Anda di halaman 1dari 11

Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) – Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Yogyakarta, 11 – 12 Mei 2007

FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL YANG


MEMPENGARUHI KESIAPAN KONTRAKTOR
INDONESIA DALAM MENGHADAPI ERA
GLOBALISASI
Bertinus Simanihuruk
Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa, Jl. T.B. Simatupang No. 152 Jakarta
acung_1999@yahoo.com

ABSTRAK
Globalisasi pada industri konstruksi memberikan peluang yang besar untuk kontraktor
di Indonesia. Sementara itu, kontraktor Indonesia menghadapi permasalahan selama
krisis moneter dan kurang mendapatkan dukungan pemerintah dalam fasilitas
finansial, tetapi kontraktor Indonesia harus tetap mempersiapkan diri untuk
menghadapi era globalisasi. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan
mengidentifikasi dan mengkaji faktor-faktor eksternal kontraktor Indonesia dalam
menghadapi era globalisasi untuk dapat bersaing dengan kontraktor asing. Untuk
mengetahui faktor-faktor tersebut dilakukan survei pengumpulan data dengan
menyebarkan kuisioner kepada responden, dengan menggunakan alat bantu Analytical
Hierarchy Process (AHP). Dari analisis data didapat bahwa nilai ketidaksiapan 0.682
dan nilai kesiapan 0.318, angka ini memberi arti bahwa kontraktor Indonesia tidak siap
menghadapi persaingan di dalam negeri pada era globalisasi. Nilai ketidaksiapan
kontraktor Indonesia dipengaruhi oleh peluang ketidaksiapan dan ancaman globalisasi
di dalam negeri. Walaupun nilai ketidaksiapan lebih besar dibandingkan dengan nilai
kesiapan namun kontraktor Indonesia diuntungkan dengan kondisi ekonomi Indonesia
dan lokasi pasar (proyek) di dalam negeri. Faktor-faktor ancaman yang mempengaruhi
ketidaksiapan kontraktor Indonesia dalam menghadapi era globalisasi adalah kondisi
stabilitas politik Indonesia yang kurang baik, lemahnya pelaksanaan aturan dan
peraturan yang berubah-ubah, budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme dan tender di
Indonesia, besarnya bunga kredit bank yang berlaku di Indonesia dan kurangnya
kebijakan serta dukungan pemerintah dalam memberikan kemudahan fasilitas kredit,
asuransi dan lain-lain. Faktor-faktor ini harus diperbaiki agar kontraktor Indonesia
dapat menghadapi era globalisasi untuk bersaing di dalam negeri.
Kata kunci : Globalisasi, Kontraktor, Kesiapan, Faktor Eksternal, AHP

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persaingan global, Asean Free Trade Area (AFTA) dimulai dari tahun 2003.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sepakat dengan AFTA. Pada era
globalisasi arus barang, jasa, uang, orang dan teknologi mengalir dengan lebih leluasa
antar negara dan tidak terbatas dalam suatu wilayah tertentu sehingga pasar dunia
menjadi satu dan menjanjikan peluang pasar yang luas sekali (Suwarno, 1998).
Globalisasi pada industri konstruksi memberikan kesempatan yang sangat besar untuk
kontraktor dalam mengembangkan dalam pasar asing yang baru (Han, 2000). Pasar
konstruksi Indonesia merupakan pasar potensial bagi perusahaan asing di era
globalisasi. Kondisi kontraktor lokal nasional Indonesia sendiri sedang menghadapi
permasalahan yang sulit khususnya ketidaksiapan sumber daya akibat terjadinya krisis
moneter (Majalah Konstruksi, 1999). Adanya tantangan yang baru bagi kontraktor
Indonesia untuk bersaing dalam era globalisasi mengharuskan para kontraktor
Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi era globalisasi.

