Anda di halaman 1dari 128

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM

PELAYANAN PERPANJANGAN SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN


BERMOTOR
(Studi Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kota Batu)

SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

Oleh:
ANDREAS DONA
NIM. 2014210012

KOMPETENSI KEBIJAKAN PUBLIK


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM


PELAYANAN PERPANJANGAN SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN
BERMOTOR
( Studi Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kota Batu )

SKRIPSI

OLEH:
ANDREAS DONA
NIM. 2014210012

Disetujui oleh Dosen Pembimbing


Untuk Dipertahankan di Depan Tim Penguji
Pada tanggal: 28 Agustus 2018

Dosen Pembimbing, Dosen Pembimbing


Utama, Pendamping,

Dody Setyawan, S.Sos., M.AP Firman Firdausi, SH., MH

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Roro Merry Chornelia W, S.PD., M.AP


LEMBAR PENGESAHAN

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM


PELAYANAN PERPANJANGAN SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN
BERMOTOR
( Studi Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kota Batu )
SKRIPSI

OLEH:
ANDREAS DOANA
NIM. 2014210012

Telah dipertahankan di hadapan dan telah diterima


Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Tim Penguji :

1. Dody Setyawan, S.Sos., M.AP

2. Firman Firdausi, SH., MH

3. Dr. Cahyo Sasmito, SH., M.Si

Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Willy Tri H., S.Sos., MM., M.AP


HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ANDREAS DONA


NIM : 2014210012
Program Studi : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Menyatakan Bahwa Skripsi Berjudul :


IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM
PELAYANAN PERPANJANGAN SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN
BERMOTOR
( Studi Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kota Batu )

Merupakan karya tulis yang Saya buat sendiri dan menurut pengamatan dan
keyakinan Saya, skripsi ini tidak mengandung bagian skripsi atau karya tulis yang
pernah diterbitkan atau ditulis oleh orang lain kecuali kutipan referensi yang
dimuat didalam naskah skripsi ini.

Apabila ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya sanggup
menerima sanksi akademik apapun dari Universitas Tribhuwana Tunggadewi.

Malang, 28 Agustus 2018


Yang menyatakan

Andreas Dona
2014210012
HALAMAN MOTTO

HIDUP TERLALU SINGKAT UNTUK MENGELUH, TERUSLAH

MELANGKAH DAN YAKINLAH KEBERHASILAN DAPAT DIRAIH

DENGAN USAHA, KERJA KERAS, KETEKUNAN DAN

KESABARAAN YANG DISERTAI DOA.

ROMA 12:12

BERSUKCITALAH DALAM PENGHARAPAN, SABARLAH DALAM

KESESAKAN, DAN BERTEKUNLAH DALAM DOA.


HALAMAN PERSEMBABAN

Puji dan syukurku sembahkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa nan Maha
Penyanyang dan Pengasih, atas Anugerah yang Telah Engkau berikan dan Engkau
jadikan aku manusia yang senantiasa berakal, berilmu, beriman dan bersabar
dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi harapan untuk
melangkah meraih masa depan yang gilang-gemilang. Amin
Kuucapkan terimakasih dan kupersembahkan karya sederhana ini untuk
Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini
memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan
yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada
didepanku. Ayah, Ibu, terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk
membalas semua pengorbananmu, dalam hidipmu demi hidupku kalian ikhlas
mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh
nyawa hingga segalanya. Maafkan anakmu Ayah, Ibu masih saja ananda
menyusahkanmu. Ya Tuhan terimakasih telah Kau tempatkan aku diantara kedua
malaikat-Mu yang setiap waktu ikhlas menjagaku, mendidikku, membimbingku
dengan baik dan sepenuh hati. Kiranya senantiasa Engkau berikan yang terbaik
untuk mereka dan berkati dan lindungilah mereka dari pada malapetaka sehingga
kesakitan tidak menimpa mereka. Amin. Untukmu Ayah (Efpan Sumarno), Ibu
(Rupina Dayung). Terimaksih. God Bless You
Dalam setiap langkahku aku selalu berusaha mewujudkan harapan-harapan
yang kalian impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih, kiranya atas
dukungan doa semua kiranya mimpi itu akan terjawab di masa penuh harapan
nanti. Untuk itu kupersembahkan ungkapan terimakasihku kepada:
Abangku (Anggi Mora) dan kakakku (Rupisa) yang telah memberiku
dukungan dan semangat buatku terus melangkah, maafkan jika banyak hal yang
belum pas dari kata, sikap dan kelakuan adikmu ini, tapi aku akan selalu berusaha
untuk menjadi yang terbaik untuk kalian.
Untuk teman-teman seperjuanganku, Benivasius Beni, Rano, Paulus Miki
Sabta, Aprianus Jefri, Edu, Teguh Arya Arista, Lia, Nina Agustina, Fiona, Sri
Jumanti, Lia Hati.
Andreas Dona, IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD
GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PERPANJANGAN SURAT TANDA
NOMOR KENDARAAN BERMOTOR PADA KANTOR SISTEM
ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP KOTA BATU
(Studi Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kota Batu)

Dosen Pembimbing Utama : Dody Setyawan, S.Sos., M.AP


Dosen Pembimbing Pendamping : Firman Firdausi, SH., MH

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Implementasi Prinsip-Prinsip


Good Governance dalam Pelayanan Perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kota Batu dan
untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Prinsip-
Prinsip Good Governance dalam Pelayanan Perpanjangan Surat Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kota
Batu. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Sumber data yang diperoleh dengan menggunakan teknik purposive
sampling, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif, yaitu analisis data model interaktif, yang diawali dengan
proses pengumpulan data, penyederhanaan data, (data reduction), penyajian data
(data display) dan penarikan kesimpulan. Dari hasi penelitian ini menyimpulkan
bahwa dalam pelaksanaan pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan
bermotor di kantor sistem administrasi manunggal satu atap sudah transparan
yang mana informasi yang diberikan mengenai biaya, prosedur administrasi,
waktu pelayanan sudah jelas dengan memasang bener di sekitar kantor, namun
masih adanya kendala dalam pelayanan yang mana terdapat dari sebagian
masyarakat yang buta huruf.

Kata Kunci: Good governance, Implementasi Kebijakan, Pelayanan


Andreas Dona, IMPLEMENTATION OF GOOD GOVERNANCE
PRINCIPLES IN VEHICLE REGISTRATION CERTIFICATE
EXTENSION SERVICE AT THE ADMINISTRATIVE OF INTEGRATED
SERVICE IN BATU CITY
(Study in the Administrative System Office Integrated f Batu City)

Main Supervisor : Dody Setyawan, S.Sos., M.AP


Co Supervisor : Firman Firdausi, SH., MH

ABSTRACT

The purpose of this study is to find out the Implementation of Good


Governance Principles in Vehicle Registration Certificate service and also the
supporting factors and the inhibiting factors of the implementation of good
governance at the administrative of integrated service in Batu City. Data
collection are done through observation, interviews and documentation. The
sources of data obtained by using purposive sampling technique, data analysis that
used in this study is a qualitative descriptive method, that is analysis of interactive
model data, which begins with the process of data collection, data simplification,
(data reduction), data presentation (data display) and conclusion. The results of
this study concluded that in the implementation of vehicle registration certificate
extension service is already known by public or transparent, Which is the cost
information is given clearly, administrative procedures, service time is clear by
installing a banner around the office, but there are still obstacles in services which
are some communities are illiterate.

Keywords: Good governance, Implementation of Policy, Services


KATA PENGANTAR

Dengan segala Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Allah Bapa Yang

Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga penulis mampu dan

dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini dengan judul

“IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM

PELAYANAN PERPANJANGAN SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN

BERMOTOR” diajukan untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan Gelar

Sarjana Sosial Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal penelitian ini tidak dapat

terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Pro. Ir. Eko Handayanto, M.Sc., PhD, selaku Rektor Universitas

Tribhuwana Tunggadewi Malang.

2. Bapak Willy Tri H, S.Sos., MM., M.AP, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.


3. Ibu Roro Merry Chornelia Wulandari, S.Pd., M.AP, selaku Ketua Program

Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Malang.
4. Bapak Dody Setyawan, S.Sos., M.AP, selaku Dosen Pembimbing I saya

yang telah membantu dengan sepenuh hati, memberikan saran, masukan

dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.


5. Bapak Firman Firdausi, SH., MH, selaku Dosen Pembimbing II saya yang

selalu memberi bimbingan, masukan, saran dan motivasi dalam penulisan

skripsi ini.
6. Kepada seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Tribhuwana Tunggadewi Malang.


7. Kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan segalanya, baik

secara moral dan material serta kasih sayang tak terhingga kepada penulis

dengan tanpa pamrih dalam mengiringi langkah penulis dalam menjalani

perjuangan studi.
8. Rekan-rekan seperjuangan yang telah banyak mendukung dan memberikan

motivasi serta semangat yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang

telah banyak membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi

sumbangan berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 28 Agustus 2018


Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Halaman Motto
Halaman Lembar Persetujuan
Halaman Lembar Pengesahan
Halaman Pernyataan Orisinalitas
Halaman Ringkasan
Halaman Summary
Halaman Persembahan
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................iii
Daftar Tabel.....................................................................................................v
Daftar Gambar/Bagan....................................................................................vii
Daftar Lampiran.............................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1...................................................................................................... Lata
r Belakang....................................................................................1
1.2...................................................................................................... Ru
musan Masalah............................................................................8
1.3...................................................................................................... Tuju
an Penelitian................................................................................8
1.4...................................................................................................... Man
faat Penelitian..............................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................10


2.1. Penelitian Terdahulu..................................................................10
2.2. Kebijakan Publik.......................................................................11
2.2.1. Pengertian Kebijakan Publik..........................................11
2.2.2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik......................................12
2.3. Model Kebijakan Publik............................................................14
2.4. Implementasi Kebijakan Publik.................................................16
2.4.1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik...................16
2.4.2. Model Implementasi Kebijakan Publik..........................17
2.5. Konsep Good Governance.........................................................19
2.5.1. Pengertian Good Governance........................................19
2.5.2. Prinsip-prinsip Good Governance..................................20
2.5.3. Asas-asas Good Governance..........................................21
2.6. Pelayanan Publik.......................................................................28
2.6.1. Pengertian Pelayanan Publik..........................................28
2.6.2. Asas-asas Pelayanan Publik...........................................29
2.7. Pelayanan Pembuatan Surat Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor....................................................................................30
2.7.1. Pengertian Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor....30
2.7.2. Syarat Pembuatan Surat Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor.........................................................................31
BAB III METODE PENELITIAN................................................................33
3.1. Jenis Penelitian..........................................................................33
3.2. Lokasi Penelitian.......................................................................34
3.3. Fokus Penelitian........................................................................34
3.4. Sumber Data..............................................................................35
3.5. Informan....................................................................................36
3.6. Instrumen Penelitian..................................................................36
3.7. Teknik Pengumpulan Data.........................................................37
3.7.1. Observasi........................................................................38
3.7.2. Wawancara......................................................................38
3.7.3. Dokumentasi...................................................................38
3.8. Teknik Analisa Data...................................................................39
3.8.1. Data Reduction...............................................................39
3.8.2. Data Display (Penyajian data)........................................39
3.8.3. Penarikan Kesimpulan/Verification................................39
3.9. Keabsahan Data.........................................................................40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................42


4.1. Gambaran Umum......................................................................42
4.1.1. Sejarah............................................................................42
4.1.2. Profil Kota Batu..............................................................44
4.1.3. Keadaan Geografis.........................................................45
4.2. Profil Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
Kota Batu...................................................................................50
4.2.1. Sejarah SAMSAT...........................................................50
4.2.2. Sejarah dan Wilayah Kerja Samsat Kota Batu...............52
4.2.3. Kondisi Demografi.........................................................52
4.2.4. Visi dan Misi Samsat Kota Batu.....................................56
4.3. Penyajian Data Penelitian..........................................................58
4.3.1. Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam
Pelayanan Perpanjangan Surat Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor 58
4.3.2. Faktor Pendukung Implementasi Prinsip-Prinsip
Good Governanc dalam Pelayanan Perpanjangan
Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
di Samsat Kota Batu.......................................................71
4.3.3. Faktor Penghambat Implementasi Prinsip-Prinsip
Good Governance dalam Pelayanan Perpanjangan
Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
di Samsat Kota Batu......................................................73
4.4. Pembahasan dan Hasil...............................................................75
4.4.1. Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance
Dalam Pelayanan Perpanjangan Surat Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor..........................................75
4.4.2. Faktor Pendukung Implementasi Prinsip-Prinsip
Good Governance dalam Pelayanan Perpanjangan
Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
di Samsat Kota Batu........................................................84
4.4.3. Faktor Penghambat Implementasi Prinsip-Prinsip
Good Governance dalam Pelayanan Perpanjangan
Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
di Samsat Kota Batu........................................................84

BAB V PENUTUP...........................................................................................86
5.1. Kesimpulan.................................................................................86
5.2. Saran...........................................................................................87

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................88
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama............................................53


Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Wilayah Kecamatan.......................55
Tabel 4.3. Data Jumlah Pegawai Samsat Kota Batu.........................................64
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Model Pendekatan Direct and Inderect Impact Implementation....17


Gambar 2. Triangulasi Sumber Data................................................................41
Gambar 3. Peta Daerah Kota Batu....................................................................49
Gambar 4. Struktur Organisasi Samsat Kota Batu...........................................57
Gambar 5. Standar Prosedur Pelayanan............................................................70
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Interview Guide


Lampiran 2. Hasil Reduksi Data Primer
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 4. Lokasi Penelitian
Lampiran 5. Dokumentasi Standar Pelayanan
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian BAPEDA
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian KANTOR SAMSAT
Lampiran 8. Kartu Konsultasi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejalan dengan berkembangnya era reformasi pemerintah dituntut untuk

meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. Pelayanan terhadap masyarakat

sesuai dengan prinsip kepemerintahan yang baik (good governance) yaitu

terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas (efektif dan efsien) sebagai tujuan

dari pendayagunaan aparatur negara. Aparatur negara sebagai yang menjalankan

kepemerintahan didorong memiliki kesadaran akan pentingnya kualitas kinerja

dalam melakukan pelayanan terhadap masyarakat dimana masyarakat akan

merasa terpuaskan akan pelayanan yang diberikan, karena berdasarkan tujuan

pembentukan negara untuk melindungi kepentingan masyarakat dan fungsi utama

pemerintah adalah kepada masyarakat, maka aparat yang menjalankan fungsi

pemerintah itu adalah pengemban tugas pelayanan terhadap masyarakat. Jadi

bukan sebaliknya untuk minta dilayani oleh masyarakat. Untuk itu, pemerintah

berkewajiban memenuhi kebutuhan masyarakat dan melindungi kepentingan

masyarakat itu agar masyarakat dapat terpuaskan.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

menyatakan negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk

untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik,

sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara dan

penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dalam pelayanan publik.


2

Dilihat dari undang-undang tersebut bahwa sangat penting bagi

kepemerintahan dalam suatu negara memiliki kesadaran dalam meningkatkan

mutu pelayanan bagi masyarakat karena merupakan tanggung jawab negara dalam

melaksanakan pelayanan publik. Kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor

25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik adalah undang-undang yang mengatur

prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektivitas fungsi-fungsi

pemerintah itu sendiri. Pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahan atau

koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia,

mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial, mengurangi kemiskinan,

meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya

alam, memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi publik.

Membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang

dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus

dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan

penduduk tentang peningkatan pelayanan publik, sebagai upaya untuk

mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara dan penduduk serta

terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik, diperlukan norma hukum yang memberi pengaturan secara

jelas, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan

pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang

baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk

dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Selain itu Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 dalam Sedarmayanti,
3

(2012:4) merumuskan arti good governance sebagai berikut: “kepemerintahan

yang mengemban akan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas,

akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas,

supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.

Disadari peningkatan kualitas pelayanan publik, senantiasa harus

memperlihatkan tuntutan dan dinamika masyarakat yang berada dalam suasana

reformasi, demokrasi, desentralisasi dan otonomi daerah serta penegakan HAM.

Dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :

63/KEP/M.PAN/7/2013 tentang Pedoman Pelayanan Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan efektif

dan efisien kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur

pemerintah sebagai abdi masyarakat. Kelompok pelayanan publik dalam

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :

63/KEP/M.PAN/7/2013 adalah:

a. Kelompok pelayanan administratif yaitu pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik,

misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi kepemilikan

atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-

dokumen itu antara lain Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Kelahiran,

Akte Pernikahan, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor

(BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan

(STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat

Kepemilikan/Penguasaan Tanah dan sebagainya.


4

b. Kelompok pelayanan barang yaitu pelayanan yang menghasilkan

berbagai betuk/jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya

jaringan telpon, penyediaan tenaga listrik, air bersih dan sebagainya.

c. Kelompok pelayanan jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai

bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan,

pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan

sebagainya.

