Anda di halaman 1dari 15

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 1-15

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

ANALISIS KEPATUHAN JURU PARKIR DI KOTA SEMARANG

Rizkie Zuhriansyah, Deden Dinar Iskandar1

Departemen IESP Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT
This study aims to analyze the compliance of parking attendants in the city of Semarang. In this
study independent variables used to influence the compliance of parking attendants include: caretaker
awareness, knowledge, facilities and infrastructure, transparency and accountability, supervision,
sanctions, religiosity, other deposits and equity.
This research was conducted by random sampling method with a sample of 111 respondents from
the parking attendant in the city of Semarang. The data used are primary data through questionnaire that
contains the choice of respondents' answers with a scale likert 1 to 5. Data analysis used in this research
is Multiple Linear Analysis using SPSS 22.
The results showed that the perception of the parking attendants about knowledge, facilities and
infrastructure, sanctioning, and justice have a positive effect on the compliance of parking attendants.
While the variables of awareness, transparency and accountability, supervision, religiosity, and other
deposits have no significant effect on the compliance of the parking attendant.

Keywords: The compliance of parking attendants, Parking, Central Java

PENDAHULUAN
Semenjak berlakunya sistem desentralisasi di indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang diamandemen menjadi Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan kembali mengalami perubahan kedua yaitu Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah yang artinya pemerintah daerah memegang
penuh kebijakan daerah dan bertanggung jawab secara mandiri. Daerah otonom dikatakan mampu mandiri
bisa ditunjukkan oleh kemampuan keuangan daerahnya. Daerah otonom diberi kewenanangan dan dituntut
agar mampu memanfaatkan potensi-potensi keuangan daerah agar tidak ada ketergantungan terhadap
pemerintah pusat dimana dalam sistem desentralisasi fiskal dibagi atas 3 bagian yaitu : 1) Pajak daerah, 2)
Dana Bagi Hasil, 3) Dana Alokasi Khusus yang diharapkan melalui UU ini daerah dapat mengoptimalkan
penerimaan daerah yang diwujudkan melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pada tingkat Provinsi Jawa Tengah, meski pendapatan asli daerah didominasi oleh pajak daerah
yang memiliki potensi kuat dalam menyumbang penerimaan Provinsi Jawa Tengah. Tetap harus
memperhitungkan penerimaan dari sisi retribusi daerah sebagai salah satu potensi sumber penerimaan
provinsi jawa tengah.
Semarang merupakan salah satu kota metropolitan kelima di Indonesia dimana kota semarang
mempunyai kedudukan finansial yang vital di Indonesia dikarenakan pertumbuhan ekonomi Kota
Semarang terbilang baik terutama disektor perdagangan dan industri serta jasanya yang berkembang.
Dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi di kota semarang menyebabkan jumlah penduduk meningkat
karena banyak penduduk ke kota semarang karena mencari pekerjaan, berbisnis, atau semacamnya tercatat
jumlah penduduk tiap tahun kota semarang selalu mengalami peningkatan. Adam Smith (Dikutip oleh
Santosa dan Rahayu, 2005) Menjelaskan bahwa, dengan didukung bukti empiris, pertumbuhan penduduk
tinggi akan dapat menaikkan output melalui penambahan tingkat dan ekspansi pasar baik pasar dalam
negeri maupun luar negeri.

1
Penulis penanggung jawab
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 2
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

Selain itu pertumbuhan ekonomi memunculkan usaha-usaha dan bisnis-bisnis baik sektor usaha
seperti perdagangan dan industri. Permasalahannya setiap usaha dan bisnis di kota semarang tidak semua
difasilitasi oleh lahan parkir yang memadai sehingga untuk menanggulangi hal tersebut pemerintah
menyediakan lahan parkir di tepi jalan umum yang kosekunsinya diharapkan mampu menambah
penerimaan Pendapatan asli daerah khususnya dari sektor retribusi parkir.
Tabel 1
Target, Realisasi, Kontribusi dan Shortfall Retribusi Parkir Tepi Jalan Umum Kota Semarang
Tahun 2011-2015 (Dalam Triliun Rupiah)
Retribusi Parkir Kontribusi
Tahun Shortfall
Target Realisasi (%)
2011 4.888.000.000 1.313.694.500 26.87 3.574.305.500
2012 5.499.000.000 1.351.127.200 24.57 4.147.872.800
2013 5.853.120.000 2.601.911.700 44.45 3.251.208.300
2014 3.700.000.000 2.783.789.500 75.24 916.210.500
2015 3.700.000.000 2.804.290.000 75.79 895.710.000
Sumber : UP Perparkiran Kota Semarang.

Dari Tabel 1 dijelaskan bahwa penerimaan retribusi parkir tepi jalan umum kota semarang setiap
tahunnya tidak mencapai target. Walaupun realisasi penerimaan retribusi parkir cenderung mengalami
peningkatan yang juga diikuti oleh penurunan target retribusi parkir. Hal ini ditunjukkan oleh
meningkatnya tingkat kontribusi dan turunnya shortfall dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 terjadi
shortfall yang lebar sebesar Rp3.574.305.500 triliun dan kontribusi sebesar 26,87%. Gap yang besar
antara realisasi dan target dapat berpotensi menciptakan risiko fiskal dan kredibilitas (reputasi) bagi
pemerintah.
Menurut Markus (2006) penyebab dari tidak tercapainya target penerimaan disebabkan oleh sikap
juru parkir (jukir) dan kordinator lapangan (korlap) yang kurang diberikan informasi tentang peraturan
daerah oleh Unit Pengelolaan (UP) perparkiran sehingga terdapatnya sikap para Juru Parkir dan Korlap
yang kurang mendukung implementasi peraturan daerah tentang parkir tepi jalan umum.
Faktor utama Rendahnya penerimaan pajak menurut Kahono (2003) adalah tingkat kepatuhan
wajib pajak yang masih rendah. Hal ini juga berlaku pada penerimaan retribusi khususnya parkir tepi jalan
umum dimana tingkat kepatuhan juru parkir memiliki peranan penting untuk meningkatkan retribusi
parkir. Selain itu, tingkat kepatuhan juru parkir yang masih rendah berpotensi terjadinya tindakan
kecurangan seperti korupsi karena tingkat kepatuhan juru parkir mencermikan sifat atau sikap juru parkir
yang tidak taat aturan yang berlaku. Keberhasilan dari pencapaian target retribusi parkir, sangat tergantung
pada tingkat pengetahuan anggotanya yang dalam hal ini juru parkir yang bertugas dilapangan (Andini,
2016).