ISBN 979.9243.80.7 205


Bertinus Simanihuruk

1.2. Permasalahan
Perusahaan di bidang rekayasa dan konstruksi akan membuat perubahan mendasar
dari manajemen proyeknya untuk sukses dalam pasar global pada abad ke-21 dalam
memenuhi kebutuhan para pemiliki proyek yaitu biaya yang lebih rendah, periode
rekayasa dan konstruksi yang pendek, material dan peralatan yang berkualitas serta
perhatian yang cepat terhadap kebutuhan para pemilik proyek (Damorada, 2000).
Adanya perubahan kebutuhan dari pemilik proyek pada era globalisasi membutuhkan
suatu pendekatan yang lebih baik yaitu kemahiran berbinis dalam memilih proyek
yang berpotensi menghasilkan laba usaha dengan memperkecil resiko yang dapat
diperkirakan dengan menyampaikan harga penawaran yang cukup aman dan dapat
ditangani dengan arah sasaran yang komprehensif yaitu memaksimal peluang laba,
meminimalkan kemungkinan rugi, mempertahankan tingkat pengembalian investasi
dengan kriteria tertentu, mencapai daya serap segmentasi pasar konstruksi tertentu dan
mempertahankan kelangsungan bisnis dengan menyampaikan harga penawaran yang
cukup bersaing agar dapat memenangkan tender dalam perubahan lingkungan usaha di
Indonesia yang di landa krisis multidimensional. Selain untuk bersaing di pasar
regional dan internasional, kontraktor Indonesia masih tergantung pada dukungan
pemerintah dalam bidang finansial untuk meningkatkan daya saing seperti penyediaan
fasilitas jaminan bank, tingkat suku bunga yang bersaing dan sebagainya. Kondisi saat
ini, kontraktor asing dapat memperoleh finansial dengan bunga rendah (Majalah
Konstruksi, 2002). Adanya kondisi Indonesia yang dilanda krisis multidimensional
dan kurangnya dukungan pemerintah dalam memberikan fasilitas finansial, kontraktor
Indonesia harus tetap mempersiapkan diri untuk menghadapi era globalisasi. Salah
satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi faktor-faktor
eksternal yaitu faktor peluang dan ancaman kontraktor Indonesia dalam menghadapi
era globalisasi sehingga dapat bersaing dengan kontraktor asing dalam
memperebutkan pasar konstruksi domestik yang ada.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengidentifikasi dan mengkaji faktor-faktor
ekternal yang mempengaruhi tingkat kesiapan kontraktor Indonesia bersaing di dalam
negeri pada era globalisasi. Hal ini disebabkan karena adanya tuntutan kesiapan
kontraktor Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi.
1.4. Batasan Penelitian
Dengan adanya keterbatasan cakupan dalam penelitian ini, ada batasan dalam
penelitian ini yaitu kontraktor Indonesia yang akan dikaji adalah kontraktor kelas
besar dan persaingan yang dikaji adalah persaingan di dalam negeri dengan masuknya
kontraktor asing ke Indonesia.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Era Globalisasi Pada Industri Konstruksi
Perubahan ekonomi global memberikan kesempatan bisnis untuk perusahaan di
bidang jasa konstruksi di seluruh dunia. Konsekuensinya banyak perusahaan di bidang
jasa konstruksi yang memperluas operasinya ke pasar konstruksi internasional. Ciri
dari era globalisasi dalam mendapatkan pekerjaan yang baru dan menaikkan
keuntungan bagi perusahaan-perusahaan di bidang konstruksi adalah tidak adanya
batasan bagi perusahaan-perusahaan di bidang konstruksi untuk bersaing di suatu

206 ISBN 979.9243.80.7


Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kesiapan Kontraktor Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi

wilayah (Hastak, 2000). Untuk sukses bersaing dalam jangka panjang, sebuah
perusahaan harus dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Ada 6 (enam) bagian dari
perusahaan di bidang jasa konstruksi yang akan unggul dalam memuaskan konsumen
secara global yaitu (Chinowsky, 2000):
1. Perusahaan harus dapat menyesuaikan keahliannya dengan sebuah biaya yang
efektif sesuai dengan kebutuhan konsumen secara global.
2. Perusahaan mempunyai sistem teknologi informasi untuk mempercepat
perpindahan data yang dapat dihandalkan untuk banyak tujuan di dunia.
3. Staf mempunyai kemampuan berpikir global dalam mendelegasikan fungsi desain
ke para insinyur pada lokasi yang jauh.
4. Perusahaan menggunakan secara efektif pemasok bahan dari berbagai tempat di
seluruh dunia untuk mendapatkan keuntungan dari biaya pabrikasi yang lebih
rendah dan dekat dengan lokasi konstruksi.
5. Perusahaan mempunyai pengetahuan dalam penggunaan material dan teknologi
konstruksi lokal untuk meminimalkan biaya dan mendapatkan keuntungan.
6. Perusahaan akan menjamin bahwa persyaratan kualitas dicapai pada produk akhir
konstruksi tanpa memperhatikan lokasinya.
2.2. Industri Konstruksi Indonesia Dalam Era Globalisasi
Perkembangan industri konstruksi Indonesia dimulai sejak tahun 1970an. Industri
konstruksi Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat pada tahun 1980an. Selama
periode tahun 1989 – 1994 pertumbuhan sektor industri konstruksi dalam Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia cukup menggembirakan. Kontribusi sektor industri
konstruksi pada PDB cenderung meningkat selama periode 1989 – 1993 yaitu sebesar
5.47 % untuk tahun 1989, 5.80 % untuk tahun 1990, 6.07 % untuk tahun 1991 dan
6.24 % untuk tahun 1992 (Capricorn Indonesia Consulting,1998). Kontribusi ini
menjadi turun secara drastis pada saat krisis ekonomi di Indonesia sejak bulan Juli
1997 yang masih berkepanjangan sampai saat ini. Selain akibat kondisi perekonomian
nasional terpuruk, kondisi politik yang timbul di tahun 1998 juga membuat kondisi
Indonesia makin terpuruk. Hal ini berdampak langsung pada sektor konstruksi.
Banyak proyek yang terpaksa ditunda, dikaji ulang atau dihentikan. Krisis ekonomi
dan politik di Indonesia menimbulkan resiko baru yang harus dipertimbangkan bagi
kelangsungan usaha kontraktor di Indonesia (Kompas, Maret 2002).
Dalam rangka menyongsong era pasar bebas di masa yang akan datang, berdasarkan
UU No. 7 tahun 1994 Lembaran Negara No. 57 tentang pengesahan Agreement
Establing The World Trade Organization¨ dan ratifikasi pada tanggal 2 Desember
1994, maka sejak tanggal tersebut Indonesia secara resmi menjadi anggota WTO.
Sebagai konsekuensi dari keikutsertaan Indonesia di dalam WTO maka pemerintah
telah melakukan komitmen kepada dunia internasional untuk membuka dirinya
terhadap akses pada bidang-bidang yang menjadi obyek pengaturan WTO yaitu
perdagangan yang menyangkut hak milik intelektual dan aspek-aspek perdagangan
yang menyangkut penanaman modal. Untuk akses perdagangan jasa, pemerintah
Indonesia akan melakukan deregulasi lima sektor jasa meliputi jasa keuangan, jasa
telekomunikasi, jasa hubungan laut, jasa konstruksi dan jasa pariwisata. Dengan
demikian industri jasa konstruksi Indonesia akan semakin terbuka terhadap persaingan
industri konstruksi dari luar negeri. Pasar konstruksi dibagi dalam dua bagian utama
yaitu (Prabono, 1999):
1. Pasar domestik yakni pasar yang sepenuhnya dapat diikuti oleh rekanan nasional
dan bukan rekanan asing.

ISBN 979.9243.80.7 207


Bertinus Simanihuruk

2. Pasar internasional yaitu pasar yang boleh diikuti oleh rekanan asing dan belum
dapat diikuti oleh rekanan nasional secara keseluruhan (sangat terbatas).
Dengan adanya kedua pasar konstruksi Indonesia, kesempatan bagi para perusahaan di
bidang konstruksi makin terbuka dan menjadi tantangan serius terhadap industri
konstruksi dalam negeri.
2.3. Resiko Globalisasi Dalam Industri Konstruksi
Di masa lalu, perusahaan kurang memperhatikan pada perdagangan internasional.
Perusahaan lebih memfokuskan pada pasar domestiknya. Berbagai perusahaan asing
secara agresif memasuki negara lain dengan produk-produknya. Dengan adanya
perusahaan asing yang masuk suatu negara, perusahaan mulai mengalami kehilangan
kesempatan untuk memasuki pasar-pasar lain. Globalisasi pada industri konstruksi
memberikan kesempatan yang besar bagi para kontraktor untuk memperluas pasar luar
negeri yang baru. Meskipun pada industri konstruksi internasional meningkatkan
ketidakpastian pada proyek konstruksi domestik dan memiliki resiko yang kompleks
untuk transaksi internasional. Kegagalan untuk mengerti kondisi proyek secara politik,
ekonomi, kultur dan hukum dapat mempengaruhi strategi perusahaan untuk keputusan
masuk pasar luar negeri yang baru (gambar 1). Kondisi resiko dari setiap negara untuk
masing-masing resiko tidak sama. Perusahaan harus benar-benar harus mempelajari
resiko-resiko tersebut untuk dapat memasuki pasar konstruksi suatu negara (Han,
2000).
Total
Resiko