Dari peraturan perundang-undangan tersebut bahwa pemerintah sebagai

penyelenggara pelayanan publik berkewajiban memberikan pelayanan yang

transparan, efektif dan efisien sesuai dengan pemerintahan yang baik (good

governance) salah satunya yaitu dalam Pelayanan Perpanjangan Surat Tanda

Nomor Kendaraan (STNK) Bermotor di Kantor Sistem Administrasi Manunggal

Satu Atap (SAMSAT) Kota Batu Malang. Proses perpanjang STNK harus

membuang waktu cukup lama karena mesti mendatangi tiga kantor. Membayar

pajak harus datang ke kantor pajak. Esoknya, mereka yang hendak membayar

Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) dan harus

mendatangi kantor Asuransi Jasa Raharja. Dan mereka pun harus mendatangi

kantor polisi lalu lintas untuk memperoleh STNK. Masing-masing instansi belum

terintegrasi.
5

Pada tahun 1974-1976 Dengan Tujuan Registrasi dan Identifikasi Forensik

Ranmor dan data pengemudi lebih akurat, kecepatan dan kemudahan pelayanan

kepada masyarakat, dilakukan ujicoba pembentukan SAMSAT di Polda Metro

Jaya. Pada tahun 1976-1988 Berdasarkan INBERS 3 Menteri, Menhankam,

Menkeu & Mendagri No. Pol. KEP/13/XII/1976, No.KEP-1693/MK/IV/12/1976,

311 TAHUN 1976 bahwa Konsep SAMSAT diberlakukan di seluruh Indonesia

Kepolisian RI, PT Jasa Raharja (Persero) & Dinas Pendapatan Provinsi bersama-

sama. Meski demikian masing-masing instansi menerbitkan tanda bukti untuk

setiap pelunasan kewajiban di SAMSAT. Forum “Penataran Para Pimpinan Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I se Indonesia” diselenggarakan di

Jakarta dari tanggal 9 s.d. 17 April 1976 oleh Badan Pendidikan dan Latihan

Departemen Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri

No. 46 Tahun 1976 tanggal 24 Maret 1976. “Pedoman/Petunjuk Pelaksanaan

Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap dalam pengeluaran STNK,

Pembayaran PKB/BBNKB, SWDKLLJ yang dituangkan dalam Surat Edaran

Menteri Dalam Negeri No. 16 Tahun 1977 tanggal 28 Juni 1977

Berdasarkan INBERS, Menhankam, Menkeu & Mendagri No.

INS/03/X/1988, No. 5/IMK.013/1988, No. 13A Tahun 1988 dilakukan

penyederhanaan dokumen yaitu: Formulir permohonan/pendaftaran

STNK/Pajak/SWDKLLJ digabung jadi satu. Tanda Pelunasan Pembayaran

SWDKLLJ PT Jasa Raharja (Persero) yang tercantum dalam STNK/STCK

berlaku sebagai pengganti polis Asuransi (sertifikat). Pada tahun 1993-1999

Diberlakukan revisi masa berlaku STNK dan TNKB dari 1 tahun menjadi 5 tahun
6

namun setiap tahunnya melakukan pengesahan STNK berdasarkan INBERS

Panglima Angatan Bersenjata, Menkeu & Mendagri No. INS/02/II/1993, No.

01/IMK.01/1993, No.2A Tahun 1993. Mekanisme Perpanjangan STNK dibentuk

5 pokja (loket) untuk pelayanan.

Pada tahun 1999 s.d. Sekarang Berdasarkan INBERS Menhankam,

Menkeu & Mendagri No. Pol. INS/03/M/X/1999, No. 6/IMK.014/1999, No. 29

Tahun 1999 menetapkan penyempurnaan dan penyederhanaan sistem operasi

pelayanan dari 5loket menjadi 2 loket. 1.Pembayaran SWDKLLJ yang tertera

pada SKPD berfungsi sebagai pengganti polis asuransi (sertifikat). 2.Tanda

Pelunasan dan Pengesahan digabung dengan Surat Ketetapan Pajak Daerah

(SKPD) yang telah divalidasi cash register sebagai tanda bukti pembayaran.

Berdasarkan Peraturan Kepolisian Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012

menjelaskan bahwa “Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor yang

selanjutnya disingkat Regident Ranmor adalah fungsi Kepolisian untuk

memberikan legitimasi asal usul dan kelayakan, kepemilikan serta pengoperasian

Ranmor, fungsi kontrol, forensik Kepolisian dan pelayanan kepada masyarakat

melalui verifikasi, pencatatan dan pendataan, penomoran, penerbitan dan

pemberian bukti registrasi dan identifikasi Ranmor, pengarsipan serta pemberian

informasi.” Dari peraturan tersebut penting bagi Samsat Kota Batu dalam

memberikan kualitan kinerja yang baik dalam menjalankan peraturan tersebut.

Kantor Bersama Samsat Batu Kota merupakan pecahan dari Samsat

Malang Karangploso sebagai konsekuensi berdirinya Pemerintah Kota Batu dan

sebagai wujud komitmen dari Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur dalam
7

mempermudah akses masyarakat Kota Batu dalam Pembayaran Pajak Kendaraan

Bermotor. Berdirinya KB Samsat Batu Kota pada tahun 2006 berdasarkan SK

Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur No. 970/12057/101.21/2006. Wilayah

Administrasi pelayanan Samsat Batu Kota meliputi: Kecamatan Batu, Kecamatan

Bumiaji, Kecamatan Junrejo, Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang, dan

Kecamatan Kasembon.

Samsat Kota Batu merupakan salah satu pelayanan STNK yang

memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk menjamin keamanan masyarakat

dalam meningkatkan kualitas dalam mengendarai, sehingga keamanan dalam lalu

lintas terjaminlah ketertiban serta sejarah di atas tersebut sehingga menjadi alasan

peneliti untuk lebih memperhatikan ketertiban dalam pelayanan perpanjangan

STNK untuk itulah ketertarikan peneliti ingin lebih tahu lagi tentang Pelayanan

Perpanjangan STNK. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) adalah

dokumen yang berungsi sebagai tanda bukti legitimasi pendataran dan pengesahan

suatu kendaraan bermotor berdasarkan identitas dan kepemilikannya yang telah

didaftar. Di Indonesia, STNK diterbitkan oleh SAMSAT, yakni tempat pelayanan

penerbitan/pengesahan/perpanjangan STNK oleh tiga instansi: Polri, Dinas

Pendapatan Provinsi, dan PT Jasa Raharja. STNK merupakan titik tolak

kepemilikan yang sah atas sebuah kendaraan bermotor.

Melihat latar belakang tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Prinsip-Prinsip Good

Governance Dalam Pelayanan Perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor” (Studi Penelitian Pada Kantor Samsat Kota Batu).


8

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat diuraikan permasalahan dan pertanyaan yang

menjadi rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi prinsip-prinsip good governance dalam pelayanan

perpanjangan surat tanda nomor kendaraan bermotor pada Kantor Bersama

Samsat Kota Batu?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi prinsip-prinsip good

governance dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan

bermotor pada Kantor Bersama Samsat Kota Batu?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dilakukannya penelitiannya ini adalah untuk menjawab

rumusan masalah yang telah ditetapkan, yaitu:

1. Untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip good governance dalam

pelayanan perpanjangan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan bermotor

pada Kantor Bersama Samsat Kota Batu.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi

prinsip-prinsip good governance dalam pelayanan perpanjangan surat tanda

nomor kendaraan bermotor pada Kantor Bersama Samsat Kota Batu.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dari aspek teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk

mengaplikasikan berbagai teori yang berkaitan dengan objek penelitian ini,

sekaligus berguna bagi pengembangan ilmu pemerintahan


9

2. Dari aspek praktis, penelitian ini diharapkan agar memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah, khususnya pemerintah Kota Batu dalam

penyelenggaraan pelayanan Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap

(SAMSAT) dalam perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Dalam skripsinya Triantoro Doddy, (2015) dengan judul “Implementasi

Pelayanan perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor di Samsat

Samarinda Kota. Mengatakan bahwa layanan perpanjangan Surat Tanda Nomor

Kendaraan Bermotor di Kantor Samsat Samarinda belum berjalan optimal.

Dalam penelitian Noviandi Fransiskus Arby, (2017) dengan judul

“Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Meningkatkan Pelayanan

Pembuatan Surat Keteranagn Catatan Kepolisian (SKCK). Mengatakan bahwa

Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Meningkatkan Pelayanan

Pembuatan Surat Keterangan Catatan Pembuatan Surat Keterangan Catatan

Kepolisian (SKCK) Pada Kantor Polisi Resort Kota Batu sudah baik melalui

komunikasi yang diberikan kepada masyarakat dengan sopan dan ramah.

Ayu Amrina Rosyada, (2016:102-144) dengan judul “Analisis Penerapan

Prinsip Good Governance Dalam Rangka Pelayanan Publik Di Badan Pelayanan

Perizinan Terpadu Satu Pintu Di Kota Samarinda”. Mengatakan bahwa analisis

penerapan prinsip good governance dalam rangka pelayanan publik di badan

pelayanan perizinan terpadu satu pintu di Kota Samarinda sudah berjalan dengan
11

baik terutama dalam hal akuntabilitas, transparansi, partisipasi, aturan hukum,

efektivitas dan efisiensi serta resvonsibilitas.

Dari penelitian terhadulu tersebut berbeda dengan penelitian penulis yang

mana dalam penelitian penulis lebih memfokuskan membahas mengenai

transparansi dengan metode penelitian kualitatif dengan teknik penentuan

informan yaitu purposive sampling.

2.2. Kebijakan Publik

2.2.1. Pengertian Kebijakan Publik

Secara umum, istilah “kebijakan” atau “policy” digunakan untuk

menunjuk perilaku seseorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok,

maupun suatu lembega pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang

kegiatan tertentu, Winarno, (2014:19). Adapun suatu kebijakan merupakan dimana

seorang aktor berperan sebagai pelaku dalam menentukan kebijakan yang dibuat.

Sehingga dalam menentukan keputusan seorang pemerintah/pejabat harus teliti

untuk pengambilan keputusan itu sendiri. Kebijakan merupakan arah tindakan

yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor

dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan, Anderson dalam Winarno,

(2014:21). Sehingga dalam kebijakan publik terdapat berbagai tahap dalam

menentukan keputusan. Kebijakan publik merupakan suatu keputusan pemerintah

untuk membuat dan menerapkan aturan, undand-undang, serta akuntabilitas

pemerintah dalam membuat kebijakan. Oleh karena itulah, pentingnya kebijakan

publik merupakan pedoman bagi masyarakat untuk dapat melakukan dan


12

menerapkan berperan dalam menuangkan aspirasinya dalam menentukan

kebijakan publik. Sehingga dalam suatu kebijakan tentunya dapat menjadi

harapan bagi setiap instansi pemerintah dalam menjalani aturan-aturan dan

undang-undang di setiap ranah birokrasi di dalam menjalani tugas dan fungsi

dalam pemerintahan.

Wibawa dalam Setyawan, (2017:17) mengemukakan pendapat bahwa

kebijakan publik adalah setiap keputusan yang dibuat oleh pemerintah baik dari

tingkat pusat maupun tingkat terendah atau badan/lembaga/organ supra negara.

Pemerintah yang dimaksud ialah negara, provinsi, kabupaten-kota, desa, RW, RT.

Supra-negara yang dimaksud diisi seperti ASEAN, EU, PBB dan WTO, karena

semuanya itu adalah sistem politik.

Sedangkan Nugroho dalam Setyawan, (2017:18) secara sederhana

mengatakan bahwa kebijakan publik merupakan segala sesuatu yang dikerjakan

dan tidak dikerjakan pemerintah.

2.2.2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Tahap kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman

dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara

bertindak. Untuk itulah pentingnya tahap kebijakan dalam menentukan keputusan

haruslah berlandaskan kepada tahap kebijakan, (Sasmito, 2008:7).

Tahap-tahap kebijakan publik menurut Sasmito, (2008:7). Adalah sebagai berikut:

1. Tahap Penyusunan Agenda

Pada tahap ini para pejabat menempatkan masalah pada agenda publik yang

sebelumnya telah mengalami kompetisi. Pada tahap ini, suatu masalah


13

mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk

masalah tersebut ditunda utuk waktu yang lama.

2. Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang sudah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan. Pemecahan masalah tersebut diambil dari berbagai

alternatif yang ada. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan bermain untuk

mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

3. Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi

dengan dukungan dari mayoritas legalitas, konsensus antara direktur lembaga

atau keputusan peradilan.

4. Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program

tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, kebijakan yang sudah

diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni

dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah

ditingkat bawah. Pada tahap ini, berbagai kepentingan akan saling bersaing.

Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun

beberapa yang lain akan ditentang oleh pelaksana.

5. Tahap Penilaian Kebijakan

Pada tahap ini, yang dijalankan atau dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh

mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan


14

publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Oleh karena

itu, tentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk

menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

2.3. Model-Model Kebijakan Publik

Dalam kebijakan publik yang saat ini menjadi suatu upaya bagi

pemerintah dalam membuat kebijakan tentunya menjadi perhatian publik untuk

memahami kebijakan seperti apakah yang sangat penting bagi pemerintah dan

masyarakat dalam menjalani tugas dan fungsi dalam membuat kebijakan. Adapun

berbagai model dalam kebijakan publik itu sendiri merupakan model-model

kebijakan publik yang akan menjadi perhatian pemerintah, Winarno,

(2014:97:118).

1. Model Sistem

Paine dalam Naumes menawarkan bahwa suatu model perumusan

kebijakan yang merujuk pada model sistem yang dikembangkan oleh David

Easton. Model ini menurut Paine dan Naumes merupakan model deskriptif karena

lebih berusaha menggabarkan fakta yang terjadi dalam pembentuakan kebijakan

publik. Menurut Paine dan Naumes model ini disusun hanya berasal dari sudut

pandang para pembuat kebijakan. Dalam hal ini, para pembuat kebijakan dilihat

perannya dalam perencanaan dan pengkoordinasi untuk menemukan pemecahan

masalah yang masuk atau keluar (inputs output), Winarno, (2014:97).

2. Model Rasional Komprehensip

Model ini merupakan model pembentukan kebijakan yang paling terkenal dan
15

Juga yang paling luas diterima di kalangan para pengkaji kebijakan publik,

Winarno, (2012:103-104). Pada dasarnya model ini terdiri dari elemen, yakni:

1) Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu.

Masalah ini dapat dipisahkan dengan masalah-masalah yang lain atau

paling tidak masalah tersebut dapat dipandang bermakna bila

dibandingkan dengan masalah-masalah yang lainnya.

2) Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran-sasaran yang mengarahkan

pembuat keputusan dijelaskan dan disusun menurut arti pentingnya.

3) Berbagai alternatif untuk mengatasi masalah perlu diselidiki.

4) Konsekuensi-konsekuensi (biaya dan keuntungan) yang timbul dari

setiap pemilahan alternatif yang diteliti.

5) Setiap alternatif dan konsekuensi yang menyertainya dapat

dibandingkan dengan alternatif-alternatif lain.

3. Model Kepuasan

Model kepuasan ini kemudian, administrator berupaya melakukan

pencarian sampai ia menemukan suatu alternatif yang bisa memuaskan secara

memadai kondisi-kondisi dari suatu kondisi tertentu. Dalam asumsi-asumsi pokok

dari model ini adalah bahwa pencarian alternatif-alternatif harus melalui tahap

sebagai berikut: Pertama, pencarian alternatif-alternatif didasarkan pada pendapat

dan evaluasinya sesuai dengan tingkat aspirasi yang memuaskan. Kedua, jika ada

alternatif yang muncul, alternatif-alternatif baru dievaluasi sesuai dengan tingkat

aspirasi yang secara berbeda memuaskan, Winarno, (2014:108)


16

2.4. Implementasi Kebijakan Publik

2.4.1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Patton dan Sawicki menyebutkan bahwa implementasi berkaitan dengan

berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan progam, dimana pada

posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan

menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga dengan mengorganisir

seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan efisien sumber daya, unit-

unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan program serta melakukan

interprestasi terhadap perencanaan yang telah dibuat dan petunjuk yang dapat

diikuti dengan mudah bagi terealisasi program yang dilaksanakan. Jadi tahapan

implementasi merupakan peristiwa yang berhubungan dengan apa yang terjadi

setelah suatu perundang-undangan ditetapkan dengan memberikan otoritas kepada

suatu kebijakan dengan membentuk output yang jelas dan dapat diukur. Dengan

demikian tugas implementasi kebijakan sebagai suatu penghubung yang

memungkinkan tujuan-tujuan kebijakan mencapai hasil melalui aktivitas atau

kegiatan dan program pemerintah.

Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Winarno, (2014:149).

Implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-

individu atau kelompok-kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan

untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan

kebijakan sebelumnya. Kemudian hal-hal yang berhubungan dengan implementasi

kebijakan adalah keberhasilan dalam mengevaluasi masalah dan kemudian

menerjemahkan kedalam keputusan-keputusan yang bersifat khusus. Sedangkan


17

menurut Pressman dan Wildavsky dalam Winarno, (2014:146). Menjelaskan

bahwa implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan

sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut atau kemampuan untuk

menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diingin dengan cara untuk

mencapai.

Kemudian Pandji Santosa, (2008:43) implementasi kebijakan adalah

aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk melaksanakan sesuatu kebijakan secara

efektif.

2.4.2. Model Implementasi Kebijakan Publik

Empat faktor penting model mengimplementasikan kebijakan menurut

George C. Edward III dalam Agustino, (2012:150). Menamakan model

implementasi kebijakan publiknya dengan direct and Inderect Impact on

Implemention. Dalam pendekatan yang diterjemahkan oleh Edward III terdapat

empat variabel yaitu: Komunikasi, Sumber, Disposisi dan Struktur Birokrasi

Komunikasi

Sumber Daya

Implementasi
Disposisi

Struktur Birokrasi

Gambar 1.1. Model Pendekatan Direct and Inderect Impact

Implementation (George Edward III).


18

1. Komunikasi

Proses komunikasi efektif diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan. Itu artinya

pemimpin harus mengkomunikasikan kepada bidang yang bertanggungjawab

dalam melaksanakan kebijakan agar memahami kebijakan yang menjadi

tanggungjawabnya, maka untuk mengimplementasikan kebijakan secara cepat,

ukuran implementasi mesti tidak hanya diterima, namun kebijakan yang

dilaksanakan bagi mereka harus jelas.

2. Sumber Daya

Betapa pun jelasnya proses komunikasi kebijakan kepada pelaksana kebijakan

dan betapa pun pemerintah dan kewenangan sudah diberikan, tetapi kalau

sumber daya yang tersedia tidak mendukung hal ini dapat menghambat

pelaksanaan kebijakan. Adapun pentingnya sumber daya ini mencangkup:

jumlah staf yang tepat, keahlian yang diperlukan, informasi yang relevan

tentang cara pelaksanaan kebijakan dan berbagai penyusunan lainnya. Jika

sumber daya tidak cukup, berarti kebijakan tidak akan terlaksana karena

prosedur kerja, kegiatan yang ditetapkan tidak dapat memenuhi tujuan dan

harapan pelanggan.