LANDASAN TEORI
Teori Utilitarianisme
Teori utilitarianisme tentang motivasi melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan manfaat yang
akan diterima dan pengorbanan yang dilakukan. Ada tiga hal penting dari teori utilitarianisme yaitu:
1. Akibat atau konsekuensi dari suatu tindakan dijadikan acuan untuk menilai apakah suatu
tindakan dinilai baik atau buruk.
2. Satu – satunya hal penting dalam menilai konsekuensi atau akibat dari suatu tindakan adalah
manfaat yang diterima dan pengorbanan yang dilakukan untuk tindakan tersebut. Maka
tindakan yang menghasilkan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan pengorbanannya
adalah tindakan yang benar.
3. Kebahagiaan seseorang tidak boleh dianggap lebih penting dari kebahagiaan orang lain. Asumsi
tersebut dipergunakan untuk menghitung seberapa besar manfaat dan pengorbanan yang
dihasilkan. Dengan kata lain kebahagiaan setiap orang sama pentingnya (Nugroho 2012).
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 3
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

Relevansi pada penelitian ini adalah asumsi yang dikemukakan oleh frey (1997) yang
mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi tax morale antara lain :
1. Persepsi adanya kejujuran
2. Sikap membantu atau melayani dari aparat pajak
3. Kepercayaan terhadap instansi pemerintah
4. Penghargaan atau rasa hormat dari aparat pajak
5. Sejumah sifat sifat wajib pajak lainnya
Faktor ini juga berhubungan dengan retribusi, dimana persepsi adanya kejujuran akan dapat
mempengaruhi moral wajib retribusi dalam membayar retribusi dalam hal ini tingkat kepatuhan. Tingkat
kepatuhan dirasa penting mengingat dengan patuhnya seseorang akan membuat capaian tujuan dapat
terpenuhi. Sebaliknya, apabila seseorang tidak patuh capaian tujuan sulit untuk tercapai. Ketidakpatuhan
ini merupakan salah satu bentuk tindakan korupsi karena melanggar peraturan yang sudah ditetapkan.
Namun pada kenyataannya terdapat moral hazard dari para wajib retribusi maupun lembaga pemerintah
yang seringkali dilakukan untuk mencari manfaat ataupun keuntungan. Seperti : Sikap tidak jujur wajib
retribusi dalam melengkapi pendataan, hal ini dilakukan karena wajib retribusi hanya berorientasi pada
keuntungan dan manfaatnya.
Teori Principal - Agent
Principal-Agent adalah suatu hubungan dimana satu atau beberapa orang sebagai principal
mengikat orang lain sebagai agen dengan memberikan kekuasaan dalam pengambilan keputusan kepada
agen. Teori ini karena menganggap munculnya korupsi disebabkan oleh Asymetric Information yang
terjadi antara principal dan agen (Nugroho, 2012).
Relevansi pada penelitian ini adalah yang dikemukaka oleh Menurut Markus (2006) penyebab dari
tidak tercapainya target penerimaan disebabkan oleh sikap juru parkir (jukir) dan kordinator lapangan
(korlap) yang kurang diberikan informasi tentang peraturan daerah oleh Unit Pengelolaan (UP)
perparkiran sehingga terdapatnya sikap para Juru Parkir dan Korlap yang kurang mendukung
implementasi peraturan daerah tentang parkir tepi jalan umum. Dengan kata lain, terjadinya asymetric
information antara wajib retribusi dan perwakilan dari pemerintah (Pengelola). Hal ini dapat
mengakibatkan tingkat kepatuhan wajib retribusi akan rendah dikarenakan informasi yang kurang
lengkap.
Teori Biaya - Manfaat
Menurut Becker (1968), mengemukakan analisis korupsi dengan menggunakan teori biaya –
manfaat. Menurutnya seseorang melakukan korupsi dengan sebelumnya mempertimbangkan biaya dan
manfaatnya. Dalam hal ini manfaat yang dimaksud adalah harta atau keuntungan dari korupsi. sedangkan
biayanya adalah hukuman penjara yang diterima jika melakukan korupsi.
Relevansi pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib
retribusi yang dilihat dari variable pemberian sanksi, pengawasan, transparansi dan akuntabilitas. Dimana
dapat dijelaskan kemungkinan wajib retribusi akan tidak patuh disebabkan lemahnya pemberian sanksi,
pengawasan, tarnsparansi dan akuntabilitas. Hal ini sejalan dengan penelitian bona (2014) yang
mengemukakan bahwa sanksi pajak tidak memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak. tindakan tidak patuh wajib retribusi merupakan salah satu tindakan korupsi. Hal
ini dapat terjadi karena kurang adanya ketegasan dalam memberikan sanksi pada wajib retribusi yang
tidak patuh.
Retribus Parkir
Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan
umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah. Karena jalan menyangkut kepentingan umum, penetapan
jalan umum sebagai tempat parkir mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam melaksanakan pemungutan atas pajak maupun retribusi harus didasarkan pada
aturan/dasar hukum yang jelas dan kuat,sehingga masyarakat dan pihak yang terkait dapat mematuhi
aturan yang berlaku. Dasar hukum pemungutan Retribusi Parkir pada suatu kabupaten/kota adalah sebagai
berikut :
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 4
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor
18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
3. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum.
4. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang Retribusi Parkir.
Di dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 1 tahun 2004 pasal 2 yang menjadi obyek
retribusi parkir adalah pelayanan penyediaan tempat parkir umum yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah. Sementara itu, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 2 tahun 2004 Pasal 9
yang menjadi obyek retribusi tempat khusus parkir adalah :
1. Jasa pelayanan dan fasilitas tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki dan dikelola oleh
Pemerintah Daerah; yang meliputi penyediaan fasilitas tempat, penempatan dan penataan,
keamanan dan ketertiban tempat khusus parkir;
2. Jasa pelayanan terhadap kegiatan pemberian ijin penyelenggaraan parkir swasta yang
meliputi; biaya administrasi, biaya penelitian, biaya pengawasandan pengendalian.
Subyek Retribusi Parkir di tepi jalan umum adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan menikmati jasa pelayanan dan fasilitas parkir di tepi jalan umum. Perbedaan pajak
parkir dan subjek parkir :
Tabel 2
Perebedaan Pajak Parkir dan Retribusi Parkir
Pajak Parkir Retribusi Parkir
Dasar Hukum Undang-Undang dan Perda Peraturan Pemerintah,
Peraturan mentri atau Pejabat
negara yang lebih rendah
Balas Jasa Tidak Langsung Langsung dan nyata kepada
individu
Objek Umum Orang-orang tertentu yang
menggunakan jasa
pemerintah
Sifat Dapat dipaksakan. Wajib Dapat dipaksa. Akan tetapi
dibayar jika tidak dapat paksaannya bersifat ekonomis
dikenakan sanksi yang hanya berlaku pada
orang yang menggunakan jasa
pemerintah
Lembaga Pemungut Pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah
daerah
Tujuan Kesejahteraan untuk Umum Kesejahteraan untuk individu
tersebut yang menggunakan
jasa pemerintah
Sumber : Muhammad Djafar Saidi Buku Pembaharuan Hukum Pajak 2007