Politik Ekonomi Kultur/ Teknologi/ Resiko


Hukum Konstruksi Lain

-Pengambilalihan -Nilai Tukar Mata -Perbedaan Kultur -Perbedaan Geografi -Manajemen Kurang
-Perang/Kerusuhan Uang -Bahasa -Pemogokan -Pengalaman
-Kontrol Pemerintah -Inflasi -Perbedaan Hukum -Material Kurang
-Penolakan -Kesulitan Yang Diaplikasikan -Subkon -Jaminan
-Subsidi Pemerintah Keuangan -Force Majeure -Perbedaan Standar -Aturan Impor/
-Hubungan dengan -Diskriminasi Pajak -Proteksi -Perbedaan Ekspor
Pemerintah Pengukuran -Pengalihan
-Aksi dan Aturan -Persyaratan Lokal Teknologi
Pemerintah -Infrastruktur
Kurang
-Hambatan
Masyarakat
-Lingkungan

Gambar 1. Total Resiko Dalam Proyek Konstruksi Secara Internasional

2.4. Benchmarking Dalam Industri Konstruksi Dalam Era Globalisasi


Industri konstruksi yang profesional terlibat proaktif membentuk strategi persaingan
yang baru sebagai respon dari tekanan kompetisi secara global dan permintaan tingkat
pengembalian keuangan yang lebih tinggi. Benchmarking membolehkan kemampuan
dari proses bisnis untuk dievaluasi menggunakan perbaikan secara internal dan
eksternal. Sebuah tantangan yang harus dihadapi industri konstruksi yaitu kemampuan
untuk mengukur dan membandingkan kemampuan antara proyek dan organisasi
(Plemmons, 1995).
Benchmarking ditetapkan sebagai proses perbandingan dan pengukuran yang
berkelanjutan sebuah organisasi dengan para pemimpin pasar dimanapun di dunia ini
untuk memperoleh informasi yang akan membantu organisasi melakukan aksi untuk
memperbaiki kemampuannya. Untuk mempertemukan tantangan dari lingkungan

208 ISBN 979.9243.80.7


Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kesiapan Kontraktor Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi

persaingan global yang baru, perusahaan mulai mempertimbangkan kualitas sebagai


sebuah bagian yang menyatu dari rencana strategi bisnisnya (Lema, 1995). Dengan
mengadopsi dari standar-standar jaminan kualitas (quality assurance) diyakini bahwa
pengaturan proses penyelesaian akan menjamin sebuah hasil keluaran yang
berkualitas tanpa memperhatikan dimana proyek dikerjakan, kultur dan tradisi dimana
proyek konstruksi dilaksanakan (Jaafari, 1995).
2.5. Persaingan Kontraktor Dalam Era Globalisasi
Era globalisasi dimulai dengan adanya orientasi perusahaan dari pasar domestik yang
mengarah ke pasar internasional, perkembangan teknologi dan alat komunikasi serta
adanya kesepakatan dalam perdagangan bebas antar beberapa negara. Dengan tidak
adanya batasan pada era globalisasi, pasar menjadi luas dan peluang untuk masuk ke
pasar menjadi lebih besar. Industri konstruksi pada banyak negara di dunia merupakan
satu dari industri yang mengalami persaingan yang hebat dengan beresiko tinggi dan
secara umum margin keuntungannya rendah. Strategi harga yang utama digunakan
dalam konstruksi yang merupakan berbasis biaya. Prosedur khusus dalam harga yang
berbasis biaya mencakup perkiraan biaya proyek yang kemudian mengaplikasikan
sebuah kenaikan (mark-up) untuk mendapatkan keuntungan (Mochtar, 2001).
2.6. Strategi Bertahan Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Perusahaan yang sukses di abad mendatang adalah perusahaan-perusahaan yang
mengambil keputusan sekarang untuk terjun dalam perang bisnis global dan
´akrab´dengan apa yang sedang dilakukan perusahaan-perusahaan terbaik hari ini
(Johnson, 2001). Untuk dapat bersaing secara global, perusahaan harus melakukan
perencanaan dalam menentukan arah dari perusahaan sehingga dapat bersaing secara
global. Kenali pesaing dari perusahaan dan perusahaan sendiri seperti dikutipan dari
strategi perang Sun Tzu yaitu ¨Kenali Musuh Anda dan Diri Anda. Kemenangan Anda
Tidak Tergoyahkan. Dengan mengenal medan dan cuaca kemenangan anda akan
lengkap¨. Untuk itu perusahaan harus mengenal diri sendiri, pesaing dan lingkungan
yang mempengaruhi perusahaan (Wee, 2002).

