Anda di halaman 1dari 3

FENOMENA HIJRAH

Di era modern saat ini, hijrah menjadi kata yang paling sering
diperbincangkan oleh masyarakat luas, terutama kaum muda di Indonesia. Kini
banyak dijumpai di media sosial, di koran, atau di majalah yang memuat segala
sesuatu yang berkaitan dengan hijrah. Baik itu berupa foto, kata-kata motivasi,
atau mungkin artikel. Hijrah identik dengan perubahan, karena memang hijrah itu
sendiri memiliki makna berpindah ke tempat yang lebih baik. Perubahan-
perubahan itu mungkin bisa dilihat dari cara berpenampilan, cara bertutur kata,
cara bersikap, dan cara-cara lainnya. Namun, tidak sedikit para kaum muda atau
bahkan orang tua juga terkadang salah memaknai kata "hijrah". Banyak orang
menganggap bahwa berhijrah adalah dengan mengganti pakaian menjadi lebih
syar'i atau dengan mengupload postingan-postingan yang mungkin saja malah
menimbulkan kesan riya' atau pamer.
Apa sih, makna hijrah yang sebenarnya ? Berhijrah itu tak hanya sekedar
merubah penampilan. Namun, tata krama serta adab sebagai seorang muslim pun
perlu diperbaiki. Bukan masalah pakaian yang bertambah lebar, namun yang
terpenting, syarat untuk menutup aurat terpenuhi. Bukan bagaimana kita
mengagumi orang-orang shalih, namun bagaimana kita berusaha menjadi salah
satu di antara mereka. Kita berhijrah bukan untuk orang lain, bukan untuk
mendapat pujian, bukan untuk membuat orang lain jatuh cinta pada kita. Kita
berhijrah untuk Allah, untuk Islam, untuk diri kita sendiri. Berhijrah bukan berarti
kita harus menutup diri dan menjadi tidak tahu menahu tentang apapun yang
terjadi di luar sana. Kita justru seharusnya lebih banyak mengeksplor dunia luar,
menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang apa yang terjadi di luar sana.
Sehingga, kita dapat tetap update tentang apa yang terjadi saat ini, mengantisipasi
atau mungkin memberi solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang banyak
terjadi di luar serta mencegah hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada diri kita
nantinya. Banyak orang mengatakan berhijrah butuh proses. Ya, memang
berhijrah membutuhkan proses yang panjang. Tapi, tergantung dari sudut pandang
mana dia memaknai proses itu. Jika dalam proses yang panjang itu kita melakukan
kesalahan dan selalu berkata "ini proses" lalu kapan kita akan berusaha
memperbaikinya ? Justru dalam proses itu semestinya kita belajar memperbaiki
diri, belajar dari kesalahan-kesalahan yang terjadi, belajar untuk membuat diri kita
menjadi lebih kuat, lebih taat, dan istiqamah.
Masih banyak orang mengaku hijrah namun sikapnya justru menciderai nama
baik Islam. Masih banyak pula orang berpenampilan muslimah namun tata
kramanya justru menjatuhkan martabat kaum perempuan. Berhijrah jangan hanya
karena mengikuti perkembangan zaman. Karena berhijrah perlu dilandasi tekad
dan semangat yang kuat.
Hijrah merupakan salah satu prinsip hidup yang harus kita maknai dengan
benar. Seseorang dikatakan hijrah jika telah memenuhi 2 syarat, yaitu yang
pertama ada sesuatu yang ditinggalkan dan kedua ada sesuatu yang dituju
(tujuan). Meninggalkan segala hal yang buruk, menuju keadaan yang lebih baik
dan positif untuk menegakkan Islam. Dalam realitas sejarah, hijrah dikaitkan
dengan meninggalkan suatu tempat, yaitu adanya peristiwa hijrah Nabi dan para
sahabat meninggalkan tempat yang kurang kondusif untuk berdakwah.
Kita semestinya mengingat tujuan awal kita diciptakan di dunia ini, yakni
menjalankan perintahNya serta menjauhi laranganNya. Hidup di dunia tak
lengkap rasanya jika tanpa diiringi dengan perubahan yang berarti. Perubahan
yang dimaksud bukan untuk dipamer-pamerkan di sosial media atau yang lainnya.
Namun, cukup simpan dalam hati, dan tetaplah merendah seperti padi yang mulai
menguning.
Tak banyak lagi waktu yang tersisa untuk memperbaiki seluruh dosa kita
yang tak terhitung banyaknya. Disaat kita terlalu sibuk mengejar mimpi Disaat
kita telah dibutakan nafsu duniawi Disaat kita lupa bahwa mati adalah janji yang
pasti. Sudah banyakkah amal yang akan menemani kita nanti? Ketika semua yang
kita miliki dapat menolong lagi. Ketika rumah yang nyaman tak bisa kita tinggali
lagi. Ketika harta yang telah kita kumpulkan, tak ikut menemani. Dapatkah kita
mengulang waktu ? Tentu tidak. Maka dari itu, mulailah kuatkan tekad dan niat
untuk berhijrah serta persiapkan diri untuk menghadapi guncangan di luar sana.
Jangan menunggu siap untuk menjadi lebih baik, karena malaikat maut tak akan
menunggu untuk mencabut nyawa.

Anda mungkin juga menyukai