Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FTS STERIL


”CARA STERILISASI”

Disusun Oleh :

Gelombang Praktikum :2
Kelompok Praktikum :4
Nama Kelompok : Jihan Rianti (16040029)
Samuel Robert W.P. (16040035)
Yuliyani (16040038)
Putri Meilani (16040044)

Dosen Pengampu : Sefi Megawati. S.Farm., M.Sc,. Apt.

LABORATORIUM FARMASI
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH
TANGERANG
2019
A. TUJUAN

Mahasiswa dapat memahami dan melakukan sterilisasi alat yang akan digunakan

pada praktikum FTS Steril.

B. TUGAS

Pahami dan lakukan sterilisasi alat yang akan digunakan pada praktikum FTS

Steril.

C. DASAR TEORI

a. Pengertian sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentuk

kehidupan mikroba, termasuk spora, pada permukaan benda mati. Prosesnya

dapat berupa pemanasan, pemberian zat kimia, radiasi, atau filtrasi

(Gruendemann dan Fernsebner, 2006).

Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi bagi

yang bebas mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk sediaan

iniantara lain sediaan parental preparat untuk mata dan preparat irigasi

(misalnya infus). Produk steril yang banyak di produksi di industri farmasi

adalah dalam bentuk larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap

untuk di gunakan dengan di encerkan terlebih dahulu dengan larutan

pembawa (vial) (Priambodo, B., 2007).

Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan

semua mikroorganisme pada bahan makanan. Sterilisasi biasanya

1
dikombinasi dengan pemanasan hermetis untuk mencegah kontaminasi

ulang. Yang dimaksuk pengemasan hermetis adalah pengemasan yang sangat

rapat, sehingga tidak dapat di tembus oleh mikroorganisme, air ataupun

udara (Purnawijayanti, 2001).

b. Metode Sterilisasi

Sterilisasi dapat dilakukan baik dengan cara fisik maupun kimia.

Metode fisik didasarkan pada tindakan pemanasan (proses autoclaving,

sterilisasi ternal kering atau sterilisasi ternal basah) iradiasi (irradiyasi-y)

atau pada pemisahan secara mekanis melalui filtrasi. Cara kimia

mencangkup sterilisasi dengan etilen oksida atau gas lainnya dan

menyampurkan agens pensteril (misalnya glutalardehid) pada larutan

desinfektan (Pruss, et al., 2002).

Sterilisasi dengan panas kering dilakukan dengan menggunakan oven.

Sterilisasi dengan panas kering sering kali digunakan untuk mensterilkan

perangkat kaca. Dalam keadaan kering, struktur protein bersifat lebih stabil

dan tidak mudah rusak sehingga untuk memastikan organisme diperlukan

suhu panas kering yang jauh lebih tinggi dan lebih lama bila dibandingkan

dengan suhu pada pemanasan lembab (Gunawan, A,.W, 2008).

Metode sterilisasi steam yaitu dengan cara penguapan dalam tekanan

meresap kedalam benda yang permeabel dan menyebabkan koagulasi protein

seluler yang dapat mematikan mikroba dan spora, dan metode sterilisasi

2
kimiawi caranya yaitu dengan menghentikan metabolisme protein seluler

sehingga mematikan mikroba dan spora (Baradero, et., al., 2009).

Sterilisasi dengan tekanan, metode sterilisasi yang bisa dilakukan

untuk semua xxxxxxxx dan instrumen genggam adalah menggunakan

autoklaf uap atau kimia. Instrumen yang telah dibungkus kasa autoclave

selama 20 menit pada caranya yaitu dengan tekanan menghentikan

metabolisme protein seluler sehingga mematikan mikroba dan spora

(Baradero, et., al., 2009).

Sterilisasi dengan tekanan, metode sterilisasi yang biasa dilakukan

untuk semua xxxxxxx dan instrumen genggam adalah menggunakan

autoclafe uap atau kimia. Instrumen yang telah dibungkus kasa diautoclave

selama 20 menit pada suhu 121℃ dan tekanan 15 PSI. Ini akan membunuh

semua bakteri, spora, dan virus (Walton dan Terabinejad, 2008).

Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu

penggunaan panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila

panas digunakan bersama sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas

lembab atau sterilisasi basah. Bila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi

panas kering atau sterilisasi kering. Dilain pihak, sterilisasi kimia dapat

dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi, pemilihan metode

didasarkan pada sifat bahan yang di sterilkan (Ratna, 1993).

Menurut Ratna (1993), berikut ini adalah jenis proses sterilisasi:

1. Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab.

3
Sterilisasi basah biasanya dilakukan didalam autoclaf atau sterilisator

uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunakan air jenuh

bertekanan pada suhu 121℃ selama 15 menit. Maka sterilisasi basah

dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat di

tembus uap air (misalnya minyak) dan tidak rusak bila dipanaskan

dengan suhu yang berkisar antara 110℃ dan 121℃.

2. Sterilisasi kering

Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan

dengan cara pemanasan langsung sampai merah, di atas nyala api,

pembakaran, dan sterilisasi dengan udara panas (oven). Pemanasan

kering sering digunakan dan sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium

seperti pipet, tabung reaksi, dan cawan petri.

Sebelum melakukan sterilisasi udara panas kering ini terlebih dahulu

membungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau alumunium foil.

Setelah itu atur pengatur suhu oven menjadi 160℃ dan alat di sterilkan

selama 2 jam.

3. Sterilisasi uap

Uap panas pada suhu 100℃ dapat digunakan dalam bentuk uap

mengalir.

4. Penyaringan (Filtrasi)

Penyaringan yang dapat digunakan terbuat dari gelas sinter, selulosa,

dan abestos atau penyaring selt2. Pori-pori dari penyaring tersebut

berkisar antara 0,22 sampai 10 mikron. Pori-pori yang kasar biasanya

4
digunakan untuk penjernihan sebelum digunakan pori-pori yang lebih

halus sehingga tidak terjadi penyumbatan.

D. ALAT dan BAHAN

Alat:

 Botol Infus

 Cawan Petri

 Pipet

 Vial

 Tube

 Tabung Reaksi

 Beakerglass 50 ml

 Erlenmeyer 100 ml

 Kaleng serbuk tabur

Bahan:

 Talk

E. PROSEDUR STERILISASI

1. Ampul

a. Ampul dicuci sekurang-kurangnya 3 kali, kemudian kering samping tidak

ada sisa air di dalam ampul.

5
b. Setelah dicuci, ampul diletakkan dalam keadaan terbaring dalam kering,

lalu sterilkan dalam oven pada suhu 160 ℃ selama 1 jam. Selama

sterilisasi berlangsung tutup kaleng dibuka sedikit untuk mengeluarkan

uap air dengan mudah.

c. Setelah sterilisasi selesai kaleng ditutup terlebih dahulu dalam oven dan

setelah itu baru dikeluarkan. Dengan demikian ampul bukan saja

disterilisasikan tapi juga dikeringkan

2. Vial

a. Vial dicuci dengan aqua dest yang disaring dengan filter gelas G3 ; pencucian

dan sterilisasi selanjutnya seperti yang tertera pada ampul.

b. Tutup vial karet dicuci lalu didihkan dalam aqua dest selama 30 menit.

Sebelum dipakai dikeringkan sebentar dalam oven (diletakkan dalam kaca

arloji yang ditutup dengan kaca arloji lainnya).

3. Botol infus

a. Setelah dicuci bersih, botol infus dimasukkan kedalam kaleng dan disterilkan

pada suhu 160 ℃ selama 1 jam.

6
b. Tutup botol karet dicuci dan disterilkan seperti tutup vial karet yaitu dengan

cara dicuci lalu didihkan dalam aqua dest selama 30 menit. Sebelum dipakai

dikeringkan sebentar dalam oven (diletakkan dalam kaca arloji yang ditutup

dengan kaca arloji lainnya)

4. Tube dan tutup

a. Tube dicuci dengan aqua dest lalu diletakkan dalam keadaan terbaring dalam

kaleng (seperti sterilisasi ampul)

b. Tutup tube logam disterilkan seperti seperti sterilisasi tube. Tutup yube

plastic direndam dalam alkohol 70% selama 24 jam dan dikeringkan sebentar

dalam oven sebelum dipakai.

5. Kaleng serbuk tabur, seal dan tutupnya

a. Setelah dicuci dengan aqua dest kaleng serbuk, seal dan tutupnya dimasukkan

kedalam kaleng dan disterilkan seperti sterilisasi ampul.