3. METODOLOGI PENELITAN
Dalam penelitian ini, pendekatan metoda yang digunakan adalah metode survei untuk
mendapatkan data primer dengan menyebarkan kuisioner kepada responden.
Responden yang dipilih adalah pakar yang terdiri dari pemilik proyek, konsultan dan
kontraktor di bidang industri konstruksi
3.1. Tahapan Pengumpulan Data Penelitian
Tahap pengumpulan data penelitian didasarkan pada tujuan penelitian yaitu
mengetahui faktor-faktor ekternal dan tingkat kesiapan kontraktor Indonesia bersaing
di dalam negeri era globalisasi. Adapun tahap-tahap pengumpulan data dibagi dalam 3
(tiga) tahap :
1. Tahap I merupakan tahap identifikasi parameter dari faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi kesiapan dari kontraktor Indonesia.
2. Tahap II merupakan tahap untuk mengkaji faktor-faktor eskternal yang dominan
yang mempengaruhi kesiapan kontraktor bersaing di dalam negeri pada era
globalisasi berdasarkan penentuan penilaian bobot kriteria yang digunakan dalam
Analytical Hierarchy Process (AHP).

ISBN 979.9243.80.7 209


Bertinus Simanihuruk

3. Tahap III merupakan tahap klarifikasi dari parameter dari masing-masing faktor-
faktor eksternal yang dominan yang mempengaruhi kontraktor Indonesia dalam
bersaing di dalam era globalisasi.
Pengumpulan data yang dilakukan pada tahap I (satu) dan II (dua) dilakukan dengan
survei kepada para pakar dari beberapa perusahaan dan institusi yang dilakukan pada
9 (sembilan) pakar. Sedangkan pengumpulan data tahap III dilakukan dengan survei
kepada para pakar dan kontraktor dari anggota Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI)
yang dipilih.
3.2. Alat Bantu Yang Digunakan
Untuk membantu dalam menjawab penelitian ini digunakan alat bantu yaitu
Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan sebuah kerangka dengan
logika dan penyelesaian masalah dicapai dengan presepsi, perasaan, keputusan dan
daya ingat dalam sebuah hirarki dari kekuatan yang mempengaruhi hasil. Dengan
teknik ini, masalah keputusan yang kompleks dapat dipecahkan dalam beberapa sub
bagian yang lebih kecil sesuai dengan fokus dari sub tujuan yang diinginkan oleh
pembuat keputusan (Skibniewski, 1992). Dalam sebuah hirarki terstruktur dengan
tujuan terlihat bagian atas dari struktur. Setiap kekuatan elemen dibentuk dalam
sebuah matriks dari perbandingan dalam bentuk rumus :
⎡ w1 / w1 .. w1 / wn ⎤
A = ⎢⎢ .. .. .. ⎥⎥ ............................................. (1)
⎢⎣ wn / w1 .. wn / wn ⎥⎦
Dimana :
w1 / w j = faktor I relatif penting dibandingkan dengan faktor j
n = jumlah dari faktor yang ditetapkan
n faktor-faktor yang relatif penting dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan :
A.W = λmaks .W
Dimana :
W = ( w1 ,..., wn )T = vektor yang relatif besar
λmaks = eigen value yang terbesar dari matriks A.
Dalam persoalan pengambilan keputusan, mungkin penting untuk mengetahui
seberapa baiknya konsistensi responden, karena responden mungkin tidak mau
keputusan itu berdasarkan pertimbangan yang mempunyai konsistensi yang begitu
rendah sehingga nampak seperti pertimbangan acak. Di lain pihak, konsistensi
sempurna sukar dicapai. AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai
pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi (CR) harus < 10
%. Jika nilai CR lebih dari 10 %, pertimbangan itu mungkin agak acak dan mungkin
perlu diperbaiki. Untuk mencari CR dapat menggunakan rumus sebagai berikut
(Saaty, 1986):
CI = (λmaks − n) /( n − 1) ............................................. (2)
CR = CI / I ........................................................ (3)
Dimana :
λmaks = E-Value
n = jumlah matriks
I = indeks konsistensi acak (sesuai tabel Indeks Konsistensi Acak)

210 ISBN 979.9243.80.7


Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kesiapan Kontraktor Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi

Jika ada keputusan yang tidak konsisten, λmaks akan sama untuk n. AHP tidak
memerlukan pembuat keputusan untuk sempurna secara konsisten tetapi memberikan
sebuah pengukuran yang tidak konsistensi. Sebagai sebuah hasil, sebuah rasio
konsistensi (CR) dapat dihitung dari persamaan di atas. Nilai CR akan menjadi lebih
baik < 0.1. Jika hal tersebut ditemukan > 0.1, hasil perbandingan perlu dievaluasi
kembali.
3.3. Analisis Data Penelitian
3.2.1. Identifikasi Parameter dan Analisis Data Pada Tahap I
Penyebaran kuisioner pada tahap I untuk mengidentifikasi parameter dari faktor-faktor
ekternal yang mempengaruhi kesiapan dari perusahaan kontraktor Indonesia dalam
menghadapi era globalisasi. Dari hasil penyebaran kuisioner pada tahap I didapat data-
data seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Pentingnya Faktor-Faktor Ekternal Dalam Era Globalisasi
No. Kondisi Faktor-Faktor Eksternal Hasil Survei
1. Kondisi stabilitas politik di Indonesia SB=1 B=3 CB=5 B=0 SBS=0
2. Pelaksanaan aturan tentang industri konstruksi SL=1 L=5 CB=2 B=1 SBS=0
3. Peraturan yang berubah-ubah SS=1 S=3 CS=4 J=1 SJS=0
4. Peranan LPJK dalam sertifikasi perusahaan KB=1 AB=0 CB=5 B=3 SBS=0
dan sumber daya manusia yang dimiliki
perusahaan
5. Kondisi ekonomi nasional Indonesia SB=1 B=4 CB=4 B=0 SBS=0
6. Lokasi pasar (proyek) di dalam negeri SS=0 S=5 CB=3 B=1 SBS=0
7. Bertambahnya kontraktor asing yang masuk SS=0 S =3 CB=4 B= 2 SBS=0
Indonesia
8. Budaya KKN dalam tender di Indonesia SS=0 S=4 CS=4 J=1 SJS=0
9. Penurunan biaya impor material yang masuk SK=2 K=7 CB B=0 SBS=0
ke Indonesia
10. Penurunan biaya pajak SK=1 K=7 CB=1 B=0 SBS=0
11. Munculnya material pengganti untuk material SS=1 S=5 CB=1 B=3 SBS=0
konstruksi
12. Dampak keberadaan otonomi daerah terhadap SK=0 K=4 CB=4 B=1 SBS=0
bertambahnya pasar lokal
13. Pertumbuhan investasi di Indonesia SB=0 B=6 CB=3 B=0 SBS=0
14. Kebijakan kredit melalui lembaga keuangan SS=0 S=8 CM=1 M=0 SMS=0
15. Dukungan pemerintah dengan pemberian SS=0 S=8 CM=1 M=0 SMS=0
kemudahan fasilitas, kredit, asuransi dan lain-
lain.
Selain diketahui hasil dari kondisi faktor-faktor eksternal kontraktor Indonesia dalam
menghadapi era globalisasi, didapat juga beberapa parameter tambahan yang
disampaikan oleh para responden yaitu :
1. Kerjasama usaha (joint venture) dan kerjasama operasi (joint operation).
2. Perubahan nilai tukar mata uang dollar dengan rupiah.
3. Besarnya bunga dari kredit bank yang berlaku di Indonesia.
4. Besarnya modal yang dimiliki perusahaan asing.
Parameter tambahan ini akan menjadi masukan untuk faktor-faktor eksternal dari
kontraktor Indonesia dalam menghadapi era globalisasi.
3.2.2. Data Dan Analisis Data Pada Tahap II
Sebelum mendapatkan data penilaian pada tahap II, ada satu hal yang harus dilakukan
untuk dapat menjawab penelitian ini yaitu menentukan tahapan hirarki tingkat

ISBN 979.9243.80.7 211


Bertinus Simanihuruk

kesiapan kontraktor Indonesia dalam menghadapi era globalisasi yang terdiri dari
pembuatan model hirarki dari hasil kuisoner tahap I, pembobotan model hirarki dan
evaluasi jawaban responden (Gambar 2). Dari model hirarki yang dibuat, antara
kriteria, faktor-faktor, alternatif tingkat kesiapan dari model saling dibandingkan
untuk mendapatkan jawaban dari faktor-faktor internal yang mempengaruh kesiapan
perusahaan kontraktor Indonesia dalam menghadapi era globalisasi untuk bersaing di
dalam negeri. Penilaian ini berdasarkan data dari para responden yang telah dipilih
yang diproses menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Dari hasil
membandingkan tersebut didapat data-data seperti pada tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Matriks Ternormalisasi dan Vektor Eigen Antara Kriteria
Kriteria Peluang Ancaman Jumlah E-Vector
Peluang 0.220 0.220 0.440 0.220
Ancaman 0.780 0.780 1.560 0.780
Jumlah 1.000 1.000 2.000 1.000
Tabel 3. Tingkat Kesiapan Faktor Eksternal Kontraktor Indonesia Dalam era
Globalisasi
E-Vector E-Vector E-Vector E-Vector TIngkat Tingkat
Kriteria Faktor SIAP TDK SIAP Siap Tidak Siap
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(1)xE-Vector (2)x(3) (2)x(4)
Faktor 0.220
Peluang
-LPJK 0.018 0.787 0.213 0.014 0.004
-Ekonomi 0.088 0.748 0.252 0.066 0.022
-Pasar 0.055 0.837 0.163 0.046 0.009
-Material 0.010 0.799 0.201 0.008 0.002
-Otonomi 0.020 0.748 0.252 0.015 0.005
-Joint 0.009 0.764 0.236 0.007 0.002
-Rupiah 0.020 0.764 0.236 0.015 0.005
Total Faktor Peluang 0.171 0.049
Faktor 0.780
Ancaman
-Politik 0.217 0.230 0.770 0.050 0.167
-Aturan 0.145 0.170 0.830 0.025 0.120
-Asing 0.021 0.298 0.702 0.006 0.015
-KKN 0.142 0.154 0.846 0.022 0.120
-Bea 0.044 0.163 0.837 0.007 0.037
-Kredit 0.064 0.157 0.843 0.010 0.054
-Bunga 0.083 0.154 0.846 0.013 0.070
-Invest 0.036 0.210 0.790 0.008 0.028
-Modal 0.028 0.238 0.762 0.007 0.021
Total Faktor Ancaman 0.147 0.633
Total Faktor Eksternal Keseluruhan 0.318 0.682