3. Disposisi

Disposisi atau sikap dimaksudkan adalah sikap pelaksanaan kebijakan. Para

pelaksana kebijakan yang ditetapkan dengan kemampuannya memang harus

terdorong sepenuh hati atau memiliki komitmen melaksanakan kebiajakan

tersebut. Dalam hal ini juga harus diperlukan keseimbangan pandangan bahwa
19

kebijakan dilaksanakan untuk memenuhi tujuan organisasi sehingga kebijakan

menyentuh harapan yang sejatinya adalah mencapai tujuan.

4. Struktur Birokrasi

Kemudian, bila para pelaksana sudah tahu apa yang akan dikerjakan karena

sudah dikomunikasikan dan mau melaksanakan namun kadang terhambat

karena struktur birokrasi. Masalah koordinasi menjadi faktor struktur birokrasi

yang dapat menghambat pelaksanaan kebijakan. Karena dalam pelaksana

kebijakan melibatkan banyak orang, bidang dan lingkungan yang dapat

mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan kebijakan. Kemudian beberpa

faktor ini yang mempengaruhi kebijakan publik yaitu:

1). Aktivitas implementasi dan komunikasi antar organisasi.

2). Karakteristik dari agen pelaksana/implementator.

3). Kondisi ekonomi, sosial dan politik.

2.5. Konsep Good Governance

2.5.1. Pengertian Good Governance

United Nation Development Program (UNDP) dalam Sedarmayanti,

(2012:3) mendefinisikan kepemerintahan adalah pelaksanaan dan

kewenangan/kekuasa di dalam bidang ekonomi, politik dan administratif untuk

mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya dan merupakan

instrumen kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan

integritas, dan kohesivitas sosial dalam masyarakat. Berikutnya kepemerintahan

yang baik (good governance) mengandung dua pemahaman pertama, nilai yang
20

menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat

meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional)

kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek

fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya

untuk mencapai tujuan tersebut (Sedarmayanti, 2012:2-4).

2.5.2. Prinsip-Prinsip Good Governance

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik memberikan harapan baru bagi para pihak instansi untuk mewujudkan

sistem pelayanan publik yang efisiensi, keterbukaan, dan partisipatif, yang

memberikan teladan bagi pemerintah dalam menjalankan tugas dan wewenang

mereka untuk melaksanakan prinsip-prinsip good governance dalam

pemerintahan.

Karekteristik atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam

praktek penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, UNDP dalam Sedarmayanti,

(2012:5-7) meliputi:

1. Partisipasi

Setiap orang atau warga masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan

memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik

secara langsung, maupun melalui lembaga perwakilan, sesuai dengan

kepentingan dan aspirasinya masing-masing.

2. Transparansi

Kepemerintahan yang baik akan bersifat transparansi terhadap rakyatnya, baik

ditingkat pusat maupun daerah.


21

3. Keterbukaan

Menghendaki terbukanya kesempatan bagi rakyat untuk mengajukan

tanggapan dan kritik terhadap pemerintah yang dinilainya tidak transparan.

4. Akuntabilitas

Para pengambil keputusan dalam organisasi sektor publik, swasta dan

masyarakat madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada

publik (masyarakat umum) sebagaimana halnya kepada para pemilik

(stakeholder).

5. Efektivitas dan Efisiensi

Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu

yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-

baiknya berbagai sumber-sumber yang tersedia.

2.5.3. Asas-Asas Good Governance

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan

pemerintahan, badan dan/atau pejabat pemerintahan dalam menggunakan

wewenangnya harus mengacu pada asas-asas umum pemerintahan yang baik dan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, dimana dalam

menyelesaikan permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengaturan

mengenai administrasi pemerintahan diharapkan dapat menjadi solusi dalam

mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang, menjamin akuntabilitas badan

dan/atau pejabat pemerintah, memberikan perlindungan hukum kepada

masyarakat dan aparatur pemerintah serta menerapkan asas-asas pemerintahan


22

yang baik atau disingkat dengan AUPB. AUPB merupakan prinsip yang

digunakan sebagai acuan penggunaan wewenang bagi pejabat pemerintahan

dalam mengeluarkan keputusan dan/atau tindakan dalam penyelenggaraan

pemerintahan. Menurut Undang-Undang Administrasi Pemerintahan (AUPB)

terdiri dari 8 (delapan) asas sebagai berikut:

1. Kepastian Hukum

Adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan ketentuan

peraturan perundang-undangan, kepatutan, keajegan, dan keadilan dalam setiap

kebijakan penyelenggaraan pemerintahan.

2. Kemanfaatan

Adalah manfaat yang harus diperhatikan secara seimbang antara kepentingan

individu yang satu dengan kepentingan individu yang lain, kepentingan

individu dengan masyarakat, kepentingan warga masyarakat dan masyarakat

lain, kepentingan pemerintah dengan warga masyarakat, kepentingan generasi

yang sekarang dan kepentingan generasi mendatang, kepentingan manusia dan

ekosistemnya, dan kepentingan pria dan wanita.

3. Ketidakberpihakan

Adalah asas yang mewajibkan badan dan/atau melakukan keputusan dan/atau

tindakan dengan mempertimbangkan kepentingan para pihak secara

keseluruhan dan tidak diskriminatif.

4. Kecermatan

Adalah asas yang mengandung arti bahwa suatu keputusan dan/atau tindakan

harus didasarkan pada informasi dan dokumen yang lengkap untuk mendukung
23

legalitas penetapan dan/atau pelaksanaan keputusan dan/atau tindakan sehingga

keputusan dan/atau tindakan yang bersangkutan dipersiapkan dengan cermat

sebelum keputusan dan/atau tindakan tersebut ditetapkan dan/atau dilakukan.

5. Tidak Menyalahgunakan Kewenangan

Adalah asas yang mewajibkan setiap badan dan/atau pejabat pemerintahan

tidak menggunakan kewenangannya untuk kepentingan pribadi atau

kepentingan yang lain dan tidak sesuai dengan tujuan pemberian kewenangan

tersebut, tidak melampaui, tidak menyalahgunakan, dan/atau tidak

mencampuradukkan kewenangan.

6. Keterbukaan

Adalah asas yang melayani masyarakat untuk mendapatkan akses dan

memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif dalam

penyelenggaraan pemerintahan dengan tetap memperhatikan perlindungan atas

hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

7. Kepentingan Umum

Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan dan kemanfaatan umum dengan

cara yang aspiratif, akomodatif, selektif, dan tidak diskriminatif.

8. Pelayanan Yang Baik

Adalah asas yang memberikan pelayanan yang tepat waktu, prosedur dan biaya

yang jelas, sesuai dengan standar pelayanan, dan ketentuan peraturan

perundang-undangan.
24

Transparansi

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN) dan Departemen

dalam Negeri (200), menyebutkan partisipasi adalah prinsip yang menjamin akses

atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang

penyelenggraan pemerintah, yakni informasi tentang kebijakan, proses

pembuatan, dan pelaksanaanya, serta hasil-hasil yang dicapai. Dalam

KepMenPAN No.26/KEP/M.PAN/2/2004 Tentang Petunjuk Teknis Transparansi

dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik, menjelaskan

pengertian transparansi penyelenggaraan publik merupakan pelaksanaan tugas dan

kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat dari proses kebijakan,

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan ataupun pengendaliannya, serta

mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi. Transparansi

dalam penyelenggaraan pelayanan publik utamanya meliputi:

1. Manajemen dan penyelenggraan pelayanan publik

Transparansi terhadap manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik

meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan/pengendalian oleh

masyarakat. Kegiatan tersebut harus dapat diinformasikan dan mudah diakses oleh

masyarakat.

2. Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yan berkaitan satu

sama lain, sehingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta tata

cara yan harus ditempuh dalam penyelesaiian sesuatu pelayanan. Studi tentang

Akuntabilitas dan Transparansi Pelayanan Publik (Mustina) 1413


25

3. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan

Untuk memperoleh pelayanan, masyarakat harus memenuhi persyratan yang telah

ditetapkan oleh pemberi pelayanan, baik berupa persyaratan teknis dan atau

persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.Dalam menentukan persyaratan, baik teknis maupun administratif harus

seminimal mungkin dan dikaji terlebih dahulu agar benar-benar sesuai/relevan

dengan jenis pelayanan yang akan diberikan.Harus dihilangkan segala persyaratan

yang bersifat duplikasi dan instansi yang terkait dengan proses pelayanan.

4. Rincian biaya pelayanan

Biaya pelayanan adalah segala biaya dan rinciannya dengan nama atau apapun

sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum yang besaran dan tata cara

pembayarannya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.Transparansi mengenai biaya dilakukan dengan

mengurangi semaksimal mungkinn pertemuan secara personal antara

pemohon/penerima pelayanan dengan pemberi pelayanan. Unit pemberi

pelayanan seyogyanya tidak menerima pembayaran secara langsung dari penerima

pelayanan. Pembayaran hendaknya diterima oleh unit yang bertugas mengelola

keuangan/Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah/unit pelayanan. Di samping itu,

setiap pungutan yang ditarik dari masyarakat harus disertai dengan tanda bukti

resmi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan.

5. Waktu penyelesaiaan pelayanan

Waktu penyelesaiaan pelayanan adalah jangka waktu penyelesaiaan suatu

pelayanan publik mulai dari dilengkapinya/dipenuhinya persyaratan teknis dan


26

atau persyaratan administratif sampai dengan selesainya suatu proses

pelayanan.Unit pelayanan instansi pemerintah dalam memberikan pelayanan

harus berdasarkan nomor urut permintaan pelayanan, yaitu yang pertama kali

mengajukan pelayanan harus lebih dahulu dilayani/diselesaikan apabila

persyaratan lengkap (melaksanaan azas First in First Out/FIFO).

6. Pejabat yang berwenang dan bertangung jawab

Pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan pelayanan

dan atau menyelesaikan keluhan/persoalan/sengketa, diwajibkan memakai tanda

pengenal dan papa nama di meja/tempat kerja petugas.

7. Lokasi pelayanan

Tempat dan lokasi pelayanan diusahakan harus tetap dan tidak berpindah-pindah,

mudah dijangkau oleh pemohon pelayanan, eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume

5, Nomor 4, 2017: 1409-1420 1414 dilengkapi dengan saran dan prasarana yang

cukup memadai termasuk penyediaan sarana telekomunikasi dan informatika

(telematika).

8. Janji pelayanan

Akta atau janji pelayanan merupakan komitmen tertulis unit kerja pelayanan

instansi pemerintahan dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Janji

pelayanan ditulis secara jelas, singkat dan mudah dimengerti, menyangkut hanya

hal-hal yang esensial dan informasi yang akurat, termasuk didalamnya mengenai

standar kualitas pelayanan, dapat pula diuat “Motto Pelayanan”, dengan

penyusunan kata-kata yang dapat memberikan semangat, baik kepada pemberi

maupun penerima pelayanan.


27

9. Standar pelayanan publik

Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyususn Standar Pelayanan

masing-masing sesuai denga tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan

kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi peneria pelayanan, unit

pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun Standar Pelayanan masing-masing

sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan kepada masyarakat

sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan, dan standar

pelayanan yan ditetapkan hendaknya realistis, karena merupakan jaminan bahwa

janji/komitmen yang dibuat dapat dipenuhi, jelas dan mudah dimengerti oleh para

pemberi dan penerima pelayanan.

10. Informasi pelayanan

Untuk memenuhi kebutuhan informasi pelayanan kepada masyarakat, setiap unit

pelayanan instansi pemerintah wajib mempublikasikan mengenai prosedur,

persyaratan, biaya, waktu, standar, akta/janji, motto pelayanan, lokasi serta

pejabat/petugas yamng berwenang, dan bertanggung jawab sebagaimana telah

diuraikan di atas.Publikasi dan atau sosialisasi tersebut di atas melalui antara lain,

media cetak (brosur, leaflet, booklet), media elektronik (Webside, Home Page,

Situs Internet, Radio, TV), Media gambar dan atau penyuluhan secara langsung

kepada masyarakat.
28

2.6. Pelayanan Publik

2.6.1. Pengertian Pelayanan Publik

Beberapa pengertian yang dituliskan didalam Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 dalam Ratminto,

(2015:18) menjelaskan bahwa pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan

yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan sebagai upaya pemenuhan

kebutuhan penerima pelayan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Oleh karena itu pentingnya pelayanan publik merupakan upaya yang

menjadi tanggung jawab pemerintah untuk dapat menjalani kinerja dalam suatu

instansi untuk melayanani masyarakat dalam mengurusi berbagai kegiatan yang

berkaitan dengan surat-surat serta kegiatan yang berkaitan dengan hubungan

pemerintahan.

Sehingga dalam penyelenggaraan pelayanan publik instansi pemerintah

memberikan berbagai hal yang menjadi indeks dimana berbagai sebutan kinerja

pemerintah baik dibidang pemerintahan, swasta maupun non swasta yang meliputi

satuan kerja/satuan organisasi kementrian, Departemen, Lembaga Pemerintahan

Non Departemen, Kesetretariatan Lembaga tertinggi dan Tinggi Negara, dan

instansi pemerintahan lainnya, baik pusat maupun daerah termasuk badan usaha

milik negara, badan hukum milik negara, dan badan usaha milik daerah. Oleh

karena itulah, pemerintah memberikan suatu peranturan tentang undang-undang

yang menjadi kekuatan bagi pelayanan publik itu sendiri untuk menjadikan setiap

instansi pemerintah yang menjalaninya dapat mematuhi peraturan tersebut.


29

Berdasarkan keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 63 Tahun 2004 menyatakan bahwa hakikat pelayanan publik adalah

pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan

kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Tentunya hal ini menjadi

suatu pedoman bagi pihak-pihak instansi pemerintah dalam menjalani tugas dan

fungsinya sebagai abdi masyarakat. Sehingga indeks kepuasan masyarakat dapat

menjadi nilai bahwa pelayanan yang diberikan pemerintah sesuai dengan harapan

dan kebutuhan masyarakat. Adapun Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik yang menjelaskan bahwa pelayanan publik merupakan

literatur struktur birokrasi dalam pelayanan publik yang merupakan interaksi bagi

pemerintah dalam menjalani tugas dan fungsinya dalam menjalankan tugasnya.

2.6.2. Asas-Asas Pelayanan Publik

Ada 4 asas pelayanan publik yang menjadi tolak ukur bagi peneliti untuk

memperkuat argumen dalam menentukan dan mengkaji fenomena yang sesuai

dangan tanggung jawab pemerintah itu sendiri (Sadhana, 2012:134).

1. Transparasi, maksudnya sebuah unit pelayanan publik harus bersifat terbuka,

mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan

secara memadai serta mudah dipahami.

2. Akuntabilitas, setiap proses dan hasil sebuah pelayanan publik harus dapat

dipertanggung jawabkan kepada publik sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan.
30

3. Kondisional, pelayanan publik haruslah sesuai dengan kondisi kemampuan

memberi dan menerima pelayanan dengan berpegang pada prinsip efisiensi dan

efektivitas.

4. Partispasi, mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan

masyarakat.

2.7. Pembuatan Perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaran Bermotor

2.7.1. Pengertian Surat Tanda Nomor Kendaran Bermotor

Surat Tanda Nomor Kendaraan, atau disingkat STNK, adalah tanda bukti

pendaftaran dan pengesahan suatu kendaraan bermotor berdasarkan identitas dan

kepemilikannya yang telah didaftar. Di Indonesia, STNK diterbitkan oleh

SAMSAT, yakni tempat pelayanan penerbitan/pengesahan/perpanjangan STNK

oleh 3 instansi: Polri, Dinas Pendapatan Provinsi, dan PT Jasa Raharja. STNK

merupakan titik tolak kepemilikan yang sah atas sebuah kendaraan bermotor.

STNK berisi identitas kepemilikan (nomor polisi, nama pemilik, alamat pemilik)

dan identitas kendaraan bermotor (merk/tipe, jenis/model, tahun pembuatan, tahun

perakitan, isi silinder, warna, nomor rangka/NIK, nomor mesin, nomor BPKB,

warna TNKB, bahan bakar, kode lokasi, dsb). Nomor polisi dan masa berlaku

yang tertera dalam STNK kemudian dicetak pada plat nomor untuk dipasang pada

kendaraan bermotor bersangkutan.

Masa berlaku STNK adalah 5 tahun, dan setiap perpanjangan STNK,

kendaraan diharuskan untuk cek fisik, yakni pengecekan nomor rangka dan nomor
31

mesin kendaraan yang dikeluarkan Satuan Lalu Lintas Polri. Apabila sebuah

kendaraan bermotor berganti nama pemilik pada STNK, maka dikenakan BBN-

KB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor).

2.7.2. Persyaratan Perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan

Adapun syarat dalam pembuatan perpanjangan surat tanda nomor

kendaraan yaitu:

1. Syarat Perpanjangan STNK:

1). Mengisi formulir permohonan;

2). Melampirkan tanda bukti identitas, dengan ketentuan:

a). Untuk perorangan, terdiri atas:

(1). Kartu Tanda Penduduk;

(2). surat kuasa bermaterai cukup bagi yang diwakilkan oleh orang lain;

b). Untuk badan hukum, terdiri atas:

(1). Surat kuasa bermaterai cukup menggunakan kop surat badan hukum

dan ditandatangani oleh pimpinan serta stempel cap badan hukum yang

bersangkutan;

(2). Foto copy KTP yang diberi kuasa;

(3).Surat keterangan domisili;

(4). SIUP dan NPWP yang dilegalisasi.

c). Untuk instansi pemerintah, terdiri atas:

(1). urat kuasa bermaterai cukup, menggunakan kop surat instansi

pemerintah dan ditandatangani oleh pimpinan serta stempel /cap instansi

yang bersangkutan;
32

(2). Melampirkan foto copy KTP yang diberi kuasa.

