Anda di halaman 1dari 67

LAMPIRAN II

SASARAN, KEBIJAKAN DAN


STRATEGI PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR

SU STRATEGIS 1

PENINGKATAN KETERSEDIAAN
INFRASTRUKTUR DASAR

SASARAN
Sektor

Perumahan

Indikator

Rumah tangga kumuh di


perkotaan (%)
Peningkatan homeownership rate

Air Minum
Akses air minum layak (%)
dan Sanitasi
Rasio akses air minum perpipaan
(%)
Rasio kehilangan air (%)

Kondisi
Sekarang

Target 2019

Input KPI

12,1

78,87

90

Penurunan backlog kepemilikan rumah dari 12,68


juta menjadi 6,76 juta
Pengentasan jumlah rumah tangga yang menempati
hunian tidak layak

67,8

60

27

20

67

85

62,4

100

74

100

840

1.200

Akses air minum sesuai SPM (%)


Akses sanitasi layak (%)

Ketenagalist Rasio Elektrifikasi (%)


rikan
Penggunaan per kapita
(kwH/capita)

Penurunan angka kehilangan air (NRW) sebesar 33%


menjadi 20% atau setara dengan 16.276 L/d
(melayani 7 juta jiwa)
Pemanfaatan idle capacity sebesar 40.497 L/d
(melayani 17,86 juta jiwa)
Penambahan kapasitas SPAM Perdesaan sebesar
116.084 L/d (melayani 81,2 juta jiwa)
Penambahan instalasi pengolahan air limbah
sistem terpusat 21,2 juta m3/hari (melayani 42,3
juta jiwa)
Penambahan instalasi pengolahan air limbah
komunal 988 ribu m3/hari (malayani 3,95 juta jiwa)
Penyediaan 267 TPA sanitary landfill
Penyediaan fasilitas 3R untuk melayani 20,5 juta
jiwa
Pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di
kawasan strategis perkotaan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN


Pemenuhan Ketersediaan Infrastruktur Dasar dan Standar
Layanan Minimum
PEMBANGUNAN PERUMAHAN
Meningkatkan akses MBR terhadap hunian layak, aman dan terjangkau serta didukung oleh
penyediaan prasarana, sarana dan utilitas yang memadai

Peningkatan peran fasilitasi Pemerintah dan Pemda dalam menyediakan hunian baru
(sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian

Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan

Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan

Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta pengembangan
implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing).

PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN SANITASI


Menyediakan akses universal air minum dan sanitasi bagi seluruh rakyat Indonesia

Penyediaan infrastruktur produktif melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan,


penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur
terbangun.

Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi di tingkat nasional, kabupaten/kota, dan
masyarakat

Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi melalui
sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap perencanaan sampai
implementasi baik secara vertikal maupun horizontal

PEMBANGUNAN KETENAGALISTRIKAN
Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap infrastruktur energi dan ketenagalistrikan

Penyelesaian proyek pecepatan 10.000 MW tahap 1 dan 2 disertai dengan jaringan


transmisi, distribusi, gardu induk, dan listrik perdesaan

Pembangunan pembangkit energi baru terbarukan skala kecil dan menengah yang
disesuaikan dengan potensi wilayah

PROGRAM AKSI 1:
PENINGKATAN PASOKAN RUMAH LAYAK DAN TERJANGKAU UNTUK MBR

Perumahan merupakan hak dasar yang dijamin dalam UUD 1945


Pasal 28(H) sebagaimana pendidikan Namun belum mendapatkan perhatian
yang memadai dari pengambil kebijakan (eksekutif dan legislatif). Bahakn LBH pernah
berencana melakukan class action.
Kegiatan
Bantuan Stimulan Pembangunan Rumah Swadaya untuk
5,4 juta rumah tangga
Penyediaan rumah susun sederhana sewa serta
parasarana dan sarana utilitas untuk 500 ribu rumah tangga
Fasilitasi dan stimulasi pembangunan rumah susun
sederhana milik melalui developer dan masyarakat
sebanyak 500 ribu unit

PROGRAM AKSI 2:
PENINGKATAN KUALITAS HUNIAN DAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH

Untuk mendukung target


RPJPN 2005-2025 mewujudkan
kota tanpa permukiman kumuh
pada tahun 2020

Rumah Tangga Kumuh Tahun 2000-2013


20

019

017 017

016

15

017
014

015 016
013 013

014 014
013

10

Kegiatan

Fasilitasi Kredit Pemilikan Rumah


Swadaya untuk 5,5 juta rumah tangga

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Fasilitasi dan stimulasi


peningkatan kualitas rumah dan
kawasan permukiman berbasis
komunitas untuk 7,5 juta rumah
tangga

Persentase Rumah Tangga yang Tinggal di RLTH


5.19
5.06
4.93

4.91
4.8
4.55

2009

2010

2011

2012

2013

2014

PROGRAM AKSI 3:
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)
REGIONAL

Pembangunan SPAM Regional sebagai alternatif untuk menangani isu kelangkaan air baku.
Kota atau kabupaten dengan ketersediaan air baku yang terbatas akan didukung oleh
kota/kabupaten lain yang memiliki air baku.

Banjar Bakula
Region
1.500 liter/second
(Banjarmasin City, Banjar
Regency, Banjarbaru City,
Barito kuala Regency and
Tanah Laut)

Bandung Raya
Region
5400 liter/second
(Bandung Regency and
Bandung City)

Mojokerto &
Lamongan Region
300 liter/second
(Mojokerto Regency and
Lamongan Regency)

Pasigala Region
600 liter/second
(Palu City, Sigi Regency,
and Donggala Regency)

South Bali Region


600 liter/second
(Denpasar City, Klungkung
Regency, Gianyar
Regency, and Badung
Regency)

Bregas Region
650 liter/second
(Brebes Regency, Tegal City and Tegal
Regency)

Keburejo Region
600 liter/second
(Kebumen Regency and Purworejo Regency)

Kartamantul
Region
500 liter/second
(Yogyakarta City, Sleman
Regency and Bantul
Regency)

Menang Mataram
Region
650 liter/second
(Mataram City, North
Lombok Regency)

Kupang Region
150 liter/second+in
progress
(Kupang City, Kupang
regency)

2014

2019

PROGRAM AKSI 4:
PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK 35.000 MW
2015-2019

Kapasitas Pembangkit 2014 adalah


50,7 GW dan Rasio Elektrifikasi 81,5
Persen
Pertumbuhan Ekonomi
6-7 persen

Kapasitas pembangkit sekitar 85,7 GW


dan Rasio Elektrifikasi 96,6 persen

Oleh PLN: Pembangkit: 16,8 GW ( berikut


Transmisi 50 ribu kms; Jaringan Distribusi 150
ribu kms)

Oleh Swasta: Pembangkit 18,2 GW (berikut


transmisi 360 kms)
Kebutuhan Investasi :
PT. PLN 545 triliun dan Swasta Rp 435 triliun
KEBUTUHAN PENDANAAN INFRASTRUKTUR DASAR
KETENAGALISTRIKAN

Kemampuan Investasi PT. PLN adalah Rp 250 triliun dalam 5 tahun


Dari alokasi Pinjaman dalam DIPA 2015 sebesar Rp 205,6 triliun, terdapat
kekurangan sebesar Rp 339,4 triliun, diharapkan dari anggaran
pemerintah, yang sebagian dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN)
dan pinjaman/penerusan pinjaman, agar kondisi keuangan PT. PLN
menjadi sehat. Debt Equity Rasio PT. PLN saat kondisinya kronis sekitar
257 %.
Investasi yang paling mendesak untuk mengatasi krisis listrik/potensi
krisis listrik
Diperlukan program penyehatan kondisi keuangan PT. PLN melalui :
Penyesuaian tarif dasar listrik mencapai nilai keekonomiannya pada
tahun 2017, dengan tarif yang mencerminkan kemampuan investasi PT.
PLN secara mandiri (memperhitungkan beban investasi sesuai kondisi
demografi dan geografi yang ada serta beban sasaran bauran energi)
Peningkatan injeksi PMN sekitar Rp 134 Triliun (2015-2019).
Subsidi yang semakin tepat sasaran (hanya untuk pengguna dibawah 60
KWh) per bulan
Fasilitasi pemerintah dalam mengatasi hambatan (bottleneck) investasi,
berupa: (a) penjaminan pemerintah untuk investasi; (b) Percepatan
persetujuan PKLN; (c) fasilitasi pembebasan lahan; (d) mempermudah
perijinan (e) penyesuaian harga jual beli listrik IPP yang lebih menarik
terutama energi terbarukan; (f) fasilitasi penyediaan gas untuk
pembangkit listrik: serta (g) perlindungan hukum bagi pelaksana proyek.