Pengaruh Antara Variabel


Kesadaran retribusi adalah keadaan mengetahui dan mengerti tentang retribusi serta rela
memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan pemerintah. Menurut Padila dan Prior (2004:94) dalam
Tania (2011) kesadaran merupakan suatu proses belajar dari pengalaman dan pengumpulan informasi
yang diterima untuk mendapatkan keyakinan diri untuk mendorong dilakukannya sesuai tindakan. Juru
parkir yang memiliki kesadaraan tentang arti pentingnya retribusi parkir maka akan tercipta kepatuhan
juru parkir untuk taat pada perarturan yang berlaku sehingga mampu meningkatkan penerimaan retribusi
parkir.
H1 : Di duga ada pengaruh positif antara Kesadaran terhadap Kepatuhan Juru Parkir.
Dengan adanya pengetahuan tentang retribusi parkir maka secara tidak langsung akan
meningkatkan kepatuhan juru parkir karena juru parkir dapat mengerti pentingnya retribusi. Kemudian
secara otomatis akan meningkatkan penerimaan retribusi parkir. Pengetahuan dirasa penting bagi juru
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 5
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

parkir sebab dengan pengetahuan juru parkir dapat berfikir luas dan kritis terhadap adanya tindakan
penyelewengan baik antar juru parkir sendiri maupun pihak pengelolah.
H2 : Di duga ada pengaruh positif antara Pengetahuan terhadap Kepatuhan Juru Parkir.
Transparansi dan akuntabilitas akan secara otomatis menciptakan kepercayaan antara pengelola dan
juru parkir sehingga mampu meningkatkan kepatuhan juru parkir karena juru parkir dapat mengetahui
digunakan untuk apa saja setoran parkir yang mereka bayarkan. Dengan meningkatnya kepatuhan juru
parkir maka secara tidak langsung akan mampu meningkatkan penerimaan pendapatan daerah dari sisi
retribusi parkir.
H3 : Di duga ada pengaruh positif antara Transparansi dan Akuntabilitas terhadap Kepatuhan Juru Parkir.
Apabila sarana dan prasarana sudah memadai maka dapat dipastikan tingkat kepatuhan juru parkir
akan meningkat karena juru parkir tidak perlu lagi memikirkan perlengkapan parkir.
H4 : Di duga ada pengaruh positif antara Sarana dan Prasarana terhadap Kepatuhan Juru Parkir.
Wajib pajak telah merasakan suatu keadilan maka rasa kepercayaan akan timbul yang mana wajib
pajak telah diyakinkan dengan perlakuan otoritas yang diterimanya (Murpy, 2004). Begitupun sebaliknya,
apabila wajib pajak tidak merasakan keadilan, maka mereka akan cenderung melakukan penilaian ulang
dan evaluasi secara pribadi mengenai prosedur yang dirasa terjadi penyalahgunaan yang mengakibatkan
tingkat kepercayaan wajib pajak terhadap otoritas menurun (Van Dijke & Verboon, 2010).
H5 : Di duga ada pengaruh positif antara Pemberian Sanksi terhadap kepatuhan Juru Parkir.
Djamaluddin dan Supardan mengemukakan Pengertian Pengawasan yaitu salah satu fungsi
manajemen untuk menjamin agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
dalam perencanaan Dalam penelitian ini perlu dilakukan pengawasan dari pihak pengelola parkir agar
tidak terjadinya penyelewengan atau tindakan kecurangan juru parkir seperti tidak taat aturan. Apabila
pengawasan sudah dilaksanakan secara otomatis juru parkir akan patuh.
H6 : Di duga ada penggaruh positif antara Pengawasan terhadap kepatuhan Juru Parkir.
Dalam Teori adam smith yang dikuti dari (Muslimah, 2017) menjelaskan religiusitas dari sudut
pandang rasional dan mencatat bahwa religiusitas bertindak sebagai moral internal. Tittle (1980)
menjelaskan seseorang akan lebih rela untuk mematuhi hukum ketika mereka percaya bahwa hukum
tersebut sesuai dengan nilai moral mereka. Agama menyajikan dasar penting untuk integrasi sosial dan
menghindari bentuk perilaku yang menyimpang seperti penghindaran pajak. Selain itu Richardson (2008)
menegaskan adanya hubungan negatif antara tingkat religiusitas individu dan penghindaran pajak yang
tinggi Dengan demikian, religiusitas dapat membatasi niatan individu untuk berbuat curang dalam
membayar pajak maupun retribusi.
H7 : Di duga ada pengaruh positif antara Religiusitas terhadap kepatuhan Juru Parkir.
Juru parkir yang harus menyetor pembayaran kepihak lain selain petugas pengelola parkir seperti
preman sebagai penjamin keamanan di lokasi parkir dan Juru Parkir menyetor pembayaran retribusi selain
retribusi parkir seperti retribusi kebersihan. Pengaruh adanya setoran lain dari retribusi akan
mempengaruhi kepatuhan juru parkir. Dimana juru parkir cendrung akan patuh apabila setoran lain tidak
ada. Sebaliknya, kepatuhan juru parkir akan berkurang apabila setoran lain selain setoran retribusi parkir
diberlakukan.
H8 : Di duga ada pengaruh positif antara Setoran Lain terhadap Kepatuhan Juru Parkir.
Menurut teori Lereng Licin, yang mana seberapa besar keadilan yang dirasakan maka akan
menentukan patuh atau tidaknya wajib pajak (Kirchler, 2008). Robbins (2008) menyebutkan teori keadilan
adalah suatu teori bahwa individu membandingkan masukan-masukan dan hasil pekerjaan mereka dengan
masukan-masukan dan hasil pekerjaan orang lain dan kemudian merespons untuk menghilangkan
ketidakadilan. Relevansi dengan penelitian ini yang berfokus pada retribusi yang mana keadilan yang rasa
juru parkir akan mempengaruhi dan menentukan patuh atau tidaknya juru parkir.
H9 : Di duga ada pengaruh positif antara Keadilan terhadap kepatuhan Juru Parkir.
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 6
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variable yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel dependen dan satu variabel
independen. Variabel dependen adalah kepatuhan Juru Parkir. Variable independennya adalah kesadaran
retribusi, pengetahuan retribusi, keadilan pemungutan retribusi, transparansi dan akuntanbilitas, sarana
dan prasarana, pengawasan, pemberian sanksi, setoran lain dan religiusitas:
Kepatuhan Juru Parkir
Kepatuhan dalam penelitian ini berfokus pada juru parkir sebagai penyetoran retribusi parkir dapat
dihubungkan misalnya dengan melihat perilaku juru parkir dalam membayar retribusi tepat pada
waktunya, melaporkan setiap dokumen-dokumen dan identitas dengan lengkap, Kepatuhan wajib pajak
sebagai landasan self assessment dapat dicapai apabila elemen-elemen kunci telah diterapkan secara
efektif. Menurut Ni Luh 2006 : 5 (dalam Anita 2011), elemen-elemen kunci tersebut adalah :
1. Program pelayanan yang baik kepada wajib pajak,
2. Prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib pajak,
3. Program pemantauan kepatuhan dan verifikasi yang efektif,
4. Pemantauan law enforcement secara tegas dan adil.
Ada dua macam kepatuhan, yaitu :
a. Kepatuhan formal, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal
sesuai ketentuan Undang – Undang perpajakan.
b. Kepatuhan material, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substansif atau hakikatnya
memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa Undang–Undang
Perpajakan Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.
Kesadaran
Kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak.
Sehingga kesadaran perpajakan adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak. untuk pelaksaaan
fungsi pemerintah dengan cara membayar kewajiban pajaknya. Sama halnya dengan retribusi, kesadaran
retribusi adalah keadaan mengetahui dan mengerti tentang retribusi serta rela memberikan kontribusi dana
untuk pelaksanaan pemerintah. Dengan demikian masyarakat akan sukarela dan disiplin membayar pajak
tanpa paksaan (Soemitro, 1987:89) dalam Siti dan Adi (2008). Dari permasalahan diatas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa masalah pemungutan pajak merupakan suatu masalah yang penting. Untuk
suksesnya pemungutan pajak, maka seluruh rakyat harus sadar akan hal tersebut. Kesadaran hanya dapat
dicapai dengan memahami arti, fungsi dan tujuan pemungutan pajak. Bila kesadaran wajib pajak tinggi
untuk memahami arti dan pentingnya pajak, maka akan terciptanya kepatuhan. Sama halnya dalam
penelitian ini yang mengangkat tentang kepatuhan juru yang memiliki hubungan dengan kesadaran
khususnya retribusi parkir. Juru parkir yang memiliki kesadaraan tentang arti pentingnya retribusi parkir
maka akan tercipta kepatuhan juru parkir untuk taat pada perarturan yang berlaku.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk
memahami suatu objek tertentu yang dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal,
dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal, atau yang bersangkutan dengan masalah
kejiwaan.
Transparansi dan Akuntabilitas
Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan
menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang- undangan (KK, SAP,2005).
Sarana dan prasarana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamus Besar BI, 2002:999) sarana adalah segala sesuatu
yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala
sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek)
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 7
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