(3). STNK;

(4). BPKB dan foto copy BPKB atau dalam hal BPKB dijadikan jaminan

bank, harus disertakan surat bukti pengagunan BPKB dan/surat

keterangan bermaterai cukup dari kreditur;

(5).Keterangan buka blokir dalam hal STNK berada dalam status

blokir;

(6). Hasil pemeriksaan cek fisik ranmor.


33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi. Dan metode kualitatif juga digunakan

untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.

Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai

dibalik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak

menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi

dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability, artinya hasil penelitian

tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda (Sugiyono, 2015:1).

Penelitian ini pada dasarnya mencoba untuk mengamati dan

mendeskripsikan realita yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian, yaitu

pada Kantor Samsat Kota Batu. Sehingga penelitian ini dapat digolongkan sebagai

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap

sebuah fenomena sosial tertentu. Penulis menggambarkan konsep dan

menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Sedangkan

pendekatan kualitatif atau metode kualitatif yang dimaksud adalah sebagai


prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, Bogdan dan Taylor dalam Moleong,

(2014:4)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan peneliti di Kantor Samsat Kota Batu dikarenakan

Samsat Kota Batu merupakan tempat strategis bagi masyarakat dalam mengurus

perpanjangan STNK di Kota Batu. Artinya masyarakat yang ada di Kota Batu

tersebut khususnya sudah tergolong maju, fasilitas yang digunakan juga sudah

memadai, kesejahteraan masyarakatnya dalam pembuatan sudah cukup baik. Yang

beralamatkan di jalan Abdul Rahman, ngaglik, Kecamatan Batu, Malang, Jawa

Timur 63511, Nomor Telepon: (0341) 524555.

3.3. Fokus Penelitian

Dalam melakukan penelitian yang perlu dilakukan oleh penulis adalah

memberi batasan-batasan terhadap masalah-masalah yang akan dibahas . Batasan

ini dikemukakan untuk menghindari pembiasan (distorsi) terhadap hal-hal yang

dibahas (fokus of interest) pada penelitian yang dilakukan. Fokus penelitian (fokus

of research) hanya memuat inti dari apa yang akan dicapai (goal of research) oleh

penulis, artinya fokus adalah ruang dan lingkup masalah yang akan diteliti dan

yang akan dibahas. Dapat dikatakan bahwa fokus penelitian adalah faktor yang

menentukan dari sebuah penelitian yang memuat item-item masalah yang akan

diteliti.

88
Adapun fokus-fokus penelitian sebagai berikut:

1. Prinsip-prinsip good governance dalam pelayanan perpanjangan surat tanda

nomor kendaraan bermotor pada Kantor Samsat Kota Batu berupa transparansi

2. Faktor pendukung dan penghambat implementasi prinsip-prinsip good

governance dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan

bermotor.

3.4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian merupakan subyek dari mana data dapat

diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam

pengumpulan datanya, maka sumber data yang disebut responden, yaitu orang

yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan

tertulis maupun lisan. Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data penulis

mengklasifikasinya menjadi dua yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data, (Sugiyono, (2015:62). Penelitian ini dilakukan melalui

observasi dan wawancara dengan subyek yang diwawancarai yaitu:

1) Kepala Administrasi Pelaksana Samsat Kota Batu.

2) Staff Bagian Informasi Operator Data dan Pelayanan Informasi.

3) Staff Bagian Pendaftaran dan Penetapan Samsat Kota Batu.

4) Masyarakat Kota Batu.


2. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Sumber data yang diperoleh melalui studi kepustakaan baik

berupa buku, jurnal, majalah dan dokumen tentang peraturan dan pelayanan

perpanjangan STNK.

3.5. Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan adalah Purposive Sampling,

(Moleong, 2014:224) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya

orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan, atau

mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti mengetahui

obyek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2015:54).

1. Kepala Administrasi Pelaksana Samsat Kota Batu.

2. Staff Bagian Imformasi Operator Data dan Pelayanan Informasi Samsat

Kota Batu.

3. Staff Bagian Pendaftaran dan Penetapan Samsat Kota Batu.

4. Masyarakat Kota Batu

3.6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri,

namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan

akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat

melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui
observasi dan wawancara, Sugiyono, (2015:60). Yang paling penting adalah

bagaimana peneliti sebagai instrumen bisa membaca situasi dan memiliki kualitas

pribadi yang baik. Kemampuan peneliti sebagai instrumen dapat ditingkatkan

dengan jelas, pertama-tama peneliti hendaknya selalu pergi kepada situasi baru

untuk memperoleh pengalaman, kemudian berusaha mencatat apa saja yang

terjadi dan mewawancarai beberapa orang serta mencatat apa saja yang menjadi

hasil pembicaraan (Moleong, 2009:173). Selain peneliti sebagai instrumen, dalam

penelitian ini, peneliti juga menggunakan pedoman wawancara (interview Guide)

dengan pedoman wawancara merupakan instrumen yang tidak kalah penting

dalam penelitian kualitatif.

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya pengumpulan data yang diperlukan untuk menunjang

penelitian yang dilakukan, penulis telah menggunakan dengan cara-cara:

1. Peneliti keperpustakaan untuk mempelajari buku-buku ilmiah, tulisan-tulisan

dari para ahli yang relevan. Dengan demikian maka diperolehkanlah gambar

teoritis yang kemudian digunakan sebagai landasan untuk mendapatkan teori-

teori yang erat kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian ini

2. Penelitian di lapangan, yaitu dilakukan secara langsung datang ke tempat

obyek penelitian untuk mengamati secara langsung keadaan yang sebenarnya.

Dalam melalukan penelitian ini, penulis menggunakan teknik-teknik sebagai

berikut:
3.7.1. Pengamatan (Observasi)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung

terhadap data yang menjadi obyek penelitian. Data tersebutlah yang sangat

penting untuk diamati. Observasi adalah pengamatan secara langsung yang

dilakukan peneliti dilokasi atau tempat penelitian langsung (Sugiyono, 2014:145).

3.7.2. Wawancara (Interview)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung

terhadap sumber-sumber data dan informan, yakni responden atau orang yang

terlibat atau tidak langsung terutama responden atau orang yang menjadi subyek

penelitian. Wawancara proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara

langsung informasi-informasi atau keterangan yang telah disampaikan (Sugiyono,

2014:137).

3.7.3. Dokumentasi

Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan

mempelajari data-data dan dokumen-dokumen baik berupa catatan dan gambar-

gambar (foto) yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono,

2014:243).
3.8. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh oleh

diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2014:243).

3.8.1. Data Reduction (Pengumpulan Data)

Data reduction merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan serta kedalam wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang

masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman

atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu maka wawasan peniliti

akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai

temuan dan pengembangan teori yang signifikan (Sugiyono, 2014:247).

3.8.2. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Sugiyono, (2014:249).

Selanjutnya disaran dalam melakukan display data, selain dengan teks yang

naratif, juga dapat berupa grafik matrik (Sugiyono, 2014:249).

3.8.3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang

kuat untuk mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data,

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel, Miles

dan Huberman dalam (Sugiyono, 2014:252).

3.9. Keabsahan Data

Menurut Moleong, (2009:324) untuk menetapkan keabsahan

(trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik

pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang

digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),

kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Pada penelitian

ini, peneliti menggunakan Triangulasi Teknik. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong,

2009:330). Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,

dokumentasi.

Bila dengan tiga teknik penguji kreadibilitas data tersebut menghasilkan

data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada

sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang

dianggap benar.
Berikut bagan teknik Triangulasi dalam melakukan menguji kreadibilitas

data:

Gambar 1.2 Triangulasi Sumber Data


WAWANCARA OBSERVASI

DOKUMENTASI
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Kota Batu

Sejak abad ke-10, wilayah Batu dan sekitarnya telah dikenal sebagai

tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan karena wilayahnya adalah

daerah pegunungan dengan kesejukan udara yang nyaman, juga didukung oleh

keindahan pemandangan alam sebagai ciri khas daerah pegunungan. Pada waktu

pemerintahan Raja Sendok (Mpu Sendok), seorang petinggi kerajaan bernama

Mpu Supo diperintahkan Raja Sensok untuk membangun tempat peristirahatan

keluarga kerajaan di daerah pegunungan yang didekatnya terdapat mata air.

Dengan upaya yang keras, guna menemukan tempat peristirahatan seperti yang

diinginkan oleh raja, akhirnya Mpu Supo yang konon kabarnya sakti mandraguna

memulai membangunn kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan kelurga

kerajaan serta dibangunnya sebuah candi yang diberi nama Candi Supo.

Sebagaiamana keinginan raja bahwa di tempat peristirahatan dimaksud harus

terhadap sumber atau dekat dengan mata air, maka di tempat peristirahatan itupun

terdapat sumber mata air yang mangalir dingin seperti semua mata air diwilayah

pegunungan. Mata air dingin tersebut sering digunakan mencari keris-keris

bertuah sebagai benda pusaka dari Kerajaan Sendok. Oleh karena sumber mata air

yang sering digunakan untuk mencari benda-benda kerajaan yang bertuah dan
mempunyai kekuatan supranatural yang dahsyat, akhirnya yang semula sumber

mata air yang terasa dingin menjadi sumber mata air panas. Sumber mata air

panas itupun sampai saat ini menjadi sumber abadi di kawasan Wisata Songgoriti.

Dari beberapa pemuka masyarakat setempat memang pernah

mengisahkan bahwa sebutan Batu berasal dari nama seorang ulama pengikut

Pangeran Diponegoro yang bernama Abu Ghonaim atau disebut juga Kyai

Gabung Angin yang selanjutnya masyarakat setempat akrab menyebutnya dengan

panggilan Mbah Wastu. Dari kebiasaan kultur Jawa yang sering memperpendek

atau mempersingkat mengenai sebutan nama seseorang yang dirasa terlalu

panjang, juga agar lebih singkat penyebutannya serta lebih cepat lebih memanggil

seseorang akhirnya lambat laun sebutan Mbah Wastu dipanggil Mbah Tu menjadi

Mbatu atau batu sebutan yang digunakan untuk Kota Dingin di Jawa Timur.

menangkapnya dan membuang ke Makassar hingga wafatnya.Kejadian ini

diperkirakan setelah terjadi perang Diponegoro (1825-1830).

Abu Ghonaim atau Mbah Wastu yang memulai kehidupan barunya

bersama masyarakat yang ada sebelumnya serta ikut berbagi rasa,pengetahuan dan

ajaran yang diperolehnya semasa menjadi pengikut Pangeran Diponegoro,

akhirnya banyak penduduk di daerah sekitarnya berdatangan dan menetap untuk

menuntut ilmu serta belajar agama kepada Mbah Wastu.Bermula mereka hidup

dalam kelompok di daerah Bumiaji, Sisir, dan Temas. Sebagaimana layaknya

wilayah pegunungan yang subur, Batu dan sekitarnya juga memiliki panorama

alam yang indah dan berudara sejuk.Tentunya hal ini akan menarik minat

masyarakat lain untuk mengunjungi dan menikmati sebagai kawasan pegunungan


yang mempunyai daya tarik tersendiri. Untuk itulah di awal abad ke-19 Batu

berkembang menjadi daerah tujuan wisata, khususnya orang-orang Belanda

sehingga akhirnya orang-orang (bangsa) Belanda itupun membangun villa-villa

sebagai tempat peristirahatan. Dengan keindahan dan keelokan Batu yang

mempesona itu, bangsa Belanda menyejajarkan wilayah Batu dengan sebuah

negara di Eropa yaitu Switzerland dan memberikan predikat sebagai De Klein

atau Swiss Kecil di Pulau Jawa. Demikianlah sejarah singkat Kota Batu semoga

saat ini dan masa yang akan datang Kota Batu menjadi Kota Wisata yang selalu di

sukai masyarakat umumnya.

4.1.2. Profil Kota Batu

Kota Batu merupakan salah satu kota yang baru terbentuk pada tahun 2001

sebagai pecahan dari kabupaten Malang. Sebelumnya wilayah kota batu ini

merupakan bagian dari sub satuan wilayah pengembangan 1 (SSWP) Malang

Utara. Kota Batu merupakan daerah otonom yang termuda di provinsi jawa timur.

Kota Batu terdiri dari tiga (3) kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan batu

2. Kecamatan junrejo

3. Kecamatan bumiaji

Luas kota batu secara keseluruhan adalah sekitar 19.908,72 ha atau sekitar 0,42

persen dari total luas Jawa Timur. Daerah lereng dan berbukit memiliki proposisi

lebih luas di bandingkan dengan daerah dataran. Berdasarkan badan pusat statistik

kota batu dalam angka tahun 2017 secara geografis kota batu terletak diantara
122’’17’ sampai dengan 122’’57’ bujur timur dan 7’’44 sampai 8’’26’ lintang

selatan. Ada pun batas-batas wilayah kota batu itu sendiri di antarannya yaitu:

1. Sebelah Utara: Kabupaten Mejokerto Dan Kabupaten Pasuruan

2. Sebelah Timur: Kabupaten Malang

3. Sebelah Selatan: Kabupaten Blitar Dan Malang

4. Sebelah Barat: Kabupaten Malang

4.1.3. Kondisi Geografis

Secara geografis Samsat Kota Batu secara umum daerah batu yang dilihat

dari posisi letak astronomis berada diantara 1220 17’,10,90” sampai dengan

122057’,00,00” Bujur Timur dan 70 44’,55,11” dan 80 44’,55,11” Lintang Selatan.

Dan dengan ketinggian rata-rata ± 800 Meter dari permukaan air laut. Dan dengan

Suhu udara daerah Batu rata-rata 190 hingga 29,60 C. Rata-rata kelembaban udara

86 % dan kecepatan angin 10,73 Km/Jam.

Secara adminitrasi, luas daerah Batu secara keseluruhan 19.908,72 Ha

yang terdiri dari kawasan lindung seluas 10.435,20 Ha (52,40 %) dan kawasan

budidaya seluas 9.473,52 Ha (47,60 %) yang terbagi 3 (Tiga) Kecamatan yang

masing-masing terdiri dari Kecamatan Batu terdiri dari 4 Kelurahan, 4 Desa, 91

RW, 427 RT dengan luas area 4637,7 Ha, Kecamatan Junrejo terdiri dari 1

Kelurahan 6 Desa, 59 RW, 239 RT dengan luas area 2623,4 Ha, dan Kecamatan

Bumiaji terdiri dari 9 Desa, 81 RW dan 426 RT dengan luas area 13.018,9 Ha.

Adapun batas-batas wilayah dan batas administrasinya sebagai berikut:


atas Daerah:

Sebelah Utara : Dengan Gunung Arjuno Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten

Malang.

Sebelah Timur : Dengan Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

Sebelah Selatan : Dengan Kabupaten Malang.

Sebelah Barat : Dengan Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri.

Batas Administrasi:

Sebelah Utara : Dengan Gunung Arjuno Kabupaten Pasuruan, Kabupaten

Malang dan Kabupaten Mojokerto.

Sebelah Timur : Dengan Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

Sebelah Selatan : Dengan Kabupaten Malang.

Sebelah Barat : Dengan Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri.

Dengan adanya penggabungan wilayah hukum yang semula ikut Polres

Malang sejak tanggal 19 Desember 2012 telah masuk ke wilayah hukum Polres

Batu dengan uraian sebagai berikut:

1. Luas wilayah Kec. Pujon : 130.75 km2 terdiri dari:

1) Tanah Sawah : 728.656 Ha

2) Tanah Tegal : 255.863 Ha

3) Tanah Pekarangan : 372.146 Ha


4) Tanah Waqot : 4.000 Ha

5) Tanah Kuburan : 7.500 Ha

6) Tanah bekas Hak Barat yang telah didistribusikan: 115.069 Ha.

7) Tanah Hutan : 9.300.000 Ha

8) Tanah G.G : 6.500 Ha

9) Tanah lain-lain : 26.283 Ha

2. Luas wilayah Kec. Ngantang : 155, 4 Km2 terdiri dari 13 Desa:

1) Tanah Sawah : 16.415 Ha

2) Tanah Tegal : 2.420.314 Ha

3) Tanah Pekarangan : 969.721 Ha

4) Tanah Lapangan : 3.670 Ha

5) Tanah Kuburan : 202.562 Ha

6) Tanah Pemukiman : 48.578 Ha

7) Tanah Hutan : 9.970.500 Ha

8) Tanah Lain-lain : 9.910 Ha

3. Luas wilayah Kasembon 55.67 Km2 yang terdiri dari: 63 RW dan 186 Rt

Adapun Samsat Kota Batu memiliki ciri Geologis berupa lahan tanah yang

terhitung dalam bentuk kegunaannya, yaitu. Sawah 2.527.54 Ha, Bukan Sawah

17.381.18 Ha, dan untuk lahan bukan sawah dapat dirinci menurut jenis

kegunaannya yaitu. Pekaranagan 1.630.4 Ha, Tegal/Kebun 2.502.53 Ha, Hutan

11.271.61 Ha, dan Tanah lain-lainnya 1.976.00 Ha. Sehingga dalam kawasan

Hukum Samsat Kota Batu ini menjadi tempat yang sangat cocok untuk bercocok

tanam, oleh karena itulah masyarakat serta beberapa gabungan kecamatan yang
telah bergabung di ranah hukum samsat kota batu dapat melestarikan lingkungan

dan manfaatkan sumber daya alam yang sudah tersedia dengan sebaik-baiknya.