PLN 16,8 GW; IPP 18,2GW

PROGRAM AKSI 5:
PROYEK PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
35.000 MW 2015-2019
Diutamakan untuk mengatasi krisis listrik/potensi krisis Listrik :
Mempercepat Penyelesaian beberapa pembangkit listrik percepetan 10.000 MW yang belum selesai sekitar sekitar
2.191 MW (PLTU Adipala, PLTUTanjung Awar-Awar, PLTUPangkalan Susu, PLTUTenayan, PLTUBangka Baru, PLTUBelitung,
PLTUParit Baru, PLTU Bengkayang, PLTU Pulang Pisau, PLTUTeluk Balikpapan, PLTU Anggrek Gorontalo, PLTU Bima, PLTU
Lombok, PLTU Ende, PLTU Kupang, PLTU Tidore, PLTU Ambon dan PLTUJayapura)
Pembangunan PLTU combyne/Close Cycle PLTGU Muara Karang, Muara Tawar, Tanjung Priok, dan PLTGU Grati Pasuruan
dengan total kapasitas sekitar 2.000 MW
Melakukan percepatan pembangunan PLTU skal besar di Jawa yaitu Jawa Barat (Bojonegara), Jawa Tengah
dan Jawa Timur yang mencapai sekitar 10.000 MW mencapai sekitar 10.000 MW (termasuk PLTU Cilacap
(5x1000 MW)
Mempercepat pembangunan PLTU Mulut Tambang 8,9, 10 (termasuk transmisi HVDC Jawa-Sumatera 500 kV),
PLTU Indramayu 1000 MW, PLTU Batang Jateng 2x1000 MW
Mempercepat Pembangunan beberapa PLTU ekstension Cirebon 1000 MW dan Suralaya 1000 MW
Mempercepat pembanguna berbagai PLTU lainnya yang telah direncanakan (PLTU, PLTP, PLTA) dll

Beberapa kondisi/fasilitasi Pemerintah yang Diperlukan :

Memilih lokasi yang tanah relatif mudah/tersedia

Jaminan Pemerintah melalui Kepres

Mempercepat proses persetujuan Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN)

SU STRATEGIS 2

PENINGKATAN KETAHANAN AIR


DAN PANGAN

10

Sasaran
Sektor

Indikator

Kondisi
Sekarang

Target 2019

Input KPI

Air Baku

Kapasitas Air Baku

56
M3/detik

109,54
M3/detik

Meningkatnya kapasitas prasarana air baku


untuk melayani rumah tangga, perkotaan, dan
industri

Air Irigasi

Areal yang dilayani waduk

11%

20%

Meningkatnya keterjaminan sumber air irigasi


dari waduk

Waduk

Peningkatan Volume Waduk

14 Milyar
M3

17 Milyar M3

Pembangunan waduk sebanyak 49 buah


termasuk di Papua dan Maluku

11

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN


Ketahanan Air, Pangan, dan Energi

KEBIJAKAN PENGAIRAN DAN IRIGASI


1

Percepatan peningkatan dan pelestarian kapasitas waduk,


embung
dan
sumber-sumber
air
lainnya
untuk
meningkatkan keterjaminan pasokan air dan meningkatkan
pemanfaatannya sebagai sumber energi

Peningkatan layanan jaringan irigasi/rawa untuk mendukung


ketahanan pangan nasional yang antara lain melalui

Peningkatan cakupan pemenuhan dan kualitas layanan air


baku secara optimal, berkelanjutan, adil, dan merata

4
5

Melindungi kawasan strategis nasional, pusat pertumbuhan


ekonomi, dan pulau-pulau terdepan dari dampak daya rusak
air
Peningkatan kapasitas kelembagaan, ketatalaksanaan, dan
keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya air

12

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN


Ketahanan Air, Pangan, dan Energi
STRATEGI PENGAIRAN DAN IRIGASI
Percepatan persiapan dan pelaksanaan pembangunan tampungan-tampungan air
skala kecil/menengah pada daerah-daerah krisis dan wilayah-wilayah strategis;
Penyelesaian hambatan perizinan, pembiayaan, penyediaan lahan kehutanan, dan
penanggulangan masalah sosial penduduk;
Perkuaran Unit Pengelolaan Bendungan baik dari sisi hardware, software, dan sumber
daya manusia-nya;
Rehabilitasi waduk, embung, dan bangunan penampung air lainnya untuk
mengembalikan fungsi dan kapasitas tampung
Peningkatan fungsi jaringan irigasi yang mempertimbangkan jaminan ketersediaan air,
dan memperhatikan kesiapan petani penggarap baik secara teknis maupun kultural,
serta membangun daerah irigasi baru khususnya di luar pulau Jawa sebagai langkah
mempertahankan luasan daerah irigasi,
Rehabilitasi jaringan irigasi pada daerah utama penghasil pangan dan mendorong
keandalan jaringan irigasi kewenangan daerah melalui penyediaan dana alokasi khusus
(DAK) maupun bantuan pengelolaan dari pemerintah pusat,
Mendorong dibentuknya manajer irigasi sebagai pengelola pada satuan daerah irigasi;
Peningkatan peran petani secara langsung dalam perencanaan dan pelaksanaan
pengelolaan daerah irigasi termasuk operasi dan pemeliharaan seperti melalui sistem
out-contracting;
Efisiensi pemanfaatan air irigasi dengan teknologi pertanian hemat air seperti System of
Rice Intensification/SRI, menggunakan kembali air buangan dari sawah (water re-use);
Internalisasi pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif (PPSIP) dalam
Dokumen Perencanaan Daerah
13

Ketahanan Air, Pangan, dan Energi


STRATEGI PENGAIRAN DAN IRIGASI
pembangunan saluran pembawa air baku untuk meningkatkan akses air bersih,
termasuk mendorong partisipasi swasta dalam pembiayaan pembangunannya pada
kota besar dan industri;
pengendalian pencemaran air ke sumber-sumber air dan pembangunan talang atau
siphon pada perlintasan sebidang untuk menjaga kualitas air;
penerapan prinsip-prinsip efisiensi dan ekologi pemanfaatan air melalui reduce,
reuse, dan recycle sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan sumber daya air
berbasis lingkungan berkelanjutan (eco-sustainable water infrastructure)
mendorong penetapan kebijakan biaya jasa pengelolaan air; serta mendorong peran
serta masyarakat dalam menjaga kebersihan mata air dan sumber-sumber air
lainnya.
Perluasan ruang untuk sungai (more room for river) melalui pembebasan lahan dan
relokasi penduduk serta penataan garis sempadan sungai
Percepatan penyusunan Flood Risk Map sebagai acuan dalam penyusunan rencana
tata ruang wilayah, Rencana Detail Tata Ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang pada setiap wilayah sungai
Mengurangi laju erosi dengan membangun pengendali sedimen
Pembangunan dan Revitalisasi Pantai Terpadu dengan mempercepat pelaksanaan
NCICD dan memprakarsai kegiatan inisiasi untuk wilayah pesisir lainnya
melengkapi peraturan perundangan turunan UU No. 7/2004 serta penyusunan
Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) sebagai pedoman teknis pelaksanaan
dan koordinasi pengelolaan sumber daya air
menyelenggarakan upaya pengelolaan sumber daya air dengan sistem kemitraan
antara pemerintah dan masyarakat

14

PROGRAM AKSI 1:
KETAHANAN AIR, PANGAN, DAN ENERGI
PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN PLTA

Pembangunan NCICD untuk


melindungi Ibu Kota dari
Banjir, menambah
penampungan air baku,
menambah ruang baru, dan
membantu menyelesaikan
masalah konektivitas (jalan,
rel, dan deep sea port)

Membantu percepatan
perizinan pembangunan
waduk-waduk dan PLTA
yang sedang berjalan

Rapid assessment potensi


kapasitas PLTA dari 239
waduk milik Kementerian PU
Pengembalian kapasitas
mampu PLTA yang
mengalami derating ke
kapasitas terpasang melalui
pengerukan (dredging)
dan/atau refurbishment
komponen PLTA

PENINGKATAN KETAHANAN
PENINGKATAN KETAHANAN AIR
Terobosan percepatan
PANGAN
pembangunan PLTA

Karangkates
IV&V ,
Pembangunan Bendung Sei
Pembangunan
Waduk Krueng Keureuto di
dan Lodoyo
Padang di Sedang Bedagai, Aceh; Kesamben
NAD,
Waduk Teririp di Balikpapan, Waduk
Pembangunan Bendung Randangan
Karalloe di Sulsel, Waduk Tugu di Trenggalek
di Gorontalo, Pembangunan Bendung
Jatim, Waduk Tukul di Pacitan, Waduk
Gerak Jabung di Lampung;
Gongseng di Bojonegoro, Waduk Kuningan di
Pembangunan Bendung Tami dan DI
Jabar, dan Rababaka Kompleks di NTB
Koya di Jayapura; Lanjutan
Pembangunan Jaringan Air Baku
Pembangunan Bendung Wariori di
Kawasan Bregas (Brebes, Tegal, Slawi
Manokwari Papua Barat
Jateng), Pembangunan Siphon Bekasi,
Pembangunan Bendung dan Jaringan Air
Baku Manokwari

PERLINDUNGAN DAYA RUSAK AIR


Pembangunan NCICD, Pembangunan
Bendung Gerak Sembayat di Gresik, Jatim,
Pembangunan Waduk Logung di Kudus,
Pembangunan Sudetan Ciliwung, Normalisasi
Kali Pesanggrahan, Angke, dan Sunter
Pembangunan Pengendali
Lahar/Sedimen Gunung Berapi

15

PROGRAM AKSI 2:
PENINGKATAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR YANG
ADAPTIF
ADAPTIVE
MANAGEMENT
ASPECT :

Drought, Food
Security

Flood and Land


Slide
CLIMATE
CHANGE

Water
Quality and
Health
Problem

Sea
water
intrusion

1. TECHNOLOGY : dams,
desalination, SRI,
hydroponic plant, etc
2. HUMAN BEHAVIOR :
demand control,
efficiency, social capital,
awareness, etc
3. ECOSYSTEM : natural
capacity, restoration,
conservation, etc
4. INSTITUTIONAL : WRM
Plan, Synchronization,
Law Enforcement, etc
5. FINANCIAL : water
pricing, BJPSDA, etc

Change in
Planting
beradaptasi
terhadap perubahan
Season

Agar system dapat


dan mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut
serta siap terhadap ketidakpastian perubahan masa
depan, diperlukan:
ketersediaan informasi terbaru dan kemampuan
untuk memproses informasi tersebut.
Kemampuan system untuk beradaptasi beradasrkan
informasi yang diproses tersebut.
(Pahl-Wostl, 2006)

Water Security dan


MDGs target

Pic Source : wema.org

16

PROGRAM AKSI 3:
SINKRONISASI PERENCANAAN : SPATIAL PLAN,
FORESTRY PLAN AND WATER RESOURCES
MANAGEMENT PLAN
Sinkronisasi pada sektor-sektor ini sangat
penting untuk memberikan dampak yang
signifikan dalam mengurangi dampak
perubahan
iklim,
terutama
untuk
mengontrol curah hujan dan debit
limpasan air di daerah tangkapan air.

