Abstract
Transportation modes that reach the small island is still very low because only one time in a day crossing
between these small islands to Makassar. As well as port and dock facilities are needed especially in the outer
islands of Makassar. Provision of transportation facilities needed partnership between private sector and
government.
PENDAHULUAN
Pembangunan infrastruktur transportasi mempunyai peran penting dalam pengembangan
suatu wilayah serta mendukung pertumbuhan sektor-sektor lain. Ketersediaan aksesibilitas
ataupun keterjangkauan pelayanan infrastruktur transportasi dapat lebih mempererat
dukungan antar wilayah maupun pemerataan pembangunan antar wilayah.Transportasi
merupakan industri jasa yang mengemban fungsi pelayanan publik dan misi pembangunan
nasional, yang secara umum menjalankan fungsi sebagai katalisator pendukung
pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Pembangunan transportasi berpedoman pada sistem
transportasi nasional (Sistranas), diarahkan untuk mendukung perwujudan Indonesia yang
lebih sejahtera sejalan dengan upaya perwujudan Indonesia yang aman dan damai serta adil
dan demokratis.
Transportasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi berfungsinya suatu
kegiatan masyarakat. Transportasi juga sangat berkaitan erat dengan pola hidup
masyarakat lokal serta daerah layanan atau daerah pengaruh aktivitas produksi dan sosial,
serta barang-barang dan jasa yang dapat dikonsumsi.
Kota Makassar sebagai salah satu Ibukota Metropolitan di Indonesia memiliki pulau-pulau
kecil dengan berbagai potensi dan keunikan yang dimiliki pada masing-masing pulau
tersebut. Pulau-pulau kecil di wilayah Kota Makassar hingga saat ini baru sebagian kecil
yang digarap dan dikembangkan. Dimana sarana dan prasarana yang terdapat pada pulau-
pulau kecil ini masih sangat terbatas khususnya moda transportasi yang menjangkau pulau-
pulau kecil masih sangat minim dikarenakan dalam sehari hanya sekali saja tersedia
penyeberangan antar pulau. Ada sebelas pulau kecil yang berada diwilayah Kota Makassar
yakni : P. Lanjukang, P. Langkai, P. Lumu-lumu, P. Bonetambung, P. Kodingareng Keke,
P. Samalona, P. Barang Lompo, P. Kodingareng Lompo, P. Barang Caddi, P. Lae-lae serta
P. Kayangan. Dari ke sebelas pulau-pulau kecil yang termasuk dalam wilayah Kota
Makassar ini yang terlayani transportasi reguler baru 5 pulau yaitu : P. Barang Lompo, P.
1
Simposium XIII FSTPT, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 8-9 Oktober 2010
TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan ini mencakup kajian terhadap pengembangan prasarana dan sarana
transportasi antar pulau-pulau kecil.
Menurut Tamin (2000), Sistem adalah gabungan beberapa komponen atau obyek yang
saling berkaitan. Sistem transportasi tersebut terdiri dari, sistem kegiatan, sistem jaringan
prasarana transportasi, sistem pergerakan lalu lintas, dan sistem kelembagaan.
Dalam Sistranas 2005 mangatakan bahwa sistem transportasi terdapat dua aspek yang
sangat penting, yakni aspek sarana dan prasarana. Kedua aspek ini sering disebut sebagai
bagian yang mempunyai peranan dalam menunjang kesejahteraan dan kebutuhan
masyarakat dalam beraktifitas.
Transportasi diartikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari tempat asal ke tempat
tujuan serta fasilitas yang digunakan untuk tujuan tersebut. Sistem transportasi berkaitan
erat dengan sistem aktifitas dan sistem lalu lintas yang ada, karena transportasi merupakan
permintaan turunan yaitu permintaan yang timbul akibat permintaan yang lain. (Jinca,
2002;1-7).
Transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan kita. Transportasi
adalah suatu kegiatan untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat
lain dan fasilitas yang digunakan untuk memindahkannya. Perpindahan atau pergerakan
manusia merupakan hal penting untuk dipikirkan, khususnya didaerah perkotaan,
sedangkan angkutan barang sangat penting untuk menunjang kehidupan perekonomian
(Hendarto,Sri;2001).
Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan menghasilkan pergerakan manusia dan
/atau barang dalam bentuk pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah, handal dan
sesuai dengan lingkungannya dapat tercipta jika pergerakan tersebut diatur oleh sistem
rekayasa dan manajemen lalu lintas yang baik.
Jaringan transportasi terdiri dari jaringan prasarana dan jaringan pelayanan. Jaringan
pelayanan transportasi adalah susunan rute-rute pelayanan transportasi yang membentuk
2
Simposium XIII FSTPT, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 8-9 Oktober 2010
satu kesatuan hubungan, sedangkan jaringan prasarana adalah serangkaian simpul yang
dihubungkan oleh ruang lalu lintas, sehingga membentuk kesatuan.
Menurut Jinca (2001), perencanaan transportasi merupakan salah satu pengembangan
konsep-konsep dengan pendekatan sistem, menggunakan prinsip dan teknik peramalan.
Permintaan akan transportasi perkotaan yang sahih secara keilmuan maupun metodologi.
Perencanaan transportasi bertujuan mengembangkan sistem transportasi yang
memungkinkan manusia dan barang bergerak/berpindah tempat dengan aman, murah,
cepat, dan nyaman dalam artian efisien dan efektif.
Dalam (Sistranas 2005;24) kondisi transportasi saat ini merupakan salah satu modal
dasardalam mewujudkan transportasi yang efektif dan efisien. Secara umum indikator
kinerja transportasi dapat dibedakan antara dimensi jaringan prasarana jaringan pelayanan.
Efektifitas dapat diukur dari indikator kinerja yang diantaranya adalah aksesibilitas tinggi,
selamat,terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah, tepat waktu,
nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, dan rendah polusi. Dan efisien dalam arti beban
publik rendah dan utilities tinggi dalam satu kesatuan jaringan transportasi nasional.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan
terdapat pada Bab VII pasal 42 – 46.
METODE PEMBAHASAN
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka jenis penelitian ini adalah
adalah non ekperimental bersifat deskriptif kualitatif mengkaji pengembangan sarana dan
prasarana transportasi pada pulau-pulau kecil di wilayah Kota Makassar. Data diperoleh
dengan observasi dan wawancara kepada stakeholder dan warga yang bermungkim di
lokasi penelitian.
Lokasi penelitian difokuskan pada pulau Lanjukang, Langkai, Lumu-Lumu, Bonetambung,
Kodingareng Keke, Samalona dasar pertimbangan penentuan lokasi penelitian adalah
karena terbatasnya akses transportasi menuju pulau-pulau tersebut.
3
Simposium XIII FSTPT, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 8-9 Oktober 2010
4
Simposium XIII FSTPT, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 8-9 Oktober 2010
Olehnya diperlukan arah kebijakan pembangunan transportasi laut lainnya yang terkait
peningkatan daya saing sektor riil, antara lain adalah
a. Meningkatkan kualitas dan kapasitas pelayanan transportasi laut untuk mendukung
kelancaran distribusi barang dan jasa serta mendukung pengembangan daerah
pariwisata dan sentra-sentra produksi perikanan dan industri;
b. Mendorong efisiensi transportasi barang dan penumpang terutama dari aspek
penegakan hukum, deregulasi pungutan dan retribusi di jalan, penataan jaringan dan
ijin trayek;
c. Meningkatkan strategi pelayanan angkutan yang lebih berdaya saing secara antarmoda
dan intermoda;
d. Meningkatkan kelancaran, kapasitas dan kualitas pelayanan pada lintas dan koridor
yang telah jenuh dan kesinambungan transportasi laut yang terputus di dalam pulau
(sungai dan danau) dan antarpulau dengan pelayanan point to point;
e. Mengembangkan transportasi laut massal di kepulauan yang terjangkau dan efisien
f. Memenuhi perkembangan teknologi dan ketentuan internasional.