Samsat Kota Batu juga memiliki kondisi iklim dan cuaca yang pada setiap

tahunnya pasti berganti. Sehingga pergantian musim ini menjadi dampak yang

baik maupun yang kurang baik. Dari beberapa musim yang ada pada Polres Kota

Batu memberikan kejelasan bawasannya pada Musim Kemarau terjadi pada bulan

Juni s/d Oktober dengan suhu minimum antara 14,70 s/d 17,60 C dan suhu

maksimum 20,30 s/d 21,60 C kecepatan angin rata-rata 86 Km/jam. Dan Musim

Penghujan terjadi pada bulan Juni s/d Oktober dengan suhu minimum antara 14,7 0

s/d 17,60 C dan suhu maksimum 20,30 s/d 21,60 C kecepatan angin rata-rata 86

Km/jam. Serta curah huajan rata-rata perbulan pada Tahun 2014-2015 yang terdiri

dari bulan November 716 mm, Desember 764 mm, Januari 646 mm, Febuari 1358

mm, Maret 1144 mm, April 612 mm, Mei 96 mm. Dan Daerah yang paling

banyak curah hujannya yaitu semua Daerah Batu di masing masing kecamatan

yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Serta Hujan

paling banyak terjadi pada bulan Januari s/d Maret untuk semua Daerah Batu

khusunya kecamatan Junrejo dan Bumiaji. Kemudian Berdasarkan atas letak dan

kondisi geografis dan astronomis sering terjadi keadaan musim pancaroba dari

musim yang ada yaitu pada bulan Mei dan September.


Gambar 1.3. Peta Daerah Kota Batu

Sumber: Profil Samsat Kota Batu 2016


4.2 Profil Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kota Batu

4.2.1. Sejarah SAMSAT

Lahirnya Sistem Manunggal Satu Atap (SAMSAT) diawali oleh sebuah

gagasan brilyan yang disampaikan pada forum penataran para pimpinan Dinas

Pendapatan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Se-Indonesia pada bulan April 1976

di Jakarta. Hasil penataran menghasilkan suatu rekomendasi berupa usulan kepada

pemerintah, khususnya pimpinan Departemen Dalam Negeri agar SAMSAT

dijadikan sistem pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) / Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) untuk seluruh Indonesia.

Terbentuknya SAMSAT ditandai dengan dikeluarkannya Surat Keputusan

Bersama Tiga Menteri, yaitu Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI,

Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri NO.POL KEP/13/XXI/76 Nomor:

KEP-1693/MK/IV/12/1976; 311 Tahun 1976 tentang peningkatan kerjasama

antara Pemerintah Daerah Tingkat I, Komandi Daerah Kepolisian dan Aparat

Departemen Keuangan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat

serta peningkatan pendapatan daerah khususnya mengenai pajak-pajak kendaraan

bermotor. Dasar hukum pembentukkan SAMSAT di seluruh Indonesia adalah

Instruksi Bersama Menteri Pertahanan Keamanan, Menteri Dalam Negeri dan

Menteri Keuangan Nomor INS/03/M/X/1999, Nomor 29 Tahun 1999, Nomor

6/IMK.014/1999 tentang Pelaksanaan Sistem Administrasi Manunggal Di Bawah

Satu Atap dalam penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat

Tanda Coba Kendaraan Bermotor, Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Tanda


Coba Nomor Kendaraan Bermotor dan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor,

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor serta Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan

Lalu Lintas Jalan.

SAMSAT merupakan suatu sistem kerjasama terpadu antara Kepolisian

Republik Indonesia (POLRI), Dinas Pendapatan JATIM, dan PT. Jasa Raharja

(Persero).Tujuan dibentuknya SAMSAT adalah untuk memberikan kemudahan

pelayanan kepada masyarakat untuk pengurusan regristasi kendaraan bermotor,

pembayaran pajak, dan SWDKLLJ, maka dibentuklah Kantor Bersama SAMSAT.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya SAMSAT mengacu pada Surat

Keputusan Bersama Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Direktur Utama PT.

Jasa Raharja (Persero) Nomor SKEP/06/X/1999, Nomor 973-1228, Nomor

SKEP/02/X/1999 tentang Pedoman Tata Laksana Sistem Administrasi Manunggal

Di Bawah Satu Atap dalam penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor,

Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor, Tanda Nomor Kendaraan Bermotor,

Tanda Coba Nomor Kendaraan Bermotor dan Pemungutan Pajak Kendaraan

Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor serta Sumbangan Wajib Dana

Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Sistem SAMSAT yang dikelola oleh tiga instansi berbeda maka untuk

memudahkan dalam koordinasi dalam penyelenggaraan pelayanan dibentuk Tim

Pembina SAMSAT Pusat yang berkedudukan di Jakarta dan Provinsi yang

berkedudukan di Ibukota Provinsi. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

masing-masing ketiga instansi yang ada di SAMSAT mmiliki tugas dan


wewenang berbeda. Berikut adalah pembagian tugas dan wewenang instansi

tersebut:

1) Unit Pelayanan : Petugas Dispenda dan POLRI

2) Unit Administrasi : Petugas Dispenda, POLRI dan Jasa Raharja

3) Unit Pembayaran :Petugas Dispenda (Bendarawan SAMSAT Penerima)

4) Unit Pencetakkan : Petugas Dispenda dan POLRI

5) Unit Penyerahan : Petugas POLRI

6) Unit Arsip : Petugas Dispenda dan POLRI

7) Unit Informasi : Petugas Dispenda dan POLRI

4.2.2. Sejarah dan Wilayah Kerja Samsat Kota Batu

KB Samsat Batu kota merupakan pecahan dari Samsat Malang

Karangploso sebagai konsekuensi berdirinya Pemerintah Kota Batu dan sebagai

wujud komitmen dari Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur dalam

mempermudah akses masyarakat Kota Batu dalam Pembayaran Pajak Kendaraan

Bermotor.

Berdirinya KB Samsat Batu Kota pada tahun 2006 berdasarkan SK Dinas

Pendapatan Provinsi Jawa Timur No. 970/12057/101.21/2006. Wilayah

Administrasi pelayanan Samsat Batu Kota meliputi: Kecamatan Batu, Kecamatan

Bumiaji, Kecamatan Junrejo, Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang, dan

Kecamatan Kasembon.

4.2.3. Kondisi Demografi


Berdasarkan Data Dispenduk Capil Kota Batu (per September 2018)

Jumlah penduduk wilayah Batu sejumlah 214.091 Jiwa, dengan perincian sebagai

berikut : (diperkirakan untuk jumlah penduduk Kota Batu tahun 2015 ada

peningkatan sebesar 5 %)

1. Laki-laki : 108.016 Jiwa

2. Perempuan : 106.075 Jiwa

3. Jumlah Total : 214.091 Jiwa

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

1) Kecamatan Batu

1. Islam 86.194 Jiwa

2. Kristen 6.149 Jiwa

3. Katholik 4.478 Jiwa

4. Hindu 329 Jiwa

5. Budha 950 Jiwa

6. Konghucu -

7. Kepercayaan -

Sumber: Data Sekunder, 2018

2) Kecamatan Bumiaji

1. Islam 59.546 Jiwa

2. Kristen 992 Jiwa

3. Katholik 52 Jiwa
4. Hindu 286 Jiwa

5. Budha -

6. Konghucu -

7. Kepercayaan -

Sumber: Data Sekunder 2018

3) Kecamatan Junrejo

1. Islam 50.310 Jiwa

2. Kristen 2.134 Jiwa

3. Katholik 363 Jiwa

4. Hindu 73 Jiwa

5. Budha 288 Jiwa

6. Kepercayaan 55 Jiwa

Sumber: Data Sekunder 2018

4) Jumlah penduduk Kecamatan Ngantang

1. Laki-laki 28.596 Jiwa

2. Perempuan 28.209 Jiwa

3. Jumlah 58.805 Jiwa

Sumber: Data Sekunder 2018

5) Jumlah Penduduk Kecamatan Pujon

1. Laki-laki 34.075 Jiwa

2. Perempuan 34.051 Jiwa


3. Jumlah 68.126 Jiwa

Sumber: Data Sekunder, 2018

6) Jumlah Penduduk Kecamatan Kasembon

1. Laki-laki 17.073 Jiwa

2. Perempuan 16.306 Jiwa

3. Jumlah 33.379 Jiwa

Sumber: Data Sekunder, 2018

Dari jumlah data pada tabel 1 dengan jumlah penduduk dari masiang-

masing Kecamatan yang telah bergabung pada Samsat Kota Batu menunjukan

bahwa dari setiap jumlah penduduk yang telah diketahui berdasarkan data pada

tahun 2016. Merupakan suatu kawasan hukum pada saat ini menjadi kawasan

hukum samsat kota batu yang berkembang dengan asas persatuan dan menjunjung

harkat dan martabat masyarakatnya. Oleh karena itu data jumlah penduduk yang

sudah terdata dari masing-masing gabungan Kecamatan tersebut merupakan

bagian dari perkembangan jumlah penduduk gabungan Samsat Kota Batu

khususnya. Dan menjadi catatan dan masukan bagi Dinas kependudukan untuk

mendatanya. Adapun data jumlah penduduk Samsat Kota Batu berdasarkan

Kecamatan sebagai berikut:

Tabel 2.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Wilayah Kecamatan

NO WILAYAH JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KET


. KECAMATAN TOTAL(JIWA)
LK(JIWA) PR(JIWA)
1. BATU 50.330 49.501 99.831

2. BUMIAJI 31.235 30.704 61.939

3. JUNREJO 27.046 26.436 53.482

JUMLAH 108.611 106.641 215.252

Adapun Kota Batu terdiri dari 3 (Tiga) Kecamatan 24 Desa / Kelurahan

meliputi Kec. Batu (4 Desa dan 4 kel), Kec. Bumiaji (9 Desa) dan Kec. Junrejo (6

Desa dan 1 Kelurahan) dengan jumlah penduduk total Tahun 2016. Sehingga dari

jumlah data penduduk ini dapat menjadi suatu ukuran bahwa Samsat Kota Batu

menjadi Samsat yang berkembang dengan jumlah penduduk yang besar. Dari ke

tiga gabungan Kecamatan yang sekarang ini menjadi ranah hukum Samsat Kota

Batu sehingga perlu untuk selalu menjaga keutuhan dan keharmonisan

masyarakatnya.

4.2.4 Visi dan Misi Samsat Kota Batu

Visi

“Kantor Bersama Samsat Batu Kota Unggul Dalam Pelayanan Kepada

Masyarakat”

Misi

1. Meningkatkan Mutu Pelayanan Dengan Berstandar Iso;

2. Meningkatkan Profesionalisme Kerja Dalam Pelayanan Prima;


3. Meningkatkan Lingkungan Kerja Pelayanan Yang Nyaman, Aman, Dan

Menyenangkan.

Motto Pelayanan

“INOVASI PELAYANAN MENJADI BUDAYA KERJA KAMI”

Gambar 1. Struktur Organisasi


4.3. Penyajian Data Penelitian

4.3.1. Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Pelayanan

Perpanjanagan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor

Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor adalah dokumen yang berfungsi

sebagai tanda bukti legitimasi pendaftaran dan pengesahan suatu kendaraan

bermotor berdasarkan identitas dan kepemilikannya yang telah didaftar. Dimana

sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan yang terkandung dalam Pasal 64 ayat (1) dan (2) yaitu

pertama, setiap kendaraan bermotor wajib diregistrasikan. Kedua, registrasi

meliputi: registrasi kendaraan bermotor, registrasi perubahan identitas kendaraan

bermotor dan pemilik, registrasi perpanjangan kendaraan bermotor dan registrasi

pengesahan kendaraan bermotor.

Implementasi menjadi inti dari analisa yang digunakan dalam menganalisa

terkait dengan Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan

Perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor di Samsat Kota Batu. Hal

ini dikarenakan surat tanda nomor kendaraan bermotor merupakan dokumen yang

berfungsi sebagai tanda bukti legitimasi pendaftaran dan pengesahan suatu


kendaraan bermotor berdasarkan identitas dan kepemilikannya yang telah

didaftar. Selain itu, berdasarkan rumusan masalah yang difokuskan pada

implementasi prinsip-prinsip good governance dalam pelayanan perpanjangan

surat tanda nomor kendaraan bermotor di Samsat Kota yang dianalisis dengan

teori George C. Edward III dalam Agustino, (2012:150) yang menjelaskan bahwa

model implementasi tersebut merupakan pendekatan yang sangat penting

dilakukan atau dilaksanakan dalam suatu organisasi. Maka peneliti pada tahap ini

akan menguraikan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan pada saat penelitian

berlangsung, selanjutnya hasil temuan di lapangan disesuaikan dengan rumusan

masalah dan fokus penelitian. Pada penelitian ini, peneliti akan memfokuskan

pada implementasi prinsip transparansi dalam pelayanan perpanjangan surat tanda

nomor kendaraan bermotor di Samsat Kota Batu. Maka implementasi prinsip

transparansi dalam penelitian ini peneliti menganalisa menggunakan Model

Implementasi Edward III yang mengukur implementasi prinsip transparansi good

dengan empat faktor yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur

birokrasi.

Salah satu unsur yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan

sebuah kebijakan menurut George C. Edward dalam Nugroho adalah komunikasi.

Komunikasi dalam konteks penelitian ini digunakan agar pelaksanaan prinsip-

prinsip good governance dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor

kendaraan bermotor pada Samsat Kota Batu dapat berjalan dengan baik.

Komunikasi ini digunakan oleh Samsat Kota Batu. Untuk mengkomunikasikan

pelaksanaan prinsip transparansi dalam pelayanan perpanjangan surat tanda


nomor kendaraan bermotor di Samsat Kota Batu yang merupakan bagian dari

prinsip-prinsip good governance ini kepada masyarakat maka dalam

penyampaiannya harus benar dan tepat agar masyarakat dapat memahami

informasi yang berkaitan dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor

kendaraan bermotor di Samsat Kota Batu

Dimensi komunikasi dalam implementasi prinsip transparansi dalam

pelayanan perpanjangan STNKB amat ditentukan dari beberapa unsur yang

terdapat dalam komunikasi yaitu, seperti penyampaian pesan, isi pesan, media

yang digunakan, serta sasaran penerima pesan, serta perubahan akibat

komunikasi.

Seperti yang disampaikan oleh Kepala Administrasi Pelaksana Samsat

Kota Batu:

Komunikasi merupakan suatu hal yang penting dalam keberhasilan dalam


suatu pelayanan terutama dalam pelayanan perpanjangan surat tanda
nomor kendaraan bermotor sehingga kami Samsat Kota Batu berusaha
semaksimal mungkin untuk memberikan informasi kepada masyarakat
tentang mekanisme dan alur dalam mengurus perpanjangan surat tanda
nomor kendaraan bermotor dimana kami melakukan sosialisasi dan
memasang benner-benner tentang mekanisme dan biaya dalam mengurus
perpanjangan STNK. (Wawancara, Selasa, 30 Januari 2018)
.

Seperti yang disampaikan oleh Staf bagian Informasi Operator Data dan

Pelayanan Informasi Samsat Kota batu:

Kami dari Samsat Kota Batu sadar betul bahwa komunikasi bagian yang
tidak terpisahkan dalam pelayanan, sehingga pelayanan dapat berjalan
sesuai dengan diharapkan. Maka dari itu kami Samsat Kota Batu
mensosialisasikan secara langsung dan juga memasang bener tentang
tatacara alur dan mekanisme dalam mengurus perpanjangan STNK kepada
masyarakat. (Wawancara, Kamis, 1 Februari 2018)

Selain itu Staf Bagian Pendaftaran dan Penetapan Samsat Kota Batu juga

menjelaskan:

Komunikasi yang kami lakukan seperti sosialisasi karena sosialisasi


merupakan pemberitahuan secara langsung yang ditujukan kepada
masyarakat sehingga harapan kami masyarakat dapat memahami secara
langsung tatacara alur dan mekanisme dalam mengurus perpanjangan
STNK. Dan ada juga kami memasang benner di depan kantor supaya
masyarakat dapat melihat secara langsung mekanisme dalam mengurus
perpanjangan STNK. (Wawancara, Jumat, 2 Februari 2018)

Pendapat masyarakat terkait komunikasi yang diberikan Samsat Kota batu:

Komunikasi yang diberikan Samsat Kota Batu sudah baik dilihat dari
penyampaian informasi melalui sosialisasi yang memberi manfaat bagi saya
dalam memahami secara langsung tatacara alur dan mekanisme dalam
mengurus perpanjangan STNK ada juga benner yang di pasang depan
kantor bisa saya lihat secara langsung sehingga dapat membantu saya
memahami dalam mengurus perpanjangan STNK. (Wawancara, Jumat, 2
Februari 2018)
Gambar. 4 Media Komunukasi Baner dan Sms Push
Sumber: Data Sekunder, 2018

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di lapangan bahwa media

komunikasi yang diterapkan oleh Samsat Kota Batu melalui sosialisasi maupun

pemasangan bener yang berkaitan dengan mekanisme pelayanan yang merupakan

bentuk transparansi dalam penyampaian informasi. Dari hasil wawancara,

dokumentasi serta observasi bahwa komunikasi yang diterapkan oleh Samsat Kota

Batu sudah transparan yang mana komunikasi berupa informasi melalui sosialisasi

maupun pemasangan bener memudahkan dalam memahami mekanisme dalam

pelayanan. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan

faktor penting demi terwujudnya prinsip-prinsip transparansi dengan baik dimana

dalam pelaksanaannya Samsat Kota Batu sudah mengkomunikasikan dalam


sosialisasi maupun memasang bener sehingga masyarakat memahami betul secara

langsung bagaimana tatacara alur dan mekanisme dalam mengurus perpanjangan

STNK. Pemerintahan Samsat Kota Batu berharap dengan mensosialisasikan dan

memasang bener, masyarakat bisa memahami bagaimana alur tatacara dan

mekanisme dalam mengurus perpanjangan STNK sehingga proses pelayanan pun

bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Yang mana berdasarkan analisa

bahwa Samsat Kota batu sudah transparan dalam memberikan informasi yang

dapat diterima dan dipahami masyarakat berkaitan dengan proses

penyelenggaraan pelayanan, yang mana Samsat Kota Batu mensosialisasikan

maupun memasang bener seperti mekanisme dalam pengurusan perpanjangan

surat tanda nomor kendaraan bermotor.