Local Policy
on WR

SID on River
Catchment
Area

Water
Resources
Management
Pattern
Water
Resources
Inventory

SPATIAL
PLANNING

Forestry National Planning


Conservation
Forestry

National
Policy on
Water
Resources

Water Resources
Planning Based
on RCA

PROTECTED
AREA

Protected
Forestry

WR
program
priority

WR activities
Peat Land, low land,
critical land, etc.

Production
Forestry

Non WR activities
Production Area

CULTIVATIO
N AREA

17

PROGRAM AKSI 4:
PENINGKATAN PENGELOLAAN HIDROLOGI PERKUATAN DATABASE DAN REALTIME MODEL UNTUK
PENGELOLAAN YANG ADAPTIF

Data Feed
NW
P

Satellite

Radar

Telemetry

Lead Time

River discharge

accuration decreases

Flood

Time

Present condition
Flood forecasting
Detections

Run-off analysis

Warning

Response

Source: Putuhena, William

1. Membangun jaringan hidrologi secara real time yang dapat mengukur aliran sungai dan
sedimennya
2. Model terbaru harus dikembangkan dengan mengkombinasikan perubahan iklim secara
regional dengan model hidrologi, serta mengembangkan model statistical downscaling
dan bias-correction method untuk konversi data dari large climate grids kepada small
hydrological grids
18

PROGRAM AKSI 5:
PERCEPATAN PEMANFAATAN INFRASTRUKTUR SUMBER
DAYA AIR UNTUK ENERGI
Million tCO2

Hydro Potency for Utilize in Indonesia


NO

2010

2012

2013
Biomas s

2014
HS D

2015
MFO

2016
LNG

2017

2018

Gas

2019

2021

Hydro Energy

Unit

Capacity (MW)

910

7.572

Solar Energy

178.099

42,78

63.537

Wind Energy

54

1,33

1.483

HYBRID

19

0,54

805

179.082

7.616,652

16.935.090

TOTAL

Batubara

HEPP development could reduce generation of CO 22 emission


Potency for HEPP
development

2020

Energy

Usage for
Housing/Public
Facility
16.869.266

Source::

NO
1
2
3
4
5
6
7

Ditjen LPE & Distamben, EBTKE, PT. PLN (2013)

Island
Sumatra
Jawa
Kalimantan
Sulawesi
Bali,NTT,NTB
Maluku
Papua
TOTAL

Source::

Potency (MW)
15.600
4.200
21.600
10.200
620
430
22.350
75.000

%
20,8%
5,6%
28,8%
13,6%
0,8%
0,6%
29,8%
100,0%

Ditjen LPE & Distamben, EBTKE, PT. PLN (2013)

Sejak 1998 2012, potensi 75000 MW hidropower baru dikembangkan sebanyak 10% (7.572 MW
di 2013)
19
239 eksisting Waduk Kementerian Pekerjaan Umum memiliki potensi yang besar untuk

PROGRAM AKSI 6:
RENCANA PENGAMANAN AIR MINUM (RPAM)
Perbaikan kualitas layanan air minum dan sanitasi telah dimandatkan pada:
PP 16/2005 (pasal 1): kewajiban pemenuhan air minum yang memenuhi syarat
UU SDA 7/2004: pengembangan SPAM harus terpadu dengan pengembangan sanitasi

Kegiatan

Jaga Air
pengarusutamaan 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan
keterjangkauan)
peningkatan kesadaran masyarakat akan hygiene dan
sanitasi
Peningkatan cakupan akses sanitasi layak

Simpan Air
Menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui konservasi
sumber air baku air minum

Hemat Air
Optimalisasi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang telah
ada melalui:
pengurangan kebocoran air hingga 20%,
pemanfaatan idle capacity
Perwujudan Keseimbangan-Neraca Air Domestik

Daur Ulang Air


Memanfaatkan air yang telah terpakai melalui:
secondary water uses
water reclaiming

Fasilitasi optimasi bauran sumber daya air


domestik di 27 kota metropolitan dan kota besar
Fasilitasi penyusunan RPAM di 38 PDAM sehat di
kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota
kecil
Pembangunan SPAM di 1.800 kawasan MBR, 1.075
IKK, 5.300 desa, 628 kawasan khusus, dan 25
kawasan regional
Pengentasan Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) melalui promosi sanitasi dan hygiene
Penambahan instalasi pengolahan air limbah
sistem terpusat dan komunal 22,2 juta m3/hari
(melayani 46,2 juta jiwa)
Penyediaan 267 TPA sanitary landfill, disertai upaya
3R
Pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di
kawasan strategis perkotaan
20

SU STRATEGIS 3

PENGUATAN KONEKTIVITAS
NASIONAL

21

SASARAN
Kondisi
Sekarang

Target 2019

94%
54%
45%
2,6 jam

100%
75%
60%
1,5 jam

2%
600

6%
1.200

Transportasi Kapasitas Bandara Kota Besar


Udara

>100%

95%

Waktu Pelayanan

70%

95%

Sektor

Indikator

Input KPI

Kondisi mantap
Jalan Raya

Perkeretaapian

Jalan Nasional (%)


Jalan Propinsi (%)
Jalan Kabupaten /Kota
Waktu rata-rata (no./100 km)

Jumlah pangsa pasar barang (%)


Penumpang jabodetabek
(ribu/hari)

*) tidak semua pembanding tersedia

Pembenahan jalan nasional (4%) serta jalan


daerah (21%)
Pelebaran (47%) jalan nasional
Meningkatkan jumlah jalan nasional (5,200 km)
dan jalan daerah (214,000 km)

Penambahan fasilitas perkeretaapian:


Jalur kereta api (1,660 km)
Jalur kereta perkotaan (760 km)
Gerbong lokomotif (1,720 unit)
Gerbong kereta (12,220 unit)
Gerbong barang (9,625 unit)
Gerbong kereta kota (2,631 unit)

Pengembangan dan Pembangunan Bandara Baru


dalam Coverage area (Jangkauan Pelayanan) untuk
mengatasi kepadatan arus penumpang.
Sistem Intra dan Suprastruktur Bandara termasuk IT
dan Control System Bandara.

SASARAN
Kondisi
Sekarang

Target 2019

Input KPI

Jumlah Armada Nasional


(pengangkut)

10%

20%

Berkurangnya kapal berumur


>25 thn

70%

50%

2 Pelabuhan

Penambahan armada dalam negeri untuk


mengangkut barang dalam negeri untuk ekspor dan
impor
Peremajaan kapal kapal tua dengan scrapping/
pembangunan kapal baru di galangan kapal
indonesia.
Pembangunan 2 pelabuhan Hub internasional pada
sisi barat (ALKI 1) dan sisi Timur (Alki 3) : Pel Kuala
Tanjung dan Pelabuhan Bitung.

Terkoneksinya pulau-pulau di
Perairan Nusantara
Pelayanan kapal pengangkut

65%

95%

35%

85%

Menghubungkan pulau-pulau terluar Indonesia


untuk memobilisasi masyarakat.
Jumlah Kapal Pengangkut penumpang dan barang

Menurunnya biaya logistik


(terhadap PDB)
Menurunnya waktu pelayanan
sebesar 9%

27%

20%

Terkoneksinya multi moda transportasi.

9%

Telekomunikas Layanan Pita Lebar Kab/Kota


i dan
Informatika
Tingkat TIK literasi

100%

75%

Jangkauan siaran LPP RRI


terhadap populasi
Jangkauan
*) tidak semua pembanding
tersedia siaran LPP TVRI
terhadap populasi

90%

Sektor

Transportasi
Laut

Indikator

Pelabuhan Trans Shipment


Internasional

Transportasi
Ferry

Logistik

88%

Waktu Pelayanan prima berbasis IT (Information


Technology)
Terhubungnya Kab/Kota dengan jaringan serat optik
nasional
Meningkatnya pemahaman dan kemampuan
masyarakat untuk menggunakan TIK secara lebih
produktif dan bijak`
Terpenuhinya hak rakyat di seluruh wilayah
Indonesia untuk memperoleh informasi

23

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN


Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai
Keseimbangan Pembangunan
KEBIJAKAN TRANSPORTASI
Mempercepat pembangunan Sistem Transportasi Multimoda.