Sterilisasi ruangan
Tahapan proses untuk mendapatkan ruangan produksi steril bisa dilakukan dengan
cara:
1. Bersihkan lantau, dinding dan langit-langit dari debu dan kotoran. Hampir
seluruh benda-benda yang disterilkan harus secara fisik bersih terlebih dahulu
sebelum proses standar sterilisasi dilakukan. Kontaminasi mikroba pada
dasarnya dapat dihilangkan melalui pembersihan dengan menggunakan
detergen dan air atau dihancurkan dengan cara sterilisasi atau desinfektisasi.

7
Pembersihan dilanjutkan dengan pengeringan terhadao permukaan hampir
dapat dinyatakan efektis sebagaimana halnya jika menggunakan desinfektan.

2. Bersihkan lantai, dinding dan langit-langit dengan cairan desinfektan hingga


bebas mikroorganisme. Beberapa disinfektan yang banyak digunakan :
a. Alkohol : etil atau isopropyl alkohol (60-90%)
b. Halogen : Chlorine (Na.hipoklorit)
c. Glutaraldehid
d. Hidrogen peroksida
e. Formaldehid
f. Fenol
g. Campuran chlorhexidine dan cetrimide

3. Bersihkan udara dengan alat pengasapan (fogging) yang mengandung cairan


air borne disinfektan of surface

4. Sinari ruangan dengan ultraviolet minimal 24 jam

5. Setelah itu, ruangan ditutup dan dialiri udara yang telah bebas
mikroorganisme, sehingga didapatkan clean area untuk produksi steril.

F. CARA KERJA
- Lakukan sterilisasi alat dan bahan tersebut sesuai dengan cara yang sesuai

8
G. HASIL

Ruang 1 Ruang 2

Ruang 3 Ruang 4

H. PEMBAHASAN
Pada praktikum cara sterilisai praktikan dijelaskan mengenai tata tertib dan

bagian ruangan di ruangan steril. Para praktikan diwajibkan menggunakan

handcoone, dispossible,masker ,sendal jepit, serta menggunakan jas lab khusus.

Di ruangan empat dijelaskan bahwa ruangan ini tempat pertama kali praktikan

memasuki ruangan steril di ruangan ini praktikan sudah harus menggunakan sendal

bersih. Pada ruangan tiga praktikan satu dan dua yang membawa alat dan bahan

9
memasuki ruangan tersebut untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan di

campur oleh praktikan tiga dan empat lainnya.

Diruangan dua praktikan tiga dan empat mengganti jas lab dengan jas lab

khusus yang sudah disediakan di ruangan tersebut dan mencuci tangan dengan 5

gerakan. Di ruangan empat praktikan tiga dan empat memasuki ruangan dengan

keadaan steril dan melakukan prosedur pembuatan sediaan sesuai dengan prosedur.

a. Sterilisasi Ampul :

Ampul dicuci sekurang-kurangnya 3 kali, kemudian kering samping

tidak ada sisa air di dalam ampul. Setelah dicuci, ampul diletakkan dalam

keadaan terbaring dalam kering, lalu sterilkan dalam oven pada suhu 160 ℃

selama 1 jam. Selama sterilisasi berlangsung tutup kaleng dibuka sedikit untuk

mengeluarkan uap air dengan mudah. Setelah sterilisasi selesai kaleng ditutup

terlebih dahulu dalam oven dan setelah itu baru dikeluarkan. Dengan demikian

ampul bukan saja disterilisasikan tapi juga dikeringkan

b. Sterilisasi Vial

Vial dicuci dengan aqua dest yang disaring dengan filter gelas G3 ;

pencucian dan sterilisasi selanjutnya seperti yang tertera pada ampul. Tutup vial

karet dicuci lalu didihkan dalam aqua dest selama 30 menit. Sebelum dipakai

dikeringkan sebentar dalam oven (diletakkan dalam kaca arloji yang ditutup

dengan kaca arloji lainnya).