Dapat disimpulkan dari hasil observasi yang dilakukan bahwa komunikasi

yang dilakukan Samsat Kota Batu dengan memberikan informasi melalui media

sosialisasi dan pemasangan bener sudah transparan dalam memberikan informasi

yang mana merupakan bagian dari prinsip-prinsip good governance dengan

mensosialisasikan dan memasang bener yang berkaitan tata cara alur dan

mekanisme dalam mengurus perpanjangan STNK.

Sumber daya merupakan faktor penting demi terselenggaranya kebijakan

yang baik, maka dengan itu diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang cukup

serta ditingkatkan skill (kemampuan) yang dimiliki oleh pelaksana prinsip-prinsip

transparansi dalam pelayanan perpanjangan STNK bermotor.

Seperti yang telah disampaikan oleh Kepala Administrasi Pelaksana Samsat Kota

Batu:
Berkaitan dengan sumber daya manusia yaitu pegawai di Samsat Kota
Batu sudah haldal dan berkompeten di dalam menjalankan tugas dan
fungsinya berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan tidak ada pegawai
yang merasa kesulitan. Tetapi kami Samsat Kota Batu masih mengalami
kendala bahwa masih adanya masyarakat yang buta huruf dan membuat
proses pelayanan sedikit terlambat. Tapi bukan dengan begitu kami tidak
memiliki solusi atau cara. Kami Sumber daya merupakan faktor
penting terselenggaranya pelayanan yang baik. Kualitas sumber daya yang
handal juga menjamin berjalannya pelayanan yang sesuai dengan yang
diharapkan. Sumber daya disini yang dimaksud yaitu sumber daya
manusia dan non manusia (fasilitas sarana dan prasarana). Sumber daya
manusia yaitu pegawai Samsat Kota yang sudah menjalankan tugas dan
fungsi dengan semaksimal mungkin sehingga dapat memberi dampak
terhadap masyarakat. (Wawancara, Selasa, 30 Januari 2018)
Seperti yang disampaikan oleh Staf Bagian Informasi Operator Data dan

Informasi Pelayanan Samsat Kota Batu:

Pegawai Samsat Kota Batu sudah diberi pelatihan dan didukung dengan
keahlian yang sudah dimiki pegawai dalam bidangnya masing-masing
bahkan pegawai juga bisa merangkap dalam mejalankan pelayanan
sehingga jika ada kendala dalam pelayanan para pegawai tidak mengalami
kesulitan dalam menyikapi kendala yang ada. (Wawancara, Kamis, 1
Februari 2018)
Hal ini juga dibenarkan oleh Staf Bagian Pendaftaran dan Penetapan

Samsat Kota Batu mengatakan bahwa:

Pegawai Samsat Kota Batu sudah memiliki kualitas dalam menjalankan


tugas dan fungsinya masing-masing bahkan bisa merangkap dalam
menjalankan pelayanan dan didukung dengan pelatihan sehingga
pelayanan dapat berjalan dengan maksimal kepada masyarakat.
(Wawancara, Jumat, 2 Februari 2018)

Sesuai dengan pendapat masyarakat yang mengatakan bahwa:

Saya sebagai masyarakat yang mengurus perpanjangan STNK sudah


merasakan dan menerima pelayanan yang baik dari para pegawai Samsat
Kota Batu, tapi memang ada kadang kendalanya pelayanan sedikit
terlambat dan pegawainya pun segara melakukan tindakan dalam
mengatasi kendala yang ada. (Wawancara, Jumat, 2 Februari 2018).
Tabel 3. Data Jumlah Pegawai Samsat Kota Batu

INSTAN
NO NAMA NIP PANGKAT JABATAN
SI
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. AJUN
Ari Galang S, KASAT
NRP. 85091999 KOMISARI POLRI
S.I.K LANTAS
S POLISI
2. Ponsen Kanit Reg
NRP. 73030021 IPTU POLRI
Dadang M,SH Ident
3. Edy Cahyono, 19640121
Penata ADPEL Bapenda
S.Sos 199203 1 004
4. PJ. Jasa Jasa
Febriyant o r. 678613619
Raharja Raharja
5. Staf Jasa Jasa
Eko Prasetyo - -
Raharja Raharja
6. Suryanto 77100485 Bripka Baur STNK POLRI
7. Narika 84080667 Brigadir Pendaftaran POLRI
8. Vebry Rangga 85020495 Brigadir Pendaftaran POLRI
9. Gema Indra W. 84040553 Brigadir Pendaftaran POLRI
10. Baur
Bayu Fitri K. 73100598 Bripka POLRI
Formulir
11. Fatika Maya S. 85080229 Brigadir Formulir POLRI
12. Baur Mut
Gatot Jarwanto 78090561 Bripka POLRI
Keluar
13. Khotibi 64100007 Brigadir Baur Berkas POLRI
14. Rudi s - - Berkas POLRI
15. Sugeng H. 82090506 Brigadir Cetak STNK POLRI
16. Andri F. PLH - Cetak STNK POLRI
17. Fahmi Ghofur 85080223 Brigadir Cek Fisik POLRI
18. Norman 78090562 Brigadir Cek Fisik POLRI
19. 19660215200212 Pengatur
Slamet Siyono Cek Fisik POLRI
1001 Muda
20. 19581020198503 Penata
Astofa OPSYS Bapenda
1020 Muda
INSTAN
NO NAMA NIP PANGKAT JABATAN
SI
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
21. Shanti
PTT OPDAT Bapenda
saraswati
22. Moh. Ridwan PTT SATPOL PP Bapenda
23. Mirza Ghulam
PTT SATPOL PP Bapenda
A
24. Zainal Mustofa PTT SATPOL PP Bapenda

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan dapat

disimpulkan bahwa sumber daya merupakan faktor penting berjalannya pelayanan

yang diharapkan dan berjalan dengan baik dimana dalam pelaksanaannya pegawai

harus memiliki kesiapan yang memadai dan matang, mulai kesiapan dari segi

kompetensi serta keterampilan dalam menjalakan tugas dan fungsinya yang mana

berdasarkan daftar pegawai di Samsat Kota Batu di atas memiliki kompetensi dan

keahlian dibidangnya masing-masing pelayanan perpanjangan surat tanda nomor

kendaraan bermotor.

Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan merupakan faktor yang

penting dalam pendekatan mengenai pelaksanaan atau kebijakan publik. Jika

pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka pelaksana kebijakan tidak hanya

harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki

kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga dalam prakteknya tidak terjadi

bias. Menurut Edward III dalam Winarno kecenderungan dari para pelaksana

kebijakan merupakan faktor ketiga yang mempunyai konsekuensi-konsekuensi

penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana bersikap

baik terhadap suatu kebijakan tertentu, hal ini berarti adanya dukungan dan
kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang

diinginkan oleh para pembuat keputusan awal. Demikian juga sebaliknya, bila

tingkah laku atau perspektif-perspektif para pelaksana berbeda dengan para

pembuat keputusan, maka proses pelaksanaan suatu kebijakan semakin sulit.

Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan

berperan penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan

tujuan atau sasaran. Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana

kebijakan misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan

implementor untuk tetap berada dalam asa program yang telah digariskan,

sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan membuat mereka

selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi dan tanggung jawab

yang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam

implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik maka

dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan

oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka

implementasi tidak akan terlaksana dengan baik. Dari wawancara hasil penelitian

yang didapat di lapangan bahwa sikap pelaksanaan implementasi prinsip-prinsip

good governance dalam pelayanan perpanjangan STNK sudah baik.

Seperti yang disampaikan oleh Kepala Administrasi Pelaksana Samsat

Kota Batu:

Bahwa Polri, Badan Pendapatan Provinsi, Jasa Raharja dan pihak Samsat
Kota Batu yang berkerjasama dalam pelayanan ini selalu mendukung dan
siap melaksanakan pelayanan yang menjadi tujuan bersama untuk
menciptakan pelayanan yang baik kepada masyarakat sehingga pelayanan
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. (Wawancara, Selasa, 30
Januari 2018)
Senada dengan yang disampaikan oleh Staf Bagian Informasi Operator

Data dan Pelayanan Informasi Samsat Kota Batu:

Kami Samsat Kota Batu dalam melaksanakan pelayanan bekerjasama


dengan Polri, Badan Pendapatan Provinsi dan Jasa Raharja berkomitmen
dalam melaksanakan tanggungjawab kami dalam memberi pelayanan
kepada masyarakat dengan penuh kesadaran memberikan yang terbaik
semaksimal mungkin kami dalam memberi pelayanan perpanjangan
STNK. (Wawancara, Kamis, 1 Februari 2018)
Hal ini juga dibenarkan oleh Staf Bagian Pendaftaran dan Penetapan

Samsat Kota Batu mengatakan bahwa:

Kami Samsat Kota Batu memiliki kesadaran penuh dan berkomitmen


dalam melaksanakan pelayanan yang baik dengan melakukan pelatihan-
pelatihan ke pegawai sehingga pegawai memiliki kesiapan yang matang
dalam memberi pelayanan yang semaksimal mungkin kepada masyarakat.
(Wawancara, Jumat, 2 Februari 2018)
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di lapangan, sikap

pelaksanaan dalam implementasi prinsip-prinsip good governance di Samsat Kota

Batu sudah baik. Dalam hal ini pelaksana prinsip-prinsip good governance dalam

pelayanan STNK menjalankan tugas dan tanggungjawab seperti yang diharapkan

sesuai dengan intruksi dari instansi-instansi yang bersangkutan. Karena ketika

pelaksana memiliki sifat atau perspektif yang berbeda dengan atasan atau pembuat

keputusan maka proses pelayanan juga menjadi tidak efektif.

Struktur birokrasi merupakan hal penting karena memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini

melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek

pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat


Standart Operational Procedure (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap

implementator dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak

melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah struktur

birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan terfragmentasi akan

cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur birokrasi yang

rumit dan kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi

menjadi tidak fleksibel.

Menurut Edward III dalam Nugroho, menjelaskan bahwa struktur birokrasi

berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi penyelengara

kebijakan publik. Tantangannya adalah bagaimana agar tidak terjadi bureaucratic

fragmentation karena struktur ini menjadikan proses implementasi menjadi jauh

dari efektif. Di indonesia sering terjadi inefektivitas implementasi kebijakan

karena kurangnya koordinasi dan kerjasama diantara lembaga-lembaga negara dan

pemerintah. Pada implementasi prinsip-prinsip good governance dalam pelayanan

perpanjangan STNK di Samsat Kota Batu, peneliti membagi pembahasan hasil

mengenai struktur birokrasi menjadi 2 (dua). Kedua hal tersebut yaitu:

1). Standar Operating Procedur (SOP) adalah suatu standar/pedoman

tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu

kelompok atau pelaksana untuk mencapai tujuan organisasi.

2). Fragmentasi adalah upaya penyebaran tanggungjawab kegiatan-

kegiatan atau aktivitas-aktivitas para pelaksana diantara beberapa unit

kerja.
Seperti yang disampaikan oleh Kepala Administarasi Pelaksana Samsat

Kota Batu:

Dalam menjalankan suatu organisasi dimana kami Samsat Kota Batu


sudah memiliki standar pelayanan, dan dijelaskan secara langsung kepada
para pelaksana tugas dan tanggungjawab masing-masing yang bertujuan
untuk mematangkan dan kesiapan dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab masing-masing bidang. Kami Samsat Kota Batu sudah
menjalankan pelayanan sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan dan itu
menjadi pedoman bagi kami dalam menjalankan suatu pelayanan kepada
masyarakat dengan sebaik mungkin. (Wawancara, Jumat, 2 Februari
2018).
Senada dengan yang disampaikan oleh Staf Bagian Informasi Operator

Data dan Pelayanan Informasi Samsat Kota Batu:

Berdasarkan SOP pelayanan yang sudah ditetapkan dan dijelaskan secara


langsung dan dapat memahami secara langsung sehingga kematangan dan
kesiapan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan tanpa adanya kesulitan. (Wawancara,
Jumat, 2 Februari 2018).

Gambar. 5 Standar Prosedur Pelayanan


Berdasarkan wawancara dan temuan dokumen diatas dari hasil penelitian

yang dilakukan peneliti di lapangan, dapat disimpulkan bahwa struktur birokrasi

pada Samsat Kota Batu dapat dikatakan sudah baik, dimana Samsat Batu dalam

menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan SOP yang sudah

ditetapkan.

4.3.2 Faktor Pendukung Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance

dalam Pelayanan Perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaran

Bermotor di Samsat Kota Batu.


Pelaksanaan pelayanan dalam perpanjangan Surat Tanda Nomor

Kendaraan Bermotor pada Kantor Samsat Kota Batu tidak akan pernah terlepas

dari faktor yang mendukung atau suksesnya pelayanan yang diberi Samsat Batu

kepada masyarakatnya dalam perpanjangan STNK. Hal ini juga dibuktikan

dengan dukungan dari masyarakat yang selalu memberikan aspirasinya kepada

pihak Samsat Batu untuk selalu berpegang pada tanggung jawab untuk

memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Yang kini menjadi

tantangan kualitas bagi pihak Samsat untuk selalu berupaya menciptakan

pelayanan dan jasa yang berkualitas, tingginya tuntutan untuk semakin kreatif,

berani mengambil resiko untuk membela dan menjunjung kehormatan bagi

pelaksanaan dalam pelayanan perpanjangan STNK dapat beradaptasi, mampu

berkerja dalam kelompok serta bertambahnya tekanan untuk meningkatkan

kualitas kerja dan partispasi kerja tim. Oleh karena itu, Samsat Kota Batu yang

saat ini semakin berupaya untuk selalu peduli kepada masyarakat dalam

mewujudkan keharmonisan baik didalam urusan tentang surat menyurat maupun

keamanan masyarakatnya Samsat Batu berharap masyarakat juga mau

menjalankan kerja sama berasama-sama membangun dan menaati aturan yang

telah dibuat. Perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang saat ini

menjadi peran penting bagi Samsat Kota Batu pada umumnya untuk selalu

mengayomi ketaatan dan kerjasama. Berikut petikan wawancara dengan Kepala

Administrasi Pelaksana Samsat Kota Batu tentang faktor pendukung dalam

pelayanan Perpanjangan STNK:

Kita pada prinsipnya kita melayani masyarakat dengan nyaman dan aman
maka dari fasilitas kita sudah meyediakan semuanya sesuai dengan standar
iso kita sudah ada ruang ibu menyusui, ruang lansia, ruang pelayanan beri
ac, rest area smoking, toilet ada wajib pajak toilet untuk wajib pajak kita
sediakan toilet masing-masing.

Staf Bagian Informasi Operator Data dan Pelayanan Informasi Samsat

Kota batu juga menambahkan argumennya tentang hal yang menjadi faktor

pendukung dalam pelayanan perpanjangan STNK. Berikut petikan hasil

wawancaranya:

Samsat Batu selain memenuhi segala sarana dan prasarana yang dimiliki
faktor lain seperti website yang berfungsi agar masyarakat lebih mudah
mengunjungi atau memberikan keluhan-keluhan terhadap pelayanan yang
diberikan Samsat Batu, banner prosedur atau tatacara perpanjangan STNK
yang dipajang didepan Kantor Samsat ini merupakan sebuah faktor
pendukung pelayanan perpanjangan STNK.

Disisi yang sama dijelaskan juga oleh Staf Bagian Pendaftaran dan

Penetapan Samsat Kota Batu:

Pemberian pelayanan merupakan sebuah hak dasar yang harus masyarakat


dapatkan dari pemberi pelayanan seperti instansi pemerintah, dengan
demikian hal inilah salah satu faktor pendukung agar kepuasan masyarakat
dapat terpenuhi, dengan suatu keterbukaan kepada masyarakat maka
pelayanan yang diberikan tidak bersifat merumitkan yang dilayani maupun
yang melayani. Samsat Batu juga memiliki website tersendiri, dengan
demikian masyarakat lebih mudah mengakses Samsat Kota Batu dan
mengetahui informasi-informasi tentang Samsat Kota Batu.
Kesimpulan ini menunjukan bahwa kekompakan, keterbukaan dan

kebersamaan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus semakin

meningkat agar kualitas dalam menjalankan tugas dan kewajiban dalam

menciptakan kerja dalam pelayanan pembuatan surat keterangan catatan

kepolisian semakin baik dikalangan pandangan masyarakat pada umumnya. Dan

menjadi strategi yang sesuai dengan prinsip-prinsip dalam good governance.


4.3.3. Faktor Penghambat Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance

dalam Pelayanan Perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor Di Samsat Kota Batu.

Pelaksanaan pelayanan perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor juga tidak serta merta berjalan dengan baik. Dimana dilihat dari segi

komunikasi bahwa terdapat dari sebagian masyarakat masih buta huruf sehingga

menghambat proses pelayanan. Namun disisi lain juga ada faktor penghambat

yang sekiranya dari faktor penghambat tersebut menjadi inspirasi bersama untuk

selalu peduli dengan harapan. Artinya bahwa harapan yang kita inginkan untuk

mewujudkan peraturan yang baik, dan tepat waktu terhadap sistem dalam

pelayanan perpanjangan STNK. Sehingga dari penghambat tersebut penghargaan

atas kinerja dapat menciptakan sikap, motivasi, dan memacu perbaikan

peningkatan kinerja sebagai salah satu penghargaan atas kinerja yang dicapai.