Mempercepat pembangunan transportasi yang mendukung Sistem Logistik


Nasional
Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi
nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan
kewilayahan.
Membangun
kaitan sistem dan jaringan transportasi dengan investasi untuk

2
3
4

mendukung Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Komplek Industri, dan pusatpusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi.

KEBIJAKAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI


1

Mengoptimalisasi pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit.

Mendorong pembangunan broadband termasuk di daerah perbatasan negara


antara lain melalui transformasi USO .

Mempercepat implementasi e-government dengan mengutamakan prinsip


keamanan, interoperabilitas dan cost effective.

Mendorong tingkat literasi dan inovasi TI


24

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN


Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai
Keseimbangan Pembangunan
STRATEGI TRANSPORTASI
1

Pengembangan Sistem Transportasi Yang Saling Terintegrasi Antar Moda dengan


Pembangunan Terminal Terpadu Untuk Pelayanan Perpindahan Penumpang dan Barang
Secara Cepat dan Nyaman.

Pembangunan Prasarana Transportasi Terutama Angkutan Laut Untuk Mendukung dan


Berorientasi Kepada Fasilitasi Kebutuhan Distribusi Logistik Nasional.

Pembangunan Prasarana Transportasi di Daerah Terluar Terdalam dan Perbatasan Dengan


Pembangunan Bandara dan Pelabuhan Serta Mengoptimal Subsidi Angkutan Perintis Untuk
Daerah Tersebut.

Pembangunan dan Peningkatan Prasarana Transportasi Yang Mendukung Pengembangan


Industri dan Pariwisata Nasional Sesuai dengan RIPIN dan KSPN.

STRATEGI TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI


1

Penataan ulang alokasi frekuensi dan mengeksplorasi pembangunan satelit


nasional untuk pertahanan keamanan, penginderaan jauh, pemulihan bencana
dsb.

Transformasi USO .

Melalui melakukan moratorium pembangunan pusat data pemerintah dan


mewajibkan penggunaan alamat surel go.id untuk komunikasi aparatur
pemerintah.

Memastikan seluruh aparatur pemerintah dan siswa paham TIK


25

PROGRAM AKSI 1:
PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA

Target :
1. Pembangunan Jalan akses (tol)
dan Jalur Kereta Api akses
Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung
Emas dan Tanjung Perak.
2. Pembangunan jalan akses (tol)
dan Kereta Api Bandara di
Kualanamu, Soekarno Hatta.
26

PROGRAM AKSI 2:
SISTEM LOGISTIK NASIONAL
Membangun Pelabuhan Hub
Internasional
Kuala Tanjung untuk Kawasan Barat
Indonesia dan untuk Kawasan Timur
Indonesia di Bitung.
Pengembangan
Perkeretaapian
Nasional:
1. Menyelesaikan Kereta Api Selatan
Pulau Jawa
2. Membangun Jalur KA Pulau Sumatera
(Aceh, Riau, dan Lampung)
3. Membangun KA Kalimantan dan
Sulawesi.

Pembangunan Pelabuhan Berskala


Internasional

Pelabuhan Kuala Tanjung


(selesai
2017)

Pelabuhan Bitung
(selesai
2017)

Pelabuhan Maloy
(selesai 2018)

Pelabuhan Pontianak Baru


(selesai
2018)

Pembangunan Jalur Kereta Api


Sumatera
1.308 km
Jawa
2.224 km
Sulawesi
213 km
Kalimantan
93 km
Total Kebutuhan pendanaan 177 Triliun

Pengembangan short sea


shipping untuk mengurangi
beban angkutan jalan di sisi
utara Pulau Jawa

27

PROGRAM AKSI 3:
Pembangunan Broadband

1. Aspek Infrastruktur

2. Aspek Adopsi dan Utilisasi

Pembangunan infrastruktur pasif


Proyek Ring Palapa
Penataan ulang spektrum frekuensi
Migrasi ke TV digital untuk mendapatkan
spektrum (digital dividend)

Peningkatan literasi TIK


Fasilitasi dukungan broadband untuk lima
sektor prioritas: e-pemerintah, e-pendidikan,
e-kesehatan, e-logistik, e-pengadaan

3. Aspek Pendanaan

Penyusunan ICT Fund


Optimalisasi penggunaan PNBP dan Dana USO
Konsolidasi perencanaan dan penganggaran TIK nasional

4. Aspek Kerangka Regulasi dan Kelembagaan

Penyelesaian penyusunan RUU Telekomunikasi pengganti UU No. 36 Tahun 1999 tentang


Telekomunikasi

28

SU STRATEGIS 4

PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI MASSAL
PERKOTAAN

29

Sasaran
Outcome KPI
Indikator

Perkereta
apian
Perkotaan

Perhubungan
Darat

*)tidak semua pembanding tersedia

Input KPI

Kondisi Sekarang

Target Sesuai Middle


Income Country*

Penumpang jabodetabek
600
(ribu/hari)
Meningkatnya frekuensi
pelayanan KA Perkotaan 100 %
Jumlah Kota yang
mengembangkan angkutan
massal berbasis rel
1 Kota

1.200

300 %

9 Kota

Pembagian moda (%)


Rata-rata kecepatan
(km/h)
Penumpang metropolitan
(ribu/hari)
Jumlah Kota yang

mengembangkan
angkutan massal berbasis
jalan

23%

32%

8.3

20

500

1,200

17 Kota

29 Kota

Penambahan fasilitas perkeretaapian

Fasilitas perkeretaapian perkotaan


MRT (100,000 penumpang/hari)

Kota yang membangun Medan, Palembang, Jakarta,


Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan
Makasar

Jalur kereta perkotaan (1.099 km)

Gerbong kereta perkotaan (195 units)

Penambahan kapasitas Mass Transit

Bis BRT (200,000 penumpang/hari) untuk kota


metropolitan dan 12.000 penumpang/hari untuk kota besar

Antara lain : Medan, Pekanbaru, Batam, Padang,


Palembang, Bandung, Jakarta, Bogor, Semarang,
Yogyakarta, Solo, Pontianak, Samarinda, Balikpapan,
Makassar, Gorontalo dan Ambon.

30

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN


Pengembangan Sistem Transportasi Massal Perkotaan
KEBIJAKAN TRANSPORTASI MASSAL PERKOTAAN

Mengembangan Transportasi Perkotaan Interaksi Antara


Transportasi Dan Tata Guna Lahan

Meningkatkan Mobilitas Perkotaan - Peningkatan Pelayanan


Angkutan Umum Dan Angkutan Barang
Menurunkan Tingkat Kemacetan perkotaan

3
Mengendalikan Dampak Lingkungan
4
5 Meningkatkan Keselamatan Jalan Perkotaan

STRATEGI TRANSPORTASI MASSAL PERKOTAAN


1.1
2.

Pembangunan sistem angkutan massal perkotaan berbasis rel dan bus,


dengan memperhatikan kebutuhan akses sesuai dengan perencanaan
tata ruang perkotaan
Penambahan sarana angkutan massal dan angkutan barang serta
dengan memberikan insentive ke daerah serta berupa bantuan bus

3.
3

4.

Peningkatan Sistem Transportasi Perkotaan dengan Mengurangi


Penggunaan Kendaraan Pribadi diiringi dengan penyediaan sarana
transportasi massal serta Penggunaan Teknologi Informasi dalam
pengaturan Lalulintas di Kawasan Perkotaan.
Menggiatkan penggunaan bahan bakar alternatif baik pada kendaraan
umum dan juga kendaraan pribadi.
31

PROGRAM AKSI 1:
PENGEMBANGAN ANGKUTAN MASSAL PERKOTAAN

Pembangunan Angkutan Massal Cepat


berbasis Rel:
MRT Jakarta (Utara Selatan dan Barat - Timur)
Monorail dan Tram Surabaya
Monorail Bandung
Pengembangan Kereta Perkotaan di 9 Kota
Metropolitan
Yaitu : Medan, Palembang, Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan
Makasar.

Pengembangan BRT di 29 Kota Besar


Medan, Pekanbaru, Batam, Padang, Palembang,
Bandung, Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta,
Solo, Pontianak, Samarinda,Balikpapan, Makassar,
Gorontalo dan Ambon.

