Anda di halaman 1dari 5

KUARSA

PROSES TERBENTUKNYA KUARSA

proses terbentuknya :Kuarsa terbentuk karena proses pengkristalan magma pada suhu sekitar
6000. Kuarsa berwarna putih pucat atau bias saja tidak berwarna sehingga bersifat asam dan
tergolong mineral felsic (Philip, 1912). Terdapat belahan yang tidak teratur, dan sedikit
pengotor berwarna hijau kecoklatan. Kuarsa memiliki system kristal segi enam, Mineral
kuarsa termasuk dalam mineral felsic. Terbentuk pada magma yang mengalami pengkristalan
dengan suhu yang rendah. Sehingga bersifat asam dan mempunyai warna putih.dapat
ditemukan kuarsa berwarna seprti asap atau smoky. Kadang-kadang juga dengan warna ungu
atau merah lembayung. Nama kuarsa yang demikian disebut almethys atau merah muda,
hingga kuning kecoklatan. Warna yang bermacam-macam disebabkan adanya unsur-unsur di
dalam mineral yang tidak bersih.

SISTEM KRISTAL KUARSA ( HEXAGONAL )

Pada sistem ini terdapat 4 sumbu kristal dimana salah satu sumbu tegak lurus terhadap ketiga
sumbu yang lain. Ketiga sumbu tersebut membentuk sudut 120o terhadap sumbu satu dengan
yang lainnya. Tidak hanya itu, ketiga sumbu memiliki panjang yang sama, sedangkan sumbu
yang tersisa memilliki ukuran lebih panjang. Contoh dari mineral pada sistem hexagonal
yaitu quartz, hematite, corundum, apatite, calcite.
DOLOMIT

PROSES TERBENTUKNYA DOLOMIT

Dolomit berasal dari lingkungan sedimen yang sama seperti kapur - hangat, dangkal,
lingkungan laut di mana lumpur kalsium karbonat terakumulasi dalam bentuk shell puing-
puing, feces, fragmen karang dan karbonat presipitat . Dolomit diperkirakan terbentuk ketika
kalsit (CaCO2) dalam karbonat lumpur atau batu kapur dimodifikasi oleh air tanah yang kaya
magnesium. Ketersediaan magnesium memfasilitasi konversi kalsit menjadi dolomit (CaMg(
CO2)3) . Perubahan kimia ini dikenal sebagai " pendolomitan . " Pendolomitan benar-benar
dapat mengubah batu kapur menjadi dolomit atau sebagian mengubah batu untuk membentuk
" kapur dolomite.

SISTEM KRISTAL DOLOMIT ( HEXAGONAL )

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu
lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain.
Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
KUARSIT

PROSES TERBENTUKNYA KUARSIT


Kuarsit termasuk jenis batuan metamorfosa yang kaya akan mineral-mineral kuarsa.
Dapat terbentuk dari urat-urat kuarsa, batu pasir kuarsa atau batu pasir yang tersemen oleh
silica dan kemudian mengalami proses metamorfosa akibat tekanan dan temperatur yang
tinggi selama jangka waktu tertentu. Kuarsit bersifat sangat keras, kompak, masif dan
kristalin. Dapat juga mempunyai laminasi yang sangat halus sampai kasar dan bahkan dapat
berukuran kerikil. Warnanya bervariasi dari putih, kelabu, hijau, kemerahan sampai
kecoklatan atau campuran dari warna terang. Sifatnya transparan sampai opak. Pecahnya
tidak rata, konkoidal atau menyuban (splintery).

SISTEM KRISTAL DOLOMIT ( HEXAGONAL )


Pada sistem ini terdapat 4 sumbu kristal dimana salah satu sumbu tegak lurus terhadap ketiga
sumbu yang lain. Ketiga sumbu tersebut membentuk sudut 120o terhadap sumbu satu dengan
yang lainnya. Tidak hanya itu, ketiga sumbu memiliki panjang yang sama, sedangkan sumbu
yang tersisa memilliki ukuran lebih panjang. Contoh dari mineral pada sistem hexagonal
yaitu quartz, hematite, corundum, apatite, calcite.
GRANIT MERAH

PROSES TERBENTUKNYA GRANIT

Batuan ganit termasuk kategori batuan beku intrusif, yaitu batuan beku yang terjadi
akibat proses intrusi magma. Arti dari intrusi magma sendiri adalah proses menerobosnya
magma dari dalam perut bumi melalui celah- celah kerak bumi, tapi tidak sampai ke
permukaan . Proses terbentuknya batuan granit merupakan bagian dari proses pembentukan
batuan beku, akan tetapi tidak sama dengan proses terbentuknya batuan
sedimen maupun batuan metamorf.

SISTEM KRISTAL GRANIT

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang
yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
System Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut
kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus
(90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).

Anda mungkin juga menyukai