Strategi untuk pelaksanaan arah kebijakan tersebut adalah: (1) membangun sarana dan
prasarana transportasi laut di wilayah cepat tumbuh; (2) membangun sistem pelayanan
terpadu (National Single Window) di pelabuhan-pelabuhan utama, (3) membangun sarana
dan prasarana berbasis subsektor dan per pulau; (4) menyelesaikan masterplan transportasi
laut per pulau; (5) menunjang program pembangunan pembangkit listrik 10.000 Mega
Watt; (6) mengembangkan sarana dan prasarana laut yang terpadu dengan pengembangan
wilayah; serta (7) mengembangkan jaringan pelayanan penyeberangan sebagai
penghubung jalur jalan yang terputus di perairan
Ketiga, untuk mendukung kelancaran distribusi barang, jasa, dan informasi baik dalam
transportasi antar kepulauan dengan kebijakan pembangunan transportasi melalui skema
Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dilakukan dengan: (a) mendorong peran swasta
pada sektor transportasi melalui reformasi kelembagaan dan peraturan perundang-
undangan yang memungkinkan penyediaan infrastruktur dilakukan secara efektif dan
efisien melalui kompetisi yang adil, transparan dan terbuka, (b) mendorong kerjasama dan
peningkatan kapasitas pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam merencanakan,
mempersiapkan serta melakukan transaksi proyek KPS, (c) melakukan bundling dan
unbundling proyek KPS sektor transportasi dan menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung
kelayakan proyek untuk lebih menarik untuk swasta dalam KPS.
Strategi untuk pelaksanaan arah kebijakan tersebut adalah: (a) melibatkan berbagai sumber
pendanaan dalam pembiayaan pembangunan sarana dan prasarana transportasi laut
termasuk dana infrastruktur, perbankan, pasar modal, dana pensiun, asuransi, dan obligasi,
baik domestik maupun internasional; (b) deregulasi sektor transportasi untuk
meningkatkan keterlibatan swasta dan masyarakat, antara lain, melalui penerapan tarif
yang bersifat pemulihan biaya dan kepastian penerapan tarif berkala, dengan
mempertimbangkan aspek sosia-ekonomi dan kemampuan daya beli masyarakat, dan
penerapan manajemen resiko yang tepat; (c) menciptakan peraturan perundang-undangan
yang lebih operasional yang merupakan turunan dari UU bidang transportasi; (d)
mendorong restrukturisasi dan reformasi kelembagaan meliputi pemberdayaan Simpul
KPS (PPP Nodes) dan peningkatan kapasitas fungsi regulator ekonomi dan penanggung
jawab proyek serta reposisi BUMN sektor transportasi sebagai operator sepenuhnya
5
Simposium XIII FSTPT, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 8-9 Oktober 2010
Tabel 1 Sarana dan Prasarana yang terdapat pada pulau-pulau kecil sebagai berikut :
Jarak Dari Prasarana
No. Nama Pulau Luas Sarana Transportasi
Kota Makassar Transportasi
1 Lanjukang 40,17 km 11 ha Belum Tersedia Belum tersedia
Transportasi Reguler fasilitas dermaga
2 Langkai 35,8 km 142 ha Belum Tersedia Terdapat sebuah
Transportasi Reguler dermaga perahu di
sisi utara pulau
3 Lumu-Lumu 27,54 km 3,75 ha Belum Tersedia Terdapat sebuah
Transportasi Reguler dermaga kayu di sisi
timur pulau
4 Bone Tambung 17,87 km 5 ha Belum Tersedia Telah dibangun
Transportasi Reguler dermaga di sisi
selatan pulau
5 Kodingareng 15,05 km 14 ha Sudah Tersedia Terdapat 2 buah
Lompo Transportasi Reguler dermaga di sisi timur