Ruas

Periode

Stasiun Pondok Jati Rajawali

2014-2015

Pondok Jati Manggarai

2015-2016

Rajawali Kampung Bandan

2015-2016

Manggarai Tanah Abang


Kampung Bandan

2015-2018

Komponen Pengembangan BRT


Pembangunan jalur khusus bus
Penngadaan armada bus
Pembangunan halte
Pembangunan sistem kontrol / ATCS

32

SU STRATEGIS 5

PENINGKATAN EFEKTIVITAS
DAN EFISIENSI PEMBIAYAAN
PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

33

Strategi Implementasi
Deregulasi dan restrukturisasi sektor
Regulasi

Debottlenecking
Undang-Undang Infrastruktur
Pengembangan kapasitas institusi dan SDM

Institusi

Optimalisasi pengelolaan aset

STRATEGI
STRATEGI

Pemberlakuan manajemen insentif


Regionalisasi
Pendanaan

Creative Financing (Kombinasi Pembiayaan)


Rasionalisasi tariff (Nilai Keekonomian)
+ Subsidi
Pemanfaatan investasi swasta lainnya
(Insurance/Pensiun) dan swadaya masyarakat

Social Engineering

Mengubah perilaku pengguna


(Prinsip pakai bayar)
34

KEGIATAN STRATEGIS:
PENINGKATAN KONTRIBUSI KPS DAN CREATIVE FINANCING LAINNYA DALAM PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR

Strategi Implementasi
1. Dalam rangka merealisasikan penggunaan skema KPS sebagai tulang punggung pembangunan infrastruktur, maka
diperlukan strategi kebijakan serta harmonisasi regulasi terkait pembiayaan infrastruktur
2. Peningkatan kapasitas SDM aparatur negara terkait KPS dan creative financing lainnya pada
kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)
3. Revitalisasi Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI) sebagai clearing house KPS dan
berfungsi sebagai champion at the top.
4. Pembentukan Pusat KPS yang berfungsi sebagai gate keeper perencanaan dan pelaksanaan proyek KPS.
5. Pembentukan simpul-simpul KPS pada kementerian sektor dan pemerintah daerah yang belum mempunyai simpul
KPS.
6. Penguatan peran lembaga pertanahan agar mampu menyelesaikan permasalahan pengadaan tanah untuk proyek
infrastruktur.
7. Regionalisasi pelaksanaan pembangunan infrastruktur.
35
8. Peningkatan kapasitas SDM sektor swasta yang terlibat dalam pelaksanaan KPS seperti kemampuan konsultan lokal
pelaksana proyek infrastruktur

Reguler *

Kriteria Skema Pembiayaan Infrastruktur

11

Kelayakan
KelayakanProyek
Proyek

Skema
SkemaPembiayaan
Pembiayaan

Layak Secara Ekonomi tetapi


Tidak Layak Secara Finansial

Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah

APBN
APBN

*Lebih diutamakan untuk wilayah timur, pedesaan dan perbatasan

Creative Financing **

22

Swasta
Swasta

Layak Secara Ekonomi tetapi


Tidak Layak Secara Finansial

33

Layak Secara Ekonomi dan


Finansial Marjinal

44

Layak Secara Ekonomi dan


Finansial

55

Layak Secara Ekonomi tetapi


Tidak Layak Secara Finansial

Pemerintah
Pemerintah
Swasta
Swasta
Pemerintah
Pemerintah

Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN

Hybrid
HybridFinancing
Financing
PPP
PPPDengan
DenganDukungan
Dukungan
Pemerintah
(VGF)
Pemerintah (VGF)atau
atau
Creative
Financing
lainnya
Creative Financing lainnya
seperti
sepertiPFI,
PFI,PBAS,
PBAS,Bank
Bank
Infrastruktur,
Infrastruktur,Bank
BankTanah,
Tanah,dll)
dll)

PPP
PPPReguler
Reguler

Penugasan
PenugasanBUMN
BUMN

** Lebih diutamakan untuk wilayah barat dan perkotaan

Operasi dan Pemeliharaan

Konstruksi

36

Skema Pembiayaan Infrastruktur diluar skema APBN/D dan KPS

MELALUI
PENDEKATAN
INSTITUSIONA
L

MELALUI
PENDEKATAN
KEBIJAKAN

Penugasan BUMN (seperti konsep penugasan Hutama Karya dalam proyek Trans
Sumatera Highway) yang didukung melalui penyertaan modal pemerintah dan directlending yang dijamin oleh pemerintah
Infrastruktur swasta (private infrastructure) untuk proyek-proyek yang memiliki
kelayakan ekonomi dan finansial baik.
Pembangunan infrastruktur berbasis partisipasi masyarakat (community-based
infrastructure) khususnya untuk proyek infrastruktur skala kecil.
Bank khusus pendanaan infrastruktur (infrastructure bank) untuk mengelola project
development revolving fund dan pengelolaan dana dari infrastructure bond maupun dana
dukungan pemerintah.
Bank khusus pengadaan tanah untuk pembangunan infrastruktur (Bank Tanah)

Infrastructure Bond, obligasi yang penggunaannya dikhususkan hanya untuk


pembiayaan proyek-proyek infrastruktur
Private Finance Initiative (PFI) pembiayaan multi-year contract selama 15
hingga 30 tahun
Performance-Based Annuity Scheme (PBAS) atau Availability Payment
untuk menjamin kelangsungan penerimaan investor dalam rentang waktu
konsesi
Pengenaan tariff/biaya akses penggunaan infrastruktur seperti Electronic Road
Pricing (ERP)
Asset Sale/Lease back penjualan aset untuk pendanaan pembangunan atau
kontrak-sewa jangka panjang (seperti mengkerjasamakan 10 bandar udara
37
UPBU di Kemenhub) guna peningkatan layanan infrastruktur

Mekanisme Pelaksanaan Bank Khusus


Pendanaan Infrastruktur- Infrastructure
Bank

PEMBANGUNAN BANK INFRASTRUKTUR


Membangun Bank Infrastruktur, sebagai tulang punggung pembiayaan bank terhadap kebutuhan pinjaman
infrastruktur jangka panjang. Lesson learn dari pengembangan China Development Bank (CDB)

Use of Fund

Neraca Bank Infrastruktur

Treasury Bond: 40%

Infrastruktur jalan: 30%

Government bond: 20%

Prasarana pertanian: 30%


Renovasi infrastruktur: 20%

Proyeks Kelistrikan: 10%

Long term,
interest
bearing
source of
funds

Long term,
productive
assets use of
funds

Corporate bond: 10%


Medium Term Note: 10%
Others: 20%
Commercial bank bond, short term commercial paper, exim
bank loan

Others: 10%
Industri strategis

Equity financing

Others asset

Memberikan prioritas (keberpihakan) terhadap sektor


infrastruktur dan sektor-sektor pendukungnya

Source of Fund

Dukungan
Pemerinta
h

Menciptakan iklim investasi yang sehat, memberikan


contoh media investasi jangka panjang (sbg pioneer),
transparan sehingga menarik bagi Long Term Investor

38

Mekanisme Pelaksanaan Bank Khusus Tanah


PEMBANGUNAN BANK TANAH
Membangun Bank Tanah melalui 2 mekanisme untuk in-flow dan out-flow of land.
1. Buying & Selling Model (traditional land banking instrument) : Bank tanah akan membeli
tanah dari pemilik tanah/pemerintah dan menjualnya ke pihak ketiga/pemerintah
2. Leasing Model:Bank tanah akan bertindak sebagai mediator antara pemilik tanah dan
pihak ketiga dengan tujuan mendapatkan mobilisasi tanah, mendorong kontrak leasing
diantaranya dan memberikan jaminan dalam prosesnya.

Private Land
Owned
State Land
Owned

Private Entity/Third
Party (Lease/Sell)

LAND BANK

Public Projects

Highway
Construction

Drinking Water
Protection, etc

Incorporatio
n

Private
Entity/Third
Party
(Lease/Sell)

39

LAMPIRAN III

RINCIAN SEKTOR

40

Rincian Sektor: Jalan Raya


Tersebar
Tersebar
Tersebar
Tersebar

Nilai
(Juta Rupiah)
52,221,894
26,902,555
205,476,163
40,390,502

52,221,894
26,902,555
205,476,163
40,390,502

Tersebar

14,996,325

14,996,325

1,000 KM,
Tersebat

264,449,000

64,844,000

199,605,000

Preservasi dan Rehabilitasi


Jalan Raya

Tersebar

137,856,091

Anggaran Khusus Daerah

Daerah,
Tersebar

62,144,000

Project/Program

Wilayah

Pembangunan Jalan Baru


Pelebaran Jalan
Pemeliharaan Jalan
Penanganan Jalan
Pembangunan Jalan Layang
dan Jembatan
Pembangunan Jalan Tol

TOTAL

APBN

APBD

804,436,529 339,987,439

BUMN

137,856,091

Swasta

62,144,000
200,000,09
64,844,000 199,605,000
1

41

Rincian Sektor: Kereta Api (1/4)


Project/Program
Pembangunan Jalur KA Banda Aceh Lhoksemawe
Pembangunan Jalur KA Batu Ampar Bandara Hang Nadim
Pembangunan Jalur KA dan
elektrifikasi Medan - Araskabu Kualanamu
Pembangunan Jalur KA Duri
-Pekanbaru
Pembangunan Jalur KA Lhoksemawe Langsa - Besitang
Pembangunan Jalur KA Medan Belawan - Gablon
Pembangunan Jalur KA Padang
Panjang - Bukit Tinggi
Pembangunan Jalur KA Pekanbaru
Muara Lembu- Teluk Kuantan - Muaro
Pembangunan Jalur KA Rantauprapat Gunung Tua - Padang SidempuanSibolga
Pembangunan Jalur KA RantauprapatDuri - Dumai
Pembangunan Jalur KA Rejosari Bakauheni
Pembangunan Jalur KA Shortcut
Padang - Solok
Pembangunan Jalur KA Simpang Tanjung Api Api
Pembangunan Jalur KA Tanjung
Uncang - Batam Center
Pembangunan shortcut antara
Palmerah dan Karet Lintas Serpong

Wilayah

Nilai
(Juta Rupiah)