(Kamus Besar BI, 2002:893). Apabila sarana dan prasarana sudah memadai maka dapat dipastikan tingkat
kepatuhan juru parkir akan meningkat karena juru parkir tidak perlu lagi memikirkan perlengkapan parkir
Pemberian Sanksi
Dalam undang-undang perpajakan ada dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi dan sanksi
pidana. Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma perpajakan ada yang diancam dengan sanksi
administrasi saja, ada yang diancam dengan sanksi pidana, dan ada pula yang diancam dengan sanksi
administrasi dan sanksi pidana (Mardiasmo, 2011).
Pengawasan
Pengertian pengawasan menurut Victor M. Situmorang dan Jusuf Juhir adalah setiap usaha dan
tindakan dalam rangka untuk mengetahui sampai dimana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut
ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai Dalam penelitian ini perlu dilakukan pengawasan dari pihak
pengelola parkir agar tidak terjadinya penyelewengan atau tindakan kecurangan juru parkir seperti tidak
taat aturan. Apabila pengawasan sudah dilaksanakan secara otomatis juru parkir akan patuh.
Religiusitas
Dalam Teori adam smith yang dikuti dari (Muslimah, 2017) menjelaskan religiusitas dari sudut
pandang rasional dan mencatat bahwa religiusitas bertindak sebagai moral internal. Teori moral
dimaksudkan untuk mengetahui tindakan benar dan salah. Tittle (1980) menjelaskan seseorang akan lebih
rela untuk mematuhi hukum ketika mereka percaya bahwa hukum tersebut sesuai dengan nilai moral
mereka. Agama menyajikan dasar penting untuk integrasi sosial dan menghindari bentuk perilaku yang
menyimpang seperti penghindaran pajak. Selain itu Richardson (2008) menegaskan adanya hubungan
negatif antara tingkat religiusitas individu dan penghindaran pajak yang tinggi Dengan demikian,
religiusitas dapat membatasi niatan individu untuk berbuat curang dalam membayar pajak maupun
retribusi.
Setoran Lain
Setoran lain merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi kepatuhan juru parkir karena persepsi
juru parkir dengan adanya setoran lain selain retribusi parkir mengakibatkan pendapatannya berkurang
sehingga juru parkir tidak patuh untuk membayar retribusi parkir. Juru parkir yang harus menyetor
pembayaran kepihak lain selain petugas pengelola parkir seperti preman sebagai penjamin keamanan di
lokasi parkir dan Juru Parkir menyetor pembayaran retribusi selain retribusi parkir seperti retribusi
kebersihan. Pengaruh adanya setoran lain dari retribusi akan mempengaruhi kepatuhan juru parkir.
Dimana juru parkir cendrung akan patuh apabila setoran lain tidak ada. Sebaliknya, kepatuhan juru parkir
akan berkurang apabila setoran lain selain setoran retribusi parkir diberlakukan.
Keadilan
Pengertian keadilan menurut Poerwadarminto yang menggemukakan bahwa pengertian keadilan
ialah tidak berat sebelah yang artinya seimbang, dan yang sepatutnya tidak sewenang-wenang. Pengenaan
pajak maupun retribusi secara umum dan merata sesuai kemampuan masing-masing wajib pajak maupun
retribusi merupakan salah satu bentuk sederhana dari keadilan. Relevansi dengan penelitian ini yang
berfokus pada retribusi yang mana keadilan yang rasa juru parkir akan mempengaruhi dan menentukan
patuh atau tidaknya juru parkir.
Dengan populasi sebanyak 1.127 Juru Parkir (Dishubkominfo, 2017) dan jumlah sampel sebanyak
111 juru parkir yang dihitung menggunakan rumus Slovin menggunakan metode purposive random
sampling.
Metode Analisis dan Pengumpulan Data
Metode digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Untuk data
yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti. Data yang diperoleh dikumpulkan sendiri oleh
peneliti langsung dari sumber pertama melalui wawancara dan kuisioner dengan menggunakan
skala likert.
2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan dari publikasi badan pusat statistik (BPS) Kota
Semarang,kepustakaan berupa literatur-literatur, laporan-laporan, jurnal, internet dan instansi-
instansi terkait.
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 8
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