pulau
6 Kodingareng keke 13,48 km 1 ha Belum Tersedia
Transportasi Reguler -
7 Barang Lompo 12,77 km 19,23 ha Sudah Tersedia Ada 2 buah dermaga
Transportasi Reguler (tradisional dan semi
permanen)
8 Barang Caddi 11,15 km 4 ha Sudah Tersedia Terdapat sebuah
Transportasi Reguler dermaga di sisi barat
pulau
9 Samalona 6,8 km 2,34 ha Belum Tersedia Terdapat sebuah
Transportasi Reguler dermaga
10 Lae-Lae 1,2 km 11,6 ha Sudah Tersedia Terdapat sebuah
Transportasi Reguler dermaga kayu
11 Kayangan 800 m 1 ha Sudah tersedia perahu Sudah dilengkapi
penyeberangan pelabuhan
penyeberangan
khusus bagi
wisatawan
6
Simposium XIII FSTPT, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 8-9 Oktober 2010
Adapun hasil analisis indikator kinerja transportasi pada pulau pulau kecil di wilayah Kota
Makassar berdasarkan data dari hasil pengamatan dan wawancara di lapangan disajikan
pada tabel dibawah ini:
Tabel 3 Indikator Kinerja Transportasi Pada Pulau-Pulau Kecil di Kota Makassar
Keterangan
Pulau Lanjukang
SB B C KB TB
a. Aksesibilitas √
b. Kapasitas √
c. Lancar dan cepat √
1
d. Mudah dicapai √
e. Kenyamanan √
f. Tepat waktu √
g. Tariff terjangkau √
h. Efisien √
2 Pulau Lumu-Lumu
a. Aksesibilitas √
b. Kapasitas √
c. Lancar dan cepat √
d. Mudah dicapai √
e. Kenyamanan √
f. Tepat waktu √
g. Tarif terjangkau √
h. Efisien √
3 Pulau Bonetambung Bone
a. Aksesibilitas √
b. Kapasitas √
c. Lancar dan cepat √
d. Mudah dicapai √
e. Kenyamanan √
f. Tepat waktu √
g. Tarif terjangkau √
h. Efisien √
7
Simposium XIII FSTPT, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 8-9 Oktober 2010
8
Simposium XIII FSTPT, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 8-9 Oktober 2010
9
Simposium XIII FSTPT, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 8-9 Oktober 2010
KESIMPULAN
Jumlah sarana dan prasarana transportasi untuk mendukung pergerakan dari dan ke
pulau-pulau kecil masih sangat terbatas terutama untuk prasarana pelabuhan dan
dermaga;
Perlu pengembangan moda transportasi untuk pulau Lumu-Lumu, Pulau Lanjukang,
dan Pulau Langkai dimana ketiga pulau ini merupakan pulau terluar Kota Makassar;
Penyediaan angkutan penyeberangan antar pulau dengan mendapatkan subsidi dari
pemerintah;
Hal strategis yang perlu dipikirkan dalam upaya pengembangan sistem transportasi di
pulau-pulau kecil di wilayah Kota Makassar adalah bagaimana meningkatkan sistem
transportasi pada pulau-pulau kecil tersebut sehingga dapat meningkatkan aksesibilitas
antar pulau. Pemikiran ini menjadi sangat penting dengan pertimbangan bahwa
kekuatan atau kemampuan serap pasar internal sangat terbatas dan biaya transportasi
(transportation cost) dari dan ke pulau-pulau kecil yang relatif masih sangat tinggi.
.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri R, dkk. 1996. Pengelolaan Sumber daya Wilayah Pesisir dan Kelautan Secara
Terpadu, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta.
Kusumastanto, T. 2003. Ocean Policy dalam Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi
Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tamin, OZ. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transaportasi, edisi kedua Penerbit
Institut Teknologi.
Undang-Undang RI No. 27 Tahun 2007, Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil.
10