APBN

Aceh

6,430,000

6,430,000

Kepulauan Riau

1,236,300

1,236,300

Sumatera Utara

3,916,000

3,916,000

Riau

2,703,600

2,703,600

Aceh

5,597,400

5,597,400

Sumatera Utara

838,200

838,200

Sumatera Barat

500,000

500,000

4,919,100

4,919,100

567,900

567,900

Riau

7,472,000

7,472,000

Lampung

3,686,100

3,686,100

Sumatera Barat

1,650,000

1,650,000

Sumatera Selatan

4,110,000

4,110,000

Kepulauan Riau

1,153,900

1,153,900

DKI Jakarta

1,448,000

1,448,000

Riau
Sumatera Utara

APBD

BUMN

Swasta

42

Rincian Sektor: Kereta Api (2/4)


Project/Program
Pembangunan jalur ganda KA dan
elektrifikasi antara Maja - Rangkasbitung Merak
Pembangunan jalur KA antara Tonjong Pelabuhan Bojonegara
Reaktivasi jalur KA antara Cilegon - Anyer
Kidul
Reaktivasi jalur KA antara Rangkasbitung Labuan
Pembangunan double-double track (DDT)
antara Cikarang - Cikampek
Lanjutan pembangunan shortcut antara
Cibungur - Tanjung Rasa (track, jembatan,
persinyalan, telekomunikasi, stasiun)
Pembangungan jalur KA antara Cikarang Pelabuhan Cilamaya
Pembangunan jalur KA antara Cangkring Pelabuhan Cirebon
Pembangunan jalur ganda antara
Cicalengka - Kroya
Reaktivasi jalur KA antara Rancaekek - Tj.
Sari dan pembangunan jalur KA baru
antara Tj. Sari - Bandara Kertajati
Reaktivasi jalur KA antara Cirebon Kadipaten dan pembangunan jalur KA baru
antara Kadipaten - Bandara Kertajati

Wilayah

Nilai
(Juta Rupiah)

APBN

Banten

3,440,000

3,440,000

Banten

75,000

75,000

Banten

425,000

425,000

Banten

1,405,000

1,405,000

Jawa Barat

1,800,000

1,800,000

Jawa Barat

619,200

619,200

Jawa Barat

3,400,000

3,400,000

Jawa Barat

573,900

573,900

Jawa Barat

6,630,000

6,630,000

Jawa Barat

1,709,000

1,709,000

Jawa Barat

1,775,000

1,775,000

Reaktivasi jalur KA antara Banjar - Cijulang Jawa Barat

1,640,000

1,640,000

Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan


Jawa Purwokerto - Kroya

2,100,000

2,100,000

Jawa Tengah

APBD

BUMN

Swasta

43

Rincian Sektor: Kereta Api (3/4)


Project/Program

Wilayah

Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa


Jawa Tengah
Lanjutan Kroya - Kutoarjo
Lanjutan elektrifikasi jalur KA antara Yogyakarta
Jawa Tengah
- Solo
Elektrifikasi jalur KA antara Kutoarjo Jawa Tengah
Yogyakarta
Pembangunan shortcut Solokota - Solo jebres
Lanjutan reaktivasi jalur KA antara Kedungjati Tuntang dan peningkatan jalur KA antara
Tuntang - Ambarawa
Reaktivasi jalur KA antara Yogyakarta Magelang dan Magelang - Ambarawa
Peningkatan jalur KA menuju Pelabuhan Cilacap
Reaktivasi jalur KA antara Semarang Gudang Pelabuhan Tanjung Mas
Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa
Solo - Paron
Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa
Paron - Madiun
Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa
Madiun - Surabaya
Pembangunan jalur KA antara Tulangan Gununggangsir
Pembangunan jalur ganda antara Bangil Banyuwangi

Nilai
(Juta
Rupiah)
1,450,000

APBN

226,500

640,000

640,000

Jawa Tengah

93,600

93,600

Jawa Tengah

270,100

270,100

Jawa Tengah

1,984,300

Jawa Tengah

150,000

150,000

Jawa Tengah

100,000

100,000

1,531,120

Jawa Timur

780,000

Jawa Timur

4,980,000

Jawa Timur

754,800

Jawa Timur

7,890,000

BUMN

Swasta

1,450,000

226,500

Jawa Timur

APBD

1,984,300

1,531,120
780,000
4,980,000
754,800
7,890,000

44

Rincian Sektor: Kereta Api (4/4)


Project/Program

Wilayah

Reaktivasi jalur KA antara Jombang - Babat Jawa Timur


Tuban
Reaktivasi jalur KA antara Kalisat - Situbondo Jawa Timur
Panarukan
Pembangunan jalur KA antara Kandangan Jawa Timur
Pelabuhan Teluk Lamong
Pembangunan jalur KA antara Makassar - ParePare (track, jembatan, stasiun, persinyalan,
Sulawesi Selatan
telekomunikasi, depo)
Pembangunan jalur KA antara Manado - Bitung
(track, jembatan, stasiun, persinyalan,
Sulawesi Utara
telekomunikasi, depo)
Pembangunan KA Tanjung-Paringin- RantauKalimantan Selatan
Martapura- Banjarmasin
Pembangunan KA Lintas Kalimantan

Kalimantan Selatan

IMO dan PSO Perkeretaapian Nasional

Tersebar

Pengadan Gerbong oleh PT KAI

Jawa, Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi

Puruk Cahu - Bangkuang Coal Railway

Kalimantan Tengah

Soekarno-Hatta International Airport Halim


Railway

Banten, DKI Jakarta

Bandung Light Rail Transit (LRT)

Jawa Barat

Tanjung Enim Tanjung Api-Api Railway, South


Sumatera Selatan
Sumatera
Integrated of Gedebage Multipurpose Terminal
Jawa Barat
(Railway), Bandung

Nilai
(Juta
Rupiah)

APBN

2,725,000

2,725,000

1,750,000

1,750,000

210,000

210,000

4,840,000

4,840,000

2,312,000

2,312,000

2,453,350

2,453,350

3,000,000

3,000,000

25,000,000

5,400,000

2,026,440

50,000,000.
0
23,000,000.
6,168,000
0
5,629,000.0
29,000,000.
0

35,704,680
1,596,000

Swasta

5,000,000

30,840,000
6,754,800

BUMN

25,000,000

5,000,000
18,000,000

APBD

478,800

1,330,000.0

45

Rincian Sektor: Transportasi Laut


Project/Program

24 Pelabuhan Strategis

Short sea shipping


Fasilitas kargo umum dan bulk
Pengembangan pelabuhan non-komersil

Wilayah

Termasuk
pengerukan,
pengembangan
terminal kontainer,
serta lahannya
Kapal, pelabuhan
sumur, Bojanegara,
Kenal, Pacitan,
Cirebon
Rencana induk
pelabuhan nasional
1.481 pelabuhan

Pengembangan pelabuhan komersil lainnya 83 pelabuhan


Transportasi multimoda untuk mencapai
pelabuhan

Revitalisasi industri galangan kapal

Kapal untuk 5 tahun ke depan

Kapal patroli

Jalan akses, kereta


pelabuhan, kereta
pesisir. Lihat
Renstra Dirjen
Kelautan
12 galangan kapal
secara menyeluruh
(tidak menentukan)
Kapal container,
barang perintis,
bulk carrier, tug &
barge, tanker, dan
kapal rakyat
Kapal patrol dari
Kelas IA s/d V

Nilai
(Juta
Rupiah)

APBN

APBD

BUMN

Swasta

242,796

80,000

75,796

87,000

7,500

3,000

2,000

2,500

20,615

20,000

21,500

20,000

3,240

7,560

25,000

26,740

40,615
198,100

198,100

41,500

50,000

50,000

10,800

101,740

50,000

6,048

6,048

46

Rincian Sektor: Transportasi Udara


(1/2)
Project/Program

Wilayah

Pengembangan Bandara Tanjung Padan (Hanan


Bangka Belitung
Judin)

Nilai
(Juta
Rupiah)

APBN

APBD

BUMN

1,676,800

Swasta
1,676,800

Pengembangan Bandara Depati Amir

Bangka Belitung

520,000

520,000

Pengembangan Bandara dan Panjang Runway


Depati Parbo Kabupaten Krinci

Jambi

352,000

352,000

Pengembangan Bandara Sultan Syarif Kasim II

Riau

2,236,160

Pengembangan Bandara Sultan Thaha

Jambi

2,104,320

Pengembangan Terminal di Bandara Sultan


Mahmud Badaruddin II

Sumatera Selatan

2,236,160
2,104,320

250,000

250,000

2,300,000

2,300,000

Pembangunan bandara internasional di Propinsi


Yogyakarta
DI Yogyakarta

11,750,000

5,875,000

5,875,000

Pembangunan Bandara Kertajati

Jawa Barat

10,242,699

7,169,889

2,048,540

1,024,270

Pembangunan Bandara Bali Utara

Bali

3,900,000

3,900,000

Pembangunan Terminal 3 dan pengembangan


Bandara Soekarno-Hatta

Banten

Pengembangan terminal penumpang Bandara


Djuanda

Pengembangan Bandara Ahmad Yani Semarang Jawa Tengah

35,000,000

35,000,000

Jawa Timur

1,352,960

1,352,960

Pembangunan Bandara Banten Selatan

Banten

2,360,000

Pembangunan Bandara Singkawang

Kalimantan Barat

1,250,000

1,250,000

Pembangunan Bandara Muara Taweh

Kalimantan Tengah

200,000

200,000

2,360,000

47

Rincian Sektor: Transportasi Udara


(2/2)
Project/Program

Wilayah

Nilai
(Juta Rupiah)