Alat Analisis
Analisis data menggunakan model persamaan regresi berganda untuk menguji adanya pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Model persamaan adalah sebagai berikut:
LnKPT = Lnα + β1Ln(KSD) + β2Ln(PGT) + β3Ln(SAP) + β4Ln(TDA)+ β5Ln(PGW) +
β6Ln(PES) + β7Ln(REL) + β8Ln(SL) + β9Ln(KDL) +ε
Dengan keterangan :
KPT = Kepatuhan Juru Parkir
α = Konstanta
β1- β4 = Koefisien Regresi
KSD = Kesadaran Juru Parkir
PGT = Pengetahuan
SAP = Sarana dan Prasarana
TDA = Transparansi dan Akuntabilitas
PGW = Pengawasan
PES = Pemberian Sanksi
REL = Religiusitas
SL = Setoran Lain
KDL = Keadilan
Ε = eror
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Studi ini bertujuan untuk menganalisis kepatuhan Juru Parkir di Kota Semarang. Berdasarkan
hasil estimasi variabel independen terhadap variabel dependen dari model penelitian yang dibangun
adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Hasil Regresi Berganda

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model T Sig.

Std.
B Beta
Error
(Constant) ,018 ,338 ,053 ,958
lnKSD ,101 ,127 ,046 ,800 ,426
lnPGT ,207 ,083 ,234 2,503 ,014
lnSAP ,170 ,077 ,183 2,207 ,030
lnTDA ,002 ,023 ,004 ,090 ,929
1
lnPGW ,001 ,017 ,004 ,085 ,933
lnPES ,230 ,091 ,229 2,526 ,013
lnREL ,056 ,067 ,049 ,829 ,409
lnSL -,005 ,022 -,012 -,234 ,816
lnKDL ,284 ,084 ,267 3,367 ,001
R2 0,761
F- Stat 39,851
Prob F-Stat 0,0000
Sumber : Data Primer Diolah, 2017.
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 9
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

Dari hasil estimasi maka dapat diketahui Fhitung = 39,851 dengan signifikansi sebesar 0,000 yang
berarti bahwa variable KSD, PGT, SAP,TDA,PGW,PES,REL,SL, dan KDL secara simultan berpengaruh
terhadap variable KPT karena nilai signifikansi < dari 0,05. Interpretasi hasil estimasi secara parsial atas
masing-masing varaiabel independen terhadap variable dependen dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pengaruh Kesadaran Juru Parkir terhadap Kepatuhan Juru Parkir
Berdasarkan hasil regresi diketahui kesadaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
juru parkir di Kota Semarang dengan nilai signifikansi 0,426> 0,05 dan t hitung lebih besar dari t
tabelnya yaitu 0,800<1,982 Hal ini sesuai dengan hipotesis 1 yang diajukan oleh peneliti dimana variabel
jumlah hotel berbintang berpengaruh signifikan positif terhadap penerimaan pajak hotel.
Tidak berpengaruh kesadaran terhadap kepatuhan juru parkir ini di karenakan secara tidak
langsung juru parkir baik sadar atau tidak sadar wajib setiap harinya membayar retribusi parkir kepada
pihak pengelola parkir kota semarang. Walaupun juru parkir sebagian besar memilih sangat setujuh pada
kuisioner namun tidak dapat menjelaskan bahwa kesadaran dapat mempengerahui juru parkir dalam
memenuhi kepatuhan. Tidak ada pengaruhnya bisa disebabkan banyak responden ragu-ragu dalam
menjawab kuisioner. Hasil ini sangat berbanding terbalik dengan hasil penelitian (Rahayu, 2014) dan
(Budiman, 2014) yang menyatakan kesadaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan
namun dilihat dari sisi pajak. Dalam penelitian ini dilihat dari sisi retribusi yang menyatakan tidak
signifikan karena kesadaran bukan faktor utama yang bisa mempengaruhi kepatuhan juru parkir. Selain
itu, bisa disebabkan terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang tinggi yang akan semakin
mengurangi kesadaran mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa budaya kurangnya kesadaran (lack of
awareness) sangat berpotensi mengurangi tingkat kepatuhan.
Uraian tersebut didukung oleh penelitian (Aditya dkk, 2016) yang menyatakan variabel kesadaran
secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak daalam membayar pajak
penghasilan di KPP semarang candi.
Pengaruh Pengetahuan Juru Parkir Terhadap Kepatuhan Juru Parkir
Berdasarkan hasil regresi diketahui Pengetahuan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
juru parkir di Kota Semarang dengan nilai signifikansi sebesar 0,014< 0,05 dan t hitung lebih besar dari t
tabelnya yaitu 2,503>1,982. Dengan kata lain setiap peningkatan pengetahuan yang dimiliki juru parkir
akan berpengaruh pada peningkatan kepatuhan juru parkir. Dalam kasus ini pengetahuan dirasa sangat
penting terkait ketentuan retribusi daerah baik aturan maupun fungsi dari retribusi itu sendiri. Pengetahuan
berperan penting dalam mempengaruhi seseorang dalam bertindak. Berbanding terbalik dengan teori
Principal-Agent yang mengemukakan bahwa ada suatu hubungan dimana satu atau beberapa orang
sebagai principal mengikat orang lain sebagai agen dengan memberikan kekuasaan dalam pengambilan
keputusan kepada agen. Teori ini karena menganggap munculnya korupsi disebabkan oleh Asymetric
Information yang terjadi antara principal dan agen (Nugroho, 2012).
Menurut hasil wawancara saat menguji kuisioner pada responden secara keseluruhan responden
memiliki pengetahuan terkait retribusi parkir baik melalui internet maupun dari pembicaraan antar
responden. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Bona,2014) dan (Murni, 2014) yang
menyatakan variable pengetahuan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan.
Pengaruh Sarana dan Prasarana Terhadap Kepatuhan Juru Parkir
Berdasarkan hasil regresi diketahui Sarana dan Prasarana berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan juru parkir di Kota Semarang dengan nilai signifikansi sebesar 0,030< 0,05 dan t hitung lebih
besar dari t tabelnya yaitu 2,207>1,982. Sarana dan prasarana dapat diartikan sebagai fasilitas pendukung
dari perparkiran seperti karcis parkir,rambu-rambu parkir, dan marka parkir yang disediakan oleh
pemerintah atau pengelola, sehingga juru parkir tidak perlu mngeluarkan biaya untuk mengelola lahan
parkirnya. Selain itu, dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai juru parkir dapat menghindari
adanya tindakan curang sesama juru parkir seperti perebutan lahan parkir karena kurangnya marka parkir
sebagai batas-batas lahan parkir. Apabila sarana dan prasarana sudah memadai maka dapat dipastikan
tingkat kepatuhan juru parkir akan meningkat karena juru parkir tidak perlu lagi memikirkan perlengkapan
parkir yang mengeluarkan biaya sendiri.
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 10
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