212 ISBN 979.9243.80.7


Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kesiapan Kontraktor Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi

Faktor-Faktor Ekternal Yang


Tujuan Model Mempengaruhi Kesiapan Perusahaan
Kontraktor Indonesia Dalam Menghadapi
Era Globalisasi

Kriteria Model Peluang Ancaman

- LPJK - Politik
Faktor-Faktor - Ekonomi - Aturan
Model - Pasar - Asing
- Material - KKN
- Otonomi - Bea
- Joint - Kredit
- Rupiah - Bunga
- Invest
- Harga
- Modal

Alternatif Tingkat
Kesiapan SIAP/TIDAK SIAP

Gambar 2. Model Faktor Ekternal Yang Mempengaruhi Kesiapan Kontraktor


Indonesia Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Dari hasil data tahap II yang diolah didapat tingkat kesiapan kontraktor Indonesia
yaitu 0.318 siap dan 0.682 tidak siap dan faktor-faktor eksternal yang dominan dalam
menghadapi era globalisasi untuk bersaing di dalam negeri (Tabel 4). Dari angka
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dari faktor-faktor eksternal ternyata
kontraktor Indonesia tidak siap dalam menghadapi era globalisasi untuk bersaing di
dalam negeri.
Tabel 4. Faktor-Faktor Eksternal Dominan Kontraktor Indonesia Dalam Menghadapi
Era Globalisasi
Faktor-Faktor Eksternal Dominan
No.
Peluang Ancaman
1. Ekonomi Politik
2. Pasar Aturan
3. KKN
4. Bunga
5. Kredit
Dari data pada tabel 3 juga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai faktor-faktor peluang
tidak memberikan pengaruh terhadap ketidaksiapan kontraktor Indonesia. Sedangkan
dari nilai faktor-faktor ancaman ternyata memberikan pengaruh kepada ketidaksiapan
dari kontraktor Indonesia untuk menghadapi era globalisasi dalam bersaing di dalam
negeri. Untuk dapat menghadapi era globalisasi dalam bersaing di dalam negeri maka
kontraktor Indonesia harus memperbaiki faktor-faktor ancaman yang dihadapi
kontraktor Indonesia.
3.2.3. Validasi Data Pada Survei Tahap III
Dari hasil analisis data tahap II maka hasil tingkat kesiapan kontraktor Indonesia dan
faktor-faktor eksternal dominan yang mempengaruhi dalam era globalisasi kemudian
divalidasi kepada responden. Dari hasil validasi didapat data-data seperti tabel 5.

ISBN 979.9243.80.7 213


Bertinus Simanihuruk

Tabel 5. Faktor-Faktor Eksternal Dominan Yang Mempengaruhi Dalam Era


Globalisasi
No. Faktor-Faktor Eksternal Sub Faktor-Faktor Jumlah Jumlah
Dominan Dominan Setuju Tidak Setuju
Ekonomi 5
1. Peluang
Pasar 5
Politik 5
Aturan 5
2. Ancaman KKN 5
Bunga 5
Kredit 5
Dari jumlah yang responden yang setuju, semua responden mengatakan kontraktor
Indonesia tidak siap menghadapi era globalisasi. Gambar mengenai validasi di atas
menggambarkan faktor-faktor eksternal dominan yang mempengaruhi persaingan di
era globalisasi dan kondisi yang sebenarnya dari kesiapan kontraktor Indonesia dalam
menghadapi era globalisasi.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa hal yang dapat diambil kesimpulan
yaitu:
1. Dari hasil penelitian faktor-faktor eksternal didapat nilai ketidaksiapan 0.682 dan
nilai kesiapan 0.318 berarti kontraktor Indonesia tidak siap menghadapi
persaingan di dalam negeri pada era globalisasi. Walaupun nilai ketidaksiapan
lebih besar dibandingkan dengan nilai kesiapan namun kontraktor Indonesia
diuntungkan dengan kondisi ekonomi Indonesia dan lokasi pasar (proyek) di
dalam negeri.
2. Nilai ketidaksiapan kontraktor Indonesia dipengaruhi oleh peluang ketidaksiapan
dan ancaman globalisasi di dalam negeri.
3. Faktor-faktor ancaman yang mempengaruhi ketidaksiapan kontraktor Indonesia
dalam menghadapi era globalisasi adalah kondisi stabilitas politik Indonesia yang
kurang baik, lemahnya pelaksanaan aturan dan peraturan yang berubah-ubah,
budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme dan tender di Indonesia, besarnya bunga
kredit bank yang berlaku di Indonesia dan kurangnya kebijakan serta dukungan
pemerintah dalam memberikan kemudahan fasilitas kredit, asuransi dan lain-lain.
Faktor-faktor ini memberikan kontribusi yang besar terhadap ketidaksiapan
kontraktor Indonesia dan hal ini harus diperbaiki agar kontraktor Indonesia dapat
menghadapi era globalisasi untuk bersaing di dalam negeri.

5. DAFTAR PUSTAKA
1. Chinowsky Paul S. and James E. Meredith (2000), Strategic Management in
Construction, Construction Engineering and Management, ASCE, 124(3), 1-9.
2. Damorada U. Kini (2000), Global Project Management – Not Business As Usual,
Management in Engineering, ASCE, 16(6), 29-33.
3. Han Seung H. dan James E. Diekmann (2000), Strategic Management in
Construction, Construction Engineering and Management, ASCE, 124(3), 1-9.

214 ISBN 979.9243.80.7


Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kesiapan Kontraktor Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi

4. Hastak Makarand and Aury Shaked (2000), ICRAM-1: Model For International
Construction Risk Assesment, Management in Engineering, ASCE, 16(1), 59-69.
5. Johnson Mike (2001), Peluang dan Tantangan Manajemen Dalam Milenium
Ketiga, Jakarta: Erlangga.
6. Jaafari Ali (1995), Construction Business Competitive and Global Benchmarking,
Management in Engineering, ASCE, 16(6), 45-53.
7. Lema N. M., and A. D. F. Price (1995), Benchmarking Performance Improvement
Toward Competitive Advantage, Management in Engineering, ASCE, 11(1),
pp. 28-36.
8. Mochtar Krishna (2001), Role of Marketing Intelligence in Making Pricing in
Construction, Management in Engineering, ASCE, 17 (3), pp. 140-148.
9. Plemmons James K. and Lansford C. Bell (1995), Measuring Effectiveness of
Material Management Process. Management in Engineering, ASCE, 11(6),
pp. 26-32.
10. Prabono Pandri (1999), Tantangan Jasa Konstruksi Nasional di Era Global:
Pandangan Seorang Praktisi, Studi Pembangunan, Program Studi Pembangunan
Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung, 2(3).
11. Saaty Thomas L. (1986), Pengambilan Keputusan – Bagi Para Pemimpin. Jakarta:
PT. Pustaka Binawan Pressindo.
12. Skibniewski Miroslaw J., and Li-Chung Chao (1992), Evaluation of Advanced
Construction Technology with AHP Method, Construction Engineering and
Management, ASCE, 116(3), pp. 577-593.
13. Suwarno dan Lukia Zuraida (1998), Manajemen Pemasaran Internasional,
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN.
14. Wee Chow-Hou, Lee Khai-Sheung, and Bambang Waluyo Hidayat (2002), Sun
Tzu: Perang dan Manajemen. Jakarta: Elex Media Komputindo.
15. ____ (1998), Prospek Pasar Sektor Industri Konstruksi, Capricorn Indonesia
Consulting. Jakarta.
16. ____ (2002), Industri Konstruksi Yang Mati Suri, Kompas 1 Maret, Jakarta
17. ____ (1999), Majalah Konstruksi, Edisi Oktober-November, Jakarta.
18. ____ (2002), Majalah Konstruksi, Edisi Juni, Jakarta.

ISBN 979.9243.80.7 215

Anda mungkin juga menyukai