APBN

Pembangunan Bandara Namniwel

Maluku

295,000

295,000

Pembangunan Bandara Moa

Maluku

235,000

235,000

Pengembangan Bandara Ampana di Kabupaten Tojo


Una-una

Sulawesi Tengah

220,000

220,000

Pengembangan Bandar Udara Amahai

Maluku

220,000

Pengembangan Bandara Internasional Sultan


Hasanuddin -Pembangunan Terminal II di Kawasan
Bandara Lama Sultan Hasanuddin Makassar
Pengembangan Bandar Udara Syukuran Aminudin
Amir-Luwuk

Sulawesi Selatan

APBD

BUMN

Swasta

220,000

5,950,000 5,950,000

Sulawesi Tengah

250,000

250,000

Pembangunan Bandara Miangas

Sulawesi Utara

220,000

220,000

Pengembangan Bandara Jalaludin

Gorontalo

Pembangunan Bandara Pohuwato

Gorontalo

Pengembangan Bandara Mutiara Palu

Sulawesi Tengah

1,989,120

Pengembangan Bandara Samratulangi

Sulawesi Utara

8,094,720 8,094,720

Pengembangan Bandara Sentani

Papua

985,861

Pembangunan Bandara Keenyam

Papua

450,000

Pengembangan Bandara Domine Eduard Osok

Papua Barat

1,149,440 1,149,440

Perpanjangan Bandara Mopah Merauke

Papua

1,065,472 1,065,472

Pengambangan Bandara Minangkabau

Sumatera Barat

3,400,000

2,112,512 2,112,512
500,000

500,000
1,989,120

985,861
450,000

3,400,00

48

Rincian Sektor: Darat dan ASDP


Project/Program

Wilayah

Nilai
(Juta
Rupiah)

APBN

Short Sea Shipping Utara Jawa

Tersebar

4,000,000

4,000,000

Pengembangan Dermaga Penyeberangan

Tersebar

30,000,000

20,000,000

Pengadaan Kapal Ferry Perintis

Tersebar

10,000,000

10,000,000

Perlengkapan Keamanan Jalan

Tersebar

16,000,000

16,000,000

Total

60,000,000

50,000,00
0

APBD

BUMN

Swasta

10,000,00
0

10,000,0
00

49

Rincian Sektor: Transportasi


Perkotaan
Project/Program

Wilayah

Pengembangan BRT Transjakarta

Nilai
(Juta
Rupiah)

APBN

4,810
4,810
4,810
4,810
4,810
4,810
4,810
4,810
4,810
4,810
4,810
4,810
4,810
4,810
4,810

1,252,336

1,184,027

100,000

20,492,778 3,870,85
8
76,466 14,444

4,673

4,418

Sulawesi Selatan

3,242,800

2,479,626 468,374

151,533

143,267

Sulawesi Selatan

1,549,040

1,184,483 223,736

72,385

68,437

Sulawesi Utara

2,361,080

1,805,414 341,023

110,331

104,313

Pembangunan KA Lingkar Luar Jabodetabek

DKI Jakarta

13,400,000

626,168

592,014

Pembangunan Elevated Loopline Jabodetabek

DKI Jakarta

6,566,000

10,246,389 1,935,42
9
5,020,731 948,360

306,822

290,087

DKI Jakarta

13,266,000

619,907

586,093

Jawa Tengah
Jawa Timur
Jawa Timur
Jawa Timur
Bali

200,000
5,800,000
4,299,390
1,618,050
1,000,000

9,346
271,028
200,906
75,610
46,729

8,836
256,245
189,948
71,486
44,180

Tersebar

10,720,000

10,143,925 1,916,07
5
152,931 28,887
4,435,004 837,723
3,287,554 620,982
1,237,251 233,703
764,656 144,435
1,548,34
8,197,111
3

500,935

473,611

Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota

Batam
Bogor
Yogyakarta
Semarang
Pekanbaru
Bandung
Manado
Gorontalo
Palembang
Solo
Denpasar
Ambon
Tangerang
Medan
Makassar

Pengadaan Sarana Multimoda Bus di Bandara Besar


Pengembangan Semi BRT Kota Surabaya
Pembangunan KA Sulawesi Makassar- Parepare dan ManadoBitung) dan Perkotaan Maminasata
Pembangunan KA Perkotaan Mamminasata Tahap I
Pembangunan KA Sulawesi Manado - Bitung Manado- Bitung)
dan Perkotaan Maminasata

Pembangunan MRT North- South Tahap II Kampung BandanLebak Bulus


Pembangunan
Pembangunan
Pembangunan
Pembangunan
Pembangunan

Elektrifikasi Yogyakarta-Solo
KA Perkotaan Surabaya
MRT Surabaya (Boyo Rail)
LRT Surabaya (Suro Tram)
KA Perkotaan

Pengadaan KRL KRDI dan Lokomotif

Kepulauan Riau
Jawa Barat
Yogyakarta
Jawa Tengah
Riau
Jawa Barat
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sumatera Selatan
Jawa Tengah
Bali
Maluku
Banten
Sumatera Utara
Sulawesi Selatan

108,875
108,875
108,875
108,875
108,875
108,875
108,875
108,875
108,875
108,875
108,875
108,875
108,875
108,875
108,875

83,252
83,252
83,252
83,252
83,252
83,252
83,252
83,252
83,252
83,252
83,252
83,252
83,252
83,252
83,252

Tersebar

26,800,000

Jawa Timur

1,261,93
1
15,725
15,725
15,725
15,725
15,725
15,725
15,725
15,725
15,725
15,725
15,725
15,725
15,725
15,725
15,725

5,088
5,088
5,088
5,088
5,088
5,088
5,088
5,088
5,088
5,088
5,088
5,088
5,088
5,088
5,088

BRT
BRT
BRT
BRT
BRT
BRT
BRT
BRT
BRT
BRT
BRT
BRT
BRT
BRT
BRT

6,680,810

Swasta
386,002

Semi
Semi
Semi
Semi
Semi
Semi
Semi
Semi
Semi
Semi
Semi
Semi
Semi
Semi
Semi

8,737,015

BUMN
408,272

Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan

DKI Jakarta

APBD

50

Rincian Sektor: Sumber Daya Air


Project/Program

Pengembangan jaringan irigasi, rawa, dan


pengairan
Pengendalian Banjir, lahar berapi, dan
pengaman pantai

Wilayah

Nilai
(Juta
Rupiah)

APBN

Nasional

29,751

29,751

Nasional

73,520

73,520

Peningkata kualitas SDA terpadu

Nasional

6,643

6,643

Pengelolaan dan konservasi waduk, embung,


dan situ

Nasional

37,888

37,888

Penyediaan dan pengelolaan air baku

Nasional

19,266

19,266

Operasi dan pemeilharaan infrastruktur SDA

Nasional

9,803

9,803

Rehabilitasi irigasi provinsi dan kabupaten


seluas 2.75 juta Ha

Nasional

25,818

25,818

Pembangunan waduk PLTA

Nasional

20,000

20,000

Revitalisasi 184 Waduk

Nasional

13,104

13,104

Dukungan penyediaan tanah untuk waduk

Nasional

29,703

29,703

Dukungan terhadap air baku dan SDA

Nasional

10,000

10,000

Alokasi rehabilitasi jaringan irigasi dan SDA


504 kabupaten, 34 kotamadya

Nasional

68,000

Lokasi masih
ditentukan

57,000

Konversi 33 waduk PLN menjadi PLTA


Total

400,496

APBD

BUMN

Swasta

68,00
0
7,000
275,496 68,00
0

7,000

50,000
50,00051

Rincian Sektor: Air Minum dan


Sanitasi
Nilai
(Juta
Rupiah)

Project/Program

Wilayah

Sambungan Kota Perumahan dan


Penambahan Kapasitas Perkotaan

Nasional

159,344

Desa Dilayani

Nasional

Pelayanan sampah, penyediaan fasilitas


3R terpusat dan komunal, Tempat
Pembuangan Akhir

BUMN

Swasta

47,803 74,891

19,121

17,527

92,673

27,029 46,722

6,178

12,742

Nasional

96,345

47,655 26,500

5,500

16,690

Pembangunan drainase pengurangan


gengangan di perkotaan

Nasional

13,000

Jaringan Air Limbah Perkotaan Terpusat


dan Komunal dan peningkatan fasilitas
rumah tangga

Nasional

138,121

5,100

6,676

Total

499,483

APBN

5,000

APBD

8,000

91,345 35,000

218,83 191,11
35,899 53,635
2
3

52

Rincian Sektor: Perumahan Rakyat


Project/Program

Wilayah

Nilai
(Juta
Rupiah)