Bona (2014) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa pembangunan fasilitas berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepatuhan pajak. Hal ini menunjukan secara umum keselarasan antara peneltian
ini dan penelitian terdahulu.
Pengaruh Transparansi dan Akuntanbilitas Terhadap Kepatuhan Juru Parkir
Berdasarkan hasil regresi diketahui Transparansi dan Akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan juru parkirdi Kota Semarang dengan nilai signifikansi sebesar 0,929> 0,05 dan t hitung lebih
besar dari t tabelnya yaitu 0,090<1,982. bahwa transparansi dan akuntanbilitas tidak selalu mempengaruhi
kepatuhan juru parkir dalam membayar retribusi. Hal ini dikarenakan kurang adanya kepercayaan
terhadap pengelola dalam pendistribusian penerimaan retribusi serta penyuluhan yang kurang baik. Krisis
kepercayaan juru parkir ini dikarenakan belum adanya kesejahteraan juru parkir yang dirasakan secara
langsung. Selain itu pelaksanaan penyuluhan tentang retribusi yang kurang baik juga menambah krisis
kepercayaan juru parkir terhadap pengelola karena juru parkir tidak dapat mengetahui alur penerimaan
retribusi yang akan digunakan dan distribusikan.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan penelitian oleh Arya (2014) yang menyatakan bahwa
pengaruh variabel persepsi atas penggunaan uang pajak secara transparan dan akuntabilitas, dan persepsi
atas efektivitas sistem perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi di Kota Semarang.
Pengaruh Pengawasan Terhadap Kepatuhan Juru Parkir
Berdasarkan hasil regresi diketahui pengawasan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan juru parkir
di Kota Semarang dengan nilai signifikansi sebesar 0,933> 0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabelnya
yaitu 0,085<1,982. Dari hasil wawancara kepada juru parkir terdapat fakta bahwa tidak terdapat perbedaan
antara diawasi atau tidaknya juru parkir untuk patuh dalam membayar retribusi parkir. Kenyataannya
setiap hari pihak pengelola akan datang untuk menarik uang retribusi dari juru parkir.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Amilin dan Nina (2008) yang menghasilkan
kesimpulan bahwa peran Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak tempat peneliti melakukan
penelitian belum cukup efektif dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Hal itu dibuktikan dari hasil
penelitian bahwa hanya variabel pelayanan yang memberi pengaruh secara signifikan pada tingkat
kepatuhan Wajib Pajak, sedangkan variabel konsultasi dan pengawasan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.
Pengaruh Pemberian Sanksi Terhadap Kepatuhan Juru Parkir
Berdasarkan hasil regresi diketahui pemberian sanksi berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
juru parkir di Kota Semarang dengan nilai signifikansi sebesar 0,013> 0,05 dan t hitung lebih besar dari t
tabelnya yaitu 2,526>1,982. Didalam teori perpajakan, sanksi pajak diberikan agar wajib pajak patuh
terhadap kewajiban perpajakan. Dalam undang-undang perpajakan ada dua macam sanksi, yaitu sanksi
administrasi dan sanksi pidana. Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma perpajakan ada yang diancam
dengan sanksi administrasi saja, ada yang diancam dengan sanksi pidana, dan ada pula yang diancam
dengan sanksi administrasi dan sanksi pidana (Mardiasmo, 2011). Oleh sebab itu semakin berat sanksi
pajak maka semakin patuh wajib pajak. Dalam penelitian Ini yang berfokus pada retribusi parkir tidak
jauh berbeda dengan sanksi perpajakan. Sanksi yang diberikan ini untuk mengatur agar juru parkir dapat
patuh terhadap kewajiban retribusi.
Hal ini juga didukung oleh penelitian (Rahayu, 2014) yang menyatakan sanksi pajak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak orang pribaddi yang
melakukan usaha di kota semarang dan (Budiman, 2014) yang menyatakan sanksi pajak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam Membayar PBB Pada Desa Masangan Kulon
Kec. Sukodono.
Pengaruh Religiusitas Terhadap Kepatuhan Juru Parkir
Berdasarkan hasil regresi diketahui religiusitas tidak berpengaruh terhadap kepatuhan juru parkir di
Kota Semarang dengan nilai signifikansi sebesar 0,409> 0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabelnya yaitu
0,829<1,982. Hal ini dikarenakan tidak adanya keterkaitan antara agama dan kepentingan bisnis.
Kebanyakan responden beranggapan bahwa didalam kitab suci yang diyakini tidak mengatur atau
mengharuskan bahkan diharamkan apabila membayar atau tidak membayar retribusi. Religiusitas
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 11
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

