tahunnya
mulai
tahun
2016.
48
NAWACITA
9:
Kami
akan
memperteguh
ke-‐Bhinneka-‐an
dan
memperkuat
restorasi
sosial
Indonesia
NO
TARGET
INDIKATOR
1
Memperkuat
pendidikan
ke-‐bhinneka-‐an
dan
1. Bersikap
tegas
terhadap
segala
upaya
yang
bertentangan
dengan
hak
warga
dan
nilai
kemanusiaan.
menciptakan
ruang-‐ruang
dialog
antar
warga
2. Membangun
kembali
modal
sosial
bisa
dengan
metode
rekonstruksi
sosial,
yakni
gotong
royong,
melindungi
lembaga
adat,
dan
membangun
karakter
bangsa.
3. Menyelesaikan
konflik
melalui
pendekatan
kebudayaan
dan
penegakan
hukum.
4. Membentuk
lembaga
kebudayaan
sebagai
basis
pembangunan
karakter
bangsa
Indonesia.
5. Membangun
pusat-‐pusat
kebudayaan
(museum,
heritage,
sanggar
seni,
dll)
sebagai
sarana
menumbuhkan
semangat
gotong
royong,
ke-‐bhinneka-‐tunggal-‐ika-‐an
dan
karakter
manusia
Indonesia
yang
berkepribadian.
6.
Kurikulum
disempurnakan
dengan
mengintegrasikan
nilai-‐nilai
kebangsaan,
budi
pekerti,
dan
toleransi
atas
keragaman,
dan
dievaluasi
setiap
tahun
mulai
tahun
2015.
7.
100%
sekolah
telah
melaksanakan
kegiatan
belajar-‐mengajar
dengan
unsur
nilai
kebangsaan,
budi
pekerti,
dan
toleransi
atas
keragaman
mulai
dari
tingkat
pendidikan
dasar,
menengah/kejuruan,
dan
pendidikan
tinggi
pada
tahun
2015.
8.
Konten
kebangsaan,
contoh-‐contoh
keberadaban
hidup-‐bersama
dan
toleransi
atas
keragaman
diakomodasi
di
100%
media
massa.
9.
100%
lembaga/komunitas
masyarakat
dan
lembaga/komunitas
adat
mengintegrasikan
nilai-‐nilai
kebangsaan,
budi
pekerti,
dan
toleransi
atas
keragaman
dalam
seluruh
program
kerjanya
mulai
tahun
2015.
10.
Tersusunnya
cetak
biru
revitalisasi
Lembaga
Penyiaran
Publik
(LPP)
pada
tahun
2015,
termasuk
diantaranya
rebranding
LPP,
penguatan
kapasitas
dan
profesionalitas.
11.
Penyelesaian
pelaksanaan
cetak
biru
revitalisasi
Lembaga
Penyiaran
Publik
(LPP)
pada
tahun
2019.
12. Terauditnya konten siaran Lembaga Penyiaran Publik (LPP) setiap tahun dan hasil dipublikasikan.
13.
Revitalisasi
lembaga
pendidikan
untuk
industri
penyiaran
yang
kuat
dan
berkualitas
pada
tahun
2015.
49
NAWACITA
9:
Kami
akan
memperteguh
ke-‐Bhinneka-‐an
dan
memperkuat
restorasi
sosial
Indonesia
NO
TARGET
INDIKATOR
14. Penegakan
peran
Komisi
Penyiaran
Indonesia
(KPI)
dalam
menjaga
keragaman
dan
kualitas
konten
pada
Lembaga
Penyiaran
Publik
(LPP)
dan
Lembaga
Penyiaran
Swasta
(LPS)
pada
tahun
2015.
15. Penegakan
peran
Dewan
Pers
Indonesia
dalam
menjaga
keragaman
dan
kualitas
konten
pada
media
cetak
pada
tahun
2015.
16. Revisi
Undang-‐undang
(UU)
terkait
kepemilikan
media
untuk
mengatur
kepemilikan
perusahaan
media
agar
bebas
dari
afiliasi
maupun
tekanan
politis
pada
tahun
2016.
2
Restorasi
sosial
untuk
mengembalikan
riuh
1.
Tidak
adanya
(0%)
tindakan
kekerasan
terhadap
kelompok
minoritas
mulai
tahun
2015.
kerukunan
antar
warga
2.
Menurunnya
angka
kekerasan
terhadap
perempuan
dan
anak
mulai
tahun
2015.
3.