APBN

57,890

APBD

Rusunawa

Nasional

115,391

Pembangunan dan Perbaikan Rumah

Nasional

174,161

112,160 20,000

Penanganan Kawasan Kumuh

Nasional

179,797

155,785 24,000

Fasilitas Kredit

Nasional

55,300

55,300

Penyertaan Modal Negara untuk


Perumnas dan SMF

Nasional

2,865

2,865

Total

527,500 384,000

BUMN

Swasta

12,500

45,000
42,000

44,00
12,500 87,000
0

53

RENCANA BESAR
PEMBANGUNAN PEMBANGKIT
LISTRIK 35.000 MW

54

RENCANA BESAR PERCEPATAN PEMBANGUNAN


PEMBANGKIT LISTRIK 35.000 MW 2015-2019
2014

Kapasitas Pembangkit 2014 adalah


50,7 GW dan Rasio Elektrifikasi 81,5
Persen
Pertumbuhan Ekonomi
6-7 persen

2019

Kapasitas pembangkit sekitar 85,7 GW


dan Rasio Elektrifikasi 96,6 persen

Oleh PLN: Pembangkit: 16,4 GW ( berikut


Transmisi 50 ribu kms; Jaringan Distribusi 150
ribu kms)
Oleh Swasta: Pembangkit 18,7 GW (berikut
transmisi 360 kms)
Kebutuhan Investasi :
PT. PLN 545 triliun dan Swasta Rp 435 triliun
Konsumsi Listrik per kapita (kWh)
843

1.200

Kemampuan Investasi PT. PLN adalah Rp 250 triliun dalam 5 tahun


Dari alokasi Pinjaman dalam DIPA 2015 sebesar Rp 205,6 triliun, terdapat
kekurangan sebesar Rp 339,4 triliun, diharapkan dari anggaran
pemerintah, yang sebagian dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN)
dan pinjaman/penerusan pinjaman, agar kondisi keuangan PT. PLN
menjadi sehat. Debt Equity Rasio PT. PLN saat kondisinya kronis sekitar
257 %.
Investasi yang paling mendesak untuk mengatasi krisis listrik/potensi
krisis listrik
Diperlukan program penyehatan kondisi keuangan PT. PLN melalui :
Penyesuaian tarif dasar listrik mencapai nilai keekonomiannya pada
tahun 2017, dengan tarif yang mencerminkan kemampuan investasi PT.
PLN secara mandiri (memperhitungkan beban investasi sesuai kondisi
demografi dan geografi yang ada serta beban sasaran bauran energi)
Peningkatan injeksi PMN sekitar Rp 134 Triliun (2015-2019).
Subsidi yang semakin tepat sasaran (hanya untuk pengguna dibawah 60
KWh) per bulan
Fasilitasi pemerintah dalam mengatasi hambatan (bottleneck) investasi,
berupa: (a) penjaminan pemerintah untuk investasi; (b) Percepatan
persetujuan PKLN; (c) fasilitasi pembebasan lahan; (d) mempermudah
perijinan (e) penyesuaian harga jual beli listrik IPP yang lebih menarik
terutama energi terbarukan; (f) fasilitasi penyediaan gas untuk
pembangkit listrik: serta (g) perlindungan hukum bagi pelaksana proyek.

55

RINCIAN PROYEK PERCEPATAN PEMBANGUNAN


PEMBANGKIT LISTRIK 35.000 MW 2015-2019
Diutamakan untuk mengatasi krisis listrik/potensi krisis Listrik :
Mempercepat Penyelesaian beberapa pembangkit listrik percepetan 10.000 MW yang belum selesai sekitar sekitar
2.191 MW (PLTU Adipala, PLTUTanjung Awar-Awar, PLTUPangkalan Susu, PLTUTenayan, PLTUBangka Baru, PLTUBelitung,
PLTUParit Baru, PLTU Bengkayang, PLTU Pulang Pisau, PLTUTeluk Balikpapan, PLTU Anggrek Gorontalo, PLTU Bima, PLTU
Lombok, PLTU Ende, PLTU Kupang, PLTU Tidore, PLTU Ambon dan PLTUJayapura)
Pembangunan PLTU combyne/Close Cycle PLTGU Muara Karang, Muara Tawar, Tanjung Priok, dan PLTGU Grati Pasuruan
dengan total kapasitas sekitar 2.000 MW
Melakukan percepatan pembangunan PLTU skal besar di Jawa yaitu Jawa Barat (Bojonegara), Jawa Tengah
dan Jawa Timur yang mencapai sekitar 10.000 MW mencapai sekitar 10.000 MW (termasuk PLTU Cilacap
(5x1000 MW)
Mempercepat pembangunan PLTU Mulut Tambang 8,9, 10 (termasuk transmisi HVDC Jawa-Sumatera 500 kV),
PLTU Indramayu 1000 MW, PLTU Batang Jateng 2x1000 MW
Mempercepat Pembangunan beberapa PLTU ekstension Cirebon 1000 MW dan Suralaya 1000 MW
Mempercepat pembanguna berbagai PLTU lainnya yang telah direncanakan (PLTU, PLTP, PLTA) dll

Beberapa kondisi/fasilitasi Pemerintah yang Diperlukan :

Memilih lokasi yang tanah relatif mudah/tersedia

Jaminan Pemerintah melalui Kepres

Mempercepat proses persetujuan Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN)

56

RINCIAN PROYEK-PROYEK
KETENAGALISTRIKAN

57

KEBUTUHAN PENDANAAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN 2015-2019

2015

RUPTLKebutuhanBelanjaModal

Rp.triliun

85,0444

81,58212

109,9473

147,4207

244,3175

980

Pembangkitan
PembangkitPLN
PembangkitIPP

Rp.triliun
Rp.triliun

74,7855
38,9055
35,88

67,355
39,035
28,32

138,0905
87,9305
50,16

174,9325
69,3565
105,576

291,5245
76,4605
107,544

746,688
311,688
327,48

Rp.triliun

107,52

107,52

Transmisi
Distribusi

Rp.triliun
Rp.triliun

33,97431
15,19009

36,68725
16,57487

42,20393
17,5834

24,64331
17,20138

10,94004
18,31343

148,4488
84,86317

KebutuhanPenambahantransmsi

ribukms

14

11

11

KebutuhanPenambahandistribusi
JumlahPelanggan
VolumePenjualan
RasioElectrifikasiPLN

ribukms
juta
TWh
%

29
60
223
85,18

30
63
242
88,19

30
66
264
91,09

30
69
287
93,90

PembangkitBelumDitentukan

2016

2017

2018

2019

Total

5
31
71
310
96,61

50
150
329
1.326

58

Pembangunan Ketenagalistrikan
No Propinsi

Pulau

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Papua
Papua
Maluku
Maluku
NusaTenggara
NusaTenggara
Sulawesi
Sulawesi
Sulawesi
Sulawesi
Sulawesi
Sulawesi
Kalimantan
Kalimantan
Kalimantan
Kalimantan
Kalimantan
Sumatera
Sumatera
Sumatera
Sumatera
Sumatera
Sumatera
Sumatera
Sumatera
Sumatera
Sumatera
Jawa-Bali
Jawa-Bali
Jawa-Bali
Jawa-Bali
Jawa-Bali
Jawa-Bali
Jawa-Bali

Papua
PapuaBarat
Maluku
MalukuUtara
NusaTenggaraBarat
NusaTenggaraTimur
SulawesiUtara
Gorontalo
SulawesiTengah
SulawesiTenggara
SulawesiBarat
SulawesiSelatan
KalimantanBarat
KalimantanSelatan
KalimantanTengah
KalimantanTimur
KalimantanUtara
NangroeAcehDarussalam
SumateraUtara
SumateraBarat
Riau
KepulauanRiau
BangkaBelitung
Jambi
SumateraSelatan
Bengkulu
Lampung
DKI
Banten
JawaBarat
JawaTengah
DIY
JawaTimur
Bali

Transmisi
(kms)
3.445,0 180,0 290,0 642,0
681,0 37,0 60,0 100,0
1.140,0 35,0 180,0 612,0
1.223,0 35,0 140,0 376,0
21.656,0 1.217,0 690,0 774,0
4.805,0 102,0 260,0 876,0
1.696,0 349,0 420,0 216,0
871,0 94,0 120,0 200,0
1.211,0 365,0 570,0 1.882,0
4.891,0 395,0 510,0 1.246,0
2.285,0 314,0 150,0 472,0
11.355,0 2.070,0 1.430,0 673,0
2.977,0 128,0 820,0 1.970,0
7.730,0 251,0 680,0 686,0
8.505,0 264,0 460,0 1.416,0
20.471,0 859,0 930,0 1.742,0
944,0 64,0 80,0 416,0
6.392,0 360.570,0 2.780,0 2.308,0
3.108,0 461,0 10.040,0 3.813,0
7.963,0 212,0 1.590,0 1.213,0
10.383,0 448,0 4.460,0 2.878,0
1.577,0 109,0 340,0 200,0
3.035,0 105,0 600,0 420,0
1.176,0 194,0 2.070,0 1.214,0
3.145,0 444,0 5.200,0 2.392,0
535,0 87,0 300,0 1.300,0
2.869,0 396,0 1.986,0 2.045,0
8.733,0 829,0 10.687,0 595,0
3.422,0 277,0 4.280,0 1.367,0
26.061,0 1.467,0 11.670,0 2.045,0
20.676,0 2.360,0 6.674,0 1.400,0
2.468,0 255,0 1.240,0 54,0
13.580,0 557,0 7.177,0 1.569,0
4.197,0 802,0 1.630,0 615,0
Distribusi(kms)

Trafo(MVA)

GI(MVA)

59

RINCIAN PEMBANGKIT 35.000 MW

60

61

62

63

64

65

66

67

Anda mungkin juga menyukai