merupakan tingkat keyakinan spiritual dari dalam diri seseorang yang tingkat keyakinan tersebut dapat
dilihat dari rutinitas keagamaan yang dilakukan, pendidikan agama yang dimilikinya serta perilaku sehari-
hari sesuai sya’riat agama yang mana akan mempengaruhinya di akhirat nanti, hal tersebut diatur dengan
jelas dan hukuman atas perilaku yang menyimpang tersebut pasti. Hukuman atas perilaku menyimpang
tersebut Tuhan lah yang langsung memberikan hukuman tersebut. Sedangkan peraturan retribusi
merupakan aturan yang dibuat oleh manusia yang memiliki kepentingan– kepentingan tertentu, dan
hukuman atas pelanggaran retribusi tersebut ditentukan manusia yang kadang dijadikan lahan korupsi, hal
tersebut yang membuat sesorang enggan membayar retribusi meskipun memiliki ketaatan agama.
Dapat simpulkan bahwa tingkat religiusitas merupakan keyakinan seseorang terhadap Tuhan
sedangkan kepatuhan dalam memenuhi peraturan merupakan keyakinan seseorang terhadap perilaku
aparat pajak. Pengaruh yang tidak signifikan ini tidak sejalan dengan hasil penelitian (Andhika dan Dudi,
2016). Tetapi, hasil penelitian ini memperkuat hasil temuan (Stella, 2014) yang menunjukan variable
religiusitas tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan perpajakan.
Pengaruh Setoran Lain Terhadap Kepatuhan Juru Parkir
Berdasarkan hasil regresi diketahui setoran lain tidak berpengaruh terhadap kepatuhan juru parkir di
Kota Semarang dengan nilai signifikansi sebesar 0,816> 0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabelnya yaitu
-0,234<1,982. Yang menunjukan bahwa setoran lain mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kepatuhan Juru Parkir. Hasil penelitian dari variable ini merupakan nilai kebaharuan yang belum
pernah di teliti sebelumnnya. Setoran lain bisa dikatakan sebagai pungutan liar yang tidak diatur oleh
peraturan daerah. Pungutan liar ini baik dilakukan oleh pejabat maupun pihak lain seperti preman.
Pungutan liar atau pungli adalah pengenaan biaya di tempat yang tidak seharusnya biaya dikenakan atau
dipungut. Tingginya tingkat ketidakpastian pelayanan sebagai akibat adanya prosedur pelayanan yang
panjang dan melelahkan menjadi penyebab dari semakin banyaknya masyarakat yang menyerah ketika
berhadapan dengan pelayanan publik yang korupsi. Hal ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan masyarakat cenderung semakin toleran terhadap praktik pungutan liar dalam
penyelenggaraan pelayanan publik (BPKP, 2002:6).
Variabel Setoran Lain merupakan variabel baru yang peneliti ajukan dalam penelitian ini sehingga
tidak ada dalam jurnal atau penelitian sebelumnya yang peneliti jadikan sebagai acuan.
Pengaruh Keadilan Terhadap Kepatuhan Juru Parkir
Berdasarkan hasil regresi diketahui keadilan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan juru parkir
di Kota Semarang dengan nilai signifikansi sebesar 0,001> 0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabelnya
yaitu 03,367>1,982. Yang menunjukan bahwa Keadilan mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap kepatuhan Juru Parkir. Pengenaan pajak maupun retribusi secara umum dan merata sesuai
kemampuan masing-masing wajib pajak maupun retribusi merupakan salah satu bentuk sederhana dari
keadilan.
Dalam teori Lereng Licin, yang mana seberapa besar keadilan yang dirasakan maka akan
menentukan patuh atau tidaknya wajib pajak (Kirchler, 2008). Pada saat wajib pajak telah merasakan
suatu keadilan maka rasa kepercayaan akan timbul yang mana wajib pajak telah diyakinkan dengan
perlakuan otoritas yang diterimanya (Murpy, 2004). Begitupun sebaliknya, apabila wajib pajak tidak
merasakan keadilan, maka mereka akan cenderung melakukan penilaian ulang dan evaluasi secara pribadi
mengenai prosedur yang dirasa terjadi penyalahgunaan yang mengakibatkan tingkat kepercayaan wajib
pajak terhadap otoritas menurun (Van Dijke & Verboon, 2010). Teori ini berlaku juga untuk retribusi
dimana keadilan yang dirasakan juru parkir akan menentukan patuh atau tidaknya wajib retribusi baik
pendistribusian beban retribusi yang sesuai maupun perlakuan pihak pengelola terhadap juru parkir yang
tidak membeda-bedakan.
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ferdiyanto,2011) yang menyatakan
bahwa keadilan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pribadi di KPP Pratama Malang
Selatan.

KESIMPULAN
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 12
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

Berdasarkan hasil pengujian maka diperoleh kesimpulan yaitu : Pengetahuan, Sarana dan Prasarana,
Pemberian Sanksi, dan Keadilan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kepatuhan
juru Parkir. Sedangkan, Kesadaran juru parkir,Transparansi dan akuntabilitas mempunyai, Pengawasan,
Religiusitas, Setoran lain tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Juru Parkir.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dalam penelitian menggunakan
instrument kuisioner, sehingga dikhawatirkan terdapat ketidakjujuran responden dalam menjawab
pertanyaan kuisioner. Keterbatasan penelitian selanjutnya bahwa dalam penelitian ini berfokus pada
kepatuhan juru parkir dan tidak meninjau kepatuhan koordinator lapangan.
Saran yang dapat diajukan untuk menperbaiki penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah perlunya peningkatan sosialisasi tentang retribusi parkir. Ini merupakan agenda
pemerintah yang harus dikerjakan dengan baik, tanpa adanya sosialisasi juru parkir akan sulit untuk
mengetahui jenis-jenis retribusi maupun peraturan yang berlaku tentang retribusi daerah khususnya
retribusi parkir tepi jalan umum.
2. Meningkatkan penerimaan dari sektor parkir tentu membutuhkan strategi yang tepat. Salah satunya
dengan meningkatkan fasilitas penunjang perparkiran. Pelayanan di sektor perparkiran merupakan
pelayanan jasa yang memberikan kebermanfaatan dalam menjaga keamanan kendaraan masyarakat
yang parkir.
3. Perlu disosialisasikan kepada juru parkir selaku wajib retribusi agar mereka dapat mengetahui dan
memahami hal-hal apa saja berkaitan dengan sanksi retribusi, hal-hal apa saja yang dapat menjadi
penyebab dikenakannya sanksi retribusi. Sehingga juru parkir dapat melakukan tindakan antisipasi
dengan melakukan pemenuhan kewajibannya dalam membayar retribusi sesuai dengan tarif dan
peraturan yang berlaku, serta akan memberikan dampak langsung terhahap tingkat kepatuhan juru
parkir.
4. Bagi peneliti selanjutnya untuk menambahkan sampel penelitian, sehingga daya generalisasi penelitian
lebih besar dan keterwakilan sampel terpenuhi.
5. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel independen lainnya untuk mengetahui
variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan Juru Parkir. Serta perlu ditinjau dari sisi
koordinator lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Andhika, Utama dan Dudi, Wahyudi. 2016. Pengaruh Religiusitas terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi di Provinsi DKI Jakarta. Jurnal widyaiswara.

Amilin dan Nina Anisah. 2008. Pengaruh Persepsi Peran Account Representative Pada Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). 2000. Akuntabilitas dan Good Governance.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara

BAPENDA. 2002-2015. Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah Kota Semarang. BAPENDA Kota
Semarang.

Badan Pusat Statistik. 2017. Kota Semarang Dalam Angka. Semarang.

_________________. 2015. Kota Semarang Dalam Angka. Semarang.

_________________. 2012. Kota Semarang Dalam Angka. Semarang.

H.A.W. Wijaya. 2007. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 13
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

Boediono. 2001. Ekonomi Makro.Yogyakarta : BPFE.