Berikut kutipan wawancara dengan Kepala Administrasi Pelaksana Samsat Kota

Batu memberikan argumennya tentang faktor penghambat pelayanan

perpanjangan STNK:

Sesungguhnya suatu hambatan tidak ada, hambatan yang kita hadapi di


internal kita kadang listrik mati sehingga terganggunya jaringan, otomatis
tidak bisa kita layani kita menunda seperti yang pernah terjadi kita tunda
sampai dua jam karena listrik mati dan mati otomatis kita pasang genset
tidak bisa karena yang mati satu jalur saja, tapi kalau mati semuanya kita
bisa pakai genset kita siapkan. Adapun hambatan dari masyarakatnya
kurang kelengkapan administrasi yang ada yang mana jelas diaturan
bahwa kalau perpanjangan STNK itu hanya bawa STN asli dan identitas
diri yang sesuai dengan nama yang ada di STNK ini kadang karena
(Wawancara, Selasa, 30 Januari 2018)
Staf Bagian Informasi Operator Data dan Pelayanan Informasi Samsat

Kota Batu tentang faktor penghambat dalam pelayanan Perpanjangan STNK:

Suatu pelayanan tidak semerta-merta berjalan mulus melainkan terkadang


menghadapi masalah baik itu dari instansi maupun dari masyarakat itu
sendiri, contohnya masalah yang timbul dari instansi terkadang jaringan
internet mengalami gangguan jaringan sehingga memperlambat waktu
penyelesaian pelayanan dan masalah dari masyarakat itu sendiri terkadang
terjadi ketidakvalidnya identitas dan sebagainya, namun pihak disini selalu
mencari solusinya. (Wawancara, Kamis, 1 Februari 2018)

Disampaikan juga oleh Staf Bagian Pendaftaran dan Penetapan Samsat


Kota Batu mengenai penghambat yang dialami:
Seperti yang kita ketahui bahwa pelayanan sekarang ini menggunakan
tenaga listrik untuk melakukan print, cetak surat dan lainnya, namun
terkadang listrik mati yang membuat terhambatnya suatu pelayanan, bukan
hanya masyarakat yang mengeluh bahkan kami juga mengeluh karena
belum bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat hanya karena
ganguan listrik. (Wawancara, Jumat, 2 Februari 2018)

Kesimpulan dari wawancara diatas menunjukan bahwa faktor penghambat

cenderung muncul karena tanggapan masyarakat yang selalu tidak konsekuensi

dengan peraturan dan prosedurnya yang sudah diterapkan. Oleh karenanya dalam

perpanjangan STNK masyarakat selalu ingin menginkan yang lebih baik lagi.

Namun Samsat Kota Batu selalu tetap berpegang tegguh dengan kewajiban dan

tanggungjawabnya untuk selalu melayanani masyarakat dengan baik. Dan saat ini

sumber daya manusia, cara berfikir manusia, tindakan itulah salah satu kendala

yang terus diperhatikan oleh penyelenggara pelayanan publik

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian


4.4.1. Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Pelayanan

Perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor Di Samsat

Kota Batu.

Sesuai dengan konsep, pelayanan publik ialah suatu pemberian pelayanan

prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban pegawai

pemerintah sebagai abdi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan

bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Begitu

pentingnya profesionalitas pelayanan publik maka agar pelayanan menjadi lebih

baik dan berkualitas perlu dilakukannya reformasi pelayanan publik yaitu melalui

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan

Publik.Peraturan tersebut perlu dipedomani oleh setiap birokrasi publik dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip pelayanan.

Sesuai dengan semangat pemerintah dalam mengimplementasikan UU No 23

Tahun 2014 tentang otonomi daerah untuk semakin mendekatkan

penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat, sehingga peluang pemerintah

untuk dapat lebih memahami kebutuhan dasar dan atau hak-hak dasar masyarakat

semakin besar. Melalui pemahaman tentang kebutuhan dasar dari masyarakat

tersebut mengharuskan pemerintah untuk dapat memenuhi keinginan masyarakat,

mewujudkan keinginan masyarakat akan pentingnya pelayanan publik yang

efisien, efektif, berkeadilan, transparan dan akuntabel. Yaitu pelayanan harus

tersedia untuk semua kalangan tanpa memandang kondisi, walaupun dalam realita
sosial menunjukkan dimana masih banyak ketimpangan pelayanan di daerah-

daerah yang tidak merata.

Sesuai dengan semangat pemerintah dalam mengimplementasikan UU No

23 Tahun 2014 tentang otonomi daerah untuk semakin mendekatkan

penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat, sehingga peluang pemerintah

untuk dapat lebih memahami kebutuhan dasar dan atau hak-hak dasar masyarakat

semakin besar. Melalui pemahaman tentang kebutuhan dasar dari masyarakat

tersebut mengharuskan pemerintah untuk dapat memenuhi keinginan masyarakat,

mewujudkan keinginan masyarakat akan pentingnya pelayanan publik yang

efisien, efektif, berkeadilan, transparan dan akuntabel. Yaitu pelayanan harus

tersedia untuk semua kalangan tanpa memandang kondisi, walaupun dalam realita

sosial menunjukkan dimana masih banyak ketimpangan pelayanan di daerah-

daerah yang tidak merata.

Apalagi dengan perkembangan teknologi dan arus informasi sekarang ini

yang sangat cepat telah mendorong setiap organisasi publik untuk menghasilkan

produk atau inovasi layanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan

masyarakat, sehingga masyarakat merasa puas dengan apa yang telah mereka

dapatkan dari produk layanan organisasi tersebut. Perkembangan tersebut sangat

berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan dan keinginan masyarakat modern

akan suatu layanan yang mampu memberikan kemudahan, kecepatan, dan

kepraktisan dalam bertransaksi. Selain itu sekarang ini setiap instansi maupun

perusahaan milik pemerintah juga telah dituntut agar selalu meningkatkatkan

produktivitasnya, sehingga Pemerintah terus berupaya meningkatkan


produktivitas pelayanannya. Dimana produktivitas itu sendiri merupakan

kemampuan sebuah instansi atau perusahaan penghasil jasa dalam menggunakan

input untuk menyediakan jasa dengan memenuhi ekspektasi pelanggan. Posisi

kualitas pelayanan tersebut terletak pada ekspektasi pelanggan terhadap kondisi

nyata. Sehingga peneliti akan membahas terkait hasil penelitian mengenai Prinsip

Transparansi Dalam Pelayanan Perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor Pada Samsat Kota Batu yang terdapat pada subpoit sebelumnya, dengan

menyesuaiankannya dengan teori Edward III dengan model pendekatan yaitu

komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.

1. Komunikasi

Implementasi transparansi dalam pelayanan perpanjangan surat tanda

nomor kendaraan bermotor akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan

tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab

dalam pencapaian. Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu

dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi atau

keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan perlu dikomunikasikan sehingga

pelaksana mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan kebijakan itu.

Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat kompleks dan

rumit. Di samping itu sumber informasi yang berbeda juga akan melahirkan

interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi prinsip-prinsip transparansi

dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan bermotor berjalan

efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah keputusan harus

mengetahui apakah mereka dapat melakukannya. Sesungguhnya implementasi


prinsip-prinsip transparansi harus diterima oleh semua pelaksana dan harus

mengerti secara jelas dan akurat mengenai maksud dan tujuan dalam prinsip-

prinsip transparansi. Jika para implementor bingung dengan apa yang mereka

lakukan dan jika dipaksakan maka tidak akan mendapatkan hasil yang optimal.

Tidak cukupnya komunikasi kepada para implementor secara serius

mempengaruhi implementasi prinsip-prinsip transparansi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

merupakan faktor penting dalam implementasi prinsip-prinsip transparansi dalam

pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan bermotor demi

terselenggaranya implementasi tersebut dimana para pelaksana harus mengerti

dan memahami secara jelas dan akurat mengenai maksud dan tujuan dari prinsip-

prinsip transparansi dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan

bermotor.

2. Sumber Daya

Sumber daya merupakan faktor yang mempengaruhi dalam proses

implementasi prinsip-prinsip transparansi dalam pelayanan perpanjangan surat

tanda nomor kendaraan bermotor di Samsat Kota Batu yang mana implementasi

tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Adapun

terdapat indikator yang mempengaruhi dalam mengimplementasikan prinsip-

prinsip transparansi dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan

bermotor yaitu sumber daya manusia dan sumber daya non manusia (fasilitas atau

sarana prasarana). Implementasi prinsip-prinsip transparansi tidak akan berhasil

tanpa adanya dukungan dari sumber daya manusia yang berkualitas dan
kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia disini berkaitan dengan

keterampilan, dedikasi, profesionalitas dan kompetensi dibidangnya, sedangkan

kuantitas disini berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah

sesuai dengan yang dibutuhkan untuk seluruh kelompok sasaran. Sumber daya

manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi. Sebab tanpa

sumber daya manusia yang mumpuni implementasi prinsip-prinsip transparansi

akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kedua sumber daya yang

mempengaruhi yaitu sumber daya non manusia (fasilitas atau sarana prasarana)

seperti komputer, jaringan internet, listrik, ruangan untuk pelayanan baik bagi

pelaksana maupun masyarakat itu sendiri. Sarana prasarana dalam pelayanan

menjadi salah satu hal penting dalam menjamin tingkat kualitas penyelenggaraan

pelayanan di Samsat Kota Batu. Oleh karena itu sarana prasarana harus secara

tepat disiapkan pada saat akan dipergunakan.

Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi yang peneliti

lakukan bahwa sumber daya manusia yaitu pegawai di Samsat Kota sudah

mampu dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing dilihat dari

keahlian di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber daya merupakan faktor penting

demi terselenggaranya prinsip-prinsip transparansi dalam pelayanan perpanjangan

surat tanda nomor kendaraan bermotor di Samsat Kota Batu dengan baik yang

mana terdapat dua indikator dalam faktor sumber daya tersebut yaitu, sumber

daya manusia pegawai di Samsat Kota Batu terbagi berdasarkan tugas dan fungsi

dibidang masing-masing dan sumber daya non manusia (fasilitas atau sarana

prasarana). Dimna dalam pelaksanaannya sumber daya manusia (staff ) harus


memiliki kesiapan yang matang dan memadai dari segi kualitas dan kuantitasnya,

begitu juga sarana prasana yang menjadi salah satu hal yang penting dalam

menjamin kualitas pelayanan sehingga sarana prasana harus secara tepat disiapkan

pada saat akan dipergunakan.

3. Disposisi

Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam implementasi prinsip-prinsip

transparansi dalam pelayanan perpanjanagn surat tanda nomor kendaraan

bermotor di Samsat Kota Batu yaitu sikap implementor. Kecenderungan perilaku

atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan penting dalam untuk

mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau sasaran.

Karakter yaitu dimana sikap maupun perilaku penting yang harus dimiliki oleh

pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi. Berdasarkan

data hasil penelitian dapat diamati dari pernyataan informan yang menyatakan

bahwa sikap pelaksanaan dalam implementasi prinsip-prinsip transparansi dalam

pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan bermotor di Samsat Kota

Batu sudah baik. Pelaksana kebijakan dalam hal ini selalu siap dalam

melaksanakan pelayanan dengan baik demi terselenggaranya prinsip-prinsip

transparansi dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan

bermotor di Samsat Kota Batu.

POLRI, Dinas Pendapatan Provinsi dan Jasa Raharja selalu siap

mendukung sepenuhnya pelaksanaan implementasi prinsip-prinsip transparansi

yang merupakan hal penting dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip

transparansi dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan


bermotor sehingga pelaksanaan kebijakan pun dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan, yang mana berdasarkan instruksi dari lembaga-lembaga tersebut yaitu

POLRI, Dinas Pendapatan Provinsi dan Jasa Raharja yang bertanggung jawab

mempersiapkan dalam berbagai hal yang mendukung implementasi prinsip-

prinsip transparansi dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan

bermotor.

Berdasarkan penyataan diatas, peneliti menyimpulkan jika para

implementor implementasi prinsip-prinsip transparansi dalam pelayanan

perpanjangan surat tanda nomor kendaraan bermotor sudah bersikap baik dalam

kebijakan tertentu, dalam hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan mereka

akan melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh pembuat

kebijakan. Demikian pula apabila tingkah laku atau perspektif-perspektif para

pelaksana berbeda dengan para pembuat keputusan, maka proses pelaksanaan

suatu kebijakan semakin sulit. Namun ketika suatu kebijakan diterapkan maka

harus adanya perencanaan yang matang dari pembuat kebijakan dan harus serius

menyikapi permasalahan yang menjadi hambatan pelaksanaan prinsip-prinsip

transparansi dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan

bermotor. Karena implikasi yang akan terjadi dalam implementasi prinsip-prinsip

transparansi dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan

bermotor kedepannya jika hal tersebut dibiarkan, akan menjadi sebuah kebiasaan

aparat pelaksana yang tidak baik sehingga akan menyebabkan timbulnya

ketidakpercayaan masyarakat terhadap pelaksana pelayanan.


4. Struktur Birokrasi

Pada pembahasan mengenai hasil dalam faktor struktur birokrasi yang

terdapat pada implementasi prinsip-prinsip transparansi dalam pelayanan

perpanjangan surat tanda nomor kendaraan bermotor di Samsat Kota Batu,

dimana peneliti juga akan menjabarkan bahwa terdapat indikator penting dalam

faktor struktur birokrasi yaitu, Standar Operasional Prosedur (SOP). SOP

merupakan acuan atau pedoman untuk melakukan pekerjaan atau tugasnya sesuai

dengan fungsi dan alat penilian kinerja para karyawan sesuai indikator-indikator

administrasi, teknik dan prosedural berdasarkan tata kerja, sistem kerja dan

prosedur kerja pada unit kerja yang berkaitan.


Implementasi prinsip-prinsip transparansi dalam pelayanan perpanjangan

surat tanda nomor kendaraan bermotor merupakan dasar bagaimana pemerintahan

yang baik menerapkan prinsip-prinsip transparansi dalam pelayanan yang mana

direncanakan dengan matang sesuai dengan standar dalam pelayanan. Pelaksanaan

suatu pelayanan akan dapat berjalan dengan baik apabila adanya standar

operasional prosedur (SOP) sebagai pedoman dalam menjalankan pelayanan yang

telah dibuat agar berjalan sistematis. Pelaksanaan implementasi prinsip-prinsip

transparansi dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan

bermotor di Samsat Kota Batu sudah diatur dalam prosedur-prosedur dasar

pelaksana, prosedur-prosedur dasar kerja atau standar operating prosedur (SOP)

sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu pelayanan. Prosedur-prosedur dasar

kerja adalah prosedur-prosedur atau standar pelayanan yang dijadikan acuan

pelaksanaan dalam pelayanan, dengan adanya prosedur-prosedur dasar kerja maka

implementasi prinsip-prinsip transparansi dalam pelayanan perpanjangan surat


tanda nomor kendaraan bermotor dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan

dimana sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan

yang dikemukakan oleh George C. Edward III yang mengatakan bahwa dengan

menggunakan SOP para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dan

menyeragamkan tindakan-tindakan dari pejabat di dalam organisasi. Analisis

berdasarkan prinsip-prinsip transparansi yaitu pelayanan yang baik mewajibkan

suatu lembaga negara memberikan pelayanan yang tepat waktu, prosedur yang

jelas, dan biaya juga yang jelas. Hal ini akan tertuang ke dalam sebuah standar

operasional prosedur yang dimana telah dilaksanakan oleh lembaga di Samsat

Kota Batu.
Secara garis besar, harapan yang diinginkan adalah terwujudnya

implementasi prinsip-prinsip transparansi di Samsat Kota Batu. Berdasarkan

obse, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur operasi standar yang

berupa standar iso pelaksanaan pelayanan sudah begitu paham dan mengerti

Standart operasional prosedur (SOP). Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa

SOP dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan bermotor di

Samsat Kota Batu ini sudah baik dilihat dari aspek SOP yang telah memuat tugas

dan tanggungjawab dari setiap pelaksana pelayanan perpanjangan STNK. Artinya

dengan sudah lengkapnya SOP dalam Pelaksanaan pelayanan di Samsat Kota

Batu, struktur birokrasi sudah tersedia dari mulai level yang paling tinggi yaitu

provinsi sampai ke level yang paling rendah yaitu daerah. Ketersediaan

kelembagaan ini menjadikan setiap lembaga yang ditunjuk memiliki tugas dan

wewenang masing-masing dalam kebijakan dalam pelayanan. Karena dengan

adanya kejelasan tugas dan bahan kerja dari setiap instansi memberikan
kemudahan bagi instansi lainnya dalam mengerjakan tugasnya serta tindakan-

tindakan pejabat dalam organisasi menjadi seragam dan konsisten.


4.4.2 Faktor Pendukung Dan Penghambat Implementasi Prinsip-prinsip

Good Governance Dalam Pelayanan Perpanjangan Surat Tanda

Nomor Kendaraan Bermotor

Faktor pendukung yang dilakukan oleh Samsat Kota Batu dalam

mengatasi hambatan-hambatan dalam pelayanan perpanjangan STNK yaitu

dengan melakukan pemberian informasi melalui Website Samsat Kota Batu itu

sendiri atau internet dan informasi tatacara pengurusan perpanjangan STNK

tersedia dalam banner yang dipajang di depan pintu masuk Kantor Samsat Batu.

Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Kepala Administrasi Pelaksana Samsat

Kota Batu “Prosedur pelayanan perpanjangan STNK sudah baik, segala informasi

tentang tatacara yang telah kami tentukan dapat dilihat di internet dan didepan

kantornya Samsat sudah ada informasi di baner yang kami pasang”. Pelaksanaan

prinsip-prinsip transparansi Samsat Kota Batu didasarkan kekompakan,

keterbukaan dan kebersamaan pegawai dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat dengan meningkat kualitas kerja melalui pemberian pelayanan

perpanjangan STNK cepat, tepat, persyaratan mudah dipahami masyarakat dan

biaya yang terjangkau. Sehingga dalam skripsinya Arby, (2017) mengatakan

bahwa Implementasi Prinsip-prinsip Good Governance Dalam Meningkatkan

Pelayanan Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) sudah baik.

Hal inilah yang membuktikan bahwa pelaksanaan dan pelayanan perpanjangan


STNK di Kantor Samsat Kota Batu menjadi pelayanan yang baik bagi

masyarakat.