c. Sterilisasi Botol infus

Setelah dicuci bersih, botol infus dimasukkan kedalam kaleng dan

disterilkan pada suhu 160 ℃ selama 1 jam. Tutup botol karet dicuci dan
10
disterilkan seperti tutup vial karet yaitu dengan cara dicuci lalu didihkan dalam

aqua dest selama 30 menit. Sebelum dipakai dikeringkan sebentar dalam oven

(diletakkan dalam kaca arloji yang ditutup dengan kaca arloji lainnya).

d. Sterilisasi Tube dan tutup

Tube dicuci dengan aqua dest lalu diletakkan dalam keadaan terbaring

dalam kaleng (seperti sterilisasi ampul). Tutup tube logam disterilkan seperti

seperti sterilisasi tube. Tutup yube plastic direndam dalam alkohol 70% selama

24 jam dan dikeringkan sebentar dalam oven sebelum dipakai.

e. Sterilisasi Kaleng serbuk tabur, seal dan tutupnya

Setelah dicuci dengan aqua dest kaleng serbuk, seal dan tutupnya

dimasukkan kedalam kaleng dan disterilkan seperti sterilisasi ampul.

f. Sterilisasi ruangan

Tahapan proses untuk mendapatkan ruangan produksi steril bisa

dilakukan dengan cara:

Bersihkan lantau, dinding dan langit-langit dari debu dan kotoran.

Hampir seluruh benda-benda yang disterilkan harus secara fisik bersih terlebih

dahulu sebelum proses standar sterilisasi dilakukan. Kontaminasi mikroba

pada dasarnya dapat dihilangkan melalui pembersihan dengan menggunakan

detergen dan air atau dihancurkan dengan cara sterilisasi atau desinfektisasi.

Pembersihan dilanjutkan dengan pengeringan terhadao permukaan hampir dapat

dinyatakan efektis sebagaimana halnya jika menggunakan desinfektan.

Bersihkan lantai, dinding dan langit-langit dengan cairan desinfektan hingga

bebas mikroorganisme. Beberapa disinfektan yang banyak digunakan : (Alkohol

11
: etil atau isopropyl alkohol (60-90%), Halogen : Chlorine (Na.hipoklorit),

Glutaraldehid, Hidrogen peroksida, Formaldehid, Fenol, Campuran

chlorhexidine dan cetrimide). Bersihkan udara dengan alat pengasapan (fogging)

yang mengandung cairan air borne disinfektan of surface. Sinari ruangan

dengan ultraviolet minimal 24 jam. Setelah itu, ruangan ditutup dan dialiri udara

yang telah bebas mikroorganisme, sehingga didapatkan clean area untuk

produksi steril.

I. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan :

1. Sterilisasi sangat diperlukan untuk menghindari hal – hal yang tidak

diinginkan seperti tumbuhnya mikroba.

2. Setiap alat sterilisasi memiliki fungsi dengan teknik penggunaan yang berdeda

– beda. Sterilisasi dibagi menjadi dua jenis yaitu sterilisasi kimia dan

sterilisasi fisik. Dengan 3 metode umum yaitu sterilisasi panas kering, steam,

tekanan.

3. Sterilisasi merupakan suatu usaha untuk mensterilkan alat agar tidak

terkontaminasi dan merupakan suatu proses penghancuran secara lengkap

semua mikroba hidup dan spora – sporanya.

J. SARAN
Saran yang dapat diajukan adalah agar dalam praktikum selanjutnya sebaiknya

praktan memeriksa atau mengecek terlebih dahulu peralatan – peralatan yang

12
akan digunakan untuk praktikum agar pada saat mengoprasikan alat benar –

benar secara maksimal dan praktikan tidak kebingungan dalam penggunaannya

saat praktikum.

K. DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M. Dayrit, M., W. dan Siswadi, Y. 2009. Prinsip dan Praktik Keperawatan

Perioperatif. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Gunawan, A., W. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Gruendemann, B., J. dan Fernsebner., B. 2006. Buku Ajar Keperawatan Perioderatif.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Pruss, A. Girovil, E., Rushbrook, P. 2002. Pengelolaan Aman Limbah Layanan

Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Purnawijayanti, H., A. 2001. Sanitasi Higine dan Keselamatan Kerja dalam

Pengelolaan Makanan. Yogyakarta: Kanisius.

Priambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka

Utama.

Ratna. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Gramedia.

13

Anda mungkin juga menyukai