Terbit
dan
terlaksananya
peraturan
untuk
memastikan
pencegahan
dan
penghapusan
seluruh
bentuk
kekerasan
dan
diskriminasi
terhadap
perempuan
dan
anak,
termasuk
hak
reproduksi
perempuan,
pada
tahun
2015.
4.
Tersusunnya
mekanisme
untuk
memastikan
rehabilitasi
dan
kompensasi
bagi
korban
kekerasan
seksual
pada
tahun
2015.
5.
Tersusunnya
mekanisme
untuk
menjamin
kesetaraan
hak
perempuan
untuk
memiliki
harta
dan
menerima
warisan
pada
tahun
2015.
6.
Penerbitan
dan
penegakan
aturan
hukum
mengenai
perlindungan
atas
keragaman
suku,
agama,
ras,
keyakinan,
ideologi,
orientasi
politik,
orientasi
seksual,
keterbatasan
fisik,
dan
perbedaan
lainnya
pada
tahun
2015.
7.
Tersusun
dan
berlakunya
aturan
terhadap
media
baik
cetak,
elektronik,
maupun
media
baru
dan
media
sosial
berbasis
internet
yang
menjamin
terindunginya
konten
mengenai
keragaman
suku,
agama,
ras,
keyakinan,
ideologi,
orientasi
politik,
orientasi
seksual,
keterbatasan
fisik,
dan
perbedaan
lainnya
pada
tahun
2015.
8.
Pembubaran
seluruh
organisasi
yang
berkarakter
paramiliter
pada
tahun
2019.
9.
Tersusunnya
mekanisme
untuk
memastikan
rehabilitasi
dan
kompensasi
bagi
korban
kekerasan
fisik
yang
dilakukan
oleh
pihak
manapun,
termasuk
oleh
negara.
3
Membangun
kembali
gotong
royong
sebagai
modal
Lihat
Nawacita
9
Target
1
Indikator
2,3,
dan
4.
sosial
melalui
rekonstruksi
sosial
50
NAWACITA
9:
Kami
akan
memperteguh
ke-‐Bhinneka-‐an
dan
memperkuat
restorasi
sosial
Indonesia
NO
TARGET
INDIKATOR
4
Mengembangkan
insentif
khusus
untuk
1. Pengembangan
kawasan
pariwisata
berbasis
pada
segitiga
emas
(golden
triangle)
pariwisata
di
titik
memperkenalkan
dan
mengangkat
kebudayaan
strategis
kawasan
Indonesia
untuk
membangun
intersullar
tourism
dan
budaya
lokal
seperti
kawasan
lokal
Bunaken-‐Wakatobi-‐Raja
Ampat.
2. Memfasilitasi
promosi
dan
keterlibatan
rakyat
dalam
pendidikan
kebudayaan
dan
ekonomi
kreatif
berbasis
pada
eco-‐tourism.
3. Fasilitasi
pengembangan
infrastruktur
pariwisata
yang
teritegrasi
dengan
potensi
ekonomi
lokal.
4. Pemerintah
merancang
kebijakan
anggaran
pembangunan
untuk
peningkatan
sektor
pariwisata.
5.
Terlestarikannya
dan
terevitalisasikannya
100%
(dari
baseline)
cagar
budaya,
museum,
dan
taman
budaya
di
seluruh
kabupaten/kota
pada
tahun
2019.
6.
Meningkatnya
jumlah
warisan
budaya
yang
diakui
United
Nations
Educational,
Scientific,
and
Cultural
Organization
(UNESCO)
menjadi
2
per
tahun
mulai
tahun
2016.
7.
Tersedia
dan
berjalannya
sistem
lelang
internasional
untuk
pemasaran
bidang
budaya,
seni,
pariwisata,
dan
ekonomi
kreatif
pada
tahun
2016.
8.
100%
kabupaten/kota
melakukan
pelestarian
dan
pendataan
cagar
budaya
dan
tinggalan
purbakala
di
daerahnya
pada
tahun
2019.
5
Meningkatkan
proses
pertukaran
budaya
untuk
1. Teroptimalkannya
program
pertukaran
mahasiswa
sebanyak
500.000
orang
selama
5
tahun
membangun
kemajemukan
sebagai
kekuatan
budaya
2. Terselenggaranya
program
pertukaran
siswa
sebanyak
500.000
orang
selama
5
tahun.
3. Terselenggaranya
program
pertukaran
PNS
dengan
Organisasi
Swasta
dan
Pemerintah
Luar
Negeri
sebanyak
1.000.000
orang.
51