Penghambat dalam pelayanan perpanjangan STNK pada Samsat Kota Batu

yaitu masih adanya pemohon STNK yang buta huruf dan gangguan jaringan

sehingg membuat proses pelayanan tertunda dan adapun hambatan lain yaitu

kurangnya kelengkapan dari pemohon STNK sehingga proses pelayanan pun

tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Kepala Administrasi Pelaksana

Pelayanan STNK menjelaskan bahwa, “Penghambat pelayanan yang dirasakan

sampai sekarang masih terdapat sebagian dari pemohon STNK yang buta huruf

dan gangguan jaringan yang mengganggu proses pelayanan yang kadang tertunda

yang membuat pelayanan kurang maksimal.” Dilihat dari hambatan-hambatan

tersebut bahwa dengan itu Samsat Kota Batu selalu berusaha untuk memberikan

pelayanan yang terbaik untuk masyarakat atau pemohon STNK yang mana demi

meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat dengan memberikan

pelayanan khusus kepada sebagian pemohon yang buta huruf sehingga

harapannya pelayanan dapat berjalan sesuai dengan harapan.


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya,

maka peneliti menyimpulkan bahwa:

1. Implementasi prinsip-prinsip transparansi dalam pelayanan perpanjangan

surat tanda nomor kendaraan bermotor di Samsat Kota Batu sudah baik,

yang mana komunikasi yang dilakukan sudah berjalan efektif yang mana

informasi yang diberikan sudah jelas melalui pemasangan bener di sekitar

kantor dan sosialisasi yang dialakukan setiap bulannya , sumber daya yang

dimiliki sudah mumpuni dari segi kualitas maupun kuantitasnya, kemudian

disposisi atau sikap pelaksana pelayanan dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawab selalu siap dan sigap, struktur birokrasi sudah berdasarkan

SOP yang ada, yang mana menjadi pedoman bagi Samsat Kota Batu dalam

menjalankan pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan

bermotor.

2. Faktor pendukung dalam mewujudkan implementasi prinsip-prinsip good

governance dalam pelayanan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan

bermotor tidak lepas dari sarana prasarana yang sudah sesuai dengan apa

yang dibutuhkan, dasar hukum dalam pelaksanaan pelayanan perpanjangan

surat tanda nomor kendaraan bermotor. Sedangkan faktor penghambat

implementasi prinsip-prinsip good governance dalam pelayanan

perpanjangan surat tanda nomor kendaraan bermotor dimana masih

terdapat sebagian dari masyarakat yang buta huruf dan sebagian dari
kelengkapan persyaratan yang belum lengkap, gangguan jaringan sehingga

menyebabkan keterlambatan dalam pelayanan.

5.2. Saran

Melihat beberapa faktor penghambat atau kendala yang dihadapi Samsat

Kota Batu dalam melaksanakan pelayanan perpanjangan surat tanda nomor

kendaraan bermotor, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Samsat Kota Batu

a. Diharapkan dalam meningkatkan pelayanan publik mengikuti

perkembangan teknologi yang digunakan dengan menerapkan

perpanjangan STNK secara online sehingga pelayanan semakin cepat

dan akurat sesuai dengan prosedur dalam perpanjangan STNK itu

sendiri. Sehingga masyarakat yang melakukan perpanjangan STNK

lebih memperhatikan prosedur yang telah di siapkan.

b. Perlu adanya koordinasi dengan pihak bersangkutan sehingga dapat

meminimalkan terjadinya kesalahan dalam jaringan.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat untuk lebih memahami tatacara dan persyaratan

yang sudah di siapkan pihak Samsat sehingga disaat melakukan

perpanjangan STNK masyarakat dan pihak petugas pelayanan terjalin

kerja sama yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
BUKU

Agustino, Leo, 2012., Dasar-dasar Kebijakan Publik, Penerbit CV Alfabeta


Bandung.
Dwiyanto, Agus, 2012., Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif, dan
Kolaboratif, Penerbit Gadjah Mada University Press Yokyakarta.
Hardiyansyah, 2015., Komunikasi Pelayanan Publik Konsep dan Aplikasi
dilengkapi dengan Undand-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik, Penerbit Gava Media Yogyakarta.
Moleong, Lexy, 20f14., Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya Bandung.
Nugroho, Riant, 2014., Public Policy Teori, Manajemen, Dinamika, Analisis
Konvergensi, dan Kimia Kebijakan, Penerbit PT. Gramedia Jakarta.
Nugroho, Riant, 2014., Teori Manajemen, Dinamika, Analisis Konvergensi, dan
Kimia Kebijakan, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia
Jakarta.
Sadhana, Kridawati, 2012., Etika Birokrasi dalam Pelayanan Publik, Penerbit
Percetakan CV. Citra Malang.
Sasmito, Eko, 2008., Memahami Kebijakan Publik Strategi Advokasi, Penerbit In-
Trans Publising. Raya Tlogomas VIII/52 malang.
Sedarmayanti, 2012., Good Governance Membangun Sistem Manajemen Kinerja
Guna Meningkatkan Produktivitas, Penerbit Mandar Maju Bandung.
Setyawan, Dody. 2017. Pengantar Kebijakan Publik, Penerbit Inteligensia Media.
Sinambela, Poltak, Lijan, 2016., Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan,
dan Implementasi, Penerbit PT. Bumi Aksara Jakarta.
Sugiyono, 2014., Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Penerbit
Alfabeta Bandung.
Winarno, Budi, 2014., Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus, Penerbit
PT.Buku Seru Jakarta.
Winarsih, Septi Atik dan Ratminto, 2015.,Manajemen Pelayanan Pengembangan
Modal Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan
Minimal, Penerbit Pustaka Pelajar Yogyakarta.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Keputasan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
63/KEP/M.PAN/7/2013 tentang Pedoman Pelayanan Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 64 Ayat (1) dan (2) tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah (otoda 2015)

SKRIPSI DAN JURNAL


Noviandi Fransiskus Arby, (2017) Skripsi implementasi prinsip-prinsip good
governance dalam pelayanan pembuatan surat keterangan catatan
kepolisian. Universitas Tribhuwana Tunggadewi malang.
Rosyada Ayu, Amrina, 2016., Analisis penerapan goog governance dalam rangka
pelayanan publik di badan pelayanan perizinan terhadap satu pintu di
Kota Samarinda. Universitas Mulawarman. Vol. 4, No. 1, (2016: 2477-
263).
Nubatonis, Sondil E, 2014., Jurnal implementasi prinsip-prinsip good governance
dalam meningkatkan kinerja organisasi pelayanan 2014. Universitas
Tribhuwanan Tunggadewi Malang. Vol. 3, No. 1 (2014).

INTERNET
Anonymous. Surat Tanda Nomor Kendaraan tentang Surat Tanda Nomor

Kendaraan Bermotor dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor. (Online)

http://id.wikipedia.org/wiki/. Diakses pada 4/11/2017


Anonymous. Surat Tanda Nomor Kendaraan. (Online) https://www. Diakses pada

4/11/2017.
Lampiran 1. Interview Guide

INTERVIEW GUIDE

Daftar Pertanyataan:

1. Selamat pagi Bapak mohon maaf mengganggu waktunya .


2. Nama Saya Andreas Dona mahasiswa dari UNITRI kompetensi di bidang

kebijakan publik yang akan penelitian di sini, saya mendapatkan informasi

bahwa di Samsat Kota Batu menerapkan pelayanan berstandar iso apakah hal

tersebut benar ?
3. Sejak kapankah pelayanan berstandar iso dalam pelayanan perpanjangan

STNKB ini diterapkan ?


4. Atas dasar apa pelayanan berstandar iso dalam pelayanan perpanjangan

STNKB ini diterapkan ?


5. Sebagaimana dengan judul yang saya ambil yaitu, Implementasi Prinsip-

Prinsip Good Governance Dalam Pelayanan Perpanjangan Surat Tanda

Nomor Kendaraan Bermotor pada Samsat Kota Batu, bagaimanakah proses

komunikasi atau bentuk komunikasi Samsat Kota Batu dalam pelayanan

perpanjangan surat tanda nomor kendaraan bermotor ?


6. Apakah sumber daya/pegawai pada Samsat Kota Batu sudah sesuai dengan

keahlian yang diperlukan dalam pelayanan perpanjangan STNKB ?


7. Bahwasanya dalam pelayanan perlu ada kesadaran atau sikap dalam

melaksanakan pelayanan sehingga, bagaimanakah kesadaran atau sikap

pemerintah Samsat Kota Batu dalam pelayanan perpanjangan STNKB ?


8. Bahwasanya STNK diterbitkan oleh SAMSAT, yakni tempat pelayanan

penerbitan/pengesahan STNK oleh tiga instansi yaitu, Polri, Dinas

Pendapatan Provinsi, dan PT Jasa Raharja, bagaimanakah koordinasi yang

terjalin dengan instansi yang terlibat dalam pelayanan perpanjangan STNKB?


9. Apa yang menjadi faktor pendukung adanya pelayanan perpanjangan STNKB

ini dijalankan/dilaksanakan?
10. Apa saja faktor pendukung seperti, sarana dan prasarana atau fasilitas yang

digunakan atau disediakan sebagai penunjang pelayanan perpanjangan

STNKB ?
11. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pelayanan perpanjangan

STNKB ?
Lampiran 2. Hasil Reduksi Data Primer

N Indikator Hasil Reduksi Data Primer

1. Komunikasi Kepala Administrasi Pelaksana

Samsat Kota Batu, (Wawancara,

Selasa, 30 Januari 2018)

“Komunikasi merupakan suatu yang

penting dalam keberhasilan dalam

suatu pelayanan terutama dalam

pelayanan perpanjangan surat tanda

nomor kendaraan bermotor sehingga

kami Samsat Kota Batu berusaha

semaksimal mungkin untuk

memberikan informasi kepada

masyarakat tentang mekanisme dan

alur dalam mengurus perpanjangan

surat tanda nomor kendaraan

bermotor dimana kami melakukan

sosialisasi dan memasang benner-

benner tentang mekanisme dan biaya

dalam mengurus perpanjangan

STNK.”
Staf Bagian Informasi Operator Data

dan Pelayanan Informasi Samsat

Kota Batu, (Wawancara, Kamis, 1

Februari 2018).

“Kami dari Samsat Kota Batu sadar

betul bahwa komunikasi bagian yang

tidak terpisahkan dalam pelayanan,

sehingga pelayanan dapat berjalan

sesuai dengan diharapkan. Maka dari

itu kami Samsat Kota Batu

mensosialisasikan secara langsung

dan juga memasang benner tentang

tatacara alur dan mekanisme dalam

mengurus perpanjangan STNK

kepada masyarakat.”

Staf Bagian Pendaftaran dan

Penetapan Samsat Kota Batu.

(Wawancara, Jumat, 2 Februari

2018).
“Komunikasi yang kami lakukan

seperti sosialisasi karena sosialisasi

merupakan pemberitahuan secara

langsung yang ditujukan kepada

masyarakat sehingga masyarakat

diharapkan dapat memahami secara

langsung tatacara alur dan

mekanisme dalam mengurus

perpanjangan STNK. Dan ada juga

kami memasang benner di depan

kantor supaya masyarakat dapat

melihat secara langsung mekanisme

dalam mengurus perpanjang STNK.”

Pendapat masyarakat terkait

komunikasi yang diberikan Samsat

Kota batu. (Wawancara, Jumat, 2

Februari 2018).

“Komunikasi yang diberikan Samsat

Kota Batu sudah baik dilihat dari

penyampaian informasi melalui

sosialisasi yang membuat saya


memahami secara langsung tatacara

alur dan mekanisme dalam mengurus

perpanjangan STNK ada juga benner

yang di pasang depan kantor bisa

saya lihat secara langsung sehingga

dapat membantu saya memahami

dalam mengurus perpanjangan

STNK.”
2 Sumber Daya Kepala Administrasi Pelaksana Samsat Kota Batu.

. (Wawancara, Selasa, 30 Januari 2018).

“Berkaitan dengan sumber daya manusia yaitu

pegawai di Samsat Kota Batu sudah haldal dan

berkompeten di dalam menjalankan tugas dan

fungsinya berjalan sesuai dengan yang diharapkan

dan tidak ada pegawai yang merasa kesulitan. Tetapi

kami Samsat Kota Batu masih mengalami kendala

bahwa masih adanya masyarakat yang buta huruf dan

membuat proses pelayanan sedikit terlambat. Tapi

bukan dengan begitu kami tidak memiliki solusi atau

cara. Kami Sumber daya merupakan faktor

penting terselenggaranya pelayanan yang baik.

Kualitas sumber daya yang handal juga menjamin

berjalannya pelayanan yang sesuai dengan yang

diharapkan. Sumber daya disini yang dimaksud yaitu

sumber daya manusia dan non manusia (fasilitas

sarana dan prasarana). Sumber daya manusia yaitu

pegawai Samsat Kota yang sudah menjalankan tugas

dan fungsi dengan semaksimal mungkin sehingga

dapat memberi dampak terhadap masyarakat.”


Staf Bagian Informasi Operator Data dan Informasi

Pelayanan Samsat Kota Batu. (Wawancara, Kamis, 1

Februari 2018).

“Pegawai Samsat Kota Batu sudah diberi pelatihan

dan didukung dengan keahlian yang sudah dimiki

pegawai dalam bidangnya masing-masing bahkan

pegawai juga bisa merangkap dalam mejalankan

pelayanan sehingga jika ada kendala dalam

pelayanan para pegawai tidak mengalami kesulitan

dalam menyikapi kendala yang ada.”

Staf Bagian Pendaftaran dan Penetapan Samsat Kota

Batu. (Wawancara, Jumat, 2 Februari 2018).

“Pegawai Samsat Kota Batu sudah memiliki kualitas

dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-

masing bahkan bisa merangkap dalam menjalankan

pelayanan dan didukung dengan pelatihan sehingga

pelayanan dapat berjalan dengan maksimal kepada

masyarakat.”
Sesuai dengan pendapat masyarakat yang

mengatakan bahwa. (Wawancara, Jumat, 2 Februari

2018).

“Saya sebagai masyarakat yang mengurus

perpanjangan STNK sudah merasakan dan menerima

pelayanan yang baik dari para pegawai Samsat Kota

Batu, tapi memang ada kadang kendalanya pelayanan

sedikit terlambat dan pegawainya pun segara

melakukan tindakan dalam mengatasi kendala yang

ada.”

3. Disposisi Kepala Administrasi Pelaksana Samsat

Kota Batu. (Wawancara, Selasa, 30


Januari 2018).

“Bahwa Polri, Badan Pendapatan

Provinsi, Jasa Raharja dan pihak

Samsat Kota Batu yang berkerjasama

dalam pelayanan ini selalu mendukung

dan siap melaksanakan pelayanan

yang menjadi tujuan bersama untuk

menciptakan pelayanan yang baik

kepada masyarakat sehingga

pelayanan dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan.”

Staf Bagian Informasi Operator Data

dan Pelayanan Informasi Samsat Kota

Batu. (Wawancara, Kamis, 1 Februari

2018).

“Kami Samsat Kota Batu dalam

melaksanakan pelayanan bekerjasama

dengan Polri, Badan Pendapatan

Provinsi dan Jasa Raharja

berkomitmen dalam melaksanakan

tanggungjawab kami dalam memberi


pelayanan kepada masyarakat dengan

penuh kesadaran memberikan yang

terbaik semaksimal mungkin kami

dalam memberi pelayanan

perpanjangan STNK.”

Staf Bagian Pendaftaran dan

Penetapan Samsat Kota Batu.

(Wawancara, Jumat, 2 Februari 2018).

“Kami Samsat Kota Batu memiliki

kesadaran penuh dan berkomitmen

dalam melaksanakan pelayanan yang

baik dengan melakukan pelatihan-

pelatihan ke pegawai sehingga

pegawai memiliki kesiapan yang

matang dalam memberi pelayanan

yang semaksimal mungkin kepada

masyarakat.”

4. Struktur Birokrasi Kepala Administarasi Pelaksana

Samsat Kota Batu. (Wawancara,

Jumat, 2 Februari 2018).


“Dalam menjalankan suatu

oerganisasi dimana kami Samsat

Kota Batu sudah memiliki standar

pelayanan, dan dijelaskan secara

langsung kepada para pelaksana

tugas dan tanggungjawab masing-

masing yang bertujuan untuk

mematangkan dan kesiapan dalam

melaksanakan tugas dan

tanggungjawab masing-masing

bidang. Kami Samsat Kota Batu

sudah menjalankan pelayanan sesuai

dengan SOP yang sudah ditetapkan

dan itu menjadi pedoman bagi kami

dalam menjalankan suatu pelayanan

kepada masyarakat dengan sebaik

mungkin.”

Staf Bagian Informasi Operator Data

dan Pelayanan Informasi Samsat

Kota Batu. (Wawancara, Jumat, 2

Februari 2018).
“Berdasarkan SOP pelayanan yang

sudah ditetapkan dan dijelaskan

secara langsung dan dapat

memahami secara langsung sehingga

kematangan dan kesiapan dalam

melaksanakan tugas dan

tanggungjawab dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan tanpa

adanya kesulitan.”
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

Wawancara Dengan Kepala Administrasi Pelaksana Kantor Bersama Samsat

Kota Batu

Wawancara Dengan Staf Bagian Informasi Operator Data dan Pelayanan

Informasi Samsat Kota Batu


Wawancara Dengan Staf Bagian Pendaftaran dan Penetapan Samsat Kota

Batu.

Wawancara dengan Pemohon STNK


Lampiran 4. Lokasi Penelitian

1. Gedung Kantor Bersama Samsat Kota Bat


Lampiran 5. Dokumentasi Standar Pelayanan

Dokumen Pelayanan Berstandar Iso


Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian BAPEDA
Lampiran 7. Kartu Konsultasi
Lampiran 8. Daftar Riwayat Hidup

CURRICULUM VITAE

Nama : Andreas Dona

Nomor Induk Mahasiswa : 2014210012

Tempat dan Tanggal Lahir : Semanget, 28 Agustus 1994

Pendidikan : 1. SDN 01 Entikong Tamat tahun 2008

2. SMPK BP Balai Karangan Tamat tahun 2011

3. SMAN 02 Balai Karangan Tamat tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai