Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS INDONESIA

MAKALAH TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI

PRO DAN KONTRA PEJALAN KAKI DAN PENGEMUDI TERHADAP


PENGGANTIAN JPO BUNDARAN HI MENJADI PELICAN CROSSING

Dosen pengampu:
Krisna Puji Rahmayanti S.I.A., M.P.A.
Nidaan Khafian S.Sos., M.A.

Disusun oleh:
Citra Dwidya Prastika
1706052744
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah swt, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Pro dan Kontra
Pejalan Kaki dan Pengemudi terhadap Penggantian Jembatan Penyeberangan Orang Bundaran
Hotel Indonesia Menjadi Pelican Crossing. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Teknik Penulisan dan Presentasi Program Studi Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
menyusun makalah ini. Selain itu, penulis juga ingin berterima kasih kepada Mbak Krisna Puji
Rahmayanti S.I.A., M.P.A. dan Mbak Nidaan Khafian S.Sos., M.A. yang telah memberikan
pembelajaran mengenai cara dan teknik penulisan makalah dan esai sehingga pembelajaran
tersebut dijadikan sebagai penunjang pembuatan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menjadi sumber kebermanfaatan dalam pembuatan
kebijakan publik berlandaskan aspirasi masyarakat sebagai objek kebijakan yang merasakan
dampak dari kebijakan publik secara langsung.

Jakarta, 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................................. 6
BAB II............................................................................................................................................. 7
KERANGKA TEORI ..................................................................................................................... 7
2.1 Teori Pejalan Kaki dan Pengemudi ....................................................................................... 7
2.2 Teori Kebijakan Publik ......................................................................................................... 7
BAB III ........................................................................................................................................... 9
ANALISIS ...................................................................................................................................... 9
3.1 Mengidentifikasi Pejalan Kaki dan Pengemudi dalam Kebijakan ........................................ 9
3.2 Menjelaskan Pentingnya Pendapat Pejalan Kaki dan Pengemudi ........................................ 9
3.3 Pro dan Kontra Pejalan Kaki dan Pengemudi terhadap Kebijakan ..................................... 10
BAB IV ......................................................................................................................................... 12
PENUTUP..................................................................................................................................... 12
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 12
4.2 Saran .................................................................................................................................... 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Monumen Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia sekarang dapat dilihat secara jelas
dari jalan protokol Muhammad Husni Thamrin. Hal tersebut disebabkan oleh dibongkarnya
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Bundaran Hotel Indonesia yang ternyata selama ini
menghalangi estetika dari monumen tersebut. JPO yang terletak di depan Wisma Nusantara ini
dibangun pada era pemerintahan Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. JPO ini
dibangun sebagai pengganti JPO sebelumnya yang dibongkar karena pembangunan proyek MRT
dengan PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta sebagai pemegang proyek pembangunan.
Pembangunan JPO pengganti dimaksudkan untuk mempermudah lalu lintas masyarakat di sekitar
Bundaran HI akibat dibongkarnya JPO yang lama dan menjadi fasilitas sementara lalu lintas
masyarakat hingga jalan bawah tanah proyek MRT Jakarta rampung.

Beberapa fasilitas di Jembatan Penyeberangan Orang Bundaran Hotel Indonesia ini


membuatnya terlihat berbeda dan unik. Fasilitas tersebut berupa tempat sampah di kedua sisi
jembatan, deretan pot bunga di sepanjang kanan dan kiri jembatan, serta jaminan keamanan dengan
adanya Satuan Pengamanan (Satpam) di jembatan. Selain itu, JPO ini juga terbebas dari atribut
yang biasa menghiasi JPO lain, yaitu papan reklame dan spanduk. Shiego Hanaki selaku Project
Manager MRT Jakarta tahun 2015 menyatakan bahwa konsep awal pembangunan JPO Bundaran
HI berasal dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta dengan memberikan standar bangunan JPO.
Hanaki juga ingin membawa kebahagiaan bagi warga ibukota, khususnya para pejalan kaki,
dengan penempatan pot-pot bunga di sepanjang JPO. Karena kelengkapan dan keunikannya
tersebut JPO Bundaran HI sempat menjadi standar bagi pembangunan JPO lain. Mengutip
perkataan Ahok, sapaan akrab Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, bahwa
akan ada lelang proyek 1.000 halte dan JPO yang akan menjadikan JPO Bundaran HI sebagai
acuan model dan standar pembangunan, serta apabila memungkinkan akan dibuat JPO yang lebih
lebar sehingga dapat dijadikan sky bridge sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli.

JPO Bundaran HI yang dibangun pada periode Ahok-Djarot ini juga sempat dijadikan
lokasi pameran foto. Hal ini menjadikannya sebagai pameran foto pertama di Jakarta bahkan di
Indonesia yang dilakukan di atas JPO. Pameran ini terlaksana atas kerja sama antara PT Mass
Rapid Transit Jakarta dengan Lotus MRT. Foto-foto yang dipamerkan oleh para pewarta foto
merupakan hasil bidikan berupa penggalan kisah perjalanan proyek transportasi massal di Jakarta
selama satu tahun. Dengan tema “Satu Tahun Groundbreaking” yang dapat dinikmati bersama
oleh para pejalan kaki, foto-foto tersebut mengisahkan perubahan infrastruktur yang dilakukan
demi terwujudnya cita-cita akan tersedianya MRT di Jakarta. Selain sebagai pameran, foto-foto
tersebut pun menjadi bukti aktualisasi kinerja Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta kepada
masyarakat, khususnya warga ibukota Jakarta. Di JPO ini juga terselip kenangan membludaknya

4
warga ibukota Jakarta yang menunggu kirab Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf
Kalla dari Gedung MPR/DPR ke Istana Negra sesaat setelah pelantikan.

Untuk pembangunan JPO semacam ini, dibutuhkan dana sebesar 5 miliar Rupiah sebab
material yang digunakan adalah baja sebagai pembuatan pondasi, tiang, dan jari-jari jembatan yang
diperikirakan akan bertahan selama 100 tahun dengan perawatan yang baik. Namun sayangnya,
JPO yang unik, sempat dijadikan model pembangunan JPO lain, dan lokasi pertama pameran foto
di atas jembatan tersebut sekarang hanya meninggalkan kenangan. Gubernur DKI Jakarta, Anies
Baswedan, pada Juli 2018, telah mengambil kebijakan untuk merubuhkan JPO Bundaran HI. Hal
ini dilakukan demi menambah nilai estetika dari Monumen Selamat Datang seperti saat tahun
1962. Menurut Anies, keberadaan JPO Bundaran HI menghalangi keindahan Monumen Selamat
Datang, dilihat dari arah Monumen Nasional, yang nantinya akan digunakan sebagai lambang
penyambutan ajang terbesar di Asia, yaitu Asian Games 2018. Selain itu, JPO Bundaran HI dinilai
kurang ramah bagi penyandang disabilitas, lansia, dan ibu hamil. Oleh karena itu, Gubernur DKI
Jakarta mengganti JPO Bundaran HI dengan pelican crossing yang membutuhkan dana sekitar 100
juta Rupiah di sekitaran Jalan Muhammad Husni Thamrin yang lebih ramah bagi ketiga golongan
tersebut, pun sebagai bentuk tambahan estetika bagi perhelatan Asian Games 2018.

1.2 Rumusan Masalah


Jembatan Penyeberangan Orang Bundaran Hotel Indonesia yang dirobohkan pada Juli
2018 lalu oleh Pemerintah DKI Jakarta atas dua alasan mendasar, yaitu estetika dan utilitas, kini
telah digantikan dengan pelican crossing. Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim,
memastikan bahwa pembuatan pelican crossing ini telah disiapkan sebelum JPO Bundaran HI
dirobohkan dengan penempatan sekitar 100 meter dari JPO Bundaran HI. Penetapan lokasi ini
mempertimbangkan berbagai hal, contohnya integrasi dengan moda transportasi massal
Transjakarta, bus regular, dan Main Entrance Plaza Indonesia.
Pelican crossing ini merupakan fasilitas penyeberangan yang dinilai lebih ramah bagi tiga
golongan prioritas, yaitu kaum disabilitas, ibu hamil, dan lansia. Dilengkapi lampu lalu lintas
dengan tombol aktivasi, pejalan kaki diperkirakan akan lebih mudah dalam menyeberang. Bila
tombol ditekan, maka lampu dengan lambang pejalan kaki berubah menjadi hijau dan lampu
dengan lambang kendaraan bermotor berubah menjadi merah yang menandakan pejalan kaki dapat
menyeberang dan pengguna kendaraan bermotor harus berhenti. Untuk fasilitas keamanan, pelican
crossing yang membutuhkan dana sebesar 100 juta Rupiah dalam pembuatannya dengan empat
tiang lampu lalu lintas ini dilengkapi dengan pita kejut untuk memperlambat laju kendaraan.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, juga menjelaskan bahwa akan dibangun dua tempat
untuk menyeberang. Satu tempat di bagian utara Jalan Muhammad Husni Thamrin dan satu tempat
lainnya di bagian selatan Jalan Muhammad Husni Thamrin.
Penggantian Jembatan Penyeberangan Orang Bundaran Hotel Indonesia menjadi pelican
crossing adalah salah satu langkah kebijakan Pemerintah DKI Jakarta berupa penyediaan

5
pelayanan publik yang tidak luput dari perhatian warga ibukota. Setiap kebijakan dan program
yang dilakukan pembuat kebijakan pastinya akan menuai dukungan dan kritik dari pelaksana
kebijakan. Dari latar belakang dan rumusan masalah yang ada, dapat ditarik sebuah pertanyaan
masalah: Bagaimana tanggapan atau respon pejalan kaki dan pengguna kendaraan bermotor
terhadap penggantian JPO Bundaran HI menjadi pelican crossing?

1.3 Tujuan Penulisan


Menjawab bagaimana tanggapan atau respon pejalan kaki dan pengguna kendaraan
bermotor terhadap penggantian JPO Bundaran HI menjadi pelican crossing.

1.4 Manfaat Penulisan


Mengetahui bagaimana tanggapan atau respon pejalan kaki dan pengguna kendaraan
bermotor terhadap penggantian JPO Bundaran HI menjadi pelican crossing.

6
BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Teori Pejalan Kaki dan Pengemudi


Definisi pengguna jalan adalah siapapun yang menggunakan jalan, seperti pejalan kaki,
pengguna sepeda, dan pengguna kendaraan bermotor (Collins, 2014). Pengguna jalan dibagi
menjadi dua tipe: pengguna jalan rentan dan pengemudi. Pengguna jalan rentan adalah pengguna
jalan yang memiliki angka korban jiwa tinggi yang oleh sebab itu harus diberi perhatian khusus
dalam kebijakan keselamatan jalan, salah satu contohnya pejalan kaki (SWOV, 2012).

Seorang pejalan kaki adalah seseorang yang bepergian dengan berjalan kaki dalam
perjalanannya atau paling tidak pada sebagian dari perjalanannya. Selain bentuk berjalan kaki yang
biasa, seorang pejalan kaki mungkin memakai berbagai modifikasi dan alat bantu berjalan seperti
kursi roda, skuter bermotor, alat bantu jalan, tongkat, skateboard, dan sepatu roda. Orang tersebut
mungkin membawa barang dengan berat berbeda-beda, dijinjing dengan tangan, atau diletakkan
di punggung, di atas kepala, dipikul, atau didorong/ditarik. Seseorang juga disebut pejalan kaki
ketika berlari, jogging, hiking, atau ketika duduk atau terbaring di jalan (WHO, 2013).

Selain pejalan kaki, pengemudi juga termasuk sebagai salah satu pengguna jalan (SWOV,
2012). Pengemudi ialah orang yang pekerjaannya mengemudikan kendaraan, bisa kendaraan
bermotor seperti mobil, pesawat terbang, sepeda motor, dan sebagainya atau kendaraan tidak
bermotor seperti perahu, sepeda, dan sebagainya (KBBI Daring, 2016).

2.2 Teori Kebijakan Publik


Kebijakan (policy) umumnya digunakan untuk memilih pilihan dari berbagai alternatif
yang tersedia untuk mencapai tujuan dalam kehidupan organisasi pemerintah atau privat yang
seharusnya terbebas dari pengaruh politik yang memihak suatu kepentingan. Kebijakan publik
(public policy) adalah rangkaian pilihan yang lebih kurang saling berhubungan (termasuk
keputusan-keputusan untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah.
Kebijakan publik dapat dibedakan menjadi tiga model, yaitu analisis kebijakan, kebijakan publik,
dan anjuran kebijakan. Kebijakan publik secara garis besar mencakup tahap-tahap perumusan
masalah kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan (Anggara, 2018).
Friedrich (2005, p. 42) mendefinisikan kebijakan publik sebagai “Planned course of action
of an individual, group, opportunities which the policy was proposed to utilize and overcome in
an effort to reach a goal, an objective, or a purpose”. Senada dengan definisi yang diberikan oleh
Friedrich, Anderson (2004) merumuskan kebijakan sebagai perilaku atau langkah tindakan yang
secara sengaja dilakukan oleh seorang atau sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi
pemerintah) dalam menghadapi masalah atau persoalan bidang tertentu. Definisi ini bukan hanya

7
sekadar mengacu pada cita-cita yang diinginkan oleh pemerintah, melainkan juga kenyataan yang
dilakukan oleh mereka.
Lebih lengkapnya, (Jenkins, 2004, p. 15) menjelaskan kebijaksanaan negara ialah
serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau
sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah beserta cara-cara untuk mencapainya
dalam suatu situasi yang mana keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-
batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut.

8
BAB III

ANALISIS

3.1 Mengidentifikasi Pejalan Kaki dan Pengemudi dalam Kebijakan


Kebijakan berupa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyatakan bahwa lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang
di ruang lalu lintas jalan yang mana ruang lalu lintas jalan berarti prasarana yang diperuntukkan
bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung.
Gerak kendaraan yang dimaksud adalah gerak kendaraan yang dikemudikan orang yang telah
memiliki Surat Izin Mengemudi, sedangkan gerak orang yang dimaksud adalah gerak pejalan kaki
yang berjalan di ruang lalu lintas jalan.

Pada kebijakan lain berupa Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 03/PRT/M/2014
tentang Pedoman Perencanaan Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan
Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, pejalan kaki adalah setiap orang yang berjalan di ruang lalu
lintas jalan. Di dalam Permen PU ini pula disebutkan pula definisi jaringan pejalan kaki dan
prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki yang diperuntukkan untuk menghubungkan pusat-pusat
kegiatan dan fasilitas pergantian moda dengan jaminan keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki.
Dalam kebijakan penggantian Jembatan Penyeberangan Orang Bundaran Hotel Indonesia
menjadi pelican crossing pun di dalamnya terdapat pejalan kaki dan pengemudi yang menjadi
objek kebijakan. Jika objek kebijakan penggantian ini dikaitkan dengan definisi-definisi pejalan
kaki dan pengemudi yang tercantum dalam kebijakan lain seperti undang-undang dan Permen PU,
maka dapat diidentifikasikan bahwa pejalan kaki yang dimaksud adalah setiap orang yang
melakukan pergerakan di prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, sedangkan pengemudi yang
dimaksud adalah setiap orang yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi yang bergerak di dan
berbagi ruang lalu lintas jalan dengan pengguna jasa lalu lintas lain seperti pejalan kaki.

3.2 Menjelaskan Pentingnya Pendapat Pejalan Kaki dan Pengemudi


Seperti yang sudah dijelaskan pada analisis sebelumnya, Pejalan kaki dan pengemudi
merupakan objek kebijakan dan sasaran pelayanan publik Pemerintah DKI Jakarta dalam
kebijakan penggantian Jembatan Penyeberangan Orang Bundaran Hotel Indonesia menjadi
pelican crossing. Selain perannya sebagai objek dan sasaran, pejalan kaki dan pengemudi
merupakan komponen penting dalam perwujudan keselamatan dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan dengan hak dan kewajibannya masing-masing. Menurut Pasal 131 Undang-Undang
No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ:

(1) Pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa trotoar, tempat
penyeberangan, dan fasilitas lain.

9
(2) Pejalan kaki berhak mendapatkan prioritas pada saat menyeberang jalan di tempat
penyeberangan.
(3) Dalam hal belum tersedia fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejalan kaki
berhak menyeberang di tempat yang dipilih dengan memperhatikan keselamatan dirinya.
Sedangkan menurut Pasal 132 dalam undang-undang yang sama:

(1) Pejalan kaki wajib:


a. menggunakan bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki atau jalan yang paling
tepi; atau
b. menyeberang di tempat yang telah ditentukan
(2) Dalam hal tidak terdapat tempat penyeberangan yang ditentukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, pejalan kaki wajib memperhatikan keselamatan dan kelancaran lalu
lintas.

Selanjutnya, kewajiban dan tanggung jawab pengemudi diatur dalam Pasal 234 Undang-Undang
No. 22 Tahun 2009 yang berbunyi:

(1) Pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau perusahaan angkutan umum


bertanggung jawab atas kerugian yang didertia oleh penumpang dan/atau pemilik barang
dan/atau pihak ketiga karena kelalaian pengemudi.
(2) Setiap pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau perusahaan angkutan umum
bertanggung jawab atas kerusakan jalan dan/atau perlengkapan jalan karena kelalaian atau
kesalahan pengemudi.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku jika:
a. adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan atau di luar kemampuan
pengemudi;
b. disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga; dan/atau
c. disebabkan gerakan orang dan/atau hewan walaupun telah diambil tindakan
pencegahan.

Berdasarkan undang-undang dan hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka pendapat
pejalan kaki dan pengemudi sangatlah penting untuk dianalisis keterkaitannya dengan kebijakan
Pemerintah DKI Jakarta untuk mengganti JPO Bundaran HI menjadi pelican crossing karena
mereka adalah penerima hak dan pelaksana kewajiban berlalu lintas yang merasakan secara
langsung dampak dari penyediaan fasilitas yang dibangun pemerintah.

3.3 Pro dan Kontra Pejalan Kaki dan Pengemudi terhadap Kebijakan
Kebijakan Pemerintah DKI Jakarta untuk mengganti fasilitas jalan berupa jembatan
penyeberangan orang (JPO) di kawasan Bundaran HI menjadi pelican crossing menuai pro dan
kontra di kalangan warga ibukota. Seperti terlansir di news.okezone.com yang mewawancarai
salah satu karyawan swasta, Fitri, mengaku dukung penggantian JPO karena menurutnya

10
keberadaan JPO Bundaran HI yang kumuh dan kurang tertata memang menghalangi estetika dari
Monumen Selamat Datang sebagai ikon penyambutan Asian Games kedua kalinya di Indonesia
pada 2018 setelah sebelumnya pada 1962. Fitri menambahkan harapannya, yaitu jika JPO
dibongkar, pemerintah harus dapat memastikan penggunaan pelican crossing efektif dan tepat
sasaran bagi golongan prioritas (kaum disabilitas, ibu hamil, dan lansia). Hal senada juga
diungkapkan Muzailin Affan yang mengungkapkan kesetujuannya jika JPO Bundaran HI
dibongkar dengan syarat tidak menghilangkan fasilitas bagi pejalan kaki. Selain itu menurut
pengguna fasilitas JPO lain, Dino Imbar, perlu diadakan sosialisasi bahwa pembongkaran JPO
tidak hanya bertujuan estetika tapi juga utilitas. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri
Yansah juga sudah mengantisipasi terganggunya lalu lintas dengan menyiapkan pengalihan arus
lalu lintas, khususnya saat pembongkaran JPO Bundaran HI berlangsung.

Namun, ada beberapa pihak yang pendapatnya berseberangan dengan pendapat Fitri dan
Muzailin. Andini dan Matius, warga yang sering menggunakan JPO Bundaran HI, merasa
keberatan, terlebih pembongkaran JPO ini dirasa terlalu mendadak dan berbarengan dengan
pembongkaran proyek lain menuju Asian Games 2018. Matius menambahkan bahwa JPO dirasa
lebih efektif daripada pelican crossing karena seringkali pejalan kaki harus menunggu lama untuk
menyeberang. Dea Winanda juga setuju dengan pendapat mereka. Dea merasa pembangunan
pelican crossing hanya menambah anggaran dan belanja daerah saja dan menurutnya JPO
Bundaran HI tidak mengganggu estetika dari Monumen Selamat Datang. Kepala Korps Lalu
Lintas POLRI Irjen Pol. Royke Lumowa saat meninjau langsung ke lapangan, menilai pelican
crossing mengganggu kelancaran lalu lintas. Penilaian Royke juga didukung beberapa pengemudi
yang berpendapat bahwa pelican crossing tidak sesuai dengan kebiasaan pengemudi dan pengguna
jalan yang acap kali gatal untuk melintas. Pengemudi tersebut juga menambahkan bahwa pelican
crossing dirasa hanya memperparah kemacetan di Jalan Muhammad Husni Thamrin dan akan jauh
lebih baik apabila dibangun underpass untuk pejalan kaki.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kebijakan publik adalah bentuk alternatif terbaik yang dibuat pemerintah yang kemudian
diimplementasikan demi kepentingan masyarakat. Sebagai objek kebijakan yang merasakan
dampak pengimplementasian kebijakan tersebut, masyarakat pastinya memiliki perbedaan
pandangan dalam memberikan suara atau pendapatnya mengenai kebijakan yang diterapkan.
Kebijakan penggantian Jembatan Penyeberangan Bundaran Hotel Indonesia menjadi pelican
crossing juga tidak luput dari perbedaan pandangan tersebut. Munculnya pro dan kontra dari
masyarakat merupakan hal yang tidak dapat dihindari dari penerapan sebuah kebijakan. Namun,
kehadiran pro dan kontra tidak selamaya buruk karena keduanya dapat mengukur seberapa besar
pengaruh kebijakan tersebut dan memberi nilai pada kinerja pemerintah. Pro dan kontra pada
penggantian Jembatan Penyeberangan Bundaran Hotel Indonesia menjadi pelican crossing dapat
dijadikan sebagai acuan perwujudan keselamatan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan
dengan hak dan kewajiban masyarakat masing-masing, khususnya pejalan kaki dan pengemudi.

4.2 Saran
Untuk mewujudkan keselamatan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, perlu
adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat (dalam kebijakan penggantian Jembatan
Penyeberangan Orang Bundaran HI menjadi pelican crossing ini adalah pejalan kaki dan
pengemudi). Pemerintah dalam kebijakan ini berkewajiban mengadakan sosialisasi mengenai
penggunaan pelican crossing dan lokasi-lokasinya yang terintegrasi dengan moda angkutan umum
kepada pejalan kaki dan pengemudi sehingga pejalan kaki dan pengemudi mendapatkan hak
keselamatan dan kelancaran lalu lintas. Selain itu, pejalan kaki dan pengemudi juga memiliki
kewajiban untuk menaati peraturan lalu lintas, membudayakan tertib lalu lintas, dan menghargai
hak orang lain dalam berlalu lintas sehingga tidak ada pihak yang dirugikan dan masing-masing
pihak mendapatkan hak lalu lintasnya dengan adil.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J. E. (2004). Public Policy Making. Dalam S. A. Wahab, Analisis Kebijaksanaan dari
Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Anggara, S. (2018). Kebijakan Publik. Bandung: Pustaka Setia.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. (2016, Oktober). KBBI Daring. Diambil kembali dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
Collins, H. (2014). Collins English Dictionary (12th Edition). Glasgow: HarperCollins Publishers
Ltd.
El Rahman, Vanny. (2018, Juli). JPO Bundaran HI Dirobohkan, Polisi Sebut Alternatifnya Gak
Efektif. Diambil kembali dari https://www.idntimes.com/news/indonesia/vanny-
rahman/jpo-bundaran-hi-dirobohkan-polisi-sebut-alternatifnya-gak-efektif/full.
Fardiansyah, A. (2018, Juli). Pro-Kontra Pembongkaran JPO Bundaran HI Digantikan Pelican
Crossing. Diambil kembali dari
https://news.okezone.com/read/2018/07/25/338/1927332/pro-kontra-pembongkaran-jpo-
bundaran-hi-digantikan-pelican-crossing.
Friedrich, C. J. (2005). Public Policy. Dalam Soenarko, Public Policy: Pengertian Pokok Untuk
Memahami dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah, Cetakan Keempat (hal. 42). Jakarta:
Airlangga University Press.
Infonitas.com. (2018, Juli). Begini Kenangan PT MRT Jakarta Soal JPO Bundaran HI yang
Dibongkar. Diambil kembali dari http://infonitas.com/jakarta/pemerintahan/begini-
kenangan-pt-mrt-jakarta-soal-jpo-bundaran-hi-yang-dibongkar/63859.
Jenkins, W. (2004). Policy Analysis: A political and Organisational Perspective. Dalam S. A.
Wahab, Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara
(hal. 15). Jakarta: Bumi Aksara.
Kami, Indah M. (2018, Juli). Bakal Dirobohkan, JPO Bundaran HI Dulu Dijadikan Model oleh
Ahok. Diambil kembali dari https://news.detik.com/berita/d-4132884/bakal-dirobohkan-
jpo-bundaran-hi-dulu-dijadikan-model-oleh-ahok.
Priambudi, Brian. (2018, Juli). Tutupi Patung Selamat Datang Jadi Alasan Pemprov DKI Minta
JPO di Bundaran HI Dibongkar. Diambil kembali dari
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2018/07/26/tutupi-patung-selamat-datang-jadi-
alasan-pemprov-dki-minta-jpo-di-bundaran-hi-dibongkar.
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 03/PRT/M/2014
tentang Pedoman Perencanaan Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana
Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan.

13
Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009,
Nomor 5025. Jakarta: Sekretariat Negara.
SWOV. (2012). SWOV Fact sheet: Vulnerable Road Users. Leidschendam.: SWOV Institute for
Road Safety Research.
Taylor, Gloria S. Saraswati, D. (2018, Juli). Dishub Alihkan Arus Lalin Bundaran HI Selama
Pembongkaran JPO. Diambil kembali dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180726171721-20-317269/dishub-alihkan-
arus-lalin-bundaran-hi-selama-pembongkaran-jpo.
Umasugi, Ryana A. (2018, Juli). 5 Fakta JPO Bundaran HI, Pernah Jadi Standar dan Kini Akan
Dibongkar. Diambil kembali dari
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/07/26/08560081/5-fakta-jpo-bundaran-hi-
pernah-jadi-standar-dan-kini-akan-dibongkar.
Umasugi, Ryana A. (2018, Juli). Respons Warga soal Rencana Pembongkaran JPO Bundaran HI.
Diambil kembali dari
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/07/25/05000041/respons-warga-soal-rencana-
pembongkaran-jpo-bundaran-hi.
WHO. (2013). Pedestrian Safety: A Road Safety Manual for Decision-makers and Practitioners.
Jenewa: World Health Organization.

14

Anda mungkin juga menyukai