Bona, Imelda. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang). Diponegoro Journal Of Accounting.
Volume 3 Nomor 2.

Dijke, M. v., & Verboon, P. 2010. Trust in authorities as a boundary condition to procedural fairness
effects on tax compliance. Journal of Economic Psychology , 80-91.

Dinas Perhubungaan Komunikasi dan Informatika. 2017. Laporan Kinerja Instansi pemerintah,
Semarang.

Ferdiyanto, dharmawan.2011. Pengaruh Keadilan Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Pribadi (Studi Pada Kpp Pratama Malang Selatan). Skripsi Tidak Dipublikasikan, Universitas
Brawijaya Malang.

Giswa. 2015. Pengaruh tingkat keadian procedural terhadap kepatuhan wajib pajak : variable
kepercayaan terhadap otoritas pajak dan norma personal sebagai variable moderator dan
mediator (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Yang Melakukan Kegiatan Usaha Di Kota Semarang.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Gujarati, D.N. dan D.C. Porter. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Halim Abdul. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta.

Hasan, M. Iqbal. 2011. Pokok – Pokok Materi Statistika 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta :PT Bumi Aksara

Ismaya, Sujana. 2010. “Kamus Besar Ekonomi”. Jakarta: CV. Pustaka Grafika.

Julianti, Murni. 2014. Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi
untuk membayar pajak dengan kondisi keuangan dan preferensi risiko wajib pajak sebagai variabel
moderating (studi kasus pada wajib pajak yang terdaftar di kpp pratama candisari semarang).
Skripsi Tidak Dipublikasikan, Universitas Diponegoro Semarang.

Kaho, Josef Riwu. 2005. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Kirchler, E., Hoelzl, E., dan Wahl, I. 2008. Enforced Versus Voluntary Tax Compliance: The “Slippery
Slope” Framework. Journal of Economic Psychology, 210-225.

Mahmuda Muslimah. 2017. Analisis Dampak Tax Morale Terhadap Kepatuhan Pajak UMKM di Kota
Semarang. Skripsi FEB Universitas Diponegoro.

Manullang K dan Ginting AM, 1993. Manajemen Partisipatif, Jakarta: Pusat Produktivitas Nasional.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta : C.V Andi OFFSET.

Marihot Pahala Siahaan. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 14
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

Markus. 2006. Studi Implementasi PERDA No 1 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi
Parkir Tepi Jalan Umum Kota Semarang. Tesis. Ilmu Admistrasi Universitas Diponegoro.

Marsyahrul, T. 2005. “Pengantar perpajakan”. Jakarta: Grasindo.

Mudrajat Kuncoro. 2001. ”Metode Penelitian Kuantitatif”. Yogyakarta: UPP AMP YKPM.

Mustofa, Hasan. 2006. “Perspektif Dalam Psikologi Sosial.” Makalah tidak dipublikasikan. Fakultas
Administrasi Negara Universitas Parahiyangan Bandung.

Musyarofah, Siti dan Adi Purnomo. 2008. “Pengaruh Kesadaran dan Persepsi Tentang Sanksi, dan
Hasrat Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis
dan Sektor Publik (JAMBSP). Vol. 5 No. 1.

Niven. 2008. Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat Dan Profesional. Jakarta : EGC.

Novianti, Budiman ahmad. 2014. Pengaruh kualitas pelayanan pajak, sanksi pajak, kesadaran wajib
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan pada desa
masangan kulon kec. Sukodono. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran”.

Nugroho, Aditya, Rita Andini, dan Kharis Raharjo. 2016. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan
Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan.
Journal Of Accounting, Vol. 2 No. 2. Hal 1-13.

Ofiafoh, et. al. 2016. “Religiosity and Tax Compliance: Empirical Evidence From Nigeria”. Igbinedion
University Journal of Accounting. Vol. 1 February2016.

Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah. 2005. “Pemerintah Daerah di Indonesia”. Bandung : CV Pustaka
Seti.

Puspita, Rusli Rahayu Hana. 2014. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Membayar Pajak (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha Di
Kota Semarang)”. Diponegoro Journal of Accounting, Volume 3, Nomor 4.

Rahardjo Adisasmita, 2011. Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah. Penerbit Graha Ilmu :
Yogyakarta.

Rahmawaty, Stella. 2014. Pengaruh Pengetahuan, Modernisasi Strategi Direktorat Jendral Pajak, Sanksi
Perpajakan dan Religiusitas Yang Dipersepsikan Terhadap Kepatuhan Perpajakan. Volume 1,
Nomor 2, Tahun 2014.

Richardson, Grant. 2008. “The Relationship Between Culture and Tax Evation Across Countries:
Additional Evidence and Extensions". Department of Accountancy, Faculty of Business, City
University of Hong Kong. Journal of International Accounting, Auditing and Taxation. Vol. 17
(2008) 67–78.

Robbins, Stephen P. & Timothy A. Judge. 2008. Organizational Behavior. Prentice Hall.

Rochmat Soemitro. 2003. Asas Dasar Pajak dan Dasar PerPajakan. Jakarta:IKAPI.
DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, Halaman 15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814

Saidi, Muhammad Djafar. 2007. “Pembaharuan Hukum Pajak”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Samudra, A. Azhari, 2005. “Perpajakan di Indonesia Keuangan, Pajak dan Retribusi”.Jakarta:


Hecca Publising.

Santoso dan Rahayu. 2005. “Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Faktor Faktor Yang
Mempengaruhinya Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kediri”. Dinamika
Pembangunan Vol.2. No.1.

Sumitro.1987.”Pengantar Singkat Hukum Pajak”. Bandung. PT Eresco.

Tania, Anggraeni. 2011. “Pengaruh Pengetahuan Dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kesadaran
Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Studi Kasus Di Wilayah KPP Pratama
Kebayoran Baru)”. Jakarta. FEB universitas mercubuana.

Tittle, C. 1980. Sanctions and Social Deviance: The Question of Detterence. New York: Praeger.

Trisnawati, Mika, dan Sudirman, Wayan. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Wajib Pajak Membayar Pajak Hotel, Pajak Restoran Dan Pajak Hiburan Di Kota Denpasar. E-
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 4.12 (2015) : 975-1000.

Victor, M. Situmorang, dan Jusuf Juhir. 1994. Aspek Hukum Pengawasan Melekat, Yogyakarta: Rineka
Cipta.

Wikipedia.n.d. “pajak”. http://id.wikipedia.org/wiki/pajak.www.wikipedia.org. diakses 18 April 2017.

Zeithaml, velerie A dan bitner, mary jo, dan Dwayne Ddemler. 2006. Services marketing: integrating
customer focus across the firm. New York: the mcgraw-hill companies.

Anda mungkin juga menyukai